POTENSI SUMBERDAYA PAKAN DI WILAYAH PROPINSI JAWA TENGAH
|
|
- Utami Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 POTENSI SUMBERDAYA PAKAN DI WILAYAH PROPINSI JAWA TENGAH (The Feed Resources Availability in Central Java) H. Tabrany 1, L. A. Sofyan 2, E. B. Laconi 2, dan A. Daryanto 2 1 Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang 2 Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi sumberdaya pakan yang ada di daerah Jawa Tengah. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui jumlah ternak yang masih mungkin dikembangkan di wilayah Propinsi Jawa Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan survei data sekunder yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa berdasarkan jumlah populasi ternak yang ada di Daerah Jawa Tengah, masih terdapat kelebihan daya dukung pakan sebesar AU. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum populasi ternak di Daerah Jawa Tengah masih dapat ditingkatkan populasinya setara dengan kelebihan daya dukung pakan yang ada. Dari daya dukung pakan tersebut 52,57% potensi pakan di Jawa Tengah berasal dari limbah pertanian, sedangkan dari rumput lapangan 27,06% dan 20,37% dari rumput unggul. Dari 52,57% daya dukung pakan yang berasal dari limbah pertanian tersebut. 37,36% berasal dari jerami padi, 51,31% berasal dari jerami jagung, 2,81% berasal dari daun ketela pohon, 0,69% berasal dari daun ketela rambat, 3,14% berasal dari jerami kedelai, 2,35% berasal dari daun kacang tanah, 2,32% berasal dari daun tebu dan 0,02% berasal dari daun-daunan. Kata kunci : potensi daerah, pakan, Jawa Tengah ABSTRACT This study was aimed to identify the potency of feed resources availability in Central Java area. The results of study could be used to determine the number of livestock that is still possible to be raised in Central Jawa area. Data were collected by a survey on secondary data, then were analized descriptively. Result of the study showed that there was a surplus on feed resources equal to 1,898,200 animal unit, based on the population of livestock Central Java area. This means that the livestock population is still could be developed in the Central Java area equal to the surplus of feed resources. The surplus on total feed resources were from agricultural waste (52.57%), field grass (27.06%) and cultivated grass (20.37%). Among agricultural wastes, 37.36% from rice straw; 51.31% from corn straw; 2.81% from cassava leaves; 0.69% from sweet potato leaves; 3.14% from soybean straw; 2.35% from peanut leaves; 2.32% from sugar cane and 0.02% from other foliage. Keywords : area potency, feed, Central Java 50 J.Indon.Trop.Anim.Agric.29 (1) March 2004
2 PENDAHULUAN Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah yang mempunyai potensi dalam pengembangan peternakan rakyat tidak terlepas dari permasalahpermasalahan klasik. Salah satu permasalahan tersebut adalah ketersediaan sumberdaya pakan seperti ketersediaan rumput dan hijauan pakan ternak yang sangat fluktuatif di sepanjang tahun. Pada musim penghujan rumput dan hijauan pakan sangat melimpah, sedangkan dimusim kemarau akan kekurangan rumput dan hijauan pakan, selain itu belum dimanfaatkannya limbah pertanian dan limbah industri pertanian secara optimal sebagai pakan. Padahal potensi limbah pertanian dan limbah industri pertanian sangat besar seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Untuk mengatasi permasalahan ini perlu dibuat suatu strategi perencanaan dalam penyediaan dan pemanfaatan sumberdaya pakan berdasarkan potensi yang ada di daerah tersebut. Untuk dapat membuat strategi perencanaan tersebut diperlukan identifikasi potensi pakan yang ada di daerah Jawa Tengah. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi potensi pakan di daerah Jawa Tengah. POTENSI PAKAN DI DAERAH JAWA TENGAH Pakan merupakan faktor utama dalam keberhasilan usaha pengembangan ternak pada usaha peternakan disamping faktor bibit dan tatalaksana. Pakan ternak yang berkualitas akan sangat mendukung peningkatan produksi maupun reproduksi ternak (Anggorodi, 1985). Penyediaan pakan baik dari segi kualitas, kuantitas maupun kontinuitas merupakan kendala dalam upaya peningkatan produktifitas ternak. Adanya persaingan dalam penyediaan pakan dengan kebutuhan penyediaan pangan merupakan masalah yang harus segera diatasi. Jumlah penduduk yang semakin lama semakin meningkat menyebabkan terjadinya perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan pemukiman. Djajanegara (1999) mengemukakan bahwa penyediaan hijauan pakan memiliki kendala dengan terjadinya perubahan fungsi lahan yang sebelumnya sebagai sumber hijauan pakan menjadi lahan pemukiman, lahan untuk tanaman pangan dan tanaman industri. Dengan semakin meningkatnya intensifikasi tanaman pangan akan mengakibatkan produksi limbah pertanian dan limbah industri pertanian yang melimpah. Limbah ini dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak sebagai pakan selingan atau tambahan untuk mengatasi kekurangan rumput atau pakan hijauan lainnya terutama di musim kemarau. Apabila dilihat dari data statistik pada Tabel 1 terlihat bahwa limbah pertanian ini sangat potensial digunakan sebagai pakan ternak. Hal ini disebabkan karena 52,57% potensi pakan di Jawa Tengah berasal dari limbah pertanian, sedangkan dari rumput lapangan 27,06% dan 20,37% dari rumput unggul. Potensi pakan yang berasal dari limbah pertanian tersebut (yaitu sebanyak 52,57%), 37,36% berasal dari jerami padi, 51,31% berasal dari jerami jagung, 2,81% berasal dari daun ketela pohon, 0,69% berasal dari daun ketela rambat, 3,14% berasal dari jerami kedelai, 2,35% berasal dari daun kacang tanah, 2,32% berasal dari daun tebu dan 0,02% berasal dari daun-daunan, seperti terlihat pada Tabel 2. Menurut Soedardjat (2001), kebijakan pengembangan peternakan yang dikembangkan di suatu daerah harus disesuaikan dengan potensi pakan lokal yang ada di daerah tersebut. Dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku pakan lokal, baik kuantitas maupun kualitas sebenarnya telah banyak dicobakan pemberian bahan baku pakan lokal dari limbah pertanian dan limbah industri pertanian dengan sentuhan teknologi terapan ke ternak. Hal ini disebabkan karena limbah pertanian seperti jerami padi, jagung dan pucuk tebu umumnya mempunyai kualitas yang rendah (Sinurat, 2001). Menurut Sofjan (2001), pakan lokal yang berasal dari limbah pertanian dan limbah industri pertanian mempunyai kendala seperti kadar airnya tinggi, kandungan protein rendah, dan adanya zat anti nutrisi selain itu juga keragaman dalam komposisi kandungan zat gizi bahan baku pakan lokal sangat besar koefisien variasinya (> 20%). Sumbangan bahan pakan yang berasal dari limbah pertanian ini cukup besar maka perlu dilakukan upaya pengolahan limbah pertanian baik secara fisik, kimiawi, biologi atau kombinasi diantaranya. Pengolahan limbah ini The Feed Resources Availability in Central Java (Tabrany et al.) 51
3 Tabel 1. Carrying Capacity per Kabupaten di Jawa Tengah (x AU) No Kabupaten/Kota Limbah Rumput Rumput Jumlah Pertanian Lapangan Unggul 1. Cilacap 85,0 14,9 0,9 100,8 2. Banyumas 10,9 28,7 4,8 44,4 3. Purbalingga 42,3 2,1 0,8 45,2 4. Banjarnegara 82,2 1,5 7,7 91,4 5. Kebumen 53,8 7,8 2,1 63,7 6. Purworejo 32,8 14,6 11,4 58,8 7. Wonosobo 90,2 99,0 59,0 248,2 8. Magelang 20,2 19,7 58,7 98,6 9. Boyolali 122,3 137,6 520,5 780,4 10. Klaten 51,7 9,8 6,2 67,7 11. Sukoharjo 45,1 17,3 3,6 66,0 12. Wonogiri 18,0 0,8 4,6 23,4 13. Karanganyar 41,5 0,0 25,8 67,3 14. Sragen 76,8 0,4 9,3 86,5 15. Grobogan 282,7 11,3 0,7 294,7 16. Blora 134,0 236,0 12,3 382,3 17. Rembang 87,2 0,0 0,1 87,3 18. Pati 76,0 0,0 1,2 77,2 19. Kudus 20,5 5,4 0,8 26,7 20. Jepara 49,4 68,2 1,1 118,7 21. Demak 71,5 5,1 0,0 76,6 22. Semarang 226,6 179,5 59,0 465,1 23. Temanggung 69,2 14,4 12,3 95,9 24. Kendal 57,4 17,0 3,9 78,3 25. Batang 59,1 64,9 1,0 125,0 26. Pekalongan 28,2 68,3 1,7 98,2 27. Pemalang 40,5 33,3 2,7 76,5 28. Tegal 48,5 3,8 2,7 55,0 29. Brebes 98,0 26,5 2,7 127,2 30. Kod. Magelang 0,2 0,0 0,5 0,7 31. Kod. Surakarta 0,2 0,0 0,0 0,2 32. Kod. Salatiga 2,6 0,1 1,1 3,8 33. Kod. Semarang 1,6 8,3 6,2 16,1 34. Kod. Pekalongan 3,7 0,0 0,0 3,7 35. Kod. Tegal 0,5 0,3 0,0 0,8 Jumlah 2.130, ,6 825, ,4 Sumber : Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000 sebagai upaya peningkatan nilai gizi dan daya cerna limbah pertanian agar dapat dimanfaatkan oleh ternak. TARAF PENGGUNAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK TERNAK Pola penggunaan limbah pertanian dalam ransum ternak kelihatannya mengikuti pola tanam yang ada di daerah bersangkutan. Peternak lebih mementingkan rumput sebagai pakan dalam ransum ternak dibandingkan dengan limbah pertanian. Hasil survei inventarisasi limbah pertanian di Jawa dan Bali oleh Tim Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada pada tahun 1982 adalah 55,97% dari seluruh ransum ternak ruminansia adalah rumput, 20,83% adalah jerami padi, 16,21% adalah daun-daunan (ramban) sedang selebihnya adalah limbah yang lain. Pada bulan-bulan kering (Agustus dan September) jerami padi, sorgum dan kedelai nampaknya merupakan pakan yang dominan. Hasil survei inventarisasi limbah industri pertanian di Jawa dan Bali oleh Tim Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor pada tahun 1985 menunjukkan bahwa taraf penggunaan limbah industri pertanian ke dalam ransum ternak unggas, babi dan ruminansia dapat di lihat pada Tabel J.Indon.Trop.Anim.Agric.29 (1) March 2004
4 Tabel 2. Produksi Limbah Pertanian di Daerah Jawa Tengah (x AU) No. Limbah Pertanian Jumlah Persentase 1. Jerami Padi 796,0 37,36 2. Jerami Jagung 1.093,1 51,31 3. Daun Ketela Pohon 59,8 2,81 4. Daun Ketela Rambat 14,6 0,69 5. Jerami kedelai 67,0 3,14 6. Daun Kacang Tanah 50,0 2,35 7. Daun Tebu 49,4 2,32 8. Daun-daunan 0,5 0,02 Jumlah 2.130,4 100,00 Sumber : Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000 Dari hasil survei tersebut terlihat bahwa tingkat pemanfaatan limbah industri pertanian masih sangat bervariasi. Beberapa jenis limbah tertentu seperti dedak padi, ampas tahu dan onggok, taraf penggunaannya sebagai pakan cukup tinggi, hampir 100% limbah ini dimanfaatkan untuk pakan ternak terutama ternak ruminansia. Pada limbah industri pertanian yang lain seperti dedak jagung, dedak gandum, ampas bir, ampas tempe, ampas kecap, ampas kelapa dan bungkil kelapa taraf penggunaannya sebagai pakan ternak masih rendah. DAYA DUKUNG PAKAN Daya dukung pakan adalah kemampuan wilayah tersebut untuk menghasilkan pakan yang dapat menampung bagi kebutuhan sejumlah populasi ternak dalam bentuk segar atau kering, tanpa melalui pengolahan (Ashari et al., 1995). Berdasarkan jumlah populasi ternak yang ada di Daerah Jawa Tengah seperti terlihat pada Tabel 4, masih terdapat kelebihan daya dukung pakan sebesar AU ( animal unit ). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum populasi ternak di Daerah Jawa Tengah masih dapat ditingkatkan populasinya setara dengan kelebihan daya dukung pakan yang ada. Pada Tabel 3 terlihat bahwa populasi ternak di Daerah Jawa Tengah cukup besar. Hal ini membutuhkan penyediaan pakan yang mencukupi, dan seyogyanya disediakan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pakan lokal. Apabila dilihat ketersediaan pakan ( carrying capacity ) per kabupaten, ada daerah-daerah yang daya dukung pakannya tidak mendukung walaupun memiliki populasi ternak yang cukup potensial. Daerah-daerah yang kekurangan daya dukung pakan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut (x AU) : 1. Kekurangan daya dukung pakan 0 25 : Kabupaten Banyumas, Karanganyar, Pati, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Semarang, dan Kota Tegal 2. Kekurangan daya dukung pakan : Kabupaten Klaten 3. Kekurangan daya dukung pakan : - 4. Kekurangan daya dukung pakan : - Tabel 3. Taraf Penggunaan Limbah Industri Pertanian No Jenis Limbah pertanian Taraf Penggunaan (%) Unggas Babi Ruminansia 1. Dedak Jagung - 1, Dedak Padi Dedak Gandum Ampas Bir Ampas Tempe - - 0,3 6. Ampas Kecap - 0, Ampas Tahu Onggok Ampas Kelapa ,2 10. Bungkil Kelapa 2, , ,86 22 The Feed Resources Availability in Central Java (Tabrany et al.) 53
5 Tabel 4. Populasi Ternak dan Carrying Capacity di Daerah Jawa Tengah ( x AU) No Kabupaten/ Kota Ternak Besar dan Kecil Ternak Unggas Jumlah Carrying Capacity Kelebihan/ kekurangan 1. Cilacap 26,2 4,9 31,1 100,8 69,7 2. Banyumas 35,6 10,5 46,1 44,4-1,7 3. Purbalingga 32,3 9,4 41,7 45,2 3,5 4. Banjarnegara 59,9 2,5 62,4 91,4 29,0 5. Kebumen 41,9 3,2 45,1 63,7 18,6 6. Purworejo 50,1 4,7 54,8 58,8 4,0 7. Wonosobo 70,4 4,2 74,6 248,2 173,6 8. Magelang 79,9 3,0 82,9 98,6 15,7 9. Boyolali 121,3 15,6 136,9 780,4 643,5 10. Klaten 79,4 19,0 98,4 67,7-30,7 11. Sukoharjo 30,1 7,5 37,6 66,0 28,4 12. Wonogiri 160,8 4,9 165,7 23,4-142,3 13. Karanganyar 73,0 11,2 84,2 67,3-16,9 14. Sragen 71,7 8,3 80,0 86,5 6,5 15. Grobogan 152,7 13,2 165,9 294,7 128,8 16. Blora 164,4 3,4 167,8 382,3 214,5 17. Rembang 86,1 1,1 87,2 87,3 0,1 18. Pati 86,3 4,3 90,6 77,2-13,4 19. Kudus 18,6 8,0 26,6 26,7 0,1 20. Jepara 29,1 1,7 30,8 118,7 87,9 21. Demak 15,5 2,1 17,6 76,6 59,0 22. Semarang 119,0 13,2 132,2 465,1 332,9 23. Temanggung 58,8 13,6 72,4 95,9 23,5 24. Kendal 29,6 26,0 55,6 78,3 22,7 25. Batang 23,6 1,9 25,5 125,0 99,5 26. Pekalongan 32,8 4,9 37,7 98,2 60,5 27. Pemalang 46,6 7,3 53,9 76,5 22,6 28. Tegal 29,6 3,8 33,4 55,0 21,6 29. Brebes 73,4 7,8 81,2 127,2 46,0 30. Kod. Magelang 0,3 1,1 1,4 0,7-0,7 31. Kod. Surakarta 1,3 0,4 1,7 0,2-1,5 32. Kod. Salatiga 7,4 0,5 7,9 3,8-4,1 33. Kod. Semarang 14,4 6,3 20,7 16,1-4,6 34. Kod. Pekalongan 1,2 0,2 1,4 3,7 2,3 35. Kod. Tegal 0,4 0,8 1,2 0,8-0,4 Jumlah 1.923,7 230, , , ,2 Sumber : Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah Tahun Kekurangan daya dukung pakan > 100 : Kabupaten Wonogiri 6. Kelebihan daya dukung pakan > 100 : Kabupaten Wonosobo, Boyolali, Grobogan, Blora dan Kabupaten Semarang Untuk daerah-daerah yang kekurangan daya dukung pakan sebaiknya dapat dipenuhi dari daerahdaerah sekitarnya yang kelebihan daya dukung pakan seperti : 1. Kekurangan daya dukung pakan di Kabupaten Wonogiri, Klaten, Karanganyar, Kota Surakarta dan Salatiga dapat didatangkan pakan yang berasal dari Kabupaten Boyolali dan Sukoharjo. 2. Untuk daerah Banyumas dan Kota Magelang dapat didatangkan pakan yang berasal dari Wonosobo. 3. Untuk Kota Semarang dapat didatangkan pakan yang berasal dari Kabupaten Semarang dan Grobogan. 4. Untuk Kabupaten Pati dapat didatangkan pakan yang berasal dari Kabupaten Demak dan Jepara. 5. Untuk Kota Tegal dapat didatangkan pakan yang berasal dari Kabupaten Brebes dan Kabupaten Pekalongan. 54 J.Indon.Trop.Anim.Agric.29 (1) March 2004
6 KESIMPULAN Potensi pakan di daerah Jawa Tengah, 52,57% berasal dari limbah pertanian, sedangkan dari rumput lapangan 27,06% dan 20,37% dari rumput unggul. Berdasarkan jumlah populasi ternak yang ada, daerah Jawa Tengah masih terdapat kelebihan daya dukung pakan sebesar AU. Daerahdaerah yang mempunyai kelebihan daya dukung pakan diatas AU adalah Kabupaten Wonosobo, Boyolali, Grobogan, Blora dan Kabupaten Semarang, sedangkan daerah yang kekurangan daya dukung diatas AU adalah Kabupaten Wonogiri. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Ashari,E., Juarini, Sumanto, B. Wibowo, Suratman dan Subagjo Pedoman Analisis Potensi Wilayah Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. Balai Penelitian Ternak dan Direktorat Bina Penyebaran dan Pengembangan Peternakan Direktorat Jendral Peternakan, Jakarta. Dinas Peternakan Laporan Tahunan Dinas Peternakan Propini Jawa Tengah, Semarang. Djajanegara, A Local livestock feed resource. In: Livestock Industries of Indonesia Prior to The Asian Financial Arisis. RAP Publication 1999/37: Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Inventarisasi Limbah Pertanian. Kerjasama antara Direktorat Bina Produksi Direktorat Jendral Peternakan dengan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Fakultas. Peternakan Institut Pertanian Bogor Inventarisasi Potensi dan Pemanfaatan Limbah Industri. Kerjasama antara Direktorat Bina Produksi Peternakan dengan Fakultas. Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Penelitian dan Pengembangan Pakan untuk Mengembangkan Populasi Ternak secara Optimal di Jawa Tengah. Kerjasama antara Badan Perencana Pembangunan Daerah Tingkat I Jawa Tengah dengan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang Sinurat, A.P Pemanfaatan Bahan Pakan Lokal. Makalah pada Dies Natalis HIMASITER III Fakultas Peternakan IPB, Bogor. Soedardjat, S Dukungan Pemerintah terhadap Keberadaan Bahan Baku Pakan Lokal. Makalah pada Dies Natalis HIMASITER III Fakultas. Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sofyan, L.A Pengkajian tentang Ketersediaan dan Keamanan Pakan Ternak di Indonesia. Makalah pada Dies Natalis HIMASITER III Fakultas. Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. The Feed Resources Availability in Central Java (Tabrany et al.) 55
7 Catatan 56 J.Indon.Trop.Anim.Agric.29 (1) March 2004
TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN
TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN No Kelompok Pola Harapan Nasional Gram/hari2) Energi (kkal) %AKG 2) 1 Padi-padian 275 1000 50.0 25.0 2 Umbi-umbian 100 120 6.0
Lebih terperinciTABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012
Komoditi TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Produksi Penyediaan Kebutuhan Konsumsi per kapita Faktor Konversi +/- (ton) (ton) (ton) (ton) (kg/kap/th) (100-angka susut)
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH
No. 56/08/33 Th.IX, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 167,79 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 107,95 RIBU TON,
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013
No. 50/08/33/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 145,04 RIBU TON, CABAI RAWIT 85,36 RIBU TON, DAN BAWANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/01/33/Th.II, 2 Januari 2008 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2007 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Tengah pada Agustus 2007 adalah
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/12/33/Th.III, 1 Desember 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2009 Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilaksanakan dua kali dalam setahun,
Lebih terperinciKeadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015
KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas
Lebih terperinciLUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH
LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH OUT LINE 1. CAPAIAN PRODUKSI 2. SASARAN LUAS TANAM DAN LUAS PANEN 3. CAPAIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertanian merupakan salah satu basis perekonomian Indonesia. Jika mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris, maka pembangunan pertanian akan memberikan
Lebih terperinciASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU
INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 748 34 3 790 684 2,379 1,165 5,803 57,379 10.11 2 Purbalingga 141 51 10 139 228
Lebih terperinciASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU
INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 447 60 8 364 478 2.632 629 4.618 57.379 8,05 2 Purbalingga 87 145 33 174 119 1.137
Lebih terperinciPRODUKSI PADI DAN PALAWIJA JAW A TENGAH 1996-2011 ISSN : 0854-6932 No. Publikasi : 33531.1204 Katalog BPS : 5203007.33 Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : 245 halaman Naskah : Bidang Statistik
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 56 TAHUN 201256 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun 2000-an kondisi agribisnis tembakau di dunia cenderung
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH TAHUN
Lebih terperinciASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU
INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 728 112 20 1,955 2,178 2,627 1,802 9,422 57,379 16.42 2 Purbalingga 70 50 11 471
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode berikutnya kemampuan suatu negara untuk
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 78 TAHUN 2013 TAHUN 2012 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat-zat dalam Susu Nilai Kandungan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam pembangunan di Indonesia karena sektor pertanian mampu menyediakan lapangan kerja, serta
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Provinsi Jawa Tengah Sensus Ekonomi 2016 No. 37/05/33 Th. XI, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Hasil Pendaftaran
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 71 A TAHUN 201356 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DEFINITIF DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN
No. 62/11/33/Th.V, 07 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2011 mencapai 16,92 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah yang bersangkutan dengan
Lebih terperinciKEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH
KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH No Program Anggaran Sub Sasaran Lokasi 1. Program Rp. 1.000.000.000 Pelayanan dan Sosial Kesejahteraan Sosial Penyandang
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH
BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas
Lebih terperinciIR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961
IR. SUGIONO, MP Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961 1 BBPTU HPT BATURRADEN Berdasarkan Permentan No: 55/Permentan/OT.140/5/2013 Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden yang
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t
PROVINSI JAWA TENGAH Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang dinamakan dengan nawacita.
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG. Bab 1 Pendahuluan 1-1
Bab 1 Pendahuluan 1-1 1.1 TINJAUAN UMUM 1 BAB I PENDAHULUAN Sumber Daya Air merupakan salah satu unsur utama untuk kelangsungan hidup manusia, disamping itu air juga mempunyai arti penting dalam rangka
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran persebaran IPM dan komponen-komponen penyususn IPM di Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya dilakukan pemodelan dengan menggunakan
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
No.42/06/33/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Jawa Tengah Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu keadaan di mana masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kehidupan yang layak, (menurut World Bank dalam Whisnu, 2004),
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan
Lebih terperinciKONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH
KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH Kondisi umum Provinsi Jawa Tengah ditinjau dari aspek pemerintahan, wilayah, kependudukan dan ketenagakerjaan antara lain sebagai berikut : A. Administrasi Pemerintah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan suatu proses perubahan terencana yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang berperan di berbagai sektor yang bertujuan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.31 /05/33/Th.VIII, 05 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,45 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2014 yang sebesar 17,72
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.69 /11/33/Th.VII, 06 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,02 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2013 mencapai 16,99
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 2. Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan
Lebih terperinciSEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH
SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH Joko Sutrisno 1, Sugihardjo 2 dan Umi Barokah 3 1,2,3 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciRUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH
RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah
Lebih terperinciREKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL JULI 2017
REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL 13-17 JULI 2017 NO SIMBOL JENIS STAND NOMOR STAND INSTANSI 1 1 Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah 2 2 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi
Lebih terperinciPENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016
PENEMPATAN TENAGA KERJA A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016 NO KAB./KOTA L P JUMLAH 1 KABUPATEN REMBANG 820 530 1.350 2 KOTA MAGELANG 238 292 530 3 KABUPATEN WONOGIRI 2.861
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.70 /11/33/Th.VIII, 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,68 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2014 yang sebesar
Lebih terperinciGambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah
36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah merupakan Provinsi yang termasuk ke dalam Provinsi yang memiliki jumlah penduduk
Lebih terperinciPENEMPATAN TENAGA KERJA
PENEMPATAN TENAGA KERJA A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2015 NO. KAB./KOTA 2015 *) L P JUMLAH 1 KABUPATEN SEMARANG 3,999 8,817 12816 2 KABUPATEN REMBANG 1,098 803 1901 3 KOTA.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No. 66/11/33/Th.VI, 05 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,63 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2012 mencapai 17,09
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua
Lebih terperinciGambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,
No.26/04/33/Th.XI, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Jawa Tengah Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan
Lebih terperinciLampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.
LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap 15.24 6.68 22.78 1676090 2 Kab. Banyumas 18.44 5.45 21.18 1605580 3 Kab. Purbalingga 20.53 5.63 21.56 879880 4 Kab. Banjarnegara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PENGELOMPOKAN PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN PENDIDIKAN TERTINGGI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi
1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia memiliki lahan perikanan yang cukup besar. Hal ini merupakan potensi yang besar dalam pengembangan budidaya perikanan untuk mendukung upaya pengembangan perekonomian
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 08/05/33/Th.I, 15 Mei 2007 TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TENGAH MENURUN 0,1% Tingkat Penganguran Terbuka di Jawa Tengah pada Februari 2007 adalah 8,10%. Angka ini 0,10% lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memenuhi untuk mencapai pertumbuhan angkatan kerja, yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan menjadi suatu upaya untuk mencapai peningkatan kesejahteraan sosial, yaitu dengan gerakan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2014
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG
KATA PENGANTAR Stasiun Klimatologi Semarang setiap tahun menerbitkan buku Prakiraan Musim Hujan dan Prakiraan Musim Kemarau daerah Propinsi Jawa Tengah. Buku Prakiraan Musim Hujan diterbitkan setiap bulan
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
No.1/3307/BRS/11/2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 Pembangunan manusia di Wonosobo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini dikarenakan fungsi beras sebagai makanan pokok bagi hampir seluruh penduduk. Pentingnya keberadaan beras
Lebih terperinciHASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)
No. 74/12/33 Th.VII, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM JAWA TENGAH TAHUN 2013 SEBANYAK 3,31 JUTA RUMAH TANGGA, TURUN 28,46 PERSEN DARI TAHUN 2003 Jumlah
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH,
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 wsm 2^17 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TARUN 2116 PERUBAHANPERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 63 TAHUN2015 KEBUTUHAN DAN HARGAECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIANDI
Lebih terperinciRENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
Halaman : RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH Tahun Anggaran 0 Formulir RKA-SKPD. Urusan Pemerintahan :.0. - PERTANIAN Organisasi :.0.0. - Dinas Peternakan
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi
BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Hasil Regresi Dalam bab ini akan dibahas mengenai bagaimana pengaruh PAD dan DAU terhadap pertumbuhan ekonomi dan bagaimana perbandingan pengaruh kedua variabel tersebut
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciEVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH
EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Penanganan Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, 9 Februari 2016 Kemiskinan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 561.4/69/2010 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang
Lebih terperinciBOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH
BOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH 1. Perkembangan Jumlah BPR Merger Sejak paket kebijakan bidang perbankan digulirkan pada bulan Oktober 1988 atau yang dikenal dengan Pakto 88, jumlah
Lebih terperinciKEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH TARGET INDIKATOR LKPD YANG OPINI WTP Dalam Perpres No 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 telah ditetapkan prioritas nasional pencapaian
Lebih terperinci1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun
1.1. UMUM 1.1.1. DASAR Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002, Tanggal 10
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik
Lebih terperinciPENELITIAN POTENSI DAN KETERSEDIAAN PANGAN DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH
PENELITIAN POTENSI DAN KETERSEDIAAN PANGAN DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH Rachman Djamal, dkk Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah Jl. Imam Bonjol No. 190 Semarang Telp.
Lebih terperinciKEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009 GUBERNUR JAWA TENGAH, Membaca : Surat Kepala Dinas Tenaga
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali
Lebih terperinciGUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG
GUBERNURJAWATENGAH PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG PERKIRAANALOKASIDANABAGI HASILCUKAIHASILTEMBAKAU BAGIANPEMERINTAHPROVINSIJAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATENjKOTADI JAWATENGAHTAHUNANGGARAN2016
Lebih terperinciDINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH
DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH PROGRAM DAN KEGIATAN Penyelenggaraan urusan Energi dan Sumber Daya Mineral dalam rangka mewujudkan desa mandiri/berdikari melalui kedaulatan energi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Industrialisasi pada negara sedang berkembang sangat diperlukan agar dapat tumbuh
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan ialah metode penelitian eksplanatoris. Penelitian eksplanatoris merupakan penelitian yang bersifat noneksploratif,
Lebih terperinciMukson, E. Prasetyo, B. M. Setiawan dan H. Setiyawan Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN PETERNAKAN DI JAWA TENGAH (The Analysis of Factors to Influence Agriculture Development in Central Java) Mukson, E. Prasetyo, B. M. Setiawan dan H.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam meningkatkan pendapatan suatu pembangunan perekonomian di Indonesia, tentunya diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang semakin sejahtera, makmur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara
Lebih terperinciBAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaah Terhadap Kebijakan Nasional Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018, Kementerian PPN/Bappenas memangkas prioritas nasional agar lebih fokus menjadi
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir terdapat minat yang terus meningkat terhadap desentralisasi di berbagai pemerintahan di belahan dunia. Bahkan banyak negara
Lebih terperinciSINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017
PAPARAN SEKRETARIS DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017 Ungaran, 19 Januari 2017 Struktur Organisasi
Lebih terperinciDOI: /medstat Abstract. Keywords: Central Java, Agricultural Commodities, Cluster Analysis, Non-Hierarchical, k Medoids, Outlier
p-issn 1979 3693 e-issn 2477 0647 MEDIA STATISTIKA 9(1) 2016: 41-49 http://ejournal.undip.ac.id/index.php/media_statistika [Type here] PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN KOMODITAS PERTANIAN MENGGUNAKAN
Lebih terperinciPENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN MENGGUNAKAN METODE KOHONEN
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 016 p-issn : 550-0384; e-issn : 550-039 PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 009-013 MENGGUNAKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat yang dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan pada kemampuan nasional, dengan
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN JAWABAN TERMOHON TERHADAP PERMOHONAN PEMOHON (PERSEORANGAN CALON ANGGOTA DPD)
LAMPIRAN XI PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,
Lebih terperinci1. REKAP DATA REALISASI APBD DAN (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH. TAHUN 2011 (dalam jutaan rupiah)
LAMPIRAN LAMPIRAN A 1. REKAP DATA REALISASI APBD DAN (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 (dalam jutaan rupiah) NO. KOTA/KABUPATEN PAD DAU DAK BELANJA MODAL PDRB 1 Kab. Banjarnegara 71.107 562.288 65.367
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhnya berbagai lembaga bimbingan belajar swasta menjadi fenomena menarik dan catatan tersendiri bagi dunia pendidikan di Indonesia. Secara statistik, jumlah bimbingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bersubsidi. Pupuk yang ditetapkan sebagai pupuk bersubsidi adalah pupuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pupuk merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi petani untuk membantu meningkatkan produktivitas mereka dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.
Lebih terperinciTIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal
LP2KD Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Kendal TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Lebih terperinciDATA BIDANG PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS
DATA BIDANG PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS A. KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN SDM PADA DINAKERTRANS PROV. JATENG a. BLKI Cilacap : 8 orang instuktur b. BLK Pertanian dan Trans Klampok
Lebih terperinci