PROGRAM KERJA APEKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROGRAM KERJA APEKSI"

Transkripsi

1 PROGRAM KERJA APEKSI BIDANG/PROGRAM TUJUAN OUTPUT INDIKATOR KEBERHASILAN 1. LINGKUNGAN HIDUP 1.1 Penguatan kapasitas ketahanan iklim dan bencana pemerintah kota 1. Memperluas dan kuat jaringan kota kota berketahanan iklim dan bencana di Indonesia yang produktif. 2. Memperkuat Apeksi sebagai lembaga intermediari kota berketahan iklim dan bencana dengan berbagai pihak. 3. Memperkuat peran mitra strategis bagi pemerintah, swasta maupun pihak lain dalam dialog perubahan iklim dan bencana di perkotaan. 1. Adanya hasil survei adaptasi perubahan iklim dan pengelolaan bencana kotakota. 2. Adanya Pokja Perubahan Iklim Apeksi yang aktif dan produktif. 3. Pokja Perubahan Iklim Apeksi bertambah anggotanya. 4. Adanya rencana strategis 5 tahun konvergensi adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana Apeksi. 5. Adanya rencana aksi sejumlah pemerintah kota untuk menyusun perencanaan kota berketahanan. 6. Meningkatnya kapasitas membangun kota berketahanan. 7. Adanya sejumlah 1. Diperoleh hasil survei 75% adaptasi perubahan iklim dan pengelolaan bencana kota kota. 2. Terlaksananya pertemuan Pokja Perubahan Iklim secara regular setidaknya 2 kali dalam setahun. 3. Bertambahnya jumlah anggota Pokja Perubahan Iklim setidaknya 2 kota. 4. Terlaksananya forum diskusi ICA setidaknya 2 kali dalam setahun. 5. Terlaksananya pertemuan tahunan konvergensi adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana. 6. Terlaksananya kegiatan

2 rekomendasi kebijakan baik kepada pemerintah maupun bagi pemerintah daerah sendiri untuk membangun kota berketahanan. 8. Adanya publikasi praktik baik maupun cerita sukses kotakota dalam menghadapi perubahan iklim dan mengurangi risiko bencana. 9. Adanya publikasi pengalaman berbagai pihak dalam membangun ketahanan kota. 10. Semakin kuatnya peran Apeksi baik sendiri maupun sebagai bagian jaringan nasional (ICA) dalam proses pengembangan membangun Indonesia berketahanan. 11. Terus berjalannya maupun bertambahnya kemitraan Apeksi dengan lembaga lain baik nasional maupun internasional dalam membangun ketahanan. 12. Adanya proses monitoring dan evaluasi dari proses program membangun ketahanan kota. untuk membangun ketahanan kota setidaknya 2 kali dalam setahun. 7. Adanya rekomendasi dalam penguatan kebijakan ketahanan dari setiap kegiatan. 8. Adanya publikasi praktik baik atau cerita sukses upaya membangun ketahanan kota setidaknya satu publikasi dalam setahun. 9. Terbitnya kolom perubahan iklim sebagai bagian dari majalah KOTA KITA setiap 3 bulan sekali. 10. Apeksi hadir aktif memberikan masukan atau berperan aktif dalam proses yang dibangun berbagai pihak lain dalam membangunan ketahanan setidaknya oleh 2 pihak/lembaga setiap tahunnya. 11. Lahirnya kebijakan perubahan iklim maupun

3 1.2 Penguatan kapasitas pemerintah kota menuju kota berkelanjutan 1. Meningkatkan kapasitas pemerintah kota tentang kota berkelanjutan 2. Memperkuat Apeksi sebagai lembaga intermediari kota berkelanjutan dengan berbagai pihak. 1. Meningkatnya kapasitas membangun kota yang berkelanjutan. 2. Adanya sejumlah rekomendasi baik kepada pemerintah maupun bagi pemerintah daerah sendiri untuk membangun kota berkelanjutan. 3. Adanya publikasi praktik baik maupun cerita sukses kotakota dalam membangun kota penanggulangan bencana yang telah sinkron dengan peraturan perundangan pemerintahan daerah. 12. Terbangunnya kemitraan baru setidaknya dengan satu lembaga dalam saling memperkuat upaya membangun ketahanan kota. 13. Adanya proses monitoring yang dilakukan setidaknya 3 bulan sekali atau evaluasi tahunan dari program membangun ketahanan kota. 1. Terlaksanana kegiatan dalam membangun kota yang berkelanjutan setidaknya sekali dalam setahun. 2. Lahirnya sejumlah rekomendasi dalam penguatan kebijakan dan pengembangan pelaksanaan program kota berkelanjutan setiap tahunnya.

4 2. KERJASAMA ANTARDAERAH Penguatan Kapasitas Kerjasama Pemerintah Kota 1. Mensosialisasikan regulasi/kebijakan kerjasama antar daerah. 2. Meningkatkan kapasitas mekanisme dan teknis kerjasama antar daerah. 3. Mempromosikan potensi kota kota untuk peluang membangun kerjasama antar daerah 4. Memperkuat peran mitra strategis bagi pemerintah, swasta maupun pihak lain dalam dialog kerjasama antar berkelanjutan. 4. Adanya publikasi pengalaman berbagai pihak dalam membangun kota berkelanjutan. 1. Tersosialisasikannya regulasi/kebijakan kerjasama antar daerah kepada aparat 2. Meningkatnya kapasitas aparat pemerintah kota tentang kerangka aturan dan mekanisme kerjasama antar daerah. 3. Tersosialisasikannya potensi/prestasi kota kota kepada kota lain baik dalam maupun luar negeri. 4. Terfasilitasinya proses 3. Adanya publikasi praktik baik atau cerita sukes kota kota dalam membangun kota berkelanjutan setidaknya sekali setahun. 4. Adanya publikasi pengalamanan berbagai pihak dalam membangun kota berkelanjutan melalui berbagai media komunikasi APEKSI setidaknya dalam setiap kali terbitan. 1. Tersosialisasikannya regulasi/kebijakan kerjasama antar daerah setidaknya diikuti oleh 75% pemerintah kota 2. Terlaksananya kegiatan terkait kerangka aturan dan mekanisme kerjasama antar daerah yang diikuti setidaknya 75% pemerintah kota Indonesia. 3. Tersosialisasikannya

5 3. ADVOKASI KEBIJAKAN DAN LAYANAN HUKUM 3.1. Pemantauan Kebijakan Otonomi Daerah daerah. kerjasama antar daerah. 5. Adanya hasil kerjasama antar kota yang memberikan kontribusi peningkatan hasil pembangunan daerah maupun tingkat kesejahteraan masyarakat. 6. Adanya dokumentasi proses kerjasama antar kota yang tersosialisasi ke seluruh pihak. potensi/prestasi kotakota minimal 50% kotakota anggota Apeksi kepada kota kota lain baik nasional maupun internasional melalui cetakan atau website Apeksi. 4. Terfasilitasinya setidaknya 2 proses kerjasama dengan kotakota baik dari kota kota lain di Indonesia maupun Negara lain setiap tahunnya. 5. Tersosialisasikannya dokumen proses kerjasama antar kota ke seluruh anggota Apeksi maupun pihak lain lewat cetakan maupun website Apeksi. TUJUAN OUTPUT INDIKATOR KEBERHASILAN 1. Melakukan Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Terkait Pelaksanaan Otonomi Di Daerah, Khususnya Untuk Pembagian Urusan Antara 1. Monitoring dan Evaluasi Berbagai Kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan otonomi di daerah, khususnya untuk pembagian urusan antara 1. Aktifnya Pokja Otonomi Daerah Apeksi yang memberikan konsep pemikiran dan gagasan 2. Terakomodirnya rekomendasi Apeksi

6 3.2 Pemantauan Kebijakan Reformasi Birokrasi Pemerintah, Provinsi, Kota Dan Kabupaten (UU No. 23 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah 2. Melakukan Kajian Dan Menyusun Evaluasi Kebijakan Sebagai Masukan Bagi Proses Pembahasan Atau Perumusan Peraturan Pemerintah Dan Turunannya Terkait UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah. 3. Melakukan Upaya Koordinasi, Mengintegrasikan, Memadukan (Sinkronisasi) Dan Mensinergikan Berbagai Aspirasi Anggota Apeksi Secara Optimal Dan Efektif 1. Melakukan Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Terkait pemerintah, provinsi, kabupaten dan kota dalam UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah 2. Monitoring dan Evaluasi pembahasan, perumusan peraturan pemerintah dan turunannya terkait pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan daerah 3. Penyampaian Berbagai Aspirasi dan Rekomendasi Kepada Pemerintah, Legislatif (DPR), DPD, dan Lembaga Tinggi Terkait 1. Monitoring dan Evaluasi Berbagai Kebijakan Pemerintah Terkait Pelaksanaan minimal untuk 2 aturan pelaksana dari UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah 3. Terdapatnya Satu Kebijakan Yang Responsif Terhadap Kebutuhan Daerah 4. Terlaksananya Dialog Terbuka Antara Pemerintah Atau Lembaga Terkait Dengan Pemerintah Daerah setidaknya satu kali dalam setahun 5. Terdapatnya konsep pemikiran anggota apeksi dalam Revisi UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah) 6. Terdapat setidaknya satu kali dalam setahun pelaksanaan Seminar termatik Untuk peningkatan pemahaman dan Pengayaan Wacana 1. Aktifnya Pokja Reformasi Birokrasi Apeksi yang memberikan pemikiran

7 Pelaksanaan pemerintahan yang bersih dan akuntabel (tindak pidana korupsi dan tata kelola pemerintahan daerah) 2. Melakukan Kajian Dan Menyusun Evaluasi Kebijakan Sebagai Masukan Bagi pelaksanaan pelayanan publik yang baik dan berkualitas 3. Melakukan kajian dan Menyusun Evaluasi Kebijakan sebagai masukan bagi pelaksanaan manajemen kepegawaian di daerah 4. Melakukan Upaya Koordinasi, Mengintegrasikan, Memadukan (Sinkronisasi) Dan Mensinergikan Berbagai Aspirasi Anggota Apeksi Secara Optimal Dan Efektif 3.3 Layanan Hukum Memberikan konsultasi hukum, opini hukum dan pendampingan hukum kepada anggota Apeksi baik litigasi maupun non litigasi pemerintahan yang bersih dan akuntabel (tindak pidana korupsi dan ) 2. Monitoring dan Evaluasi berbagai kebijakan terkait pelaksanaan pelayanan publik yang baik dan berkualitas 3. Monitoring dan Evaluasi berbagai kebijakan terkait pelaksanaan SDM Aparatur yang kompeten dan kompetitif (manajemen kepegawaian di daerah) 4. Penyampaian berbagai aspirasi dan rekomendasi kepada Pemerintah, Legislatif (DPR), DPD dan Lembaga Tinggi Terkait Terwujudnya pemerintahan daerah yang berkinerja tinggi dan berintegritas dan gagasan 2. Terdapatnya daftar masalah tentang tata kelola kepegawaian setidaknya dari 50% pemerintah kota anggota Apeksi 3. Terdapatnya Satu Kebijakan Yang Responsif Terhadap Kebutuhan Daerah 4. Terlaksananya Dialog Terbuka Antara Pemerintah Atau Lembaga Terkait Dengan Pemerintah Daerah setidaknya satu kali dalam setahun 5. Terdapat setidaknya 25 model perda tentang kepegawaian 6. Terdapat setidaknya satu kali dalam setahun pelaksanaan Seminar Untuk Pengayaan Wacana 1. Terbangunnya jalinan dengan minimal 2 tenaga ahli hukum dan tipikor untuk mendampingi anggota atau pemerintah kota

8 4. PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH KOTA 4.1. Peningkatan Kapasitas Fungsi Pemerintahan/Pelayan an Publik Pemerintah Kota 1. Meningkatkan kapasitas peran pemerintahan pemerintah kota seperti pengelolaan keuangan daerah, administrasi kependudukan, pelayanan perijinan, sistem reformasi birokrasi dan sebagainya. 2. Meningkatkan kualitas pelayanan publik pemerintah kota seperti bidang pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. 1. Adanya hasil pemetaan data pengelolaan keuangan, administrasi kependudukan dan pelayanan perijinan kotakota di Indonesia. 2. Meningkatnya kapasitas pengelolaan keuangan yang lebih akuntabel. 3. Meningkatnya kapasitas pelayanan administrasi kependudukan yang professional, cepat dan efisien. 4. Meningkatnya kapasitas pelayanan perijinan yang lebih professional, cepat dan efisien. 5. Meningkatnya kapasitas sistem reformasi birokrasi 2. Terdapat Setidaknya Satu Opini Hukum, Pendampingan Hukum,mapun Rancangan Perda atau Dokumen Kontrak.Untuk Perkara Litigasi Atau Non Litigasi Bagi Anggota 1. Adanya data pemetaan pengelolaan keuangan, administrasi kependudukan dan pelayanan perijinan setidaknya dari 80% kota di Indonesia. 2. Terlaksananya kegiatan pengelolaan keuangan pemerintah kota setiap tahun diikuti setidaknya 20 pemerintah kota/tahun. 3. Terlaksananya kegiatan pelayanan administrasi kependudukan pemerintah kota setidaknya diikuti 20

9 4.2. Peningkatan kapasitas pemerintah dalam menyusun kebijakan yang responsif gender dan kelompok disabilitas 1. Meningkatkan kapasitas menyusun kebijakan yang responsif gender 2. Meningkatkan kapasitas yang lebih professional, efektif dan efisien. 6. Meningkatnya kapasitas pelayanan pendidikan yang lebih professional dan murah. 7. Meningkatnya kapasitas pelayanan kesehatan yang lebih professional. 1. Meningkatnya kapasitas aparat menyusun kebijakan yang responsif gender. 2. Meningkatnya kapasitas pemerintah kota/tahun. 4. Terlaksananya kegiatan pelayanan perijinan pemerintah kota setidaknya diikuti 20 pemerintah kota/tahun. 5. Terlaksananya kegiatan sistem reformasi birokrasi pemerintah kota setidaknya diikuti 20 pemerintah kota/tahun. 6. Terlaksananya kegiatan pelayanan pendidikan pemerintah kota setidaknya diikuti 80% 7. Terlaksananya kegiatan pelayanan kesehatan pemerintah kota setidaknya diikuti 80% 1. Terlaksananya kegiatan menyusun kebijakan yang responsif gender diikuti setidaknya 50%

10 4.3. Penguatan Daya Saing Pemerintah Kota Dalam Menghadapi Pasar Global menyusun kebijakan yang memperhatikan kelompok disabilitas 1. Meningkatkan kapasitas pengembangan potensi investasi daerah 2. Mensosialisasikan peraturan perundangan dan petunjuk teknis terbaru mengenai pembiayaan infrastruktur daerah 3. Meningkatkan kapasitas mengintensifikasikan penggalian sumber sumber pendapatan daerah yang sejalan dengan peraturan menyusun kebijakan yang responsive disabilitas. 3. Adanya perencanan dan penganggaran pemerintah kota yang responsif gender. 4. Adanya kebijakan pemerintah kota yang responsive kelompok disabilitas. 1. Meningkatnya kapasitas mengidentifikasi potensi daerahnya. 2. Meningkatnya kapasitas pengembangan program investasi daerah. 3. Meningkatnya kapasitas pembiayaan infrastruktur daerah dam mengidentifikasi potensi sumber pendapatan daerah. 4. Meningkatnya kapasitas 2. Terlaksananya kegiatan menyusun kebijakan yang responsif disabilitas diikuti setidaknya 50% 3. Terdapat 20 pemerintah kota yang memiliki kebijakan yang responsive gender. 4. Terdapat 15 pemerintah kota yang memiliki kebijakan yang responsive disabilitas. 1. Terlaksananya kegiatan untuk mengidentifikasi potensi daerah dan pengembangan investasi daerah setidaknya diikuti 75% 2. Terlaksananya kegiatan pembiayaan infrastruktur daerah setidaknya diikuti 75% 3. Terlaksananya kegiatan

11 yang berlaku 4. Meningkatkan kapasitas melakukan kerjasama dengan pihak ketiga pengembangan kerjasama dengan pihak ketiga sesuai dengan kebutuhan kota. mengelola kerjasama denga pihak ketiga setidaknya diikuti 75% 4. Terfasilitasinya 10% kota anggota Apeksi untuk melakukan pembahasan kerjasama denga pihak ketiga Pengembangan Best Practice Kota Kota di Indonesia 1. Membangun data praktik baik pelayanan public dan fungsi pemerintahan. 2. Mendokumentasikan dan mempromosikan praktikpraktik baik kota kota ke seluruh pihak. 3. Meningkatkan kapasitas melakukan proses transfer praktik baik pemerintah daerah 4. Memfasilitasi proses transfer dan replikasi praktik praktik kota kota kepada daerah lain. 1. Data praktik praktik baik pemerintah kota Indonesia dalam pelayanan public dan fungsi pemerintahan. 2. Buku dokumentasi Best Practice Kota Kota di Indonesia dua bahasa menjadi dokumen/referensi valid publik. 3. Meningkatnya kapasitas melakukan proses transfer praktik baik pemerintah daerah. 4. Sejumlah pemerintah kota/daerah memprogramkan proses transfer dari pemerintah daerah lain. 1. Adanya data praktikpraktik baik dalam pelayanan public dan fungsi pemerintahan dari setidaknya 50% 2. Terbit dan terdiseminasinya Buku Best Practice Kota Kota di Indonesia dua bahasa setiap tahun. 3. Terdiseminasinya manual transfer inovasi ke 90% 4. Terlaksananya kegiatan melakukan transfer inovasi/praktik baik

12 5. KOMUNIKASI DAN INFORMASI 5.1. Penguatan jaringan informasi dan komunikasi antar Apeksi dengan anggota maupun mitra 1. Mengoptimalkan jaringan (pengumpulan, penyebaran dan penerimaan) informasi antar Apeksi dengan anggota (kota kota) maupun mitra 2. Mengoptimalkan jaringan komunikasi antar Apeksi dengan anggota (kota kota) maupun dengan mitra. 5. Sejumlah pemerintah daerah memiliki praktik inovasi yang mampu membantu menyelesaikan permasalahan pemerintah kotanya. 6. Adanya peningkatan kinerja pemerintah daerah dan kondisi di masyarakat sebagai dampak dari inovasi yang dikembangkan pemerintah daerah tersebut. 1. Terbitnya dan terdiseminasikannya Majalah KOTA KITA 3 bulanan ke seluruh pemerintah kota dan mitra APEKSI 2. Website Apeksi yang terkelolan dengan baik fungsional bagi semua pihak. 3. Jaringan media eksternal yang optimal baik cetak maupun elektronik. 4. Publikasi Apeksi (buku atau pemerintah daerah yang diikuti setidaknya 50% 5. Setidaknya 6 pemerintah kota melakukan proses transfer praktik baik pemerintah daerah lainnya. 6. Setidaknya 3 pemerintah kota menghasilkan praktik inovatif sebagai pengembangan proses transfer dengan hasil konkrit pada kinerja pemerintah dan perubahan kondisi di masyarakat. 1. Terdiseminasikannya majalah KOTA KITA ke seluruh pemerintah kota Indonesia dan mayoritas mitra APEKSI. 2. Website APEKSI yang diakses setidaknya pengguna setiap bulannya. 3. Adanya peliputan kegiatan kegiatan nasional Apeksi di

13 5.2. Pengembangan kota cerdas (smart city) kota kota Indonesia dalam mengoptimalkan pelayanan publik/fungsi pemerintahan 1. Meningkatkan pemahaman pemerintah kota tentang kota cerdas dan aplikasinya dalam pelayanan publik/fungsi pemerintahan 2. Menjembatani kota kota dengan mitra provider pengelolan aplikasi smart city laporan kegiatan) sebagai penyebaran informasi aktivitas Apeksi. 5. Terinformasikannya informasi terbaru terkait isu pemerintahan daerah, program pemerintah kota seluruh Indonesia, program APEKSI maupun program terkait pemerintahan daerah untuk ataupun dari pemerintah kota dan berbagai pihak. 1. Meningkatnya kapasitas melaksanakan pelayanan publik/fungsi pemerintahan melalui pengembangan konsep kota cerdas. 2. Terfasilitasinya pemerintah kota dalam mengembangkan kota cerdas. 3. Aktifnya pemerintah kota terlibat dalam diskusi dan jejaring kota cerdas. setidaknya 2 media nasional dan lokal baik cetak maupun elektronik 4. Terinformasikannya setidaknya 90% pemerintah kota kepada seluruh pihak melalui media publikasi APEKSI. 5. Terinformasikannya berbagai informasi terkini terkait pemerintahan daerah di setidaknya 90% 1. Terlaksananya kegiatan kota dalam melaksanakan pelayanan publik/fungsi pemerintahan melalui pengembangan konsep kota cerdas yang diikuti setidaknya 50% 2. Adanya pengembangan pelayanan public/fungsi pemerintahan konsep cerdas oleh setidaknya 5 3. Setidaknya 10 pemerintah kota aktif terlibat dalam jejaring kota cerdas.

14 6. HUMAS DAN KEMITRAAN 6.1. Penguatan Kehumasan Pemerintah Kota Untuk Mengoptimalkan Citra Pemerintah Kota 6.2. Penguatan Kemitraan Apeksi Dengan Berbagai Pihak Untuk Penguatan Pemerintah Kota 1. Meningkatkan kapasitas kehumasan pemerintah kota 1. Memperluas jaringan kemitraan dengan berbagai pihak yang memiliki visi yang sama untuk penguatan pemerintah kota yang lebih mensejahterakan rakyat 2. Memperkuat peran Apeksi dalam jaringan pemerintah daerah maupun isu terkait untuk memperkuat tujuan penguatan peran pemerintah kota 1. Meningkatnya kapasitas personil pemerintah kota dalam pengumpulan, pengemasan dan penyampaikan informasi terkait potensi pemerintah kotanya. 2. Meningkatnya kapasitas personil pemerintah kota dalam meningkatkan jaringan komunikasi dengan seluruh pihak. 1. Adanya kesepakatan kerjasama/kemitraan dengan berbagai pihak yang memiliki visi yang sama dalam rangka pengembangan program Apeksi. 2. Adanya sejumlah kegiatan dan produk publikasi sebagai pelaksanaan kemitraan dengan berbagai pihak. 3. Adanya peningkatan pendapatan dari hasil kesepakatan 1. Terlaksananya kegiatan pemerintah kota pengumpulan, pengemasan dan penyampaikan informasi diikuti 75% pemerintah kota. 2. Terlaksananya kegiatan dalam membangun jaringan komunikasi dengan berbagai pihak yang diikuti setidaknya 50% pemerintah kota Indonesia. 3. Terlaksananya setidakya 5 kesepakatan kerja setiap tahunnya yang dapat dipertanggungjawabkan. 4. Tersosialisasikannya pelaksanaan setidaknya 5 kegiatan dalam setahun hasil kesepakatan kerja antara Apeksi dengan mitra. 5. Adanya peningkatan pendapatan secara signifikan sebesar 100%

15 7. PENGUATAN ORGANISASI 7.1. Penguatan Jaringan Internal Apeksi 1. Mengefektifkan forum forum anggota untuk penguatan posisi organisasi maupun penguatan jalinan komunikasi 2. Meningkatkan kepekaan Apeksi dalam menyikapi kebutuhan anggota kerjasama/kemitraan yang dibangun untuk mendukung kemandirian keuangan Apeksi. 1. Terciptanya hubungan yang harmonis dan efektif antara Dewan Pengurus, Komwil, anggota dan Direktorat Eksekutif. 2. Adanya sejumlah kebijakan organisasi yang strategis dan bermanfaat bagi optimalisasi pelaksanaan pemerintahan daerah. 3. Adanya kesepemahaman antara anggota dengan Direktorat Eksekutif dalam menanggapi berbagai isu yang berkembang. dari hasil kerjasama dengan mitra kerja. 6. Meluasnya jaringan mitra kerja Apeksi baik nasional maupun internasional setidaknya 5 lembaga setiap tahun. 1. Terlaksananya forumforum anggota tingkat nasioal (Rakernas, Munas dan Rapat Teknis) sekali dalam setahun dengan bobot kualitas yang semakin bertambah 2. Terlaksananya forumforum regional (Raker Komwil, pertemuan catur wulan Komwil dan Muskomwil) setiap tahunnya di setiap Komwil setiap tahunnya dengan bobot kualitas yang semakin meningkat. 3. Meningkatnya 100% tingkat partisipasi dan keaktifan anggota dalam berbagai kegiatan nasional maupun regional Apeksi 4. Meningkatnya 100%

16 7.2. Otimalisasi pelayanan kepada anggota Apeksi 1. Mengoptimalkan pelayanan kepada anggota dalam menjalankan tugas dan fungsinya. 2. Meningkatkan kinerja Direktorat Eksekutif dalam memfasilitasi kepentingan /aspirasi anggota kepada pihak pihak terkait. 1. Meningkatkanya kapasitas dan pemahaman pemerintah kota dalam menjalankan tugas dan fungsinya. 2. Adanya rekomendasi sebagai aspirasi anggota dalam berbagai proses penyusunan kebijakan nasional. 3. Terbangunnya jaringan komunikasi dan informasi yang sangat baik antara Apeksi, pemerintah kota dan berbagai pihak. 4. Terinformasikannya perkembangan terbaru dalam pemerintahan daerah kepada anggota secara cepat dan valid. 5. Terwujudnya kepuasan anggota APEKSI. tingkat kebutuhan/ketergantunga n anggota kepada Apeksi dalam pemenuhan kebutuhan peningkatan kapasitas, advokasi maupun kebutuhan informasi. 1. Terlaksananya seluruh kegiatan peningkatan kapasitas sesuai kebutuhan pemerintah kota. 2. Terakomodirnya rekomendasi Apeksi sebagai aspirasi anggota dalam berbagai produk kebijakan nasional 3. Terwujudnya jaringan komunikasi dan informasi Apeksi, pemerintah kota dan seluruh pihak yang sangat baik dalam berbagai forum regional, nasional maupun internasional serta dalam media cetak maupun elektronik. 4. Anggota Apeksi selalu mengetahui informasi

17 7.3. Peningkatan kapasitas personil Direktorat Eksekutif Meningkatkan kompetensi kerja personil Direktorat Eksekutif dalam menjalankan tugas dan fungsinya 1. Meningkatnya kapasitas personil Direktorat Eksekutif yang terampil dan profesional dalam menjalankan tugas dan fungsi secara mandiri sesuai bidang yang diperani serta keterampilan dasar yaitu Bahasa Inggris dan komputer/internet 2. Adanya sejumlah personil baru Direktorat Eksekutif sesuai kebutuhan struktur organisasi yang harus dijalankan terbaru dan valid tentang pemerintahan daerah dan terkait dari Apeksi. 5. Meningkatnya penerimaan dari iuran anggota karena meningkatnya tingkat kepuasan dan kepercayaan. setiap tahunnya 6. Meningkatnya tingkat partisipasi anggota sebesar 100% karena meningkatnya tingkat kepercayaan kepada Apeksi. 1. Terfasilitasinya setidaknya 3 personil Direktorat Eksekutif setiap tahunnya untuk mengikuti kegiatan (pelatihan/lokakarya/mag ang) 2. Adanya sejumlah personil baru untuk pengisian posisi yang kosong demi penguatan fungsi Direktorat Eksekutif 3. Terlaksananya program kerja Apeksi secara

18 7.4. Penguatan Sistem Manajemen Organisasi 7.5. Penguatan keuangan organisasi Mewujudkan sistem manajemen organisasi yang profesional Mewujudkan keuangan organisasi yang kuat dan mandiri 1. Adanya SOP SOP keorganisasian yang dijalankan dengan konsisten 2. Adanya pembagian kerja (job description) personil Direktorat Eksekutif 3. Adanya laporan monitoring bulanan yang menjadi acuan evaluasi kinerja Direkrorat Eksekutif 4. Adanya mekanisme reward dan punishment yang terlaksana dengan konsisten 1. Adanya penganggaran yang komprehensif 2. Adanya mekanisme penarikan iuran anggota yang lebih efektif 3. Adanya penerimaan dari iuran anggota sesuai yang ditargetkan 4. Adanya penerimaan dari optimal dan sesuai waktu dan target yang direncanakan. 1. Terlaksananya SOP SOP yang disahkan oleh Direktur Eksekutif 2. Terlaksananya mekanisme organisasi yang tertata lebih baik 3. Personil Direktorat Eksekutif bekerja lebih optimal dan professional 4. Program kerja terlaksana sesuai perencanaan 5. Sistem pelaporan keuangan yang tersusun lebih rapi an ontime setiap bulannya 6. Adanya laporan audit keuangan yang lebih berkualitas setiap tahunnya 1. Tersusunnya system penganggaran setiap tahun yang komprehensif 2. Terlaksananya mekanisme penarikan iuran anggota yang efektif setiap 4 bulan kepada anggota yang belum membayar 3. Terwujudnya pencapaian

19 kegiatan berbayar swakelola 5. Adanya dukungan pendanaan dari lembaga mitra/donor target penerimaan dari iuran anggota setiap tahunnya 4. Meningkatnya jumlah kota membayar iuran anggota setiap tahunnya 5. Tercapainya penerimaan dari kegiatan berbayar swakelola sesuai yang ditargetkan. 6. Tercapainya dukungan pendanaan oleh lebaga mitra/donor sesuai kesepakatan 7. Terlaksananya seluruh program yang direncanakan dengan pendanaan mandiri.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Kata Pengantar Proses demokratisasi telah mengubah paradigma semua Kementerian/Lembaga Pemerintah saat ini dimana transparansi, akuntabilitas dan

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. Visi Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan, yang mencerminkan harapan yang ingin dicapai dilandasi

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIK ( RENSTRA ) PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK TAHUN

RENCANA STRATEGIK ( RENSTRA ) PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK TAHUN RENCANA STRATEGIK ( RENSTRA ) PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya merupakan upaya perubahan yang lebih baik

Lebih terperinci

KMF 2015 Building & Strengthening Networking

KMF 2015 Building & Strengthening Networking KNOWLEDGE MANAGEMENT FORUM KMF 2015 Building & Strengthening Networking 19-21 Agustus, 2015 Kilas Balik Pokja PI Mengapa Pokja? apeksi.or.id 1 2012 Workshop Pertama 26 Juli 2012 Pembentukan Struktur 2012-2014

Lebih terperinci

LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011

LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011 LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011 GOAL/IMPACT TINGKATAN TUJUAN/HASIL INDIKATOR SUMBER VERIFIKASI ASUMSI Meningkatnya akuntabilitas, peran dan

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : TAHUN : 2014

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : TAHUN : 2014 LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : TAHUN : 2014 BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN PENILAIAN A. PROSES (60) I. MANAJEMEN PERUBAHAN (5) 5.0

Lebih terperinci

RAKERNAS APEKSI 2015 AMBON, 6-7 MEI 2015

RAKERNAS APEKSI 2015 AMBON, 6-7 MEI 2015 www.apeksi.or.id 1 14 Point 1) Peninjauan kembali substansi penyerahan urusan bidang pendidikan pada UU 23/2014 terkait pengelolaan pendidikan menengah; 2) Peninjauan kembali Permenpan 6/2015 tentang Pelaksanaan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Lampiran : I 1. Nama Organisasi : Badan Koordinasi Penanaman Modal 2. Tugas : Melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

LAPKIN SEKRETARIAT DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015 BAB II

LAPKIN SEKRETARIAT DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015 BAB II BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA Memaparkan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan, serta pembahasan tentang RENSTRA, tujuan dan Sasaran Visi dan Misi, Penetapan Kinerja,

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 49 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 49 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN WONOSOBO DENGAN

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA LAKSANA UNIT PELAKSANA TEKNIS BALAI LATIHAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO Lampiran A 73 KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI 2015 2019 TINGKAT MAKRO Sasaran Reformasi A. yang bersih dan akuntabel. 1. Penerapan sistem nilai dan integritas birokrasi yang efektif. 2.

Lebih terperinci

Mekanisme Organisasi

Mekanisme Organisasi MEKANISME ORGANISASI DAN PROGRAM APEKSI KOMWIL VI 2014 2015 Mekanisme Organisasi APEKSI Komwil VI Muskomwil Pengurus APEKSI Komwil VI Pokok Pokok Program dan Kebijakan untuk 3 tahun Rapat Kerja Pengurus

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI)

RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI) RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI) TENTANG FOINI Freedom of Information Network Indonesia (FOINI) merupakan jaringan organisasi masyarakat sipil dan individu yang intensif

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : PENGADILAN AGAMA SOE TAHUN : 2017

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : PENGADILAN AGAMA SOE TAHUN : 2017 LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : PENGADILAN AGAMA SOE TAHUN : 2017 A. PROSES (60) I. MANAJEMEN PERUBAHAN (5) 3,46 1 Tim Reformasi Birokrasi (1) 0,78 a. Tim Reformasi Birokrasi

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pencapaian tujuan daerah diawali dengan perumusan perencanaan yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN 1. Peran APIP harus lebih diitingkatkan agar permasalahan terkait masih adanya Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah yang

Lebih terperinci

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN 3.1 Arah Strategi dan kebijakan Nasional Arah strategi dan kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Melanjutkan pembangunan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja adalah dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BB IV VISI, MISI, TUJUN DN SSRN, STRTEGI DN KEBIJKN 4.1. Visi dan Misi Daerah Visi Kabupaten Sleman adalah Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih sejahtera, mandiri, berbudaya dan terintegrasikannya

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK, KELUARGA

Lebih terperinci

KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Tahun

KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Tahun KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI Tahun 2016-2020 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI TAHUN 2016-2020 KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko

Kebijakan Manajemen Risiko Kebijakan Manajemen Risiko PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITM), berkomitmen untuk membangun sistem dan proses manajemen risiko perusahaan secara menyeluruh untuk memastikan tujuan strategis dan tanggung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut pasal 373 ayat (4) UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pembinaan yang bersifat umum dan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2010 BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

GUBERNUR SUMATERA BARAT, GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Tim Pokja Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Visi adalah pandangan ideal keadaan masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan, dan secara potensial

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL Lampiran. 200 20 202 203 204 2 3 4 5 6 7 8 9 PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 67,7 68 68,5 7 72,2 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA. Meningkatkan indek kualitas pembangunan manusia

Lebih terperinci

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI 1. VISI BPM-P2TSP KAB. KEDIRI Visi merupakan cara pandang jauh ke depan dari suatu lembaga/institusi yang harus dibawa

Lebih terperinci

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS - 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS A. KEMAJUAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Sebagai langkah strategis,

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GARUT Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 21 Maret 2011 Kepada, Nomor : 050 / 883 / SJ Yth. 1. Gubernur. Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota. Lamp : Satu berkas di - Hal : Pedoman Penyusun Program

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategi berdasarkan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan mengemukakan beberapa isu strategis

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Pembaharuan tata kelola pemerintahan, termasuk yang berlangsung di daerah telah membawa perubahan dalam berbagai dimensi, baik struktural maupun kultural. Dalam hal penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PELAKSANA LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI BNN TAHUN Jakarta, Juli 2015

EVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI BNN TAHUN Jakarta, Juli 2015 EVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI BNN TAHUN Jakarta, Juli 1 SURAT KEPUTUSAN KEPALA BNN KEANGGOTAAN REFORMASI BIROKRASI 1. Keputusan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor : KEP/146/IV/2013/BNN tanggal

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lampung Selatan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 23 Tahun 2012 tentang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH Draft 4 GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1 Kata Pengantar Reformasi birokrasi dilingkungan Kementerian Hukum dan HAM pada hakikatnya adalah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 PERENCANAAN KINERJA 2.1. PERENCANAAN STRATEGIS

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM TAHUN 2015

RENCANA KERJA TAHUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM TAHUN 2015 RENCANA KERJA TAHUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM TAHUN 2015 Kode Program/Kegiatan INDIKATOR 1 2 3 4 01 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Koperasi dan UKM 1 Penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan merupakan suatu siklus dalam proses menentukan kebijakan melalui urutan pilihan yang tepat dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Bappeda Kabupaten Lahat dalam mewujudkan pencapaian tata pemerintahan yang baik (good gavernance) dan memenuhi tuntutan serta harapan masyarakat atas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR 009 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

PERATURAN NOMOR 009 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI B (BPPT) A D A N P PERATURAN E N KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN G TEKNOLOGI K NOMOR 009 TAHUN 2015 A TENTANG J I ORGANISASI DAN TATA KERJAA N BADAN PENGKAJIAN

Lebih terperinci

PRESENTASI KETUA KELOMPOK KERJA SEKRETARIAT JENDERAL

PRESENTASI KETUA KELOMPOK KERJA SEKRETARIAT JENDERAL PRESENTASI KETUA KELOMPOK KERJA SEKRETARIAT JENDERAL TRANSFER FUNGSI SEKRETARIAT JENDERAL (LAMA) SEKRETARIAT JENDERAL (BARU) BADAN INFORMASI DAN TEKNOLOGI KEUANGAN HUKUM DAN HUMAS PERENCANAAN DAN KEUANGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KANTOR PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN WONOSOBO

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) Jln. Medan Merdeka Barat No. 7, Jakarta Pusat KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TENAGA PENDUKUNG

Lebih terperinci

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.817, 2012 PPATK. Organisasi. Tata Kerja. PPATK. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-07/1.01/PPATK/08/12 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi salah satu kunci untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Persyaratan Menjadi Anggota 1. Persyaratan menjadi Anggota Partai Jariibu adalah sebagai berikut : a. Setiap Warga Negara Indonesia yang ingin

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017 PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun 2017-2022 Wates, 27 September 2017 1 PDRB PER KAPITA MENURUT KABUPATEN/ KOTA DI D.I. YOGYAKARTA ATAS DASAR HARGA BERLAKU, 2012-2016 (JUTA RUPIAH) 1 PERSENTASE PENDUDUK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI.. ii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang. 1 B. Tugas dan Fungsi Bappeda Kota Samarinda. 2 C. Struktur Organisasi Bappeda Kota Samarinda.. 3 BAB II RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan PANDUAN Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Disusun oleh Tim Pengembang Lembaga (TPL) LPMP/ BDK Klaster II BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 5 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB 5 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BADAN PELAYANAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL RENCANA STRATEGIS (RENSTRA 214-218) BAB 1 : PENDAHULUAN BAB 5 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF 1.1.

Lebih terperinci