KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-57/BC/2001 TANGGAL 31 AGUSTUS 2001 TATA CARA PEMBERIAN PEMBEBASAN CUKAI ETIL ALKOHOL
|
|
- Farida Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-57/BC/2001 TANGGAL 31 AGUSTUS 2001 TATA CARA PEMBERIAN PEMBEBASAN CUKAI ETIL ALKOHOL DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang : a. Bahwa berdasarkan Pasal 13 Keputusan Menteri Keuangan No.243/KMK.05/1996 tanggal 1 April 1996, pelaksanaan ketentuan pembebasan cukai diatur oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai; b. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditetapkan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai tentang Pemberian Pembebasan Cukai Etil Alkohol. Mengingat : 1. Undang-undang N0.11 Tahun 1005 tentang Cukai (LN RI Tahun 1996, TLN RI No.3613); 2. Keputusan Menteri Keuangan No.243/KMK.05/1996 tentang Pembebasan Cukai; 3. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No.57/BC/1998 tentang Bahan Baku Atau Bahan Penolong Dalam Pembuatan Barang Hasil Akhir Yang Bukan Merupakan Barang Kena Cukai. MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PEMBEBASAN CUKAI ETIL ALKOHOL. Pasal 1 Pembebasan cukai etil alkohol untuk dipergunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan Barang Kena Cukai dilakukan sesuai dengan tata cara sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini. Pasal 2 Pembebasan cukai etil alkohol yang dipergunakan untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dilakukan sesuai dengan tata cara sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini. Pasal 3 Pembebasan cukai etil alkohol yang dipergunakan untuk tujuan sosial dilakukan sesuai dengan tata cara sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini. Pasal 4 Pengusaha barang hasil akhir yang bukan merupakan Barang Kena Cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 yang mengajukan permohonan pembebasan cukai untuk pertama kali, wajib melampirkan : a. Photo copy surat izin dari instansi terkait yaitu: 1) Izin usaha industri dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan atau BKPM;
2 2) Rekomendasi dari Departemen Kesehatan terhadap produk yang diharuskan mendapat izin dari instansi yang bersangkutan. b. Photo copy Nomor Pokok Wajib Pajak. c. Photo copy akte pendirian usaha apabila pemohon merupakan badan hukum. d. BeritaBerita Acara Pemeriksaan Lokasi oleh Pejabat Bea dan Cukai dari kantor yang mengawasi beserta gambar denah/lokasi pabrik. e. Rencana kebutuhan etil alkohol dalam satu tahun takwim, meliputi; 1) jenis-jenis barang hasil akhir yang akan diproduksi berikut jumlah produksinya per bulan dan jumlah produksi dalam satu tahun takwim; 2) banyaknya etil alkohol yang dibutuhkan untuk setiap unit/satuan barang. f. Uraian singkat tentang penggunaan etil alkohol dalam proses pembuatan barang hasil akhir. g. Contoh barang hasil akhir yang diproses. Pasal 5 (1) Pembebasan cukai etil alkohor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diberikan kepada badan/lembaga resmi yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. (2) Badan/lembaga sebagaimana dimaksud dalam dalam ayat (1) yang mengajukan permohonan pembebasan cukai untuk pertama kali, wajib melampirkan: a. Rekomendasi dari Kepala badan/lembaga atau instansi yang lingkup tugasnya membawahi badan/lembaga yang mengajukan permohonan pembebasan. b. Berita Acara Pemeriksaan Lokasi oleh Pejabat Bea dan Cukai dari kantor yang mengawasi beserta gambar denah/lokasi tempat penimbunan etil alkohol pada badan/lembaga yang bersangkutan. c. Rencana kebutuhan etil alkohol dalam satu tahun takwim. Pasal 6 (1) Pembebasan cukai etil alkohol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 diberikan kepada rumah sakit. (2) Kepada rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang mengajukan permohonan pembebasan cukai untuk pertama kali, wajib melampirkan: a. Berita Acara Pemeriksaan Lokasi oleh Pejabat Bea dan Cukai dari kantor yang mengawasi beserta gambar denah/lokasi tempat penimbunan etil alkohol pada rumah sakit yang bersangkutan. b. Rencana kebutuhan etil alkohol dalam satu tahun takwim. Pasal 7 Jangka waktu proses penelitian dan penyelesaian permohonan pembebasan secara hierarki ditetapkan sebagai berikiut : a. Untuk kantor Pelayanan Bea dan Cukai selama-lamanya 6 (enam) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar; b. Untuk Kantor Wilayah DJBC selama-lamanya 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar; c. Untuk Kantor Pusat DJBC selama-lamanya 5 (lima) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar. Pasal 8 (1) Untuk memastikan pemakaian etil alkohol dalam proses produksi barang hasil akhir, Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dapat melakukan uji laboratorium terhadap contoh barang hasil akhir yang diajukan. (2) Uji laboratorium sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan pada laboratorium yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai.
3 Pasal 9 Jumlah etil alkohol yang akan diberikan pembebasan dihitung berdasarkan kebutuhan produksi dan realisasi pemakaian etil alkohol dalam bulan-bulan sebelumnya, kecuali permohonan pembebasan baru. Pasal 10 Keputusan pembebasan cukai etil alkohol yang diberikan berlaku sampai dengan akhir tahun takwin (31 Desember) pada tahun berjalan. Pasal 11 (1) Apabila jumlah etil alkohol yang diberikan pembebasan pada periode tahun berjalan tidak mencukupi, pengusaha barang hasil akhir, kepala badan/lembaga/rumah sakit dapat mengajukan permohonan tambahan pembebasan cukai etil alkohol, (2) Tata cara penambahan pembebasan cukai etil alkohol sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. etil alkohol yang dipergunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan Barang Kena Cukai dilakukan sesuai dengan tata cara sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini; b. etil alkohol yang dipergunakan untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dilakukan sesuai dengan tata cara sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini; c. etil alkohol yang dipergunakan untuk tujuan sosial dilakukan sesuai dengan tata cara sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini. Pasal 12 Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi perusahaan barang hasil akhir/badan/lembaga/rumah sakit pengguna etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai wajib memantau jumlah etil alkohol yang dikirim dari Pabrik/Tempat Penyimpanan atau Importir etil alkohol sebagai pemasok etil alkohol agar tidak melebihi jumlah kuota pembebasan yang diberikan untuk setiap tahun takwim. Pasal 13 Perusahaan barang hasil akhir/badan/lembaga/rumah sakit yang telah mendapatkan keputusan pembebasan cukai dari Direktur Jenderal Bea dan Cukai, diberikan Nomor Pokok Pembebasan (NPP) yang berfungsi sebagai nomor pengenal/identitas penerima fasilitas pembebasan cukai. Pasal 14 (1) Pengusaha barang hasil akhir dan kepala badan/lembaga/rumah sakit yang telah mendapatkan fasilitas pembebasan cukai etil alkohol bertanggung jawab penuh terhadap etil alkohol yang dimasukkan ke dalam tempat penimbunannya. (2) Setelah berakhir masa berlakunya keputusan pembebasan, sisa etil alkohol yang masih berada pada tempat penimbunan di perusahaan barang hasil akhir/badan/lembaga/rumah sakit baru dapat digunakan setelah mendapat keputusan pembebasan cukai etil alkohol yang baru. Pasal 15
4 (1) Pengusaha barang hasil akhir dan kepala/lembaga/rumah sakit yang mendapat fasilitas pembebasan cukai wajib mengirimkan laporan bulanan penggunaan etil alkohol kepada Direktur Jenderal Bea Cukai c.q. Direktur Cukai melalui Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi: a. untuk pengusaha pabrik produksi terpadu dengan LACK-3; b. untuk pengusaha pabrik produksi tidak terpadu dengan LACK-4; c. untuk badan/lembaga yang menggunakan etil alkohol untuk keperluan penelitian dan ilmu pengetahuan dengan LACL-5; d. untuk rumah sakit yang menggunakan etil alkohol untuk tujuan sosial dengan LACK-6. (2) Pengusaha Pabrik/Tempat Penyimpanan atau Importir etil alkohol yang memasok etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai wajib mengirimkan laporan bulanan penjualan/penyerahan etil alkohol kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukau melalui Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi dengan LACK-9. (3) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) sudah harus diterima oleh Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan. (4) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak dipenuhi, pemberian fasilitas pembebasan cukai bagi perusahaan yang bersangkutan dapat ditijau kembali. Pasal 16 (1) Pengusaha barang hasil akhir dan kepala badan/lembaga/rumah sakit yang mendapat fasilitas pembebasan cukai etil alkohol dilarang memasukkan etil alkohol yang masih terutang cukai melebihi jumlah kuota pembebasan yang telah diberikan. (2) Pengusaha barang hasil akhir dan kepala badan/lembaga/rumah sakit yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dikenai sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (3) Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai. Pasal 17 Pada saat Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini dikeluarkan, Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor SE-31/BC/1998 tentang Pelaksanaan Pemberian Pembebasan Di Bidang Cukai dinyatakan tidak berlaku. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Agustus 2001 DIREKTUR JENDERAL ttd R.B. PERMANA AGUNG NIP
5 LAMPIRAN I TATA CARA PEMBERIAN PEMBEBASAN CUKAI ETIL ALKOHOL UNTUK DIPERGUNAKAN SEBAGAI BAHAN BAKU ATAU BAHAN PENOLONG DALAM PEMBUATAN BARANG HASIL AKHIR YANG BUKAN MERUPAKAN BARANG KENA CUKAI. Pembebasan cukai atas etil alkohol yang dipergunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan Barang kena Cukai melalui proses produksi terpadu atau bukan, berlaku ketentuan sebagai berikut: I. Proses Permohonan 1. Pengusaha barang hasil akhir: a. membuat dan mengajukan surat permohonan beserta lampiran yang dipersyaratkan sebagaimana disebut dalam Pasal 4 kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai melalui Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dan Kepala Kantor Wilayah DJBC yang mengawasi dengan menggunakan: - formulir PMCK-1 untuk proses produksi terpadu, - formulir PMCK-2 untuk yang tidak dengan proses produksi terpadu; b. berkewajiban mencantumkan tanda tangan pengusaha yang memasok etil alkohol pada formulir permohonana yang diajukan; c. menyebutkan jumlah etil alkohol yang dimohonkan pembebasan serta merinci jumlah yang wajib campur dan yang tidak wajib campur atau salah sesuai kebutuhan; d. wajib mencantumkan nama pengusaha pemasok etil alkohol dan rincian jumlah etil alkohol yang akan dimasukkan; e. wajib melampirkan rencana produksi barang hasil akhir dan kebutuhan tambahan etil alkohol disertai salinan/fotocopy surat ijin dari instansi terkait apabila mengajukan permohonan tambahan cukai etil alkohol. 2. Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi pengusaha barang hasil akhir; - menerima berkas permohonan pembebasan dari pemohon; - meneliti berkas permohonan: a. adalam hal permohonan baru pertama kali diajukan, melakukan pemeriksaan lokasi pabrik yang bersangkutan; b. apabila permohonannya tidak lengkap atau tidak benar, mengembalikan berikut penjelasannya kepada pemohon untuk diperbaiki; c. apabila telah lengkap dan benar, meneruskan berkas permohonan dengan disertai rekomendasi kepada Direktur Cukai melalui Kepala Kantor Wilayah. 3. Kepala Kantor Wilayah yang membawahi pengusaha barang hasil akhir; - menerima berkas permohonan pembebasan dari Kepala Kantor Pelayanan berserta rekomendasinya; - meneliti persyaratan administrasi berkas permohonan; - apabila permohonannya tidak lengkap atau tidak benar, mengembalikan berikut penjelasannya kepada Kepala Kantor Pelayanan untuk diperbaiki; - apabila telah lengkap dan benar, meneruskan berkas permohonan dengan disertai rekomendasi kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai. 4. Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai melakukan kegiatan: - menerima berkas permohonan pembebasan dari Kepala Kantor Wilayah beserta rekomendasinya;
6 - meneliti persyaratan administrasi berkas permohonan; - menetapkan jumlah etil alkohol yang layak diberikan pembebasan; - menerbitkan Keputusan Pemberian Pembebasan Cukai etil alkohol. - untuk penerbitan keputusan pembebasan yang pertama kali, sekaligus memberikan Nomor Pokok Pembebasan (NPP) yang berfungsi sebagai nomor pengenal/identitas penerima fasilitas pembebasan cukai etil alkohol; - mendistribusikan keputusan pembebasan kepada : pengusaha barang hasil akhir; pemasok etil alkohol Kepala Kantor Pelayanan yang membawahi pengusaha barang hasil akhir dan atau pemasok etil alkohol; Kepala Kantor Wilayah yang membawahi pengusaha barang hasil akhir dan atau pemasok etil alkohol; Direktur Verifikasi dan Audit. II. Proses Pengeluaran Etil Alkohol Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi perusahaan pemasok etil alkohol yang memasok etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai melakukan kegiatan: - menerima salinan keputusan pembebasan ; - melayani pengeluaran etil alkohol : a. apabila salinan/copy/faksimili keputusan pembebasan belum diterima, pengeluaran etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai tidak dapat dilayani; b. apabila jumlah kuota pembebasan yang diberikan sudah terpenuhi, pengeluaran etil alkohol denga fasilitas pembebasan cukai untuk pengusaha barang hasil akhir hanya dapat dilayani setelah ada keputusan pembebasan tambahan; c. tata cara pengeluaran etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai mengikuti ketentuan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-12/BC/1996 III. Proses Pelaporan 1. Pengusaha barang hasil akhir wajib mengirimkan laporan bulanan penggunaan etil alkohol kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai melalui Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi: a. untuk pengusaha barang hasil akhir yang melalui proses-proses produksi terpadu dengan LACK-3; b. untuk pengusaha barang hasil akhir yang tidak melalui proses-proses produksi terpadu dengan LACK Pengusaha pemasok etil alkohol yang memasok etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai wajib mengirimkan laporan bulanan penjualan/penyerahan etil alkohol kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai melalui Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi dengan menggunakan formulir LACK Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi pengusaha barang hasil akhir melakukan kegiatan sebagai berikut: - menerima laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol dari pengusaha barang hasil akhir selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan; - mengirimkan teguran tertulis kepada pengusaha barang hasil akhir dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah dan Kantor Pusat Bea dan Cukai apabila terjadi keterlambatan pengiriman laporan;
7 - mencocokkan jumlah etil alkohol yang dimasukkan kepengusaha barang hasil akhir berdasarkan LACK-4 dan Buku Pengawasan yang dikelola di Kantor yang bersangkutan; - apabila terdapat selisih, mengadakan penelitian lebih lanjut dan melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; - mengirimkan laporan tersebut kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai dengan tembusan Kantor Wilayah secara rutin selambat-lambatnya tanggal 15 setiap bulan. 4. Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi perusahaan pemasok etil alkohol melakukan kegiatan sebagai berikut: - menerima laporan penerimaan dan pengeluaran etil alkohol dari pemasok etil alkohol selambat-lambatnya tanggal 10 tiap bulan; - mengirimkan teguran tertulis kepada pengusaha pemasok etil alkohol dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah dan Kantor Pusat Bea dan Cukai apabila terjadi keterlambatan pengiriman laporan; - mencocockkan jumlah etil alkohol yang dikeluarkan dari pemasok etil alkohol berdasarkan LACK-9 dan Buku Pengawasan yang dikelola di Kantor Pelayanan yang bersangkutan; - apabila terdapat selisih, mengadakan penelitian lebih lanjut dan melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; - mengirimkan laporan tersebut kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai dengan tembusan Kantor Wilayah secarah rutin selambat-lambatnya tanggal 15 setiap bulan. 5. Kepala Kantor Wilayah yang mengawasi pengusaha barang hasil akhir dan pengusaha pemasok etil alkohol melakukan kegiatan sebagai berikut: - menerima laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol serta laporan penyerahan/pemjualan etil alkohol dari Kepala Kantor Pelayanan secara rutin setiap bulan; - meneliti dan mencocokkan antara laporan penerimaam dan pemakaian etil alkohol dengan laporan penyerahan/penjualan etil alkohol; - menegur Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai apabila terlambat mengirimkan laporan (LACK-4 dan/atau LACK-9). 6. Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai setelah menerima laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol serta laporan penyerahan/penjualan etil alkohol dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai, melakukan kegiatan sebagai berikut: - memasukan laporan tersebut ke dalam database komputer ; - meneliti dan mencocokkan antara laporan LACK-4 dari pengusaha barang hasil akhir dengan laporan LACK-9 dari pengusaha pemasok etil alkohol; - menegur Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dan Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai apabila terlambat mengirimkan laporan (LACK-4 dan/atau LACK-9); - menegur Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dan Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai apabila dalam penelitian yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai ditemukan selisih dalam laporan (LACK-4 dan LACK-9).
8 LAMPIRAN II TATA CATA PEMBERIAN PEMBEBASAN CUKAI ETIL ALKOHOL YANG DIPERGUNAKAN UNTUK KEPERLUAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN Pembebasan Cukai atas etil alkohol yang dipergunakan untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, berlaku ketentuan sebagai berikut: I. Proses Permohonan 1. Kepala badan/lembaga yang bersangkutan: - membuat dan mengajukan surat permohonan dengan menggunakan formulir PMCK-3 beserta kelengkapannya sebagaimana dipersyaratkan dalam Pasal 5 ayat (2) kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai melalui Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dan Kepala Kantor Wilayah DJBC yang mengawasi; - berkewajiban mencantumkan tanda tangan pengusaha yang memasok etil alkohol pada formulir permohonana yang diajukan; - untuk tambahan pembebasan cukai etil alkohol, permohonan dari yang bersangkutan wajib dilampiri dengan rencana pemakaian dan kebutuhan etil alkohol selama periode tertentu. 2. Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi badan/lembaga penerima fasilitas pembebasan cukai etil alkohol: - menerima berkas permohonan pembebasan dari pemohon; - dalam hal permohonan baru pertama kali diajukan, melakukan pemeriksaan lokasi tempat penimbunan di badan/lembaga yang bersangkutan; - meneliti berkas permohonan: a. apabila permohonannya tidak lengkap atau tidak benar, mengembalikan berikut penjelasannya kepada pemohon untuk diperbaiki; b. apabila telah lengkap dan benar, meneruskan berkas permohonan dengan disertai rekomendasi kepada Direktur Cukai melalui Kepala Kantor Wilayah. 3. Kepala Kantor Wilayah yang membawahi badan/lembaga penerima fasilitas pembebasan cukai etil alkohol: - menerima berkas permohonan pembebasan dari Kepala Kantor Pelayanan berserta rekomendasinya; - meneliti persyaratan administrasi berkas permohonan; - apabila permohonannya tidak lengkap atau tidak benar, mengembalikan berikut penjelasannya kepada Kepala Kantor Pelayanan untuk diperbaiki; - apabila telah lengkap dan benar, meneruskan berkas permohonan dengan disertai rekomendasi kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai. 4. Direktur Jenderal c.q. Direktur Cukai melakukan kegiatan: - menerima berkas permohonan pembebasan dari Kepala Kantor Wilayah berserta rekomendasinya; - meneliti persyaratan administrasi berkas permohonan; - menetapkan jumlah etil alkohol yang layak diberikan pembebasannya; - menerbitkan Keputusan Pemberian Pembebasan Cukai Etil Alkohol; - untuk penerbitan keputusan pembebasan yang pertama kali, sekaligus memberikan Nomor Pokok Pembebasan (NPP) yang berfungsi sebagai nomor pengenal/identitas penerima fasilitas pembebasan cukai etil alkohol;
9 - mendistribusikan keputusan pembebasan kepada: penerima fasilitas; pemasok etil alkohol; Kepala Kantor Pelayanan yang membawahi penerima fasilitas dan atau pemasok etil alkohol; Kepala Kantor Wilayah yang membawahi penerima fasilitas dan atau pemasok etil alkohol; Direktur Verifikasi dan Audit. II. Proses Pengeluaran Etil Alkohol Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi perusahaan pemasok etil alkohol yang memasok etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai melakukan kegiatan: - menerima salinan keputusan pembebasan; - melayani pengeluaran etil alkohol : a. apabila salinan/copy/faksimili keputusan pembebasan belum diterima, pengeluaran etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai tidak dapat dilayani; b. apabila jumlah kuota pembebasan yang diberikan sudah terpenuhi, pengeluaran etil alkohol untuk badan/lembaga yang mendapat fasilitas hanya dapat dilayani setelah ada keputusan pembebasan tambahan; c. tata cara pengeluaran etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai mengikuti ketentuan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-12/BC/1996. III. Proses Pelaporan 1. Kepala Badan/lembaga penerima fasilitas pembebasan wajib mengirimkan laporan bulanan pemasukan dan penggunaan etil alkohol dengan menggunakan LACK-5 kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai melalui Kantor Pelayanan Bea dan Cukai. 2. Pengusaha pemasok etil alkohol yang memasok etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai wajib megirimkan laporan bulanan penjualan/penyerahan etil alkohol kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai dengan menggunakan formulir LACK-9 melalui Kantor Pelayanan Bea dan Cukai. 3. Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi badan/lembaga penerima fasilitas pembebasan cukai: - menerima laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol dari lembaga/badan penerima fasilirtas pembebasan cukai etil alkohol selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan; - mengirimkan teguran tertulis kepada badan/lembaga penerima fasilitas pembebasan cukai denga tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah dan Kantor Pusat Bea dan Cukai apabila terjadi kelambatan pengiriman laporan; - mencocokkan jumlah etil alkohol yang dimasukkan kepenerima fasilitas berdasarkan laporan LACK-5 dan Buku Pengawasan yang dikelola di Kantor Pelayanan bersangkutan; - apabila terdapat selisih, mengadakan penelitian lebih lanjut dan melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; - mengirim laporan tersebut kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai dengan tembusan Kantor Wilayah secara rutin selambat-lambatnya tanggal 15 setiap bulan. 4. Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi pengusaha pemasok etil alkohol melakukan kegiatan sebagai berikut: - menerima laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol dari pemasok etil alkohol selambatlambatnya tanggal 10 setiap bulan.
10 - mengirimkan teguran tertulis kepada pengusaha pemasok etil alkohol dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah dan Kantor Pusat Bea dan Cukai apabila terjadi keterlambatan pengiriman laporan; - mencocokkan jumlah etil alkohol yang dikeluarkan dari pemasok etil alkohol berdasarkan laporan LACK-9 dan Buku Pengawasan yang dikelolah di Kantor Pelayanan yang bersangkutan; - apabila terdapat selisih, mengadakan penelitian lebih lanjut dan melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; - mengirim laporan tersebut kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai dengan tembusan Kantor Wilayah secara rutin selambat-lambatnya tanggal 15 setiap bulan. 5. Kepala Kantor Wilayah yang mengawasi badan/lembaga penerima fasilitas pembebasan dan pengusaha pemasok etil alkohol melakukan kegiatan sebagai berikut: - menerima laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol serta laporan penyerahan/penjualan etil alkohol dari Kepala Kantor Pelayanan secara rutin setiap bulan; - memeliti dan mencocokkan antara laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol dengan laporan penyerahan/penjualan etil alkohol; - menegur Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai apabila terlambat mengirimkan laporan (LACK-5 dan/atau LACK-9). 7. Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai setelah setelah menerima laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai, melakukan kegiatan: - memasukakan laporan tersebut kedalam database komputer; - meneliti dan mencocokkan antara laporan LACK-5 dari badan/lembaga penerima fasilitas dengan laporan LACK-9 dari pengusaha pemasok etil alkohol; - menegur Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dan Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai apabila dalam penelitian yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai ditemukan selisih dalam laporan (LACK-5 dan LACK-9).
11 LAMPIRAN III TATA CARA PEMBERIAN PEMBEBASAN CUKAI ETIL ALKOHOL YANG DIPERGUNAKAN UNTUK TUJUAN SOSIAL Pembebasan cukai atas etil alkohol yang dipergunakan untuk tujuan sosial, berlaku ketentuan sebagai berikut : I. Proses Permohonan 1. Kepala rumah sakit yang bersangkutan: - membuat dan mengajukan surat permohonan beserta kelengkapannya sebagaimana dipersyaratkan dalam Pasal 6 ayat (2) kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai melalui Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dan Kepala Kantor Wilayah DJBC yang mengawasi; - berkewajiban mencantumkan tanda tangan pengusaha yang memasok etil alkohol pada formulir permohonan yang diajukan; - wajib melampirkan rencana pemakaian dan kebutuhan etil alkohol selama periode tertentu apabila mengajukan permohonan tambahan pembebasan cukai etil alkohol. 2. Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi rumah sakit penerima fasilitas pembebasan cukai etil alkohol: - menerima berkas permohonan pembebasan dari pemohon; - meneliti berkas permohonan: a. apabila permohonannya tidak lengkap atau tidak benar, mengembalikan berikut penjelasannya kepada pemohon untuk diperbaiki; b. apabila telah lengkap dan benar, meneruskan berkas permohonan dengan disertai rekomendasi kepada Direktur Cukai melalui Kepala Kantor Wilayah. 3. Kepala Kantor Wilayah yang membawahi rumah sakit penerima fasilitas pembebasan cukai etil alkohol: - menerima berkas permohonan pembebasan dari Kepala Kantor Pelayanan beserta rekomendasinya; - meneliti persyaratan administrasin berkas permohonan; - apabila permohonannya tidak lengkap atau tidak benar, mengembalikan berikut penjelasannya kepada Kepal Kantor Pelayanan untuk diperbaiki; - apabila telah lengkap dan benar, meneruskan berkas permohonan dengan disertai rekomendasi kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai. 4. Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai melakukan kegiatan: - menerima berkas permohonan pembebasan dari Kepala Kantor Wilayah beserta rekomendasinya; - meneliti persyaratan adminitrasi berkas permohonan; - menetapkan jumlah etil alkohol yang layak diberikan pembebasan; - menerbitkan Keputusan Pemberian Pembebasan Cukai Etil Alkohol; - untuk penerbitan keputusan pembebasan yang pertama kali, sekaligus memberikan Nomor Pokok Pembebasan (NPP) yang berfungsi sebagai nomor pengenal/identitas penerima fasilitas pembebasan cukai etil alkohol; - mendistribusikan keputusan pembebasan kepada : penerima fasilitas; pemasok etil alkohol; Kepala Kantor Pelayanan yang membawahi penerima fasilitas dan atau pemasok etil alkohol;
12 Kepala Kantor Wilayah yang membawahi penerima fasilitas dan atau pemasok etil alkohol; - Direktur Verifikasi dan Audit. II. Proses Pengeluaran Etil Alkohol Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi pengusaha pemasok etil alkohol yang memasok etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai melakukan kegiatan; - menerima salinan keputusan pembebasan; - melayani pengeluaran etil alkohol: a. apabila salinan/copy/faksimili keputusan pembebasan belum diterima, pengeluaran etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai tidak dapat dilayani; b. apabila jumlah kuota pembebasan yang diberikan sudah terpenuhi, pengeluaran etil alkohol hanya dapat dilayani setelah ada keputusan pembebasan tambahan; c. tata cara pengeluaran etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai mengikuti ketentuan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-12/BC/1996. III. Proses Pelaporan 1. Kepala rumah sakit penerima fasilitas pembebasan wajib mengirimkan laporan bulanan pemasukan dan penggunaan etil alkohol dengan menggunakan LACK-6 kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai melalui Kantor Pelayanan Bea dan Cukai. 2. Pengusaha pemasok etil alkohol yang memasok etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai wajib mengirimkan laporan bulanan penjualan/penjerahan etil alkohol kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai dengan menggunakan formulir LACK Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi penerima fasilitas pembebasan cukai: - menerima laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol dari penerima fasilitas pembebasan cukai etil alkohol selambat-lambatnya pada tanggal 10 setiap bulan; - mengirimkan teguran tertulis kepada penerima fasilitas pembebasan cukai dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah dan Kantor Pusat Bea dan Cukai apabila terjadi keterlambatan pengiriman laporan; - mencocokkan jumlah etil alkohol yang dimasukkan kepenerima fasilitas berdasarkan laporan LACK-5 dan Buku Pengawasan yang dikelola di Kantor Pelayanan yang bersangkutan; - apabila terdapat selisih, mengadakan penelitian lebih lanjut dan melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; - mengirimkan laporan tersebut kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai dengan tembusan Kantor Wilayah secara rutin selambat-lambatnya tanggal 15 setiap bulan. 5. Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi pengusaha pemasok etil alkohol melakukan kegiatan sebagai berikut: - menerima laporan penerima dan pemakaian etil alkohol serta laporan penyerahan/penjualan etil alkohol dari Kepala Kantor Pelayanan secara rutin setiap bulan; - meneliti dan mencocokkan antara laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol dengan laporan penyerahan/penjualan etil alkohol; - menegur Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai apabila terlambat mengirimkan laporan (LACK-6 dan/atau LACK-9). 6. Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai setelah menerima laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai, melakukan kegiatan: - memasukan laporan tersebut kedalam database komputer;
13 - meneliti dan mencocokkan antara laporan LACK-6 dari penerima fasilitas dengan laporan LACK-9 dari pengusaha pemasok etil alkohol; - menegur Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dan Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai apabila terlambat mengirimkan laporan (LACK-6 dan atau LACK-9); - menegur Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dan Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai apabila dalam penelitian yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai ditemukan selisih dalam laporan (LACK-6 dan LACK-9).
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 53/BC/2011 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 53/BC/2011 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI DIREKTUR JENDERAL BEA DAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 43 /BC/2012
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 43 /BC/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-11/BC/2007 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-11/BC/2007 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN, PERUBAHAN, DAN PENCABUTAN NOMOR
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 35/BC/2014 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 35/BC/2014 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 35/BC/2014 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 35/BC/2014 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2007 TENTANG PEMBEBASAN CUKAI MENTERI KEUANGAN,
MENTERI KEUANGAN SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2007 TENTANG PEMBEBASAN CUKAI Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.04/2014 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.04/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 109/PMK.04/2010 TENTANG TATA CARA
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-92 / BC / 1997 TENTANG
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-92 / BC / 1997 TENTANG PENCAMPURAN ETIL ALKOHOL YANG AKAN DIPERGUNAKAN SEBAGAI BAHAN BAKU ATAU BAHAN PENOLONG DALAM PEMBUATAN BARANG HASIL AKHIR YANG
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 18/BC/2017 TENTANG DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 18/BC/2017 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang : Bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 36 Peraturan
Lebih terperinciDIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,
TATA CARA PEMBERIAN KERINGANAN BEA MASUK ATAS BAHAN BAKU/ SUB KOMPONEN/BAHAN PENOLONG UNTUK PEMBUATAN KOMPONEN ELEKTRONIKA BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/KMK.05/2000
Lebih terperinci*35150 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 5 TAHUN 1997 (5/1997) TENTANG PENGAWASAN BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN PP 5/1997, PENGAWASAN BARANG KENA CUKAI *35150 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 5 TAHUN 1997 (5/1997) TENTANG PENGAWASAN BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI Jl. Jenderal A. Yani Jakarta 13230 Kotak Pos 108 Jakarta 10002 Telepon : 4890308 Faksimili : 4897544 www.beacukai.go.id Yth. 1.
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN NOMOR KEUANGAN. ketentuan. Menteri. cukai; mengenai. b. bahwa. beberapa. Pasal. Peraturan. Keuangan. Cara. Tata 263); CUKAI.
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLI K INDONESIA NOMOR 40/PMK.04/ 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 109/PMK.04/2010 TENTANG TATA CARA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PENGAWASAN BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PENGAWASAN BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pengamanan keuangan negara, dipandang perlu
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1177, 2015 KEMENPERIN. Minuman Beralkohol. Mutu. Industri. Pengawasan. Pengendalian. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/M-IND/PER/8/2015
Lebih terperinciSE - 26/BC/2009 PELAYANAN PITA CUKAI
SE - 26/BC/2009 PELAYANAN PITA CUKAI Contributed by Administrator Tuesday, 10 November 2009 Pusat Peraturan Pajak Online 10 November 2009 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR SE - 26/BC/2009
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1996 TENTANG IZIN PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1996 TENTANG IZIN PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa berdasarkan Pasal 14 ayat (8) Undang-undang Nomor 11
Lebih terperinciBUKTI PENERIMAAN JAMINAN (BPJ) NOMOR :...(3)
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2009 TENTANG PEMBAYARAN CUKAI SECARA BERKALA UNTUK PENGUSAHA PABRIK YANG MELAKSANAKAN PELUNASAN DENGAN CARA PEMBAYARAN MENTERI KEUANGAN Departemen
Lebih terperinci2014, No Mengingat : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.04/2010 tentang Tata Cara Pembebasan Cukai (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
No.237, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pembahasan Cukai. Tata Cara. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.04/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI
Lebih terperinciPER - 11/BC/2011 PENERAPAN SECARA PENUH (MANDATORY) PERALIHAN PELAYANAN DAN PENGAWASAN KEMUDAHAN IMP
PER - 11/BC/2011 PENERAPAN SECARA PENUH (MANDATORY) PERALIHAN PELAYANAN DAN PENGAWASAN KEMUDAHAN IMP Contributed by Administrator Monday, 28 March 2011 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
Lebih terperinciSE â 4/BC/2011 PENGAWASAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL TRADISIONAL SEBAGAI BARANG KENA CUKAI YANG
SE â 4/BC/2011 PENGAWASAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL TRADISIONAL SEBAGAI BARANG KENA CUKAI YANG Contributed by Administrator Thursday, 24 March 2011 Pusat Peraturan Pajak Online 24 Maret 2011 SURAT
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang: bahwa dalam rangka
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 06/BC/2006
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 06/BC/2006 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-43/BC/1999 T E N T A N G
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-43/BC/1999 T E N T A N G TATACARA PEMBERIAN PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN/ATAU BAHAN DARI GUDANG BERIKAT UNTUK DIOLAH, DIRAKIT ATAU DIPASANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71/M-IND/PER/7/2012 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN INDUSTRI MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-22/BC/2001 TANGGAL 20 APRIL 2001 TENTANG KEMASAN PENJUALAN ECERAN HASIL TEMBAKAU
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-22/BC/2001 TANGGAL 20 APRIL 2001 TENTANG KEMASAN PENJUALAN ECERAN HASIL TEMBAKAU DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang : bahwa dalam rangka menciptakan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70 / PMK.04 / 2009 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70 / PMK.04 / 2009 TENTANG PEMBAYARAN CUKAI SECARA BERKALA UNTUK PENGUSAHA PABRIK YANG MELAKSANAKAN PELUNASAN DENGAN CARA PEMBAYARAN MENTERI KEUANGAN, Menimbang
Lebih terperinciKOP PERUSAHAAN. Nomor : Tanggal. Lampiran : Hal : Permohonan Fasilitas Pembebasan Barang dan atau Bahan
Lampiran II KOP PERUSAHAAN Tanggal. Lampiran : Hal : Permohonan Fasilitas Pembebasan Barang dan atau Bahan Yth. Bapak Bea dan Cukai u.p. Direktur Fasilitas Kepabeanan di Jakarta Yang bertanda tangan di
Lebih terperinciSURAT EDARAN Nomor SE-17/BC/2005 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI Jalan Jenderal A. Yani Telepon : 4890308 Jakarta 13230 Faksimili : 4890871 Kotak Pos 108 Jakarta 10002 Yth. 1. Kepala Kantor Wilayah
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-17 /BC/ 1996 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-17 /BC/ 1996 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL
Lebih terperinciNOMOR 115/PMK.04/2008 TENTANG PENCACAHAN DAN POTONGAN ATAS ETIL ALKOHOL DAN MINUMAN YANG MENGANDUNG ETIL ALKOHOL MENTERI KEUANGAN,
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 115/PMK.04/2008 TENTANG PENCACAHAN DAN POTONGAN ATAS ETIL ALKOHOL DAN MINUMAN YANG MENGANDUNG ETIL ALKOHOL MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 43 /BC/2010 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 43 /BC/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P-19/BC/2007
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P-19/BC/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.04/2009 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.04/2009 TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN CUKAI UNTUK PENGUSAHA PABRIK ATAU IMPORTIR BARANG KENA CUKAI YANG MELAKSANAKAN PELUNASAN DENGAN CARA PELEKATAN PITA CUKAI MENTERI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1996 TENTANG IZIN PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1996 TENTANG IZIN PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa berdasarkan Pasal 14 ayat (8) Undang-undang Nomor 11 Tahun
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 50/BC/1999 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN OLEH PERUSAHAAN PENERIMA FASILITAS PEMBEBASAN BEA MASUK
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 50/BC/1999 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN OLEH PERUSAHAAN PENERIMA FASILITAS PEMBEBASAN BEA MASUK Menimbang : DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, a. bahwa
Lebih terperinci-1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 10/BC/2011 TENTANG
-1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 10/BC/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA
Lebih terperinciTATACARA PENGELUARAN DAN PEMASUKAN KEMBALI BARANG DAN/ATAU BAHAN KE DAN DARI PELAKSANA PEKERJAAN SUB KONTRAK
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER-10/BC/2011 TENTANG : PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-63/BC/1997 TENTANG TATA CARA PENDIRIAN DAN
Lebih terperinciSURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR SE - 09/BC/2017
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR SE - 09/BC/2017 TENTANG PELAYANAN PITA CUKAI TERKAIT PERGANTIAN TAHUN ANGGARAN 2017 KE TAHUN ANGGARAN 2018 DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, A. Umum Dalam
Lebih terperinciKeputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Nomor KEP-03/BC/2001 TANGGAL 12 Januari 2001 TENTANG TATALAKSANA PEMBERIAN PENANGGUHAN DAN ATAU
Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-03/BC/2001 TANGGAL 12 Januari 2001 TENTANG TATALAKSANA PEMBERIAN PENANGGUHAN DAN ATAU KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG KE KAWASAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 3 /BC/2010 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 3 /BC/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 347/KMK.01/1999
MENTERI KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 347/KMK.01/1999 TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN ATAU BAHAN DARI GUDANG BERIKAT UNTUK DIOLAH, DIRAKIT ATAU
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: KEP- 64/BC/1997 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: KEP- 64/BC/1997 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN PENUNDAAN PEMBAYARAN CUKAI
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN NOMOR P-17/BC/2006 TENTANG PEMBERITAHUAN HARGA JUAL ECERAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciP - 36/BC/2007 TATALAKSANA AUDIT KEPABEANAN
P - 36/BC/2007 TATALAKSANA AUDIT KEPABEANAN Contributed by Administrator Friday, 30 November 2007 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 36/BC/2007 TENTANG TATALAKSANA
Lebih terperinciSALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 399KMK.01/1996 TENTANG GUDANG BERIKAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 399KMK.01/1996 TENTANG GUDANG BERIKAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 10
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL NOMOR : KEP -50 /BC/1999 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL NOMOR : KEP -50 /BC/1999 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN OLEH PERUSAHAAN PENERIMA FASILITAS PEMBEBASAN BEA
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 83 /BC/1999 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN
Lebih terperinciMENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN DOKUMEN. Keuangan. Lembaran. Indonesia TENTANG. 2. Dokumen
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0/PMK.0/0 TENTANG DOKUMEN CUKAI DAN/ATAU DOKUMEN PELENGKAP CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAA ESA MENTERI
Lebih terperinciNOMOR : KEP-03/BC/2003 NOMOR : 01/DAGLU/KP/I/2003 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TERTIB ADMINISTRASI IMPORTIR
KEPUTUSAN BERSAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P- 05 /BC/2006
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P- 05 /BC/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN IMPOR BARANG KIRIMAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/KMK.05/2000 TENTANG ENTREPOT UNTUK TUJUAN PAMERAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/KMK.05/2000 TENTANG ENTREPOT UNTUK TUJUAN PAMERAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER -15 /BC/2012 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER -15 /BC/2012 TENTANG TATALAKSANA PENGEMBALIAN BEA MASUK YANG TELAH DIBAYAR
Lebih terperinciDIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, MEMUTUSKAN :
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-45/BC/2001 TANGGAL 31 JULI 2001 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PABEAN BARANG EKSPOR YANG MENDAPAT KEMUDAHAN EKSPOR Menimbang : DIREKTUR JENDERAL
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG PENIMBUNAN, PEMASUKAN, PENGELUARAN, DAN PENGANGKUTAN BARANG KENA CUKAI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-15/BC/2008 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-15/BC/2008 TENTANG PENGEMBALIAN CUKAI ATAS PITA CUKAI YANG RUSAK ATAU TIDAK DIPAKAI
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 17/KMK
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 17/KMK.04/2003 TANGGAL 8 JANUARI 2003 TENTANG PEMUNGUTAN CUKAI ATAS BARANG KENA CUKAI YANG BERASAL DARI LUAR NEGERI YANG DIMASUKKAN KE KAWASAN BERIKAT DI DAERAH INDUSTRI
Lebih terperinciDIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
TATA CARA PEMBERIAN KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR MESIN, BARANG DAN BAHAN OLEH INDUSTRI/INDUSTRI JASA YANG MELAKUKAN PEMBANGUNAN/ PENGEMBANGAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NO. 135/KMK.05/2000
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG PENIMBUNAN, PEMASUKAN, PENGELUARAN, DAN PENGANGKUTAN BARANG KENA CUKAI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI ATAS IMPOR BARANG YANG MENGALAMI KERUSAKAN, PENURUNAN MUTU, KEMUSNAHAN, ATAU PENYUSUTAN VOLUME DAN/ATAU BERAT,
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG NOMOR : KEP-14/BC/1999
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-14/BC/1999 TENTANG PAST RECORD IMPORTIR DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI Menimbang
Lebih terperinciP - 12/BC/2010 TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA
P - 12/BC/2010 TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA Contributed by Administrator Tuesday, 09 March 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/PMK. 011/2012 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/PMK. 011/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK. 011/2009 TENTANG PEMBEBASAN
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI. SURAT EDARAN Nomor : SE-12 /BC/1998
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI Jl. Jenderal Achmad Yani Telepon : 4890308 Jakarta - 13230 Faksimile : 4890871 Kotak Pos 108 Jakarta 10002 Yth. 1. Para Kepala Kantor
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-27/BC/2009 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-27/BC/2009 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PEMBAYARAN SECARA BERKALA Menimbang DIREKTUR
Lebih terperinciSURAT PERMOHONAN NIPER PEMBEBASAN DAN/ATAU NIPER PENGEMBALIAN
42 LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- /BC/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-15 /BC/2012 TENTANG TATA LAKSANA PENGEMBALIAN BEA
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-36/BC/2010 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-36/BC/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-30/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-30/PJ/2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGURANGAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK
Lebih terperinciP - 03/BC/2009 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 03/BC/2009 TENTANG TATA CARA
P - 03/BC/2009 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 03/BC/2009 TENTANG TATA CARA Contributed by Administrator Wednesday, 11 February 2009 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 237/PMK.04/2009 TENTANG TIDAK DIPUNGUT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 237/PMK.04/2009 TENTANG TIDAK DIPUNGUT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (4)
Lebih terperinciSehubungan dengan diterbitkannya surat tagihan (STCK-1) nomor :...(6)... tanggal...(7)... (terlampir), kami yang bertanda tangan di bawah ini:
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 28 /BC/2009 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DI BIDANG CUKAI...(1).... Nomor :. (2)... Lampiran :.(3)... Perihal : Permohonan
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 97 /BC/ 1997 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 97 /BC/ 1997 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 16 /BC/2012 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 16 /BC/2012 TENTANG TATA LAKSANA PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER -17 /BC/2012 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER -17 /BC/2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-14/BC/2001 TANGGAL 7 FEBRUARI 2001 TENTANG PEMBLOKIRAN PERUSAHAN DI BIDANG KEPABEANAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-14/BC/2001 TANGGAL 7 FEBRUARI 2001 TENTANG PEMBLOKIRAN PERUSAHAN DI BIDANG KEPABEANAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI. KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI Nomor : KEP- 75 /BC/1996
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI Nomor : KEP- 75 /BC/1996 T E N T A N G TATACARA PEMERIKSAAN PABEAN ATAS BARANG EKSPOR
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DI BIDANG
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Bea dan Cukai Jawa Barat. Penulis ditempatkan pada Bidang Fasilitas
23 BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Penulis melaksanakan kerja praktek di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat. Penulis ditempatkan
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-36 /BC/2007 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-36 /BC/2007 TENTANG TATALAKSANA AUDIT KEPABEANAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN
Lebih terperinciALTERNATIF 2 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39/M-DAG/PER/10/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG JADI OLEH PRODUSEN
ALTERNATIF 2 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39/M-DAG/PER/10/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG JADI OLEH PRODUSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-55/BC/1999 TENTANG TATA CARA PEMINDAHAN BARANG MODAL BAGI PERUSAHAAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 42 /BC/2010
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 42 /BC/2010 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMESANAN PITA CUKAI MINUMAN MENGANDUNG ETIL
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P-26/BC/2007 TENTANG TATALAKSANA PINDAH LOKASI PENIMBUNAN BARANG IMPOR YANG BELUM
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KMK.05/2000 TENTANG TOKO BEBAS BEA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KMK.05/2000 TENTANG TOKO BEBAS BEA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 01 /BC/2014 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 01 /BC/2014 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN CUKAI ETIL ALKOHOL, MINUMAN YANG MENGANDUNG ETIL ALKOHOL, DAN KONSENTRAT
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN A. Sistem Pengawasan Barang Kena Cukai Pengawasan Barang Kena Cukai sangat penting dilakukan agar dapat memberikan penerimaan pada negara. Banyak kasus penyelundupan
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 40 TAHUN 2015
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 40 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.04/2013 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.04/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 253/PMK.04/2011 TENTANG PENGEMBALIAN
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 16 /BC/2008 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 16 /BC/2008 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMESANAN PITA CUKAI HASIL TEMBAKAU DIREKTUR
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.04/2013 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.04/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 253/PMK.04/2011 TENTANG PENGEMBALIAN
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-13/BC/2008 TENTANG TATALAKSANA AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DIREKTUR JENDERAL
Lebih terperinciSURAT PERMOHONAN NIPER PEMBEBASAN DAN/ATAU NIPER PENGEMBALIAN
57 LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- /BC/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 16 /BC/2012 TENTANG TATA LAKSANA PEMBEBASAN BEA MASUK
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 27/BC/2013
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 27/BC/2013 TENTANG PEMERIKSAAN TERHADAP PENGUSAHA PABRIK HASIL TEMBAKAU
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.539, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pembebasan Bea Masuk. Impor Mesin. Pengembangan Industri. Penanaman Modal. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG NOMOR POKOK PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG NOMOR POKOK PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 146/PMK.04/2010 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 146/PMK.04/2010 TENTANG TATA CARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KENA CUKAI KE DAN DARI KAWASAN YANG TELAH DITUNJUK SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN
Lebih terperinciTATAKERJA PENYELESAIAN BARANG IMPOR DENGAN PIB SECARA ELEKTRONIK MELALUI JARINGAN PERTUKARAN DATA ELEKTRONIK
LAMPIRAN SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-19/BC/2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-07/BC/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.337, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Nomor Pokok Pengusaha. Cukai. Pengusaha. Importir. Penjualan Etil Alkohol. Pencabutan. Pembekuan. Pemberian. Tata Cara. Perubahan. PERATURAN MENTERI
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 49 /BC/2011 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 49 /BC/2011 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMESANAN PITA CUKAI DIREKTUR JENDERAL
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 35/BC/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
Lebih terperinci