JUDUL TESIS. Lordy Frans de Wanna NRP DI KELURAHAN RIJALI KOTA AMBON

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JUDUL TESIS. Lordy Frans de Wanna NRP DI KELURAHAN RIJALI KOTA AMBON"

Transkripsi

1 JUDUL TESIS DI KELURAHAN RIJALI KOTA AMBON Lordy Frans de Wanna NRP

2 Kelurahan Rijali Kota Ambon adalah merupakan salah satu lokasi yang terkena dampak dari kerusuhan tersebut berupa kehilangan tempat tinggal / hunian masy. Pada Tahun 2002 dan 2003 baru diadakan pembangunan perumahan bagi pengungsi oleh Pemda setempat. Pembangunan Sarana dan Prasarana pendukung pada Tahun 2004/2005 (setelah masy. Menempati rumah). Lingkungan permuk. Pengungsi & sarana yang terbangun sekarang tidak terawat dan banyak yang sudah beralih fungsi. Kehidupan masyarakat yang tidak peduli terhadap permasalahan yang terjadi dalam lingkungan permuk. Pengungsi di kelurahan Rijali Kota Ambon Lokasi permukiman pengungsi dekat dengan pusat-pusat perbelanjaan, pasar, terminal pelabuhan kecil dan berdampingan dengan lingkungan permukiman sekitarnya yang semraut. Sehingga Cenderung berpengaruh negatif pd lingk. permuk. pengungsi (semakin padat, turunnya daya dukung lingkungan, gaya hidup masy). Terdapat banyak pendatang baru dengan karakteristik budaya yang lain. Perlu adanya suatu konsep penanganan untuk mengatasi pengaruhpengaruh tersebut.

3 RUMUSAN MASALAH : Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas lingkungan permukiman pengungsi; Adanya Pengaruh-pengaruh negatif yang ditimbulkan dari lingkungan sekitarnya terhadap lingkungan permukiman pengungsi, ditinjau dari kondisi fisik lingkungan dan sosial ekonomi masyarakatnya; Pertanyaannya : 1. Faktor-faktor apa saja yg mempengaruhi lingk permukiman pengungsi? 2. Bagaimana konsep penanganan yg dapat dipakai untuk menangani masalah tersebut? TUJUAN : Merumuskan konsep penanganan lingkungan permukiman pengungsi akibat pengaruh lingk. sekitarnya dikel.rijali Kota Ambon. SASARAN : Eksplorasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan lingkungan permukiman pengungsi Kelurahan Rijali Kota Ambon. Menentukan faktor-faktor yang berpengaruh dari lingkungan sekitarnya. Substansi penelitian Empiris keberadaan lokasi penelitian dengan karakteristik masyarakatnya akibat adanya pengaruh-pengaruh dari lingkungan sekitarnya. Literatur / teori yang membahas mengenai penanganan lingkungan permukiman akibat pengaruh lingkungan sekitarnya. Study / penelitian tentang bentuk penanganan lingkungan yang pernah dilaksanakan (Desertasi pd lokasi desa Sampit Kalteng & Study penanganan kawasan kumuhkota Surabaya oleh Lab Perkim ITS) Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman atau kerangka acuan dalam penelitian/study lanjut yang berkaitan dengan penanganan lingkungan permukiman akibat pengaruh-pengaruh lingkungan sekitarnya. Dapat dijadikan sebagai suatu bentuk rekomendasi kepada pemerntah daerah dan instansi teknik dalam penanganan serta pengembangan perumahan dan permukiman.

4 LOKASI (TERITORIAL) PULAU AMBON Sebelah Utara = Permukiman Kelurahan Batu Merah (Kumuh) Sebelah Selatan = Perkantoran (PU Prov Maluku) Sebelah Timur = Permukiman Kel. Karang Panjang Sebelah Barat = Pasar, terminal, perdagangan jasa PUSAT KOTA AMBON WILAYAH ADMINISTRATIF KOTA AMBON T.A. BAGUALA TELUK AMBON Teluk Dalam LEITIMUR SELATAN Teluk Ambon SIRIMAU NUSANIWE

5 Kajian Pustaka dan Dasar Teori yang coba dipakai dalam Penelitian ini adalah : 1. Komunitas Masyarakat 2. Konsep Perencanaan dan Penanganan Lingkungan 3. Kondisi Lingkungan Permukiman 4. Pertumbuhan Permukiman 5. Teori Sosial Budaya (Fungsionalisme Struktural dan Teori Konflik) 6. Interaksi Sosial (Hubungan Sosial) 7. Lingkungan Fisik dan Manusia 8. Konsep Rumah 8.1 Pengertian Rumah dan Permukiman Teori, Kaitannya dengan menurunnya daya dukung lingkungan, menurut Budiharjo, Sudanti, (1993), disebabkan karena dalam lingkungan tersebut terjadi percampuran dan pembauran yang kompleks antar kegiatan (pertokoan, perumahan, industry), antar etnis dan antar strata ekonomis (kaya, menengah, miskin). Kajian : Daya dukung lingkungan menjadi menurun disebabkan karena ; campuran dan pembauran antar kegiatan (pertokoan, perumahan, industry), antar etnis/strata ekonomis (kaya-miskin).

6 Teori, Komarudin, (1994 ) Permukiman adalah suatu unsur dari kebudayaan bermukim manusia. Oleh karenanya pembangunan dan pengembangan permukiman tidak dapat dipilah-pilah dengan unsurunsur politik, ekonomi sosial, budaya dan kesehatan di mana satu sama lainnya merupakan kesatuan sarana penghidupan yang utuh. Budaya bermukim perlu juga memperhatikan unsur : bahasa/komunikasi/symbol, agama/kepercayaan/cosmos, mata pencaharian/teknologi, ilmu pengetahuan, peralatan hidup/permukiman/perumahan, dan kesenian/kerajinan, serta kekerabatan/adat-istiadat/taradisi. Kajian : Adat masyarakat Maluku terkenal dengan budaya Masohi, yg diartikan sebagai bentuk kerjasama, tetapi ternyata membawa dampak lain utk lingk pengungsi yaitu setiap orang yang ada hubungan keluarga/turunan yg sama dapat menempati dan turut mengambil bagian dlm hak-milik seseorang. Teori, Menurut Soekanto (2002), ada tiga unsur perasaan komuniti, yaitu seperasaan, sepenanggungan dan saling memerlukan. Yang disebut pertama merupakan seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya sebanyak mungkin dengan orang-orang yg termasuk dlm suatu komunitas tertentu. Kajian : Adanya saling ketergantungan fisik maupun psikologis, sehingga muncul definisi bahwa terdapat sama kepentingan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Teori, oleh Norberg-Schulz, (1984), pada awalnya permukiman dapat dikatakan sebagai permulaan dari kedatangan manusia (arrival point) yang akan berkembang ke berbagai tingkat lingkungan berdasarkan perbedaan karakter dan struktur ruang menjadi desa, kampung, atau kota. Perbedaan ini menyebabkan pentingnya sebuah orientasi antara manusia (sebagai pendatang dan pengguna ) dengan lingkungannya. Tempat yang akan bertindak sebagai pusat dapat menarik manusia untuk bermukim. Tempat akan dikatakan sebagai pusat jika siapapun yang berada di tempat tersebut dapat menikmati sekitarnya, tidak merasa asing, dan merasa bagian dari tempat tersebut. Kajian : Lokasi Kel. Rijali yg berdekatan dgn pusat aktifitas dapat menyebabkan terjadinya penumpukan anggota masyarakat sehingga menjadi padat dan munculnya tempat-tempat berjualan pada lokasi yg bukan peruntukan bagi tempat berjualan/berdagang

7 Jenis / Rancangan Penelitian (Penelitian Kualitatif, dgn filsafat postpositivisme yg lebih menekankan makna secara generalisasi/mendalam dan sebenarnya ) Pendataan : 1. Jenis Data (Sekunder dan Primer) 2. Teknik Pengumpulan Data (Sekunder : Kumpulan data tertulis dari Instansi Pemerintah, Primer : Kuisioner, wawancara, observasi lapangan) 3. Aspek yang diteliti (Kondisi Fisik lingk, faktor-faktor yang berpengaruh, potensi terjadinya pengaruh dari lingk sekitarnya, kondisi sosial ekonomi. 4. Penentuan sampel & Populasi (Masy Pengungsi yang mempunyai kesamaan = Responden dan stakeholder yang mempunyai kepentingan dalam masalah penanganan lingkungan) Analisa Stakeholders (Pihak Pemerintah, Swasta, Pengamat, Masyarakat) Teknis Analisa Data (Stakeholders-Delphi-Trianggulasi sebagai hasil akhir) Hasil akhir/tujuan : Konsep Penanganan Lingkungan Permukiman Pengungsi akibat Pengaruh Lingkungan Sekitarnya di Kelurahan Rijali Kota Ambon

8 Moleong, (2000), mendefinisikan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis / lisan dari orang-orang & pelaku yang dapat diamati. Sugiono, (2009 : 8-9), Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Analisa stakeholder untuk menidentifikasi serta pemetaan stakeholder sesuai dengan tugas, fungsi berdasarkan kepentingan permasalahan yang ada. Alat analisa yang digunakan adalah analisa Delphi, karena melalui analisa ini nantinya akan dilakukan eksplorasi serta menentukan pendapat stakeholders yang memiliki pengaruh dan kepentingan terhadap lingkungan permuk, mengenai faktor-faktor yg berpengaruh negatif dari lingkungan sekitarnya terhadap lingkungan permukiman pengungsi Kelurahan Rijali Kota Ambon. Selanjutnya dari analisis Trianggulasi, dapat Konsep Penanganan Lingkungan Permukiman Pengungsi Akibat Pengaruh Lingkungan Sekitarnya Di Kelurahan Rijali Kota Ambon.

9 Sosial ekonomi dan budaya masyarakat : Budaya Masohi (gotong royong) dalam proses balas budi, Organisasi kemasyarakatan, Kesamaan kepentingan dalam memenuhi kebutuhan hidup, Keberadaan etnis dan strata ekonomis (kaya, menengah, miskin), Keberadaan etnis dan strata ekonomis (kaya, menengah, miskin), Kehidupan individualisme dalam hidup bermasyarakat, Adanya campuran / pengaruh budaya lain, Ketergantungan terhadap lingkungan sekitarnya, Besar pendapatan Kondisi lingkungan permukiman : Kondisi Rumah (fungsi rumah, kondisi bangunan, kepadatan bangunan, pembagian ruangan). Ketersediaan Sarana dan Prasarana penunjang ( Air bersih, persampahan, sanitasi, drainase, prasarana jalan). Letak geografis / alam : Keberadaan lokasi (dekat dgn pusat aktifitas masyarakat) Kependudukan; Keberadaan penghuni (lama-tidaknya si penghuni), Tingkat pendidikan, Jenis pekerjaan, Status penduduk Bantuan Pemerintah Daerah : Program-program pembangunan peningkatan kulitas lingkungan permukiman. Ketersediaan sarana penunjang : Sarana Ibadah, Sarana Pendidikan, Sarana Kesehatan, Sarana Ekonomi

10 Pihak Pemerintah : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Ambon (BAPPEKOT). Dinas Pekerjaan Umum Kota Ambon Dinas Tata Kota Ambon Dinas Kebersihan Kota Ambon Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DEPERINDAG) Kota Ambon. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Ambon Pihak Swasta : Organisasi pengusaha dalam bidang perencanaan yang ada di Kota Ambon. Pengamat : Akademisi LSM pemerhati kegiatan pembangunan perumahan dan permukiman. Masyarakat : Pedagang STAKEHOLDERS KUNCI : Pelaku industry 1. KETUA RT Tokoh Masyarakat 2. TOKOH MASYARAKAT/KEAGAMAAN HASIL ANALISA STAKEHOLDERS : STAKEHOLDERS UTAMA : 1. DINAS PU KOTA 2. DINAS KEBERSIHAN KOTA 3. AKADEMISI 4. PELAKSANA/PERENCANA KEGIATAN

11 Komponen yang berpengaruh terhadap lingkungan permukiman : Kondisi fisik lingkungan permukiman pengungsi, sosial ekonomi, sarana dan prasarana penunjang eksisting yang ada. Pengumpulan data sekunder dan primer Tinjauan Pustaka Data Sekunder Faktor-faktor berpengaruh Pengaruh negatif yang terjadi terhadap lingkungan pengungsi Kelurahan Rijali Kota Ambon Data primer / kuisioner (hasil eksplorasi variable penelitian dari sintesa kajian pustaka) - Penentuan Responden - Stakeholders - Penentuan Sampling Analisa Delphi Fakta empirik berupa data di lapangan & beberapa kebijakan yg mendukung Faktor yang mempengaruhi lingkungan permukiman pengungsi dari lingkungan sekitarnya di Kelurahan Rijali Kota Ambon Saran dan Harapan untuk mengatasi pengaruh negatif dari lingkungan sekitarnya di Kelurahan Rijali Kota Ambon Analisa Trianggulasi Konsep Penanganan Lingkungan Permukiman Pengungsi akibat Pengaruh Lingkungan Sekitarnya di Kelurahan Rijali Kota Ambon

12 Bab.IV. Gambaran umum wilayah penelitian Aspek sosial : banyak pendatang baru, minimnya ormas/orgn keagamaan, perubahan perilaku masy yang tdk peduli terhdp lingk, bentuk hidup yang individualisme. Aspek ekonomi : jenis mata pencaharian dominan dalam usaha sendiri/swasta, alih fungsi perumahan sebagai tempat usaha, tempat titipan barang dagangan dan kostkost. Aspek budaya : pemahaman budaya Masohi yang kurang tepat pada daerah perkotaan, kebiasaan buruk masyarakat dalam hal membuang sampah pada bantaran sungai, mandi & cuci pada tempat yang tidak diperuntukan / sungai, adanya campuran suku/etnis dengan budaya yang lain pula. Aspek kondisi lingk : pertumbuhan perumahan yang mengarah pada lingk yang semraut, status bangunan yang tidak jelas, alih fungsi bangunan & sarana terbangun. Aspek letak geografis : berada pada pusat-pusat aktifitas masy Kota Ambon, jarak tempuh ke tempat aktifitas lainnya di Kota Ambon yang berdekatan. Aspek sarana & pras : terdapat sarana jalan yang melewati lingk permuk dgn tempat aktifitas tersebut, sarana persampahan yang tidak terawat dan tdk terpakai, sarana MCK yang sudah beralih fungsi menjadi tempat tinggal, sarana air bersih PDAM dan sumur. Aspek kependudukan : penduduk sekarang adalah pendatang dan baru berdomisili di Kota Ambon, tingkat pendidikan yang mayoritas SMA. Program pemerintah : program pemerintah dari instansi teknik tentang peningkatan lingk permukiman.

13 Tahapan analisa delphi Iterasi 1 (Uji Variabel/Sub Variabel/Faktor) Iterasi 2 (Eksplorasi Faktor-Faktor yang Berpengaruh) Iterasi 3 (Menentukan Faktor-Faktor yang Berpengaruh)

14 Uji faktor-faktor berpengaruh berdasarkan variabel-variabel dari teori (tahapan delphi iterasi pertama) : Dari 6 variabel dengan 20 sub variabel, yang disetujui dari hasil wawancara dengan stakeholder adalah 2 variabel dan 7 sub variabel, antara lain variabel sosial ekonomi dan budaya serta variabel kondisi lingk permuk. Sub variabelnya adalah budaya masohi & kebiasaan buruk masy, minimnya organisasi masy & keagamaan, kesamaan kepentingan dlm memenuhi kebuthan hidup, keberadaan etnis/strata ekonomi, pola hidup individualisme, camp budaya lain, ketergantungan lingk sekitarnya dan kondisi rumah. Eksplorasi faktor-faktor yg berpengaruh (iterasi ke dua) : 1. sosial, ekonomi & budaya : budaya suka menerima pendatang dan selanjutnya dpt membangun rumah berdepetan, kebiasaan membuang sampah yg sembarang, minimnya organisasi masy/keagamaan, suka kontrak rumah/lahan kosong bagi pendatang, penyerobotan lahan/bang korban pengungsi, budaya balas budi masohi, banyaknya urbanisasi, perubahan perilaku yg tdk peduli lingk, perubahan fungsi rumah jadi tempat kost & berdagang.

15 2. Kondisi lingk permukiman pengungsi : lingk padat & tdk tertata, jalan lingk & selokan yg tdk terawat, muncul tempat jualan kaki lima, pedagang pakaian bekas & pasar tradisional, tempat sampah yg tdk terawat, muncul gubuk-gubuk kecil yg menempel pd bangunan induk rumah yg ada. 3. Letak geografis lingk : digunakan sebagai tempat masuknya motor-motor laut sehingga lingk menjadi ramai. 4. Kependudukan : banyak pendatang yg kontrak rumah utk berdagang, status penduduk yg tinggal skrg adalah banyak warga pendatang. Menentukan faktor-faktor yg berpengaruh (iterasi ke tiga) : Dari 6 variabel hanya disetujui & ditentukan berpengaruh = A. variabel sosial, ekonomi dan budaya, dengan faktor berpengaruh yaitu : 1. Budaya Masohi dan kebiasaan buruk masy : budaya masohi, pembangunan rumah pd lahan yg tdk diperuntukan utk bang rumah, penyerobotan lahan, perubahan perilaku masy yg tdk peduli lingk, kebiasaan buang sampah pd sungai/selokan dan mandi,cuci pada sembarang tempat. 2. Organisasi masyarakat : minimnya organisasi masyarakat / keagamaan dan tidak berjalannya fungsi organisasi masy yang ada. 3. Kesamaan kepentingan dlm memenuhi kebuthan hidup : keinginan masy pengungsi utk kontrak rumah bg warga pendatang, perubahan fungsi rumah menjadi kost-kost dan tempat berdagang, keinginan masy untuk memenuhi kebuthan hidup dgn berdagang di lingk pengungsi.

16 4. Pola hidup individualisme : pola hidup masy yg tertutup yg tdk punya kebersamaan, hilangnya rasa keberadaan lingk dan orang lain yg berada disekitarnya (tetangga). B. Kondisi Lingk Permukiman : 1. Konstruksi bangunan rumah yang beralih fungsi sebagai tempat berdagang, adanya tempat kost-kost dengan konstruksi yang tidak layak utk ditempati. 2. Kondisi jalan, drainase dan tempat sampah yang tidak terawat serta tidak dikelola dengan baik dan benar c. Kependudukan : 1. Status penduduk banyak sebagai pendatang baru dan juga berasal dari warga yang tinggal pada lingkungan sekitarnya dgn kondisi lingk. semraut Saran dan harapan : 1. Perlu adanya aturan tentang penanganan permasalahan lingk kumuh serta perilaku masy. 2. Penertiban serta pembongkaran bangunan ilegal 3. Pembentukan organisasi masy & keagamaan dlm lingk permuk pengungsi 4. Perlu adanya program-program bantuan pemerintah yg difokuskan bagi kebutuhan prioritas masy pengungsi.

17 Konsep penanganan lingkungan Empiri bentuk penanganan lingk. permukiman (Fakta) Kajian teori tentang penganan lingk. Permukiman Studi/penelitian tentag penanganan lingk. Permuk yg di laksanakan di kawasan lain Analisis Trianggulasi Konsep Penanganan Lingkungan Permukiman Pengungsi Akibat Pengaruh Lingkungan Sekitarnya Di Kelurahan Rijali Kota Ambon

18 Fakta Empiri Keberadaan Lingkungan Permukiman Pengungsi : A. Sosial, budaya dan ekonomi serta kebiasaan masy : Perbedaan pemahaman tentang kegunaan dan fungsi budaya Masohi dlm lingk. permukiman pengungsi di kel. Rijali yang berada pada wilayah perkotaan, sehingga perlu adanya suatu bentuk konsep untuk menyamakan persepsi tentang pemberlakuan budaya Masohi sesuai kegunaannya Kebiasaan masyarakat mambuang sampah, mandi cuci pada tempat yang tidak diperuntukan untuk hal tersebut dan tidak peduli terhadap lingkungan hidupnya, sehingga perlu adanya penertiban serta pembongkaran bangunan illegal, dengan berkoordinasi antara Pemerintah Kota Ambon aparat keamanan masyarakat di lingkungan tersebut Pembentukan organisasi masyarakat dan keagamaan dalam lingkungan permukiman pengungsi sebagai motor penggerak peduli lingkungan (rembuk warga), dengan demikian semua bentuk program-program dalam hal penanganan permasalahan yang terjadi dalam lingkungan Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang fungsi rumah yang sebenarnya dalam membentuk jati diri manusianya, sehingga dapat menghasilkan manusia yang berguna bagi masa depannya di kemudian hari. Perlu adanya program-program bantuan pemerintah daerah yang lebih difokuskan bagi kebutuhan prioritas masyarakat B. Kondisi Lingk Permukiman : Konstruksi bangunan rumah yang beralih fungsi sebagai tempat berdagang, adanya tempat kostkost dengan konstruksi yang tidak layak untuk ditempati. Kondisi jalan, drainase dan tempat sampah yang tidak terawat serta tidak dikelola dengan baik dan benar. C. Kependudukan : Status penduduk banyak sebagai pendatang baru dan juga berasal dari warga yang tinggal pada lingkungan sekitarnya dengan kondisi lingkungannya semraut.

19 Teori Pendukung: A. Sosial, budaya dan ekonomi serta kebiasaan masy : Budaya bermukim perlu juga memperhatikan unsur : bahasa/komunikasi/symbol, agama/kepercayaan/cosmos, mata pencaharian/teknlgi, ilmu pengetahuan, peralatan hidup/permukiman/perumahan, kesenian/kerajinan, serta kekerabatan/ adat-istiadat/taradisi. Pada awalnya permukiman dapat dikatakan sebagai permulaan dari kedatangan manusia (arrival point) yang akan berkembang ke berbagai tingkat lingkungan berdasarkan perbedaan karakter dan struktur ruang menjadi desa, kampung, atau kota. Perbedaan ini menyebabkan pentingnya sebuah orientasi antara manusia (sebagai pendatang dan pengguna ) dengan lingkungannya. Tempat yang akan bertindak sebagai pusat dapat menarik manusia untuk bermukim. Tempat akan dikatakan sebagai pusat jika siapapun yang berada di tempat tersebut dapat menikmati sekitarnya, tidak merasa asing, dan merasa bagian dari tempat tersebut (Norberg-Schulz, 1984). Hal yang mendasar untuk membentuk suatu komunitas yaitu seperasaan, sepenanggungan dan saling memerlukan (Soekanto, 2002). Konsep penanganan lingkungan permukiman dilakukan melalui pelaksanaan peraturan-peraturan, kelompok kerja pelestarian lingkungan, pusat-pusat studi lingkungan, penataan bangunan oleh pemerintah daerah, investor, developer, pedagang dan peran masyarakat (Komarudin, 1994). (Dewi Sari, 2009), suatu bentuk penganan lingkungan permukiman yang terbentuk akibat adanya masalah konflik harus memperhatikan beberapa hal, antara lain : tingkatkan solidaritas, membantu menciptakan ikatan aliansi dengan kelompok lain, mengaktifkan peranan individu yang semula terisolasi dan tingkatkan komunikasi antar sesama. konsep rumah kaitannya dengan penanganan lingkungan (Maslow, 1954), rumah merupakan kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai salah satu kebutuhan biologis, faktor keamanan dan pembentukan jati diri manusia yang ada didalamnya, apabila fungsi rumah sudah bisa dipahami seperti fungsi rumah seperti diuraikan diatas maka permasalahan alih fungsi/kegunaan bangunan rumah yang terjadi di lingkungan permukiman pengungsi Kelurahan Rijali Kota Ambon dapat terselesaikan.

20 Studi/Penelitian Tentang Penanganan Lingkungan Permukiman Yang Sudah Pernah Dilaksanakan di Kawasan Lain : Pembentukan suatu wadah masyarakat yang berasal dari setiap jenis unsur strata ekonomi, budaya, agama (plural) sehingga dapat mewakili seluruh masyarakat dalam meningkatkan kebersamaan hdp dan beragama secara rukun dan damai. Pendataan lingkungan permukiman dan verifikasi, pembentukan dan penguatan kelembagaan, identifikasi potensi masalah serta kebutuhannya, pembentukan dan penguatan KSM/W, pelatihan organisasi dan ketrampilan, pemilihan teknologi, implementasi kegiatan fisik dan non fisik, monitoring dan evaluasi. Meningkatkan ruang hidup (arsitektur) yg dapat membuka peluang kpd masyarakat dalam menjalin hubungan antar sesama. Peningkatan kawasan tersebut dengan sarana peribadatan, pendidikan, kesehatan & ekonomi yang ditempatkan berdekatan sehingga terjalin suatu bentuk kehidupan yang penuh kebersamaan/tidak sendiri- sendiri, dengan demikian lingkungan hidup tersebut menjadi harmonis & aman. Keberlanjutan suatu lingkungan permuk. menjadi lingkungan yang harmonis perlu ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai, agar bentuk dari perumahn yang ada secara arsitektur dapat terjaga sesuai dengan fungsi dan perananannya dalam menjalin kehidupan dengan baik. Percampuran masyarakat yang plural dalam suatu tempat secara bersamaan akan meningkatkan kestabilan dan keberagaman dalam membina kerukunan hidup masyarakatnya.

21 Analisis Trianggulasi Empiris Keberadaan Lingkungan Permuk. Kajian Pustaka / Teori Tentang Studi/Penelitian Tentang Penanganan Konsep Penanganan Lingkungan No. Variabel / Sub Variabel Pengungsi dan Masyarakat di Kel. Rijali Penanganan Lingkungan Lingkungan Permukiman Yang Sudah Permukiman Pengungsi Akibat Berdasarkan Pendapat /Opini Stakeholder Permukiman Pernah Dilaksanakan di Kawasan Lain Pengaruh Lingkungan Sekitarnya di Kelurahan Rijali - Kota Ambon A Sosial,Ekonomi & Budaya,srta Kebiasaan buruk masyarakat : 1 Budaya Masohi dan kebiasaan Perbedaan pemahaman tentang kegunaan dan Permukiman adalah suatu unsur dari Pembentukan suatu wadah masyarakat Menyatukan persamaan persepsi tentang buruk masyarakat pengungsi fungsi budaya Masohi dalam lingkungan kebudayaan bermukim manusia. yang berasal dari setiap jenis unsur strata kegunaan budaya Masohi dilingkungan kelurahan Rijali Kota Ambon permukiman pengungsi di kelurahan Rijali yang Oleh karenanya pembangunan dan ekonomi, budaya, agama (plural) sehingga permukiman pengungsi kelurahan Rijali berada pada wilayah perkotaan, sehingga perlu pengembangan permukiman tdk dapat dapat mewakili seluruh masyarakat dalam yang berada pada wilayah perkotaan. adanya suatu usaha untuk menyamakan dipilah-pilah dngan unsur-unsur politik, meningkatkan kebersamaan hdp dan persepsi tentang pemberlakuan budaya ekonomi sosial, budaya dan kesehatan beragama secara rukun dan damai Penertiban dan pembongkaran bangunan Masohi sesuai dengan kegunaannya. di mana satu sama lainnya merupakan ilegal, alih fungsi bangunan dan kembalikan Kebiasaan masyarakat mambuang sampah, kesatuan sarana penghidupan yg utuh. fungsi sarana prasarana yang ada sesuai mandi cuci pada tempat yang tidak diperuntukn Budaya bermukim prl jg mmperhatikn kegunaannya, sesuai dasar hukum/hak untuk hal tersebut dan tidak peduli terhadap unsur : bahasa/komunikasi/symbol, milik bangunan dan lahan. lingkungan hidupnya, sehingga perlu adanya agama/kepercayaan/cosmos, mata penertiban serta pembongkaran bangunan pencaharian/teknlgi, ilmu pengetahuan, illegal, dengan berkoordinasi antara Pemerintah peralatan hdp/permukiman/perumahan, Kota Ambon aparat keamanan masyarakat kesenian/kerajinan, serta kekerabatan/ di lingkungan tersebut. adat-istiadat/taradisi. 2 Organisasi Kemasyarakatan Pembentukan organisasi/forum masyarakat dan Konsep penanganan lingkungan Pendataan lingkungan permukiman dan Pembentukan dan penguatan organisasi keagamaan dalam lingkungan permukiman permukiman dilakukan melalui verifikasi, pembentukan dan penguatan masyarakat/keagamaan agar dpt mewakili pengungsi sebagai motor penggerak peduli pelaksanaan peraturan-peraturan, kelembagaan, identifikasi potensi masalah warga dalam mengenali permasalahan, lingkungan (rembuk warga), sehingga dapat kelompok kerja pelestarian lingk. serta kebutuhannya, pembentukan dan serta berkoordinasi dengan pemerintah mewakili warga yang ada dalam hal berikan pusat-pusat studi lingkungan, penguatan KSM/W, pelatihan organisasi setempat dalam penyelesaian masalah opini masalah yg terjadi, usulan, perencanaan, penataan bangunan olh pemerintah dan ketrampilan, pemilihan teknologi, yang terjadi di lingkungan permukiman pelaksanaan dan pengelolaan program-program daerah, investor, developer, implementasi kegiatan fisik dan non fisik, di kelurahan Rijali Kota Ambon. penanganan lingkungan permukiman pengungsi. pedagang dan peran masyarakat monitoring dan evaluasi. 3 Kesamaan kepentingan dalam Keinginan mengontrak rumah/lahan kosong Mengembalikan fungsi rumah sbgai Meningkatkan ruang hidup (arsitektur) yg Peningkatkan & pendampingan pemerintah memenuhi kebutuhan hidup untuk dijadikan tempat kost, berdagang, tempat tinggal, faktor keamanan, dapat membuka peluang kpd masyarakat daerah kepada masyarakat berupa aturan penitipan barang. pembentukan jati diri manusianya. dalam menjalin hubungan antar sesama tentang penanganan masalah lingkungan. Perlu adanya program-program bantuan Dengan demikian permasalahan pemerintah daerah yang lebih difokuskan bagi alih fungsi rumah yang terjadi pada kebutuhan prioritas masyarakat, tentang lingk permukiman pengungsi dapat penanganan lingkungan permukiman serta teratasi. pendampingan kepada masyarakat.

22 4 Pola hidup individualisme Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan Dasar utk membentuk komunitas Peningkatan kawasan tersebut dengan Pola hidup bersama dlm masyarakat yang permukiman pengungsi di Kelurahan Rijali. adlh seperasaan, sepenanggungan sarana peribadatan, pendidikan, kesehatan mampu menerima & mendukung program dan saling memerlukan. & ekonomi yang ditempatkan berdekatan atau bantuan pemerintah daerah. Bentuk penganan lingk. permuk. sehingga terjalin suatu bentuk kehidupan yg terbentuk akibat adanya mslah yang penuh kebersamaan/tidak sendirikonflik hrs memperhatikan tingkatan sendiri, dengan demikian lingkungan solidaritas, membantu menciptakan hidup tersebut menjadi harmonis & aman. ikatan aliansi dengan kelompok lain, mengaktifkan peranan individu yang semula terisolasi dan tingkatkan komunikasi antar sesama. B Kondisi Lingkungan Permuk : 1 Kondisi Rumah Konstruksi bangunan rumah yang beralih fungsi Rumah merupakan kebutuhan dasar Keberlanjutan suatu lingkungan permuk. Sosialisasi kepada masyarakat tentang sebagai tempat jualan berdagang, tempat kost- manusia yang berfungsi sebagai salah menjadi lingkungan yang harmonis perlu arti dan fungsi rumah dalam lingkungan kost dengan konstruksi yang tidak layak. satu kebutuhan biologis, ktr keamanan ditunjang dengan sarana dan prasarana permukiman pengungsi beserta sarana dan dan pembentukan jati diri manusia yang memadai, agar bentuk dari perumahn pras yang ada, sehingga perlu perawatan 2 Ketersediaan Sarana dan Kondisi jalan, drainase, mck & tempat sampah yang ada didalamnya beserta sarana yang ada secara arsitektur dapat terjaga dan pengelolaan dari penghuninya. Prasarana Penunjang yg tidak terawat serta tidak dikelola dgn baik dan pras yang merupakan pendukung sesuai dengan fungsi dan perananannya dan benar, sehingga lingkungan tersebut smakin kehidupan pada lingkungan permuk. dalam menjalin kehidupan dengan baik. ramai dan penumpukan sampah dlm selokan, dll C Kependudukan : 1 Keberadaan Penghuni (lama/tdk) Status penduduk banyak sebagai pendatang Pada awalnya permukiman dapat Percampuran masyarakat yang plural Meningkatkan kebersamaan masyarakat baru dan juga berasal dari warga yang tinggal dikatakan sebagai permulaan dari dalam suatu tempat secara bersamaan untuk peduli terhadap penanganan 2 Status penduduk pada lingkungan sekitarnya dengan kondisi kedatangan manusia (arrival poin) akan meningkatkan kestabilan dan permasalahan yang terjadi di lingkungan lingkungannya semraut yang akan berkembang ke berbagai keberagaman dalam membina permukiman pengungsi. tingkat lingkungan berdasarkan kerukunan hidup masyarakatnya. perbedaan karakter & struktur ruang menjadi desa, kampung, atau kota. Perbedaan ini menyebabkan pnting sbab orientasi antara manusia (sebagai pendatang dan pengguna ) dengan lingkungannya. Tempat yang akan bertindak sebagai pusat dpt menarik manusia utk bermukim. Tempat akan dikatakan sbg pusat jika siapapun yang berada di tempat tersebut dapat merasa bagian dari tempat tersebut.

23 Rumusan konsep penanganan lingkungan 1) Menyatukan persamaan persepsi tentang kegunaan budaya Masohi dilingkungan permukiman pengungsi kelurahan Rijali yang berada pada wilayah perkotaan. 2) Penertiban dan pembongkaran bangunan ilegal, alih fungsi bangunan dan kembalikan fungsi sarana prasarana yang ada sesuai kegunaannya, sesuai dasar hukum/hak milik bangunan dan lahan 3) Pembentukan dan penguatan organisasi masyarakat/keagamaan agar dapat mewakili warga dalam mengenali permasalahan, serta berkoordinasi dengan pemerintah setempat dalam penyelesaian masalah yang terjadi. 4) Peningkatkan dan pendampingan pemerintah daerah kepada masyarakat berupa aturan tentang penanganan masalah lingkungan 5) Pola hidup bersama dlm masyarakat yang mampu menerima dan mendukung program atau bantuan pemerintah daerah 6) Sosialisasi kepada masyarakat tentang arti dan fungsi rumah dalam lingkungan permukiman pengungsi beserta sarana dan prasarana yang ada, sehingga perlu perawatan dan pengelolaan dari penghuninya 7) Meningkatkan kebersamaan masyarakat untuk peduli terhadap penanganan permasalahan yang terjadi di lingkungan permukiman pengungsi

24 Dengan kondisi lingkungan permukiman semakin menurun yang diakibatkan dari pengaruhpengaruh lingkungan sekitarnya, maka perlu adanya pendampingan yang serius dari pemerintah untuk dapat meningkatkan kemampuan masyarakat agar mengenal dengan jelas potensi dan masalah yang terjadi. Sosialisasi mengenai bentuk permasalahan yang terjadi akibat pengaruh negatif, meningkatkan kemampuan masyarakat dan membentuk serta penguatan kelembagaan/organisasi atau forum masyarakat. Dengan demikian perlu adanya dukungan pemerintah baik pusat maupun daerah tentang penanganan lingkungan kepada masyarakat sejak sosialisasi sampai dengan pasca pelaksanaan program penanganan lingkungan permukiman tersebut. Kebijakan tersebut memberikan petunjuk tentang proses dan cara penanganan lingkungan, keterlibatan masyarakat sejak tahap perencanaan sampai dengan pasca pelaksanaan. Disamping itu, kebijakan tersebut juga disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik masyarakat setempat Untuk menguji lebih lanjut tentang konsep penanganan lingkungan permukiman dengan mempertimbangkan aspek sosial, budaya dan ekonomi, maka diperlukan studi atau penelitian yang sejenis dengan karakteristik masyarakat perkotaan yang berada pada pusat-pusat aktifitas masyarakat lainnya, sehingga konsep tersebut dapat dijadikan model untuk penanganan lingkungan permukiman di perkotaan akibat pengaruh-pengaruh dari lingkungan sekitarnya. Disamping itu juga diperlukan studi atau penelitian tentang keterlibatan masyarakat dalam penanganan lingkungan permukiman dengan karakteristik masyarakatnya yang beragam campuran etnis/suku, budaya yang berbeda pada wilayah lainnya di Kota Ambon, yang bukan masyarakat pengungsi. Sehingga dapat diketahui konsep penanganan yang sesuai untuk diterapkan di wilayah tersebut. Dengan konsep tersebut maka dapat disusun program yang sesuai untuk mempercepat pengurangan kawasan-kawasan permukiman kumuh di Kota Ambon.

25 Sekian, Terima Kasih Semoga dapat sesuai dengan harapan. Kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan draft Tesis ini. Terima kasih atas atensi dan kerjasamanya.

KONSEP PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERUMAHAN BTN BAUMATA, KOTA KUPANG

KONSEP PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERUMAHAN BTN BAUMATA, KOTA KUPANG TESIS KONSEP PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERUMAHAN BTN BAUMATA, KOTA KUPANG ROLIVIYANTI JAMIN 3208201833 DOSEN PEMBIMBING Ir. Purwanita S, M.Sc, Ph.D Dr. Ir. Rimadewi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Lebih terperinci

BAB. 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB. 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB. 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan serangkaian tahapan penelitian ini dapat dirumuskan beberapa kesimpulan, antara lain : I. Faktor-faktor yang berpengaruh pada lingkungan sekitarnya

Lebih terperinci

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN Kelayakan kawasan hunian salah satunya adalah tersedianya kebutuhan prasarana dan sarana permukiman yang mampu memenuhi kebutuhan penghuni didalamnya untuk melakukan aktivitas,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah

Lebih terperinci

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-218 Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya Mia Ermawati dan Ema Umilia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK)

ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK) ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK) Pendahuluan Perkembangan Kota dapat mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk Permukiman

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Dari hasil keselurusan analisa dan pembahasan untuk merumuskan arahan perbaikan lingkungan permukiman kumuh berdasarkan persepsi masyarkat di Kelurahan Tlogopojok

Lebih terperinci

KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON. oleh

KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON. oleh KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON oleh DIANE ELIZABETH DE YONG 3208201830 Latar Belakang PENDAHULUAN Bangsa Portugis membangun benteng tahun 1588 dan diberi

Lebih terperinci

JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG

JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG LATAR BELAKANG PENDAHULUAN : a) Hunian merupakan kebutuhan dasar manusia, dan hak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 129 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian mengenai Konsep Penataan Kawasan Permukiman Kumuh di kelurahan Kampung Makasar dan Soa-sio, kota Ternate,

Lebih terperinci

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya Penulis : Mia Ermawati, dan Dosen

Lebih terperinci

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN (STUDI KASUS : KECAMATAN RUNGKUT) Disusun Oleh: Jeffrey Arrahman Prilaksono 3608 100 077 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS 3.1. ekonominya. RT. 37 ini merupakan salah satu kantong "PAKUMIS" (Padat, Kumuh, Miskin) dari seluruh kawasan Kelurahan Basirih yakni pada RT. 37 ini pula yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 43 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Umum Kelurahan Depok Berdasarkan ketentuan Pasal 45 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Depok Nomor : 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Lurah bertanggung

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C124 Arahan Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Kecamatan Kenjeran dengan Pendekatan Eco-Settlements Bayu Arifianto Muhammad dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C151 Arahan Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Kecamatan Kenjeran dengan Pendekatan Eco-Settlements Bayu Arifianto Muhammad dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang

Lebih terperinci

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi Sidang Tugas Akhir Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi Mia Ermawati (3610100035) Dosen Pembimbing: Ema Umilia, ST., MT Hertiari Idajati, ST. MSc Isi Presentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi berdasarkan sumber Badan Pusat Statistik sebesar 1,49% pada tahun 2015 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya.

Lebih terperinci

Oleh: Desi Farida Nrp

Oleh: Desi Farida Nrp Tesis STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN WOHA KABUPATEN BIMA Oleh: Desi Farida Nrp. 3310 202 710 PROGRAM MAGISTER TEKNIK PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA Gambaran Umum Wilayah Luas wilayah Kota Yogyakarta: 3.250 Ha (32,5 Km 2 ) Kota Yogyakarta memiliki 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 614 Rukun Warga (RW), dan 2.524 Rukun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA Vippy Dharmawan 1, Zuraida 2 1+2 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo Nomor 59 Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan permukiman yang dihadapi kota kota besar di Indonesia semakin kompleks. Tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk yang tinggi terbentur pada kenyataan

Lebih terperinci

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak Keberdayaan masyarakat dalam mendukung upaya perbaikan permukiman masih kurang Upayaupaya perbaikan permukiman menjadi tidak berarti Contohnya, luas Permukiman Tidak Layak Huni Kota Bogor meningkat Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PKM-M. Oleh:

LAPORAN AKHIR PKM-M. Oleh: LAPORAN AKHIR PKM-M COMMUNITY BASED RESOURCE MANAGEMENT : REVITALISASI PENGELOLAAN SUMBER MATA AIR UNTUK MENINGKATAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA CIHIDEUNG UDIK, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

Sub Sektor : Air Limbah

Sub Sektor : Air Limbah Sub Sektor : Air Limbah No. Faktor Internal % Skor 1.00 2.00 3.00 4.00 Angka KEKUATAN (STRENGHTS) Adanya struktur organisasi kelembagaan pengelola limbah 1.1 domestik pada PU BMCK Memiliki Program kegiatan

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 1151

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 1151 ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENANGANAN PERMUKIMAN ILEGAL DI BANTARAN SUNGAI STUDI KASUS: BANTARAN KALI PESANGGRAHAN KAMPUNG BARU, KEDOYA UTARA KEBON JERUK Reza Sasanto 1, Aip Syaifuddin Khair 1

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

5.1. Area Beresiko Sanitasi

5.1. Area Beresiko Sanitasi 5.1. Area Beresiko Sanitasi Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup

Lebih terperinci

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok 1 Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok Fachrul Irawan Ali dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas : BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perancangan Dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas di Desa Jomblang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada Proses peralihan kepemilikan lahan kosong terjadi sejak akhir 2004 dan selesai pada tahun 2005, dan sejak

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Laporan Akhir PLPBK Desa Jipang Menuju Desa Yang Sehat, Berkembang dan Berbudaya 62

BAB VI PENUTUP. Laporan Akhir PLPBK Desa Jipang Menuju Desa Yang Sehat, Berkembang dan Berbudaya 62 BAB VI PENUTUP 6.1 Rencana Kerja Untuk mewujudkan Visi Penataan Lingkungan Permukiman Desa Jipang yaitu terwujudnya Desa Jipang yang sehat, berkembang dan berbudaya maka lembaga lembaga masyrakat beserta

Lebih terperinci

TATA GUNA TANAH TATA GUNA AGRARIA. WIDIYANTO, SP, MSi

TATA GUNA TANAH TATA GUNA AGRARIA. WIDIYANTO, SP, MSi TATA GUNA TANAH TATA GUNA AGRARIA WIDIYANTO, SP, MSi TATA GUNA TANAH VS TATA GUNA AGRARIA TATA GUNA AGRARIA TATA GUNA TANAH Tata Guna Tanah (land use planning) TATA GUNA AGRARIA Tata Guna Air (water use

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM PLPBK

PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM PLPBK PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM PLPBK APA PERENCANAAN PARTISIPATIF? Proses perumusan dan penyepakatan produk perencanaan dengan melibatkan partisipasi aktif warga dan Pemda Proses penyelarasan perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang lebih cepat seiring dengan berkembangnya kota Perkembangan ini terutama karena lokasinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta metode dan

BAB III METODE PENELITIAN. dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta metode dan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab metode penelitian ini dijabarkan mengenai rancangan penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, instrumen penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, metode

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah susun ini dirancang di Kelurahan Lebak Siliwangi atau Jalan Tamansari (lihat Gambar 1 dan 2) karena menurut tahapan pengembangan prasarana perumahan dan permukiman

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA T U G A S A K H I R FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 156 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dari penelitian ini didapati kesimpulan dan temuan-temuan sebagai berikut: 1. Karakteristik fisik permukiman kampung

Lebih terperinci

Kata Pengantar. dan kesabaran, sehingga penyusunan laporan akhir tahun ini dapat selesai

Kata Pengantar. dan kesabaran, sehingga penyusunan laporan akhir tahun ini dapat selesai Page 0 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke Tuhan yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran, sehingga penyusunan laporan akhir tahun ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di Yogyakarta Kampung Ngampilan RW I secara geografis terletak di daerah strategis Kota Yogyakarta,

Lebih terperinci

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI BAB 4 KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI Program Relokasi di Kelurahan Sewu dilatar belakangi oleh beberapa kondisi, diantaranya kondisi banjir yang tidak dapat di prediksi waktu terjadi seperti

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan Rumah Susun pekerja ini menggunakan metode secara kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks permasalahan yang ada secara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh

Lebih terperinci

Bab 3 Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

Bab 3 Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi Bab 3 Percepatan Pembangunan Sanitasi Bab ini merupakan inti dari Sanitasi Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013-2017, yang akan memaparkan tentang isu strategis, permasalahan mendesak, tujuan, sasaran dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL Ingerid Lidia Moniaga & Fela Warouw Laboratorium Bentang Alam, Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah diikuti pula dengan laju pertumbuhan permukiman. Jumlah pertumbuhan permukiman yang baru terus meningkat

Lebih terperinci

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran Siak Sri Indrapura merupakan ibukota kabupaten Siak. Secara administratif,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 31 BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 4.1 Kondisi Kemiskinan Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan tidak sematamata didefinisikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 Pengertian pasar tradisional menurut peraturan Menteri perdagangan RI, (2008): Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK OLEH PALUPI SRI NARISYWARI SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berwibawa dengan melibatkan peran serta swasta dan masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. dan berwibawa dengan melibatkan peran serta swasta dan masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya merealisasikan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa dengan melibatkan peran serta swasta dan masyarakat yang berorientasi pada kepentingan

Lebih terperinci

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (43-50)

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (43-50) INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (43-50) MUTU PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI DI BANJARMASIN Kurnia Widiastuti Jurusan Arsitektur Univ. Lambung Mangkurat Banjarmasin Abstrak Secara empiris daerah bantaran

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 7 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK

RGS Mitra 1 of 7 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK RGS Mitra 1 of 7 INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis BAB I PENDAHULUAN 1.4. Latar Belakang Permukiman kumuh merupakan permasalahan klasik yang sejak lama telah berkembang di kota-kota besar. Walaupun demikian, permasalahan permukiman kumuh tetap menjadi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa saat ini masih terdapat permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara berkembang, pertumbuhan kota di Indonesia terjadi secara pesat. Pertumbuhan kota yang pesat ini dapat disebabkan oleh tingginya pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian secara kritis yang sudah dianalisis di kawasan Borobudur, menggambarkan perkembangan representasi serta refleksi transformasi sebagai berikut : Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kampung kota adalah suatu bentuk pemukiman di wilayah perkotaan yang khas Indonesia dengan ciri antara lain: penduduk masih membawa sifat dan prilaku kehidupan pedesaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

Elemen permukiman dengan ketidak layak hunian sedang. Lokasi

Elemen permukiman dengan ketidak layak hunian sedang. Lokasi Elemen permukiman dengan ketidak layak hunian sedang RW 3 Lokasi RW 9 RW 10 status lahan RT 1/RW 3 RT 1,2,3,4 Pembahasan Permukiman berdiri di lahan ilegal karena berada di lahan milik pemerintah di bantaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar merupakan suatu tempat dimana penjual dan pembeli dapat bertemu untuk melakukan transaksi jual beli barang. Penjual menawarkan barang dagangannya dengan harapan

Lebih terperinci

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERSEMBAHAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah mencapai 40,7% (Maran, 2003). Di Indonesia, persentase penduduk kota mencapai 42,4% pada tahun

Lebih terperinci

Aminatu Zuhriyah. Arahan Penanganan Permukiman Kumuh Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Lamongan

Aminatu Zuhriyah. Arahan Penanganan Permukiman Kumuh Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Lamongan Arahan Penanganan Permukiman Kumuh Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Lamongan Aminatu Zuhriyah 3604 100 035 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti 231 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti rumuskan suatu kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut : A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum

Lebih terperinci

PENGKAJIAN FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGELOLAAN SAMPAH PARTISIPATIF

PENGKAJIAN FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGELOLAAN SAMPAH PARTISIPATIF PENGKAJIAN FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGELOLAAN SAMPAH PARTISIPATIF TA 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, tujuan utama pengelolaan sampah

Lebih terperinci

EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI KASUS : RUSUNAWA URIP SUMOHARJO)

EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI KASUS : RUSUNAWA URIP SUMOHARJO) TESIS II - RE092325 Dosen Pembimbing : I.D.A.A. Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D Disampaikan Oleh : Diah Kusumaningrum NRP. 3308 202 011 EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR Menimbang

Lebih terperinci