IDENTIFIKASI POTENSI GUA BOJONG SEBAGAI OBJEK WISATA MINAT KHUSUS DI DESA CIAWI KECAMATAN KARANGNUNGGAL KABUPATEN TASIKMALAYA
|
|
- Yohanes Santoso
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IDENTIFIKASI POTENSI GUA BOJONG SEBAGAI OBJEK WISATA MINAT KHUSUS DI DESA CIAWI KECAMATAN KARANGNUNGGAL KABUPATEN TASIKMALAYA Identification of potential bojong cave as tourism objek Special interest tours in ciawi village of karangnunggal sub-distict tasikmalaya regency Siti Fadjarajani¹ Ridwan Nasrullah² Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRACT RIDWAN NASRULLAH Identification of potential bojong cave as tourism objek Special interest tours in ciawi village of karangnunggal sub-distict tasikmalaya regency, Geography Education Courses. Faculty of Teacher Training and Educational Sciences. Siliwangi University. Background in this research is bojong cave in ciawi village of karangnunggal sub-district. Bojong cave constitute one of horizontal cave which are karst region South Tasikmalaya. Have potential Special interest tours, but that potential not developing because limited cave identification and science about cave tourism. Problems in this research is cave characteristics bojong and classification bojong cave to development special interest tours, The purpose of this research is to know the characteristics bojong cave and purpose classification cave bojong to development. The research method used is descriptive quantitative methods. Data collection techniques used are observation, interview, questionnaire, library studies, the study documentation. The population in the study is the entire KK in the village of Gandasari, the visitors as many as 20 people. Random sampling techniques and purposive sampling/judgemental sampling. The total number of samples is as much as 23 respondents and visitors as many 10 people. The Result of the research show that characteristics bojong cave is karst cave which unique morphology, there rich biospeleologi, kind of ornament that many find in bojong cave with exclusive morphology as ornament stalaktite, stalagmite, heliktit, columns, draperies, gourdam, gordayn, straw, canopy. The shave of cave ornament become beautiful there no find othere. classification The level of difficult of the caves can be divided into four : easy, moderate, difficult and very difficult. Bojong cave is difficult (class III) with the value of 8.0. the Cave Bojong viable on a special interest in the challenges and specific expertise in trace. Classification of the cave, including the quality of class C with a value of 40, which indicates that the cave bojong have many ornaments and high- value content. Keywords: Special interest tours, Cave Bojong, Karst Tasikmalaya
2 LATAR BELAKANG Kawasan merupakan suatu daerah tertentu yang memiliki ciri khusus, misalnya kawasan batu gamping atau karst. Batu gamping merupakan batuan endapan yang pada mulanya terbentuk di dasar laut yang tersusun dari rumah binatang koral dalam kurun waktu yang sangat lama. Melalui proses geologis akhirnya rumah binatang koral tersebut terangkat ke permukaan laut dan membentuk batuan (Coral Reef) yang disebut batu gamping. Selanjutnya, oleh proses air yang umumnya air hujan dengan kandungan CO 2 di dalamnya maka terjadilah proses kimiawi hingga membentuk rongga berbagai bentuk dan ukuran dalam kurun waktu ribuan tahun atau lebih. Endapan batu gamping semacam ini disebut karst. Karst adalah sumber daya alam yang tidak terbarukan (non-renewable), mudah rusak. Sekali rusak tidak dapat pulih kembali (unretrievable), rentan terhadap pencemaran, namun memiliki berbagai nilai strategis, antara lain nilai ekonomi, ekologi, kemanusiaan, estetika dan ilmiah. Kecuali memiliki aneka nilai, kawasan karst juga memilki banyak fungsi. Antara lain fungsi ekologi (goagoanya merupakan habitat hewan terbang yang memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan ekologi, seperti burung walet, burung sriti, kelelawar), fungsi sosiobudaya (merupakan lokasi pemukiman dengan penduduk yang memiliki tradisi, legenda, kepercayaan yang melekat pada lokasi tersebut) dan fungsi pendidikan (dalam bidang arkeologi, paleontologi, vegetasi endemis. karstologi, speleologi, konservasi, hidrologi, ilmu pariwisata). Pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kawasan karst dengan obyek keindahan Gua - Gua. Salah satu obyek wisata Gua yang sering dikembangkan adalah keindahan ornamen Gua seperti stalaktit, stalakmit, gourdam dan lain-lain. Seiring dengan berkembangnya wisata yang bersifat back to nature, Gua masih menyimpan banyak potensi. Gua merupakan suatu tempat yang memiliki daya tarik tersendiri karena memberikan unsur petualangan. Kegiatan penelusuran Gua termasuk merangkak, merayap, jongkok, kadang harus berenang, serta memerlukan alat khusus seperti jummar, croll, tali, karabiner dan lain-lain memberikan tantangan yang berbeda. Semua
3 kegiatan itu dilakukan hanya dengan bantuan alat penerangan yang dimiliki penelusur memberikan tantangan yang cukup menarik untuk dilakukan. Oleh karena itu wisata Gua bisa dikembangkan sebagai wisata minat khusus. Wisata minat khusus adalah wisata yang memerlukan keahlian khusus dalam melakukannya, wisata yang berisiko tinggi serta memiliki medan yang sulit sehingga jumlah peminatnya pun sedikit (Ko 2001). Desa Ciawi Kecamatan Karangnunggal merupakan salah satu wilayah dengan gua-gua yang sangat berpotensi jika dimanfaatkan secara tepat. Yaitu Gua Bojong, Gua Singalarang, Gua Pasirtasraje, Gua Wayang, Gua Liang Cai, Gua Paguyangan Munding dll, oleh karna itu perlu adanya penelitian dalam pendataan dan pemetaan gua-gua yang berada di Desa Ciawi dengan salah satu tujuan untuk kelestarian dan diharapakan dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata minat khusus dengan tingkat petualangan yang lebih tinggi, dan kawasan ini pula diharapkan dapat menjadi salah satu kawasan wisata minat khusus dengan kelestarian kawasan karst yang dapat dikelola secara lestari dan meminimalisasi pemanfaatan Gua yang tidak tepat Keberadaan gua-gua di Desa Ciawi sangat penting terhadap masyarkat karena beberapa diantara sebaran gua tersebut dimanfaat kan oleh masyarakat sebagai mata air untuk kegiatan sehari hari terutama dalam pertanian yang sumber air persawahan hampir dari keseluruhannya berasal dari gua, selain di manfaatkan airnya sebagian gua dimanfaatkan untuk ditambang batu pospat dan batu-batu ornament gua. Dari keseluruhan gua-gua yang berada di Desa Ciawi, Gua Bojong memiliki keindahan yang berbeda dari gua-gua yang lain diantaranya kekayan hidrologi, biospeleologi, arkeologi, speleogenesis dll. sehingga berpotensi besar untuk dijadikan wisata minat khusus yang hanya menjadi wisata dalam tujuan khusus terutama dalam bidang keilmuaan. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengidentifikasi dengan mengambil judul Identifikasi Potensi Gua Bojong Sebagai Objek Wisata Minat Khusus di Desa Ciawi Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya.
4 TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah : 1. Untuk mengetahui karakteristik Gua Bojong sebagai obyek wisata minat khusus berdasarkan peminatnya. 2. Untuk mengetahui klasifikasi potensi Gua Bojong sebagai wisata minat khusus berdasarkan derajat kesulitan, Gua dan penelusurnya. METODE PENELITIAN Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, yang bertujuan untuk mengkaji masalah yang terjadi saat sekarang dengan cara mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikan data, kemudian dianalisa untuk membuktikan hipotesa yang diajukan. PEMBAHASAN Deskripsi Gua Bojong di Desa Ciawi Kecamatan Karangnunggal Gua Bojong adalah salah satu gua horizontal yang berada dikawasan karst Tasikmalaya Selatan, terdapat di Kampung Bojong Dusun Gandasari Desa Ciawi Kecamatan Karang nunggal tepatnya pada titik koordinat S ,6 E ,1. Penamaan Gua Bojong ini sendiri karena gua tersebut terdapat di kampung yang bernama bojong, dalam kamus besar bahasa Indonesia bojong berarti sebuah daerah atau wilayah yang letaknya menjorok ke sudut (ujung), baik itu laut ataupun sungai dengan kata lain nama bojong berarti juga tanjung. hal tersebut serupa dengan yang di utarakan oleh salah satu kuncen yang ada dikampung bojong, bahwa penamaan kampung bojong karena berada pada daerah yang menjorok ke arah sungai cilutung Gua ini merupakan gua yang sangat vital perananya pada kehidupan masyarakat terutama karena perannya sebagai sumber air untuk menopang kehidupan sehari-hari. Kekayaan hidrologinya yang mampu mengairi sawah hingga musim kemarau mencapai ratusan hektare. Sebelum sumber air ini dibendung aliran ini masuk ke sungai yang cukup besar dan mengalir ke daerah yang lebih rendah, air gua ini dalam kesehariannya dipergunakan untuk mandi, cuci kakus. Pola alirannya bersumber dari Gua Cilutung dan sumber air vadosa, karena gua ini memiliki dua tingkat lorong dan dua percabangan hingga mampu
5 mensuplai air cukup besar. Gua ini juga menghasilkan berupa posfat yang tergolong banyak, pada lorong berupa doom yang luas dan banyak terdapat udang-udang yang cukup besar khas udang gua sebagai kekayaaan biospeleologi. Karakteristik Gua Bojong 1. Gua Karst Gua karst ditemukan di dusun gandasari desa ciawi Kecamatan Karangnunggal yang diberi nama oleh penduduk sekitar yaitu gua bojong, terbentuk dibawah permukaan air tanah dimana pada rekahan-rekahan terbentuk goa akibat proses pelarutan. diperlebar akibat dari korosi oleh air phreatik yang mengalir pelan. Perkembangan perguaan terjadi ketika water table diperrendah oleh denudasi (penggundulan) permukaan, sehingga pengeringan gua dari air tanah dan membuatnya menjadi vadose dan udara masuk kedalam gua. Selama proses kedua ini aliran permukaan dari cilutung masuk ke sistem perguaan dan sedikit demi sedikit merubah bentuk lorong gua oleh korosi. 2. Lorong Aktif Sistem lorong gua mempengaruhi pada kekayaan fauna didalam gua karena variasi habitat berkorelasi positif dan dan mempengaruhi pada proses pembetukan ornamen gua, Jenis lorong gua bojong termasik pada lorong vadosa. Jenis lorong ini termasuk dalam gua aktif yaitu terdapatnya sungai dan dipenuhi dengan berbagai jenis ornamen yang pada kesuluruhan masih aktif. 3. Lintasan Sungai Permukaan Gua bojong merupakan gua yang dilintasi air permukaan, air ini topografi yang unik dan bentuk lorong gua yang berkelok-kelik, gua ini membelah bukit yaitu berupa aliran sungai yang tembus dari singalarang dan karakteristik lorong gua yang besar Dari kondis fisik gua bojong pada keseluruhan lantay gua dilintasi sungai dari cilutung dengan debit air 0,5 m. sungai cilutung di Desa alirannya masuk ke bawah permukaan menjadi sungai bawah tanah dan keluar di mulut gua bojong alirannya nampak di permukaan seperti sungai biasa mengairi persawahan yang ada di dusun gandasari. 4. Ornamen Gua Jenis ornamen banyak ditemukan digua bojong dengan bentukan dan jenis yang khas diantaranya ornamen stalaktit, stalagmite, heliktit, tiang, draperies, gourdam, gordayn, straw, canopy. Bentukan ornament gua ini menjadi daya tarik keindahan yang tidak dapat ditemukan diluar gua (eksokarst).
6 Gua Bojong memiliki ornamen ornamen yang jarang dijumpai pada gua lain berikut adalah beberapa oranamen yang terdapat di Gua Bojong. a. Stalaktit Gua Bojong terdapat banyak ornament stalaktit dengan bentuk yang berpariasi. Stalaktit merupakan kerucut kapur yang menempel bergantungan pada atap gua kapur. Terbentuk dari tetesan air kapur dari atap gua, berbentuk runcing dan mempunyai lubang pipa tempat menetesnya air. Ornament ini terdapat pada hampir seluruh atap Gua Bojong dan dengan berbagai ukuran yang berbeda beda dari yang termuda hingga staktit tua. b. Stalagmit Stalagmit merupakan kerucut kapur berbentuk tumpul yang menempel berdiri pada dasar gua, dan tidak mempunyai lubang pipa, akibat dari tetesan air yang diendapkan. ornamen ini terbentuk tumbuh dari lantai goa yang dikarenakan tetesan dari stalaktit yang terus menunpuk pada satu titik. Gua Bojong terdapat beberapa ornamen stalagmit, ornamen ini terdapat pada lorong dengan diameter yang lebih besar (chamber) dengan rata rata tinggi ornamen stalagmit 3 4 m dan lebar 50 cm 2 m. c. Curtain (gordyn) Endapan yang berbentuk seperti lembaran yang terlipat, menggantung di langit-langit gua atau di dinding gua. Ornamen ini menyerupai gorden jendela rumah, proses pembentukan curtain terbentuk Karena aliran air yang membawa mineral karbonat dan yang mineral pengendap lainya meresap pada celah reka yang memanjang sehingga mengendap mengikuti celah tersebut berbentuk tipis. d. Gourdam Berbentuk seperti bendungan yang terbentuk ketika terjadi pengendapan air, CO 2 -nya menghilang dan menyisakan kalsit yang bersusun-susun. ornamen ini berbentuk mirip petak-petak sawah. Ada dua jenis mikro (berukuran kecil) dan makrogourdam (berukuran besar). Terbentuk akibat pengendapan kalsit pada saat aliran air terhambat atau diperlambat pada bibir gourdam tersebut. Pada Gua Bojong gourdam ditemukan pada daerah yang aliran airnya tidak terlalu deras yaitu pada genangan lantay lorong gua
7 e. Heliktit Merupakan ornamen yang tumbuh pada atap atau dingding gua dengan bentuk yang tidak beraturan pada Gua Bojong heliktit dijumpai dengan lokasi straw dan jarang ditemukan kecuali di bagian lorong yang sulit untuk di telusuri f. Straw jenis staktit yang dibagian tengahnya berlubang (seperti sedotan minuman: sodastraw). Straw adalah ornamen yang jarang dijumpai di Gua Bojong terkecuali pada daerah yang sulit di jumpai dan pada suhu yang relatif konstan g. Canopy Ornament gua yang tumbuh pada dingding gua, berbentuk menyerupai setengah tudung payung, atau jamur terbentuk karena aliran air yang mengalir diatas batu yang menempel pada dinding goa. Proses tebentuknya ornamen ini karna aliran air yang terus mengalir pada dinding gua sehingga membentuk seperti payung. Canopy h. Tiang (columns) Yang terbentuk jika stsaktit dan stalagmite bertemu atau ketika stalagmite mencapai lantai gua. i. Draperis merupakan ornamen pada dinding goa yang menyerupai susunan gigi atau gergaji dibagian bawahnya. Atau kelanjutan gordyn yang bagian bawahnya terbentuk bentukan gergaji. Pada Gua Bojong ornamen ini terdapat didingding Gua Bojong yang pada hampir keseluruhannya berdampingan dengan stalaktit. Ornament ini terbentuk dari aliran air yang terus menerus mengalir pada celah batuan kapur dan mengenda mengikuti gelombang aliran air. 5. Kekayaan biospeleologi Fauna gua Bojong di bagi menjadi 3 kelompok yaitu trogloxenes ditemukan hewan katak, nyamuk, ular, troglophiles ditemukan hewan gua kelalawar, wallet, sriti dan troglobionts ditemukan hewan Udang, Jangkrik Gua. Laba- laba dan ikan.
8 Klasifikasi Berdasarkan Kondisi Fisik Gua Bojong Gua Kelas C dan Derajat Kelas III sehingga dapat dikembangkan sebagai Wisata Minat Khusus dengan variasi lorong dan keindahan gua itu sendiri diantamya ornamen (speleotem) yang menghiasi seluruh lorong gua. 1. Gua dan penyelarasannya Gua bojong dikategorikan pada kelas C yaitu, ditemukannya bentukan alam yang indah yang tidak pernah dijumpai di atas permukaan tanah seperti stalaktit, stalagmite gourdam yang menyerupai petakan tanah, heliktit, tiang, draperies, gourdam, gordayn, straw, canopy. Semua dekorasi indah dan langka ini, adalah daya tarik estetika (keindahan) dari gua bojong. Daya tarik estetika inilah yang dipakai promosi objek wisata gua. 2. Gua berdasarkan derajat bahayanya Gua dengan derajat kelas III, kesulitan gua sangat Sulit diperuntukan bagi para kelompok peminat dengan umur antara tahun. Hal ini didasarkan pada kondisi kesulitan gua yang memerlukan keterampilan khusus, kondisi fisik yang maksimal dan memerlukan pendamping yang berpengalaman dalam teknik penelusuran gua SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Setelah dilakukan analisis terhadap hasil penelitian mengenai Potensi Gua Bojong untuk pengembangan wisata minat khusus yang ada di Desa Ciawi, Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut. 1. Karakteristik Gua Bojong memiliki beberapa ornamen yang unik dan indah serta keakayaan biospeleologi dan bentukan lahan yang jarang dijumpai pada zona eksokarst, gua ini dapat dikembangkan dengan membuat suatu konsep wisata berupa wisata minat khusus sehingga konsep tersebut dapat mendorong dalam peningkatan pelestarian kawasan karst dan pendapatan masyarakat sekitar serta pemerintah daerah. Dikembangkan sebagai minat khusus agar menjadi suatu jalan alternatif dalam upaya pelestarian kawasan karst tersebut dibandingkan dengan kegiatan wisata masal. 2. Berdasarkan penilaian gua didapatkan klasifikasi kelayakan gua untuk dikembangkan sebagai wisata minat khusus yaitu Gua Bojong layak dikembangkan dengan tingkat kelas III (sulit) dan kelas C. Melakukan penelusuran gua sangat ditentukan oleh derajat kesulitan gua. Semakin tinggi derajat kesulitan gua, maka kisaran umur penelusur dalam kesempatan penelusuran semakin sempit. Penelusuran gua pada kondsi gua yang semakin sulit sangat diperlukan keahlian atau keterampilan dan kondisi fisik yang cukup kuat. Sebelum penelusuran gua disarankan untuk dilakukan penyuluhan
9 terlebih dahulu oleh pemandu untuk meminimalisasi resiko kecelakaan penelusur dan kerusakan gua sebagai akibat dalam penelusuran yang mungkin terjadi. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam setiap penelusuran adalah kondisi kesehatan penelusur sehingga direkomendasikan untuk menyertakan surat keterangan sehat dari dokter sebagai salah satu syarat dalam kelayakan penelusuran gua. Saran 1. Mengadakan penelitian lebih lanjut tentang kawasan karst diantaranya dengan tema jumlah minimal dan maksimal penelusur dalam kegiatan wisata minat khusus penelusuran gua dan dampak yang akan terjadi dari kegiatan wisata tersebut bagi ekosistem karst. 2. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat melihat hal-hal yang lebih signifikan dan lebih mampu mengembangkan serta mengungkapkan permasalahan mengenai pengembangan objek wisata minat khusus. DAFTAR PUSTAKA R.K.T. Ko, Kumpulan Makalah Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia Nasution, S. (2012). Metode Research, Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Profil Desa Ciawi Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tim Dosen Geografi. (2011). Pedoman Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mahasiswa Geografi. Universitas Siliwangi. Yoeti, Oka. (1982). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung:Angkasa Bandung.
10
SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT
SALINAN Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : Mengingat : a. bahwa kawasan kars yang merupakan sumberdaya
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KAWASAN KARST DI DESA PAKEMITAN KECAMATAN CIKATOMAS KABUPATEN TASIKMALAYA (Suatu Kajian Geomorfologis)
KARAKTERISTIK KAWASAN KARST DI DESA PAKEMITAN KECAMATAN CIKATOMAS KABUPATEN TASIKMALAYA (Suatu Kajian Geomorfologis) CHARACTERISTICS OF KARST REGION IN THE PAKEMITAN VILLAGE CIKATOMAS OF DISTRICT TASIKMALAYA
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1518 K/20/MPE/1999 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,
KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1518 K/20/MPE/1999 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI, Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang pertambangan harus memperhatikan
Lebih terperinciPOTENSI SUNGAI CI WULAN SEBAGAI TEMPAT WISATA OLAH RAGA ARUNG JERAM STARTING POINT ASTA KELURAHAN CIBEUTI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA
POTENSI SUNGAI CI WULAN SEBAGAI TEMPAT WISATA OLAH RAGA ARUNG JERAM STARTING POINT ASTA KELURAHAN CIBEUTI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA Nurul Ikhsan Alfazary 1 (n.ikhsanalfazary@gmail.com) Nedi Sunaedi
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI GUA SEBAGAI ARAHAN WISATA MINAT KHUSUS PENELUSURAN GUA DI PULAU NUSAKAMBANGAN
KAJIAN POTENSI GUA SEBAGAI ARAHAN WISATA MINAT KHUSUS PENELUSURAN GUA DI PULAU NUSAKAMBANGAN Gita Harmony harmony_gt@yahoo.com Agus Joko Pitoyo jokokutik@yahoo.com Abstract Cave is a natural phenomenon
Lebih terperinciPEMANFAATAN GUA HULUCIKALONG UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK MASYARAKAT DI DESA CIKALONG KECAMATAN SODONGHILIR KABUPATEN TASIKMALAYA
PEMANFAATAN GUA HULUCIKALONG UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK MASYARAKAT DI DESA CIKALONG KECAMATAN SODONGHILIR KABUPATEN TASIKMALAYA 1 H. Nedi Sunaedi M.Si (nedipdil@yahoo.co.id) 2 Jajang Nurjaman
Lebih terperinci6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT
6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT 6.1 Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Manapeu Tanahdaru Wilayah karst dapat menyediakan air sepanjang tahun. Hal ini disebabkan daerah karst memiliki
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1456 K/20/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN KARS
KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1456 K/20/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.640, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ESDM. Kawasan Bentang Alam Karst. Penetapan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hamparan karst di Indonesia mencapai km 2 dari ujung barat sampai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah baik sumber daya alam hayati maupun non-hayati. Salah satu dari sekian banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. devisa di suatu negara yang mengembangkan sektor tersebut. Kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan industri jasa yang sedang berkembang pesat dan pergerakannya sangat besar dampaknya terutama dalam peningkatan jumlah devisa di suatu negara yang
Lebih terperinciAnalisis Karakteristik Hidrologi Aliran Sungai Bawah Tanah di Kawasan Karst untuk Mendukung Pengembangan Geowisata
Chapter 2 Analisis Karakteristik Hidrologi Aliran Sungai Bawah Tanah di Kawasan Karst untuk Mendukung Pengembangan Geowisata Igor Yoga Bahtiar 1 dan Ahmad Cahyadi 2 Jurusan Geografi Lingkungan Fakultas
Lebih terperinciPOTENSI WISATA GUA KARST DI DESA CIKARANG KECAMATAN CIDOLOG KABUPATEN SUKABUMI
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 1 POTENSI WISATA GUA KARST DI DESA CIKARANG KECAMATAN CIDOLOG KABUPATEN SUKABUMI Oleh : M. R. Santosa, Darsiharjo *), A. Mulyadi *) Departemen
Lebih terperinciTjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM
Serial Powerpoint Presentasi: KOMPONEN- KOMPONEN ALIRAN KARST Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM SISTEM HIDROLOGI KARST A. Pendahuluan Karst Gunung Sewu dikenal sebagai kawasan
Lebih terperinciBAB V PENDEKATAN & KONSEP. Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst.
BAB V PENDEKATAN & KONSEP 5.1 Pendekatan Konsep Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst. 5.1.1 Pendekatan Karakteristik Tapak Karakteristik kawasan
Lebih terperinciJumat, 15 Januari 2010 Wisata Gua Minat Khusus di Hutan Pendidikan Gunung Walat. oleh : Fitri Handayani, Syafitri Hidayati, Asri Joni, Iman, Nina
Jumat, 15 Januari 2010 Wisata Gua Minat Khusus di Hutan Pendidikan Gunung Walat oleh : Fitri Handayani, Syafitri Hidayati, Asri Joni, Iman, Nina Kelompok Pemerhati Goa-HIMAKOVA Fakultas Kehutanan Institut
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT
1 BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN SITUS GUA PAWON DAN LINGKUNGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang
Lebih terperinciC. Batas Wilayah Secara administratif area pendataan berada di Desa Bandung Rejo dan Desa Sumber Bening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.
Laporan Pendataan Gua, Mata Air dan Telaga di Karst Malang Selatan Desa Bandung Rejo dan Desa Sumber Bening Kecamatan Bantur Kabupaten Malang 19-20 September 2015 A. Latar Belakang Karst adalah bentukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 %
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul merupakan wilayah dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 % dari luas wilayah Provinsi
Lebih terperinciBENTANG ALAM KARST. By : Asri Oktaviani
http://pelatihan-osn.blogspot.com Lembaga Pelatihan OSN BENTANG ALAM KARST By : Asri Oktaviani Pengertian tentang topografi kars yaitu : suatu topografi yang terbentuk pada daerah dengan litologi berupa
Lebih terperinciKARAKTERISASI JENIS MINERAL ORNAMEN GUA SALUKANG KALLANG DENGAN METODE X-RAY DIFFRACTION
JURNAL SAINS DAN PENDIDIKAN FISIKA (JSPF) Jilid 11 Nomor 3, Desember 2015 ISSN 1858-330X KARAKTERISASI JENIS MINERAL ORNAMEN GUA SALUKANG KALLANG DENGAN METODE X-RAY DIFFRACTION Sukmawati, Pariabti Palloan,
Lebih terperinciPrioritas Ekosistem Karst Dengan Perkembangan Ekonomi Masyartakat
Prioritas Ekosistem Karst Dengan Perkembangan Ekonomi Masyartakat Dwi Noviar ADITYA 1, PREMONOWAT 1, Hari Wiki UTAMA 12 Teknik Geologi UPN Yogyakarta, Indonesia 1 Pascasarjana Teknik Geologi UGM, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Karst merupakan. saluran bawah permukaan (Setiawan et al., 2008).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah karst sebenarnya diadopsi dari bahasa Yugoslavia. Istilah aslinya adalah krst / krast yang merupakan nama suatu kawasan di perbatasan antara Yugoslavia dengan
Lebih terperinciDAMPAK KEGIATAN PARIWISATA TERHADAP KONDISI EKONOMI MASYARAKAT KAMPUNG NAGA DESA NEGLASARI KECAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA
DAMPAK KEGIATAN PARIWISATA TERHADAP KONDISI EKONOMI MASYARAKAT KAMPUNG NAGA DESA NEGLASARI KECAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA Laras Pujianti 1 (Pujianti.laras@gmail.com) Siti Fadjarajani 2 (sfadjarajani2000@yahoo.com)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk fenomena pelarutan batuan lain, seperti gypsum dan batu garam. 1
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karst berasal dari bahasa daerah Yugoslavia yang merupakan nama suatu kawasan diperbatasan Italia Utara dan Yugoslavia sekitar kota Trieste. Istilah Karst ini
Lebih terperinciKAJIAN KONDISI GUA UNTUK PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI KAWASAN KARST GUDAWANG, KABUPATEN BOGOR TETI MULYATI
KAJIAN KONDISI GUA UNTUK PENGEMBANGAN WISATA MINAT KHUSUS DI KAWASAN KARST GUDAWANG, KABUPATEN BOGOR TETI MULYATI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciMENGENAL KARST. Oleh : Heri Susanto Kasubbid Pertambangan, Energi, Pertanian dan Kelautan Pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA dan LH
MENGENAL KARST Oleh : Heri Susanto Kasubbid Pertambangan, Energi, Pertanian dan Kelautan Pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA dan LH (Tulisan ini didedikasikan untuk kegiatan Menuju Biduk-biduk sebagai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus
5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata Pada dasarnya pengembangan pariwisata adalah suatu proses yang berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus
Lebih terperinciPENDATAAN SUNGAI BAWAH TANAH DI GUA BAGUS-JEBROT UNTUK SUMBER DAYA AIR KAWASAN KARST
PENDATAAN SUNGAI BAWAH TANAH DI GUA BAGUS-JEBROT UNTUK SUMBER DAYA AIR KAWASAN KARST Agung Suprianto, Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia E-mail:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Di Kawasan Karst Air di kawasan Karst ialah hasil drainase di bawah tanah di dalam batu-batuan yang mengalami proses Karstifikasi. Air Hujan merembes melewati zona air
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I Pengertian Judul Pengertian Pusat Studi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul 1.1.1 Pengertian Pusat Studi Pusat: pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan (berbagai-bagai urusan, hal, dsb). Studi: penelitian ilmiah; kajian; telaahan. Pokok
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii
ABSTRAK Devvy Alvionita Fitriana. NIM 1305315133. Perencanaan Lansekap Ekowisata Pesisir di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Dibimbing oleh Lury Sevita Yusiana, S.P., M.Si. dan Ir. I
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kab. Gunungkidul terdiri atas 3 (tiga) satuan fisiografis atau ekosistem bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi pembagian satuan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman hayati. Salah satu bentuk keanekaragaman hayati Indonesia adalah ekosistem karst. Ekosistem karst adalah kesatuan komunitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur keseimbangan alam. Perairan merupakan ekosistem yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ekosistem perairan memiliki kontribusi dan keterlibatan yang sangat besar dalam mengatur keseimbangan alam. Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
PEMANFAATAN KAWASAN KARST UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Studi Kasus Di Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri Dalam Perspektif Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Lingkungan Hidup) NASKAH
Lebih terperinciP E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR
P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Disampaikan oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala Bappeda Kutai Timur) Dalam rangka Seminar Internasional dengan tema Kawasan Cagar Alam dan Budaya Sangkulirang: Sebuah
Lebih terperinciPERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH. Karst Research Group Fak. Geografi UGM
PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH Karst Research Group Fak. Geografi UGM PERTANYAAN?? Apakah karst di daerah penelitian telah berkembang secara hidrologi dan mempunyai simpanan air
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gua adalah lubang alami yang berada dalam tanah dapat dimasuki oleh manusia (Erlangga Esa Laksmana, STASIUN NOL, 2005). Di Indonesia banyak terdapat gua. Kawasan-kawasan
Lebih terperinciKAJIAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN SKALA MIKRO DI DESA PENYABANGAN KECAMATAN GEROKGAK
1 KAJIAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN SKALA MIKRO DI DESA PENYABANGAN KECAMATAN GEROKGAK Oleh: Komang Adi Prof. Dr. I Gede Astra Wesnawa, Drs. Ida Bagus Made Astawa *) Jurusan Pendidikan Geografi, Undiksha
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karst adalah bentang alam di permukaan dan di bawah permukaan tanah yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai akibat proses pelarutan air.
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pegunungan Kendeng Utara terbentang mulai dari Kabupaten Kudus, sampai dengan Kabupaten Tuban, termasuk di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pegunungan Kendeng Utara terbentang mulai dari Kabupaten Kudus, sampai dengan Kabupaten Tuban, termasuk di antaranya adalah Kabupaten Grobogan, Blora, Pati dan Rembang.
Lebih terperinciProgram Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRAK
PERKEMBANGAN DESA CISARUA PASCA PEMEKARAN DALAM KAITANNYA DENGAN PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA BAGI MASYARAKAT DI DESA CISARUA KECAMATAN LANGKAPLANCAR KABUPATEN PANGANDARAN Wiwin Sumarni 1 (wiwinsumarni87@yahoo.com)
Lebih terperinciTanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala
Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan manusia, air tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, yaitu digunakan untuk
Lebih terperinciKebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Oleh: Dr,Ir. Subandono Diposaptono, MEng Direktur Perencanaan Ruang Laut Hp. 081585659073 Disampaikan Pada : FGD Reklamasi FB ITB Bandung, 28
Lebih terperinciPEMANFAATAN SUNGAI CI KARO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN DOMESTIK MASYARAKAT DI DESA KAWUNGSARI KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN KUNINGAN
PEMANFAATAN SUNGAI CI KARO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN DOMESTIK MASYARAKAT DI DESA KAWUNGSARI KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN KUNINGAN Sri Novi Hastuti H. Nedi Sunaedi, M. Si, Program studi pendidikan geografi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Abstact...
DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Intisari... Abstact... i ii ii iv x xi xvi xviii xix BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciPENGELOLAAN BERKELANJUTAN KAWASAN KARST CITATAH RAJAMANDALA. Oleh: Yoga Candra Maulana, S.Pd *) ABSTRAK
PENGELOLAAN BERKELANJUTAN KAWASAN KARST CITATAH RAJAMANDALA Oleh: Yoga Candra Maulana, S.Pd *) ABSTRAK Karst merupakan topografi unik yang terbentuk akibat adanya aliran air pada bebatuan karbonat (biasanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada lingkungan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Manusia perlu suplai udara, makanan, minuman, tempat untuk bernaung, tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang sangat tinggi, sehingga memiliki peranan yang baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, dan Hasil Belajar
ABSTRAK Skripsi dengan judul Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru PAI terhadap Hasil Belajar PAI Siswa Kelas XII di SMAN 1 Campurdarat Tulungagung ini ditulis oleh Abdul Rohman
Lebih terperinciKata Kunci: Tingkat kesejahteraan, pendapatan, supir angkut batubara.
Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga (Khodijah) TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA SUPIR ANGKUT BATUBARA DI KECAMATAN MERAPI TIMUR KABUPATEN LAHAT PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh: Khodijah, Program Studi
Lebih terperinciPENGENALAN CAVING (SUSUR GUA)
PENGENALAN CAVING (SUSUR GUA) Speleologi berasal dari kata Yunani, Spalion (gua) dan Logos (ilmu).sehingga dapat diartikan speleologi adalah ilmu yang mempelajari gua beserta ilmu dan lingkungannya. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terluas ( hektare) di dunia setelah kawasan karst di Cina dan Vietnam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sulawesi Selatan menyimpan sejumlah ragam potensi wisata. Potensi itu tak hanya wisata pantai, air terjun maupun kulinernya. Salah satu kabupaten yang memiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik daerahnya, kondisi fisik yang dimaksud yaitu topografi wilayah. Pengaruh kondisi fisik ini
Lebih terperinciHUBUNGAN LOKASI USAHA DENGAN KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN TOKO QINI MART CISAYONG KABUPATEN TASIKMALAYA Oleh, Fentri ; 1 Arnasik; 2
HUBUNGAN LOKASI USAHA DENGAN KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN TOKO QINI MART CISAYONG KABUPATEN TASIKMALAYA Oleh, Fentri ; 1 Arnasik; 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Lebih terperinciPELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV
xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan
Lebih terperinci2016 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UNTUK TANAMAN ENDEMIK JAWA BARAT MENGGUNAKAN GISARCVIEW
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang strategis karena terletak di daerah khatulistiwa yang mempunyai tipe hutan hujan tropis cukup unik dengan keanekaragaman jenis
Lebih terperinciDAMPAK PEMBANGUNAN DAN PENANGANANNYA PADA SUMBERDAYA AIR
ISBN 978-602-9092-54-7 P3AI UNLAM P 3 A I Penulis : Editor : Dr. rer. nat. Ir. H. Wahyuni Ilham, MP Cetakan ke 1, Desember 2012 Peringatan Dilarang memproduksi sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sumberdaya air bawah tanah merupakan sumberdaya yang vital dan strategis, karena menyangkut kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak dalam berbagai aktivitas masyarakat
Lebih terperinciREKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG
REKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG DISAMPAIKAN PADA BIMBINGAN TEKNIS REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Bentang alam karst merupakan suatu bentang alam yang memiliki bentukan yang sangat unik dan khas. Bentang alam karst suatu daerah dengan daerah yang lainnya
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.5
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.5 1. Perombakan batuan menjadi bagian lebih kecil, tetapi tidak mengubah unsur kimia batuan tersebut dikenal dengan pelapukan....
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman
Lebih terperinciIII METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.
III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat pesat di berbagai bidang, baik sektor pendidikan, ekonomi, budaya, dan pariwisata. Hal tersebut tentunya
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia memanfaatkan lahan untuk melakukan aktivitas mulai dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan unsur dari geosfer yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kehidupan manusia sangat tergantung pada lahan. Manusia memanfaatkan lahan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dari asal katanya, geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30).
Lebih terperinciTINJAUAN UMUM WILAYAH PANGANDARAN DAN SEKITARNYA
TINJAUAN UMUM WILAYAH PANGANDARAN DAN SEKITARNYA Oleh: Dr. Wanjat Kastolani Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di kecamatan pesisir Kabupaten Ciamis didominasi oleh guna lahan tegalan/ kebun/ ladang/ huma,
Lebih terperinciB. DANAU. c. Danau Vulkan-Tektonik adalah danau yang terjadi karena gerakan tektonik dan letusan gunung api. Contoh : Danau Toba.
e. Danau Dolina adalah danau yang terdapat di daerah icorst dan umumnya berupa danau kecil yang bersifat temporer. Bila di dasar tebing dolina terdapat bahan geluh lempung yang merupakan bahan yang tak
Lebih terperinciPOTENSI SUNGAI SANTIRAH SEBAGAI OBJEK WISATA ALAM DAN BODY RAFTING DI DESA SELASARI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PANGANDARAN
POTENSI SUNGAI SANTIRAH SEBAGAI OBJEK WISATA ALAM DAN BODY RAFTING DI DESA SELASARI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PANGANDARAN Siti Setiasih 1 (Setiasih_siti@yahoo.com) Siti Fadjarajani 2 (stfadjarajani2000@yahoo.com)
Lebih terperinciSTUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR
STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR Oleh: WISNU DWI ATMOKO L2D 004 358 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekowisata 2.1.1 Pengertian Ekowisata Ekowisata didefinisikan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) dalam Fennel (1999) sebagai suatu bentuk perjalanan wisata ke area
Lebih terperinciHUBUNGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENAMBANG PASIR DESA KENDALSARI KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN
HUBUNGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENAMBANG PASIR DESA KENDALSARI KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN E-JURNAL TUGAS AKHIR SKRIPSI (TAS) Disusun oleh: Rika Parmawati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan mengalir (lotik) dan perairan menggenang (lentik). Perairan mengalir bergerak terus menerus kearah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahluk hidup, termasuk manusia. Penggunaan air oleh manusia sangat beraneka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan semua mahluk hidup, termasuk manusia. Penggunaan air oleh manusia sangat beraneka ragam, baik untuk
Lebih terperinciKarakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul
Karakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul Romza Fauzan Agniy, Eko Haryono, Ahmad Cahyadi Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas
Lebih terperinciPENILAIAN DAYA TARIK WISATA KAWASAN AIR TERJUN MANANGGAR DI DESA ENGKANGIN KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK
PENILAIAN DAYA TARIK WISATA KAWASAN AIR TERJUN MANANGGAR DI DESA ENGKANGIN KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK Assessment Of Tourist Attraction Zone Mananggar Waterfall Village Engkangin District Air
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAMPAK DAN KERUSAKAN KAWASAN KARST CIBINONG AKIBAT AKTIVITAS PENAMBANGAN DI DESA LEUWIKARET OLEH PT INDOCEMENT
1 IDENTIFIKASI DAMPAK DAN KERUSAKAN KAWASAN KARST CIBINONG AKIBAT AKTIVITAS PENAMBANGAN DI DESA LEUWIKARET OLEH PT INDOCEMENT Syafitri Hidayati, Domi Suryadi, Feni Dwi Kasih, Hireng Ambaraji Departemen
Lebih terperinciLongsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran
Lebih terperinciSEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 MATARAM
TENAGA EKSOGEN Tenaga Eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi dan bersifat merusak permukaan bumi. Tenaga perusak tersebut dapat berupa air, angin, organisme, sinar matahari, dan lain sebagainya.
Lebih terperinciPROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
IDENTIFIKASI POTENSI OBYEK WISATA DAN ANALISIS KESIAPAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN DANAU LINTING KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI Oleh: Sekar Indah Putri Barus
Lebih terperinciGambar 18. Kondisi Jalan Menuju Tapak
50 BAB V DATA, ANALISIS, DAN SINTESIS Aksesibilitas Akses menuju kawasan Lembah Mulo dapat dicapai dengan berbagai macam alat transportasi darat, yaitu motor, mobil, bus kecil, dan bus besar dengan kondisi
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG DETEKSI DINI TB PARU
KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG DETEKSI DINI TB PARU Di Dusun Setugu I RT 02 Desa Lembeyan Kulon Wilayah Kerja Puskesmas Lembeyan Kabupaten Magetan Oleh: KARTIKO AJI NIM 13612538 PRODI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelah Tenggara Kota Yogyakarta dengan jarak sekitar 39 km. Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul dengan ibukota Kabupaten Wonosari terletak di sebelah Tenggara Kota Yogyakarta dengan jarak sekitar 39 km. Kabupaten Gunungkidul juga dikenal
Lebih terperinciKONDISI GEOLOGI DAN SPELEOLOGI KARST AKETAJAWE Resort Binagara dan Sekitarnya, Kecamatan Wasile Selatan Halmahera Timur
KONDISI GEOLOGI DAN SPELEOLOGI KARST AKETAJAWE Resort Binagara dan Sekitarnya, Kecamatan Wasile Selatan Halmahera Timur Oleh: Andy Setiabudi Wibowo Acintyacunyata Speleological Club (asc_jogja@yahoo.com
Lebih terperinciKRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010
KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisir dan Pantai Kawasan pesisir
5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisir dan Pantai 2.1.1. Kawasan pesisir Menurut Dahuri (2003b), definisi kawasan pesisir yang biasa digunakan di Indonesia adalah suatu wilayah peralihan antara daratan
Lebih terperinciMetode Tracer Test untuk Mencari Hubungan Antar Sistem Sungai Bawah Tanah Di Akuifer Karst
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 6, Nomor 1, Januari 2014 Hal. 01-13 Metode Tracer Test untuk Mencari Hubungan Antar Sistem Sungai Bawah Tanah Di Akuifer Karst Harjito Laboratorium
Lebih terperincigeografi Kelas X LITOSFER III KTSP & K-13 I. SEISME a. Pengertian Seisme b. Istilah-Istilah dalam Gempa
KTSP & K-13 Kelas X geografi LITOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian seisme. 2. Memahami proses perambatan gelombang
Lebih terperinciPERAN PEREMPUAN DALAM PARIWISATA DI DESA WISATA WUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL
PERAN PEREMPUAN DALAM PARIWISATA DI DESA WISATA WUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL TE ROLE OF WOMEN IN TOURISM ACTIVITY AT WUKIRSARI TOURISM VILLAGE IN IMOGIRI DISTRICT BANTUL REGENCY Oleh :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur. Fenomena permukaan meliputi bentukan positif, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan Karst Gunung Sewu mempunyai bentang alam yang sangat khas, dengan luas area + 1730 km 2 berupa puluhan ribu bukit batu gamping dengan ketinggian antara 20-50
Lebih terperinciIkeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*)
Application of Cooperative Learning Model Type of Question Student Have on The Human Body Excretion System Concept (Experimental Studies at II th Grade Science of the 1 st Public Senior High School Singaparna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa depan. Identifikasi dan perencanaan pengembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi penting dan strategis di masa depan. Identifikasi dan perencanaan pengembangan industri pariwisata perlu dilakukan secara
Lebih terperinci