|
|
- Hendri Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13 Prosiding Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN HORTIKULTURA DI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA Oleh Sarno Politeknik Banjarnegara Jl. Raya Madukara Km 02, Kenteng, Banjarnegara Jawa Tengah Telp/Fax (0286) , nano_agrotek@yahoo.com ABSTRACT This study aims to analyze horticultural commodity of superior and distribution model of each distric in Banjarnegara regency. The research used is case study and convering 20 distric at Banjarnegara regency. Data analysis conducted using Location Quotient (LQ), Shift Analysis (SA), Super Impose (SI), Locallization Coefisien, Spesiallization Coefisien. The research result reveals that : (a) The vegetables and fruits are commodity of superior at all distric in Banjarnegara regency; (b) The vegetables commodity that highest potency to developed in Banjarnegara regency are onion leaf, carrot, stringbean, redbean, spinach, and leafy vegetable ; (c) The fruits commodity that highest potency to developed in Banjarnegara regency are sapodilla fruit, petai, gnetum gnemon tree, lanseh totree, salaca, mango, mangosteen, and star fruit; (d) Distribution commodity model of vegetables and fruits are distributed equally or location is everywhere at each distric and that have speciallitation in activity so the comparative of superior ascertainable. Key words : Horticultural Commodity, Superior, Distric, Banjarnegara ABSTRACT Tujuan penelitian tersebut adalah untuk menganalisis komoditas unggulan hortikultura dan pola distribusinya pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara. Penelitian tersebut menggunakan studi kasus yang terjadi pada masingmasing 20 kecamatan di Kabupaten Banjarnegara. Analisis data yang digunakan adalah Location Quotient (LQ), Shift Analysis (SA), Super Impose (SI), Locallization Coefisien (Koefisien Lokalisasi), Spesiallization Coefisien (Koefisien Spesialisasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (a) Komoditas sayuran dan buah-buahan semuanya merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Banjarnegara; (b) Komoditas sayuran yang paling berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Banjarnegara adalah bawang daun, wortel, kacang panjang, kacang merah, bayam, dan kangkung; (c) Komoditas buah-buahan yang paling berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Banjarnegara adalah sawo, petai, melinjo, duku, salak, mangga, manggis, dan belimbing; (d) Pola distribusi komoditas sayuran dan buah-buahan terdistribusi secara merata atau lokasinya cenderung menyebar pada masing-masing kecamatan dan memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu sehingga keunggulan komparatifnya dapat diketahui. Kata kunci : Komoditas Hortikultura, Unggulan, Kecamatan, Banjarnegara 1
14 Prosiding Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II PENDAHULUAN Komoditas hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang dikembangkan di Kabupaten Banjarnegara. Komoditas hortikultura tersebut diantaranya komoditas sayur-sayuran : bawang daun, kentang, kubis, sawi, wortel, kacang merah, kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, tomat, terung, kangkung, buncis, mentimun, labu siam, bayam, jamur. Untuk komoditas buah-buahan meliputi : alpukat, belimbing, duku, durian, jambu biji, jambu air, jeruk siam, jeruk besar, mangga, manggis, nangka, nenas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, sirsak, sukun, melinjo, petai. Konsep pengembangan komoditas hortikultura di Kabupaten Banjarnegara dilakukan dengan mengutamakan peran setiap kecamatan atau potensi yang dimiliki kecamatan seperti potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Hal ini dilakukan karena setiap kecamatan memiliki potensi yang berbeda-beda dalam menghasilkan komoditas hortikultura tertentu sesuai dengan kondisi geografis dan iklim yang ada. Menurut Warpani (1984) bahwa hasil utama dari adanya usaha pengembangan komoditas hortikultura adalah diketahuinya konsentrasi usahatani komoditas hortikultura di tiap kecamatan dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas (kabupaten) sehingga dapat diketahui sebenarnya komoditas hortikultura unggulan apa yang dapat dikembangkan di kecamatan tersebut. Salah satu kriteria penentuan komoditas hortikultura unggulan adalah berorientasi pasar dan berbasis sumberdaya lokal spesifik. Disamping itu jumlah dan jenisnya akan sangat banyak, sehingga diperlukan proses penapisan bidang usaha komoditas unggulan. Proses ini sangat berguna untuk menyeleksi secara dini bidang usaha apa saja yang memiliki potensi unggulan wilayah. Agar penentuan bidang usaha komoditas unggulan dapat dilaksanakan secara tepat, beberapa aspek yang menjadi dasar analisis penentuan komoditas dan wilayah pengembangan komoditas unggulan harus diperhatikan (Puslitbang Sosek, 2004). Berdasarkan beberapa hal tersebut maka permasalahan yang akan dijawab pada penelitian ini adalah sebetulnya komoditas unggulan hortikultura apa yang merupakan unggulan pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara dan bagaimana pola distribusi komoditas hortikultura pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menganalisis komoditas unggulan hortikultura dan pola distribusinya pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara. 2
15 Prosiding Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II METODE ANALISIS Metode dasar penelitian yang digunakan adalah studi kasus pada wilayah Kabupaten Banjarnegara tentang potensi wilayah dalam pengembangan komoditas unggulan hortikultura. Metode studi kasus digunakan untuk mendapatkan keterangan yang jelas dan menyeluruh serta mendalam dari permasalahan yang diteliti. Nazir (1998) menyatakan bahwa studi kasus merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai obyek yang bersangkutan (daerah penelitian) dalam menelaah permasalahan penelitian. Penelitian dilakukan pada tahun 2010 dengan menggunakan data tahun 2004 sampai 2008 dan menggunakan studi kasus pada wilayah Kabupaten Banjarnegara mencakup 20 kecamatan yang memiliki potensi komoditas hortikultura sayuran dan buahbuahan. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pemahaman kecamatan secara partisipatif, observasi langsung dan juga dilakukan wawancara terhadap beberapa orang petani. Selain bersumber pada data primer, hasil dan pembahasan juga diperkaya dengan data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai instansi terkait seperti Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Banjarnegara, dan Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Banjarnegara. Metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut : Analisis Location Quotient (LQ) Teknik analisis Location Quotient (LQ) merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu kecamatan dalam sektor kegiatan tertentu. Secara matematika Tarigan (2005), merumuskan sebagai berikut : LQ Keterangan : LQ = Location Quotient Si = Volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan S = Volume (Luas panen, Produksi) seluruh usahatani di kecamatan Ni = Volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kabupaten N = Volume (Luas panen,produksi) seluruh usahatani di kabupaten Kriteria/Indikator : LQ > 1 menunjukkan kemampuan atau potensi wilayah yang diteliti lebih menonjol atau memiliki potensi ekspor (surplus) LQ < 1 menunjukkan kemampuan atau potensi wilayah yang diteliti kurang menonjol atau memiliki potensi impor 3
16 Prosiding Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II LQ = 1 menunjukkan kemampuan atau potensi wilayah yang diteliti self sufficient dalam arti jumlah produksi sama dengan jumlah konsumsinya Analisis Pergeseran (Shift Analisys) Analisis pergeseran (Shift Analisys) digunakan untuk mengukur perkembangan relatif dari suatu variabel tertentu antar daerah atau wilayah dibandingkan dengan lingkup yang lebih luas. Secara matematika Tarigan (2005), merumuskan sebagai berikut : SD = Keterangan : SD = Shift Differensial (Perbedaan pergeseran netto) Vijt = Volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan pada tahun t Vit = Volume (Luas panen, Produksi) usahatani i dalam skala yang lebih luas (kabupaten) pada tahun t Vijp = Volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan j pada tahun p, p = tahun 2004 dan t = tahun 2008 Vip = Volume (Luas panen, Produksi) usahatani i pada skala yang lebih luas (kabupaten) pada tahun p STi = Jumlah pergeseran keseluruhan Kriteria/Indikator : SD = + maka usahatani tertentu di kecamatan berkembang lebih cepat daripada di kecamatan lain atau kabupaten secara keseluruhan SD = - maka kecamatan tersebut memiliki karakteristik yang berlawanan dengan karakteristik yang menunjukkan angka positif Analisis Super Impose (SI) Analisis Super Impose (SI) merupakan analisis gabungan antara Location Quotient (LQ) dan Shift Analisys (SA). Analisis Super Impose (SI) dapat digunakan untuk mengetahui sektor unggulan yang dapat dikembangkan di suatu kecamatan. Sukiyah dkk (2004), menetapkan hasil analisis menjadi lima golongan, yaitu : a. Kecamatan yang tidak berpotensi, ditunjukkan oleh sel atau kotak yang kosong b. Kecamatan yang kurang berpotensi, ditunjukkan oleh sel atau kotak yang hanya memiliki satu tanda plus (1+) c. Kecamatan yang cukup berpotensi, ditunjukkan oleh sel atau kotak yang memiliki dua tanda plus (2+) d. Kecamatan yang berpotensi, ditunjukkan oleh sel atau kotak yang memiliki tiga tanda plus (3+) e. Kecamatan yang paling berpotensi, ditunjukkan oleh sel atau kotak yang memiliki empat tanda plus (4+) 4
17 Prosiding Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II Analisis Koefisien Lokalisasi (α) Analisis Koefisien Lokalisasi (α) merupakan suatu ukuran relatif konsentrasi komoditas tertentu di suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas. Soedjito (1976) dalam Mulyani (2006), secara matematika merumuskan bahwa langkah untuk mencari nilai Koefisien Lokalisasi adalah sebagai berikut : Vij a. aij = x100% Vi c c. cij = aij bij d. TVj b. bij X100% TV positif 100 Keterangan : aij = Persen volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan j bij = Persen total volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan j Vij = Volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan j Vi = Volume (Luas panen,produksi) usahatani i di kabupaten TVj = Total volume (Luas panen, Produksi) seluruh usahatani di kecamatan j TV = Total volume (Luas panen, Produksi) seluruh usahatani di kabupaten α = Koefisien Lokalisasi cij = Surplus volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan j Kriteria/Indikator : α = 1 menunjukkan terjadi pemusatan penuh atau usahatani mengumpul di satu kecamatan 0 α 1 menunjukkan komoditas tersebut tidak mengumpul di satu kecamatan atau terdistribusi secara merata Analisis Koefisien Spesialisasi (β) Analisis Koefisien Spesialisasi (β) digunakan untuk mengetahui spesialisasi suatu wilayah dalam kegiatan tertentu sehingga diketahui keunggulan komparatifnya. Soedjito (1976) dalam Mulyani (2006), merumuskan bahwa langkah untuk mencari nilai koefisien spesialisasi adalah sebagai berikut : Vij a. aij = x100% TVj c c. cij = aij bij d. Vij b. bij = x100% TV positif 100 Keterangan : aij = Persen volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan j bij = Persen total volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan j Vij = Volume (Luas panen,produksi) usahatani i di kecamatan j 5
18 Prosiding Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II Vi TVj TV β cij = Volume (Luas panen,produksi) usahatani i di kabupaten = Total volume (Luas panen, Produksi) seluruh usahatani di kecamatan j = Total volume (Luas panen, Produksi) seluruh usahatani di kabupaten = Koefisien Spesialisasi = Surplus volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan j Kriteria/Indikator : β =1 menunjukkan kecamatan tersebut memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu sehingga diketahui keunggulan komparatifnya 0 β 1 menunjukkan kecamatan tersebut tidak memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu sehingga keunggulan komparatifnya berbeda-beda HASIL DAN PEMBAHASAN Komoditas Unggulan Hortikultura di Wilayah Kabupaten Banjarnegara Komoditas unggulan hortikultura sayuran dan buah-buahan di wilayah Kabupaten Banjarnegara merupakan jenis komoditas unggulan wilayah berdasarkan analisis Location Quotient (LQ), Shift Analisys (SA), dan Super Impose (SI). Komoditas tersebut merupakan unggulan ditingkat kabupaten setelah dibandingkan dengan masing-masing kecamatan. Berdasarkan data luas panen dan produksi tahun komoditas hortikultura sayuran pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara menunjukkan bahwa cabe rawit, terung, buncis, wortel, bawang daun, kangkung, kubis merupakan komoditas sayuran yang paling banyak dikembangkan dan merupakan komoditas unggulan paling berpotensi (LQ > 1) di Kecamatan Pandanarum, Wanadadi, Pejawaran, dan Wanayasa. Sedangkan untuk komoditas hortikultura buah-buahan menunjukkan bahwa komoditas pisang, pepaya dan salak pondoh merupakan komoditas yang paling banyak dikembangkan karena berpotensi sebagai komoditas unggulan. Komoditas tersebut dapat dikembangkan hampir di seluruh kecamatan dan memiliki nilai LQ > 1. Komoditas pisang dapat dikembangkan di seluruh kecamatan kecuali di Kecamatan Madukara, Banjarmangu, Pagentan, dan Wanayasa. Sedangkan komoditas pepaya dapat dikembangkan di enam belas kecamatan kecuali di Kecamatan Pejawaran, Batur, Wanayasa, Pagedongan, dan Pandanarum. Komoditas salak pondoh meskipun dapat dikembangkan hampir di seluruh kecamatan, akan tetapi yang berpotensi terdapat di kecamatan Banjarnegara, Sigaluh, Madukara, Karangkobar, dan Wanayasa. Hasil Shift Analisys menunjukkan bahwa Kecamatan Wanadadi merupakan satusatunya yang tidak mengusahakan jenis komoditas sayuran berdasarkan pada perhitungan nilai pergeseran netto jumlah produksi. Kecamatan Pejawaran, Pagentan, Wanayasa, 6
19 Prosiding Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II Batur, Karangkobar mendominasi keberadaan usaha pengembangan komoditas sayuran. Ini berarti dapat dikatakan bahwa beberapa kecamatan tersebut sangat berpotensi secara luas panen dan jumlah produksi untuk mengembangkan komoditas sayuran unggulan daerah. Keberadaan beberapa komoditas seperti kentang, kubis, bawang daun, wortel, cabe rawit menunjukkan perkembangan yang relatiif cepat dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Banjarnegara. Komoditas salak dan pisang merupakan komoditas buah yang paling banyak dikembangkan hampir di semua kecamatan dan memiliki perkembangan yang relatif lambat dibandingkan dengan kecamatan lain seperti Kecamatan Sigaluh, Madukara, Banjarmangu, dan Pejawaran. Kecamatan Banjarmangu merupakan satu-satunya kecamatan yang mengembangkan semua jenis komoditas buah dan semuanya menunjukkan nilai perkembangan yang relatif cepat dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Secara garis besar analisis Super Impose (SI) merupakan analisis gabungan antara LQ dan SA. Melalui analisis tersebut dapat diketahui kecamatan yang berpotensi, tidak berpotensi, kurang berpotensi, cukup berpotensi, dan paling berpotensi dalam pengembangan komoditas tanaman tertentu. Hasil Super Impose menunjukkan bahwa komoditas sayuran paling potensial adalah bawang daun, wortel, buncis, kacang merah, bayam, dan kangkung. Sedangkan komoditas buah-buahan unggulan yang dapat dikembangkan di beberapa kecamatan dan berpotensi adalah sawo, nenas, durian, manggis, dan jambu biji Sedangkan komoditas buah salak paling potensial di kecamatan Sigaluh dan Madukara serta Banjarmangu. Pola Distribusi Komoditas Unggulan Hortikultura di Wilayah Kabupaten Banjarnegara Pola distribusi komoditas unggulan hortikultura wilayah berdasarkan analisis Koefisien Lokalisasi menunjukkan bahwa komoditas sayuran yang terdistribusi secara merata atau lokasinya cenderung menyebar di setiap kecamatan adalah komoditas bawang daun, kentang, wortel, kangkung, kubis, sawi, buncis, kacang panjang, dan cabe rawit. Sedangkan komoditas sayuran yang terdistribusi secara tidak merata atau lokasinya cenderung memusat atau mengumpul adalah komoditas bayam, terung, labu siam, dan kacang merah. Komoditas buah-buahan menurut jumlah tanaman menghasilkan dan produksi di Kabupaten Banjarnegara menunjukkan komoditas buah-buahan yang ada dapat dikatakan terdistribusi secara merata atau lokasinya cenderung menyebar di setiap kecamatan. 7
20 Prosiding Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II Komoditas yang dimaksud yaitu komoditas buah sawo, melinjo, petai, pisang, nenas, salak, jambu biji, duku, papaya, jeruk siam, manggis, alpukat, belimbing, jambu air, jeruk besar, dan nangka. Sedangkan komoditas buah sirsak, sukun, rambutan, durian, dan mangga merupakan komoditas buah-buahan yang dapat dikatakan terdistribusi secara tidak merata atau lokasinya cenderung memusat atau mengumpul di kecamatan bersangkutan. Sebagai contoh komoditas buah durian paling banyak dikembangkan di kecamatan Madukara atau dapat dikatakan kecamatan sentra produksi komoditas durian. Hasil analisis Koefisien Spesialisasi menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki spesialisasi dalam kegiatan pengembangan komoditas sayuran sehingga keunggulan komparatifnya diketahui berdasarkan analisis Koefisien Spesialisasi adalah Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok, Mandiraja, Purwonegoro, Bawang, Banjarnegara, Sigaluh, Madukara, Banjarmang, Wanadadi, Rakit, Karangkobar, Pagentan, Pejawaran, Batur, Wanayasa, Kalibening, Pagedongan, dan Pandanarum. Kecamatan Punggelan merupakan satu-satunya kecamatan yang tidak memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu. Kecamatan yang memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu dalam kegiatan pengembangan komoditas buah-buahan sehingga diketahui keunggulan komparatifnya adalah Kecamatan Purworejo Klampok, Mandiraja, Purwonegoro, Bawang, Madukara, Banjarmangu Rakit, Punggelan, Pagentan, Pejawaran, dan Pandanarum. Kecamatan yang tidak memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu sehingga keunggulan komparatifnya berbeda-beda adalah Kecamatan Susukan, Banjarnegara, Sigaluh, Wanadadi, Karangkobar, Batur, Wanayasa, Kalibening, dan Pagedongan. KESIMPULAN 1. Komoditas hortikultura sayuran seperti bayam, kangkung, kacang panjang, terung, buncis, kacang merah, cabe rawit, sawi, wortel, bawang daun, kentang, kubis, dan labu siam merupakan komoditas unggulan hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Banjarnegara kecuali Kecamatan Purworejo Klampok, Bawang, dan Punggelan. 2. Komoditas buah-buahan seperti alpukat, belimbing, duku, durian, jambu air, jambu biji, jeruk siam, jeruk besar, mangga, manggis, nangka, nenas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, sirsak, sukun, melinjo, dan petai semuanya merupakan komoditas unggulan di seluruh kecamatan di Kabupaten Banjarnegara. 3. Komoditas hortikultura sayuran paling potensial dikembangkan di Kabupaten Banjarnegara adalah bawang daun, wortel, buncis, kacang merah, bayam, dan 8
21 Prosiding Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II kangkung. Sedangkan komoditas kurang potensial dikembangkan adalah kacang panjang, cabe rawit, dan terung. 4. Komoditas hortikultura buah-buahan paling potensial dikembangkan di Kabupaten Banjarnegara adalah sawo, petai, melinjo, duku, salak, mangga, manggis, dan belimbing. Sedangkan komoditas kurang potensial dikembangkan adalah sirsak, nenas, pepaya, durian, jeruk siam, alpukat, dan nangka. 5. Pola distribusi komoditas hortikultura sayuran terdistribusi merata atau lokasinya menyebar di setiap kecamatan serta memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu. Khusus komoditas bayam, terung, labu siam, dan kacang merah terdistribusi memusat di setiap kecamatan dan tidak memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu. 6. Pola distribusi komoditas hortikultura buah-buahan terdistribusi merata atau lokasinya menyebar di setiap kecamatan serta memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu. Khusus komoditas sirsak, sukun, rambutan, durian, dan mangga terdistribusi memusat di setiap kecamatan dan tidak memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu. DAFTAR PUSTAKA Mulyani, E., Potensi dan Pengembangan Komoditas Pangan dalam Mendukung Otonomi Daerah di Kabupaten Purbalingga. Penelitian. Fakultas Pertanian Unsoed. Purwokerto (tidak dipublikasikan). Nazir, M Metode Penelitian. Gahalia Indonesia, Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan, Penentuan Komoditas dan Wilayah Pengembangan Komoditas Unggulan. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta. Sukiyah, E., dan Agus, D.H., Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penetapan Kawasan Rawan Banjir di Kabupaten Bandung Bagian Selatan. Bulletin of Scientific Contributio., Volume 2. Nomor 1. Januari 2004: FMIPA Universitas Padjajaran. Bandung. Tarigan, R., Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta. Warpani, S., Analisis Kota dan Daerah. ITB. Bandung. 9
22 Prosiding Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II 10
IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan
IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan 109⁰29 109⁰45 50 Bujur Timur. Berada pada jalur pegunungan di bagian tengah
Lebih terperinciKOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)
KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN DAN SURPLUS PRODUKSI) Eka Dewi Nurjayanti, Endah Subekti Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Jl. Menoreh
Lebih terperinciPOTENTIAL ANALYSIS AND DEVELOPMENT STRATEGY OF GAMBIR JASMINE COMMODITY IN RAKIT SUBDISTRICT BANJARNEGARA REGENCY
POTENTIAL ANALYSIS AND DEVELOPMENT STRATEGY OF GAMBIR JASMINE COMMODITY IN RAKIT SUBDISTRICT BANJARNEGARA REGENCY Sarno 1), EkoApriliyanto 2) 1)2) Politeknik Banjarnegara, Jl. Raya Madukara KM 02 Kenteng
Lebih terperinciJENIS ARTIKEL : ARTIKEL PENELITIAN
JENIS ARTIKEL : ARTIKEL PENELITIAN Analisis Potensi dan Distribusi Serta Strategi Pengembangan Komoditas Melati Gambir di Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara Sarno 1*, Eko Apriliyanto 2 1)2) Program
Lebih terperinciRepublik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)
RAHASIA Republik Indonesia SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP) PERHATIAN 1. Tujuan pencacahan NP-2 adalah untuk mencatat/mengetahui nilai & volume produksi yang dijual petani
Lebih terperinciANALISIS POTENSI DAN DISTRIBUSI SERTA STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS MELATI GAMBIR DI KECAMATAN RAKIT KABUPATEN BANJARNEGARA
ANALISIS POTENSI DAN DISTRIBUSI SERTA STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS MELATI GAMBIR DI KECAMATAN RAKIT KABUPATEN BANJARNEGARA Sarno 1* dan Eko Apriliyanto 2 1 Dosen Program Studi Agroteknologi Politeknik
Lebih terperinci2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun
2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2009-2012 PADI LADANG PADI SAWAH JAGUNG 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 LAROMPONG - - 4
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Angkutan Bank & Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-Jasa BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis
Lebih terperinciANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO
ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO Akhmad Faruq Hamdani Universitas Kanjuruhan Malang Email: hamdani_af@ymail.com Abstrak Pertumbuhan wilayah suatu daerah ditentukan oleh pemanfaatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor non migas merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat dibutuhkan Indonesia dalam mendukung perekonomian nasional. Selama beberapa tahun terakhir, sektor
Lebih terperinciTabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun
9 2.1 Tanaman Sayuran Tabel 2.1.1 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun 20112015 Uraian A. 1 Bawang Merah Tahun * Luas Panen (Ha) 2,00 7,00 * Produktivitas (Ku/Ha) 45,00 90,00 * Produksi
Lebih terperinciPerkembangan Ekonomi Makro
Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu
Lebih terperinciBAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA
BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA A. Sasaran Umum Selama 5 (lima) tahun ke depan (2015 2019) Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) sasaran utama, yaitu: 1. Peningkatan ketahanan pangan, 2.
Lebih terperinciLEMBAR KATALOG Statistik Sayur-Sayuran Dan Buah-Buahan Kabupaten Penajam Paser Utara 2016 Katalog BPS : 5216.6409 Ukuran Buku : 14,8 x 21 cm Jumlah Halaman : ix + 79 Naskah : BPS Kabupaten Penajam Paser
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Seiring dengan kebijakan otonomi daerah yang telah diterapkan sejak tahun 1999, masing-masing daerah harus bekerja keras untuk meningkatkan pendapatan daerahnya masing-masing.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat
Lebih terperinciA. Realisasi Keuangan
BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%
Lebih terperinciPedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5
Lampiran 2. Konversi Hortikultura 1. Konversi Jarak Tanam, Populasi dan Umur Panen Sayuran dan Buahbuahan Semusim (SBS). a. Sayuran Semusim Jarak Populasi Umur Mulai No Tan / ha Tanam / cm Panen (Hari)
Lebih terperinciLUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS PANEN SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015
LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 Komoditas Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des TOTAL 1 Kacang Panjang 1 2-1 - - 1 5 2 Cabe Besar 1 2 - - - 1-4 3 Cabe Rawit - 1 1-1
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Banjarnegara mempunyai luas wilayah 106.970,997 Ha terletak antara 7 o 12 sampai 7 o 31 Lintang Selatan dan 109 o 20 sampai 109 o 45
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah seluas 106.971,01 Ha dengan pusat pemerintahan Kab.
Lebih terperinciPERAN DAN IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN WONOGIRI
PERAN DAN IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN WONOGIRI Aminah Happy MA Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Abstract The objectives of this research are to calculate
Lebih terperinciDitulis oleh Senin, 10 Desember :51 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 27 Februari :47
Berikut ini adalah hasil pemutakhiran data PNS yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Daerah. Data ditampilkan secara bertahap sampai semua Unit Kerja/SKPD terselesaikan proses update datanya. Mohon setiap
Lebih terperinciVII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR
VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR 7.1 Komoditas Unggulan di Kecamatan Pamijahan Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) terhadap komoditas pertanian di Kabupaten Bogor yang menggambarkan
Lebih terperinciTabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi
Tabel 39., dan Bawang Merah Menurut 6.325 7.884 854.064 7,4 7,4 2 Sumatera 25.43 9.70 3.39 2.628 7,50 7,50 3 Sumatera Barat 8.57 3.873.238.757 6,59 7,90 4 Riau - - - - - - 5 Jambi.466.80 79 89 8,9 6,24
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,
Lebih terperinciPENENTUAN KOMODITI BASIS SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN PASER
Penentuan Komoditi Basis Sub Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura (Achmad Zaini) PENENTUAN KOMODITI BASIS SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN PASER (Determined bases commodities of
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain memiliki masa panen yang cukup pendek, permintaan
Lebih terperinci(Isian dalam Bilangan Bulat) KAB./KOTA : LEBAK 0 2 Tahun 2017 Luas Luas Luas Luas
BA PUSAT STATISTIK DEPARTEMEN PERTANIAN LAPORAN TANAMAN SAYURAN BUAH-BUAHAN SEMUSIM RKSPH-SBS (Isian dalam Bilangan Bulat) PROPINSI : BANTEN 3 6 Bulan JANUARI 1 KAB./KOTA : LEBAK 2 Tahun 217 1 7 Luas Luas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah
Lebih terperinciStatistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian menerbitkan Buku Statistik Konsumsi Pangan 2012. Buku ini berisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. unggulan menurut Sambodo 2002 dalam Usya (2006:18) bahwa sektor unggulan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Sektor Unggulan Sektor unggulan adalah sektor yang keberadaannya pada saat ini telah berperan besar kepada perkembangan perekonomian suatu wilayah, karena mempunyai keunggulan-keunggulan
Lebih terperinciKomoditas Perkebunan Unggulan yang Berbasis Pada Pengembangan Wilayah Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah
JURNAL WILAYAH DAN LINGKUNGAN Volume 2 Nomor 2, Agustus 2014, 143-156 Komoditas Perkebunan Unggulan yang Berbasis Pada Pengembangan Wilayah Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah Pawit
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2008 NOMOR 6 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2008 NOMOR 6 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 112 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN BATAS JUMLAH SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN UANG PERSEDIAAN (SPP-UP) DAN
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. Tanda tangan,
LAMPIRAN 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN HUBUNGAN ASUPAN SERAT, ASUPAN CAIRAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA LANSIA VEGETARIAN DI PUSDIKLAT BUDDHIS MAITREYAWIRA Saya
Lebih terperinciJUMLAH KECAMATAN KECAMATAN KECAMATAN KECAMATAN KECAMATAN SUSUKAN PWJ KLAMPOK MANDIRAJA PURWANEGARA BAWANG DIPINDAHKAN
SERTIFIKASI REKAPITULASI PENGHITUNGAN SUARA PEMILU ESIDEN DAN WAKIL ESIDEN TAHUN 009 TINGKAT KOMISI MEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA BANJARNEGARA ( Diisi berdasarkan Formulir DA- PPWP ) Model DB - PPWP SUSUKAN
Lebih terperinciANALISIS PENENTUAN LOKASI TERMINAL AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN GORONTALO JURNAL ILMIAH ALFIRA HADJU
ANALISIS PENENTUAN LOKASI TERMINAL AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN GORONTALO JURNAL ILMIAH ALFIRA HADJU 614409077 JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2013 1 ANALISIS
Lebih terperinciPOTENSI WILAYAH KECAMATAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR
POTENSI WILAYAH KECAMATAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR Ratna Nur Prihati, Darsono, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia agribisnis di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia umumnya merupakan suatu sistem pertanian rakyat dan hanya sedikit saja yang berupa sistem perusahaan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen,
Lebih terperinciKonsumsi Buah Dan Sayur Susenas Maret Dalam rangka Hari Gizi Nasional, 25 Januari 2017
Konsumsi Buah Dan Sayur Susenas Maret 2016 Dalam rangka Hari Gizi Nasional, 25 Januari 2017 SUSENAS Sejak 1963- Sekarang Cakupan Estimasi Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota Responden: Rumah Tangga Biasa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting di Indonesia, oleh sebab itu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting di Indonesia, oleh sebab itu pembangunan yang dilaksanakan di sektor ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1. Keadaan Geografis. Kabupaten Kerinci terletak di daerah bukit barisan, dengan ketinggian 5001500 mdpl. Wilayah ini membentang
Lebih terperinciIV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan
IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Keadaan fisik Kabupaten Sleman Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o 13 00 sampai dengan 110 o 33 00 Bujur Timur, dan mulai 7ᵒ34 51 sampai dengan 7ᵒ47 03 Lintang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanaman pangan maupun hortikultura yang beraneka ragam. Komoditas hortikultura merupakan komoditas pertanian yang memiliki
Lebih terperinciANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH. Universitas Tanjungpura Pontianak.
ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH ADE IRMAYADI 1), ERLINDA YURISINTHAE 2), ADI SUYATNO 2) 1) Alumni Magister Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciPrograma Penyuluhan Kab.Bangka
Programa Penyuluhan Kab.Bangka 2013 1 LEMBAR PENGESAHAN PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN KABUPATEN BANGKA TAHUN 2013 Tim Penyusun, Kepala Bidang Penyuluhan Pada Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Bangka, Koordinator
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 04/05/Th. XIV, 2 Mei 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,78 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 84,25 persen,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang menopang kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu terus dikembangkan
Lebih terperinciS. Andy Cahyono dan Purwanto
S. Andy Cahyono dan Purwanto Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jl. Jend A. Yani-Pabelan, Kartasura. PO BOX 295 Surakarta 57102 Telp/Fax: (0271) 716709; 716959 Email:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah karena memiliki peranan yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi jangka
Lebih terperinciI PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 30
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KECAMATAN PENYELENGGARA
Lebih terperinciAnalisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015
Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17
Lebih terperinciBAB II KONDISI UMUM DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA
BAB II KONDISI UMUM DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA Dalam bab II ini penulis akan memaparkan tentang kondisi umum Kabupaten Banjarnegara yang didalamnya akan membahas keadaan geografis, potensi
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 32 SERI C
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 32 SERI C PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 32 TAHUN 2012 T E N T A N G DISPENSASI WAKTU PENYETORAN RETRIBUSI DAERAH KE KAS DAERAH BAGI SATUAN KERJA
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POTENSI KOMODITI PERTANIAN UNGGULAN DALAM PENERAPAN KONSEP AGROPOLITAN DI KECAMATAN PONCOKUSUMO, KABUPATEN MALANG
AGRISE Volume XIII No. 1 Bulan Januari 2013 ISSN: 1412-1425 IDENTIFIKASI POTENSI KOMODITI PERTANIAN UNGGULAN DALAM PENERAPAN KONSEP AGROPOLITAN DI KECAMATAN PONCOKUSUMO, KABUPATEN MALANG (IDENTIFICATION
Lebih terperinciTahun Bawang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar
Lebih terperinciPoliteknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia. Penanaman komoditas sayuran tersebar luas di berbagai daerah yang cocok agroklimatnya. Budidaya
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administratif 1. Kondisi Geografis Sumber : BPS Kabupaten Banjarnegara Gambar 4. 1 Peta Kabupaten Banjarnegara Secara Astronomi Kabupaten Banjarnegara terletak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sektor Unggulan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sektor unggulan adalah sektor yang keberadaannya pada saat ini telah berperan besar kepada perkembangan perekonomian suatu wilayah, karena mempunyai keunggulan-keunggulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perwilayahan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perwilayahan merupakan hal-hal yang berhubungan dengan wilayah. Artinya, membagi wilayah atau permukaan
Lebih terperinciDATA JUMLAH POHON, POHON PANEN, PRODUKSI,PROVITAS DAN HARGA TANAMAN BUAH-BUAHAN TAHUNAN DI PACITAN TAHUN 2010
Komoditi : Adpokat 1 Donorojo 517 86 4 0.41 2,000 2 Punung 2,057 427 8 0.19 2,000 3 Pringkuku 49,947 0 0 0 4 Pacitan 406 150 5 0.35 2,000 5 Kebonagung 590 590 19 0.33 1,750 6 Arjosari 1,819 1,327 7 0.05
Lebih terperinciAnalisis Potensi Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah Di Kabupaten Sleman (Pendekatan Location Qoutient dan Shift Share)
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Analisis Potensi Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah Di Kabupaten Sleman (Pendekatan Location Qoutient dan Shift
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 9 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 9 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN BATAS JUMLAH SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN UANG PERSEDIAAN DAN SURAT PERMINTAAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 4
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 4 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KETENTUAN BATAS JUMLAH SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN UANG PERSEDIAAN DAN SURAT PERMINTAAN
Lebih terperinciTanaman Pangan. Food Crops
Tanaman Pangan Food Crops Tabel VI.1.1., tiv Dan Tanaman Padi Sawah Dirinci Per Di Kabupaten Ende Area, Vield Rate And Production Of Wetland Paddy By tif Prod uksi i tas Produ ksi t if Prod uksi Nangapanda
Lebih terperinciKuesioner Food Frekuensi Semi Kuantitatif. 1-2x /mgg. 2 minggu sekali
67 Lampiran 1 : Kuesioner Food Frekuesi (FFQ) Kuesioner Food Frekuensi Semi Kuantitatif Nama : Umur : Jenis kelamin : Tanggal wawancara : No. Sampel : Bahan Makanan Berapa kali konsumsi per... Porsi tiap
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANJARNEGARA
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANJARNEGARA PENGUMUMAN REKRUTMEN CALON PETUGAS LISTING SENSUS EKONOMI 1 ( SE1 ) Nomor : 3.001 / Sekretariat- SE1 / I / 1 Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara membutuhkan
Lebih terperinciProsiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN
Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 PEMETAAN FAKOR PENENTU DAYA SAING KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI JAWA BARAT 1 Ima Amaliah, 2 Aan Julia Fakultas Ekonomi UNISBA, Jl.
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KETENTUAN BATAS JUMLAH SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN UANG PERSEDIAAN DAN SURAT PERMINTAAN
Lebih terperinciDASAR-DASAR HORTIKULTURA
DASAR-DASAR HORTIKULTURA Departemen Agronomi & Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor 2/10/2013 1 Satuan Kredit Semester kegiatan tatap muka terjadwal dengan dosen selama 50 menit, kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang dapat dimanfaatkan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 19 SERI E
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 19 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011-2031 DENGAN
Lebih terperinciI PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1
1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan
Lebih terperinciINVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT
Jurnal AGRIFOR Volume XIV Nomor 2, Oktober 2015 ISSN : 1412 6885 INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT Karmini 1 1 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman. Jalan
Lebih terperinciBAB III METODE PENCIPTAAN
96 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Letak Geografis Jawa Barat Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5º50'- 7º50' Lintang Selatan dan 104º 48'- 108º 48' Bujur Timur, dengan luas wilayah daratan 3.710.061,32
Lebih terperinciStatistik Daerah Kabupaten Bintan
Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1423 Katalog BPS : 1101001.2102.070 Ukuran Buku : 17,6
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berusaha di pedesaan (Abdurrahman et al, 1999). Hampir sebagian besar. dalam arti sebagai sumber pendapatan (Sumaryanto, 2002).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Pertanian tanaman pangan dan hortikultura merupakan bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan bagi keluarga petani.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral serta bernilai ekonomi tinggi. Sayuran memiliki keragaman yang sangat banyak baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung
Lebih terperinciTabel 4.22 Peringkat Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan. Sub Komoditas Tanaman Pangan
104 2. Evaluasi Keseuaian Lahan di Kecamatan Bandungan Evaluasi kesesuaian lahan menghasilkan peta kesesuaian lahan untuk tanaman yang unggul secara kompetitif dilihat dari tingkat produktivitasnya. Setiap
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 04/04/Th. XIV, 1 April 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,45 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 83,67 persen,
Lebih terperinci2. Semua bilangan di belakang koma yang nilainya lebih dari setengah dibulatkan ke atas.
V. CARA PENGISIAN DAFTAR Semua isian daftar SPH-SBS, SPH-BST, SPH-TBF, SPH-TH, SPH-ALSIN dan SPH-BN adalah dalam bilangan bulat (dibulatkan) dan ditulis dengan pensil hitam, untuk memudahkan pengisian
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 04/09 /Th. XIV, 5 September 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN AGUSTUS 2011 SEBESAR 99,44 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Agustus 2011 sebesar 99,44
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam yang tersebar luas di wilayahnya. Negara Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris dan sebagian
Lebih terperinciUkuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram
Dibawah ini merupakan data nilai satuan ukuran rumah tangga (URT) yang dipakai untuk menentukan besaran bahan makanan yang biasa digunakan sehari- hari dalam rumah tangga. (Sumber: Puslitbang Gizi Depkes
Lebih terperinci1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C
SUMBER DAYA ALAM PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN Apa yang sudah dicapai selama ini lebih ditingkatkan, Pemerintah Kota Jayapura akan lebih
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. 1. Letak Geografis dan Administrasi Kabupeten Banjarnegara
BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian 1. Letak Geografis dan Administrasi Kabupeten Banjarnegara Banjarnegara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibukotanya
Lebih terperinciMostproduced freshwater fish reached 4, tons of milkfish, and most produced saltwater fish reached 2, tons of gulamah fish.
272 Luas lahan pertanian yang ada di Surabaya bisa dibedakan berdasarkan jenis peruntukan tanamannya. Sebagai lahan tanaman pangan, di tahun 2015 petani Surabaya telah memanen 2,224 Ha untuk jenis padi,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang :
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi
Lebih terperinciPenyusunan Matriks PMTB Tahun 2015
RAHASIA MI-02 Hortikultura REPUBLIK INDONESIA Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015 Survei ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai: 1. Kuantitas (jumlah) komoditi yang menjadi barang modal (fixed
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai
Lebih terperinciPerkembangan Hortikultura Dunia dan Indonesia. Agronomi & Hortikultura
Perkembangan Hortikultura Dunia dan Indonesia Agronomi & Hortikultura Kecenderungan Perubahan Perubahan gaya hidup &cara pandang terhadap pangan akan berubah: tuntutan konsumen terhadap keamanan, nilai
Lebih terperinci