3. KOMPETENSI DASAR Mampu menjelaskan dan mengidentifikasi unsur-unsur internal dan eksternal pembentuk wacana.
|
|
- Widyawati Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II UNSUR-UNSUR PEMBENTUK WACANA A. PENDAHULUAN 1. DESKRIPSI Pada bab ini akan dibahasa tentang unsur-unsur pembentuk wacana. Sebagai satuan bahasa terlengkap, wacana tersusun dari untaian kalimat-kalimat yang berkesinambungan, erat, dan kompak sesuai dengan konteks situasi. Artinya, dalam menganalisis wacana terlibat dua unsur pokok, yakni (1) unsur internal bahasa (intralinguistik) yang berkaitan dengan kaidah bahasa seperti sintaksis, morfologi, dan fonologi; serta (2) unsur eksternal bahasa (ekstralinguistik), yang berkaitan dengan konteks situasi. Serasi tidaknya kaidah bahasa dan konteks situasi dihubungkan dengan alat kewacanaan atau unsur-unsur pragmatik seperti deiksis, praduga, implikatur. 2. RELEVANSI MATERI Materi unsur-unsur pembentuk wacana sangat berkaitan dengan materi pada bab sebelumnya yaitu hakikat wacana dan teks. Untuk memahami materi pada bab ini diperlukan pemahaman mendalam dari materi sebelumnya yaitu hakikat wacana. Oleh karena itu, kita perlu membaca dan memahami terlebih dahulu materi pada bab sebelumnya agar pemahaman pada bab II ini lebih tercukupi. 3. KOMPETENSI DASAR Mampu menjelaskan dan mengidentifikasi unsur-unsur internal dan eksternal pembentuk wacana. 4. Indikator a. Mampu mengidentifikasi unsur-unsur internal pembentuk wacana b. Mampu mengidentifikasi unsur-unsur eksternal pembentuk wacana c. Mampu menjelaskan hubungan antara unsur internal dan unsur eksternal pembentuk wacana d. Mampu menjelaskan kedudukan unsur internal dan unsur eksternal dalam pembentukan sebuah wacana 1
2 B. PENYAJIAN 1. URAIAN MATERI Sebagai satuan bahasa terlengkap, wacana tersusun dari untaian kalimat-kalimat yang berkesinambungan, erat, dan kompak sesuai dengan konteks situasi. Artinya, dalam menganalisis wacana terlibat dua unsur pokok, yakni (1) unsur internal bahasa (intralinguistik) dan (2) unsur eksternal bahasa (ekstralinguistik). a. Unsur Internal Unsur-unsur internal pembentuk wacana adalah unsur-unsur yang membangun wacana dari dalam wacana tersebut atau biasa disebut dengan unsur intralinguistik wacana. Unsur internal wacana terdiri atas topik tema, judul, kata dan kalimat. (1) Topik, Tema, Judul Topik, tema, dan judul erat kaitannya. Topik merupakan pokok persoalan yang disampaikan. Topik adalah pokok gagasan yang dikembangkan menjadi sebuah wacana. Dalam sebuah wacana hanya ada sebuah topik. Ganti topik berarti ganti wacana. Untuk membentuk sebuah wacana, topik dikembangkan dengan sebuah kalimat atau lebih. Tema merupakan amanat utama yang ingin disampaikan oleh pembicara dalam wacana sebagai rumusan dari topik dan menjadi dasar untuk mencapai tujuan. Tema lebih sempit dan abstrak daripada topik. Tema merupkan topik yang dibatasi. Misalnya, topiknya ialah Bahaya Narkoba, sedangkan temanya ialah Cara Menanggulangi Bahaya Narkoba. Judul atau titel merupakan etiket, label, merek, atau nama yang dikenakan pada sebuah wacana. Judul berguna untuk menarik kepenasaran pesapa terhadap persoalan yang dibicarakan. Judul merupakan slogan yang menuangkan topik dalam bentuk yang lebih menarik. Karena itu, judul harus sesuai dan dapat mewakili keseluruhan isi wacana, jelas, dan singkat. Judul dapat dibuat sebelum maupun sesudah wacana selesai. Judul dapat juga bersifat simbolis. Judul besar sekali manfaatnya. Wacana yang sama segala-galanya, jika diberi judul berbeda, akan dibayangkan atau ditafsirkan berbeda pula. Misalnya: 2
3 Di Stasiun Kareta Api Entah berapa lama, neng Santi menanti-nanti di sana. Tapi, belum juga datang. Selama duduk, mukanya cemberut, tanda marah. Sebentar-sebentar melihat ke arah timur. Sementara yang dinantikannya belum juga datang. Neng Santi kesal, mau marah tak bisa. Kemudian ia berdiri, karena pantatnya terasa kaku. Akhirnya, ia berdiri, berjalan-jalan ke sana ke mari sambil menggerutu. Wacana tersebut menjelaskan bahwa seorang sedang menanti kareta api di stasiun. Tentu saja kita tidak akan membayangkan hal lain, tetapi akan tertuju kepada kekesalan Santi karena dia menanti kereta api yang tidak kunjung tiba. Wacana itu akan ditafsirkan berbeda apabila diberi judul yang lain. Bandingkan wacana di atas dengan wacana berikut. Malam Minggu Entah berapa lama, neng Santi menanti-nanti di sana. Tapi, belum juga datang. Selama duduk, mukanya cemberut, tanda marah. Sebentar-sebentar melihat ke arah timur. Sementara yang dinantikannya belum juga datang. Neng Santi kesal, mau marah tak bisa. Kemudian ia berdiri, karena pantatnya terasa kaku. Akhirnya, ia berdiri, berjalan-jalan ke sana ke mari sambil menggerutu. Dengan judul yang berbeda, wacana pertama berubah menjadi wacana kedua yang isinya menjelaskan bahwa Santi sedang menantikan pacarnya yang tidak kunjung tiba. Disini membuktikan bahwa judul wacana dapat memberikan imajinasi yang berbeda pula terhadap isi wacana. 3
4 (2) Kalimat Kalimat termasuk unit dalam wacana. Untuk memproduksi sebuah wacana, sekurang-kurangnya digunakan satu kalimat. Hal ini dapat dipahami karena wacana secara konkret merujuk pada realitas penggunaan bahasa yang disebut teks. Teks sebagai perwujudan konkret wacana terbentuk dari untaian kalimat-kalimat. Sebuah kalimat diakhiri dengan intonasi final. Kalimat sering diandaikan seperti sebuah bangunan yang terdiri atas beberapa ruang. Padahal, bisa saja sebuah kalimat hanya terdiri atas satu kata. Namun, kalimat satu kata itu harus merupakan pengungkapan atau tuturan pendek yang memiliki esensi sebagai kalimat (satu ruang itu harus dianggap sebuah rumah). Kalimat pendek seperti itu sering terdapat pada dialog atau percakapan karena pada tempat dan situasi tertentu orang cenderung bertanya jawab dengan kalimat pendek, bahkan mungkin tidak berbentuk kalimat. b. Unsur Eksternal Unsur eksternal (unsur luar) wacana adalah sesuatu yang menjadi bagian wacana, namun tidak nampak secara implisit. Sesuatu itu berada di luar satuan lingual wacana atau sering disebut unsur ekstralinguistik wacana. Kehadirannya berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Unsur-unsur eksternal ini terdiri atas konteks, implikatur, presuposisi, referensi, dan inferensi. Analisis dan pemahaman terhadap unsur-unsur tersebut dapat membantu pemahaman tentang suatu wacana. (1) Konteks Konteks berarti yang berkenaan dengan teks, yakni benda-benda atau hal-hal yang ikut bersama teks dan menjadi kesatuan. Menurut Brown dan Yull (1983), konteks adalah lingkungan atau keadaan tempat bahasa digunakan. Dapat pula dikatakan bahwa konteks adalah lingkungan teks. Konteks wacana adalah aspek-aspek internal wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah wacana (Sumarlam, 2003 : 47). Konteks wacana secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu konteks verbal dan konteks nonverbal. a. Konteks verbal Konteks verbal yaitu hubungan dengan satuan bahasa yang melingkupinya contoh: kalimat-kalimat dalam percakapan 4
5 b. Konteks nonverbal Konteks nonverbal yaitu hubungan yang berkaian dengan hal-hal di luar bahasa. Konteks nonverbal meliputi situasi sosial,dan budaya. Pemahaman konteks situasi dan budaya dalam wacana dapat dilakukan dengan berbagai prinsip penafsiran dan analogi. Prinsip-prinsip tersebut yaitu: prinsip penafsiran personal, prinsip penafsiran lokasional, prinsip penafsiran temporal, dan prinsip analogi (Sumarlam, 2005 : 47-54). Prinsip penafsiran personal berkaitan dengan siapa sesuangguhnya yang menjadi partisipan di dalam suatu wacana. Dalam hal ini, siapa penutur dan siapa mitra tutur sangat menentukan makna sebuah tuturan. Prinsip penafsiran lokasional berkenaan dengan penafsiran tempat atau lokasi terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka memahami wacana. Penafsiran temporal berkaitan dengan pemahaman mengenai waktu. Berdasarkan konteksnya kita dapat menafsirkan kapan atau berapa lama waktu terjadinya suatu situasi (peristiwa, keadaan, proses). Prinsip analogi digunakan sebagai dasar, baik oleh penutur maupun mitra tutur, untuk memahami makna dan mengidentifikasi maksud dari (bagian atau keseluruhan) sebuah wacana. Interensi adalah proses yang harus dilakukan oleh komunikan (pembaca/pendengar/mitra tutur) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (pembicara/ penulis/ penutur). Konteks wacana yang mendukung pemaknaan ujaran, tuturan, atau wacana adalah situasi kewacanaan. Situasi kewacanaan berkaitan erat dengan tindak tutur. Sejalan dengan pandangan Dell Hymes (1972) yang menyebut komponen tutur dengan singkatan SPEAKING. S = setting and scene (latar dan suasana tutur) P = participants (peserta) E = ends (hasil) A = act sequence (pokok tuturan) K = key (nada tutur) I = instrumentalities (sarana) N = norms (norma) G = genres (jenis) Settings dipakai untuk menunjuk kepada aspek tempat dan waktu terjadinya tuturan, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau situasi 5
6 psikologis pembicaraan. Participants adalah orang yang terlibat dalam tuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima. Ends merujuk pada maksud dan tujuan tuturan. Act sequence mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Key mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan disampaikan. Instrumentalities mengacu pada jalur bahasa yang digunakan seperti jalur lisan dan tulis. Instrumentalities ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan seperti bahasa, dialek ragam, atau register. Norm mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, doa dan sebagainya. Keseluruhan komponen serta peranan komponen-komponen tutur yang dikemukakan oleh Hymes dalam sebuah peristiwa berbahasa itulah yang disebut dengan peristiwa tutur (speech event). Dalam bahasa Indonesia pun komponen tutur yang merupakan konteks kewacanaan dapat disingkat dengan WICARA yang fonem awalnya mengacu kepada. W = waktu, tempat, dan suasana I = instrumen yang digunakan C = cara dan etika tutur A = alur ujaran dan pelibat tutur R = rasa, nada, dan ragam bahasa A = amanat dan tujuan tutur Keenam komponen dalam konteks kewacaan tersebut masing-masing akan dipaparkan berikut ini. a. Waktu, Tempat, dan Suasana Waktu berlangsungnya komunikasi bisa siang, malam, pagi-pagi, sore hari, dsb. Pilihan kata yang digunakan untuk masing-masing waktu tersebut tentu tidak sama. Suasana penggunaan ujaran akan menentukan jenis bahasanya. Bahasa dalam suasana resmi (formal) akan berbeda dengan bahasa dalam suasana tidak resmi (informal). Tempat berlangsungnya ujaran bisa di rumah, di jalan, di sawah, di kantor, di pasar, dsb. Karena tempatnya berbeda-beda, tentu saja bahasa yang digunakannnya pun mempunyai variasi yang berbeda. Ekspresi bahasa sangat dipengaruhi oleh latar belakang tempat, waktu, dan suasana pemakainya. Di mana, kapan, dan bagaimana cara digunakannya. 6
7 b. Instrumen yang Digunakan Bahasa yang digunakan dalam komunikasi dapat berupa medium lisan maupun medium tulisan. Meskipun begitu, untuk mengekspresikan isi hati digunakan pula sarana komunikasi nonverbal (isyarat, kenesik). Alat yang digunakan dalam komunikasi bahasa akan menetukan jenis dan wujud bahasanya. Pemakaian alat bantu dalam berbahasa bergantung pula pada tempat, waktu, dan suasananya. Alat bantu komunikasi bahasa itu, antara lain, radio, TV, pengeras suara, OHV, koran, majalah, telepon,dan surat. c. Cara dan Etika Tutur Cara dan etika tutur (norm) mengacu pada perilaku peserta tutur. Misalnya, diskusi yang cenderung dua arah, setiap peserta memberikan tanggapan. Berbeda dengan kuliah atau ceramah yang cenderung satu arah, ada norma diskusi dan norma ceramah. Berbeda pula dengan khotbah. d. Alur Ujaran dan Pelibat Tutur Alur ujaran merupakan wujud bahasa yang digunakan sewaktu berkomunikasi berkaitan dengan strktur bahasa, seperti bunyi, urutan, dan konstruksi. Pelibat tutur menyangkut penyapa (pembicara/penulis) dan pesapa (penyimak/pembaca). Berlangsungnya komunikasi bahasa antara penyapa dan pesapa berpusat kepada objek yang dibicarakan. e. Rasa, Nada, dan Ragam Bahasa Rasa (feeling) merupakan sikap penyapa terhadap topik atau tema yang sedang dibicarakan. Rasa sangat bergantung kepada pribadi penyapanya. Karena itu, rasa bersifat subjektif. Misalnya, dalam komunikasi pemakai bahasa bisa memiliki perasaan gembira, sedih, mangkel, dan ragu-ragu. Nada (tone) merupakan sikap penyapa terhadap pesapa-nya. Misalnya, penyapa mempunyai sikap sinis seperti seorang guru yang mempersilakan siswanya kesiangan akan berkata: Datangnya pagi-pagi benar, Nak? Ujaran guru tersebut tidak mengacu ke datangnya siswa terlalu pagi, tetapi sebaliknya mengapa datang ke sekolah terlambat atau kesiangan. 7
8 f. Amanat Tutur Amanat tutur merupakan maksud dan tujuan yang ingin dicapai oleh penyapa. Amanat juga adalah pesan penyapa yang sudah pesapa terima. Tujuan pembicaraan bisa bersifat informatif, interogatif, imperatif, dan vokatif. Tujuan informatif mengharapkan agar pesapa merespon dengan perhatian saja, tujuan interogatif mengharapkan agar pesapa merespons dengan jawaban, tujuan imperatif mengharapkan agar pesapa merespon dengan tindakan, dan tujuan vokatif mengharapkan agar pesapa merespon dengan perhatian. Amanat ujaran berkaitan erat dengan isi yang dikandung oleh ujaran itu. Amanat ujaran dapat diterima langsung oleh pesapa, dapat pula sebaliknya. Amanat ujaran mungkin langsung dipahami oleh pesapa mungkin tidak langsung. Dalam hal ini Sering terjadi kesalahpahaman antara penyapa dengan pesapa yang disebut miscomunication atau minsunderstanding. (2) Implikatur Konsep implikatur pertama kali dikenalkan oleh Grice (1975) untuk memecahkan persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh teori semantik biasa. Implikatur dipakai untuk memperhitungkan apa yang dimaksud oleh penutur berbeda dari apa yang dinyatakan secara harfiah (Brown dan Yule, 1983:31). Contoh: Di sini panas sekali bukan?. Pada ujaran tersebut secara implisit penutur menghendaki agar mesin pendingin dihidupkan atau jendela di buka. (3) Presuposisi George Yule (2006: 43) menyatakan bahwa praanggapan atau presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki presuposisi adalah penutur bukan kalimat. Louise Cummings (1999: 42) menyatakan bahwa praanggapan adalah asumsi-asumsi atau inferensiinferensi yang tersirat dalam ungkapan-ungkapan linguistik tertentu. Dari definisi praanggapan di atas dapat disimpulkan bahwa praanggapan adalah kesimpulan atau asumsi awal penutur sebelum melakukan tuturan bahwa apa yang akan disampaikan juga dipahami oleh mitra tutur. Contoh: 8
9 a. Istri pejabat itu cantik sekali b. Mobil baru Budi sedang dicuci Contoh (a) merupakan praduga untuk kebenaran bahwa pejabat itu mempunyai istri, sedangkan contoh (b) merupakan praduga untuk kebenaran bahwa Budi memiliki mobil baru. (4) Inferensi Inferensi yaitu proses yang dilakukan oleh pesapa untuk memahami makna wacana yang tidak diekspresikan langsung dalam wacana. Inferensi merupakan proses yang harus dilakukan oleh pendengar atau pembicara untuk memahami maksud pembicara atau penulis. Proses pemahaman seperti itu tidak dapat dilakukan melalui pemhaman makna secara harfiah saja, melainkan harus didasari pula oleh pemahaman makna berdasarkan konteks sosial dan budaya. Inferensi kewacaan diperlukan dalam memaknai wacana yang implisit atau tidak langsung mengacu ke tujuan. Misalnya: kasus orang yang mau meminjam uang kepada tetangganya, tetapi dia tidak malu untuk berkata langsung kepada orangnya. Meskipun ujaran itu tidak langsung menuju sasaran, tetapi pesapa akan mengerti isi wacana berikut. Sebenarnya malu. Tapi saya memaksakan diri datang ke sini. Itu tuh, anak saya sudah dua hari panasnya tidak turun-turun. Sudah dikompres, tapi tetap saja. Saya tidak tahu harus bagaimana? Entahlah..mau dibawa ke dokter, ya begitulah. Karena itu, ya, datang ke sini ini. LATIHAN SOAL! 1. Buatlah 5 tuturan yang mengandung implikatur! 2. Jelaskan praanggapan dari pernyataan berikut! a. Anita memakai baju baru b. Ayah membaca suara merdeka c. Anak direktur perusahaan itu sangat dermawan d. Pak Andika saya sedang mencucu mobil barunya 9
10 RANGKUMAN Unsur-unsur pembentuk wacana dibagi menjadi dua, yaitu unsur internal bahasa dan unsur eksternal bahasa. Unsur-unsur internal bahasa atau disebut unsur intralinguistik adalah unsur-unsur yang membangun wacana dari dalam wacana tersebut. Unsur internal wacana terdiri atas topik tema, judul, kata dan kalimat. Sedangkan unsur eksternal bahasa adalah sesuatu yang menjadi bagian wacana, namun tidak nampak secara implisit. Sesuatu itu berada di luar satuan lingual wacana atau sering disebut unsur ekstralinguistik wacana. Kehadirannya berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Unsur-unsur eksternal ini terdiri atas konteks, implikatur, presuposisi, referensi, dan inferensi. Topik, tema, dan judul merupakan unsur internal wacana yang saling berkaitan. Topik merupakan pokok persoalan yang disampaikan. Tema lebih sempit dan abstrak daripada topik, tema merupkan topik yang dibatasi. Sedangkan judul merupakan slogan yang menuangkan topik dalam bentuk yang lebih menarik. Judul merupakan etiket, label, merek, atau nama yang dikenakan pada sebuah wacana. Judul berguna untuk menarik kepenasaran pesapa terhadap persoalan yang dibicarakan. Unsur-unsur eksternal wacana terdiri atas konteks, implikatur, presuposisi, referensi, dan inferensi. Konteks berarti yang berkenaan dengan teks. Menurut Brown dan Yull (1983) konteks adalah lingkungan atau keadaan tempat bahasa digunakan. Situasi kewacanaan berkaitan erat dengan tindak tutur. Sejalan dengan pandangan Dell Hymes (1972) yang menyebut komponen tutur dengan singkatan SPEAKING. Konsep implikatur pertama kali dikenalkan oleh Grice (1975) untuk memecahkan persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh teori semantik biasa. Implikatur dipakai untuk memperhitungkan apa yang dimaksud oleh penutur berbeda dari apa yang dinyatakan secara harfiah (Brown dan Yule, 1983:31). George Yule (2006: 43) menyatakan bahwa praanggapan atau presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki presuposisi adalah penutur bukan kalimat. 10
11 TES FORMATIF 1. Sebutkan unsur-unsur internal pembentuk wacana! 2. Jelaskan perbedaan antara topik, tema, dan judul? 3. Apa yang dimaksud dengan unsur ekstralinguistik? 4. Sebutkan unsur-unsur ekstralinguistik pembentuk wacana! 5. Sebutkan 8 komponen tutur menurut Dell Hymes! 6. Apa yang dimaksud dengan implikatur dan siapa tokoh yang pertama kali memperkenalkan istilah implikatur? 7. Apa yang dimaksud dengan praanggapan? 8. Apa yang dimaksud dengan inferensi? 11
12 DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, et.al Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Aminuddin, dkk Analisis Wacana. Yogyakarta: Kanal. Brown, Gillian Analisis Wacana. Jakarta: Gramedia Cuotlhard, Malcolm Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: UIP Edmonson, Willis Spoken Discourse: A Model for Analysis. Laondon: Longman Fatimah, Djajasudarma Wacana: Pemahaman dan Hubungan antar Unsur. Bandung: Eresco. Halliday, M.A.K Bahasa, Konteks, dan Teks. Yogyakarta: UGM Press. Keraf, Gorys Eksposisi dan Deskripsi. Ende, Flores: Nusa Indah Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Levinson, Stephen C Pragmatics. London: Cambridge University Press. Nababan, P.W.J Ilmu Pragmatik. Bandung: Angkasa. Purwo, Bambang Kaswati Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tarigan, H.G Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa Samsuri Analisis Wacana. Malang: PPS IKIP Malang. Suwandi, Sarwiji Serbalinguistik. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Stubbs, Michael Discourse Analysis: The Sociolinguistic Analysis of Natural Language. Oxford: Basil Blackwell Publisher Limited. Sumarlam, dkk Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta. Syamsudin AR Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa Wedhawati, et al Wacana Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Bahasa.. Discource Analysis: London. 12
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).
Lebih terperinciPETA KOMPETENSI. 23. menganalisis topik, tema dan judul dalam wacana. 21. Hakikat analisis wacana
Mata Kuliah Kode MK/sks : Bahasa Indonesia : PBIN4216/2 sks PETA KOMPETENSI Setelah menempuh mata kuliah ini, mahasiswa mampu menganalisis berdasarkan konsepkonsep yang telah dipelajari dalam BMP Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan. Seperti yang dinyatakan (Sumarlam, 2008:1) Sarana yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia tidak dapat lepas dari bahasa, tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi atau berhubungan dengan yang lainnya. Hal itu di sebabkan manusia merupakan
Lebih terperinciPEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI
PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret: satu istilah dapat mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah aktivitas sosial. Bahasa itu terdiri atas dua bagian yaitu lisan, seperti percakapan, pembacaan berita, berpidato,kegiatan diskusi/seminar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki status sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang kebanggaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini, penggunaan unsur slang dalam bahasa Inggris Amerika hampir terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini dengan mudah bisa
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal
Lebih terperinciPeluang: Pengembangan Pengajaran Tata Bahasa dalam Wacana
oleh Untung Yuwono (Program Studi Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia; e-mail: untung.yuwono@ui.edu) Disampaikan dalam Pelatihan Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2007:588).
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciMata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.)
Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.) Semester :Genap/ VI Jumlah Peserta : Nama Dosen Penguji : 1. Dr. Suhardi 2. Yayuk Eny. R., M. Hum Hari/Tanggal : Selasa, 31 Mei 2006 Waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari komunikasi. Manusia memerlukan bahasa baik secara lisan maupun tertulis sebagai sarana mengungkapkan ide,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Implikatur Penutur dan mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka berdua memiliki kesamaan latar belakang pengetahuan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan seseorang dalam bermasyarakat tidak lepas dari interaksi sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan seseorang dalam bermasyarakat tidak lepas dari interaksi sosial antara individu dengan individu lain. Interaksi tersebut dapat dilakukan dengan tindakannya
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)
KETERAMPILAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN PRAGMATIK PADA SISWA SMA Oleh: Hesti Muliawati, S.S., M.Pd. Abstrak Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk mempersatukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan
Lebih terperinciETNOGRAFI KOMUNIKASI
ETNOGRAFI KOMUNIKASI Etnografi kom merupakan pengembangan dr antropologi linguistik yg dipahami dlm konteks kom. Dikenalkan Dell Hymes th 1962, sbg kritik kpd ilmu linguistik yg tll memfokuskan pada fisik
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tindak Tutur. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara, pendengar atau penulis pembaca serta yang dibicarakan.
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, alih kode, campur kode dan bilingualisme. 2.1.1 Tuturan Tuturan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1982:17). Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan manusia lain di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul dengan lingkungan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Bahasa sangat penting untuk melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat tutur adalah sekelompok orang yang berinteraksi dengan perantara bahasa dengan sekurang-kurangnya memiliki satu variasi bahasa dan terikat dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi
BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,
Lebih terperinciBentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep
Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan
Lebih terperinciDEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS
DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS Wisnu Nugroho Aji Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Widya Dharma Klaten wisnugroaji@gmail.com Abstrak Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mengalami perubahan signifikan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak diteliti dan diamati orang. Namun, sejauh yang peneliti ketahui dalam konteks proses
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: menunjukkan kepada terungkapnya prinsip-prinsip bertutur dalam Al-Qur an.
355 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sesuai dengan rumusan masalah dan analisis yang dipaparkan pada babbab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Data-data dari teks bahasa Al-Qur an yang dibahas
Lebih terperinciPRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK
PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK Indah Riyanti Pascasarjana UNNES indahriyantipps@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan proses interaksi manusia satu dengan yang lainnya. Komunikasi bertujuan memberikan informasi atau menyampaikan pesan kepada mitra tutur.
Lebih terperinciBAHASA INDONESIA. Berbicara untuk Keperluan Akademik. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi
Modul ke: BAHASA INDONESIA Berbicara untuk Keperluan Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM Program Studi Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id Menurut Lagousi (1992: 25),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bertransaksi yaitu ada barang yang akan diperdagangkan, kesepakatan yang tidak dipaksa oleh pihak manapun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar merupakan tempat bertemunya pembeli dan pedagang. Pasar juga tempat untuk bertransaksi, sedangkan transaksi adalah kegiatan yang dilakukan oleh penjual dan pembeli
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Permasalahan penggunaan bahasa dalam masyarakat seakan terus bermunculan. Dalam mengatasi hal tersebut, keterlibatan disiplin ilmu mutlak diperlukan.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan dan profesi baik dibidang politik, wirausaha, instansi pemerintah, pendidikan, dan sebagainya
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciTINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA
TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA SUTRADARA HERWIN NOVIANTO, RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Sri Utami Fatimah Program
Lebih terperinciMAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman
MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA
Lebih terperinciOBJEK LINGUISTIK = BAHASA
Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam
Lebih terperinciANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)
ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,
Lebih terperinciBAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan
BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Berdasarkan karakteristik data yang akan dianalisis, penelitian ini lebih cocok menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis berupa
Lebih terperinciModul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.
Modul ke: BAHASA INDONESIA Ragam Bahasa Fakultas FEB Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar sebagai salah satu media massa cetak memiliki peran yang penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi kepada masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima
Lebih terperinciANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR
ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Erdi Sunarwan, Muhammad Rohmadi, Atikah Anindyarini Universitas Sebelas Maret E-mail: sn_erdi@yahoo.com Abstract: The objective of this
Lebih terperinciRAGAM BAHASA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL PURABAYA SURABAYA: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK. Ratna Dewi Kartikasari Universitas Muhammadiyah Jakarta
RAGAM BAHASA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL PURABAYA SURABAYA: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Ratna Dewi Kartikasari Universitas Muhammadiyah Jakarta ABSTRAK Penelitian ini mengaji tentang ragam bahasa Pedagang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif atau wacana naratif. Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, maupun isi pikiran kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai: (1) latar belakang; (2)
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai: (1) latar belakang; (2) fokus masalah; (3) rumusan masalah; (4) tujuan penelitian; (5) manfaat penelitian; dan (6) definisi operasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa sebagai wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi bahasa adalah sebagai
Lebih terperinciPENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM PROGRAM AUDIO/RADIO
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM PROGRAM AUDIO/RADIO Oleh : Drs. M. Fakrudin, M.Hum. a. Pendahuluan Penggunaan bahasa dapat dibedakan dari berbagai segi. Di antaranya, sarana dan sikap penutur. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasai untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Ada dua cara untuk dapat melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk
Lebih terperinciBunga Lestari Dr. Wisman Hadi, M.Hum. ABSTRAK
0 KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF BERBAGAI JENIS WACANA DALAM NASKAH SOAL UJIAN NASIONAL OLEH SISWA KELAS IX SMP SWASTA BANDUNG SUMATERA UTARA TAHUN PEMBELAJARAN2017/2018 Bunga Lestari (bungalestariyy@gmail.com)
Lebih terperinciREGISTER JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL FLAMBOYAN (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)
REGISTER JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL FLAMBOYAN (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK) Dita Alfianata, Ahadi Sulissusiawan, Amriani Amir Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra FKIP Untan Email : dita.alfianata@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan
Lebih terperinciPRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...
PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara, pendengar atau penulis pembaca serta yang dibicarakan. Dalam penerapannya, tindak
Lebih terperinciPENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA
PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan sesamanya dengan salah satunya berkomunikasi. Komunikasi merupakan suatu hal yang saling mengirim
Lebih terperinciKumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
Program PPM KOMPETITIF Sumber Dana DIPA Universitas Andalas Besar Anggaran Rp 4.750.000 Tim Pelaksana Leni Syafyahya dan Efri Yades Fakultas Sastra Lokasi Kota Padang, Sumatera Barat PENINGKATAN KEMAMPUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mempermudah kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bahasa adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai insan sosial, manusia berkomunikasi untuk mencapai tujuantujuan tertentu. Dalam proses komunikasi, bahasa dipilih sebagai sarana yang dapat mempermudah
Lebih terperinci: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul
Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)
Lebih terperinciBAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA. Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.
BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. 1. Pengertian Bahasa Kridalaksana (1983) : bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya senantiasa berkomunikasi dengan manusia lain dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi melalui media bahasa. Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan subbab-subbab yaitu, (1) latar belakang, (2) fokus masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian dan (6) definisi operasional. Masing-masing
Lebih terperinciPRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA
PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA Diana Tustiantina 1) Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dianatustiantina@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan yang pesat saat ini. Film juga telah memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan manusia. Bahasa adalah alat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan bahasa dengan manusia sangat erat, sebab tumbuh dan berkembangnya bahasa senantiasa bersama dengan berkembang dan meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan
Lebih terperinciSeptianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta
KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik (Syam, 1980:7).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
Lebih terperinciPRATIWI AMALLIYAH A
KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA WACANA DIALOG JAWA DALAM KOLOM GAYENG KIYI HARIAN SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI-APRIL 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Surat kabar sebagai salah satu media massa cetak memiliki peran yang penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi kepada masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan
Lebih terperinciILOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM TAYANGAN INDONESIA LAWAK KLUB
ILOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM TAYANGAN INDONESIA LAWAK KLUB Putri Suristyaning Pratiwi Fathiaty Murtadho Sam Mukhtar Chan 110 Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan perwujudan ilokusi dan
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah
BAB 4 KESIMPULAN 4.1 Pengantar Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah didapatkan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dan disarankan untuk penelitian selanjutnya.
Lebih terperinci