EFEK SPIDER SILK PROTEIN (SSP) Tetragnatha javana TERHADAP CTBT dan APTT PADA TIKUS YANG DIINDUKSI OLEH HEPARIN SULFAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEK SPIDER SILK PROTEIN (SSP) Tetragnatha javana TERHADAP CTBT dan APTT PADA TIKUS YANG DIINDUKSI OLEH HEPARIN SULFAT"

Transkripsi

1 1 EFEK SPIDER SILK PROTEIN (SSP) Tetragnatha javana TERHADAP CTBT dan APTT PADA TIKUS YANG DIINDUKSI OLEH HEPARIN SULFAT Firman Adi Prasetyo, Lilavati Vijaganita, Luh Putu Swastiyani Purnami, Weda Kusuma * * Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Solo I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pemanfaatan sarang laba-laba sebagai pengobatan sudah dilakukan sejak dua ribu tahun yang lalu. Banyak penduduk pedesaan yang memanfaatkan sarang laba-laba sebagai pembendungan darah ketika terjadi luka. Menurut pakar biologi molekuler Randolph Lewis di University of Wyoming di Laramie, sebuah cerita rakyat menuturkan nilai potensi medis jaring laba-laba untuk mencegah infeksi, menghentikan perdarahan, dan mengobati luka. Efek ini terlihat sangat nyata, namun belum ada penelitian yang mampu menjelaskan mekanisme ini. Penelitian Chattopadhyay Et al hanya berupaya menunjukkan aktifitas hemostatik Spider Silk Protein (SSP) melalui pemendekan Clotting Time and Bleeding Time (CTBT) pada tingkat genus tetragnathidae. Efek hemostatik ini diperankan melalui metabolisme energi trombosit. Namun sejauh ini masih belum ada penelitian yang menjelaskan mekanisme aktifitas tersebut. Di sisi lain, Penelitian mengenai kandungan SSP sudah banyak dilakukan. Hasil penelitian saravanan Et al dan vanbeek Et al menyatakan bahwa sarang laba-laba terdiri dari banyak tipe, salah satunya adalah tipe dragline. Sedangkan hasil penelitian lain menunjukkan bahwa SSP mengandung H-fibroin, L-fibroin dan glikoprotein (Chattopadhyay 2008; Scabo 2008). Efek hemostatik sarang laba-laba memang sudah terbukti secara nyata di lapangan. Namun hal ini perlu pembuktian empiris yang bisa mendukung kenyataan tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti Efek Spider Silk Protein (SSP) Tetragnatha javana terhadap Clotting Time and Bleeding Time (CTBT) dan Activated Parsial Tromboplastin Time (APTT) pada tikus yang diinduksi oleh Heparin Sulfat. Perumusan Masalah Adakah Efek Spider Silk Protein (SSP) Tetragnatha javana terhadap Clotting Time and Bleeding Time (CTBT) dan Activated Parsial Tromboplastin Time (APTT)pada tikus yang diinduksi oleh Heparin Sulfat?

2 2 Tujuan Program Untuk mengetahui Efek Spider Silk Protein (SSP) Tetragnatha javana terhadap Clotting Time and Bleeding Time (CTBT) dan Activated Parsial Tromboplastin Time (APTT)pada tikus yang diinduksi oleh Heparin Sulfat. Luaran yang Diharapkan Penelitian ini diharapkan menghasilkan sebuah obat koagulan yang sekaligus memiliki keunggulan sebagai wound dressing. Pemanfaatan Spider Silk Protein (SSP) menghasilkan material biopolimer alami untuk wound dressing sekaligus koagulan. Kegunaan Program Penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam usaha menmanfaatkan Spider Silk Protein (SSP) Tetragnatha javana dalam hal hemostatik. II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Laba-laba Tetragnatha javana Laba-laba ini berahang panjang juga dikenal dengan laba-laba berahang empat. Laba-laba ini membangun jaring laba-laba horizontal dengan dimeter sekitar 20 cm. Laba-laba ini berwarna kuning terang hingga putih dengan kaki yang pangjang dan ramping. Mereka biasanya ditemukan di dekat daerah berair. Mereka membuat sarangnya pada malam hari dan bersembunyi pada siang hari (Platnick, 2008). 2. Mekanisme hemostatik Proses perdarahan secara umum terbagi dalam tahapan sebagai berikut: Vasokonstriksi (spasme) vaskuler Permeabilitas, fragilitas, dan vasokonstriksi merupakan sifat yang dimiliki oleh pembuluh darah. Pada keadaan normal, lapisan endotel pembuluh darah bersifat halus/mulus tidak terputus. Bila terjadi kerusakan sel endotel, segera disekresi endotelin-1 yang dapat menyebabkan vasokonstriksi.segera setelah pembuluh darah yang terluka, terjadi vasokonstriksi (spasme) dari pembuluh yang terluka sehingga dengan segera aliran darah menjadi berkurang ke daerah perlukaan (Sudoyo, 2006). Pembentukan sumbat trombosit Trombosit akan melekat pada endotel sehingga terbentuk sumbat trombosit yang dapat menutup luka pada pembuluh darah. Walaupun masih permeable terhadap cairan, sumbat trombosit mungkin dapat menghentikan perdarahan pada pembuluh darah kecil. Tahap akhir untuk menghentikan perdarahan adalah pembentukan sumbat trombosit yang stabil melalui pembentukan fibrin (Sudoyo, 2006; Hoffbrand, 2005; Sherwood, 2001). Pembekuan darah

3 3 III. Proses pembekuan darah merupakan rangkaian dari reaksi enzimatik yang melibatkan protein plasma yang disebut sebagai faktorfaktor pembekuan, fosfolipid, dan ion kalsium. Faktor pembekuan darah pada umumnya dibentuk di hati. Dalam keadaan normal factor pembekuan dalam bentuk inaktif, serupa dengan fibrinogen dan protrombin. Faktor pembekuan setelah diaktifkan maka akan mengaktifkan faktor lainnya. Trombin merupakan enzim proteolitik yang mempunyai beberapa proteolitik dengan fungsi yaitu mengubah fibrinogen menjadi fibrin (Setiabudi, 2007; Sherwood, 2001; Sudoyo, 2006). 3. Spider Silk Protein Spider silk adalah sebuah serat biopolymer yang komposisinya merupakan campuran dari polimer yang tidak berbentuk (yang membuat serat elastic) dan rantai dari dua protein sederhana (yang memberikan kekerasan). Dari 20 asam amino, hanya glisin dan alanin yang merupakan konstituen primer dari silk. Protein dari draglines silk adalah fibrinoin ( Dalton) yang berkombinasi dengan spidroin. Biomaterial dari silk dapat dipelajari secara in vivo maupun in vitro (Kumar, 2005).. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. Peneliti memberikan perlakuan terhadap sampel yang berupa hewan coba di laboratorium 2. Subyek Penelitian Tikus putih dari galur wistar, jantan, berumur 2 bulan dengan berat badan 264 gram. Tikus putih didapatkan dari Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi surakarta. 3. Teknik Sampling Teknik sampel yang dipakai adalah purposive sampling karena kriteria dan jumlah sampel yang diambil sudah ditetapkan terlebih dahulu. 4. Rancangan penelitian Rancangan penelitian yang dipakai adalah The Post Test Only Control Group Design. Disini kelompok kontrol dipakai sebagai pembanding 5. Cara kerja Langkah I (Persiapan hewan uji) Sampel mencit sejumlah 24 ekor diperoleh dari UD. Wistar, Surakarta. Kemudian dibagi menjadi 6 kelompok masing-masing empat ekor mencit secara acak. Sampel dilakukan adaptasi di Laboratorium Hewan Coba Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret selama 7 hari dengan diberi makan pellet dan air. Langkah II (Preparasi crude extract sarang laba-laba ) Spider Silk Protein terdapat dalam kandungan crude extract sarang laba-laba. Ekstrak ini diperoleh melalui penambahan Phospate Buffer Saline (PBS) ph 7 10 ml dengan sarang laba-laba 10 mg. Kemudian larutan tersebut disonifikasi untuk mendapatkan protein yang terkandung

4 dalam sarang laba-laba. Lalu disentrifugasi pada rpm selama 5 menit pada suhu 4 o C dan supernatan diambil. Dan dilakukan pengukuran konsentrasi protein melalui BioRad Kit. Hasilnya kemudian diujikan secara in vivo. Langkah III (Metode Perdarahan ekor tikus dan pengukuran CTBT ) Untuk perlakuan perdarahan pada ekor mencit, mencit dianastesi dengan lidocain (0,03 ml), sebelumnya ekor diolesi dengan xylol untuk memperjelas vena pada ekor tikus, kemudian sepanjang 5 mm diamputasi dan waktu perdarahan diukur dari mulai perdarahan sampai berhenti. (Hoover Et al 2006, h. 3) Langkah IV (Perlakuan hewan uji) Hewan uji penelitian yang telah dibagi dalam empat kelompok diberi perlakuan berbeda dengan langkah sebagai berikut : 1. Kelompok K, terdiri dari 4 ekor tikus diberi diet standar (pellet dan air minum) ad libitum ditambah dengan larutan salin Na Cl 0.9 %. 2. Kelompok P1, terdiri dari 4 ekor tikus yang diberi diet standar (pellet dan air minum) dan heparin sulfat 3,3µl (2400 Unit)/ kg BB / iv 3. Kelompok P2, terdiri dari 4 ekor tikus yang diberi diet standar (pellet dan air minum) ad libitum ditambah heparin sulfat 3,3µl (2400 Unit)/ kg BB / iv dan TRANEXID injeksi 5% (Asam traneksamat 50 mg) 39mg /kg BB (Chattopadhyay Et al, 2008). 4. Kelompok P3, terdiri dari 4 ekor tikus yang diberi diet standar(pellet dan air minum) ad libitum ditambah heparin sulfat 3,3µl (2400 Unit)/ kg BB / iv dan crude extract sarang laba-laba pada 2 mg/ kg BB/ iv 5. Kelompok P4, terdiri dari 4 ekor tikus yang diberi diet standar(pellet dan air minum) ad libitum ditambah heparin sulfat 3,3µl (2400 Unit)/ kg BB / iv dan crude extract sarang laba-laba pada 4 mg/ kg BB/ iv 6. Kelompok P5, terdiri dari 4 ekor tikus yang diberi diet standar(pellet dan air minum) ad libitum ditambah heparin sulfat 3,3µl (2400 Unit)/ kg BB / iv dan crude extract sarang laba-laba pada 6 mg/ kg BB/ iv Langkah V (cardiac puncture dan penetapan APTT) Cardiac puncture dilakukan melalui aspirasi pada ventrikel kiri jantung tikus. Penetapan APTT didapatkan dari sampel darah mencit yang diambil melalui cardiac puncture method, kemudian dilakukan pemeriksaan pada Laboratorium Penelitian Budi Sehat Solo. 6. Identifikasi dan definisi operasional variabel penelitian Variabel bebas 1) Pemberian Heparin Sulfat 2) Pemberian SSP 3). Pemberian TRANEXID injeksi 5% Variabel terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah waktu perdarahan ekor mencit. Total waktu perdarahan didefinisikan sebagai sejumlah durasi pada semua episode perdarahan selama injeksi obat sampai akhir pengamatan. 4

5 5 7. Teknik Analisis Data Statistik Data yang didapat dianalisis secara statistik dengan uji ANOVA. Derajat kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05. Pengolahan data menggunakan software SPSS for Microsoft Windows release IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan kadar protein yang terkandung dalam crude extract Spider Silk Protein (SSP) dilakukan melalui metode Lowry dengan menggunakan spektrofotometri. BSA (Bouvine Serum Albumin) digunakan sebagai protein standar untuk menentukan kurva baku. Hasil konsentrasi protein crude extract SSP sebesar 4.98 mg/ml sebanyak 8 ml. Gambar 4.1. Kurva Baku antara konsentrasi BSA dan absorbansi Data Clotting Time Bleeding Time (CTBT) ini diperoleh dengan cara menghitung waktu mulai perdarahan sampai berhenti (Hoover Et al., 2006). Data ini diukur dengan satuan menit. Setelah itu, dilakukan anestesi dan pembedahan pada tikus untuk kemudian diambil sebanyak 0,9 darah dari jantungnya melalui cardiac puncture method. Hasilnya dibawa ke laboratorium untuk diperiksa APTT (Activated Parsial Tromboplastin Time). Tabel 4.1. Data Clotting Time Bleeding Time (CTBT) dan Activated Parsial Tromboplastin Time (APTT) tikus kelompok Kel I II III IV V VI CTBT APTT CTBT APTT CTBT APTT CTBT APTT CTBT APTT CTBT APTT Mean

6 6 Data tersebut kemudian diuji normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro Wilk. Pada uji one sampel Shapiro Wilk didapatkan nilai signifikasi pada data CTBT sebesar 0,00, dan APTT sebesar 0,00 dimana nilai ini dibandingkan dengan α = 0,05, sehingga signifikasi (p<0,05) dengan demikian Ho ditolak, yang artinya data berdistribusi tidak normal, oleh karena itu analisis data diputuskan menggunakan uji non parametrik Kruskal-Wallis. Pada uji non parametrik Kruskal-Wallis didapatkan nilai signifikansi CTBT 0,001 dimana signifikasi α <0,05, sehingga Ho ditolak, yang artinya data diantara keenam kelompok dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil uji non parametrik Kruskal-Wallis ratarata Blood Loss memberikan nilai signifikansi 0,018 dimana signifikasi α <0,05, sehingga Ho ditolak, yang artinya data diantara keenam kelompok dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan. Sedangkan hasil uji non parametrik Kruskal-Wallis terhadap APTT menunjukkan signifikansi 0,38. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna diantara data keenam kelompok dalam penelitian ini I II III IV V VI CTBT APTT Gambar 4.2. Diagram rata-rata CTBT dan APTT berdasarkan kelompok Pembuktian efek hemostatik Spider Silk Protein (SSP) dilakukan melalui pengukuran Clotting Time Bleeding Time (CTBT) dan Activated Parsial Tromboplastin Time (APTT). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chattopadhyay et. al, SSP Genus Tetragnatha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemendekan waktu perdarahan. SSP tersebut diperoleh melalui teknik Salting Out Protein, sedangkan pada penelitian ini diperoleh melalui pembuatan crude extract dan menggunakan sarang laba-laba spesies Tetragnatha javana. Penggunaan crude extract SSP dari spesies Tetragnatha javana juga mampu menunjukkan efek hemostatik melalui pemendekkan CTBT namun tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap masa tromboplastin parsial. Kelompok II memiliki CTBT dan APTT yang lebih lama dibandingkan Kelompok I. Kelompok II memiliki CTBT dan APTT sebesar menit dan detik, sedangkan Kelompok I memiliki CTBT sebesar menit dan detik. Heparin Sulfat memilki efek anti koagulan sehingga berpengaruh pada CTBT yang memanjang. Efek

7 7 ini terjadi karena ikatan heparin dengan AT (Anti Trombin) III. Ikatan ini mempercepat pembentukan kompleks protease faktor pembekuan II a (trombin), Xa dan IXa sehingga waktu perdarahan memanjang (Dewoto, 2007). Asam Tranexamat berperan dalam hemostatik melalui inhibitor kompetitif plasmin dan aktivator plasminogen (Dewoto, 2007). Pemberian Asam tranexamat mampu menurunkan CTBT dan APTT pada tikus yang diinduksi Heparin Sulfat. Hal ini terlihat pada Kelompok III yang mengalami penurunan CTBT dan APTT menjadi menit dan detik, data ini bila dibandingkan dengan data CTBT dan APTT pada kelompok II sebesar menit dan detik. Gambar 4.2 menunjukkan bahwa SSP 2 mg/kg BB terbukti efektif mengurangi waktu CTBT apabila dibandingkan dengan obat standar Asam Tranexamat pada tikus yang telah diinduksi Heparin Sulfat. Rata-rata CTBT pada tikus Kelompok III adalah sebesar menit, sedangkan pada kelompok IV adalah sebesar menit. Protein fibroin dan spiridon pada SSP terbukti lebih efektif dibandingkan cara kerja inhibitor kompetitif asam tranexamat. Penelitian lain menunjukkan bahwa efek toxin laba-laba Loxosceles Intermedia mampu berinteraksi dengan heparin dan mengakibatkan adhesi dan agregrasi trombosit dan berperan dalam pembentukan fibrin (Velga, 2008). Data APTT pada kelompok yang diberikan perlakuan dengan Crude Extract Spider Silk Proten (SSP) dalam dosis 2 mg/kg BB, 4 mg/kg BB, dan 6 mg/kg BB tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap APTT. Dengan demikian, peneliti menduga bahwa pengaruh Crude Extract Spider Silk Proten (SSP) lebih berperan dalam jalur hemostatik primer. Hemostatik primer merupakan fase yang terjadi mulai pada penempelan dan pengaktifan trombosit pada pembuluh darah (Robbins, 2002). Hal ini dibuktikan melalui penelitian empiris bahwasanya Crude Extract Spider Silk Proten (SSP) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap CTBT namun tidak demikian pada APTT. Day (1986) dalam Kinra (2009) menyatakan bahwa Bleeding Time berperan dalam fase hemostatik primer dan sekunder sedangkan APTT hanya berperan dalam fase hemostatik sekunder. Spider Silk Protein ini merupakan polimer protein yang dibuat menjadi fiber oleh Larva Lepidoptera Laba-laba (Chattopaddhyay, 2008; Gandhi et.al, 2006). Tipe dari SSP yang terbanyak adalah tipe dragline dan mengandung protein fibroin, spidroin 1 (kaya alanin) dan spidroin 2 (kaya glisin). SSP pada Laba-laba tidak merespon reaksi hipersensitifitas tipe 1 (reaksi alergi) sebab tidak mengandung sericin yang berperan dalam sensitisasi tersebut. (Altmand 2003 dikutip dalam Gandhi et. al, 2006). Uji in vivo juga membuktikan bahwa tikus yang telah memperoleh injeksi SSP sampai dengan konsentrasi 6 mg/kg BB tidak memberikan respon imun. Penelitian yang dilakukan oleh Altman menyatakan bahwa SSP bersifat trombogenik dalam darah (Gandhi et. al, 2006).

8 8 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pemberian crude extract SSP sampai sebesar 6 mg/kg BB mampu menurunkan CTBT dan tidak memberikan efek letal. Pemberian crude extract SSP dosis 4 mg/kg BB memberikan efek lebih kuat dibandingkan dosis 2 mg/kg BB. Hal ini terlihat pada data CTBT (Tabel 4.1) pada Kelompok IV sebesar menit, sedangkan pada Kelompok V sebesar menit. Pemberian crude extract SSP dosis 6 mg/kg BB memberikan efek lebih kuat dibandingkan dosis 4 mg/kg BB. Hal ini terlihat pada data CTBT pada Kelompok V sebesar menit, sedangkan pada Kelompok VI sebesar 8.93 menit. Crude Extract Spider Silk Proten (SSP) mengandung protein yang dikenal sebagai silk fibroin (Chattopaddhyay, 2008). Silk fibroin telah dipertimbangkan sebagai material biomedik terutama pada perawatan kulit dan pertumbuhan pembuluh darah pada kultur sel mamalia disamping peranan sebagai efek hemostatik (G freddy, 1997 in Kim, 2007). Material Biomedik silk fibroin ini tergolong dalam biopolimer alami (Hirano, 1999 in Yamazaki, 2007). Salah satu penyakit kelainan hemostasis adalah hemofilia. Hemofilia B Leyden diduga diakibatkan oleh adanya mutasi pada gen yang mengekspresikan Faktor IX dan Hemofilia tipe A yang diakibatkan oleh penurunan aktifitas faktor VIII (Reitsma Et. al., 1988; Robins et.al., 2002). Berbagai penyakit lain yang berefek pada masa perdarahan yang meningkat adalah Penyakit Von Willebrand dan Dengue Hemorraghic Fever (DHF) yang disebabkan oleh penurunan trombosit (Widmann., 1995). Penelitian selanjutnya diharapkan mampu menunjukkan pengaruh SSP terhadap trombosit dan faktor-faktor pembekuan darah terutama Faktor VIII dan IX, sehingga SSP dapat diberikan sebagai terapi adjuvan. V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Efek Hemostatik Spider Silk Protein (SSP) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Clotting Time Bleeding Time (CTBT) pada Tikus yang diinduksi Heparin Sulfat 2. Efek Hemostatik Spider Silk Protein (SSP) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Activated Parsial Tromboplastin Time (APTT) pada Tikus yang diinduksi Heparin Sulfat Saran 1. Perlu dilakukan penelitian tingkat bio molekuler yang mampu menentukan protein yang memiliki pengaruh terhadap CTBT dan APTT 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh SSP terhadap faktor-faktor pembekuan darah 3. Perlu dilakukan penelitian tingkat klinis mengenai pengaruh hemostatik SSP

9 9 VI. DAFTAR PUSTAKA Chattopadhyay Protein expression of silk venom of Indian spiders (Tetragnathidae) and effect on hemostatic activity. Pharmacognosy Magazine. Vol 4. Issue 15 (Suppl). Jul-Sep India Dewoto H Anti Koagulan, Anti Trombotik, Trombolitik dan Hemostatik, dalam Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp: 807 Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4. EGC. Jakarta Kim H. S., et. al Preparation of a Porous Chitosan/Fibroin- Hydroxyapatite Composite Matrix for Tissue Engineering. Macromolecular Research, Vol. 15, No. 1, pp (2007) Kumar Spider s silk: Investigation of spinning process, web material and its properties. Biological Sciences and Bioengineering.IIT.Kanpur. < %2520on%2520asmi/spider.pdf+filetype:pdf+spider+silk+for+surgery&hl=id&c t=clnk&cd=7&gl=id&client=firefox-a> Reitsma et.al The putative factor IX gene promoter in hemophilia B Leyden. Bloodjournal Vol. 72. pp: Robins et. al Buku Ajar Patologi. EGC. Jakarta Scabo DV Et al Cell Adhesion Mechanism in platelet. American Heart Association journals. Setiabudi, Rahajuningsih Hemostatis dan Trombosis. Edisi Ketiga. EGC. Jakarta Sherwood, Laurelle Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 2. EGC. Jakarta Sudoyo, Aru W. dkk Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Pusat Penerbitan Fakultas Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta Velga Extracellular matrix molecules as targets for brown spider venom toxins. Brazilian Journal of Medical and Biological Researches Vol. 34. pp: Widmann Clinical Interpretation of Laboratory Tests. EGC. Jakarta. pp:128 Yamazaki M The Chemical Modification Of Chitosan Film for Improved Hemostatic and Bioadhesive Properties. Dissertation. North Carolina State University.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental laboratorium 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental laboratorium menggunakan post-test control design group only. Pada penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

BAB V HEMOSTASIS Definisi Mekanisme hemostasis Sistem koagulasi

BAB V HEMOSTASIS Definisi Mekanisme hemostasis Sistem koagulasi BAB V HEMOSTASIS Definisi Hemostasis adalah mekanisme tubuh untuk menghentikan perdarahan karena trauma dan mencegah perdarahan spontan. Hemostasis juga menjaga darah tetap cair. Mekanisme hemostasis Jika

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup ruang ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Penelitian dilakukan di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, trombosit dan faktor pembekuan darah (Dewoto, 2007). dengan demikian dapat menghentikan perdarahan (Tan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, trombosit dan faktor pembekuan darah (Dewoto, 2007). dengan demikian dapat menghentikan perdarahan (Tan, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hemostatis merupakan proses penghentian perdarahan secara spontan pada pembuluh darah, trombosit dan faktor pembekuan darah (Dewoto, 2007). Hemostatika adalah produk

Lebih terperinci

Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut: MEKANISME HEMOSTASIS Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Segera setelah pembuluh darah terpotong atau pecah, rangsangan dari pembuluh darah yang rusak itu menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post test only group design. Penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari binatang hingga manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Farmakologi. Penelitian ini termasuk dalam lingkup kelimuan Biokimia dan 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with 43 III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with randomized control group design. Pemilihan subjek penelitian untuk pengelompokan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar yang menggunakan metode eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental yaitu penelitian yang didalamnya terdapat perlakuan untuk memanipulasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang farmakologi. 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang farmakologi. 3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan eksperimental laboratorik dengan metode post-test only with control group design. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. rancangan acak lengkap (RAL) atau completely randomized design yang terdiri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. rancangan acak lengkap (RAL) atau completely randomized design yang terdiri BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan rancangan acak lengkap (RAL) atau completely randomized design yang terdiri dari 4

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. eksperimen Posttest-Only Control Design, yaitu dengan melakukan observasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. eksperimen Posttest-Only Control Design, yaitu dengan melakukan observasi 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain eksperimen Posttest-Only Control Design, yaitu dengan melakukan observasi pada mencit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen murni dengan menggunakan design Pretest postest with control group

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Farmakologi. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Gizi dan 4.2 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Gizi dan Biokimia.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Gizi dan Biokimia. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Gizi dan Biokimia. 3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Design Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah studi eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control group

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 22 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi, Farmasi dan Patologi Anatomi. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Biokimia.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Biokimia. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Biokimia. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Penelitian ini 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan post-test control design group. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Hewan penelitian adalah tikus jantan galur wistar (Rattus Norvegicus), umur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Hewan penelitian adalah tikus jantan galur wistar (Rattus Norvegicus), umur III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian Hewan penelitian adalah tikus jantan galur wistar (Rattus Norvegicus), umur 8-12 minggu dengan berat badan 200-300 gr. Sampel penelitian dipilih secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi dan Terapi 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test Randomized Control

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia. pembuatan pakan. Analisis kadar malondialdehida serum dilakukan di

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia. pembuatan pakan. Analisis kadar malondialdehida serum dilakukan di BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi dan Terapi 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang dilaksanakan di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas. 1 Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan mengeluarkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode post test group only design. Menggunakan tikus putih jantan galur Sprague dawley berumur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr. Tiwuk Susantiningsih, M.Biomed mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subyek Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pada ilmu kedokteran bidang forensik dan patologi anatomi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi, dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik dan Ilmu Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Farmakologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Farmakologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian, pemeriksaan, dan analisis data ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup disiplin ilmu Kardiologi dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : -Laboratorium Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup ilmu penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Adaptasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. hewan coba tikus Wistar menggunakan desain post test only control group

BAB IV METODE PENELITIAN. hewan coba tikus Wistar menggunakan desain post test only control group BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Disain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian experimental laboratoris dengan hewan coba tikus Wistar menggunakan desain post test only control group design. Tikus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control group

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering diperiksa adalah fungsi agregasi. (Wirawan R, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. yang sering diperiksa adalah fungsi agregasi. (Wirawan R, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trombosit adalah sel darah tak berinti berasal dari sitoplasma megakariosit. Sel ini memegang peranan penting pada hemostasis dengan pembentukan sumbat hemostatik untuk

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 23 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.1.2 Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Farmakologi. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Gizi dan 4.2. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berkaitan dengan Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, dan Toksikologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Pemeliharaan hewan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Model penelitian ini adalah eksperimental murni yang dilakukan dengan rancangan post test controlled group design terhadap hewan uji. B. Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

Mekanisme Pembekuan Darah

Mekanisme Pembekuan Darah Mekanisme Pembekuan Darah Pada pembuluh darah yang rusak, kaskade koagulasi secara cepat diaktifasi untuk menghasilkan trombin dan akhirnya untuk membentuk solid fibrin dari soluble fibrinogen, memperkuat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian pre and post test with control group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014. BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian post test only controlled group design. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian Hewan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN X O-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN X O-1 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan posttest only control group design. 23 R : X O-1 ( ) O-2 Dalam rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Bidang ilmu yang tercakup dalam penelitian ini adalah Biologi, Farmakologi, dan Kimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Anestesiologi. proposal disetujui.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Anestesiologi. proposal disetujui. 1 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Anestesiologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian - Tempat penelitian : Laboratorium Biologi Universitas Negeri

Lebih terperinci

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS)

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) Setyo mahanani Nugroho 1, Masruroh 2, Lenna Maydianasari 3 setyomahanani@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian 31 BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis dan Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian Post Test Controlled Group Design. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik dan Ilmu Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan pre dan post-test design. Pre-test pada penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. menggunakan pre dan post-test design. Pre-test pada penelitian ini adalah III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental murni, dengan menggunakan pre dan post-test design. Pre-test pada penelitian ini adalah pengukuran kadar LDL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Trombosit 1. Asal Trombosit Trombosit dihasilkan di dalam sumsum tulang dengan cara melepaskan diri (fragmentasi) dari perifer sitoplasma sel induknya (megakariosit) melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan pada sampel yang telah dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 40 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan pretest - posttest control group design (Campbell & Stanly, 1996). Skema

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Farmasi, dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Farmasi, dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Biokimia. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Farmasi, dan 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

] 2 (Steel dan Torrie, 1980)

] 2 (Steel dan Torrie, 1980) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan metode post test only control group design. B. Tempat Penelitian Tempat pemeliharaan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Penetapan Aktivitas Enzim Alanin Amino Transferase Plasma a. Kurva kalibrasi Persamaan garis hasil pengukuran yaitu : Dengan nilai koefisien relasi (r) = 0,998.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu kedokteran forensik, farmakologi dan ilmu patologi anatomi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Adaptasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian 21 BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian Post Test Controlled Group Design. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian Hewan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan pre dan post test control group design. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan Fisika kedokteran. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 4.2.1 Tempat 1. Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi, Farmasi dan Patologi Anatomi. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi. 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup ilmu dari penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup, Tempat dan Waktu Penelitian. 2. Ruang lingkup tempat : Laboratorium Biologi Universitas Negeri

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup, Tempat dan Waktu Penelitian. 2. Ruang lingkup tempat : Laboratorium Biologi Universitas Negeri BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup, Tempat dan Waktu Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuwan : Anestesiologi 2. Ruang lingkup tempat : Laboratorium Biologi Universitas Negeri Semarang 3. Ruang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik eksperimental dengan Post Test

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik eksperimental dengan Post Test BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data dilakukan hanya pada saat akhir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar Superoksida Dismutase (SOD) dan Malondialdehide (MDA)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Post

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Post BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data akan dilakukan pada akhir penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar dengan metode eksperimental. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah mengenai pengaruh pemberian serat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan rancangan percobaan post test only control group design. Pengambilan hewan uji sebagai

Lebih terperinci

Kata kunci: waktu perdarahan, pencabutan gigi, ekstrak etanol daun teh (Camellia Sinensis L.Kuntze), mencit Swiss Webster.

Kata kunci: waktu perdarahan, pencabutan gigi, ekstrak etanol daun teh (Camellia Sinensis L.Kuntze), mencit Swiss Webster. ABSTRAK Perdarahan merupakan salah satu komplikasi pasca tindakan pencabutan gigi. Perdarahan dapat berhenti karena terdapat efek hemostatik pada tubuh. Tanaman teh mengandung zat tannin yang sangat tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Laboratorium Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan 30 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan pendekatan post test only control group design. Desain penelitian ini memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen Kuasi dengan rancangan penelitian After Only With Control Design 35 yang digambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat experimental laboratorium dengan rancangan penelitian post test only control group, karena pengukuran hanya dilakukan setelah pemberian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Hal ini karena pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian dan Farmakologi. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi, 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian a. Pemeliharaan dan perlakuan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH

PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH (CLOTTING TIME) Oleh : KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2015 PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN ( CLOTTING TIME ) A. Faal Hemostasis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, karena terdapat manipulasi pada objek penelitian dan terdapat kelompok kontrol (Nazir, 2003).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kategori. Dan pada penelitian ini digunakan 3 sampel. pengukuran kadar

III. METODE PENELITIAN. kategori. Dan pada penelitian ini digunakan 3 sampel. pengukuran kadar III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental, dengan menggunakan oneway Annova. Digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata n sampel, bila pada

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Pemeliharaan hewan coba dan penelitian dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi. BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi. 4.2 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup ilmu Farmasi, Farmakologi dan Kimia Randomized Post Test Control Group Design dengan hewan coba sebagai objek penelitian tikus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang THT-KL, Farmakologi, dan Patologi Anatomi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pre test & post test control group design

Lebih terperinci