BAB I PENDAHULUAN. perhelatan demokrasi, Pemilu Indonesia mungkin adalah kegiatan kepemiluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. perhelatan demokrasi, Pemilu Indonesia mungkin adalah kegiatan kepemiluan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semenjak bergulirnya reformasi, Indonesia telah melaksanakan pemilihan umum sebanyak empat kali 1999, 2004, 2009 dan Sebagai sebuah perhelatan demokrasi, Pemilu Indonesia mungkin adalah kegiatan kepemiluan paling kompleks di dunia. Terdapat empat juta petugas di TPS, yang tersebar di berbagai penjuru negara yang terdiri atas pulau. Mereka bertugas mengelola 700 juta surat suara dengan desain yang berbeda untuk memfasilitasi pemilihan sekitar kandidat dalam satu pemilu presiden dan 532 dewan perwakilan di tingkat nasional dan daerah. 1 Sejauh ini, pemilu-pemilu tersebut dapat berlangsung dengan relatif bebas dan damai. Berdasarkan prestasi Indonesia dalam menyelenggarakan pemilu itu tak mengherankan bila Indonesia saat ini disebut sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan India. Namun, kesuksesan itu dinilai masih belum memuaskan bila pendapat pemilih difabel turut diperdengarkan. 2 Kelompok yang awalnya dikenal dengan sebutan penyandang cacat ini di Indonesia saat ini lebih akrab disebut dengan difabel. Istilah difabel pertama kali dicetuskan sekitar tahun 1996 oleh beberapa 1 Gambaran Singkat Pemilihan Umum 2014 di Indonesia, Rumah Pemilu, diakses 30 Mei 2015, Indonesia.html 2 Workshop Partisipasi Politik Difabel dalam Pemilu 2014, Temu inklusi 2014, diakses 1 Juni 2015,

2 2 aktivis di Yogyakarta, yang salah satunya adalah Mansour Fakih. Penggunaan kata difabel merupakan kependekan dari different abilities people atau dapat diartikan dengan seseorang dengan kemampuan berbeda. 3 Jadi difabel sejatinya adalah konter terhadap diskursus cacat. 4 Dengan pengertian seperti itu masyarakat diharapkan tidak lagi memandang para difabel sebagai manusia yang hanya memiliki kekurangan dan ketidakmampuan. Mereka harus dipandang sebagaimana layaknya manusia umumnya, yang memiliki potensi berbeda-beda. Sebuah sikap positif dalam memandang kaum difabel. Jika diperkirakan jumlah difabel mencapai lebih dari 10 persen dari total penduduk Indonesia maka secara gambaran kasarnya bisa diasumsikan bahwa jumlah pemilih difabel adalah sekitar 10 persen dari total jumlah pemilih di Indonesia berdasarkan Daftar Pemilih Tetap ( DPT) yang berjumlah pada pemilu lalu. Maka, kisaran jumlah pemilih difabel adalah sekitar 18 juta lebih pemilih. Dari segi kuantitas, tentu bukanlah jumlah yang sedikit. 5 Namun demikian, tak bisa dipungkiri bahwa saat ini kaum difabel masih menghadapi sejumlah hambatan untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilu. Padahal, hak kaum difabel dalam berpolitik sebenarnya telah dijamin oleh undang-undang dimana salah satunya adalah setiap warganegara diberikan hak dan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam pemilu. Permasalahan yang dihadapi kaum difabel dialami tidak hanya saat hari pemungutan suara di 3 Bahrul Fuad, Difabel, Sebuah Simbol Perlawanan Ideologis, Cak Fu, diakses 1 Juni 2015, 4 Mansour Fakih. Akses Ruang Yang Adil Meletakkan dasar Keadilan Sosial Bagi Kaum Difabel. (Makalah dipresentasikan dalam Diseminasi Nasional Perwujudan Fasilitas Umum yang Aksesibel bagi Semua di Yogyakarta September 1999), diakses 1 Juni 2015, 5 Workshop Partisipasi Politik

3 3 TPS, tapi juga jauh-jauh hari sebelumnya terutama dalam hal akses informasi pemilu. Hambatan seperti ini diantaranya banyak dialami oleh para difabel tunanetra. Para pemilih tunanetra ini karena keterbatasannya tidak mendapat informasi yang mencukupi terkait dengan pemilu. Berbagai liputan media telah mengulas persoalan ini. Misalnya mengenai sejumlah pemilih tunanetra pada Pemilu DPR/DPD dan DPRD serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 yang mengaku tidak mendapat sosialisasi yang cukup terkait dengan tata cara pemilihan. 6 Bahkan sebagian dari mereka kemudian tidak mencoblos atau golput karena ketidaktahuan tentang calon yang akan dipilih. 7 Indra penglihatan merupakan salah satu instrumen vital bagi manusia untuk menyerap informasi. Bahkan dapat dikatakan sebagian besar informasi yang diperoleh oleh manusia berasal dari indera penglihatan. Dengan demikian dapat dipahami ketika seorang mengalami gangguan penglihatan maka kemampuan dalam mengakses informasi menjadi semakin terbatas. Dengan kata lain hilangnya indera penglihatan berarti hilangnya pula saluran informasi visual. 8 Padahal sebagian besar informasi terkait pemilu tersedia secara visual. Hal ini tentu akan mempengaruhi serapan informasi yang diterima oleh para difabel tunanetra yang pada gilirannya akan berpengaruh pula terhadap tingkat literasi politik (kemelekan politik) mereka. 6 Minim Sosialisasi Pilpres Untuk Tunanetra, Sinar Harapan, 4 Juli 2014, diakses 30 Mei 2015, nbsp- 7 Minat warga Difabel dalam Pemilu Masih Kurang, Kavling 10, diakses 30 Mei 2015, 8 Hernowo. Pembelajaran Adaptif Tunanetra. Her Spasi Nowo, diakses 2 Juni 2015,

4 4 Literasi politik secara singkat didefinisikan oleh Krosnick, sebagai the state of having political information, 9 suatu keadaan dimana seseorang memiliki informasi politik. Kepemilikan atas informasi politik ini akan sangat menentukan perilaku memilih mereka. Yudi Latif dengan mengutip pendapat Martel (1983) menyatakan bahwa publik yang well-informed (mendapat akses informasi secara luas) akan lebih menekankan aspek-aspek substansi yang diusung oleh kandidat, sebaliknya publik yang less informed (kurang mendapat akses informasi) akan lebih menekankan aspek- aspek personalitas. 10 Salah satu indikator keberadaban suatu bangsa adalah bila derajat aksesibilitas untuk para difabel semakin bagus. Artinya kemudahan bagi kaum difabel dalam mewujudkan kesamaan dalam segenap aspek kehidupan dan penghidupan semakin membaik. Termasuk akses para tunanetra terhadap informasi pemilu. Oleh karena itu penelitian untuk mengetahui literasi politik para difabel tunanetra dalam pemilu ini sangatlah penting untuk dilakukan, sebab isu terkait literasi politik pemilih tunanetra selama ini masih sangat jarang dikaji di Indonesia. Untuk konteks Kabupaten Banjarnegara, populasipemilih tunanetra cukup banyak dan menyebar di hampir semua kecamatan yang ada. Menurut data dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) tahun 2015, jumlah kaum difabel tunanetra menempati peringkat kedua teratas dari 9 Zafer Kus, Political Literacy Status of Pre-Service Social Studies Teacher, Procedia - Social and Behavioral Sciences 177 (2015) : Yudi Latif, Debat Capres, Bukan Basa-basi, Kompas, 28 Juni 2004

5 5 keseluruhan jenis difabilitas yang ada. 11 Sejauh ini juga belum pernah ada penelitian terkait kemelekan politik pemilih tunanetra di daerah ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimanakah kondisi kemelekan politik para pemilih tunanetra di Banjarnegara? b. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada terbentuknya kemelekan politik para pemilih tunanetra di Banjarnegara? 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan perumusan masalahnya, maka fokus penelitian ini dibatasi pada literasi politik para pemilih tunanetra di Kabupaten Banjarnegara pada Pemilihan Umum DPR/DPD dan DPRD serta Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia tahun Tujuan Penelitian adalah untuk: Berdasarkan pembatasan masalahnya, maka tujuan dari penelitian ini 11 Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans). Daftar Penyandang Disabilitas di Kabupaten Banjarnegara Tahun (Banjarnegara : Dinsosnakertrans. 2015)

6 6 1) Mengetahui dan memahami kondisi kemelekan politik para pemilih tunanetra di Banjarnegara pada Pemilihan Umum DPR/DPD dan DPRD serta Pemilihan Presiden dan wakil Presiden Republik Indonesia tahun; dan 2) Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang berpengaruh pada terbentuknya kemelekan politik para difabel tunanetra di Banjarnegara pada Pemilihan Umum DPR/DPD dan DPRD serta Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia tahun. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu politik khususnya mengenai kajian manajemen pemilu dan partisipasi politik kaum marjinal. Pengembangan tersebut diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi pengayaan materi pengajaran dan penelitianpenelitian selanjutnya Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan berupa rekomendasi kepada para pemangku kebijakan dan penyelenggara pemilu, sebagai bahan untuk menyusun kebijakan yang dapat memperkuat dan meningkatkan literasi politik kaum difabel khususnya para difabel tunanetra.

7 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Fokus penelitian ini adalah literasi politik para pemilih tunanetra di Kabupaten Banjarnegara pada Pemilihan Umum DPR/DPD dan DPRD serta Pemilihan Presiden dan wakil Presiden Republik Indonesia tahun Untuk memahami, mendeskripsikan dan menjelaskan kemelekan politik pemilih tunanetra dibutuhkan konsep-konsep penunjang yang bisa menjadi referensi peneliti dalam melakukan analisis. Konsep-konsep tersebut dalam tinjauan pustaka ini tertuang dalam landasan teori. Selain itu, dalam tinjauan pustaka juga dipaparkan mengenai penelitian-penelitian terdahulu. Ini dimaksudkan untuk memperjelas posisi penelitian ini dihadapan penelitian-penelitian yang pernah ada Literasi Politik Secara tradisional literasi selama ini dipahami sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis. 12 Dengan berkembangnya waktu makna literasi menjadi semakin berkembang dari masa ke masa. Arti istilah ini telah diperluas untuk mencakup kemampuan dalam menggunakan bahasa, angka, gambar dan cara lain untuk memahami dan menggunakan sistem simbol dominan budaya Collin Cobuild, New Student Dictionary (New York : Harper Collin Publisher, 2002), UNESCO. Understanding of Literacy dalam Education for All Global Monitoring Report 2006, UNESCO, diakses 30 Mei 2015,

8 8 Lebih lanjut, UNESCO mendefinisikan literasi sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat, berkomunikasi dan menghitung, menggunakan bahan cetak dan tertulis terkait dengan berbagai konteks. Literasi melibatkan kontinum belajar dalam memungkinkan individu untuk mencapai tujuan mereka, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi mereka, dan untuk berpartisipasi penuh dalam komunitas mereka dan masyarakat yang lebih luas. 14 Pada masa yang lampau membaca dan menulis dianggap cukup sebagai pendidikan dasar sebagai bekal kemampuan bagi manusia untuk menghadapi tantangan zamannya. Oleh karena itu literasi selama bertahuntahun dianggap sekedar persoalan psikologis yang berkaitan dengan kemampuan mental dan keterampilan baca-tulis. Padahal literasi adalah praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial dan politik. 15 Pada perkembangannya saat ini kata literasi banyak disandingkan dengan kata-kata lain, misalnya literasi virtual, literasi komputer, literasi informasi, literasi politik dan sebagainya. Terkait dengan literasi politik sebagaimana telah dikemukakan dalam latar belakang masalah, didefinisikan secara singkat oleh Krosnick ( 1990) sebagai keadaan memiliki informasi politik. 16 Definisi ini menghubungkan literasi politik dengan aspek kognisi seseorang terkait dengan politik. Sementara ilmuwan lainnya, Porter dan Crick (1985) misalnya mencoba untuk menambahkan aspek sikap dalam kaitannya dengan literasi politik. Dalam penjelasannya tentang 14 UNESCO, The Plurality of Literacy and its implications for Policies and Programs (Paris ; UNESCO, 2004), A Chaidar Alwasilah, Pokoknya Rekayasa Literasi. (Bandung: Kiblat Buku Utama, 2012), Kus, Political Literacy, 197

9 9 hubungan antara pendidikan politik dengan literasi politik, mereka menyatakan bahwa tujuan utama dari pendidikan politik adalah untuk meningkatkan 'melek politik', yakni suatu keadaan yang berkaitan dengan bukan hanya pengetahuan, namun juga keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk membuat seseorang mendapat informasi yang memadai tentang politik, dapat berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan dengan semua kelompok serta untuk dapat mengenali dan mentolerir keragaman nilai-nilai sosial dan politik. 17 Meskipun demikian, sebagian besar definisi melek politik memberikan penekanan pada fenomena pengetahuan politik. Misalnya Zaller (1992) mendefinisikan melek politik sebagai pemahaman individu mengenai peristiwa politik dan kesadaran politik mereka, sementara itu itu, Denver dan Hands (1990) dan Wormald (1988) menyatakan bahwa melek politik bisa juga diartikan sebagai keadaan individu untuk bersentuhan dengan proses politik dan urusan politik sebagai warga negara yang efektif dan pemahaman atas persoalan tersebut untuk memenuhi peran kewargaan mereka. 18 Penjelasan mengenai literasi politik yang memberikan titik berat pada aspek kognisi politik ini diperkuat dengan pendapat Carol A. Cassel dan Celia C. Lo yang memberikan contoh konkret terkait seseorang yang dapat dianggap melek politik apabila memahami perbedaan antara partai-partai serta mengetahui konsep dasar dan fakta dalam politik. 19 Oleh karena itu, dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan literasi politik difokuskan pada aspek pengetahuan politik 17 Margaret Chang Yan, Study of Political Literacy of Women Group Members in Community Development Service in Hong Kong (Disertasi PhD, University of Hong Kong, 1993) 18 Kus, Political Literacy, Carol A. Cassel dan Celia C. Lo, Theories of Political Literacy, Political Behaviour 19, no. 4 (1997), 317

10 10 yang dibutuhkan seseorang untuk menjadi melek politik. Dalam penilitian ini istilah literasi politik akan dipakai bergantian dengan kemelekan politik Difabel Sebagai Konter Diskursus Istilah difabel telah digunakan secara luas sebagai pengganti kata disable atau penyandang cacat yang dipandang mengandung konotasi negatif. Istilah yang pertamakali diusulkan oleh Mansour Fakih pada tahun 1996 ini merupakan akronim dari different abilities people yang berarti orang yang memiliki perbedaan kemampuan. Menurut Mansour Fakih, kata cacat yang selama ini telah jamak dipakai sebenarnya tidak layak dilekatkan pada manusia, sebab kata cacat seringkali digunakan untuk benda-benda yang rusak. Melalui istilah difabel ini ia berupaya menempatkan para penyandang cacat pada posisinya sebagai manusia. Karenanya ia meyakini bahwa kata difabel lebih humanis dibandingkan dengan kata penyandang cacat. 20 Selain itu, dalam pandangan Mansour pada kata cacat sejatinya tersimpan bentuk ketidakadilan sosial, politik, budaya, dan ekonomi. Pelabelan istilah penyandang cacat justru bermula dari keyakinan ideologis masyarakat, akademisi maupun birokrat tentang apa yang dinamakan cacat itu yang sebenarnya adalah hasil konstruksi sosial. Dari label cacat ini tersembunyilah pengertian tentang baik dan tidak baik maupun normal dan tidak normal. Penggunaan istilah difabel adalah sebuah konter diskursus alias wacana tanding atas istilah cacat, sebagai usaha untuk membongkar jenis ketidakadilan dan diskriminasi yang dialami oleh warga masyarakat yang oleh konvensi sosial disebut penyandang 20 Fuad, Perlawanan Ideologis.

11 11 cacat. Upaya untuk membongkar konvensi sosial ini merupakan salah satu bentuk resistensi dan pemberdayaan yang hakiki yakni dengan melakukan dekonstruksi atas diskursus 'disable' ataupun 'penyandang cacat' dengan memunculkan wacana tandingan yang lebih adil dan memberdayakan, yaitu istilah difabel. 21 Lebih lanjut Mansour Fakih menjelaskan bahwa dalam istilah difabel tidak ada lagi pembedaan atara 'manusia normal' dengan mereka yang mendapat julukan kaum 'penyandang cacat' yang dalam prakteknya pembedaan ini telah menimbulkan setidaknya lima manifestasi ketidakadilan dan diskriminasi yakni pertama, berlangsungnya diskriminasi ekonomi sehingga melahirkan pemiskinan ekonomi terhadap kaum difabel. Kedua, terjadinya subordinasi terhadap kaum difabel baik dalam rumah tangga, masyarakat, maupun negara dalam bentuk banyaknya kebijakan dibuat tanpa sama sekali menganggap keberadaan mereka. Ketiga, adanya pelabelan negatif (stereotype) terhadap kaum difabel yang berakibat pada diskriminasi serta berbagai ketidakadilan lainnya. Misalnya adanya anggapan bahwa 'manusia normal' adalah produktif, maka kaum difabel dinilai 'tidak produktif' dan oleh sebab itu boleh dibayar dengan diupah lebih rendah. Keempat, terjadinya kekerasan (violence) terhadap difabel baik dalam bentuk fisik maupun bentuk yang halus semacam sikap yang merendahkan kemampuan mereka maupun kekerasan yang dilakukan negara dalam bentuk tidak dibukanya akses sarana publik kaum difabel. Kelima, sempitnya akses sosial dan budaya serta fisik bagi kaum difabel yang mempersukar ruang gerak kaum difabel dan 21 Fakih, Akses Ruang Yang Adil.

12 12 telah menyebabkan beban kerja yang luar biasa bagi kaum difabel baik di lingkungan domestik maupun publik. 22 Sebagai sebuah istilah, kata difabel memang tidak akan ditemui dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia maupun dalam Kamus Bahasa Inggris. Namun dalam perkembangannya kata difabel telah luas digunakan oleh masyarakat dan media massa baik koran maupun televisi. Media nasional semacam Harian Kompas juga sering menggunakan kata difabel di dalam pemberitaanpemberitaannya. Bisa dikatakan bahwa hal ini menjadi pertanda bila istilah difabel saat ini telah acceptable atau dapat diterima oleh publik Hak Politik Kaum Difabel Dalam Pemilu Kaum difabel adalah bagian dari warga negara. Sebagai warga negara, kaum difabel memiliki kewajiban dan hak yang sama sebagaimana diatur sangat jelas dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Salah satu hak yang dijamin oleh konstitusi adalah persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat 1 UUD Pasal ini memberikan jaminan kehidupan berpolitik yang setara kepada setiap warga negara termasuk didalamnya kaum difabel. Selain telah adanya jaminan dari konstitusi, Pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) atau Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas PBB pada tanggal 18 Oktober Tahun 2011 lalu dengan dihadirkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun Fakih, Akses Ruang Yang Adil. 23 Fuad, Perlawanan Ideologis..

13 13 Konvensi ini memuat hak-hak kaum difabel dalam segala aspek kehidupan termasuk di dalamnya kehidupan berpolitik, termasuk dalam hal pemilihan umum. Hak-hak kaum difabel dalam pemilu dijamin oleh pasal 9 mengenai aksesibilitas dan pasal 29 mengenai hak-hak kehidupan politik dan publik bagi kaum difabel. Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi kaum difabel agar terwujud kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Pasal 9 CRPD berbunyi : Untuk memungkinkan masyarakat penyandang disabilitas dapat hidup secara independen dan berpartisipasi penuh dalam segala aspek kehidupan, negara-negara anggota mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan agar masyarakat penyandang disabilitas memiliki akses yang setara dengan masyarakat lain untuk memperoleh ke lingkungan fisik, transportasi, informasi dan komunikasi, termasuk teknologi dan sistem informasi dan komunikasi, serta ke fasilitas-fasilitas dan layanan yang terbuka atau tersedia bagi masyarakat, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Langkah-langkah ini, yang termasuk diantaranya identifikasi dan eliminasi berbagai rintangan dan halangan yang ada dalam hal aksesibilitas, akan diterapkan antara lain ke: a. Sarana bangunan, jalan, transportasi serta berbagai fasilitas dalam dan luar ruangan, termasuk sekolah, rumah, fasilitas medis dan tempat kerja; 24 Pusat Pemilihan Umum Akses Difabel Cacat (PPUA-PENCA), Buku Panduan Akses Pemilu. Jaminan Partisipasi Hak Politik Bagi Penyandang Disabilitas (Jakarta: PPUA-PENCA, 2011), 5.

14 14 b. Informasi, komunikasi dan layanan lainnya, termasuk layanan elektronik serta layanan darurat. 2. Negara-Negara Anggota juga akan mengambil langkah-langkah berikut: a. Mengembangkan, menetapkan dan mengawasi implementasi standar dan pedoman minimum untuk mengakses fasilitas dan layanan yang terbuka dan tersedia bagi masyarakat; b. Memastikan bahwa pihak swasta yang menawarkan fasilitas dan layanan yang terbuka atau tersedia untuk publik juga mempertimbangkan seluruh aspek aksesibilitas bagi masyarakat penyandang disabilitas; c. Memberikan pelatihan bagi para pemangku kepentingan mengenai isu-isu aksesibilitas bagi para penyandang disabilitas; d. Menempatkan tanda-tanda dalam huruf Braille dalam bentuk yang mudah untuk dibaca dan dimengerti di dalam gedung dan fasilitas lainnya yang terbuka untuk publik; e. Menyediakan berbagai bentuk bantuan/asistensi dan tuntunan, baik pemandu, pembaca serta penerjemah bahasa isyarat, untuk memfasilitasi aksesibilitas ke gedung dan fasilitas lainnya yang terbuka bagi publik; f. Memajukan bentuk-bentuk bantuan dan dukungan lainnya untuk masyarakat penyandang disabilitas untuk memastikan akses memperoleh informasi;

15 15 g. Memajukan akses bagi para penyandang disabilitas untuk memperoleh teknologi dan sistem informasi dan komunikasi terbaru, termasuk Internet; h. Memajukan rancangan, pembangunan, produksi dan distribusi teknologi dan sistem informasi dan komunikasi yang dapat diakses sejak dini, sehingga teknologi dan sistem ini dapat diakses dengan biaya minimum. Dalam kaitannya dengan pemilu, menurut Afifuddin, Manajer Program JPPR AGENDA ( General Election Network for Disability Access), aksesibilitas adalah suatu kondisi dimana setiap warga negara bisa menggunakan hak politiknya (memilih, dipilih, dan diangkat sebagai penyelenggara P emilu) secara langsung, umum, bebas, rahasia, serta mandiri tanpa hambatan apapun. Adapun berkaitan dengan kaum difabel, aksesibilitas adalah fasilitas dan pelayanan yang bisa memudahkan mereka dalam memberikan hak politiknya dalam proses pemilu. 25 Hal itu semua jelas telah dijamin oleh poin-poin yang ada dalam pasal 9 diatas mengenai aksesibilitas. Ini adalah pasal yang sangat penting untuk memajukan akses pemilu bagi kaum difabel karena memberikan pedoman konkrit untuk memastikan bahwa pemilu-pemilu yang dilaksanakan dapat diakses kaum difabel sekaligus mendorong penggunaan teknologi yang dapat membantu kaum difabel pada saat berpartisipasi dalam pemilu. 25 M. Afifuddin, Partisipasi Penyandang Disabilitas dalam Pemilu, ( Makalah dipresentasikan dalam Multilateral Electoral Research Forum: Towards Inclusiveness in Elections, Jakarta, April 2014)

16 16 Adapun pasal 29 mengenai hak partisipasi dalam kehidupan politik dan publik memuat tentang kewajiban negara untuk mewujudkan hak kaum difabel dan menjamin kesamaan hak dan kebebasan yang mendasar dimana salah satunya adalah hak untuk mendapatkan perlindungan dan pelayanan dalam pemilu. Selengkapnya pasal ini berbunyi sebagai berikut : 26 Negara-Negara Pihak harus menjamin kepada penyandang disabilitas hak-hak politik dan kesempatan untuk menikmati hak-hak tersebut atas dasar kesetaraan dengan yang lainnya dan akan mengambil langkah-langkah untuk: a. Menjamin agar penyandang disabilitas dapat berpartisipasi secara efektif dan penuh dalam kehidupan politik dan publik atas dasar kesetaraan dengan yang lainnya, secara langsung atau melalui perwakilan yang dipilih secara bebas, termasuk hak dan kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk memilih dan dipilih, antara lain dengan: i. Memastikan bahwa prosedur, fasilitas, dan bahan-bahan pemilihan bersifat layak, dapat diakses serta mudah dipahami dan digunakan; ii. Melindungi hak penyandang disabilitas untuk memilih secara rahasia dalam pemilihan umum dan referendum publik tanpa intimidasi dan untuk mencalonkan diri dalam pemilihan, untuk memegang jabatan serta melaksanakan seluruh fungsi publik dalam semua tingkat pemerintahan, dengan memanfaatkan penggunaan teknologi baru yang dapat membantu pelaksanaan tugas; 26 Pusat Pemilihan Umum Akses Difabel Cacat (PPUA-PENCA), Buku Panduan Akses Pemilu, 7.

17 17 iii. Menjamin kebebasan berekspresi dan keinginan penyandang disabilitas sebagai pemilih dan untuk tujuan ini, bilamana diperlukan atas permintaan mereka, mengizinkan bantuan dalam pemilihan oleh seseorang yang ditentukan mereka sendiri. b. Secara aktif mengembangkan lingkungan dimana penyandang disabilitas secara efektif dapat berpartisipasi penuh dalam kehidupan bermasyarakat, tanpa adanya diskriminasi dan berdasarkan atas azas kesetaraan dengan warga negara lain, serta mendorong partisipasi mereka dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk diantaranya: (i) Partisipasi dalam kegiatan organisasi-organisasi dan asosiasi-asosiasi non pemerintah yang bergerak di bidang kehidupan bermasyarakat dan berpolitik negara serta dalam berbagai kegiatan dan administrasi partaipartai politik; (ii) Membentuk dan bergabung dengan organisasi-organisasi penyandang disabilitas untuk mewakili kaum penyandang disabilitas di tingkat internasional, nasional, regional dan daerah. Landasan hukum sebagaimana pasal diatas kemudian dijabarkan melalui UU Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan UU Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilu dan UU Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD. Dalam UU Nomor 8 Tahun 2012 misalnya, pada pasal 157 disebutkan bahwa pemilih tunanetra, tunadaksa, dan yang mempunyai halangan fisik lain pada saat memberikan suara di TPS dapat dibantu orang lain atas permintaan pemilih. Selain itu pada pasal 142

18 18 penjelasan ayat 2 tercantum ketentuan tentang salah satu perlengkapan pemungutan suara yakni alat bantu tunanetra. Hanya saja dalam pelaksanaannya undang-undang tersebut dinilai belum cukup mampu memberikan jaminan kesetaraan hak bagi kaum difabel. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelaahan terhadap penelitian-penelitian terdahulu sangatlah penting dilakukan dalam sebuah penelitian. Selain sebagai bahan komparasi dan referensi, penelitian-penelitian terdahulu juga bertujuan untuk memetakan posisi penelitian yang dilakukan dihadapan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan topik penelitian. Terkait dengan literasi politik kaum difabel dalam pemilu, untuk di Banjarnegara sendiri belum ditemukan penelitian tentang persoalan ini. Jadi masih merupakan satu penelitian yang baru. Bahkan penelitian tentang partisipasi politik kaum difabel secara umum juga belum ada. Oleh karena itu, penelitian terdahulu yang dikemukakan dan digunakan sebagai komparasi diambilkan dari studi kasus yang diteliti di daerah lain. Terdapat dua penelitian yang ditemukan terkait tema ini. Pertama, penelitian dari Sarah Sausan dari Universitas Sumatera Utara pada tahun 2013 yang berjudul Pemenuhan Hak-Hak Kaum Disabilitas Dalam Pemilihan Umum Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013 Di Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemenuhan hak-hak kaum difabel dalam pemilihan umum Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara tahun 2013 di Kota Medan dan untuk mengetahui apa-apa saja kendala dalam pelaksanaan pemenuhannya tersebut. Penelitian dikhususkan kepada penyandang

19 19 disabilitas fisik, yaitu tunanetra dalam pemenuhan hak-haknya sebagai pemilih dalam pemilihan umum. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pemenuhan hak-hak kaum difabel dalam pemilihan umum Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara tahun 2013 di kota Medan sudah terselenggara dengan cukup baik. Akan tetapi masih ada beberapa hambatan dalam pelaksanaannya meliputi tidak terdapatnya basis data pemilih difabel, kurangnya sosialisasi, kurangnya akurasi data dan tidak adanya sanksi hukum yang tegas dalam peraturan jika terjadi pelanggaran hak-hak kaum difabel dalam pemilu. Dalam melakukan penelitian tersebut, metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data field research dan library research. 27 Kedua, penelitian yang dilakukan oleh JPPR (Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat) pada tahun 2014, yang telah dijadikan buku berjudul Potret Pemilu Akses Dalam Pilpres Penelitian ini dilakukan untuk memantau pelaksanaan pemilu akses pada Pilpres Pemantauan Pemilu Akses dilakukan di di 5 provinsi di Indonesia (Jawa Tengah, DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Nangroe Aceh Darussalam). Temuan utama penelitian ini adalah pemenuhan aksesibilitas pemilu bagi kaum difabel dalam pilpres 2014 masih menjadi masalah pokok yang menciptakan kendala bagi kaum difabel dalam menyalurkan aspirasi politiknya pada saat Pemilu. Selain itu, walaupun beberapa peraturan sudah secara jelas mengatur tentang partisipasi kaum difabel dalam Pemilu, namun demikian dalam praktiknya di lapangan masih 27 Sarah Sausan H, Pemenuhan Hak-Hak Kaum Disabilitas Dalam Pemilihan Umum Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013 Di Kota Medan (Skripsi, Universitas Sumatera Utara, 2013)

20 20 banyak mengalami hambatan. Penelitian ini menggunakan checklist (daftar periksa) dan survei pasca pemilu sebagai instrumen pengambilan data pemantauan. 28 Dari deskripsi dua penelitian terdahulu tersebut, jelas terlihat bahwa penelitian tentang literasi politik kaum difabel dalam pemilu ini sangat signifikan untuk dilakukan. Sebab, topik ini secara khusus belum ditelaah oleh penelitipeneliti sebelumnya. Baik penelitian pertama maupun kedua, sama-sama mengulas tentang pemenuhan aksesibilitas pemilu bagi kaum difabel secara umum. Sementara penelitian literasi politik yang dilakukan ini membahas secara lebih spesifik tentang akses informasi politik kaum difabel dalam pemilu. Dengan demikian, penelitian yang dilakukan ini ditinjau dari segi positioning-nya terhadap penelitian-penelitian sebelumnya mengandung unsur kebaruan dan relatif orisinal. 28 JPPR (Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat), Potret Pemilu Akses dalam Pemilu Presiden 2014 di Indonesia (Jakarta: JPPR, 2014)

21 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berdasarkan paradigmanya, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh) 29. Penggunaan metode penelitian kualitatif bertujuan agar data-data yang didapatkan lebih lengkap dan mendalam, sebab metode penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus. Sebuah tipe pendekatan dalam penelitian berdasarkan suatu kasus yang dilakukan secara intensif, mendalam, mendetil dan komprehensif. 31 Secara umum studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenan dengan how atau why dan bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan 29 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung :Remaja Rosdakarya, 2007), Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D (Bandung: CV Alfabeta, 2008), Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta :Rajawali Pers, 1999), 22.

22 22 bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer di dalam konsep kehidupan nyata. 32 Penelitian ini dilakukan untuk memahami lebih dalam tentang kasus yang akan diteliti. Dengan menggunakan pendekatan ini, peneliti berharap dapat mendeskripsikan fenomena, keteraturan dan kekhususan tentang kasus yang akan diteliti. 3.3 Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. 3.4 Sasaran Penelitian Sasaran penelitian merupakan satuan analisis yang dituju dari suatu penelitian. Adapun sasaran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Aktivis/Pegiat Organisasi Difabel Tunanetra di Banjarnegara; 2) Difabel Tunanetra dari kalangan masyarakat biasa 3) Komisoner KPU Banjarnegara 4) Relawan Demokrasi KPU yang bertugas pada komunitas tunanetra 3.5 Teknik Pemilihan Informan Teknik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Informan dalam penelitian ini dipilih dengan tujuan untuk merinci kekhususan ke dalam temuan konteks yang unik, dan menggali informasi yang menjadi dasar rancangan dan teori yang muncul Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metode (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 224.

23 23 Dalam hal ini, peneliti memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui masalahnya secara mendalam 34. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subyek penelitian dan bukan didasarkan pada strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas tujuan tertentu 35. Dengan demikian, pemilihan informan tidak dilakukan secara kuantitas tetapi dilakukan secara kualitas dari pemahaman narasumber terhadap masalah yang akan diteliti. 3.6 Profil Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu informan utama dan informan pembanding. Informan utama berfungsi untuk memberikan informasi-informasi yang ingin diketahui peneliti. Sedangkan informan pembanding berfungsi untuk triangulasi data. Informan utama adalah komunitas difabel tunanetra baik yang bergiat dalam organisasi difabel maupun masyarakat biasa. Sedangkan informan pembandingnya adalah Komisoner KPU Kabupaten Banjarnegara dan Relawan Demokrasi KPU yang bertugas pada komunitas difabel tunanetra. Tabel 1. Profil Informan Penelitian No Nama Jenis Umur Pendidikan Jabatan/Profesi Kelamin 1 Ali Ujang Laki-laki 47 SD Ketua Pertuni /Tukang Pijat 2 Nasrun Laki-laki 64 SD Ketua Putrabara /Tukang Pijat 3 David Laki-laki 28 SMP Pengurus 34 Heribertus Sutopo, Pengantar Penelitian Kualitatif (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1988), Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta :Rineka Cipta, 2002), 117.

24 24 Mustofa Pertuni/Tukang Pijat 4 Usman Junaedi Laki-laki 38 SD Wiraswasta/ Pegiat Difabel 5 Neni Perempuan 47 SMP Ibu Rumah Tangga Lailiyah 6 Sunarti Perempuan 38 SD Ibu Rumah Tangga 7 Hadriati Perempuan 32 Tidak Tukang Pijat Sekolah 8 Muharjo Laki-laki 65 Tidak Tidak Bekerja Sekolah 9 Khuswatun Chasanah Perempuan 34 S1 Komisioner KPU Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan 10 Iwan Tri Setiawan Pemilih dan SDM Laki-laki 42 S1 Relawan Demokrasi KPU dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Banjarnegara 3.7 Sumber Data Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan untuk mengumpulkan keterangan maupun informasi diperoleh melalui data primer dan data sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan yang memiliki keterkaitan dengan masalah-masalah yang akan dibahas. Data ini menggunakan teknik wawancara dengan para informan dan observasi. Data sekunder adalah data sumber tidak langsung yang berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu: 36 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 36.

25 25 1) Wawancara mendalam adalah wawancara informal yang dilakukan pada saat konteks dianggap tepat, guna mendapatkan data yang mempunyai kedalaman dan dapat dilakukan berkali-kali secara frekuentif sesuai dengan kemampuan peneliti. Teknik ini bertujuan agar peneliti mampu mengeksplorasi data dari informan 37. 2) Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan data dengan mengamati secara langsung. Metode ini dilakukan dengan cara menganalisis dan memahami segala hal yang berhubungan dengan obyek penelitian, serta turun langsung ke lapangan untuk melakukan pengamatan terhadap kondisi-kondisi sebenarnya yang terjadi dilokasi penelitian baik secara formal mupun non-formal. 3) Dokumentasi, yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. 38 Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengambil dan mencatat data yang berasal dari dokumendokumen atau arsip-arsip penting yang berhubungan dengan studi kasus yang akan diteliti oleh peneliti. 3.9 Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema 37 Mathew B Miles dan A. Michael Hubberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru (Jakarta: UI-Press, 1992), Djam an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2010), 149.

26 26 dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data 39. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan model analisis interaktif (interactive model of analysis). Proses analisis interaktif dilakukan selama penelitian. Didalam analisis interaktif, terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi 40. Adapun prosesnya apabila digambarkan tersaji dalam gambar berikut ini : Gambar 1 Model Analisis Interaktif Pengumpulan data Reduksi data Penyajian data Kesimpulan kesimpulan: Penarikan/ verivikasi Sumber : Miles dan Huberman (1992) Penjelasan langkah langkahnya adalah sebagai berikut: 1). Pengumpulan data : Pengumpulan data merupakan proses awal dari keseluruhan rangkaian analisis data, yaitu berupa kegiatan mencari dan mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan penelitian, baik itu berupa wawancara, observasi, maupun dokumentasi. Pada tahap ini data data 39 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, 15

27 27 yang diperoleh tersebut telah disusun secara teratur dalam bentuk kata kata yang sangat banyak sebelum akhirnya dianalisis. Agar mempermudah dalam menganalisis, satu per-satu perlu dipilah pilah kembali untuk memperoleh mana data yang relevan dan mana yang tidak. Oleh karena itu diperlukan langkah berikutnya yaitu reduksi data. 2). Reduksi data : Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan catatan tertulis dilapangan. Dengan demikian, reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. 3). Penyajian data : Merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian penyajian, dapat dipahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan yakni lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian penyajian data tersebut. 4). Penarikan kesimpulan :

28 28 Kegiatan mencari arti benda benda, mencatat keteraturan, pola pola, penjelasan, konfigurasi konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan preposisi kemudian mengikat lebih rinci serta mengakar dengan kuat Validitas Data Penelitian ini menggunakan triangulasi dalam menguji keabsahan data yang dikumpulkan. Triangulasi adalah teknik pemeriksaaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan atau sebagai pembanding terhadap hal itu 41. Penelitian ini menggunakan triangulasi yang memanfaatkan sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang didapat melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dilakukan dengan cara : 1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; 2) Membandingkan paparan yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu; 3) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang; dan 4) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan dengan permasalahan. 41 Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 178.

29 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Difabel Tunanetra di Banjarnegara Data yang akurat tentang jumlah kaum difabel di Kabupaten Banjarnegara sulit untuk ditemukan. Data terkini yang disampaikan oleh pejabat terkait di Pemerintah Daerah Kabupaten Banjarnegara adalah sejumlah yang terdiri dari difabel anak usia 0 sampai 18 tahun sebanyak jiwa serta difabel dewasa sebanyak jiwa. 42 Namun demikian, berdasarkan record data daftar penyandang disabilitas di Kabupaten Banjarnegara yang dimiliki oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Banjarnegara Tahun 2015 ternyata jumlah keseluruhan kaum difabel di Kabupaten ini setelah direkapitulasi adalah orang. Persoalan seperti ini bukan hanya terjadi di Banjarnegara tetapi hampir merata di seluruh Indonesia. Sangat boleh jadi perbedaan-perbedaan data jumlah difabel ini dikarenakan oleh perubahan data disabilitas dari indikator kesehatan menjadi indikator kesejahteraan sosial serta berubah-ubahnya definisi operasional mengenai disabilitas oleh instansi pemerintah di Indonesia. 43 Dari orang difabel di Banjarnegara tersebut, kaum difabel tunanetra menempati urutan kedua terbanyak dari segi jumlah, yakni sebanyak 775 orang 42 Pernyataan ini disampaikan Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Dwi Suryanto pada peringatan hari disabilitas internasional ke 22 dan kegiatan pendayagunaan para difabel cacat dan eks trauma tahun 2014 di Pendopo Dipayuda Adigraha Kamis 18 Desember Penyandang disabilitas Butuh Fasilitas Untuk Mandiri, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, diakses 30 Mei 201, /sosial-budaya/2300-difabel-disabilitas-butuh-fasilitas-untuk-mandiri 43 Sausan H, Pemenuhan Hak-Hak Kaum Disabilitas.

30 30 (19,60%). Adapun peringkat teratasnya adalah para difabel tubuh atau tunadaksa sejumlah 1171 orang (29,62%). Seme ntara itu, para difabel yang jumlahnya paling sedikit adalah kaum difabel fisik dan mental sebanyak 12 orang (0,3%). Adapun data kedifabelan pada jenis lainnya adalah sebagai berikut: difabel pendengaran dan gangguan untuk berbicara (bitul) 610 orang (15,43%), gangguan pada mental atau tunagrahita 443 orang (11,20%), difabel Laras 425 orang (10,75%), difabel ganda 271 orang (6,85%) eks psiko 181 orang (4,58%) dan lainlain sebanyak 66 (1,67%). Secara lebih detil data rekapitulasi jumlah kaum difabel di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Data Jumlah Penyandang Disabilitas di Kabupaten Banjarnegara No Jenis Kecacatan Jumlah Persentase 1 PC Ganda 271 6,85% 2 PC Laras ,75% 3 PC Grahita ,20% 4 PC Bitul ,43% 5 PC Netra ,60% 6 PC Tubuh ,62% 7 PC Eks Psiko 181 4,58% 8 PC Fisik & Mental 12 0,30% 9 Lain-lain 66 1,67% Total % Sumber : Daftar Penyandang Disabilitas Di Kabupaten Banjarnegara dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Tahun Data telah diolah kembali. Terkait dengan kaum difabel tunanetra, populasinya tersebar di hampir semua kecamatan yang ada. Dari dua puluh kecamatan hanya ada tiga kecamatan yang tidak ada difabel tunanetranya yakni Kecamatan Mandiraja, Kecamatan Madukara dan Kecamatan Pagedongan. Hal ini bukan berarti memang sama sekali tidak ada populasi tunanetra di kecamatan-kecamatan tersebut. Ada kemungkinan

31 31 mereka belum terdata atau record data yang ada di Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi (Disnakertran sos) memang belum lengkap. Sementara itu, kecamatan yang memiliki populasi tunanetra terbanyak adalah Kecamatan Bawang dengan jumlah tunanetra sebanyak 98 orang, disusul dengan Kecamatan Banjarnegara sejumlah 71 orang. Jika dipersentasekan jumlah tunanetra di Kecamatan Bawang adalah 12,6% dan di Kecamatan Banjarnegara 9,1% dari keseluruhan tunanetra di Banjarnegara Data rekapitulasi jumlah kaum difabel tunanetra di 20 Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3. Jumlah Kaum Difabel Tunanetra Per Kecamatan No Kecamatan Jumlah Tunanetra Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki 1 Susukan Purwareja Klampok Mandiraja 4 Purwonegoro Bawang Banjarnegara Sigaluh Madukara 9 Banjarmangu Wanadadi Rakit Punggelan Kr.Kobar Pagentan Pejawaran Batur Wanayasa Kalibening Pandanarum Pagedongan Total

32 32 Sumber : Daftar Penyandang Disabilitas Di Kabupaten Banjarnegara dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnaker trans) Tahun Data telah diolah kembali. Berdasar tabel diatas dari sisi jenis kelamin kaum difabel laki-laki di Kabupaten Banjarnegara lebih banyak (420 orang) dari pada kaum difabel perempuan (355 orang). Sayangnya, data dari Di nsosnakertrans ini tidak cukup lengkap karena tidak memuat mengenai data kaum difabel berdasarkan profesi, tingkat pendidikan maupun keterampilan utama yang dimiliki. Sehingga, data mengenai hal tersebut tidak dapat ditampilkan dalam gambaran umum kaum difabel tunanetra pada penelitian ini. 4.2 Organisasi Difabel Tunanetra di Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan informasi dari KPU Kabupaten Banjarnegara terdapat dua organisasi difabel tunanetra di Banjarnegara yakni Pertuni dan Putrabara. Berikut adalah profil singkat dari kedua organisasi tersebut Pertuni Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) adalah organisasi kemasyarakatan tunanetra Indonesia yang berdiri pada tahun Pertuni didirikan oleh sekelompok difabel tunanetra dengan tujuan mewujudkan keadaan yang kondusif bagi orang tunanetra untuk menjalankan kehidupannya sebagai manusia dan warga negara Indonesia yang cerdas, mandiri dan produktif tanpa diskriminasi dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Pertuni merupakan organisasi tingkat nasional yang mempunyai struktur kepengurusan tingkat Pusat di Ibu Kota Negara RI, tingkat Daerah di wilayah Propinsi, dan tingkat Cabang di wilayah

33 33 Kota/Kabupaten. Berdasarkan data sampai Oktober 2011, anggota Pertuni berjumlah lebih dari dua puluh ribu orang. Mereka terorganisasikan dalam 29 Pertuni Daerah dan 167 Pertuni Cabang, yang berjuang untuk kepentingan lebih dari dua juta orang tunanetra di seluruh Indonesia. 44 Di Kabupaten Banjarnegara, Cabang Pertuni 45 berdiri pada tahun 2002 dengan pendiri Turyanto beserta istri, Darsun beserta istri, Ali Ujang, Syahid, Waluyo dan Jawari. Pertuni di Banjarnegara pada awalnya didirikan sebagai ajang silaturahmi antara sesama kaum tunanetra khususnya serta sebagai upaya untuk mengangkat harkat dan martabat kaum tunanetra agar didalam masyarakat tidak dipandang sebelah mata. Yakni melalui upaya-upaya pemberdayaan. Ketua Pertuni saat ini adalah Ali Ujang. Pertuni beralamatkan di Jalan Cokroaminoto Banjarnegara. Pertuni Banjarnegara memiliki empat bidang yang menjadi garapan yaitu bidang pendidikan, bidang kesejahteraan, bidang konsolidasi dan bidang kemitraan. Anggota Pertuni kurang lebih 50 (lima puluh) orang dengan profesi rata-rata sebagai tukang pijat. Kegiatan yang selama ini telah dilakukan oleh DPC Pertuni Kabupaten Banjarnegara adalah kegiatan rutin seperti pertemuan pengurus, pertemuan anggota setiap bulan, mengikuti kegiatan dari pengurus DPD Pertuni dan merayakan peringatan hari disabilitas. Dalam pertemuan-pertemuan yang dilakukan biasanya juga dilakukan kegiatan arisan dan simpan pinjam. 44 Selamat Datang di situs Web Pertuni, Pertuni, diakses 3 Juni 2014, 45 Ali Ujang, wawancara oleh peneliti, Sekretariat Pertuni, 23 Juni Profil singkat Pertuni Cabang Banjarnegara ini disusun berdasarkan hasil wawancara dengan informan bersangkutan yang juga menjabat sebagai Ketua DPC Pertuni Banjarnegara.

34 Putrabara Persatuan Tunanetra Banjarnegara ( Putrabara) adalah organisasi para difabel tunanetra yang lingkupnya hanya di tingkat Kabupaten Banjarnegara. 46 Oleh karena itu, Putrabara bukan merupakan cabang dari organisasi tunanetra tingkat nasional. Organisasi ini berdiri sejak Jadi, dari segi kelembagaan lebih dulu ada dibanding Pertuni Banjarnegara. Sebagian besar anggotanyapun lebih tua dari segi usia daripada anggota-anggota Pertuni. 47 Pendirinya adalah Nasrun beserta 7 orang difabel tunanetra lainnya. Nasrun telah menjadi ketua organisasi difabel ini dari sejak didirikan sampai saat ini. Putrabara beralamatkan di Desa Mantrianom Rt. 03/RW.03, Bawang, Banjarnegara. Tujuan awal organisasi ini adalah mengikat tali persahabatan antara tunanetra di Banjarnegara. Adapun kegiatan pokoknya pertemuan rutin dengan agenda silaturahmi, arisan dan simpan pinjam. Putrabara memiliki misi mendorong para tunanetra agar gesit bekerja keras dalam mencari penghidupan sehingga dari sisi ekonomi bisa berdaya dan dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Saat ini anggota aktifnya mencapai 30 orang dengan profesinya rata-rata sebagai tukang pijat. Yang dimaksudkan dengan anggota aktif adalah mereka yang setiap sebulan sekali ikut dalam kegiatan pertemuan rutin pada Hari Minggu di minggu yang terakhir. Kegiatan pijat diambil sebagai profesi mereka pada umumnya karena dinilai lebih memberikan nilai ekonomis yang memadai 46 Nasrun, wawancara oleh peneliti, Sekretariat Putrabara, 23 Juni Deskripsi singkat mengenai Putrabara ini disusun berdasarkan hasil wawancara dengan informan bersangkutan yang juga menjabat sebagai Ketua Putrabara. 47 Khuswatun Chasanah wawancara oleh peneliti, Kantor KPU Banjarnegara, 9 Juni Informan adalah Komisioner KPU Banjarnegara, Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih dan SDM.

LAPORAN RISET PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU

LAPORAN RISET PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU LAPORAN RISET PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU LITERASI POLITIK KAUM DIFABEL (Studi Kasus Pada Pemilih Tunanetra Di Kabupaten Banjarnegara Dalam Pemilu Legislatif Dan Pemilu Presiden 2014)

Lebih terperinci

LAPORAN RISET PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU

LAPORAN RISET PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU LAPORAN RISET PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU LITERASI POLITIK KAUM DIFABEL (Studi Kasus Pada Pemilih Tunanetra Di Kabupaten Banjarnegara Dalam Pemilu Legislatif Dan Pemilu Presiden 2014)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum untuk selanjutnya disebut Pemilu yang diselenggarakan secara langsung merupakan perwujudan kedaulatan rakyat. Pengakuan tentang kedaulatan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk mencoba menggambarkan faktafakta dan data secara

Lebih terperinci

Metode Penelitian Pendekatan kualitatif ialah pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisa data da

Metode Penelitian Pendekatan kualitatif ialah pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisa data da 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam pandangan filosof, paradigma merupakan pandangan awal yang membedakan, memperjelas dan mempertajam orientasi berpikir seseorang. Hal ini membawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa SPBU di atas adalah SPBU yang

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa SPBU di atas adalah SPBU yang BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di beberapa SPBU di Daerah Kabupaten Sleman tepatnya di SPBU Jl.Seturan, SPBU Kalasan, SPBU Jl. Magelang km 5, SPBU Jl. Monjali,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis penelitian 1. Pendekatan Penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yakni memahami tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif. 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif. sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pandanan Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. yaitu bulan Oktober sampai bulan Desember 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Pandanan Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. yaitu bulan Oktober sampai bulan Desember 2012. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak dalam Keluarga pada Bidang Pendidikan, berlokasi di Dusun Pandanan Desa Pandanan Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti. 1 Pemilihan lokasi atau site selection

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti. 1 Pemilihan lokasi atau site selection BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian adalah tempat yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian dan juga merupakan salah satu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong (2000:3), menyatakan: Prosedur penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini meneliti tentang fenomena perilaku menyimpang di kalangan pelajar SMA Negeri 8 Surakarta, dengan mengambil lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan pendekatan penelitian Pada hakekatnya, penelitian dilakukan untuk mendapatkan penemuan baru atau mencari suatu kebenaran. Dalam penelitian, kita mengenal dua bentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam Penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. Pemilihan tempat ini karena masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka. 1 Menurut Bogdan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELTIAN. variabel (Kriyantono, 2006:69). Hal ini berarti bahwa peneliti terjun langsung

BAB III METODE PENELTIAN. variabel (Kriyantono, 2006:69). Hal ini berarti bahwa peneliti terjun langsung BAB III METODE PENELTIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang akan digunakan adalah tipe dekriptif kualitatif, yaitu tipe penelitian yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Konstruksi Sosial Masyarakat terhadap Sungai ( Studi Fenomenologi mengenai Konstruksi Sosial Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tenaga kerja wanita (TKW) ini dilaksanakan di desa Citembong,

BAB III METODE PENELITIAN. tenaga kerja wanita (TKW) ini dilaksanakan di desa Citembong, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang faktor-faktor penyebab perceraian pada keluarga tenaga kerja wanita (TKW) ini dilaksanakan di desa Citembong, kecamatan

Lebih terperinci

B A B III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan Biklen

B A B III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan Biklen 44 B A B III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan metode penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan Biklen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih pendekatan kualitatif untuk dijadikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Dimaksud

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Dimaksud 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Dimaksud dengan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini merupakan suatu proses

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. mengenai Strategi Kampanye Politik dalam Pemilihan Kepala Kampung di

III. METODOLOGI PENELITIAN. mengenai Strategi Kampanye Politik dalam Pemilihan Kepala Kampung di 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih karena dianggap mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci berkaitan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivistik, realitas sosial

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivistik, realitas sosial 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivistik. Paradigma konstruktivistik dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alokasi waktu dalam penelitian ini berlangsung selama 2 bulan sejak

BAB III METODE PENELITIAN. Alokasi waktu dalam penelitian ini berlangsung selama 2 bulan sejak 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Alokasi waktu dalam penelitian ini berlangsung selama 2 bulan sejak dikeluarkannya surat ijin penelitian oleh STAIN Palangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 73 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Kemudian dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Suwatu Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan penelitian di tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian yang penulis lakukan merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Yakni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Dipilihnya

BAB III METODE PENELITIAN. Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Dipilihnya BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Interaksi Sosial antar Pedagang ini mengambil lokasi penelitian di Kawasan Obyek Wisata Ketep Pass, Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu sesuai dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu sesuai dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian dan empiris dalam penelitian sangatlah diperlukan. Oleh karena itu sesuai dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ini bermaksud untuk menggambarkan dan menganalisis secara mendalam atas

III. METODE PENELITIAN. ini bermaksud untuk menggambarkan dan menganalisis secara mendalam atas III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Merupakan jenis penelitian deskriptif, karena penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rawan terjadi praktek ketidaksetaraan gender dalam kepengurusannya, maka

BAB III METODE PENELITIAN. rawan terjadi praktek ketidaksetaraan gender dalam kepengurusannya, maka BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dikarenakan yang menjadi sasaran peneliti adalah organisasi yang rawan terjadi praktek ketidaksetaraan gender dalam kepengurusannya, maka penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Lexy J. Moleong (2005), 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Lexy J. Moleong (2005), 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan berdasarkan subjek penelitan, data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Workshop Mandiri Craft yang. mengalami perkembangan. gempa pada tahun 2006.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Workshop Mandiri Craft yang. mengalami perkembangan. gempa pada tahun 2006. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Workshop Mandiri Craft yang beralamat di Jalan Parangtritis Km 6,5 Cabean, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Pertimbangan dari

Lebih terperinci

AKSESBILITAS PARTISIPASI POLITIK PENYANDANG DISABILITAS DALAM PEMILU DI KOTA DENPASAR. Putu Ratih Kumala Dewi

AKSESBILITAS PARTISIPASI POLITIK PENYANDANG DISABILITAS DALAM PEMILU DI KOTA DENPASAR. Putu Ratih Kumala Dewi AKSESBILITAS PARTISIPASI POLITIK PENYANDANG DISABILITAS DALAM PEMILU DI KOTA DENPASAR Putu Ratih Kumala Dewi FISIP Universitas Udayana Jl. PB Sudirman Denpasar E-mail : tih_ratihkumaladw@yahoo.com Secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis strategi pemberdayaan perempuan dalam kampanye pemilu oleh DPD Partai Demokrat Provinsi Lampung, maka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Magelang. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena di Dusun

BAB III METODE PENELITIAN. Magelang. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena di Dusun 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Industri Batu Bata Dusun Somoketro III, Desa Somoketro, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Alasan peneliti memilih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. daerah ini masih banyak terdapat perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan

BAB III METODE PENELITIAN. daerah ini masih banyak terdapat perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sikumpul, Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Peneliti memilih lokasi ini, karena di daerah ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dapat membantu memudahkan peneliti dalam menjalankan proses penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dapat membantu memudahkan peneliti dalam menjalankan proses penelitian 51 A. Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Dalam konteks penelitian, approach atau pendekatan itu dapat dipahami sebagai upaya atau tindakan yang disiapkan dan dilakukan untuk memulai proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. baru saja diadakan pemilihan kepala dusun atau biasa disebut Dukuh, disini. menjabat yakni pada usia dukuh 65 tahun.

BAB III METODE PENELITIAN. baru saja diadakan pemilihan kepala dusun atau biasa disebut Dukuh, disini. menjabat yakni pada usia dukuh 65 tahun. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian mengenai pola interaksi masyarakat pasca pemilihan dukuh di dusun Nogosari, Desa Sidokarto, kecamatan Godean, Kabupaten Sleman Yogyakarta. Alasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu Februari sampai dengan Maret Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu Februari sampai dengan Maret Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian lapangan ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu Februari sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebab merupakan langkah-langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Sebab merupakan langkah-langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitian. Sebab merupakan langkah-langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data atau informasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, karena memandu penelitian agar hasil dari penelitian benar-benar valid

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, karena memandu penelitian agar hasil dari penelitian benar-benar valid BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu yang pokok dan penting dalam melaksanakan penelitian, karena memandu penelitian agar hasil dari penelitian benar-benar valid dan dapat dipertanggung jawabkan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 1 Pamotan Rembang yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 1 Pamotan Rembang yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 1 Pamotan Rembang yang beralamat di Jalan Lasem No. 17, Kecamatan Pamotan Rembang, Kabupaten Rembang, Propinsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kelompok, atau situasi. Menurut Smith, sebagaimana dikutip Lodico,Spaulding

III. METODE PENELITIAN. kelompok, atau situasi. Menurut Smith, sebagaimana dikutip Lodico,Spaulding III. METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus adalah suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia setiap 5 tahun sekali mempunyai agenda besar dalam pesta demokrasinya dan agenda besar tersebut tak lain adalah Pemilu. Terhitung sejak tahun 2004

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. KPU RI terkait fasilitasi penyandang Difabel. Perbaikan dalam. enggannya Difabel berpartisipasi saat pemilu. Perbaikan di KPU Kota

BAB IV PENUTUP. KPU RI terkait fasilitasi penyandang Difabel. Perbaikan dalam. enggannya Difabel berpartisipasi saat pemilu. Perbaikan di KPU Kota BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penilitiandari pembahasan mengenai respon Difabel terhadap ruang partisipasi yang dibangun oleh KPU Kota Yogyakarta pada Pemilu Presiden tahun 2014 dan partisipasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata,

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata, 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian, maka pendekatan yang tepat untuk penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 65 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu akan mendeskripsikan permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah sistematis dan logis dalam mencari data yang berhubungan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena, gejala, fakta, atau informasi sosial. Menurut Bogdan dan Taylor yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena, gejala, fakta, atau informasi sosial. Menurut Bogdan dan Taylor yaitu 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini adalah sebuah penelitian kualitatif yang didasarkan pada fenomena, gejala, fakta, atau informasi sosial. Menurut Bogdan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia jumlah penyandang disabilitas atau sering kali disebut difabel tergolong sangat banyak. Berdasarkan hasil pendataan atau survey Pusdatin Depsos

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. organisasi dalam badan sosial tersebut. cukup untuk diolah, maka peneliti akan memperpanjang waktu.

BAB III METODE PENELITIAN. organisasi dalam badan sosial tersebut. cukup untuk diolah, maka peneliti akan memperpanjang waktu. BAB III METODE PENELITIAN D. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Badan Sosial Mardiwuto, Yayasan dr. Yap Prawirohusodo, Yogyakarta. Peneliti mengambil lokasi tersebut karena di tempat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian dapat diartikan sebagai alat untuk menjawab

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian dapat diartikan sebagai alat untuk menjawab 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Metode penelitian dapat diartikan sebagai alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu dan untuk menyelesaikan masalah ilmu atau praktis. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Baik buruknya hasil suatu penelitian ( research) sebagian tergantung kepada metode pengumpulan data yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif untuk menjelaskan mengenai efektivitas program peningkatan kualitas dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian merupakan tempat berlangsungnya proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah serangkaian keyakinan dasar yang membimbing tindakan. 1 Paradigma dalam penelitian ini adalah konstruktivisme. Menurut Guba dan Lincoln realitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data, tujuan, dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memaparkan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memaparkan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Prosedur Penelitian 1. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, seperti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, seperti 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Lexi Moleong, yang mendefinisikan metode kualitatif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian 109 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang tidak menggunakan perhitungan, akan tetapi dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kunci yang perlu diperhatikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan salah satu komponen penting dalam suatu penelitian. Dalam suatu penelitian diperlukan metode penelitian agar penelitian berjalan sesuai rencana, dapat dipertanggungjawabkan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN BAB III. A. Jenis Penelitian. Sesuai rumusan masalah yang ada, maka jenis penelitian yang penulis

METODE PENELITIAN BAB III. A. Jenis Penelitian. Sesuai rumusan masalah yang ada, maka jenis penelitian yang penulis 75 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai rumusan masalah yang ada, maka jenis penelitian yang penulis gunakan termasuk penelitian deskriptif dengan menggunakan latar alamiah atau pada konteks

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kualitatif. Alasan penulis menggunakan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kualitatif. Alasan penulis menggunakan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Perumusan Kebijakan Pembangunan Patung Zainal Abidin Pagar Alam, maka peneliti menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desa Mungseng sebagai tempat penelitian karena desa Mungseng merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. desa Mungseng sebagai tempat penelitian karena desa Mungseng merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di desa Mungseng yang berada di wilayah Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan ini berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan ini berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana dengan pendekatan ini berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Moh. Nazir (1988: 63) yang dimaksud dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Peneliti mengambil lokasi penelitian di Universitas Sebelas Maret yang berlokasi di Jl. Ir. Sutami No. 36A, Kentingan Solo. Telepon: 0271-654311. Adapun pemilihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (penelitian lapangan) dengan menggunakan pendekatan deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. (penelitian lapangan) dengan menggunakan pendekatan deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan penulis lakukan adalah Field Research (penelitian lapangan) dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut Djam an

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan apa adanya dari hasil penelitian dan yang ada pada saat

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan apa adanya dari hasil penelitian dan yang ada pada saat 71 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan pendekatan Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk memecahkan masalah dengan cara memaparkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Menentukan pendekatan penelitian yang dilakukan harus disesuaikan dengan jenis fenomena atau fakta yang terjadi di lapangan. Ada perbedaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan pendekatan deskriptif (deskriptif kualitatif). Menurut Bogdan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan pendekatan deskriptif (deskriptif kualitatif). Menurut Bogdan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian dan empiris dalam penelitian sangat diperlukan. Oleh karena itu sesuai dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode. 48

BAB III METODE PENELITIAN. alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode. 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena, tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, yaitu ingin mengetahui strategi humas Departemen Agama dalam mengkampanyekan penyelenggaraan ibadah haji untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Thohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling, Jakarta, Rajawali Pers, 2013, hlm. 1

Thohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling, Jakarta, Rajawali Pers, 2013, hlm. 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan ( field research). Dimana penelitian lapangan ini bertujuan mengetahui efektifitas penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian menjelaskan semua langkah yang dikerjakan penulis sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan anggapan-anggapan dasar atau

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITAN. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITAN. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif, dalam hal ini, peneliti ingin menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melaksanakan penelitian agar hasil yang dilakukan benar-benar valid dan

BAB III METODE PENELITIAN. melaksanakan penelitian agar hasil yang dilakukan benar-benar valid dan 38 BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang pokok dan penting dalam melaksanakan penelitian agar hasil yang dilakukan benar-benar valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Skripsi ini menggunakan pendekatan yang menjadi landasan kerja

BAB III METODE PENELITIAN. Skripsi ini menggunakan pendekatan yang menjadi landasan kerja BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Skripsi ini menggunakan pendekatan yang menjadi landasan kerja adalah penelitian kualitatif yang berdasarkan fenomenologis. Dimana pendekatan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI EKA MARTININGSIH SRI RAHAYU A PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

NASKAH PUBLIKASI EKA MARTININGSIH SRI RAHAYU A PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERAN ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN DALAM PEMBERDAYAAN POLITIK PADA MASYARAKAT WONOGIRI (Studi Kasus Pada Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Wonogiri) NASKAH PUBLIKASI EKA MARTININGSIH SRI

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pendidikan Inklusi, Sekolah Inklusi, Anak Berkebutuhan Khusus.

Kata Kunci : Pendidikan Inklusi, Sekolah Inklusi, Anak Berkebutuhan Khusus. SEKOLAH INKLUSI SEBAGAI PERWUJUDAN PENDIDIKAN TANPA DISKRIMINASI (Studi Kasus Pelaksanaan Sistem Pendidikan Inklusi di SMK Negeri 9 Surakarta) Nurjanah K8409047 Pendidikan Sosiologi Antropologi ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata atau tulisan dari perilaku orangorang

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata atau tulisan dari perilaku orangorang BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Universitas Negeri Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Universitas Negeri Yogyakarta. 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Universitas Negeri Yogyakarta. Peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana gaya hidup shopaholic mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Pantai Depok yang letaknya masih satu kompleks dengan Pantai Parangtritis dan Pantai Parangkusumo.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena, mengumpulkan informasi dan menyajikan hasil penelitian pada

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena, mengumpulkan informasi dan menyajikan hasil penelitian pada 58 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitiatif etnografi, penelitian kualitatif adalah suatu strategi yang dipilih oleh penulis untuk mengamati suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah field research (penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah field research (penelitian 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah field research (penelitian lapangan). Penelitian

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM 1. Untuk mengakomodir asas kepentingan umum dan untuk menjamin kemudahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Penelitian tentang volunterisme pemuda kota dalam KOPHI (Koalisi Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Metodologi kualitatif merupakan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi pada kasus yang terjadi saat pemilihan presiden tahun 2009 di Jemur Wonosari Surabaya RT.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode studi kasus dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Pada penelitian ini,

BAB III METODE PENELITIAN. metode studi kasus dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Pada penelitian ini, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Pada penelitian ini, peneliti

Lebih terperinci