KARYA TULIS KUALITAS SPERMA MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) YANG TERPAPAR RADIASI SINAR X

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARYA TULIS KUALITAS SPERMA MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) YANG TERPAPAR RADIASI SINAR X"

Transkripsi

1 KARYA TULIS KUALITAS SPERMA MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) YANG TERPAPAR RADIASI SINAR X Oleh : 1. NI WAYAN SUDATRI, S.Si., M.Si. 2. NI MADE SUARTINI, S.Si.,M.Si JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2016 i

2 Kata Pengantar Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa karena atas berkatnya penulis berhasil menyelesaikan karya tulis yang berjudul Kualitas sperma mencit jantan (Mus musculus) yang terpapar radiasi sinar X tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Udayana yang telah mendanai penelitian ini 2.Dra. AA..SA.Sukmaningsih, M.Repro. selaku pembimbing yang banyak memberikan arahan serta bantuan alat dan zat yang diberikan kepada penulis selama penelitian berlangsung. 3. Ni Made Suartin, S.Si.M.Si. dan Dwi Ariani Y., S.Si.,M.Si. atas bantuannya selama penelitian. Penulis menyadari bahwa laporan akhir penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan agar di dalam penulisan-penulisan berikutnya menjadi lebih sempurna. Dan semoga tulisan ini dapat memberikan mamfaat bagi pihak yang memerlukannya. Denpasar, Januari 2016 Penulis ii

3 Daftar Isi Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iii I. Pendahuluan... 1 II. Tinjauan Pustaka... 3 III. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 4 IV. Metode Penelitian... 4 V. Hasil dan Pembahasan... 7 VI. Simpulan dan Saran VII. Daftar Pustaka Daftar Gambar Gambar 1. Grafik rata-rata jumlah spermatozoa mencit jjantan dewasa (Mus musculus L.) kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diradiasi sinar... 9 Gambar 2. Viabilitas Sperma; a=sperma hidup dengan warna kepala bening b= sperma mati dengan warna kepala merah/terwarnai. 9 Gambar 3 : Grafik rata-rata viabilitas spermatozoa mencit jjantan dewasa (Mus musculus L.) kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diradiasi sinar x.. 10 Gambar 4 : Grafik rata-rata Morfologi spermatozoa mencit jjantan dewasa (Mus musculus L.) kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diradiasi sinar x Gambar 5. Morfologi Spermatozoa yang normal dna abnormal.. 11 Gambar 6 : Grafik rata-rata motilitas spermatozoa mencit jjantan dewasa (Mus musculus L.) kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diradiasi sinar x.. 12 iii

4 I. PENDAHULUAN Sinar X merupakan salah satu radiasi pengion yang dikelompokkan ke dalam tife gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang pendek. Yang termasuk radiasi gelombang elektromagnetik diantaranya sinar UV, infrared, sinar lampu, gelombang radio dan gelombang TV. Sinar X mempunyai daya tembus yang tinggi karena panjang gelombangnya yang pendek. Dalam bidang kedokteran nuklir, radiasi sinar X telah lama dimanfaatkan untuk mendiagnosis dan terapi penyakit. Dengan photo sinar X bagian-bagian tulang yang mengalami kelainan ataupun patah bisa diketahui, munculnya tumor atau kelainan-kelainan organ bagian dalam juga bisa dideteksi. Terapi tumor atau kanker dengan radiasi telah meningkatkan harapan hidup rata-rata pada manusia (Baker, 2008). Namun dibalik manfaat yang diberikan oleh teknologi radiasi, efek negatifnya juga sering diperdebatkan. Sinar X merupakan radiasi pengion yang berenergi tinggi. Sinar ini akan mengionkan bahan-bahan yang dilaluinya (Soewondo, 1988). Ketika terapi, selain membunuh sel-sel kanker, radiasi ini juga merusak sel-sel normal disekitarnya. Hal ini akan mengakibatkan sel normal ikut mati atau kalau tidak mati dia akan mengalami mutasi yang dalam jangka waktu tertentu berubah menjadi sel kanker (Balentova, 2007). Di samping itu, bayi dan anak-anak relatif lebih sensitif terhadap radiasi dibandingkan dengan orang dewasa (Anonim, 2013). Sel-sel dan jaringan pada manusia semuanya peka terhadap radiasi. Sel-sel yang termasuk sangat peka terhadap radiasi adalah sel sel yang sedang aktif membelah seperti selsel embrio, sel-sel darah serta sel sel gonad (ovarium dan testis). Penyinaran dengan sinar X dapat mengganggu keselamatan dan perkembangan janin dalam kandungan sehingga penyinaran ini diterapkan sangat selektif pada ibu hamil. Penggunaan radiasi sinar X untuk tujuan diagnosis penyakit atau terapi penyakit memerlukan kehati-hatian mengingat faktor resiko yang ditimbulkannya (Anonim, 2013). Testis merupakan gonad jantan yang berfungsi untuk menghasilkan sel-sel sperma. Di dalam Testis terdapat tubulus seminiferus, dimana spermatogenis terjadi. Hasil penelitian Suharjo (2002) menunjukkan bahwa mencit jantan yang diiradiasi dengan radiasi sinar X dosis tunggal 200 rad mengalami penurunan jumlah dan diameter Tubulus Seminiferus. Berat badan dan berat testis tikus jantan yang diradiasi dengan dosis 2 sampai 5 gray juga 1

5 mengalami penurunan (Yamasaki, et al. 2010). Sedangkan hasil penelitian Zhang et al.(1999) menunjukkan motilitas reaksi akrosomal sperma manusia yang diberikan radiasi tinggi 16, 32, dan 64 gray dikombinasikan dengan ion 16O+ 6 mengalami penurunan yang sangat tajam. Oleh karena itu, saya ingin melihat efek radiasi sinar X terhadap kualitas sperma dengan mempergunakan mencit jantan dewasa sebagai hewan coba. Bagaiman kualitas sperma mencit jantan dewasa (Mus musculus L.) yang diradiasi dengan sinar X? 2

6 II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sinar X Sinar X merupakan radiasi elektromagnetik, tidak bermuatan dan mempunyai daya tembus yang sangat kuat. Frekuensi sinar x berkisar dari 10 6 sampai Hertz (Hz) dan panjang gelombangnya berkisar antara 10-9 sampai 10-6 cm. Sinar X mempunyai karakteristik yang mirif dengan sinar gamma. Perbedaannya terletak pada frekuensi dan panjang gelombangnya. Sinar gamma mempunyai frekuensi Hertz dan panjang gelombangnya jauh lebih pendek dari sinar X yaitu cm. Perbedaan lainnya adalalah sinar X dibangkitkan melalui pesawat sinar X sehingga kekuatan sinarnya dapat diatur dengan menaikkan dan menurunkan voltase listrik, sedangkan sinar gamma dipancarkan langsung oleh inti atom radioaktif ((Sumardika, 2009); Muklis, 2000). Sinar X dapat menembus berbagai materi yang tidak dapat ditembus oleh sinar tampak biasa. Dengan kemampuannya itu, dalam bidang kesehatan sinar X banyak dipakai untuk mendiagnosis penyakit dan terapi penyakit seperti kanker dan tumor. Namun dibalik manfaatnya, sejak lama diketahui bahwa sinar ini menimbulkan reaksi-reaksi biologis yang dapat merusak seperti; menyebabkan kemandulan, menyebabkan mutasi gen dan kelainankelainan morfologi. Besarnya pengaruh yang terjadi pada materi biologi tergantung dari dosis radiasi yang diterima, dan karakteristik dari jaringan tersebut. Pengaruh ini sangat kuat pada sel-sel yang sedang aktif membelah (Soewondo, 1988; Suyatno, 2008) Testis Testis merupakan gonad jantan yang berfungsi untuk menghasilkan sel-sel sperma. Di dalam Testis terdapat tubulus seminiferus, dimana spermatogenis terjadi. Sel cikal bakal sperma disebut dengan spermatogonium. Spermatogonium dalam tubulus semeiniferus adalah jaringan yang sedang aktif membelah. Spermatogonium sangat sensitif terhadap sinar X. Dalam percobaan pada mencit jantan menggunakan berbagai dosis sinar-x ( rad), yang kemudian dikawinkan pada berbagai interval waktu (1-7, 8-14, dan 64-80) hari setelah iradiasi dapat menyebabkan kematian post implantasi dominan yang bertambah sejalan dengan dosis, dan paling tinggi dicapai dalam minggu ketiga. Tingkat radiosensitivitasnya diketahui lebih besar pada tahap spermatid awal. (Williams, 1981 dalam Suharjo. 2002). Sedangkan organ reproduksi lain seperti prostat, vesikula seminalis dan epididimis relatif resinten terhadap radiasi. 3

7 Hasil Penelitian Sailer et al. (2006) menunjukkan bahwa testis tikus yang terkena radiasi 400 rad menghasilkan sperma yang banyak mengalami abnormalitas pada morfologinya. Pada tingkat penyinaran yang kronik maka testis menjadi atrofis dan mengecil serta fibrotik, dua atau tiga bulan setelah iradiasi terjadi penebalan pada dasar membram tubulus yaitu dengan adanya perubahan hyaline pada jaringan pengikat. Pada keadaan ini, sperma yang rusak telah disingkirkan, dan memperlihatkan tidak adanya proses spermatogenesis. Beberapa sel sertoli dan sel Leydig tidak diubah. III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas Sperma mencit jantan dewasa (Mus musculus L.) yang diradiasi dengan sinar X. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai landasan pengetahuan dan dapat memberikan sumbangan informasi tentang efek radiasi sinar X terhadap kualitas sperma, sehingga pada manusia, diagnosis maupun terapi dengan sinar X dilakukan lebih hati-hati. IV.METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di kandang percobaan dan laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi UNUD serta radiasi dilakukan di Bagian Radiologi RSU Sanglah Denpasar. Pemeliharaan dan perlakuan hewan coba dilakukan selama kurang lebih 1 bulan dan dilanjutkan dengan pengumpulan data Alat dan Bahan Alat alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dissecting set, hand counter, timbangan, gelas ukur, cawan, petri, pipet tetes, batang pengaduk, hemositometer, kaca preparat dan gelas penutup, mikroskop cahaya. serta pesawat sinar X merek Stabilipan buatan Siemens (bagian Radiologi RSU Sanglah). Bahan- bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah NaCl 0.9%, pewarna Eosin 2% dalam aquades, Metanol 2% dalam aquades dan aquades. 4

8 Sedangkan hewan coba yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 32 ekor mencit jantan (Mus musculus L.) galur Swiss, umur 3 bulan, berat badan gram yang diberi makan pelet standar untuk ayam dan air minum ad libitum Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Eksperimental dimana : 24 ekor mencit jantan diradiasi, sedangkan 8 ekor sebagai kontrol. - Kelompok pertama 8 ekor diradiasi dengan sinar X dosis 1 x 200 rad - Kelompok kedua 8 ekor diradiasi dengan sinar X dosis 2 x 200 rad - Kelompok ketiga 8 ekor diradiasi dengan sinar X dosis 3 x 200 rad - Kelompok keempat 8 ekor sebagai kontrol Sehari setelah perlakuan pada masing-masing kelompok dibunuh dengan cara dislokasi leher dan dibedah. Spermatozoa diambil dari cauda epididimis. Cauda epididimis diletakkan di cawan petri yang telah berisi 2 ml Na Cl 0,9%, kemudian organ dicacah menjadi potonganpotongan kecil Variabel dan Pengamatan Variabel yang diamati meliputi : - Motilitas spermatozoa - Viabilitas spermatozoa - Morfologi Spermatozoa - Jumlah Spermatozoa Motilitas Sperma Suspensi spermatozoa dalam NaCl 0.9% diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x. Pengamatan diulang 2x untuk satu ekor. Jumlah spermatozoa yang motil dihitung berdasarkan kriteria WHO (Anonim, 1988 : Subrata, 1999). Kategori 0 (sperma tidak bergerak sama sekali), katagori 1 (sperma bergerak lambat), katagori 2 (sperma bergerak ke depan dengan kecepatan sedang atau berputar-putar), katagori 3 sperma bergerak lurus ke depan. Persentase katagori sperma motil ditentukan berdasarkan katagori 2 dan 3 dibagi dengan banyaknya sperma yang diamati dikalikan 100%. Viabilitas Sperma Untuk melihat viabilitas spermatozoa, suspensi spermatozoa dalam NaCl 0.9% dipipet sebanyak satu tetes, kemudian diletakkan pada gelas objek, dilanjutkan dengan fiksasi formalin 2% dalam aquades selama 10 menit lalu dibuat apusan. Setelah kering lalu diberi 5

9 pewarna Eosin 2% dalam aquades selama 15 menit kemudian dibilas dengan aquades dan diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x. Sperma yang hidup tidak berwarna sedangkan sperma yang mati berwarna. Dan hasilnya dinyatakan dalam persen.(lina, 2012) Morfologi Sperma Pengamatan morfologi spermazoa dilakukan dengan sediaan apusan spermatozoa yang diwarnai denga Eosin 2% dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 400x. Pengamatan morfologi ditekankan pada kelainan bentuk dan abnormalitas spermatozoa. Bentuk spermatozoa disebut abnormal bila terdapat satu atau lebih bagian spermatozoa yang abnormal (kepala, midpiece, ekor). Hasilnya dinyatakan dalam persen. Jumlah Spermatozoa Untuk melihat jumlah spermatozoa, suspensi spermatozoa dalam NaCl 0.9% dipipet dan diteteskan pada kamar hitung Neubauer/hemositometer dan diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x. Jumlah spermatozoa dinyatakan dalam satuan juta per cauda epididimis Analisa Data Data kuantitatif yang didapatkan dianalisis secara statistika dengan analisis sidik ragam one way ANOVA memakai program komputer dan bila terdapat perbedaan yang nyata atau sangat nyata akan dilanjutkan dengan uji LSD dengan Post Hoc test. Sedangkan data qualitatif (morfologi sperma) akan disajikan dalam bentuk gambar. 6

10 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.Hasil Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pemaparan radiasi sinar X dengan dosis 200 rad sebanyak satu kali, pemaparan sinar x dosis 200 rad 2 kali dan pemaparan sinar x dosis 200 rad 3 kali memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap beberapa variabel kualitas sperma yang diamati. Hasil pengamatan dan uji one way ANOVA ditunjukkan pada tabel dan gambar berikut. Tabel 1. Hasil rata-rata dan standar deviasi kualitas sperma mencit jantan yang terpapar radiasi sinar X Va riabel Perlakuan Kontrol Radiasi 1 x200 Radiasi 2x 200 Radiasi 3x rad rad rad Viabilitas Hidup 82.5 ± a ± a ±8.846 b ±9.945 b Mati 17.7 ±7.326 a ± a ±8.846 b ±9.945 b Gerak cepat 52 ±8.286 a 25.5 ± a b 15.5 ±9.746 b 8 ±9.673 c Mortalitas Gerak di tempat 11.5 ± ± ± ±2.500 Gerak pelan 8.5 ± ± ± ±8.449 Diam ± 5.73 a 53 ± b 59 ± b 64 ± b Morfologi Normal ±11.6 a ±7.97 a b ±9.883 bc ±9.94 c Abnormal ±11.6 a ±7.97 b 49.5 ±9.88 b 66.5 ± 9.94 c Jumlah sperma/ lapangan pandang 6.75 ±1.258 a 5.0 ±1.154 a b 4.5 ±0.577 b c 2.75 ±1.707 c Keterangan : huruf yang sama pada variable dalam satu baris berarti tidak berbeda nyata (memiliki pengaruh yang sama), sedangkan huruf yang berbeda pada variable dalam baris yang sama berarti memiliki pengaruh yang berbeda (berbeda nyata) terhadap kualitas sperma mencit jantan dewasa (Mus musculus L.) Jumlah Spermatozoa Berdasarkan hasil analisis statistik terhadap jumlah sperma didapatkan bahwa pemaparan sinar X dengan dosis 200 rad secara berulang memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap penurunan jumlah spermatozoa mencit jantan dewasa. Hasil uji LSD dengan Post Hoc test terhadap perbedaan bermakna (P<0.05) antara kontrol dan perlakuan menunjukkan bahwa pemaparan radiasi sinar x satu kali, dua kali dan 3 kali menurunkan jumlah sperma yang dihasilkan dibandingkan dengan kontrol. 7

11 Jumlah Spermatozoa Jumlah sperma (juta/cauda epididimis) Kontrol P1x P2x P3x (Perlakuan) Gambar 1. Grafik rata-rata jumlah spermatozoa mencit jjantan dewasa (Mus musculus L.) kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diradiasi sinar x Viabilitas Spermatozoa Dari hasil analisis one way ANOVA menunjukkan bahwa pemaparan radiasi berpengaruh nyata terhadap viabilitas spermatozoa. Viabilitas spermatozoa yang dipapar radiasi sinar x dosis 200 rad sebanyak dua kali dan tiga kali berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Pemaparan radiasi secara berulang menurunkan jumlah spermatozoa yang hidup dibandingkan dengan jumlah sperma yang mati. a b Gambar 2. Viabilitas Sperma; a=sperma hidup dengan warna kepala bening b= sperma mati dengan warna kepala merah /terwarnai (pembesaran 400x) 8

12 Viabilitas Viabilitas (%) Hidup Mati Kontrol P1x P2x P3x Perlakuan Gambar 3 : Grafik rata-rata viabilitas spermatozoa mencit jjantan dewasa (Mus musculus L.) kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diradiasi sinar x Morfologi Spermatozoa Hasil uji one way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Jumlah morfologi normal spermatozoa kelompok kontrol berbeda nyata dengan jumlah morfologi normal kelompok perlakuan P2 dan P3. Jumlah morfologi normal spermatozoa P2 dan P3 lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan morfologi abnormal spermatozoa kebalikannya. Jumlah morfologi abnormal P2 dan P3 lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol. 9

13 Morfologi Morfologi (%) Normal Abnormal Kontrol P1x P2x P3x Perlakuan Gambar 4 : Grafik rata-rata Morfologi spermatozoa mencit jjantan dewasa (Mus musculus L.) kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diradiasi sinar x Normal Ekor dobel Ekor lingkar Ekor pendek Kepala kecil Gambar 5. Morfologi Spermatozoa yang normal dan abnormal (pembesaran 400x) Motilitas Spermatozoa Motilitas sperma meliputi : jumlah sperma yag bergerak cepat, gerak lambat, gerak di tempat dan tidak bergerak/ diam. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa jumlah 10

14 spermatozoa yang bergerak cepat berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Jumlah spermatozoa yang bergerak cepat lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol pada semua perlakuan. Sedangkan jumlah sperma yang gerak lambat dan gerak di tempa, menurut hasil uji statistik tidak berbeda secara nyata. Sebaliknya jumlah sperma yang tidak bergerak/diam berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol pada semua perlakuan. Jumlah sperma yang tidak bergerak meningkat drastis pada semua perlakuan Motilitas Motilitas(%) Gerak cepat Gerak di tempat Gerak lambat Tak bergerak/diam 0 Kontrol P1x P2x P3x Gambar 6 : Grafik rata-rata motilitas spermatozoa mencit jjantan dewasa (Mus musculus L.) kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diradiasi sinar x 5.2.Pembahasan Pemaparan radiasi sinar x dosis 200 rad memberikan pengaruh yang nyata pada hampir semua parameter yang diamati, baik yang dilakukan sekali maupun yang dilakukan berulang kali. Hal ini diakibatkan karena rasiasi sinar x mempunyai energi tinggi sehingga mampu mengionkan materi yang dilaluinya termasuk materi biologi yaitu sel. Sel-sel yang terkena radiasi akan mengalami kerusakan sehinggga bisa mengganggu proses fisiologis sel tersebut atau bisa menyebabkan kematian sel. Disamping itu sel-sel pembentuk sel- sel kelamin dan sel-sel yang sedang aktif membelah mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap radiasi. Perlakuan Terganggunya sel-sel pembentuk kelamin dalam hal ini testis, akan berakibat terhadap kualitas sperma yang dihasilkan. Hal ini terlihat sangat nyata pada jumlah spermatozoa 11

15 percauda epididimis yang dihasilkan. Jumlah spermatozoa pada kelompok yang dipapar radiasi sinar x menurun drastis dibandingkan dengan kontrol. Begitu juga halnya motilitas sperma. Spermatozoa yang terpapar radiasi sinar x lebih banyak banyak yang tidak bergerak/ diam dan jumlah spermatozoa yang bergerak cepat lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol. Begitu juga halnya dengan viabilitas sperma, pada kelompok perlakuan lebih banyak spermatozoa yang mati dibandingkan dengan sperma yang hidup. Sedangkan untuk morfologi sperma, kelompok perlakuan lebih banyak spermatozoa yang mempunyai morfologi abnormal terutama perlakuan P3. Banyak spermatozoa kelompok perlakuan yang mempunyai ekor sperma berbentuk lingkar atau melengkung sehingga dari segi motilitas akan menurun. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sailer et al. (2006) yaitu terjadi peningkatan abnormalitas morfologi sperma pada testis mencit yang diradiasi dengan dosis 400 rad. Penurunan kualitas sperma pada kelompok mencit jantan yang terpapar radiasia sinar x, sudah tentu akan menurunkan fertilitas pada hewan tersebut sehingga efek radiasi ini pada manusia diperkirakan kurang lebih akan mirif karena kita memiliki kemiripan sistem fisiologis dengan hewan ini. Oleh karena itu penggunaan dosis radiasi sinar x secara berulang pada manusia, baik untuk diagnosis maupun untuk terapi harus lebih hati-hati lagi sehingga tidak mengakibatkan infertilitas. 12

16 VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pemaparan radiasi sinar x dosis 200 rad memberikan pengaruh yang nyata terhadap penurunan kualitas sperma mencit jantan (Mus musculus L.). Penurunan kualitas sperma semakin meningkat dengan dilakukannya pemaparan berulang Saran Untuk mengetahui korelasi antara penurunan kualitas sperma dan kerusakan sel- sel testis pada mencit jantan maka perlu dilakuan penelitiann lebih lanjut mengenai dampak radiasi sinar x secara berulang terhadap gambaran histologis testis mencit jantan (Mus musculus L.). 13

17 DAFTAR PUSTAKA Anonimus, Efek Radiasi Sinar X Terhadap Jaringan. www. Geocities.com/radiologis_vet (diunduh 13 Pebruari 2013) Anonimus, Penuntun Laboratorium WHO untuk Pemeriksaan Semen Manusia dan Interaksi Semen Getah Servik. Balai Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta Anonimus, X-Rays: How safe are they? National Radiological Protection Board. (diunduh 13 Pebruari 2013) Alatas, Zubaidah, Efek Pewarisan Akibat Radiasi Pengion. Buletin Alara. Vol 8 (2). Baker, Mike, Role of Epigenic Change in Direct and Indirect Radiation Effects. Univercity of Lethbrigde. Canada.pp Balentova S., Racecova E., Effects of Low Dose Irradiation on Proliferation Dinamic Rostal Migration Steam of Adult Rats. Folia Biologica.. Vol..53 (1) Lina,P, Kualitas Spermatozoa Mencit jantan Dewasa Setelah Diberikan Monosodium Glutamat. Skripsi S1. Tidak Dipublikasikan. Mukhlis A., Dasar-Dasar Proteksi Radiasi.Penerbit Rineka Cipta. Jakarta, hal Sailer, B.L., L.K. Josh, Erickson, Tajiran M.A., Evenson D.P, Effects of X-irradiation on mouse testicular cells and sperm chromatin structure. Environmental and Molecular Mutagenesis.Vol. 25 ( 1), Soewondo J. AL., Dasar-dasar Radioisotop dan Radiasi dalam Biologi. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor.hal Suharjo, Efek Radiasi Dosis Tunggal Pada Sel Spermatogenik Mencit Dewasa Strain Quacker Bush (CSL). Jurnal Bionatura. Vol 4 (2) Subrata, I, M, Analisis Sperma Rutin. PT Upsada Sastra.Bali Suryatno, Ferry, Aplikasi Radiasi Sinar X. Di Bidang Kedokteran Untuk Menunjang Kesehatan Masyarakat. Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir Agustus Yogyakarta. Sumardika, Alit I.B., Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik Terhadap Kesehatan Manusia. Jurnal Teknologi Elektro.Vol 8 (1). Yamasaki, Hideki., Moses A. Sandrof, and Kim Boekelheide Suppression of Radiation-Induced Testicular Germ Cell Apoptosis by 2,5-Hexanedione Pretreatment. I. Histopathological Analysis Reveals Stage Dependence of Attenuated Apoptosis. Toxicological Sciences 117(2), Zhang H, Wei ZQ, Li WJ, Li Q, Dang BR, Chen WQ, Xie HM, Zhang SM, He J, Huang T, Zheng RL Effects of 16O+6 ion irradiation on human sperm spontaneous chemiluminescence, motility, acrosome reaction and viability in vitro.pubmed 32(1):

Kualitas Spermatozoa Mencit yang Terpapar Radiasi Sinar-X Secara Berulang

Kualitas Spermatozoa Mencit yang Terpapar Radiasi Sinar-X Secara Berulang Jurnal Veteriner Maret 2015 Vol. 16 No. 1 : 56-61 ISSN : 1411-8327 Kualitas Spermatozoa Mencit yang Terpapar Radiasi Sinar-X Secara Berulang (SPERMATOZOA QUALITY OF MICE EXPOSED TO X-RAYS RADIATION IN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Besar Veteriner Wates sebagai tempat pembuatan preparat awetan testis.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Besar Veteriner Wates sebagai tempat pembuatan preparat awetan testis. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2004 Pebruari 2005 di Sub Laboratorium Biologi Laboratorium Pusat MIPA UNS Surakarta sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). Pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba dilakukan di rumah hewan percobaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5 (lima) kelompok

Lebih terperinci

KARYA TULIS PENGARUH RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP OVARIUM MENCIT (Mus musculus L.) Oleh:

KARYA TULIS PENGARUH RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP OVARIUM MENCIT (Mus musculus L.) Oleh: KARYA TULIS PENGARUH RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP OVARIUM MENCIT (Mus musculus L.) Oleh: Dwi Ariani Yulihastuti, S.Si., M.Si. Ni Wayan Sudatri, S.Si.,M.Si. JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu bulan Januari sampai Maret 2012. Pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba dilakukan di rumah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan, 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pemeliharaan, perlakuan, pengamatan jumlah, morfologi, viabilitas, dan motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan pada sampel yang telah dibagi menjadi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI Oleh: Connie AstyPakpahan Ines GustiPebri MardhiahAbdian Ahmad Ihsan WantiDessi Dana Yunda Zahra AinunNaim AlfitraAbdiGuna Kabetty T Hutasoit Siti Prawitasari Br Maikel Tio

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan. 52 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan. Perlakuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya. Penelitian yang dilakukan oleh Roy Morgan Research di Australia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. &

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. & 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi untuk pengaklimatisasian hewan uji serta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan November 2012 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan November 2012 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan November 2012 di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. B. Desain Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehidupan yang semakin modern membuat manusia hampir selalu berhubungan dengan alat-alat elektronik. Penggunaan peralatan elektronik meningkat seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. pendekatan Post Test Only Control Group Design dan metode Rancangan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. pendekatan Post Test Only Control Group Design dan metode Rancangan 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design dan metode Rancangan Acak Lengkap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok perlakuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian laboratorium III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian laboratorium dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan 4 (empat) kelompok perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu farmakologi,

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu farmakologi, 21 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu farmakologi, histologi, dan patologi anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 1) Tempat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental (experiment research),yaitu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Bidang ilmu yang tercakup dalam penelitian ini adalah Biologi, Farmakologi, dan Kimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Laboratorium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. spermatozoa merupakan bagian dari sistem reproduksi yang penting bagi

I. PENDAHULUAN. spermatozoa merupakan bagian dari sistem reproduksi yang penting bagi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bagi manusia dan makhluk hidup yang berkembang biak secara generatif, spermatozoa merupakan bagian dari sistem reproduksi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual, sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi (Straight,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium, dengan rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan uji sebagai sampel

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah 1 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Hubungan Bobot Badan dengan Konsentrasi, Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah dilaksanakan pada bulan Juli -

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang ditempuh ialah jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang hendak diteliti (variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian berdasarkan kehadiran variabel adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian berdasarkan kehadiran variabel adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian berdasarkan kehadiran variabel adalah penelitian eksperimen, dimana variabel yang hendak diteliti (variabel terikat) kehadirannya sengaja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). bulan November sampai dengan Desember 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). bulan November sampai dengan Desember 2012. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Suhardjo Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600

Suhardjo Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600 Efek Sinar-x Dosis Tunggal pada Sel Spermatogenik Mencit Dewasa Strain Quacer Bush (Csl) (Suhardjo) EFEK SINAR X DOSIS TUNGGAL PADA SEL SPERMATOGENIK MENCIT DEWASA STRAIN QUACKER BUSH (CSL) Suhardjo Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari merupakan kendali cuaca serta iklim yang sangat penting dan sebagai sumber energi utama di bumi yang menggerakkan udara dan arus laut. Energi matahari diradiasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah pola hidup masyarakat yang saat ini cenderung tidak

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Perbedaan Kualitas Semen Segar Domba Batur dalam Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal 27 Maret sampai dengan 1 Mei

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. random pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan.

BAB III METODE PENELITIAN. random pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan. 34 BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorik dengan post-test only control group design. Pemilihan hewan uji sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan suami istri dengan kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan suami istri dengan kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan suami istri dengan kehidupan seksual aktif dan tidak memakai alat kontrasepsi untuk hamil dalam kurun waktu satu tahun.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME Hasil pengamatan pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik dan Ilmu Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 kali ulangan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 kali ulangan. Perlakuan yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1. Lingkup Tempat Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Negeri Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Fakultas Kedokteran

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Fakultas Kedokteran III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lampung pada bulan November sampai Desember 2012. B. Desain

Lebih terperinci

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C Disajikan oleh : Hotmaria Veronika.G (E10012157) dibawah bimbingan : Ir. Teguh Sumarsono, M.Si 1) dan Dr. Bayu Rosadi, S.Pt. M.Si 2)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah konsumen rokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga terbesar di dunia setelah Cina dan India. Tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Hewan coba yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Hewan Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat pemeliharaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan Rancangan Acak Terkontrol. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental dengan hewan coba, sebagai bagian dari penelitian eksperimental lain yang lebih besar. Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan rancangan percobaan post test only control group design. Pengambilan hewan uji sebagai

Lebih terperinci

KUALITAS SPERMATOZOA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) SETELAH PEMAPARAN OBAT NYAMUK ELEKTRIK BERBAHAN AKTIF TRANSFLUTRIN

KUALITAS SPERMATOZOA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) SETELAH PEMAPARAN OBAT NYAMUK ELEKTRIK BERBAHAN AKTIF TRANSFLUTRIN Jurnal e-biomedik (ebm), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015 KUALITAS SPERMATOZOA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) SETELAH PEMAPARAN OBAT NYAMUK ELEKTRIK BERBAHAN AKTIF TRANSFLUTRIN 1 Elia 2 Lusiana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen, karena pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dan menggunakan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dan menggunakan III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dan menggunakan rancangan acak lengkap dengan Posttest Only Control Group Design. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen, karena pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS BETINA (Rattus rattus) YANG DIINJEKSI VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA

GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS BETINA (Rattus rattus) YANG DIINJEKSI VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS BETINA (Rattus rattus) YANG DIINJEKSI VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA TIM PENELITI : 1. NI WAYAN SUDATRI, S.Si., M.Si, 2. IRIANI SEYAWATI, S.Si.,M.Si. 3.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan di kelompokkan menjadi 4 kelompok dengan ulangan

Lebih terperinci

Gambar 6. Desain Penelitian

Gambar 6. Desain Penelitian 19 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dipilih mencit dengan kriteria: - Berat badan 20-30 gram - Jantan - Sehat - Berusia 2-3 bulan Mencit diaklimatisasi selama 7 hari Dari 25 mencit kemudian

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan Fisika kedokteran. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 4.2.1 Tempat 1. Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME Telah dilakukan penelitian pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Terhadap Berat Badan, Berat Testis, dan Jumlah Sperma Mencit

Lebih terperinci

TERHADAP MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT

TERHADAP MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT ABSTRAK EFEK EKSTRAK BIJI (Nigella sativa Linn.) TERHADAP MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT Swiss Webster YANG DIINDUKSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK TELEPON SELULER Chakra Bakti, 2015; Pembimbing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa negara berkembang seperti Indonesia memiliki kepadatan penduduk yang cukup besar sehingga aktivitas maupun pola hidup menjadi sangat beraneka ragam. Salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap morfologi dan histologi hepar mencit betina (Mus musculus)

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Prosedur Kerja

LAMPIRAN 1. Prosedur Kerja LAMPIRAN 1 Prosedur Kerja Hewan coba yang digunakan adalah mencit Swiss Webster jantan dewasa berusia 10-12 minggu dengan berat badan 25-40 gram sebanyak 25 ekor. Hewan coba diperoleh dari Sekolah Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi. 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup ilmu dari penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT SMEAR SEL SPERMA

TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT SMEAR SEL SPERMA TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT SMEAR SEL SPERMA LAPORAN PRAKTIKUM diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Mikroteknik disusun oleh: Kelompok 1 Kelas C Adam Andytra (1202577) Devi Roslina (1200351)

Lebih terperinci

Key words : sukun, mencit dan fertilitas.

Key words : sukun, mencit dan fertilitas. Saintek Vol 5, No 2 Tahun 2010 PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN (Arthocarpus communis ) TERHADAP FERTILITAS MENCIT (Mus musculus) ICR JANTAN Ekawaty Prasetya Staf Dosen Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu kedokteran forensik, farmakologi dan ilmu patologi anatomi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Adaptasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan 16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan pengamatan. Proses

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup Ilmu dibidang Obstetri dan Ginekologi dan Histologi 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu dan lokasi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental (experimental research) yaitu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Diameter Tubulus Seminiferus Hasil pengukuran diameter tubulus seminiferus pada gonad ikan lele jantan setelah dipelihara selama 30 hari disajikan pada Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia. Menurut WHO, lebih dari 4,2 juta orang di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia. Menurut WHO, lebih dari 4,2 juta orang di seluruh BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rokok adalah masalah utama kesehatan sebagai penyebab penyakit dan penyebab kematian di dunia. Menurut WHO, lebih dari 4,2 juta orang di seluruh dunia meninggal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, desain Post-test control group desain. Postes untuk menganalisis perubahan gambaran histopatologi pada organ

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN SARI TOMAT

PENGARUH PEMBERIAN SARI TOMAT PENGARUH PEMBERIAN SARI TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) TERHADAP STRUKTUR TESTIS MENCIT (Mus musculus L.) STRAIN BALB C SETELAH PAPARAN METHOXYCHLOR SKRIPSI Oleh: Firda Lutfiatul Fitria NIM 061810401043

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental, dengan rancangan acak lengkap dan menggunakan pendekatan posttest only control design

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari pengamatan kualitas sperma mencit (konsentrasi sperma,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari pengamatan kualitas sperma mencit (konsentrasi sperma, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil dari pengamatan kualitas sperma mencit (konsentrasi sperma, motilitas sperma, dan abnormalitas sperma) yang dilakukan di Laboratorium Fisiologi secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penggunan Microwave oven semakin meningkat dari tahun ke tahun. Negara maju maupun di Negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Penggunan Microwave oven semakin meningkat dari tahun ke tahun. Negara maju maupun di Negara berkembang. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunan Microwave oven semakin meningkat dari tahun ke tahun tidak hanya di Negara maju maupun di Negara berkembang. Microwave oven adalah oven yang menggunakan bantuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) terhadap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015. 19 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015. Penginduksian zat karsinogen dan pemberian taurin kepada hewan uji dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB 1 PEBDAHULUAN. kalangan usia <18 tahun dan persentasenya sebesar 51,4%. Sementara itu, insiden

BAB 1 PEBDAHULUAN. kalangan usia <18 tahun dan persentasenya sebesar 51,4%. Sementara itu, insiden BAB 1 PEBDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok sudah menjadi kebiasaan manusia sejak ratusan tahun yang lalu dan jumlah penggunanya semakin meningkat. Di Amerika perokok baru bertambah 6.300 orang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitiann Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui manfaat pemberian kurkumin secara topikal terhadap kulit mencit yang telah disinari

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 23 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.1.2 Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian inidilaksanakan di laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian inidilaksanakan di laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dantempat Penelitian Penelitian inidilaksanakan di laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan perlakuan hewan uji, sedangkan pembuatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii v viii ix xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Batasan

Lebih terperinci

JURNAL SIMBIOSIS I (1) :40-50 ISSN : Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana

JURNAL SIMBIOSIS I (1) :40-50 ISSN : Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana KUALITAS SPERMATOZOA MENCIT JANTAN DEWASA (Mus musculus L.) SETELAH DIBERIKAN MONOSODIUM GLUTAMAT (MSG) Oleh: Ni Made Lina Pebrianti Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Ilmu Gizi, Farmakologi, Histologi dan Patologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Ilmu Gizi, Farmakologi, Histologi dan Patologi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Anatomi. Penelitian ini meliputi bidang Ilmu Gizi, Farmakologi, Histologi dan Patologi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Pembuatan ekstrak kulit manggis (Garcinia

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi, Farmasi dan Patologi Anatomi. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN.. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni sesungguhnya (True Experimental Research) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh asap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi merupakan suatu bentuk energi. Ada dua tipe radiasi yaitu radiasi partikulasi dan radiasi elektromagnetik. Radiasi partikulasi adalah radiasi yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen, dikarenakan terdapat pemberian perlakuan terhadap variabel yang diteliti. B. Rancangan Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, dan Fisika Kedokteran. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 4.2.1 Tempat

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik dan Ilmu Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai usaha telah dilakukan oleh para peneliti anti fertilitas untuk menemukan obat yang tepat dalam mengatasi masalah Keluarga Berencana. Bagi pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Inseminasi Buatan (UPTD BIB) Tuah Sakato, Payakumbuh. 3.2. Materi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai evaluasi kualitas semen beku sapi Brahman post

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai evaluasi kualitas semen beku sapi Brahman post 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai evaluasi kualitas semen beku sapi Brahman post thawing di dataran rendah bertempat di Poskeswan Tayu Kabupaten Pati dan dataran tinggi bertempat di kelompok

Lebih terperinci