PENGARAHAN KEPADA PESERTA RAPAT KERJA NASIONAL DEPARTEMEN AGAMA, DI ISTANA NEGARA, TANGGAL Selasa, 25 Maret 2008

Transkripsi

1 PENGARAHAN KEPADA PESERTA RAPAT KERJA NASIONAL DEPARTEMEN AGAMA, DI ISTANA NEGARA, TANGGAL Selasa, 25 Maret 2008 PENGARAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPADA PESERTA RAPAT KERJA NASIONAL DEPARTEMEN AGAMA, DI ISTANA NEGARA, JAKARTA TANGGAL 25 MARET 2008 Bismillahhirahmannirrahim, Assalaamuâ alaikum warahmatullahi wabarakaatuh, Salam sejahtera untuk kita semua, Yang saya hormati Saudara Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Menteri Agama Republik Indonesia, dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara-saudara pejabat teras dan pejabat inti jajaran Departemen Agama, baik pusat maupun daerah. Yang saya hormati para Rektor dan para pimpinan lembaga pendidikan yang bernaung dalam jajaran Departemen Agama. Hadirin yang saya muliakan, Marilah sekali lagi pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkenan rahmat dan ridho-nya kepada kita, masih diberi kesempatan, kekuatan, dan semoga senantiasa kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada bangsa dan negara tercinta. Saya juga ikut bersyukur dan gembira karena saudara-saudara baru saja, atau telah melaksanakan Rapat Kerja Nasional yang tujuan, sasaran, dan hasilnya telah dilaporkan oleh Saudara Menteri Agama

2 tadi. Saya berharap bagi semua peserta Rakernas ini terutama saudara-saudara yang datang dari seluruh penjuru tanah air, Rakernas ini dapat benar-benar meningkatkan semangat, tekad, dan tanggung jawab kita untuk berbuat yang lebih baik, bukan hanya untuk keberhasilan misi Departemen Agama dengan jajarannya, bukan hanya untuk keberhasilan misi pemerintah, tapi juga untuk seluruh rakyat Indonesia, bahkan juga menjadikannya sebuah kontribusi untuk kepentingan umat manusia di dunia. Yang ingin saya sampaikan sebagian memang merupakan direction saya, sebagai Presiden, untuk dilaksanakan oleh semua jajaran pemerintah, utamanya Departemen Agama. Yang kedua tentu pesan, ajakan, dan harapan bagi saudara semua untuk melakukan sesuatu yang membawa kebaikan bagi kehidupan bangsa kita, bahkan, sekali lagi, bagi kehidupan umat manusia di dunia ini. Yang pertama saya mulai dari yang berkaitan dengan tugas saudara, sebagaimana yang tadi disampaikan oleh Saudara Menteri Agama. Pemerintah yang saya pimpin telah menetapkan agenda dan sasaran yang insya Allah hendak kita capai antara 5 tahun, Ada tiga yang utama, yang berkaitan dengan tugas Departemen Agama, adalah upaya untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan, good governance, birokrasi. Saya senang, lima yang dijabarkan oleh Saudara Menteri Agama juga meletakkan masalah ini sebagai agenda yang penting, sebagai prioritas. Sudah sangat sering saya menyampaikan agar betul-betul kita membangun tata pemerintahan yang baik, good governance. Oleh karena itu, saatnya untuk melaksanakan, just do it, laksanakan sebaik-baiknya. Pemerintahan yang baik ditandai oleh banyak hal, bersih, berkemampuan, kalau kemampuannya kurang, tingkatkan, responsif; transparan, rakyat bisa mengikuti, akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan, produktif; efisien, dan lain-lain. Kalau biasanya saudara dalam melaksanakan pelayanan untuk sebuah ijin atau pekerjaan tertentu butuh waktu satu minggu dan ternyata bisa dilaksanakan hanya tiga hari, berarti lebih produktif saudara. Melakukan pekerjaan yang tadinya ongkosnya Rp 1 juta, setelah dilakukan langkah-langkah yang lebih tepat hanya memerlukan uang Rp 500 ribu, lebih efisien saudara. Dan banyak hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kinerja. Sebelum kita mengajak yang lain meningkatkan kinerjanya, lebih produktif, lebih efisien, mari kita mulai dari diri kita sendiri, dari lembaga yang kita awaki, jajaran Departemen Agama, dari lingkungan saudara sendiri. Yang kedua, termasuk dalam rencana pembangunan nasional jangka panjang adalah kita ingin meningkatkan pemahaman agama yang sesungguh-sungguhnya termasuk pemahaman tentang kehidupan beragama. Banyak cerita di dunia ini, peristiwa-peristiwa, yang berawal, yang berakar dari pengajaran yang keliru, termasuk ajaran agama yang disampaikan kepada umat. The truth to change of terserah apakah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, kita harus betul-betul memberikan sebagaimana yang ada dalam ajaran agama yang bersangkutan. Jangan menganggap ringan masalah ini karena kalau keliru dampaknya luar biasa, dampak yang tidak baik. Tetapi kalau benar, dampaknya juga sangat besar bagi sebuah kebaikan di negeri ini, di dunia ini. Yang ketiga, adalah meningkatkan kerukunan. Kerukunan internal dalam sebuah agama, umat beragama tertentu, dan juga kerukunan antar umat beragama. Orang sering mengatakan bukan hanya benturan antar agama, bukan hanya benturan antar peradaban, clash of civilization, clash among civilization, tetapi juga benturan di dalam peradaban itu sendiri, clash within civilization. Oleh karena itu, saya ingin betul-betul dua-duanya ditingkatkan kerukunannya. Banyak cerita, sekali lagi, banyak kejadian, banyak peristiwa yang menyiratkan bahwa masih ada benturan, suasana tidak rukun baik intra maupun antar umat beragama ini.

3 Lima hal yang dijabarkan oleh Menteri Agama saya minta dijalankan betul dan kalau itu dijalankan dengan sebaikbaiknya insya Allah tiga hal itupun akan bisa dicapai dengan baik. Menyangkut pendidikan di lingkungan atau yang bernaung di bawah Departemen Agama, saya dukung bahwa standar, mutu, kualitas penyelenggaraan pendidikan yang saudara kelola harus betul-betul tinggi. Tidak boleh kalah dengan standar nasional. Bahkan kalau secara internasional pun diakui menjadi lebih bagus. ISO berapa itu? 9000 ya? Yang mendapatkan recognition dari internasional, dari pelayanan. Kurikulum saya minta tepat benar. Metodologi pengasuhan, metodologi pengajaran juga harus tepat dan akhirnya output hasil didik yang saudara keluarkan juga sesuai dengan tujuan, harapan, dan sasaran diselenggarakannya pendidikan itu. Satu proses utuh yang berakhir pada lulusan atau hasil didik yang diharapkan, mereka yang tentunya memiliki kedalaman, keimanan, dan ketakwaan, dan juga mereka yang siap untuk menjalankan profesi di kehidupan masyarakat luas. Dua-duanya mesti ada dalam kurikulum itu dan itu bisa kita ciptakan. Kurikulum tidak statis, setiap saat bisa kita evaluasi yang penting sesuai dengan hakekat pendidikan yang diselenggarakan, sesuai dengan tujuan dan sasaran yang hendak kita capai. Beberapa minggu yang lalu saya membaca majalah terbitan OKI (Organisasi Konferensi Islam) yang membandingkan pendidikan madrasah di Indonesia dan di Pakistan. Kebetulan artikel itu bagus karena dianggap pendidikan madrasah di lingkungan kita the better, dari beberapa aspek dibandingkan negara yang dibandingkan itu. Tetapi bagi saya teruslah memastikan bahwa kurikulum, metodologi, evaluasi, dan segi-segi dari pengajaran dan pendidikan itu memang benarbenar sebagaimana yang kita harapkan dan kita jadikan sasaran. Jangan tidak tekun untuk mengelola ini. Berkaitan dengan penyelenggaraan haji, saya mengucapkan terima kasih. Saya ikut senang, ikut berbahagia karena pelaksanaan ibadah haji tahun 1428 Hijriah kemarin berlangsung dengan baik. Tingkatkan. Tahun sebelumnya ada masalah. Kita lakukan koreksi, saudara bekerja keras, alhamdullilah tahun berikutnya hasilnya baik. Kalau ada kekurangan, jangan kita mencari kambing hitam, jangan salahkan sana, jangan salah sini. Pertama-tama, introspeksi. Apa yang keliru, apa yang tidak tepat, untuk dicarikan koreksinya, penyempurnaannya, perbaikannya. Kalau cara berpikir kita begitu Insya Allah akan ada perbaikan dan makin ke depan makin baik. Komentar selalu ada. Ini negara demokrasi, kebebasan mekar di mana-mana. Ya sudahlah, terima apa adanya. Yang penting niatnya baik, cukup akui kalau ada kekurangan, yang sudah baik ikut disalahkan. Memang harus begitu jalannya kehidupan di dunia ini. Yang penting jalan terus, kita perbaiki dengan pikiran yang jernih, dengan niat yang baik. Pasti akan sampai apa yang kita ingin capai. Terus kembangkan proses pelayanan yang transparan, semua bisa mengikuti, yang akuntabel, yang proporsional. Kemarin saya dengar ada yang datang ke rumah saya, ke Cikeas, perkara ONH. Lho kok datangnya ke rumah saya? Saya komunikasikan tolong ditangani dengan baik, mungkin salah mengerti, informasi yang keliru, dan lain-lain. Oleh karena itu, dikelola dengan baik. Apa sih masalah paspor hijau? Harus ada solusi, tidak boleh, masalah yang sering terjadi tidak ada solusinya. Mesti ada solusi. Bicarakan baik-baik, keluarkan kebijakan, atur regulasinya. Setelah itu jalankan. Yang tidak patuh tegur, yang patuh berikan penghargaan dengan cara-cara yang baik. Saya kira pasti ada

4 solusi. Menyangkut tata pemerintahan yang baik sekali lagi, sekalipun kebijakannya benar, strateginya benar, rencananya benar, penganggarannya tepat, tapi kalau implementasinya meleset tidak akan tercapai tujuan itu. Demikian juga dalam birokrasi pemerintahan, kalau lambat, kalau tidak efisien, kalau ingin melakukan manipulasi apalagi tergoda untuk melakukan korupsi, hampir pasti akan gagal program, agenda pemerintahan itu. Penyakit yang paling mengemuka di dunia ini adalah birokrasi, bad bureaucracy. Saya ketemu dengan para pemimpin negara yang lain, pemimpin pemerintahan, keluhannya sama. Kalau birokrasinya nggak bener, rusak semua. Saya memberikan atensi yang sungguh-sungguh. Oleh karena itulah, untuk mengurus apa saja bikin mudah, jangan dibikin sulit. Anggaplah itu ibadah, ini di agama, ini juga ibadah. Mulia, membikin yang lain senang. Kemudian, mari berangkat dari hati dan pikiran kita. Pemerintahan yang baik, pemerintahan yang bebas korupsi, free corruption zone, itu ada di di pikiran kita, ada di hati kita, self of mind. Tidak perlu dengan regulasi, dengan pengawasan, dengan Irjen, BPKP, BPK, KPK, Jaksa Agung, Kepolisian, kalau dalam hati kita, dalam pikiran kita bersih, benar, lurus, ya itu yang terjadi. Dan saya ingin yang sudah baik ini terus ditingkatkan lagi sehingga Departemen Agama menjadi contoh, menjadi model, putra-putri bangsa yang amanah, yang dengan niat yang baik berbuat kebaikan bagi sesama, berbuat kebaikan bagi bangsa dan negara. Saya yakin Saudara bisa, teruskan. Teruskan upaya untuk membangun tata pemerintahan yang baik ini. Itu bagian pertama yang ingin saya sampaikan menyangkut pelaksanaan tugas Saudara, kinerja Saudara, sesuai dengan rencana pembangunan jangka menengah pemerintah, sesuai dengan agenda dan prioritas Departemen Agama sendiri. Yang kedua, ini kesempatan yang baik. Saya ingin mengangkat usul yang penting, usul yang fundamental menyangkut kehidupan kita, kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, maupun kehidupan antar bangsa, antar negara. Saudara sering mengenal, sering mendengar, sering membaca yang disebut dengan peradaban, civilization. Hampir semua pemimpin di belahan dunia ini, cendekiawan, ulama, tokoh-tokoh nasional, tokoh-tokoh dunia, berbicara tentang civilization, peradaban. Banyak telaah pikiran yang berjudul to build civilized world, to build civilized world, membangun dunia yang beradab. Apa itu peradaban? Definisinya banyak sekali. Saya tidak ingin menyampaikan satu demi satu definisi, rumusan yang selama ini diangkat. Tapi ada orang yang namanya Palmer Wright, yang mengatakan civilization itu adalah the victory, kemenangan, of persuassion over force. Kemenangan persuasi, sesuatu yang mengajak dibandingkan dengan kekuatan, force. Tadi malam di ruangan ini pada saat peringatan Maulid Nabi Muhammad shallallahu â alaihi wa sallam, saya sampaikan, saya sampaikan, saya sitir pandangan Mahatma Gandhi. Beliau mengatakan, ada keterkaitan antara demokrasi dengan peradaban. Peradaban menurut Gandhi adalah kesetiaan kita untuk hidup dengan perbedaan. Gandhi juga mengatakan oleh karena itu sesungguhnya peradaban itu sama, sejiwa dengan demokrasi. Oleh karena itulah perang, kekerasan, terorisme, tekanan yang berlebihan itu bukan hanya tidak beradab, uncivilized, tetapi juga tidak demokratis, undemocratic. Begitu dekatnya. Saya ingin menggambarkan bahwa civilization itu sekarang didambakan oleh semua bangsa di dunia ini yang berpikir jernih agar dunia kita ini menjadi lebih damai, lebih adil, dan lebih sejahtera. To build civilized world. Konon ada tiga peradaban yang mengemuka sekarang ini untuk tidak mengatakan hanya tiga. Yang pertama yang disebut dengan peradaban Barat, western civilization. Bangsa-bangsa Eropa, bangsa Amerika, Australia itu tergolong yang menganut peradaban Barat dengan nilainya, dengan proses sejarahnya. Kemudian peradaban yang kedua, yang disebut dengan peradaban Timur yang sekarang dikonotasikan pada pan Asia, Asia Timur. Eastern atau Asian civilization. Ada China, Jepang, Hongkong, Taiwan, Korea, Singapura, bahkan India meskipun Asia Selatan dianggap itu Timur. Dengan nilai-nilai ketimurannya.

5 Nah, yang ketiga, yang dulu pernah jaya pada milenium pertama yang disebut dengan Islamic civilization, peradaban Islam juga dengan sejarahnya, dengan nilai-nilainya. Yang dicemaskan oleh banyak orang di dunia ini, apabila antar peradaban itu terjadi benturan, apalagi kalau benturannya dahsyat, terjadi clash of civilization. Oleh karena itu banyak orang mencita-citakan, bermimpi, berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar tidak terjadi clash of civilization tapi terjadi harmony among civilization. Rukun, hidup berdampingan secara damai. Pertanyaannya, dapatkah antar peradaban itu rukun satu sama lain? Apakah harus selalu terjadi benturan atau diakhiri dengan benturan sebagaimana Huntington pernah menulis yang berjudul clash of civilization. Jawabannya terletak kepada semua yang menganut memiliki peradaban-peradaban itu. Apabila diniatkan, ada komitmen, ada semangat, ada prakarsa, dan betul-betul terjadi satu kerjasama global antar peradaban itu, saya optimis Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan jalan rukunnya antar peradaban dalam kehidupan di atas bumi ini, harmony among civilization. Peradaban Barat memiliki sejumlah nilai, kalau boleh saya ambil satu saja yang mengemuka adalah freedom, kebebasan, umpamanya democracy, human right, open market, dan seterusnya. Peradaban timur, Asia Timur yang mengemuka nilainya adalah harmoni, kerukunan, komunitas, konsensus. Peradaban Islam mengenal nilai yang disebut dengan keadilan, justice, balance, musyawarah. Nah, kebetulan western sejak civilization itu adalah bangsa-bangsa yang menganut agama-agama tertentu. Demikian juga Eastern civilization menganut agama-agama tertentu. Dunia Islam, untuk Islam meskipun negara-negara anggota OIC juga ada yang agamanya berbeda-beda. Pertanyaannya kemudian apakah diantara umat-umat beragama yang berada dalam civilization itu juga bisa hidup rukun, berdampingan secara damai. Kembali kepada apa yang diniatkan, apa yang dilaksanakan oleh kita semua, oleh umat manusia, oleh pemilik dan penganut peradaban itu? Saya punya keyakinan apabila semua pemimpin di dunia ini, semua pemilik peradaban di dunia ini, semua yang menghuni dunia ini, sungguh ingin hidup rukun dan mencegah terjadinya benturan antara peradaban menjadi harmoni, kerukunan, antar peradaban, jalan itu sangat terbuka dengan prinsip take and give, dengan prinsip caring and sharing, dengan prinsip ada nilai-nilai yang bisa disatukan, nilai-nilai yang lain dihomati. Dengan pemikiran bahwa dunia bumi ini sudah tua, banyak masalahnya, pemanasan global, perubahan ilkim yang mendatangkan malapetaka, minyak yang makin susut, pangan juga yang juga ternyata gonjang-ganjing harganya. Rezim keuangan global yang seperti itu dan banyak sekali masalah-masalah yang ada di dunia ini. Mengapa kita harus memelihara jarak, saling berbenturan satu sama lain? Mengapa tidak kita bersatu menyelamatkan bumi ini? Untuk anak cucu kita, untuk generasi mendatang, dengan belajar hidup berdampingan secara damai, take and give, caring and sharing, respect, tolerance, harmony, sebagaimana yang kita cita-citakan. Saya baru menghadiri pertemuan puncak Organisasi Konferensi Islam, di Dakar, di Senegal. Ada piagam baru OKI, ada butir-butir dari pertemuan puncak di Mekkah yang menyerukan perdamaian, kesejahteraan, keadilan, toleransi, harmoni, hormat-menghormati, dan seterusnya. Saya kira agama-agama lain juga ada. Bangsa-bangsa lain juga begitu, bukan hanya bangsa Indonesia. Saya ingin mengangkat masalah ini karena mengait pada apa yang terjadi di negeri ini. Indonesia bagian utuh dari dunia. Kalau kita bicara peradaban, nilai-nilai ketiga peradaban itu ada di negeri ini. Nilai-nilai Islam ada, tumbuh, mekar, berkembang. Nilai-nilai yang berasal dari peradaban barat, demokrasi, hak azasi manusia, rule of law, dan seterusnya, ada tumbuh di negeri ini. Timur jelas, harmoni, musyawarah dan segala macam. Jadi, kita pun bisa menjadi model, rukun, hidup damai, ketiga nilai-nilai, ketiga peradaban dengan nilai-nilainya itu. Kalau kita berhasil di negeri sendiri, menciptakan harmoni antar peradaban itu, insya Allah, hampir pasti, kita pun bisa berkontribusi pada upaya untuk membangun peradaban yang rukun di muka bumi ini. Mulailah dari kita. Departemen Agama dengan jajarannya mulailah dengan kerukunan umat beragama, kerukunan antar umat beragama dalam satu agama lebih meluas lagi kerukunankerukunan yang lain sehingga Indonesia insya Allah akan menjadi model, akan menjadi negara, bangsa yang ternyata dengan belajar dari pengalaman di waktu yang lalu, dengan niat yang baik, semangat yang baik, sesuai dengan tuntunan agamanya masing-masing ingin menciptakan sebuah peradaban di negeri ini yang baik. Itu bisa kita sumbangkan bagi penciptaan peradaban dunia yang lebih kokoh, lebih kuat lagi. Di Dakar, Senegal saya ingat ada yang bernama Amir Musa, itu kalau tidak salah beliau Sekretaris Jenderal Liga Arab. Betul ya, yang dari Mesir? betul? Dalam sambutannya di Dakar mengatakan benturan antar peradaban, clash of civilization, itu sesungguhnya benturan antar kaum ekstrim dari peradaban-peradaban itu. Tokoh lain mengatakan itu benturan antar para fundamentalis dari

6 peradaban-peradaban itu. Ekstrimisme, fundamentalisme itu, ada di mana-mana, di peradaban manapun. Boleh saya mengatakan di agama manapun, di negara manapun, di bangsa manapun. Oleh karena itu, mari kita perkuat sikap, pikiran, pandangan yang tidak ekstrim, yang tidak fundamentalis, sehingga interaksi antar peradaban itu juga menjadi teduh, menjadi bagus, mejadi terang, menjadi damai, menjadi rukun. Saya setuju dengan yang disampaikan oleh Sekjen Liga Arab itu. Saya juga sering mengikuti statement kawan-kawan saya, para pemimpin dunia, presiden, perdana menteri tentang hal ini. Oleh karena itu, sebagai Kepala Negara saya mengemban amanah, saya titip kepada Saudara-saudara yang mengelola, bukan mengambil alih, mengelola, membantu, memfasilitasi, melayani kegiatan umat beragama di negeri yang kita cintai ini. Juga ikut menebarkan nilai pesan ini, cita-cita ini, semangat ini. Dengan demikian, ke depan bangsa kita akan semakin rukun, akan semakin harmonis, akan semakin kuat persaudaraan, dan bangsa yang rukun, yang bersatu, yang harmonis itu suatu capital yang luar biasa. Modal yang sangat besar, melebihi capital-capital yang lain. Apakah itu keuangan, apakah sumber daya alam, dan yang lain-lain. Karena akhirnya manusialah yang menetukan masa depan kita, masa depan negeri yang kita cintai ini. Dengan cerita saya sesuatu yang makro tadi, pada tingkat global, artinya mengalir apa yang tadi kita lakukan, pada diri kita, hati dan pikiran kita, keluarga kita, lingkungan kita, masyarakat kita, pemerintahan kita, negara kita, dan insya Allah masuk terus menjadi kehidupan umat manusia di seluruh dunia. Itulah pesan, saya kira ajakan moral saya kepada Saudara-saudara untuk dalam batas kemampuan yang kita miliki marilah kita ikut andil menciptakan sesuatu yang baik di negeri ini dan di dunia di mana kita hidup bersama. Demikian jalankan, laksanakan arahan saya yang bersifat operasional tadi. Teruskan ajakan saya yang kedua tadi. Saya ingin para Rektor, para cendikiawan juga ikut menggemakan ini semua dalam berbagai aktifitas. Dengan demikian insya Allah dengan ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Subhaanahu wa Taâ aala, bangsa kita mendapatkan rahmat untuk terus membangun masyarakat yang lebih baik. Selamat bertugas, selamat bekerja, Tuhan beserta kita. Sampaikan salam saya kepada seluruh jajaran Departemen Agama di seluruh tanah air. Sekian. Assalaamuâ alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Biro Naskah dan Penerjemahan, Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan, Sekretariat Negara RI