GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN"

Transkripsi

1 33 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Umum Provinsi Sumatera Barat Propinsi Sumatera Barat mempunyai luas daerah sekitar ,30 km 2. Luas tersebut setara dengan 2,17% dari luas Republik Indonesia dan terletak antara 0 o 54 Lintang Utara (LU) sampai dengan 3 o 30 Lintang Selatan (LS) dan dari 98 o 36 sampai 101 o 53 Bujur Timur (BT). Luas perairan laut diperkirakan km 2 dengan panjang garis pantai km serta mempunyai 377 buah pulau besar dan kecil. Secara administratif, batas Sumatera Barat sebelah Utara adalah dengan Propinsi Sumatera Utara, Selatan dengan Propinsi Jambi dan Bengkulu, Barat Samudera Indonesia/Lautan Hindia dan Timur dengan Propinsi Riau. Pembagian wilayah Sumatera Barat terdiri dari 12 kabupaten, 7 kota, 175 kecamatan, 568 nagari, 260 kelurahan, 1 daerah UPT (unit pemukiman transmigrasi), dan 125 desa serta 3475 jorong (dusun/kampung) dengan pusat pemerintahan di Kota Padang. Wilayah terluas dimiliki oleh Kabupaten Kepulauan Mentawai yaitu 6,01 ribu km 2 dan terkecil Kota Padang Panjang dengan 23 km 2. Jumlah penduduk berdasarkan data 2008 adalah jiwa dengan kepadatan 113 per km 2 dan rasio jenis kelamin 97,08. Wilayah populasi terbanyak adalah Kota Padang jiwa dan paling sedikit adalah Kota Padang Panjang dengan jiwa. Secara spasial, persebaran kepadatan penduduk di Sumatera Barat disajikan pada Gambar 6. Pengelompokkan tingkat kepadatan penduduk dibagi menjadi tiga yaitu rendah (< 100 jiwa/km 2 ), sedang ( jiwa/km 2 ), dan tinggi (> 1000 jiwa/km 2 ). Pada Gambar 5 terlihat bahwa wilayah yang berpenduduk rendah masih sangat banyak dibandingkan dengan yang sedang dan tinggi. Wilayah yang berada pada bagian tengah memilki tingkat kepadatan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian Selatan dan Utara serta Kabupaten Kepulauan Mentawai di bagian Barat. Semua wilayah kota masuk dalam kategori tinggi, kecuali Kota Sawahlunto yang masuk dalam kelompok sedang. Selain Kota Sawahlunto, pada kategori sedang adalah Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, dan

2 34 Kabupaten Tanah Datar. Sementara wilayah yang masuk kategori rendah adalah Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, dan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Gambar 5. Peta Kepadatan Penduduk Provinsi Sumatera Barat Data mengenai laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat pada Gambar 6 Laju pertumbuhan tertinggi terjadi di Kota Payakumbuh sebesar 4,23 persen, Kabupaten Dharmasraya sebesar 3,04 persen, dan Kota Solok sebesar 2,37 persen. Kota Payakumbuh merupakan salah satu wilayah yang cukup terbuka dengan kedatangan para imigran sementara Kabupaten Dharmasraya adalah salah satu tujuan transmigrasi utama di Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan laju pertumbuhan terendah terjadi di Kabupaten Agam sebesar 0,34 persen, Kabupaten Tanah Datar sebesar 0,24 persen, dan Kota Pariaman sebesar 0,18 persen.

3 35 Laju Pertumbuhan Penduduk persen pertumbuhan Sumber : BPS Sumatera Barat 2008 Gambar 6. Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Sumatera Barat Prasarana jalan yang ada di Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat pada Gambar 7. Secara spasial terlihat bahwa belum semua wilayah kabupaten/kota yang dilalui oleh jalan nasional seperti Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Pasaman Barat, dan Kabupaten Solok Selatan. Sementara itu pada Kabupaten Kepulauan Mentawai masih belum terdapat jalan provinsi karena wilayah ini berada di kepulauan dan terpisah dari kabupaten/kota yang lain di Sumatera Barat. Untuk Kota Padang terdapat jalan by pass dari pelabuhan Teluk Bayur dibagian Selatan sampai ke Bandara Internasional Mingkabau dibagian Utara. Data lain mengenai prasarana jalan ini dapat digunakan dengan mengkombinasikan antara panjang jalan terhadap luas wilayah dan jumlah penduduk seperti pada Tabel 8. Dari tabel tersebut ternyata Kota Bukittinggi paling padat wilayahnya dilayani jalan, sedangkan Kabupaten Kepulauan Mentawai paling sedikit. Dari sisi penduduk ternyata justru Kabupaten Kepulauan Mentawai yang paling panjang jalannya/orang dan Kota Padang paling pendek jalannya.

4 36 Gambar 7. Peta Jaringan Jalan Provinsi Sumatera Barat Kelengkapan infrastruktur rasio jalan per luas wilayah pada wilayah kota secara umum lebih baik dibandingkan wilayah kabupaten. Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Agam memiliki jaringan jalan yang relatif luas pelayanannya dibandingkan daerah kabupaten lainnya. Hal ini terjadi karena ketiga wilayah tersebut secara administratif terletak di antara beberapa wilayah kota seperti Kabupaten Padang Pariaman yang menghubungkan Kota Padang dengan Kota Pariaman serta Kota Padang dengan Kota Padang Panjang. Rasio jalan di Kota Bukittinggi yang sudah memadai dapat dikembangkan untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya terutama pada sektor transportasi dan sektor jasa jasa lainnya. Sedangkan untuk Kabupaten Kepulauan Mentawai wilayahnya masih kekurangan jalan, walaupun sebagian besar penduduknya sudah terlayani sehingga potensi alamnya belum dapat dikembangkan secara optimal.

5 37 Tabel 8. Ratio Panjang Jalan Terhadap Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Panjang Jalan Kab/Kota Luas Wilayah (km 2 ) Jumlah Penduduk Ratio Terhadap Luas Wilayah (%) Ratio Terhadap Penduduk (%) Kabupaten : 1. Agam 1.472, , ,978 0, Pesisir Selatan 2.126, , ,687 0, Tanah Datar 1.029, , ,066 0, Solok 1.237, , ,101 0, Sijunjung 900, , ,756 0, Kota 1.078, , ,159 0, Pasaman 778, , ,494 0, Padang Pariaman 1.306, , ,292 0, Kep. Mentawai 682, , ,360 1, Dharmas Raya 695, , ,478 0, Pasaman Barat 1.213, , ,817 0, Solok Selatan 1.320, , ,448 1,041 Kota : 1. Padang 837, , ,574 0, Padang Panjang 83,500 23, ,061 0, Bukitinggi 179,910 25, ,797 0, Payakumbuh 237,290 80, ,027 0, Solok 161,160 57, ,598 0, Sawahlunto 217, , ,488 0, Pariaman 258,850 73, ,849 0,370 Sumatera Barat , , ,394 0,347 Sumber : RPJM Sumatera Barat , Agenda 6 Kondisi Biofisik Wilayah Daratan Sumatera Barat dilalui gugusan pegunungan dan pebukitan hampir di seluruh wilayah kabupaten/kota. Gunung tertinggi adalah Talamau dengan ketinggian 2913 meter di atas permukaan laut (mdpl), serta gunung lainnya seperti Gunung Merapi, Gunung Singgalang, Gunung Talang, dan sebagian dari wilayah Gunung Kerinci. Bentang alam lainnya terdapat sekitar empat buah danau besar yang indah, yaitu Danau Maninjau di Kabupaten Agam, dan Danau Singkarak, Danau Diatas, dan

6 38 Danau Dibawah di Kabupaten Solok. Sementara bentang alam berupa sungai tidak begitu terkenal karena sungainya relatif kecil dibandingkan dengan sungai yang berada di Pantai Timur Sumatera dengan jumlah sebanyak 254 buah sungai. Kondisi topografi permukaan wilayah di Propinsi Sumatera Barat sangat bervariasi mulai dari dataran rendah di pantai dengan ketinggian 0 meter hingga dataran tinggi (pegunungan) dengan ketinggian > mdpl Lahan yang ada pada kawasan berbukit dan bergunung dengan kemiringan lereng di atas 40% tercatat Ha. Wilayah yang lebih datar dijumpai di bahagian Timur Sumatera Barat. Penggunaan lahan Sumatera Barat sampai saat ini masih diliputi kawasan lindung sekitar 45,17 persen dari luas keseluruhan. Curah hujan tahunan berkisar antara lebih dari mm/tahun dengan kecenderungan daerah bagian Barat lebih basah bila dibandingkan dengan bagian Timur. Karakterisitik iklim Propinsi Sumatera Barat termasuk iklim tropika basah. Suhu rata-rata di Sumatera Barat tercatat antara C dengan perbedaan antara temperatur siang dan malam antara C. Suhu minimum biasanya terjadi antara bulan Oktober sampai dengan Desember dan suhu maksimum terjadi antara bulan Juli dan Agustus. Daerah dataran tinggi mempunyai suhu C lebih rendah bila dibandingkan dengan daerah pesisir Barat. Daerah dengan kelembaban yang tinggi terjadi di daerah pesisir seperti Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang, Kota Pariaman, dan Kabupaten Pasaman Barat Serta Kabupaten Kepulauan Mentawai. Ketinggian wilayah Sumatera Barat sangat beragam, mulai dari dataran rendah yang cocok untuk pertanian intensif sampai ketinggian lebih dari 300 mdpl. Di sisi lain daerah yang berada pada ketinggian lebih dari 300 mdpl merupakan daerah rawan longsor terutama musim hujan dengan curah hujan tinggi. Daerah ini tersebar di Kabupaten Pasaman, Agam, Padang Pariaman, Solok, Pesisir Selatan dan Kota Padang. Longsor juga sering terjadi pada beberapa ruas jalan negara daerah tersebut di atas. Sebaliknya pada dataran rendah dengan banyak sungai, merupakan

7 Jumlah PDRB Sektor (Miliar Rp) 39 daerah rawan banjir seperti Kabupaten Pasaman Barat, Agam Bagian Barat, Padang Pariaman, Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan. Banjir juga dapat terjadi di daerah aliran Sungai Batanghari. Di sepanjang Pantai Barat ditemui Lempeng Eurasia yang berpeluang terjadinya gempa dan tsunami. Kondisi Ekonomi Wilayah Salah satu indikator ekonomi yang umum digunakan untuk menggambarkan perkembangan ekonomi wilayah adalah produk domestik regional bruto (PDRB). Pada tahun , PDRB Provinsi Sumatera Barat menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku adalah sebesar ,30 juta rupiah tahun 2007, sebelumnya 2006 adalah ,10 juta rupiah, tahun 2005 adalah ,24 juta rupiah dan 2004 sebesar ,93 juta rupiah. 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 24,27 25,59 25,26 24,67 24,46 18,80 17,74 17,46 17,34 16,96 16,87 15,68 16,31 15,79 15,64 15,02 12,28 13,81 15,13 15,07 12,25 11,38 11,42 12,01 12,11 5,37 5,53 5,61 5,50 5,53 5,17 5,03 4,96 4,96 4,90 3,52 3,39 3,34 3,44 3,33 1,47 1,49 1,42 1,37 1,22 tani tam ind list kon dag angk keu jasa Sumber : BPS Sumatera Barat 2008 Gambar 8. Persentase PDRB Sumatera Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun atas Harga Berlaku Kontribusi sumbangan PDRB terbesar atas harga berlaku adalah pada sektor pertanian sebesar ,69 juta rupiah (24,67 persen) dan sektor paling rendah adalah listrik, gas, dan air minum yaitu ,05 juta rupiah (1,37 persen). Sektor yang menunjukan peningkatan adalah pada pengangkutan dan komunikasi dimana pata tahun 2004 kontribusinya sekitar 12,28 persen, kemudian 2005 naik menjadi

8 40 13,81, dan tahun 2006 berada pada 15,13 persen namun pada 2007 mengalami sedikit penurunan menjadi 15,07 persen. Sementara itu untuk sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dan sektor jasa cendrung mengalami penurunan. Untuk indikator ekonomi per kabupaten/kota (Tabel 9) terlihat bahwa Kota Padang memiliki tingkat ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnyat. PDRB Kota Padang menurut harga berlaku yaitu ,18 miliar rupiah disusul Kabupaten Agam 4.462,64 miliar rupiah dan Kabupaten Padang Pariaman 4.382,28 miliar rupiah. Sementara PDRB terendah dimiliki Kota Padang Panjang sebesar 622,64 miliar rupiah dan Kota Sawahlunto 749,22 miliar rupiah. Tabel 9. Pendapatan Daerah dan PDRB Kabupaten/Kota di Sumatera Barat 2008 Kabupaten / Kota PAD PenTot PDRB berlaku PDRB konstan (Miliar Rupiah) (Miliar Rupiah) (Miliar Rupiah) (Miliar Rupiah) Kepulauan Mentawai* 1 19,00 333, ,75 486,66 Pesisir Selatan* 14,84 548, , ,90 Solok 2 18,09 465, , ,83 Sijunjung* 2 16,09 362, , ,98 Tanah Datar 26,89 484, , ,75 Padang Pariaman 2 17,01 516, , ,12 Agam 18,66 527, , ,69 Lima Puluh Kota* 19,09 504, , ,80 Pasaman* 2 24,02 405, , ,88 Solok Selatan* 1 10,74 288, ,18 579,48 Dharmasraya* 1 22,15 359, , ,09 Pasaman Barat* 1 21,02 410, , ,85 Kota Padang 116,24 867, , ,26 Kota Solok 15,60 266,78 888,08 473,69 Kota Sawahlunto 24,00 268,73 855,36 474,23 Kota Padang Panjang 11,96 266,59 730,63 373,25 Kota Bukittinggi 24,64 314, ,09 918,89 Kota Payakumbuh 27,22 310, ,20 774,50 Kota Pariaman 8,87 297, ,39 656,27 Sumber : BPS Sumbar 2008, * : perbatasan, 1 : pemekaran, 2 : induk Secara spasial, distribusi PDRB kabupaten/kota di Sumatera Barat dapat dikelompokkan atas empat yaitu sangat rendah, rendah, sedang, dan tinggi seperti yang tersaji pada Gambar 9.

9 41 Gambar 9. Peta Tingkat PDRB Provinsi Sumatera Barat Selain produk domestik regional bruto (PDRB), perkembangan ekonomi wilayah juga dapat dilihat dari besarnya pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan. Angka pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang menunjukkan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk sebagai hasil pembangunan. Pada tahun 2007, PDRB Provinsi Sumatera Barat atas dasar harga konstan 2000 meningkat dari ,10 juta rupiah pada tahun 2006 menjadi ,59 juta rupiah pada tahun 2007 atau dengan kata lain terjadi peningkatan sebesar 6,43 persen. Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat terus mengalami peningkatan dari 5,73 % tahun 2005 menjadi 6,14 tahun Diperkirakan laju pertumbuhan tersebut terus pada tahun 2008 mencapai 6,37 %. Hal ini berarti secara riil perekonomian Provinsi Sumatera Barat masih menunjukkan peningkatan. Angka

10 42 ini juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi secara nasional yaitu sebesar 5,65 % tahun 2007 dan prediksi 2008 hanya pada 5,61 %. Kontribusi perekonomian Provinsi Sumatera Barat secara nasional, walaupun relatif kecil juga mengalami peningkatan, yaitu dari 1,74 % pada tahun 2006 menjadi 1,75 % di tahun 2007 dan di tahun 2008 menjadi 1,77 %. Persen Pertumbuhan Sum Bar Nasional Kontribusi Sumber : BPS Sumatera Barat 2008 Gambar 10. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Tahun serta Perbandingan Nasional dan Kontibusinya Terhadap PDRB Nasional. Kebijakan Pembangunan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Barat menjelaskan bahwa visi yang ingin dicapai adalah Menjadi provinsi terkemuka berbasis sumberdaya manusia yang agamais di tahun Selanjutnya untuk mewujudkan visi tersebut, RPJMD Sumatera Barat telah menetapkan 5 (lima) misi utama pembangunan daerah yaitu : 1. Mewujudkan kehidupan agama dan budaya berdasarkan filosofi adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. 2. Mewujudkan sistem hukum dan tata pemerintahan yang baik. 3. Mewujudkan sumber daya insani berkualitas, amanah, dan berdaya saing tinggi. 4. Mewujudkan ekonomi produktif dan mampu bersaing di dunia global. 5. Mewujudkan kualitas lingkungan hidup yang baik dengan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

11 43 RPJMD tersebut kemudian diteruskan dengan keberadaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dimana visi RPJM yaitu Mewujudkan Sumatera Barat yang tangguh, bersih dalam semangat kebersamaan. Secara lebih spesifik visi tersebut dijabarkan dalam tiga aspek pembangunan yaitu : i. Terwujudnya masyarakat yang religius dan berbudaya ii. Terwujudnya pemerintahan yang menjunjung tinggi hukum, adil, dan demokratis iii. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan dan kehidupan yang layak secara berkelanjutan Berdasarkan visi tersebut maka ditetapkan tiga misi pembangunan Sumatera Barat untuk tahun yaitu : (1) mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mempunyai tanggung jawab bernegara dan berbangsa; (2) mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih; dan (3) mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan. Sedangkan tema pembangunan yang dipilih pada tahun ini adalah Membangkitkan jati diri dan martabat Minangkabau. Sementara itu program pembangunan daerah Sumatera Barat tahun yang termuat dalam dokumen RPJM ini adalah sebagai berikut : (1) Agenda meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan sosial budaya (2) Agenda membangun sumberdaya manusia yang berkualitas (3) Agenda menyelenggarakan pemerintahan yang baik (4) Agenda membangunan ekonomi yang tangguh dan berkeadilan (5) Agenda membangunan infrastruktur yang mendorong percepatan pembangunan (6) Agenda mempercepat penurunan tingkat kemiskinan (7) Agenda memberdayakan nagari sebagi basis pembangunan Pada program nomor (4) yaitu agenda membangunan ekonomi yang tangguh dan berkeadilan terdiri dari beberapa sub program yang akan dilakukan diantaranya adalah peningkatan investasi dan pengembangan kerjasama regional dan antar daerah serta sub program penataan ruang, pertanahan dan integrasi pembangunan antar kawasan. Sub program pada peningkatan investasi dan pengembangan kerjasama regional dan antar daerah diantaranya adalah penataan pola kerjasama investasi yang

12 44 produktif. Kegiatan pokok program tersebut adalah bagaimana mengembangkan dan memperkuat jaringan kerjasama antara daerah tetangga sehingga konsep outward looking strategy dapat diimplementasikan. Kerjasama tersebut perlu dilakukan oleh daerah perbatasan seperti provinsi tetangga agar investasi untuk meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam dapat ditingkatkan. Sub program penataan ruang, pertanahan dan integrasi pembangunan antar kawasan dijelaskan bahwa salah satu programnya adalah melakukan pembangunan kawasan perbatasan, tertinggal, strategis, dan cepat tumbuh. Tujuannya adalah untuk mendorong percepatan pembangunan kawasan kawasan yang berpotensi sebagai pusat pertumbuhan, mendorong dan meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan di wilayah tertinggal dan mensejahterakan masyarakat setempat dengan menggali potensi ekonomi, sosial dan budaya, serta keuntungan lokasi geografis yang strategis untuk berhubungan dengan daerah tetangga. Rencana Tata Ruang Wilayah Pengembangan Provinsi Sumatera Barat didasarkan pada faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan kawasan secara makro (bersifat eksternal) maupun mikro wilayah (bersifat internal). Kecenderungan perkembangan tata ruang wilayah Provinsi Sumatera Barat, dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Potensi a. Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis sehingga menjadikan provinsi ini pintu gerbang di wilayah Barat Pulau Sumatera. b. Provinsi Sumatera Barat mempunyai potensi budaya yang beragam menjadi aset yang berharga untuk memperkaya khasanah seni dan budaya di Sumatera Barat khususnya, dan Indonesia umumnya. c. Karakteristik alam Provinsi Sumatera Barat dan sumber daya manusia menjadi potensi keunggulan komparatif untuk pengembangan kegiatan

13 45 pertanian beberapa komoditi unggulan, perikanan dan kelautan, pariwisata, pertambangan, industri pengolahan bahan baku lokal dan kerajinan. d. Kawasan pesisir dan pulau pulau kecil Provinsi Sumatera Barat dengan garis pantai yang panjang menyimpan sejumlah potensi pengembangan yang dapat dijadikan sebagai kekuatan pembangunan lainnya. 2. Permasalahan a. Karakteristik alam yang berbukit dan bergunung yang menjadi penghalang untuk pemanfaatan ruang kegiatan budidaya. b. Pemanfaatan lahan terkait dengan fisiografis pebukitan dan pegunungan membutuhkan kehati-hatian agar tidak menimbulkan bencana alam. c. Belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam yang potensial di Sumatera Barat karena berada dalam kawasan hutan lindung. d. Pusat pusat pertumbuhan yang ada belum mampu memicu perkembangan wilayah sekitar (hinterland) dikarenakan terbatasnya aksebilitas dan sarana prasarana lainnya. e. Pengendalian pemanfaatan ruang yang belum optimal f. Besarnya potensi kepariwisataan di Sumatera Barat belum didukung oleh kesedian sarana dan kesiapan masyarakat. Berdasarkan kecenderuang tersebut, maka tujuan penataan ruang di Provinsi Sumatera Barat diarahkan Terwujudnya keterpaduan pola ruang Provinsi Sumatera Barat sampai tahun 2029 melalui pengembangan potensi SDA dengan tetap memperhatikan ekosistem alam dan daya dukung wilayah secara berkelanjutan. Untuk mencapainya, maka kebijakan dan strategi yang akan dilaksanakan meliputi : 1. Pengurangan kesenjangan pembangunan dan perkembangan wilayah Utara Selatan Provinsi Sumatera Barat 2. Pengembangan ekonomi sektor primer, sekunder, dan tersier sesuai daya dukung wilayah

14 46 3. Penetapan pusat pusat kegiatan untuk mendukung pelayanan sosial/ekonomi dan pengembangan wilayah 4. Peningkatan fungsi Kota Padang menjadi kota metroplitan 5. Penetapan dan peningkatan Kota Payakumbuh, Pulau Punjung, Tapan, dan Simpang Empat menjadi Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan provinsi (PKWp) untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota, dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu : Painan, Lubuk Alung, Parik Malintang, Lubuk Basung, Lubuk Sikaping, Sarilamak, Kota Padang Panjang, Batusangkar, Muaro Sijunjung, Aro Suka, Padang Aro, dan Tuapejat untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan 6. Pendorongan terbentuknya aksebilitas terbentuknya jaringan transportasi dalam rangka menunjang perkembangan wilayah 7. Penetapan kawasan lindung untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam secara terpadu dengan provinsi berbatasan 8. Peningkatan pemanfaatan kawasan budidaya untuk mendukung pengembangan ekonomi daerah Berdasarkan rencana tata ruang wilayah Provinsi Sumatera Barat maka disusun struktur ruang seperti yang terlihat pada Tabel 10. Terdapat satu pusat kegiatan nasional (PKN) di Sumatera Barat yang ditetapkan sesuai kebijakan nasional PP No.26 Tahun 2008, yaitu Kota Padang. Selain PKN, dalam Peraturan Pemerintah tersebut juga ditetapkan pusat pengembangan wilayah (PKW) di Sumatera Barat, yaitu Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kota Sawahlunto, Kota Solok, dan Muara Siberut. Sementara itu pusat pengembangan wilayah yang diusulkan provinsi (PKWp) dan pusat kegiatan lokal (PKL) ditetapkan atas usulan sesuai potensi dan arah kebijakan Provinsi Sumatera Barat. Kota Padang, selain ditetapkan sebagai pusat kegiatan nasional, juga direncanakan menjadi kawasan Metropolitan Padang. Kawasan metropolitan, sesuai pengertian dalam PP Nomor 26 Tahun 2008, adalah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan disekitarnya yang

15 47 saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang kurangnya (satu juta) jiwa. Berdasarkan pengertian tersebut maka Kota Padang dengan daerah sekitarnya, meliputi wilayah Lubuk Alung (Kabupaten Padang Pariaman), Kota Pariaman, Aro Suka (Kabupaten Solok), Kota Solok, dan Painan (Kabupaten Pesisir Selatan) dapat dikembangkan sebagai Kota Metropolitan dengan peran masing masing sebagai berikut : a. Kota Padang sebagai kawasan perkotaan inti. b. Lubuk Alung, Kota Pariaman, Kota Solok, Aro Suka, dan Painan sebagai kawasan perkotaan satelit. c. Kota kota kecamatan selain yang berfungsi sebagai ibukota kabupaten berfungsi sebagai kota kecil. Tabel 10. Sistem Perkotaan Sumatera Barat Sampai Tahun 2029 PKN PKW PKWp PKL Kota Padang Kota Bukittinggi Kota Payakumbuh Painan Kota Pariaman Pulau Punjung Kota Padang Panjang Kota Sawahlunto Tapan Lubuk Sikaping Kota Solok Simpang Empat Sari Lamak Muara Siberut Batusangkar Padang Aro Tua Pejat Lubuk Basung Muaro Sijunjung Lubuk Alung Aro Suka Parik Malintang Sumber : RTRW Sumatera Barat Keterangan : PKN = Pusat Kegiatan Nasional, PKW = Pusat Kegiatan Wilayah, PKWp = Pusat Kegiatan Wilayah Provinsi, PKL = Pusat Kegiatan Lokal Secara spasial sistem perkotaan Provinsi Sumatera Barat berdasarkan RTRW dapat dilihat pada Gambar 11. Kota Padang yang ditetapkan sebagai PKN dikelilingi oleh lima PKW dan diharapkan mampu menjalankan fungsi

16 48 perkotaan di Sumatera Barat agar terintegrasi dengan baik. PKW Kota Bukitinggi berada pada bagian utara yang terintegrasi dengan PKWp Payakumbuh, PKL Sari Lamak, PKL Padang Panjang, dan PKL Lubuk Sikaping. Pada bagian barat ada PKW Kota Pariaman yang akan melayani PKWp Air Bangis, PKL Lubuk Basung, PKL Parik Malintang, dan PKL Lubuk Alung. Untuk bagian tengah ada PKW Kota Solok yang melayani PKL Aro Suka dan PKL Padang Aro. Sementara dibagian selatan ada PKW Sawahlunto yang terintegrasi dengan PKWp Pulau Punjung dan PKL Muara Sijunjung. Untuk mengembangkan wilayah pada bagian kepulauan dibentuk satu PKW yaitu Muara Siberut yang melayani PKL Tua Pejat. Sedangkan untuk PKL Painan dan PKWp Tapan langsung terintegrasi dengan PKN Padang. Gambar 11. Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Barat

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Penerapan desentralisasi di Indonesia sejak tahun 1998 menuntut daerah untuk mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki secara arif dan bijaksana agar peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

2.1.1 Dasar Perumusan Tujuan Penataan Ruang Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan ruang

2.1.1 Dasar Perumusan Tujuan Penataan Ruang Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan ruang BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG KABUPATEN SIJUNJUNG 2.1 PERUMUSAN TUJUAN Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Tingkat Disparitas di Sumatera Barat Disparitas Antar Wilayah

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Tingkat Disparitas di Sumatera Barat Disparitas Antar Wilayah 49 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Tingkat Disparitas di Sumatera Barat Disparitas pembangunan merupakan suatu fenomena universal yang dialami oleh suatu wilayah baik di dunia secara umum maupun skala

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani. Dalam rangka mengangkat derajat kehidupan petani serta mendukung penyediaan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Kemiskinan merupakan

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JUNI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JUNI 2015 No.43/08/13/Th. XVIII, 3 Agustus 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JUNI 2015 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional

Lebih terperinci

BAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN. Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara (LU)

BAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN. Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara (LU) 104 BAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN 4.1. Keadaan Umum Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara (LU) dan 98-100 o Bujur Timur (BT), merupakan bagian dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014 No.56/10/13/Th. XVII, 1 Oktober 2014 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2016 No.57/10/13/Th. XIX, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB III PENYAJIAN DATA BAB III PENYAJIAN DATA A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin 1. Historis Kabupaten Musi Banyuasin Perjalanan historis mencatat Kabupaten Musi Banyuasin pada zaman Belanda dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014 No. 66/11/13/Th XVII, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT Jumlah angkatan kerja di Sumatera Barat pada Agustus mencapai 2,33 juta orang, naik 110 ribu orang dibandingkan dengan jumlah angkatan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA BARAT No.15/2/13 Th XVIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Provinsi Sumatera Barat merupakan daerah yang rawan bencana, karena letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di Samudra Hindia sebelah barat

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 50 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Sumatera Barat Sumatera Barat yang terletak antara 0 0 54' Lintang Utara dan 3 0 30' Lintang Selatan serta 98 0 36' dan 101 0 53' Bujur Timur, tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JULI 2014

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JULI 2014 No.52/09/13/Th. XVII, 1 September 2014 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JULI 2014 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha untuk mengembangkan perekonomian sehingga menimbulkan perubahan pada struktur perekonomian. Sebagai implikasi dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT NOVEMBER 2016 No.02/01/13/Th. XX, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT NOVEMBER 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir. 37 BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu 1. Wilayah Pembentukan Kabupaten Indragiri Hulu pada awainya ditetapkan dengan UU No. 12 Tahun 1956 tentang pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JUNI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JUNI 2016 No.44/08/13/Th. XIX, 1 Agustus 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JUNI 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah sudah dilaksanakan sejak tahun 2001. Keadaan ini telah memberi kesadaran baru bagi kalangan pemerintah maupun masyarakat, bahwa pelaksanaan otonomi tidak bisa

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT FEBRUARI 2015 No.22/04/13/Th. XVIII, 1 April 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT FEBRUARI 2015 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Indikator penting untuk mengetahui kondisi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016 No.61/11/13/Th. XIX, 1 November 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT NOVEMBER 2013

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT NOVEMBER 2013 No. 03/1/13/Th. XVII, 2 Januari 2014 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT NOVEMBER 2013 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT No.08/2/13/Th. XVIII, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT DESEMBER 2014 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Tanggamus Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 Januari 1997 dan pada tanggal 21 Maret 1997 resmi menjadi salah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 T E N T A N G

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 T E N T A N G GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2015 No.56/10/13/Th. XVIII, 1 Oktober 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2015 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB III MONOGRAFI DAN KONDISI PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB III MONOGRAFI DAN KONDISI PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA BARAT BAB III MONOGRAFI DAN KONDISI PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA BARAT 1.1. Perekonomian Sumatera Barat 1.1.1. Perkembangan Ekonomi Sumatera Barat Perkembangan kinerja perekonomian Provinsi Sumatera Barat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT APRIL 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT APRIL 2016 No.33/06/13/Th. XIX, 1 Juni 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT APRIL 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi. Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi. Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan berkualitas. Dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT MARET 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT MARET 2016 No.25/05/13/Th. XIX, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT MARET 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS KEHUTANAN PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT APRIL 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT APRIL 2017 No.32/06/13/Th. XX, 2 Juni 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT APRIL 2017 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

III. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN III. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1. Kabupaten Tanjung Jabung Timur 3.1.1. Letak dan Luas Luas Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah 5.445,0 km 2. Ibukota kabupaten berkedudukan di Muara Sabak.

Lebih terperinci

Penutup. Sekapur Sirih

Penutup. Sekapur Sirih Penutup Sekapur Sirih Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 Provinsi Sumatera Barat merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan. Pembangunan yang melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JULI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JULI 2015 No.52/09/13/Th. XVIII, 1 September 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JULI 2015 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT APRIL 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT APRIL 2015 No.34/06/13/Th. XVIII, 1 Juni 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT APRIL 2015 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2012-2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT MARET 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT MARET 2017 No.23/05/13/Th. XX, 2 Mei 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT MARET 2017 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 01/07/1204/Th. XII, 5 Juli 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2012 sebesar 6,35 persen mengalami

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JANUARI 2014

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JANUARI 2014 No. 15/3/13/Th. XVII, 3 Maret 2014 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JANUARI 2014 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT DESEMBER 2016 No.11/02/13/Th. XX, 16 Februari 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT DESEMBER 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang Barat berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci