KARAKTERISTIK ORANG TERSANGKA RABIES DI KLINIK BESTARI MEDAN TAHUN 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISTIK ORANG TERSANGKA RABIES DI KLINIK BESTARI MEDAN TAHUN 2011"

Transkripsi

1 KARAKTERISTIK ORANG TERSANGKA RABIES DI KLINIK BESTARI MEDAN TAHUN 2011 Mainan Mutiara 1, Hiswani 2, Jemadi 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU 2 Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU Abstract Rabies ( hydrophobia ) is a disease caused by Lyssa zoonosa virus ( rabies virus ) and is transmitted to human through the bite of rabid animal patients. In 2008 it was reported that the case of a dog suspected of having rabies that rabies humans as much as cases, 104 positive rabies and all of them died ( CFR 100% ). In 2010, the number of cases of rabies in Indonesia with GPHR rabies positive cases as many as 206 people and all of them died ( CFR 100% ). Clinic Bestari in Medan in 2011 there were 365 cases of bites HPR in Medan, number of bite cases indicated/ VAR as many as 178 cases and 3 death from rabies (CFR 1.69%). To determine the characteristics of the suspected Rabies Clinic Bestari in Medan in 2011 conducted a descriptive study using a case series design. Population of 178 people suspected rabies and sampled 178 people. Results showed that the highest proportion of people suspected rabies by the age of 2-9 years 28.7%, ie gender male 52.8%, where the bite of the legs 32.6%, which is in the bite exposure type 75.8%, where is the Medan District Tuntungan 22.5%, while the June 14.6%, HPR type of dog that is 92.7%, which is a complete vaccination status of 82.6%. There is a differences in the proportion of age with suspected Rabies sex with p =0.029 ( <0.05 ), There were age differences in the proportion of type exposure with p = (<0.05 ), There were no differences in the proportion of age with type HPR p value = ( >0.05 ), There were no differences in the proportion of vaccine status type exposure with p = ( >0.05 ), statistical analysis of the status of the vaccine according to the location of the bite and age according to the location of the bite can not be done with chi square test because there are 2 cells ( 33.3% ) who expected count <5. Department of Health is expected to increase efforts to educate the public about rabies and report immediately if the bite, licking at the paws or by HPR. Peer to clinics to increase the data recording and reporting of suspected rabies ( VAR, administration, ATS or SAR ). Keywords : Rabies, The Suspected Pendahuluan Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yang pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. 1 Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya Masyarakat, Bangsa dan Negara Indonesia, 1 yang ditandai dengan penduduk yang hidup dalam lingkungan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik Indonesia dan dapat mewujudkan bangsa yang mandiri, maju dan sejahtera. 2 Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut maka dilakukan upayaupaya kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal adalah program pencegahan dan

2 pemberantasan penyakit menular. Penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi program pemerintah, diantaranya adalah program pemberantasan penyakit zoonosis. 2 Pemberantasan penyakit zoonosis sampai saat ini yang menjadi prioritas meliputi Rabies,PES, Taeniasis/Cystecercocis dan Anthrax. Penyakit- penyakit tersebut tergolong kedalam new emerging disease dan re- emerging disease dan mengakibatkan keresahan masyarakat, karena dapat menimbulkan kematian. 3 Pencegahan dan penanggulangan rabies telah dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama 3 Direktorat Jenderal (PUOD/Depdagri, PPM-PLP/Depkes dan Peternakan/Deptan). Salah satu landasan hukum yang dipergunakan oleh Pemerintah Indonesia dalam pemberantasan dan penanggulangan rabies yaitu Undang-Undang No.4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. 4 Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit zoonosis yang di sebabkan oleh Lyssa-virus (virus rabies) dan ditularkan ke manusia melalui gigitan hewan penderita rabies. Penyakit ini dikenal sejak diketahui dan dilaporkan adanya seekor kerbau menderita rabies oleh Esser pada tahun 1884, kemudian pada tahun 1894 pertama kali dilaporkan rabies pada manusia oleh E.V.de Haan. 34 Hewan penular Rabies adalah anjing (99,4%), kucing (0,29%) dan kera (0,31%). 5 Dirjend P2PL menyampaikan, berdasarkan data dari WHO (2010) bahwa rata-rata di Asia ada kasus dengan hampir 60% kematian akibat rabies pertahun. Kasus di negara Asia terbanyak ditemukan di India ( kasus pertahun), Vietnam (rata-rata kasus pertahun), China (rata-rata kasus pertahun), Filipina ( kasus pertahun) dan Indonesia (rata-rata 125 kasus pertahun). Di Indonesia rabies sebagian besar disebabkan gigitan anjing (98%) sementara sebagian kecil diebabkan oleh gigitan kera dan kucing (2%). 6 Menurut data Kementerian Kesehatan (KEMKES) RI, di Indonesia kasus gigitan anjing dari tahun ke tahun semakin meningkat. Sekali seekor anjing yang tertular Lyssavirus, virus penyebab rabies, memasuki suatu pulau / daerah, penyakit itu tak lama lagi akan menyebar. Tahun 2008 dilaporkan bahwa kasus anjing yang diduga menderita rabies yang menggigit manusia sebanyak kasus, yang positif Rabies 104 orang dan semuanya meninggal (CFR 100%). Tahun 2010, jumlah kasus Rabies dari seluruh Provinsi di Indonesia dengan jumlah Gigitan Hewan Penderita Rabies yaitu kasus dengan jumlah penderita positif Rabies sebanyak 206 orang dan semuanya meninggal (CFR 100%). 7 Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumut, tahun 2007 kasus gigitan anjing sebanyak orang dengan orang mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR), jumlah penderita positif rabies pada manusia sebanyak 5 orang dan semuanya meninggal (CFR 100%). Pada tahun 2008 kasus gigitan anjing sebanyak orang dengan orang diantaranya mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR), jumlah penderita rabies pada manusia sebanyak 7 orang dan semuanya meninggal (CFR 100%). 7 Pada tahun 2010 di Provinsi Sumetera Utara, jumlah gigitan hewan penderita rabies sebanyak 3714 kasus gigitan dengan jumlah positif rabies yaitu 35 orang dan semuanya meninggal (CFR 100%). 7 Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Kota Medan, sepanjang tahun 2008 terdapat 441 kasus gigitan hewan rabies yang menimpa warga Medan. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2007 sebanyak 352 gigitan dan tahun 2006 yang berjumlah 314 gigitan. Berdasarkan data ini, distribusi penderita gigitan hewan rabies berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2008 adalah lakilaki lebih banyak daripada perempuan, yaitu 247 orang laki-laki dan 194 perempuan. Berdasarkan kelompok umur, kasus gigitan paling banyak adalah pada kelompok umur tahun yaitu sebanyak 186 kasus gigitan, sedangkan pada kelompok umur 5 14 tahun sebanyak 127 kasus gigitan, disusul kelompok umur > 45 tahun sebanyak 81 kasus gigitan dan kelompok umur 0 4 tahun sebanyak 47 kasus gigitan. 6 Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Klinik Bestari Medan tahun 2011 diketahui bahwa terdapat 365 kasus gigitan hewan penular rabies yang menimpa warga Medan, Jumlah kasus gigitan 2

3 berindikasi/ VAR sebanyak 178 kasus dan 3 kematian akibat rabies, dimana 3 orang yang menderita rabies tersebut tidak meninggal di Klinik Bestari Medan, akan tetapi di Rumah penderita, di Puskesmas dan di perjalanan menuju Rumah Sakit terdekat dengan tempat tinggal penderita. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik orang tersangka rabies di klinik bestari medan tahun Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya karakteristik orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan tahun TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum: Mengetahui karakteristik orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan tahun Tujuan khusus: a. Untuk mengetahui distribusi proporsi karakteristik orang tersangka rabies berdasarkan orang (umur, jenis kelamin, letak gigitan, type exposure dan status pemberian VAR) di Klinik Bestari Medan Tahun b. Untuk mengetahui distribusi proporsi karakteristik orang tersangka rabies berdasarkan tempat (Klinik Bestari) meliputi kecamatan, kelurahan dan wilayah kerja puskesmas di Klinik Bestari Medan Tahun c. Untuk mengetahui distribusi proporsi karakteristik orang tersangka rabies berdasarkan waktu (bulan) di Klinik Bestari Medan Tahun d. Untuk mengetahui distribusi proporsi karakteristik orang tersangka rabies berdasarkan reservoir (jenis hewan penular rabies) di Klinik Bestari Medan Tahun e. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan jenis kelamin orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan Tahun f. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan Letak gigitan orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan Tahun g. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan Type Exposure orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan Tahun h. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan jenis hewan penular Rabies pada orang tersangka Rabies di Klinik Bestari Medan Tahun Manfaat penelitian: a. Sebagai bahan masukan bagi Klinik Bestari Medan dan Instansi terkait setempat dalam meningkatkan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit Rabies. b. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang Rabies serta sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang membutuhkan data penelitian Rabies. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan menggunakan desain case series. Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Bestari Medan. Penelitian dilakukan sejak bulan Oktober 2012 sampai dengan Agustus Populasi penelitian adalah data seluruh orang yang menjadi tersangka Rabies yang mendapat VAR dan tercatat di Klinik Bestari Medan tahun 2011 yaitu sebanyak 178 kasus. Besar sampel sama dengan besar populasi (total sampling). Data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data univariat dianalisa secara deskriptif dan data bivariat dianalisa dengan uji chi-square.. 3

4 HASIL PENELITIAN Adapun distribusi proporsi orang tersangka Rabies berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1. Distribusi Proporsi Orang Rabies Berdasarkan Umur Umur ( Tahun ) ,7 25,2 22,5 7,9 6,2 4,5 2,8 2,2 Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa berdasarkan umur, proporsi terbanyak orang tersangka Rabies adalah kelompok umur 2-9 tahun sebanyak 51 orang (28,7%) dan proporsi terendah adalah kelompok umur tahun sebanyak 4 orang (2,2%). Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) bahwa Rabies biasanya terjadi pada umur anak-anak (<15 tahun) dan jarang dijumpai pada kelompok umur dewasa ( 15 tahun). 9 Rabies berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.Distribusi Proporsi Orang Rabies Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Orang Laki-Laki Perempuan ,8 47,2 Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa proporsi terbanyak pada orang tersangka Rabies berdasarkan jenis kelamin laki-laki yaitu 94 orang (52,8%) dan proporsi paling sedikit adalah perempuan yaitu 84 orang (47,2%). Menurut Tri (2007) kasus Rabies terjadi pada orang di sepanjang tahun, hampir 2/3 diantaranya dilaporkan pada lakilaki 45% diantaranya adalah anak-anak dibawah umur 14 tahun. 10 Hal ini juga disebabkan karena laki-laki lebih banyak 4 beraktivitas (mengganggu) hewan penular Rabies dibandingkan perempuan. 11 Rabies berdasarkan letak gigitan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.Distribusi Proporsi Orang Rabies Berdasarkan Letak Gigitan Letak Gigitan Kepala Muka Dada Perut Bokong Tangan Kaki Orang 1 0,6 4 2, ,7 12 6, , , ,6 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa proporsi terbanyak berdasarkan letak gigitan pada orang tersangka Rabies adalah bagian kaki yaitu 58 orang (32,6%) dan proporsi paling letak gigitan paling sedikit adalah bagian kepala yaitu 1 orang (0,6%). Menurut Subronto (2006), bagian tubuh manusia yang di gigit meliputi kaki (57%), tangan (28%), kepala (5%) dan lain-lain (10%). 12 Rabies berdasarkan type exposure dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.Distribusi Proporsi Orang Rabies Berdasarkan Type Exposure Type Exposure Orang Di gigit Di cakar ,8 24,2 Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa berdasarkan type exposure, proporsi orang tersangka Rabies terbanyak adalah di gigit sebanyak 135 orang (75,8%) dan tidak ada orang tersangka Rabies yang di jilat (0,0%). Hal ini dimungkinkan karena mayoritas jenis hewan penular Rabies seperti anjing dan kucing memiliki kebiasaan yang dapat menggigit, mencakar atau menjilat sesuatu baik itu makhluk hidup maupun benda mati. Pada penelitian ini, ditemukan

5 92,7% jenis hewan penular Rabies yaitu anjing dan 7,3% adalah kucing. Rabies berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5. Distribusi Proporsi Orang Rabies Berdasarkan Kecamatan Kecamatan Medan Amplas Medan Area Medan Barat Medan Baru Medan Belawan Medan Deli Medan Denai Medan Helvetia Medan Johor Medan Kota Medan labuhan Medan Maimun Medan Marelan Medan Perjuangan Medan Petisah Medan Polonia Medan Selayang Medan Sunggal Medan tembung Medan Timur Medan Tuntungan Orang 4 2,2 4 2,2 4 2,2 6 3, ,7 14 7,9 1 0,6 10 5,6 8 4,5 1 0, ,2 13 7,3 6 3,4 9 5, ,5 Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa berdasarkan kecamatan, orang tersangka Rabies tertinggi adalah kecamatan Medan Tuntungan sebanyak 40 orang (22,5%) dan terendah adalah kecamatan Medan Maimun dan Medan Polonia masingmasing sebanyak 1 orang (0,6%). Hal ini menunjukkan bahwa orang tersangka Rabies tersebar di setiap Kecamatan di Kota Medan (21 Kecamatan). Tingginya orang tersangka Rabies di Kecamatan Medan Tuntungan dikarenakan kebiasaan masyarakatnya memelihara anjing untuk menjaga rumah dan menjaga kebun. Rabies berdasarkan waktu (bulan) dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 6. Distribusi Proporsi Orang Rabies Berdasarkan Waktu (Bulan) Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Orang 14 7,9 7 3, ,2 10 5,6 15 8, ,6 10 5, ,1 13 7,3 14 7,9 14 7,9 17 9,6 Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa berdasarkan bulan, orang tersangka Rabies tertinggi adalah pada bulan Juni sebanyak 26 orang (14,6%) dan terendah adalah pada bulan Pebruari sebanyak 7 orang (3,9%). Menurut Tri (2007), perubahan iklim atau cuaca di suatu daerah tidak banyak pengaruh nya terhadap kejadian dan distribusi Rabies. 10 Pada umumnya dalam setiap tahun anjing mengalami musim kawin dalam 2 periode waktu yaitu setiap 6 bulan sekali. Dimana pada saat terjadi perkawinan tersebut anjing aktivitas anjing betina meningkat dan saling menggigit (berkelahi). Sehingga pada waktu yang tepat, anjing betina akan mau menerima pejantan untuk mengawininya, betina akan subur untuk waktu sekitar 5 sampai 7 hari. Ovulasi adalah istilah untuk dilepaskannya sel telur dari uterus, berlangsung selama periode ini. Jika waktunya tepat, akan terjadi proses pembuahan (fertilisasi) antara sel telur oleh sperma, dan jika bagus, akan siap lahir individu baru. 13 Menurut Junaidi (2006) secara umum dikenal bahwa ada dua musim kawin setiap tahun pada anjing yaitu pada bualan Juni dan bulan Desember. Penelitian yang lain menunjukkan puncak aktifitas estrus pada bulan Mei, Juli dan Oktober. 14 5

6 Rabies berdasarkan jenis hewan penular rabies dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 7. Distribusi Proporsi Orang Rabies Berdasarkan Jenis Hewan penular Rabies Jenis Hewan penular rabies Orang Anjing ,7 Kucing 13 7,3 Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa proporsi orang tersangka Rabies berdasarkan jenis hewan penular Rabies tertinggi adalah Anjing yaitu 165 orang (92,7%). Dalam Laporan sementara kajian lapangan oleh National Institute of Communicable Diseases dinyatakan bahwa setiap tahun terjadi sekitar 12,2 juta kasus gigitan hewan dan lebih dari 95% adalah gigitan Anjing. 10 Rabies berdasarkan status pemberian vaksin dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 8. Distribusi Proporsi Orang Rabies Berdasarkan Status Pemberian Vaksin Status Pemberian Vaksin Orang Lengkap ,6 Tidak Lengkap 31 17,4 Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa proporsi orang tersangka Rabies berdasarkan status pemberian vaksin Rabies tertinggi adalah lengkap yaitu 147 orang (82,6%) dan terendah adalah tidak lengkap yaitu 31 orang (17,4%). Menurut Tri (2007), kasus gigitan anjing pada manusia diobati dengan pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dan dalam pertimbangan tertentu diberikan Serum Anti Rabies (SAR). 10 Pemberian VAR saat ini yang dilakukan pada program Pemberantasan Rabies pada manusia secara nasional adalah dengan cara intramuskular diberikan empat kali dengan dosis masing-masing 0,5 ml, jumlah dua cc, cara pemberiannya yaitu pada hari pertama berkunjung ke Puskesmas / Rumah Sakit diberikan dua kali ( 0,5 ml ) di lengan kiri sebelah atas ( deltoid kiri ) dan dilengan kanan sebelah atas ( deltoid kanan ), selanjutnya pada hari ke tujuh diberikan satu kali ( 0,5 ml ) kanan atau kiri, sedangkan pada hari ke duapuluh satu diberikan lagi satu kali pada deltoid kanan atau kiri. Pemberian secara intradermal jadwal pemberian vaksin anti rabies sama, hanya dosisnya lebih sedikit ( yaitu 0,2 ml ) per kali pemberian. Pemberian vaksinasi anti rabies dengan vaksin purified vero rabies oleh kasus gigitan hewan tersangka rabies akan sangat terlindung dari penyakit rabies yang bersifat fatal. 15 Analisis Statistik Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 9. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Umur <15 15 Jumlah Tahun Tahun 50 53, , , , Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa dari 94 orang tersangka Rabies lakilaki, proporsi kelompok umur terbanyak adalah < 15 Tahun yaitu 50 orang (53,2%) dan proporsi paling sedikit adalah kelompok umur 15 Tahun yaitu 44 orang (46,8%). Sementara itu, dari 84 orang tersangka Rabies perempuan, proporsi yang paling banyak adalah kelompok umur 15 Tahun yaitu 53 orang (63,1%) dan paling sedikit adalah kelompok umur < 15 tahun yaitu 31 orang (36,9%). Menurut Tri (2007) kasus Rabies terjadi pada orang di sepanjang tahun, hampir 2/3 diantaranya dilaporkan pada laki-laki 45% diantaranya adalah anak-anak dibawah umur 14 tahun. 10 Hasil analisa statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p (=0,029)<0,05 yang artinya ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan jenis kelamin. 6

7 Umur Berdasarkan Letak Gigitan Tabel 10.Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Letak Gigitan Letak Gigitan Kepala dan Muka Dada, Perut dan Bokong Tangan dan Kaki Umur <15 15 Jumlah Tahun Tahun 3 60,0 2 40, ,1 45, ,9 54, Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa dari 5 orang tersangka Rabies yang letak gigitannya di kepala dan muka, proporsi terbanyak adalah kelompok umur < 15 Tahun yaitu 3 orang (60,0%) dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 15 tahun yaitu 2 orang (40,0%). Dari 63 orang tersangka Rabies yang letak gigitannya di dada, perut dan bokong, proporsi terbanyak adalah kelompok umur < 15 Tahun yaitu 35 orang (39,1%) dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 15 tahun yaitu 28 orang (60,9%). Dari 110 orang tersangka Rabies yang letak gigitannya di tangan dan kaki, proporsi terbanyak adalah kelompok umur 15 Tahun yaitu 67 orang (54,5%) dan paling sedikit adalah kelompok umur < 15 tahun yaitu 43 orang (45,5%). Analisa statistik dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan, karena terdapat 2 sel (33,3%) yang memiliki expected count yang besarnya kurang dari 5. Umur Berdasarkan Type Exposure Tabel 11.Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Type Exposure Type Exposure Di gigit Di cakar Umur <15 15 Jumlah Tahun Tahun 53 39, , , , Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa dari 135 orang tersangka Rabies yang type exposurenya di gigit, proporsi terbanyak adalah kelompok umur 15 Tahun yaitu 82 7 orang (60,7%) dan paling sedikit adalah kelompok umur < 15 tahun yaitu 53 orang (39,3%). Selanjutnya, dari 43 orang tersangka Rabies yang type exposurenya di cakar, proporsi kelompok umur yang terbanyak adalah < 15 Tahun yaitu 28 orang (65,1%) dan terendah adalah kelompok umur 15 tahun yaitu 15 orang (34,9%). Penularan penyakit Rabies dari hewan penderita Rabies yang menggigit, mencakar atau menjilat pada kulit yang lecet, selaput lendir mulut, selaput lendir mata, anus dan genital terhadap hewan lainnya atau ke manusia, penularan selesai sampai di manusia saja dan tidak terjadi penularan lagi antara manusia (dead end). 16 Hasil analisa statistik dengan uji Chisquare diperoleh nilai p (=0,003)<0,05 yang artinya ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan type exposure. Umur Berdasarkan Jenis Hewan Penular Rabies Tabel 12.Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Hewan penular Rabies Jenis Hewan Umur <15 15 Jumlah penular Tahun Tahun Rabies Anjing 78 47, , Kucing 3 23, , Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa dari 165 orang tersangka Rabies yang jenis hewan penular Rabiesnya Anjing, proporsi kelompok umur terbanyak adalah 15 Tahun yaitu 87 orang (52,7%) dan paling sedikit adalah kelompok umur < 15 tahun yaitu 78 orang (47,3%). Selanjutnya, dari 13 orang tersangka Rabies yang jenis hewan penular Rabiesnya Kucing, proporsi kelompok umur yang terbanyak adalah 15 Tahun sebanyak 10 orang (76,9%) dan paling sedikit adalah kelompok umur < 15 tahun sebanyak 3 orang (23,1%). Anjing adalah sumber utama yang paling tidak terkendali yang menularkan rabies pada manusia. Anak-anak paling beresiko terhadap infeksi rabies. Karena anakanak lebih mungkin untuk di gigit anjing, dan juga lebih mungkin berefek parah di area

8 tubuh mereka yang beresiko tinggi jika terkena gigitan. Exposure parah dari rabies membuat pencegahan dimasa depan menjadi sulit, kecuali jika akses ke perawatan medis yang tepat tersedia. 17 Menurut Subronto (2006), gigitan oleh anjing menempati persentase tertinggi (99,4%), diikuti kucing (0,29%) dan hewan lain,kera serta hewan piaraan atau liar lainnya (0,31%). 9 Hasil analisa statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p (=0,092)>0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara umur berdasarkan jenis hewan penular Rabies. Status Pemberian Vaksin Berdasarkan Type Exposure Tabel 13.Distribusi Proporsi Status Pemberian Vaksin Berdasarkan Type Exposure Type Exposure Di gigit Di cakar Status Pemberian Vaksin Jumlah Tidak Lengkap Lengkap , , ,0 6 14, Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat bahwa dari 135 orang tersangka Rabies yang type exposurenya di gigit, proporsi status pemberian vaksin terbanyak adalah lengkap yaitu 110 orang (81,5%) dan paling sedikit adalah tidak lengkap yaitu 25 orang (18,5%). Selanjutnya, dari 43 orang tersangka Rabies yang type exposurenya di cakar, proporsi status pemberian vaksin terbanyak adalah lengkap yaitu 37 orang (86,0%) dan paling sedikit adalah tidak lengkap yaitu 6 orang (14,0%). Menurut Soedarto (2004), didaerah endemik kontak dengan hewan-hewan liar sedapatnya di hindari, setiap luka gigitan hewan liar harus dibersihkan dan di desinfeksi dengan segera. Pemberian immunoglobulin yang spesifik harus segera diberikan sesudah terjadi gigitan oleh hewan. 18 Menurut Tri (2007), kasus gigitan anjing pada manusia diobati dengan pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dan dalam pertimbangan tertentu diberikan Serum Anti Rabies (SAR). 10 Hasil analisa statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai 8 p (=0,492)>0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara status pemberian vaksin berdasarkan type exposure. Status Pemberian Vaksin Berdasarkan Letak Gigitan Tabel 14.Distribusi Proporsi Status Pemberian Vaksin Berdasarkan Letak Gigitan Letak Gigitan Kepala dan Muka Dada, Perutdan Bokong Tangan dan Kaki Status Pemberian Vaksin Jumlah Tidak Lengkap Lengkap ,5 77, ,5 22, Berdasarkan tabel 14 dapat dilihat bahwa dari 5 orang tersangka Rabies yang letak gigitannya di kepala dan muka, proporsi status pemberian vaksin terbanyak adalah lengkap yaitu 5 orang (100,0%) dan tidak ada pemberian vaksin yang tidak lengkap. Dari 63 orang tersangka Rabies yang letak gigitannya di dada, perut dan bokong, proporsi status pemberian vaksin terbanyak adalah lengkap yaitu 57 orang (90,5%) dan paling sedikit adalah tidak lengkap yaitu 6 orang (9,5%). Selanjutnya, dari 110 orang tersangka Rabies yang letak gigitannya di tangan dan kaki, proporsi status pemberian vaksin terbanyak adalah lengkap yaitu 88 orang (77,3%) dan paling sedikit adalah tidak lengkap yaitu 25 orang (22,7%). Pengobatan pasca pajanan berupa pengobatan luka dan pemberian imunoglobulin, serla imunisasi. Penanganan luka merupakan bagian penting dari tata Iaksana pasca gigitan yakni mencuci luka dengan sabun, detergen, dan air yang banyak sekurang-kurangnya 10 menit. Luka dapat diberikan povidone-iodine dan alkohol 40%- 70%- Bila luka cukup besar perlu dipasang keteter untuk irigasi dan jahitan hanya jahitan situasi. Pemberian anti tetanus serum dan

9 antibiotika untuk pengobatan infeksi dari luka perlu diberikan. 19 Analisa statistik dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan, karena terdapat 2 sel (33,3%) yang memiliki expected count yang besarnya kurang dari 5. KESIMPULAN a. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies menurut umur adalah kelompok umur 2-9 tahun yaitu sebanyak 51 orang (28,7%). b. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies menurut jenis kelamin adalah laki-laki sebanyak 94 orang (52,8%). c. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies menurut letak gigitan adalah pada bagian kaki sebanyak 58 orang (32,6%). d. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies menurut type exposure adalah di gigit sebanyak 135 orang (75,8%). e. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies menurut tempat (kecamatan) adalah kecamatan medan tuntungan sebanyak 40 orang (22,5%). f. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies menurut waktu (bulan) adalah bulan juni sebanyak 26 orang (14,6%). g. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies menurut jenis hewan penular Rabies adalah Anjing sebanyak 165 orang (92,7%). h. Proporsi terbanyak orang tersangka Rabies menurut status pemberian vaksin yaitu lengkap sebanyak 147 orang (82,6%). i. Ada perbedaan proporsi umur berdasarkan jenis kelamin tersangka penderita Rabies dengan nilai p = 0,029<0,05. j. Analisa statistik proporsi umur menurut letak gigitan dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan, karena terdapat 2 sel (33,3%) yang memiliki expected count yang besarnya kurang dari 5. k. Ada perbedaan proporsi umur berdasarkan type exposure pada tersangka penderita Rabies dengan nilai p = 0,003<0,05. l. Tidak terdapat perbedaan proporsi umur berdasarkan jenis hewan penular Rabies pada tersangka penderita Rabies dengan nilai p = 0,092>0,05. m.tidak terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara status pemberian vaksin berdasarkan type exposure dengan nilai p (=0,492)>0,05. n. Analisa statistik proporsi status pemberian vaksin menurut letak gigitan dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan, karena terdapat 2 sel (33,3%) yang memiliki expected count yang besarnya kurang dari 5. SARAN a. Diharapkan Dinas Kesehatan agar meningkatkan upaya penyuluhan kepada masyarakat tentang Rabies dan menganjurkan masyarakat agar segera melapor apabila di gigit, di cakar atau di jilat oleh hewan penular Rabies. b. Diharapkan kepada klinik bestari untuk melengkapi pencatatan data orang tersangka Rabies (pemberian VAR, ATS maupun SAR) serta meningkatkan pelaporan tentang Rabies. DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat Jakarta 2. Depkes RI Profil Kesehatan Tahun Jakarta 3. Depkes RI Profil Kesehatan Indonesia Tahun Jakarta 4. Kementerian Kesehatan RI Pedoman Pelaksanaan Penanggulangan Rabies Di Indonesia. Jakarta 5. Zein, U Artikel Rabies ( Rabies Pembawa Maut). Diakses tanggal 8 Oktober

10 6. Dirjen P2PL Hari Rabies Sedunia 2010 diperingati di Bandung. Diakses tanggal 14 Januari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun Diakses tanggal 14 Januari Dinas Kesehatan Kota Medan (Klinik bestari Medan) Laporan Bulanan Klinik Bestari Medan. Medan. 9. Depkes RI Pembagian Kelompok Umur. Jakarta 10. Tri, B Pencegahan dan Pengendalian Rabies Penyakit Menular Pada Hewan dan Manusia. Kanisius. Jakarta 11. Evalina, I Karakteristik Penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun FKM USU. Medan. 12. Subronto Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba Pada Anjing dan Kucing. Gajah Mada University Press. Yogyakarta 13. Aryo Reproduksi Anjing. Diakses tanggal 14 Januari Junaidi, A Reproduksi dan Obstetri Pada Anjing. Gajah Mada University Press. Jakarta 15. Persakmibali Pemberian Vaksinasi Anti Rabies Terhadap Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Secara Intradermal dan Intramuskular Di Sumatera Barat dan DKI Jakarta. Diakses tanggal 14 Januari Dharmajono Anjing Permasalahan dan Pemecahan. PT. Penebar Swadaya Depaok. Jakarta 17. Sulaksono, S Gejala, penularan dan pengobatan Rabies. penularan dan pengobatan rabies.com. Diakses Diakses tanggal 14 Januari Soedarto Sinopsis Virologi Kedokteran. Airlangga University Press. Surabaya 19. Satgas Imunisasi Dewasa PB PAPDI Penyakit Rabies. Diakses Diakses tanggal 14 Januari 2013 Pukul 09:20 WIB 10

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis Rabies, kini menjadi tantangan bagi pencapaian target Indonesia bebas Rabies pada 2015. Guna penanggulangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan zoonosis. Penyakit rabies

BAB 1 PENDAHULUAN. terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan zoonosis. Penyakit rabies BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit rabies atau anjing gila adalah suatu penyakit yang sangat ditakuti dan dapat menimbulkan kematian. Penyakit ini ditularkan dari hewan yang sudah terkena virus

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT DENGAN TINDAKAN PEMILIK ANJING DALAM PENCEGAHAN RABIES DI DESA KOHA KECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA Mentari O.Pangkey*John. Kekenusa** Joy.A.M. Rattu*

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBERIAN VAKSIN ANTI RABIES DAN SERUM ANTI RABIES

TATA CARA PEMBERIAN VAKSIN ANTI RABIES DAN SERUM ANTI RABIES RABIES DAN SERUM RABIES Halaman 1 / 5 1. Pengertian o Tata cara pemberian vaksin anti rabies adalah cara pemberian vaksin anti rabies yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya Rabies atau Penyakit

Lebih terperinci

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

Keyword : pulmonary tuberculosis smear positive, characteristic of patient

Keyword : pulmonary tuberculosis smear positive, characteristic of patient KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DAN HASIL PENGOBATANNYA DI POLI PARU RSUD DELI SERDANG TAHUN 2011-2012 Tri Hartini 1, Sori Muda Sarumpaet 2, Rasmaliah 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi

Lebih terperinci

ISSN situasi. diindonesia

ISSN situasi. diindonesia ISSN 2442-7659 situasi diindonesia PENDAHULUAN Rabies merupakan penyakit zoonosis yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia. Virus rabies ditransmisikan melalui air liur hewan terinfeksi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP PEMILIK ANJING DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ONGKAW KABUPATEN MINAHASA SELATAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP PEMILIK ANJING DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ONGKAW KABUPATEN MINAHASA SELATAN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP PEMILIK ANJING DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ONGKAW KABUPATEN MINAHASA SELATAN THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDES OF DOG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit menular masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian penderitanya. Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DAN KASUS RABIES DI KABUPATEN NGADA, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

DISTRIBUSI KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DAN KASUS RABIES DI KABUPATEN NGADA, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR DISTRIBUSI KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DAN KASUS RABIES DI KABUPATEN NGADA, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR The Distribution of Cases of Rabies-Transmitting Animal s (RTA) Bites and Cases of

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii RIWAYAT HIDUP... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi UCAPAN TERIMA KASIH... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya.

Lebih terperinci

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAGA KECAMATAN LEMBAH SORIK MARAPI KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2015 Eskalila Suryati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan

BAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan syaraf pusat hewan berdarah panas disebabkan oleh virus dan dapat menular pada manusia. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan pada periode 2005-2009 memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai urutan pertama

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Rabies merupakan suatu penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan berdarah panas yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Rabies merupakan suatu penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan berdarah panas yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rabies merupakan suatu penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan berdarah panas yang ditularkan kepada manusia dan menyerang susunan saraf pusat. Penyakit ini mendapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep Paradigma

BAB 1 PENDAHULUAN. Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep Paradigma BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep Paradigma Sehat yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan

Lebih terperinci

PARTISIPASI PEMILIK HPR TERHADAP PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI DESA ABIANSEMAL DAN DESA BONGKASA PERTIWI KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG

PARTISIPASI PEMILIK HPR TERHADAP PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI DESA ABIANSEMAL DAN DESA BONGKASA PERTIWI KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG Arc. Com. Health Juni 2016 ISSN: 2527-3620 PARTISIPASI PEMILIK HPR TERHADAP PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI DESA ABIANSEMAL DAN DESA BONGKASA PERTIWI KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG Luh Sri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangsungan Hidup anak ditunjukkan dengan Angka Kematian bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita Indonesia adalah tertinggi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Meike N. R. Toding*, Budi T. Ratag*, Odi R. Pinontoan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan serius bagi negara, disebabkan insidennya semakin meningkat. Penyakit ini termasuk salah satu jenis penyakit tidak menular

Lebih terperinci

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN KUSTA PADA KONTAK SERUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG TAHUN 2013 Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RSUD RANTAU PRAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN SKRIPSI

KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RSUD RANTAU PRAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN SKRIPSI KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RSUD RANTAU PRAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2006-2009 SKRIPSI Oleh : ELIZABETH LOLOAN PANGGABEAN NIM. 061000033 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional maupun global. Masalah PTM pada akhirnya tidak hanya menjadi masalah

Lebih terperinci

GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL JANUARI DESEMBER 2011

GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL JANUARI DESEMBER 2011 GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL JANUARI DESEMBER 2011 Rinaldy Alexander 1, July Ivone 2, Susy Tjahjani 3 1. Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropik di seluruh

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tingkat Pendidikan, Dukungan Petugas Kesehatan, Tindakan Pencegahan Rabies

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tingkat Pendidikan, Dukungan Petugas Kesehatan, Tindakan Pencegahan Rabies FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN RABIES PADA PEMILIK ANJING DI KELURAHAN BAHU KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO TAHUN 2016 Julianti Jeanette Sabono*, Jootje M. L. Umboh*, Billy

Lebih terperinci

PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT RABIES. Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar

PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT RABIES. Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT RABIES Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar RABIES Salah satu penyakit infeksi tertua, diketahui sejak lebih dari 4000 tahun Viral encephalomyelitis: akut dan progresif Dapat menyerang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan nasional yang menimbulkan perubahan dari suatu negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa kecenderungan baru dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk

Lebih terperinci

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH. PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : FATHIRAH AINA BT. ZUBIR NIM : 070100405 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Menimbang PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, : a. bahwa rabies merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat

Lebih terperinci

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

IQBAL OCTARI PURBA /IKM PENGARUH KEBERADAAN JENTIK, PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN SIANTAR TIMUR KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2014 TESIS OLEH IQBAL OCTARI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang

BAB I PENDAHULUAN. distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan.tidak meratanya distribusi pendapatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG Anni Suciawati* *Fakultas Kesehatan Prodi Kebidanan Universitas Nasional Email Korespodensi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rabies yang dikenal juga dengan nama Lyssahydrophobia, rage, tollwut,

BAB I PENDAHULUAN. Rabies yang dikenal juga dengan nama Lyssahydrophobia, rage, tollwut, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rabies yang dikenal juga dengan nama Lyssahydrophobia, rage, tollwut, merupakan suatu penyakit infeksi akut susunan syaraf pusat yang dapat menyerang mamalia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang optimal dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : faktor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang optimal dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Menurut Hendrik L. Blum dalam Kusnoputranto (1986), derajat kesehatan masyarakat yang optimal dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : faktor lingkungan, perilaku

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Christ Victor Rawis*, Wulan P. J. Kaunang**, Max Tulung*

Lebih terperinci

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013 ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh : SERLI NIM. 111021024 FAKULTAS KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan pemberantasan DBD telah berlangsung lebih kurang 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian dari

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO Dian Wahyu Laily*, Dina V. Rombot +, Benedictus S. Lampus + Abstrak Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan penyebab kematian bagi penderitanya. Penyakit menular adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus. BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human Health Organization) dalam penanggulangan HIV/AIDS di Kota Medan. Dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama masyarakat internasional dan merupakan jenis penyakit yang berpotensi

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 (Factors Related to Hygiene of Scabies Patients in Panti Primary Health Care 2014) Ika Sriwinarti, Wiwien Sugih

Lebih terperinci

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi dan kondisi Indonesia dalam bidang kependudukan, kualitasnya saat ini masih sangat memprihatinkan. Hal ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan perhatian

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA WABAH RABIES DI WILAYAH KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA WABAH RABIES DI WILAYAH KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2012 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA WABAH RABIES DI WILAYAH KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2012 TESIS Oleh JULIANDI 107032102/IKM PROGRAM STUDI S2

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMILIK ANJING DENGAN UPAYA PENCEGAHAN RABIES DI PUSKESMAS TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMILIK ANJING DENGAN UPAYA PENCEGAHAN RABIES DI PUSKESMAS TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMILIK ANJING DENGAN UPAYA PENCEGAHAN RABIES DI PUSKESMAS TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA Julien Patricya Lesnussa Mulyadi Reginus Malara Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU PADA BALITA YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN

KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU PADA BALITA YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU PADA BALITA YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN 2010- Isri Rezta Prianty 1, Sori Muda 2, Rasmaliah 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU Menimbang : a. bahwa rabies merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Responden Profil masyarakat pemelihara anjing pemburu maupun masyarakat pemelihara anjing bukan pemburu yang digambarkan dalam penelitian ini meliputi agama, umur,dan pendidikan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR MINAHASA Trifena Manaroinsong*, Woodford B. S Joseph*,Dina V Rombot** *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PEMILIK ANJING DENGAN PEMELIHARAAN ANJING DALAM UPAYA MENCEGAH RABIES DI KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI

HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PEMILIK ANJING DENGAN PEMELIHARAAN ANJING DALAM UPAYA MENCEGAH RABIES DI KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PEMILIK ANJING DENGAN PEMELIHARAAN ANJING DALAM UPAYA MENCEGAH RABIES DI KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI T E S I S Oleh OCTAVIA R. R. MARPAUNG 057023013/ IKM PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN BARAT Menimbang : a. bahwa Rabies adalah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue menjadi masalah kesehatan yang sangat serius di Indonesia. Kejadian demam berdarah tidak kunjung berhenti walaupun telah banyak program dilakukan

Lebih terperinci

Karena itu mereka sudah sejak awalnya berpendapat bahwa penyakit di daerah panas ini ganjil. Penyakit Tropik Di Indonesia

Karena itu mereka sudah sejak awalnya berpendapat bahwa penyakit di daerah panas ini ganjil. Penyakit Tropik Di Indonesia Di Asia, termasuk Indonesia, penanganan penyakit seperti kusta, tuberkulosis, kaki gajah, frambusia dan kala-azar, masih merupakan masalah yang besar, terutama pada masyarakat miskin, pedesaan dan marginal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tikus. Manusia dapat terinfeksi oleh patogen ini melalui kontak dengan urin

BAB I PENDAHULUAN. tikus. Manusia dapat terinfeksi oleh patogen ini melalui kontak dengan urin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leptospirosis atau penyakit kuning merupakan penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyakit ini disebabkan bakteri Leptospira Icterohaemorrhagiae

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita ABSTRAK GAMBARAN PERILAKU MENCUCI TANGAN PADAPENDERITA DIARE DI DESA KINTAMANI KABUPATEN BANGLI BALI TAHUN 2015 Steven Awyono Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Diare masih merupakan penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders) sebagaimana telah didiskusikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders) sebagaimana telah didiskusikan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi rencana pembangunan jangka panjang nasional 2005-2025 adalah Indonesia yang maju, adil, dan makmur. Visi tersebut direalisasikan pada empat misi pembangunan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health Organization (WHO) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2010-2014 difokuskan pada delapan fokus prioritas, salah satunya adalah pengendalian

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011 Rinaldy Alexander, 2014. Pembimbing : July Ivone, dr, MKK, MPd.Ked Prof. Dr dr. Susy Tjahjani, M.Kes Latar belakang

Lebih terperinci

Sebaran Umur Korban Gigitan Anjing Diduga Berpenyakit Rabies pada Manusia di Bali. (The Distribution of Ages on Victims of Rabies in Bali)

Sebaran Umur Korban Gigitan Anjing Diduga Berpenyakit Rabies pada Manusia di Bali. (The Distribution of Ages on Victims of Rabies in Bali) Sebaran Umur Korban Gigitan Anjing Diduga Berpenyakit Rabies pada Manusia di Bali (The Distribution of Ages on Victims of Rabies in Bali) Calvin Iffandi 1, Sri Kayati Widyastuti 3, I Wayan Batan 1* 1 Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan kesehatan. Pentingnya pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas bagi masyarakat karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Soil Transmitted Helminth (STH) atau penyakit kecacingan yang penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya standar hidup seseorang (Todaro,2000). Oleh karena itu, status kesehatan yang relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DI RAWAT JALAN DI KLINIK ALIFA DIABETIC CENTRE MEDAN TAHUN SKRIPSI.

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DI RAWAT JALAN DI KLINIK ALIFA DIABETIC CENTRE MEDAN TAHUN SKRIPSI. KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DI RAWAT JALAN DI KLINIK ALIFA DIABETIC CENTRE MEDAN TAHUN 2013-2014 SKRIPSI Oleh : SITI MUTHI AH ELSANDI NIM. 111000024 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ditemukan peningkatan kasus penyakit zoonosis di

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ditemukan peningkatan kasus penyakit zoonosis di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ditemukan peningkatan kasus penyakit zoonosis di dunia dan Indonesia yang ditularkan oleh hewan ke manusia. Penyakit zoonosis adalah penyakit

Lebih terperinci

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan pembangunan di Indonesia memberi dampak pada bergesernya pola penyakit. Selain penyakit infeksi, saat ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dunia yang dapat

Lebih terperinci

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN, PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 i KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 Oleh : YAATHAVI A/P PANDIARAJ 100100394 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diare adalah penyakit yang terjadi karena perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu organisasi melalui tenaga medis professional yang teroganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran,

Lebih terperinci

UNIVERSI MEDAN. Universitas Sumatera Utara

UNIVERSI MEDAN. Universitas Sumatera Utara PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA MEDAN BERDASARKAN DATA DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN TAHUN 2011 Oleh : Anita Fitriani 090100286 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSI ITAS SUMATERA UTARA U MEDAN 20122 PREVALENSI

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes. ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2015 Annisa Nurhidayati, 2016, Pembimbing 1 Pembimbing 2 : July Ivone, dr.,mkk.,m.pd.ked. : Triswaty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit

Lebih terperinci

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Diabetes mellitus DAN DETEKSI DINI DENGAN MINAT DETEKSI DINI PADA MASYARAKAT DI DESA DRONO KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN 1 Tedy Candra Lesmana 2 Susi Damayanti 1,2 Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia. Sebagian besar kematian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA ABSTRAK Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi oportunistik yang paling sering dijumpai pada pasien HIV. Adanya hubungan yang kompleks antara HIV dan TB dapat meningkatkan mortalitas maupun morbiditas.

Lebih terperinci

PEMETAAN KORBAN GIGITAN ANJING RABIES DI KABUPATEN TANA TORAJA TAHUN MAPPING OF VICTIM DOG BITE RABIES IN TANA TORAJA

PEMETAAN KORBAN GIGITAN ANJING RABIES DI KABUPATEN TANA TORAJA TAHUN MAPPING OF VICTIM DOG BITE RABIES IN TANA TORAJA PEMETAAN KORBAN GIGITAN ANJING RABIES DI KABUPATEN TANA TORAJA TAHUN 2009-2011 MAPPING OF VICTIM DOG BITE RABIES IN TANA TORAJA 2009-2011 1 Pebrianty, 2 Ridwan Amiruddin, 2 Ida Leida M.Thaha 1 Alumni Bagian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF YANG DIRAWAT INAP DI RSD KOLONEL ABUNDJANI BANGKO KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI TAHUN 2009

KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF YANG DIRAWAT INAP DI RSD KOLONEL ABUNDJANI BANGKO KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI TAHUN 2009 KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF YANG DIRAWAT INAP DI RSD KOLONEL ABUNDJANI BANGKO KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : VERARICA SILALAHI NIM. 061000152 FAKULTAS

Lebih terperinci