DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN"

Transkripsi

1 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR: 43 /PB/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBER DARI PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI, REKENING DANA INVESTASI, DAN REKENING PEMBANGUNAN DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 107/PMK.06/2005 tentang Penyelesaian Piutang Negara Yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi, dan Rekening Pembangunan Daerah, telah ditetapkan pengaturan mengenai Penyelesaian Piutang Negara Yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi, dan Rekening Pembangunan Daerah pada Perusahaan Daerah Air Minum; b. bahwa penyelesaian piutang negara tersebut pada huruf a menyangkut berbagai aspek yang melibatkan berbagai pihak sehingga memungkinkan timbulnya penafsiran yang berbeda atas ketentuan-ketentuan yang ada dalam Peraturan Menteri Keuangan dimaksud; c. bahwa sebagai upaya untuk menghindarkan kerancuan dalam penafsiran sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu ditetapkan ketentuan pelaksanaan dari Peraturan Menteri Keuangan dimaksud; d. bahwa sehubungan dengan itu dipandang perlu menetapkan ketentuan pelaksanaan dari Peraturan Menteri Keuangan No. 107/PMK.06/2005 dalam suatu Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Penyelesaian Piutang Negara Yang Bersumber Dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi, Dan Rekening Pembangunan Daerah Pada Perusahaan Daerah Air Minum. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2 2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 355); 3. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4488); 5. Peraturan Menteri Keuangan No. 107/PMK.06/2005 tentang Penyelesaian Piutang Negara Yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi, dan Rekening Pembangunan Daerah; 6. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 302/KMK.01/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan; 7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBER DARI PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI, REKENING DANA INVESTASI, DAN REKENING PEMBANGUNAN DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini, yang dimaksud dengan: 1. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.

3 2. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan. 3. Kepala Daerah adalah Gubernur bagi Pemerintah Provinsi, Bupati bagi Pemerintah Kabupaten, dan Walikota bagi Pemerintah Kota. 4. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah unit pengelola dan pelayanan air bersih kepada masyarakat milik pemerintah daerah berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1962 jo. UU No.6 Tahun Subsidiary Loan Agreement (SLA) atau Perjanjian Penerusan Pinjaman adalah perjanjian penerusan pinjaman yang dananya bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri oleh Pemerintah Pusat kepada PDAM. 6. Pinjaman Rekening Dana Investasi (RDI) adalah pinjaman yang dananya bersumber dari RDI kepada PDAM. 7. Pinjaman Rekening Pembangunan Daerah (RPD) adalah pinjaman yang dananya bersumber dari RPD kepada PDAM. 8. Piutang Negara adalah jumlah utang yang wajib dibayar oleh PDAM kepada Pemerintah Pusat sebagai akibat perjanjian penerusan pinjaman dan/atau perjanjian pinjaman yang bersumber dari RDI dan/atau RPD. 9. Rencana Perbaikan Kinerja Perusahaan (RPKP) adalah dokumen yang berisi rencana tindak perbaikan kinerja yang ditinjau dari berbagai aspek, yang akan dilakukan oleh PDAM untuk meningkatkan pendapatan agar dapat memenuhi kewajiban pembayaran piutang negara. 10. Cut off date adalah tanggal terakhir perhitungan pembebanan Piutang Negara pada PDAM. BAB II OPTIMALISASI PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA Pasal 2 (1) Optimalisasi Penyelesaian Piutang Negara merupakan upaya pengurangan beban pembayaran kewajiban PDAM melaui restrukturisasi Piutang Negara pada PDAM, yang didasarkan pada hasil evaluasi kinerja dan hasil evaluasi RPKP dalam rangka

4 penyehatan PDAM dengan meminimalisasi berkurangnya penerimaan Negara. (2) Optimalisasi Penyelesaian Piutang Negara kepada PDAM dilakukan melalui tahapan restrukturisasi sebagai berikut: a. penjadwalan kembali pembayaran utang pokok, tunggakan bunga/biaya administrasi, tunggakan denda, dan tunggakan biaya-biaya lainnya; b. perubahan persyaratan utang; c. pengurangan tunggakan bunga/biaya administrasi dan tunggakan denda. Pasal 3 (1) Untuk dapat mengikuti program Optimalisasi Penyelesaian Piutang Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), PDAM harus menunjukkan salah satu tingkat keberhasilan di bawah ini: a. Cukup; b. Kurang; c. Tidak baik. (2) Tingkat keberhasilan sebagaimana tersebut dalam ayat (1) harus didasarkan pada laporan hasil evaluasi kinerja PDAM satu tahun terakhir, sesuai Pasal 2 ayat (1) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum. (3) Pelaksanaan evaluasi kinerja PDAM sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus dilaksanakan oleh auditor independen. Pasal 4 (1) PDAM yang melaksanakan pembayaran Piutang Negara kurang dari 5% (lima per seratus) dari kewajiban jatuh tempo sampai dengan cut off date, di luar biaya komitmen, hanya dapat diberikan penjadwalan kembali atas pembayaran utang pokok, tunggakan bunga/biaya administrasi, tunggakan denda, dan tunggakan biaya-biaya lainnya. (2) Pembayaran Piutang Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk pembayaran atas kewajiban yang telah dilunasi dan perjanjian pinjaman yang menjadi dasar kewajiban dimaksud telah ditutup.

5 (3) Dengan tidak megurangi berlakunya ketentuan ayat (1), PDAM dimungkinkan mengikuti restrukturisasi tahap berikutnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b dan huruf c apabila PDAM menyatakan secara tertulis bahwa Piutang Negara pada PDAM yang bersangkutan digunakan untuk membiayai salah satu proyek di bawah ini: a. proyek yang bukan kehendak PDAM dan proyek tersebut sama sekali tidak menghasilkan penerimaan; b. proyek yang tidak berfungsi karena kerusuhan massa atau bencana alam, yang menyebabkan proyek tersebut sama sekali tidak menghasilkan penerimaan. (4) Pernyataan sebagaimana tersebut pada ayat (3) harus diakui kebenarannya secara tertulis oleh Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM). (5) Pengakuan kebenaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) harus disertai keterangan kajian yang menunjukkan alasan pembangunan proyek yang tidak dikehendaki, berikut lembaga yang seharusnya bertanggungjawab terhadap kewajiban PDAM terkait dengan proyek dimaksud atau kajian yang mampu membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara kerusuhan massa atau bencana alam yang terjadi dan penyebab penurunan kemampuan PDAM dalam membayar kewajiban pengembalian pinjamannya. Pasal 5 (1) Cut off date dalam memperhitungkan kewajiban yang terkait dengan restrukturisasi, tidak boleh lebih dari 6 (enam) bulan sebelum tanggal pengajuan permohonan restrukturisasi. (2) Dalam hal PDAM memiliki lebih dari 1 (satu) pinjaman, cut off date untuk semua pinjaman ditetapkan dalam 1 (satu) tanggal. BAB III RENCANA PERBAIKAN KINERJA PERUSAHAAN Pasal 6 (1) RPKP merupakan dokumen yang berisi rencana PDAM dalam melakukan optimalisasi kegiatan operasional perusahaan, yang akan dilaksanakan sejak tanggal cut off date pinjaman sampai dengan waktu pinjaman berakhir.

6 (2) RPKP PDAM hanya dapat dijadikan dasar pemrosesan upaya pengurangan beban pembayaran kewajiban PDAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) apabila telah disetujui oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota DPRD. (3) Dalam hal RPKP mencantumkan rencana kegiatan ekspansi dalam rangka pencapaian sasaran Millenium Development Goal (MDG), RPKP hanya dapat dijadikan dasar pemrosesan upaya pengurangan beban pembayaran kewajiban PDAM sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) apabila: a. memenuhi persyaratan dalam ayat (2); b. rencana kegiatan ekspansi dimaksud didasarkan pada Perhitungan dan Analisis Kelayakan Investasi dengan menggunakan discount rate minimal sama dengan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang Rupiah yang mempunyai sisa jangka waktu sama dengan jangka waktu restrukturisasi pinjaman. (4) Perhitungan dan Analisis Kelayakan Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, dapat dilakukan oleh Badan Pendukung Pengembangan Sistem Pelayanan Air Minum (BPPSPAM). (5) RPKP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus dilampiri rencana tindak 4 (empat) tahunan, yang akan diikuti dengan penyampaian rencana tindak 4 (empat) tahunan berikutnya setiap 4 tahun sampai dengan jangka waktu pinjaman berakhir. (6) RPKP harus berisi rencana tindak perbaikan berupa optimalisasi kegiatan operasional perusahaan yang mempunyai keterkaitan langsung dengan kondisi, permasalahan, dan penyebab permasalahan, pada PDAM dimaksud. (7) Rencana tindak sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) sekurangkurangnya harus berisi rencana investasi dan rencana sumber pendanaan investasi, yang disajikan dalam proyeksi keuangan PDAM yang bersangkutan. (8) RPKP harus mencantumkan rencana restrukturisasi pinjaman yang diminta PDAM, yang meliputi perlakuan terhadap: a. tunggakan secara keseluruhan sampai dengan cut off date; b. utang pokok dan bunga/biaya administrasi masa tenggang yang belum jatuh tempo.

7 yang dikaitkan dengan upaya perbaikan keseluruhan kinerja PDAM dimaksud. (9) RPKP harus memuat proyeksi keuangan, yang terdiri dari Proyeksi Rugi Laba, Proyeksi Arus Kas, dan Proyeksi Neraca, selama jangka waktu pinjaman. (10) Proyeksi keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (9) harus didasarkan pada laporan keuangan selama tiga tahun terakhir yang telah diaudit dan realisasi anggaran perusahaan tahun berjalan. (11) Proyeksi keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) sekurangkurangnya harus menunjukkan hal-hal sebagai berikut: a. Saldo kas minimum, termasuk di dalamnya deposito jangka waktu pendek, dapat mencukupi kebutuhan biaya operasi dan pemeliharaan paling sedikit 45 (empat puluh lima) hari dan paling banyak 90 (sembilan puluh) hari; b. Cadangan atau deposito jangka panjang paling banyak 1 kali jumlah saldo kas minimum sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. Perputaran persediaan paling lama 2,25 bulan; d. Rasio kemampuan membayar pinjaman (DCR) minimal 1,0 kali tiap tahun selama masa restrukturisasi; e. Penekanan tingkat kebocoran air minimal 1% setiap tahun, sehingga pada akhir periode restrukturisasi periode penagihan piutang paling tinggi 45 hari; f. Efisiensi pegawai per 1000 pelanggan setiap tahun secara proporsional terhadap pertambahan jumlah pelanggan sehingga pada akhir periode restrukturisasi mencapai standar maksimal efisiensi pegawai sebesar 6 pegawai per 1000 pelanggan; g. Kenaikan tarif secara berkala setiap tahun minimal sebesar tingkat inflasi sehingga pada akhir masa periode restrukturisasi mencapai standar tarif minimal 10% di atas pemulihan biaya penuh (full cost recovery). BAB IV TAHAPAN RESTRUKTURISASI Bagian Pertama Penjadwalan Kembali

8 Pasal 7 (1) Penjadwalan kembali pembayaran utang pokok meliputi penjadwalan kembali pembayaran tunggakan utang pokok sampai dengan cut off date dan penjadwalan kembali pembayaran utang pokok yang belum jatuh tempo. (2) Penjadwalan kembali pembayaran bunga/biaya administrasi meliputi penjadwalan kembali pembayaran tunggakan bunga/biaya administrasi sampai dengan cut off date dan penjadwalan kembali pembayaran bunga/biaya administrasi masa tenggang yang belum jatuh tempo. (3) Penjadwalan kembali pembayaran denda meliputi penjadwalan kembali pembayaran tunggakan denda sampai dengan cut off date. (4) Penjadwalan kembali pembayaran tunggakan biaya komitmen meliputi penjadwalan kembali pembayaran tunggakan biaya komitmen sampai dengan cut off date. (5) Penjadwalan kembali pembayaran utang pokok, penjadwalan kembali pembayaran bunga/biaya administrasi, dan penjadwalan kembali pembayaran denda, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), dapat dilakukan dengan atau tanpa perpanjangan jangka waktu pinjaman. (6) Dalam hal penjadwalan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan dengan perpanjangan jangka waktu pinjaman, maka perpanjangan jangka waktu pinjaman dimaksud dibatasi paling lama 20 (dua puluh) tahun. (7) a. Dalam hal jangka waktu pinjaman belum terlewati, penjadwalan kembali pembayaran tunggakan biaya komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya dapat dilakukan tanpa perpanjangan jangka waktu pinjaman. b. Dalam hal jangka waktu pinjaman telah terlewati, penjadwalan kembali pembayaran tunggakan biaya komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan dengan perpanjangan jangka waktu pinjaman, dengan ketentuan perpanjangan jangka waktu dimaksud paling banyak 4 (empat) kali pembayaran dan paling lama 2 (dua) tahun. (8) Dalam restrukturisasi pinjaman PDAM, untuk 4 (empat) tahun pertama sejak cut off date, PDAM dimungkinkan tidak melakukan pembayaran atas berbagai kewajiban pinjaman, kecuali:

9 a. bunga/biaya administrasi berjalan b. tunggakan bunga/biaya administrasi yang telah direstrukturisasi; c. tunggakan denda yang telah direstrukturisasi; d. tunggakan biaya komitmen yang telah direstrukturisasi. (9) Penetapan jangka waktu penjadwalan kembali pinjaman sebagaimana tersebut pada ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) huruf b didasarkan pada proyeksi kemampuan arus kas yang tercermin pada hal-hal sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (11) huruf a sampai dengan huruf d. Pasal 8 (1) Rencana pembayaran tunggakan, utang pokok yang belum jatuh tempo dan bunga/biaya administrasi masa tenggang yang belum jatuh tempo harus dilakukan dengan pembebanan secara prorata. (2) Tunggakan utang pokok dan utang pokok belum jatuh tempo, yang dijadwalkan kembali, dikenakan bunga/biaya administrasi. (3) Tunggakan bunga/biaya administrasi, tunggakan biaya komitmen, dan tunggakan denda, yang dijadwalkan kembali, sepanjang pembayarannya dilakukan tepat waktu dan tepat jumlah sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dalam penjadwalan kembali, tidak dikenakan biaya bunga/biaya administrasi. (4) Dalam hal kas PDAM pada proyeksi arus kas tidak mencukupi untuk dilakukannya alokasi pembebanan pembayaran secara pronata terhadap tunggakan kewajiban, utang pokok yang belum jatuh tempo dan bunga/biaya administrasi masa tenggang yang belum jatuh tempo, maka kas yang dialokasikan untuk pembayaran kewajiban pinjaman, setelah terlebih dahulu dikurangi dengan kewajiban pembayaran bunga/biaya administrasi berjalan dan tunggakan biaya komitmen, dialokasikan untuk pembayaran tunggakan dan pembayaran kewajiban belum jatuh tempo secara proporsional berdasarkan komposisi kewajiban utang pokok, tunggakan bunga/biaya administrasi, dan tunggakan denda.

10 Bagian Kedua Perubahan Persyaratan Pasal 9 (1) Perubahan persyaratan dibatasi hanya pada penurunan tingkat bunga/biaya administrasi atas Piutang Negara pada PDAM. (2) Penurunan tingkat bunga/biaya administrasi diberikan kepada PDAM yang memiliki kas tidak mencukupi, yang ditunjukkan dengan rasio kemampuan membayar kembali kurang dari 1,0 kali untuk pembayaran Piutang Negara, apabila hanya diberikan penjadwalan kembali sampai batas paling lama sebagaimana Pasal 7 ayat (6). (3) Penurunan tingkat bunga/biaya administrasi ditentukan sebagai berikut : a. Paling banyak 4% (empat per seratus) di bawah tingkat bunga/biaya administrasi pinjaman yang telah ditentukan sebelumnya untuk pinjaman dalam mata uang Rupiah dengan ketentuan tingkat bunga/biaya administrasi yang baru tidak lebih kecil dari 8,3% (delapan koma tiga per seratus); b. Paling banyak 0,25% (nol koma dua lima per seratus) di bawah tingkat bunga/biaya administrasi pinjaman yang telah ditetapkan sebelumnya untuk pinjaman dalam mata uang asing. (4) Penetapan besarnya penurunan tingkat bunga/biaya administrasi sebagaimana dimaksud ayat (3) didasarkan pada proyeksi kemampuan arus kas yang tercermin pada hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (11) huruf a sampai dengan huruf d. (5) Penurunan tingkat bunga/biaya administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berlaku sejak cut-off date sampai dengan masa restrukturisasi Piutang Negara berakhir. Bagian Ketiga Pengurangan Tunggakan Pasal 10 (1) PDAM yang dapat memperoleh pengurangan tunggakan atas Piutang Negara adalah PDAM yang memiliki kas tidak mencukupi untuk melakukan pembayaran piutang negara apabila hanya diberikan dua hal tersebut di bawah ini :

11 a. penjadwalan kembali pinjaman sampai batas paling lama sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat (6); b. penurunan tingkat bunga/biaya administrasi sampai batas paling banyak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3). (2) Pengurangan tunggakan atas Piutang Negara pada PDAM meliputi pengurangan tunggakan denda dan pengurangan tunggakan bunga/biaya administrasi sampai dengan cut-off date. (3) Pengurangan tunggakan atas Piutang Negara pada PDAM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setinggi-tingginya: a. sebesar 100% (seratus per seratus) dari tunggakan denda; b. sebesar 40% (empat puluh per seratus) dari tunggakan bunga/biaya administrasi. (4) Penetapan besarnya pengurangan tunggakan sebagaimana dimaksud ayat (3) didasarkan pada proyeksi kemampuan arus kas yang tercermin pada hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (11) huruf a sampai dengan d. (5) Dalam hal kas PDAM pada proyeksi arus kas tidak mencukupi untuk dilakukannya alokasi pembebanan pembayaran secara prorata terhadap tunggakan bunga/biaya administrasi dan tunggakan denda yang tidak dikurangi, maka kas yang dialokasikan untuk pembayaran kewajiban pinjaman, setelah terlebih dahulu dikurangi dengan kewajiban bunga/biaya administrasi berjalan dan tunggakan biaya komitmen, dialokasikan untuk pembayaran tunggakan yang tidak dikurangi dimaksud secara proporsional berdasarkan komposisi kewajiban utang pokok, sisa tunggakan bunga/biaya administrasi, dan sisa tunggakan denda. (6) Pengurangan tunggakan bunga/biaya administrasi dan tunggakan denda diberikan apabila : a. PDAM telah melaksanakan pembayaran seluruh kewajiban pinjaman yang jatuh tempo setelah direstrukturisasi; b. PDAM telah melaksanakan rencana tindak yang disepakati dengan Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan laporan atas pelaksanaan rencana tindak dimaksud dibuktikan dengan dokumen yang mendapat pengesahan dari institusi yang layak dipercaya untuk memberikan pengesahan dimaksud. (7) Permintaan dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) huruf b tidak menghilangkan hak Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, untuk minta

12 dokumen lain yang diperlukan guna melihat kemampuan PDAM dalam memenuhi kewajibannya setelah dilakukannya restrukturisasi pinjaman. (8) Tahapan pengurangan tunggakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur sebagai berikut : a. Pengurangan tunggakan pertama dilakukan setelah 2 (dua) tahun sejak tanggal penetapan Surat Persetujuan Menteri Keuangan mengenai Persetujuan Pemberian Program Optimalisasi Penyelesaian Piutang Negara; b. Pengurangan tunggakan berikutnya diberikan secara bertahap sejalan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan RPKP oleh PDAM sampai berakhirnya masa restrukturisasi. (9) Pengukuran tingkat keberhasilan yang digunakan untuk menghitung besarnya pengurangan tunggakan adalah sebagai berikut : a. Besarnya pencapaian masing-masing target Indikator RPKP (Zi) dihitung berdasarkan perbandingan antara masing-masing realisasi RPKP (Xi) dengan target masing-masing indikator RPKP (Yi) yang disajikan dalam prosentase; b. Indikator RPKP sebagaimana dimaksud pada huruf a meliputi : (1) Saldo minimum kas; (2) Cadangan atau deposito jangka panjang terhadap saldo kas minimum; (3) Perputaran persediaan; (4) Rasio kemampuan membayar pinjaman (DCR); (5) Tingkat Kebocoran Air (TKA); (6) Periode penagihan piutang; (7) Rasio pegawai per 1000 pelanggan; dan (8) Kenaikan tarif rata-rata. c. Perhitungan perbandingan antara realisasi dan target dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Zi = Xi x 100% Yi d. Prosentase pencapaian indikator pada RPKP untuk masingmasing tahap pengurangan tunggakan (Mn) dihitung dari ratarata hasil perhitungan butir c; Mn = Z x 100% Jumlah indikator

13 e. Besaran pengurangan tunggakan masing-masing tahap (Qn) dihitung dengan cara (Mn) dikalikan dengan jumlah pengurangan tunggakan yang ditetapkan dalam Surat Persetujuan Menteri (Qb) yang diberikan kepada PDAM dan membaginya dengan jumlah tahap pengurangan tunggakan (t); f. Perhitungan besaran pengurangan tunggakan (Qn) tiap-tiap tahun dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Qn = Mn X Qb X 1 t Ket: Xi : realisasi masing-masing indikator RPKP Yi : target masing-masing indikator RPKP Zi : perbandingan antara realisasi masing-masing indikator (Xi) dan target pencapaian RPKP masingmasing indikator (Yi) Mn : rata-rata prosentase pencapaian indikator pada masing-masing tahap penghapusan Qn : jumlah pengurangan tunggakan pada tahap ke-n Qb : jumlah pengurangan tunggakan yang ditetapkan dalam Surat Persetujuan Menteri t : jumlah tahap pengurangan tunggakan (jangka waktu pinjaman dikurangi 1) g. Dalam hal jumlah Qn pada tahap terakhir pengurangan tunggakan melebihi sisa dari jumlah pengurangan tunggakan yang ditetapkan dalam Surat Persetujuan Menteri, maka jumlah pengurangan tunggakan tahap terakhir yang diberikan hanya sebesar sisa dari jumlah pengurangan tunggakan yang ditetapkan dalam Surat Persetujuan Menteri. BAB V PEMBAYARAN PIUTANG NEGARA Pasal 11 (1) Dalam hal PDAM membayar kewajiban pinjaman lebih kecil daripada jumlah kewajiban yang jatuh tempo setelah disetujuinya restrukturisasi, maka pembayaran tersebut dialokasikan secara proporsional untuk masing-masing kewajiban yang jatuh tempo. (2) Kekurangan pembayaran atas kewajiban yang jatuh tempo sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diperlakukan sebagai tunggakan dan dikenakan bunga/biaya administrasi sebesar tingkat

14 bunga/biaya administrasi yang berlaku pada pinjaman dimaksud setelah dilakukannya restrukturisasi. BAB VI TATA CARA RESTRUKTURISASI Bagian Pertama Pengajuan Permintaan Restrukturisasi Pasal 12 (1) PDAM yang ingin mengikuti program Optimalisasi Penyelesaian Piutang Negara harus menyampaikan permintaan tertulis kepada Menteri untuk dilakukannya restrukturisasi Piutang Negara pada PDAM yang bersangkutan, dengan melampirkan dokumen pendukung sebagai berikut: a. Laporan keuangan PDAM 3 (tiga) tahun terakhir yang telah diaudit oleh auditor independen; b. Laporan hasil evaluasi kinerja PDAM 1 (satu) tahun terakhir yang telah dilakukan oleh auditor independen; c. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)/Rencana Anggaran Biaya (RAB) PDAM 3 (tiga) tahun terakhir berikut realisasi; d. RPKP yang telah disetujui Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota dan DPRD. (2) Direktur Jenderal memberitahukan kepada PDAM mengenai terpenuhinya kelengkapan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas hari) hari kerja setelah tanggal diterimanya permintaan restrukturisasi berikut dokumen pendukungnya. Bagian Kedua Evaluasi dan Analisis Atas Permintaan Restrukturisasi Pasal 13 (1) Dalam hal ketentuan dan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 4 ayat (1) terpenuhi, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan, akan melakukan evaluasi dan analisis terhadap kelayakan formil maupun kelayakan

15 materiil dari RPKP berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6. (2) Evaluasi kelayakan formil dan kelayakan materiil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui analisis terhadap data yang terdapat dalam dokumen pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) untuk memastikan : a. Kebenaran data awal yang digunakan sebagai dasar proyeksi aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek keuangan dalam RPKP; b. Kelayakan rencana terperinci dari restrukturisasi yang diminta PDAM; c. Kelayakan rencana tindak yang diusulkan PDAM dan asumsi dasar yang digunakan PDAM dalam menyusun rencana tindak yang diusulkan. (3) Dalam hal kepastian akan hal-hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat diyakini kebenarannya, maka pengujian silang terhadap data yang terdapat dalam dokumen pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) akan dilakukan untuk mendapatkan keseimbangan yang objektif antara pengorbanan yang harus ditanggung pemerintah, usulan restrukturisasi yang diminta PDAM, perbaikan yang dijanjikan PDAM dalam penyediaan air minum, dan kemampuan yang dimiliki PDAM dalam mendukung perbaikan yang dijanjikannya. (4) Pengujian silang sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), termasuk tetapi tidak terbatas pada upaya penentuan : a. Besarnya kebutuhan kas untuk mencukupi kebutuhan biaya operasi dan pemeliharaan PDAM paling sedikit 45 (empat puluh lima) hari dan paling banyak 90 (sembilan puluh) hari; b. Besarnya perputaran persediaan PDAM setiap bulan; c. Besarnya kemampuan PDAM dalam membayar angsuran pinjaman; d. Besarnya kemampuan PDAM dalam upaya penekanan tingkat kebocoran setiap tahun; e. Besarnya kemampuan PDAM dalam upaya percepatan periode penagihan; f. Besarnya kemampuan PDAM dalam upaya meningkatkan tarif rata-rata penjualan air per tahun; g. Besarnya kemampuan PDAM dalam upaya menurunkan biaya operasional dan biaya investasi. (5) Pengujian silang sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dilakukan dengan menerapkan sistem yang sejauh mungkin dapat

16 menghindarkan penilaian subyektif atas hasil penentuan hal-hal dimaksud. Pasal 14 (1) Hasil akhir pengujian silang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (4) adalah penentuan : a. Lama jangka waktu penjadwalan kembali yang dapat diberikan kepada PDAM; b. Besar penurunan tingkat bunga/biaya administrasi yang dapat diberikan kepada PDAM; c. Besar pengurangan tunggakan yang dapat diberikan kepada PDAM; d. Persyaratan dan perincian yang melekat pada huruf a, huruf b, dan huruf c. (2) Hasil akhir pengujian silang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberitahukan kepada PDAM yang bersangkutan paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja sejak dilakukannya evaluasi dan analisis sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (1). Pasal 15 (1) Dalam hal tidak terdapat tanggapan secara tertulis dari PDAM yang bersangkutan sampai dengan 15 (lima belas) hari kerja sejak tanggal pengiriman pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), PDAM dianggap telah menerima hasil akhir pengujian silang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) yang diberitahukan kepada PDAM dimaksud. (2) Dalam hal terdapat keberatan atas hasil pengujian silang yang diberitahukan kepadanya, PDAM dapat mengajukan keberatan atas hal tersebut kepada Direktur Jenderal dengan menyertakan dokumen atau alat bukti lain yang dapat dianggapnya mendukung keberatannya. (3) Atas keberatan tersebut akan dilakukan pengujian silang ulang untuk mengkaji kembali hasil pengujian silang yang telah disampaikan kepada PDAM. (4) Hasil pengujian silang ulang akan disampaikan kepada Direktur Jenderal untuk mendapatkan keputusan mengenai kebenarannya. (5) Keputusan Direktur Jenderal sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) bersifat final, dan atasnya tidak dimungkinkan diajukan keberatan oleh PDAM. (6) Keputusan Direktur Jenderal sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) diberitahukan kepada PDAM yang bersangkutan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya keberatan PDAM

17 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berikut dokumen atau alat bukti lain pendukungnya secara lengkap. Pasal 16 (1) Dalam hal tidak terdapat tanggapan secara tertulis dari PDAM yang bersangkutan sampai dengan 15 (lima belas) hari kerja sejak tanggal pengiriman pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (6), PDAM dianggap tidak menerima keputusan Direktur Jenderal atas hasil pengujian silang ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4). (2) Dalam hal PDAM tidak menerima hasil pengujian silang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) dan tidak pula menerima hasil pengujian silang ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4), permintaan restrukturisasi tidak akan diproses lebih lanjut. (3) Menteri tidak berkewajiban untuk mengembalikan sebagian atau seluruh berkas yang pernah disampaikan PDAM dalam rangka permintaan restrukturisasi atas kewajiban pinjamannya. Pasal 17 Dalam hal PDAM menerima hasil pengujian silang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) atau menerima hasil pengujian silang ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4), pemrosesan permintaan restrukturisasi akan dilanjutkan kepada Menteri. Pasal 18 (1) Dalam hal pemrosesan permintaan restrukturisasi dilanjutkan kepada Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Direktur Jenderal hanya akan mengajukan berkas pemrosesan permintaan restrukturisasi kepada Menteri untuk mendapatkan penetapan Menteri atas restrukturisasi sesuai dengan hasil pengujian silang sebagaimana dimaksud Pasal 14 ayat (2) atau seperti yang diputuskan Direktur Jenderal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4) yang sudah diterima oleh PDAM, setelah diterimanya surat pernyataan tentang komitmen untuk melaksanakan RPKP PDAM berikut konsekuensi yang timbul dari hal itu dari Kepala Daerah dan DPRD. (2) Berdasarkan penetapan Menteri sebagaimana dimaksud ayat (1), Direktorat Jenderal Perbendaharaan bersangkutan melakukan

18 amandemen perjanjian pinjaman atau perjanjian penerusan pinjaman antara pemerintah dan PDAM yang bersangkutan. BAB VII PELAPORAN Pasal 19 (1) Selama jangka waktu restrukturisasi Piutang Negara, PDAM wajib menyampaikan laporan pelaksanaan RPKP kepada Direktur Jenderal. (2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) untuk periode Januari-Juli paling lambat dilakukan tanggal 1 Agustus dan untuk periode Januari-Desember paling lambat dilakukan tanggal 1 Februari tahun berikutnya. (3) PDAM wajib menyampaikan kepada Direktur Jenderal tembusan draft RKAP/RAB untuk tahun anggaran berikutnya paling lambat tanggal 1 Oktober. (4) PDAM wajib menyampaikan laporan keuangan yang diaudit oleh auditor independen paling lambat 2 (dua) bulan sejak laporan dimaksud ditetapkan. (5) PDAM wajib menyampaikan laporan hasil evaluasi kinerja yang dibuat oleh auditor independen paling lambat 2 (dua) bulan sejak laporan dimaksud ditetapkan. BAB VIII EVALUASI DAN PEMANTAUAN ATAS PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI Pasal 20 (1) Direktur melakukan evaluasi dan pemantauan atas pelaksanaan restrukturisasi Piutang Negara pada PDAM secara periodik selama jangka waktu restrukturisasi pinjaman untuk memonitor pelaksanaan RPKP dalam rangka meminimalisasi kegagalan pelaksanaan restrukturisasi.

19 (2) Dalam melakukan evaluasi dan pemantauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Direktur Jenderal dapat menunjuk pihak lain untuk bertindak sebagai konsultan atau nara sumber teknis atas biaya Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan. (3) Dalam hal hasil evaluasi dan pemantauan menunjukkan indikasi penyimpangan pelaksanaan RPKP, Direktur Jenderal mengingatkan secara tertulis PDAM yang bersangkutan agar mengupayakan dilaksanakannya RPKP sekaligus menjelaskan konsekuensi keuangan atas restrukturisasi yang telah disetujui apabila PDAM mengalami kegagalan dalam pelaksanaan RPKP. BAB IX SANKSI Pasal 21 (1) Dalam hal PDAM tidak berhasil melaksanakan RPKP yang dijanjikan dalam rangka Program Optimalisasi Penyelesaian Piutang Negara setelah ditandatanganinya persetujuan restrukturisasi, dan tidak melakukan pembayaran tepat jumlah dalam 2 (dua) kali jatuh tempo berturut-turut, penyelesaian piutang negara tunduk pada persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian sebelum dilakukannya restrukturisasi. (2) Dalam hal PDAM tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud Pasal 19 ayat (1), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5), selama 2 (dua) kali berturut-turut, PDAM dianggap tidak melaksanakan RPKP. BAB X KEWENANGAN PENETAPAN PENGURANGAN TUNGGAKAN Pasal 22 Dalam hal penetapan Menteri atas restrukturisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) mengandung pengurangan tunggakan bunga/biaya administrasi dan tunggakan denda kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c, penetapan pengurangan tunggakan dimaksud dilakukan oleh :

20 a. Menteri untuk jumlah sampai dengan Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah); b. Presiden untuk jumlah lebih dari Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai dengan Rp ,00 (seratus miliar rupiah); dan c. Presiden dengan persetujuan DPR untuk jumlah lebih dari Rp ,00 (seratus miliar rupiah). BAB XI KETENTUAN LAIN Pasal 23 Dalam penetapan Menteri atas restrukturisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) mengandung berbagai kemudahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), maka berbagai biaya yang terkait dengan perjanjian pinjaman yang mendapat kemudahan dimaksud, termasuk tapi tidak terbatas pada jasa bank penatausaha, harus dilakukan penyesuaian secara proporsional dengan kemudahan yang diberikan dalam penetapan Menteri dimaksud. BAB XII PENUTUP Pasal 24 Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 25 Agustus 2006 DIREKTUR JENDERAL ttd. MULIA P. NASUTION NIP

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 107/PMK.06/2005

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 107/PMK.06/2005 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 107/PMK.06/2005 TENTANG PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBER DARI PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI, REKENING DANA INVESTASI, DAN REKENING PEMBANGUNAN DAERAH MENTERI

Lebih terperinci

Page 1 of 5 Perihal : PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBER DARI PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI, REKENING DANA INVESTASI, DAN REKENING PEMBANGUNAN DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM Tanggal Terbit

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa dalam rangka perbaikan kondisi keuangan Perusahaan Daerah Air Minum sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu meningkatkan e

2016, No c. bahwa dalam rangka perbaikan kondisi keuangan Perusahaan Daerah Air Minum sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu meningkatkan e BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 280, 2016 KEMENKEU. PDAM. Piutang Negara. Penyelesaian. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

1 of 5 21/12/ :38

1 of 5 21/12/ :38 1 of 5 21/12/2015 14:38 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/PMK.05/2012 TENTANG PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBER DARI PENERUSAN

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESlA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESlA SALIN AN MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESlA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 /PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBER DARI PENERUSAN PINJAMAN LUAR

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 153/PMK.05/2008 TENTANG PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBER DARI PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI, REKENING DANA INVESTASI,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.682, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Penyelesaian. Piutang Negara. Perusahaan Daerah Air Minum. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/PMK.05/2012 TENTANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 17/PMK.05/2007 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 17/PMK.05/2007 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 17/PMK.05/2007 TENTANG PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBER DARI NASKAH PERJANJIAN PENERUSAN PINJAMAN DAN PERJANJIAN PINJAMAN

Lebih terperinci

2016, No Investasi pada Badan Usaha Milik Negara/Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam huruf a, belum memuat pengaturan penyelesaian pi

2016, No Investasi pada Badan Usaha Milik Negara/Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam huruf a, belum memuat pengaturan penyelesaian pi No.147, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Piutang Negara. Optimalisasi. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA OPTIMALISASI

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR Per-53/PB/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBER

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176 /PMK. 05/20 16 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBER DARI PENERUSAN PINJAMAN LUAR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 120/PMK.05/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 120/PMK.05/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 120/PMK.05/2008 TENTANG PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBER DARI PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI, REKENING DANA INVESTASI, DAN REKENING PEMBANGUNAN DAERAH PADA PERUSAHAAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PERATURAN NOMOR 120 /PMK.05/ 2008 TANGGAL 19 AGUSTUS 2008 TENTANG PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBER DARI PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI, REKENING DANA INVESTASI, DAN REKENING PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur. No.515, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229/PMK. 01/2009 TENTANG TATACARA PELAKSANAAN PEMBERIAN

Lebih terperinci

Tata Kerja Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan; 7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 259/KMK.017/1993 tanggal 27 Pebruari 1993

Tata Kerja Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan; 7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 259/KMK.017/1993 tanggal 27 Pebruari 1993 KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 346 /KMK.017/2000 TENTANG PENGELOLAAN REKENING DANA INVESTASI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan penerapan sistem pencatatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174/PMK.08/2016 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN KEPADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT SARANA MULTI INFRASTRUKTUR DALAM RANGKA PENUGASAN PENYEDIAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN DAN SUBSIDI BUNGA OLEH PEMERINTAH PUSAT DALAM RANGKA PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.05/2015 TENTANG TINGKAT SUKU BUNGA DAN PENATAUSAHAAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.05/2015 TENTANG TINGKAT SUKU BUNGA DAN PENATAUSAHAAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.05/2015 TENTANG TINGKAT SUKU BUNGA DAN PENATAUSAHAAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN DAN SUBSIDI BUNGA OLEH PEMERINTAH PUSAT DALAM RANGKA PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang No.1000, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. PDN. PLN. Penerusan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 /PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PENERUSAN PINJAMAN

Lebih terperinci

2017, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017, telah tersedia pagu anggaran untuk subsidi Pajak Penghasilan ditanggung o

2017, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017, telah tersedia pagu anggaran untuk subsidi Pajak Penghasilan ditanggung o No.1400, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pajak Penghasilan. Penghapusan Piutang PDAM Tertentu. TA 2017. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134/PMK.010/2017 TENTANG PAJAK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.07/2006 TENTANG TATACARA PENERBITAN, PERTANGGUNGJAWABAN, DAN PUBLIKASI INFORMASI OBLIGASI DAERAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.07/2006 TENTANG TATACARA PENERBITAN, PERTANGGUNGJAWABAN, DAN PUBLIKASI INFORMASI OBLIGASI DAERAH PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.07/2006 TENTANG TATACARA PENERBITAN, PERTANGGUNGJAWABAN, DAN PUBLIKASI INFORMASI OBLIGASI DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.04/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.04/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.04/2009 TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN CUKAI UNTUK PENGUSAHA PABRIK ATAU IMPORTIR BARANG KENA CUKAI YANG MELAKSANAKAN PELUNASAN DENGAN CARA PELEKATAN PITA CUKAI MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam. No.34, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYETORAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 / PMK.02 / 2005 TENTANG TATA CARA PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DARI HASIL-HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA YANG DIPISAHKAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134/PMK.010/2017 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS PENGHASILAN DARI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134/PMK.010/2017 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS PENGHASILAN DARI PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134/PMK.010/2017 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS PENGHASILAN DARI PENGHAPUSAN PIUTANG NEGARA YANG DITERIMA PERUSAHAAN DAERAH AIR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG BEA MASUK, BEA KELUAR, DAN/ATAU SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG BEA MASUK, BEA KELUAR,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG BEA MASUK, BEA KELUAR, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG BEA MASUK, BEA KELUAR, DAN/ATAU SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.163, 2017 KEMEN-KOMINFO. Layanan Pos Universal. Mekanisme Kontribusi. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

1 of 6 21/12/ :39

1 of 6 21/12/ :39 1 of 6 21/12/2015 14:39 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

Lebih terperinci

2016, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2016 tentang

2016, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2016 tentang No.1943, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penghapusan Pitang Negara. PDAM. TA 2016. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 195 /PMK.010/2016 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DITANGGUNG

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambah

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1529, 2017 KEMENKEU. LRT Jabodetabek. Pemberian Jaminan Pemerintah. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148/PMK.08/2017 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016

MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016 MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN KEPADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT SAR.ANA MULTI INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH 1 of 11 1/22/2013 2:37 PM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No. 2024,2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemberian. Jaminan. Percepatan. Jalan Tol Sumatera. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/ PMK.08/2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci

2017, No penerimaan negara bukan pajak dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana d

2017, No penerimaan negara bukan pajak dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana d BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1772, 2017 KEMENKEU. PNBP dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Negara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.02/2017 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN PENERIMAAN

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang No.82, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum. Konvensional. Jangka Pendek. Likuiditas. Pinjaman. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6044) PERATURAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemulihan perekonomian nasional,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2016TAHUN 2016 TENTANG PERHITUNGAN DAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 53 /PMK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 53 /PMK PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 53 /PMK.010/2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PINJAMAN DAERAH DARI PEMERINTAH YANG DANANYA BERSUMBER DARI PINJAMAN LUAR NEGERI MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.07/2011 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN TUNGGAKAN PINJAMAN PEMERINTAH DAERAH KEPADA PEMERINTAH MELALUI SANKSI PEMOTONGAN DANA ALOKASI UMUM DAN/ATAU DANA BAGI HASIL

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Pajak. Pengampunan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5899) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap

Lebih terperinci

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

2015, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diatur dalam suatu Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak

2015, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diatur dalam suatu Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1485, 2015 KEMENKEU. Jaminan Pemerintah. Infrastruktur. Pinjaman Langsung. Lembaga Keuangan Internasional. BUMN. Pelaksanaan. Pemberian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

Rekening Dana Investasi (RDI)

Rekening Dana Investasi (RDI) Rekening Dana Investasi (RDI) A. Latar Belakang Pada awal pelaksanaan Pelita I, kegiatan investasi unit-unit usaha produktif pemerintah semakin meningkat. Ketersediaan dana untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

1 of 5 18/12/ :41

1 of 5 18/12/ :41 1 of 5 18/12/2015 14:41 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.07/2011 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN TUNGGAKAN PINJAMAN PEMERINTAH DAERAH KEPADA PEMERINTAH

Lebih terperinci

2017, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia t

2017, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia t LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.83, 2017 PERBANKAN. BI. Bank Umum Syariah. Jangka Pendek. Likuiditas. Pembiayaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6045) PERATURAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 129/PMK.07/2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SANKSI PEMOTONGAN DANA ALOKASI UMUM DAN/ ATAU DANA BAGI HASIL DALAM KAITANNYA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Jaminan. Subsidi Bunga. Percepatan Penyediaan Air Minum

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Jaminan. Subsidi Bunga. Percepatan Penyediaan Air Minum No.357, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Jaminan. Subsidi Bunga. Percepatan Penyediaan Air Minum PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91/PMK.011/2011 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SAW AHLUNTO

PERATURAN DAERAH KOTA SAW AHLUNTO LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO PERATURAN DAERAH KOTA SAW AHLUNTO NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN PINJAM AN PEMERINT AH KOT A SAW AHLUNTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAWAHLUNTO, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH 1 PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1354, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Penghapusbukuan. Pembiayaan. Ekspor. Lembaga. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.06/2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAIIA ESA MENTERI KEUANGAIN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAIIA ESA MENTERI KEUANGAIN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 24 /PMK.06/2006 TENTANG PENGELOLAAN REKENING INDUK DANA LINGKUNGAN BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAIIA ESA MENTERI KEUANGAIN,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77/KMK.017/1995 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77/KMK.017/1995 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77/KMK.017/1995 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Program Pensiun

Lebih terperinci

DPR SETUJUI PENGHAPUSAN PIUTANG PDAM

DPR SETUJUI PENGHAPUSAN PIUTANG PDAM DPR SETUJUI PENGHAPUSAN PIUTANG PDAM detik.com Setelah melalui tiga kali persidangan paripurna, akhirnya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyetujui penghapusan piutang terhadap lima Perusahaan Daerah Air

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

2016, No Anggaran 2016; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 (L

2016, No Anggaran 2016; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 (L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1597, 2016 KEMENKEU. Dana Proyek. Desentralisasi. Rincian. Pedoman. TA 2016. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.02/2016 TENTANG PEDOMAN UMUM

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Dana Jaminan Penugasan Pembiayaan Infrastruktur Dae

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Dana Jaminan Penugasan Pembiayaan Infrastruktur Dae No.1283, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pengelolaan DJPPID. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR125/PMK.08/2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA JAMINAN PENUGASAN PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG: a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia`yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa kondisi Pasar Legi Parakan sudah sangat tidak

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 40 TAHUN : 2015 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.9, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PNBP. Surplus BI. Penyetoran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6/PMK.02/2013 TENTANG TATA CARA PENYETORAN

Lebih terperinci

2017, No Melaksanakan Pelunasan dengan Cara Pembayaran; c. bahwa untuk lebih memberikan kepastian hukum, meningkatkan pelayanan di bidang cukai

2017, No Melaksanakan Pelunasan dengan Cara Pembayaran; c. bahwa untuk lebih memberikan kepastian hukum, meningkatkan pelayanan di bidang cukai No.717, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pembayaran Cukai secara Berkala. Pengusaha Pabrik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58/PMK.04/2017 TENTANG PEMBAYARAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1327, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Penerusan. Sistem Akuntansi. Pelaporan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232 /PMK.05/2012 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 422/KMK.06/2003 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kondisi

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 76 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.272, 2012 PERBANKAN. BI. Syariah. Jangka Pendek. Pendanaan. Fasilitas. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5376) PERATURAN

Lebih terperinci

PINJAMAN OLEH PEMERINTAH DAERAH. Ilustrasi: https://www.cermati.com

PINJAMAN OLEH PEMERINTAH DAERAH. Ilustrasi: https://www.cermati.com PINJAMAN OLEH PEMERINTAH DAERAH Ilustrasi: https://www.cermati.com I. Pendahuluan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mempunyai peran penting bagi Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan tugas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2016

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN/UTANG PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagaimana telah dikemukakan di muka, bahwa pengaturan tata cara

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagaimana telah dikemukakan di muka, bahwa pengaturan tata cara BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagaimana telah dikemukakan di muka, bahwa pengaturan tata cara restrukturisasi pinjaman PDAM / penyelesaian piutang negara pada PDAM telah ditetapkan dalam PMK nomor

Lebih terperinci

1 of 6 21/12/ :38

1 of 6 21/12/ :38 1 of 6 21/12/2015 14:38 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115/PMK. 05/2012 TENTANG PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA PADA PETANI PESERTA EKS PROYEK

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOM OR : 172/KM K.06/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 53 /PMK.010/2006 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 53 /PMK.010/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 53 /PMK.010/2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PINJAMAN DAERAH DARI PEMERINTAH YANG DANANYA BERSUMBER DARI PINJAMAN LUAR NEGERI MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENENTUAN JUMLAH, PEMBAYARAN, DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR 23/PMK.01/2007 NOMOR PER-04/MBU/2007 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR 23/PMK.01/2007 NOMOR PER-04/MBU/2007 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR 23/PMK.01/2007 NOMOR PER-04/MBU/2007 TENTANG PENYAMPAIAN IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENfERI KEUANGAN NOMOR 120/PMK.OS/2008 TENTANG

PERATURAN MENfERI KEUANGAN NOMOR 120/PMK.OS/2008 TENTANG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENfERI KEUANGAN NOMOR 120/PMK.OS/2008 TENTANG PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBERDARI PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI, REKENING DANA INVESTASI, DAN REKENING PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Penyetoran. PNBP. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PMK.02/2013 TENTANG TATA CARA PENYETORAN PENERIMAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 46 / PMK.02 / 2006 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH MENTERI KEUANGAN,

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 46 / PMK.02 / 2006 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH MENTERI KEUANGAN, - 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 46 / PMK.02 / 2006 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal 8 dan Pasal 19 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71 TAHUN 2016 PERHITUNGAN DAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71 TAHUN 2016 PERHITUNGAN DAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71 TAHUN 2016 PERHITUNGAN DAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM Disampaikan Oleh: Dr. Hari Nur Cahya Murni M,Si Direktur BUMD, BLUD dan BMD Ditjen Bina Keuangan Daerah Jakarta,

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KEWENANGAN PINJAMAN/UTANG PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KANJURUHAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 428, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. PNBP. Piutang Negara. Pengurusan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.27/Menlhk/Setjen/Keu-1/2/2016

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci