PERSEPSI SISWA TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 KABILA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI SISWA TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 KABILA"

Transkripsi

1

2 PERSEPSI SISWA TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 KABILA Rawadi, Yoseph Paramata, Ahmad Zainuuri Jurusan Fisika Prodi Geografi F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo rawadi_n@yahoo.co.id ABSTRAK Rawadi, NIM persepsi siswa terhadap proses pembelajaran geografi di SMA Negeri 1 Kabila. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang bertujuan mendeskripsikan persepsi siswa terhadap proses pembelajaran geografi di SMA Negeri I Kabila. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) indikator persepsi siswa terhadap persiapan pembelajaran diperoleh presentase sebesar 87.03% dengan kategori tinggi, (2) indi kator persepsi siswa terhadap menguasai bahan/materi diperoleh presentase sebesar 91.81% dengan kategori tinggi, (3) indikator persepsi siswa terhadap metode pembelajaran diperoleh presentase sebesar 87.03% dengan kategori tinggi, (4) indikator persepsi siswa terhadap media pembelajaran diperoleh presentase sebesar 90.18% dengan kategori tinggi, (5) indikator persepsi siswa terhadap evaluasi diperoleh presentase sebesar 91.19% dengan kategori tinggi. Secara umum, persepsi siswa terhadap proses pembelajaran geografi di SMA Negeri 1 Kabila diperoleh sebesar 89.44% dengan kategori tinggi. Kata kunci: Persepsi Siswa, Proses Pembelajaran Geografi Manusia sebagai makhluk yang bergelut secara intens dengan pendidikan, itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal educandum dan animal educandus secara sekaligus, yaitu sebagai makhluk yang dididik dan makhluk yang mendidik. Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang senantiasa yang terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap diri sendiri. Pada dasarnya pendidikan itu ada sejak adanya manusia itu sendiri, karena pendidikan berlangsung seumur hidup. Konsep pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu asas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinyu, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal maupun formal baik yang berlangsung dalam keluarga, sekolah dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat. RAWADI, , JURUSAN FISIKA, PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI, FAKULTAS MIPA,Prof. Dr. Yoseph Paramata, M.Pd, Ahmad Zainuri, S.Pd, MT

3 Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk membangun masyarakat terdidik, masyarakat yang cerdas, maka mau tidak mau harus merubah paradigma dan sistem pendidikan. Dengan paradigma baru, praktek pembelajaran akan bergeser menjadi pembelajaran yang berfokus pada pengembangan kemampuan intelektual yang berlangsung secara sosial dan kultural, mendorong siswa membangun pemahaman dan pengetahuan sendiri dalam konteks sosial, dan belajar dimulai dari pengetahuan awal dan perspektif budaya. Dalam proses pembelajaran misalnya, pengembangan suasana kesetaraan melalui komunikasi dialogis dan mempertanyaan berbagai hal yang berkaitan dengan pengembangan diri dan potensinya. Hal ini menjadi sangat penting karena para pendidik juga adalah para pemimpin yang harus mengakomodasi berbagai pertanyaan dan kebutuhan peserta didik secara transparan, toleransi, dan tidak arogan, dengan membuka seluas-luasnya kesempatan-kesempatan dialog kepada peserta didik. Para pendidik maupun peserta didik, sesuai dengan kapasitasnya harus berusaha untuk mampu saling menghargai dan menghormati pendapat atau pandangan orang lain. Karena itu suasana pendidikan harus diciptakan dalam rangka mengembangkan dialog-dialog kreatif dimana setiap peserta didik diberi kesempatan yang sama untuk diskusi, berdebat, mengajukan dan merespon berbagai persoalan yang muncul dalam setiap keinginan pembelajaran. Yang terpenting adalah bahwa setiap orang diberi kesempatan untuk menjadi sebijaksanaan mungkin menurut kemampuannya masing-masing. Suasana kesetaraan perlu dikembangkan dengan berorientasi pada upaya mendorong peserta didik agar mampu menyelesaian berbagai perbedaan yang ada diantara sesama secara harmonis dan rasional.

4 Dalam pengembangan kemampuan berkomunikasi yang baik dengan guru dan sesama siswa yang dilandasi sikap saling menghargai harus perlu secara terus menerus dikembangkan didalam setiap even pembelajaran. Oleh sebab itu, melalui kegiatan pembelajaran, setiap siswa harus terus didorong agar mampu memberdayakan dirinya melalui latihan-latihan pemecahan masalah-masalah sendiri, mengambil keputusan sendiri, dan memikul tanggung jawab sendiri. Karena itu proses pembelajaran harus memberikan pengalaman belajar yang baik kepada siswa. Bagaimana semestinya mereka harus belajar, belajar berinteraksi dengan orang lain, belajar mengemukakan ide atau pikiran serta pengalamanpengalamannya, semuanya akan menjadi pengalaman yang sangat penting bagi siswa. Pembelajaran geografi adalah memberikan fasilitas dan bantuan kepada manusia (peserta didik) untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, dimanapun dia berada. Proses penyesuiannya itu, diarahkan untuk menciptakan keseimbangan baru, dan atau keharmonisan interaksi antara manusia dengan lingkungannya, sehingga manusia dan lingkungan dapat berdaya secara maksimal. Dari uraian latar belakang diatas yang mendorong penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul persepsi siswa terhadap proses pembelejaran geografi KAJIAN TEORI Persepsi Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk memberi makna terhadap stimulus yang diterimanya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya yang kemudian individu tersebut memberikan tanggapan terhadap stimulus yang diterimanya itu. Kemampuan individu dalam memberikan respon terhadap stimulus yang diterimanya itu disebut kemampuan mempersepsikan. Morgan (dalam Desmita, 2008: 108) mengartikan persepsi sebagai The process of discriminating among stimuli and of interpresing Their meating. Menurut Slameto (2010: 102) Persepsi adalah peroses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.

5 Pernyataan persepsi dapat bersifat relatif, karena bisa saja persepsi setiap orang berbeda terhadap suatu objek yang sama. Hal ini tergantung dari sudut pandang kita dalam memberikan pernyataan, bahkan perbedaan persepsi dianggap suatu hal yang wajar. Sehingga persepsi bukan hal yang absolut, seseorang yang melihat sesuatu atau mengamati sesuatu tidak dapat menyebutkan secara sempurna atau secara keseluruhan apa yang dilihatnya atau yang diamatinya, akan tetapi dengan relatif akan menjelaskan sesuai kemampuannya. Perasaan Menurut Suryabrata (2007: 66). Perasaan adalah sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal, dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf. Perasaan pada umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menganggap, mengkhayalkan, mengingat-ingat, atau memikirkan sesuatu. Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perasaan adalah gejalan psikis yang bersifat objektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami serta sebagai suatu fungsi psikis yang mengiringi dan menyertai kegiatan dalam situasi khusus. Tanggapan Menurut Bigot (dalam Suryabrata 2007: 36-37). Tanggapan biasanya didefinisikan sebagai bayangan yang tinggal dalam bayangan dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan. Akan tetapi definisi ini sebenarnya kurang menggambarkan materinya, sebab hanya menunjuk kepada sebagian saja dari tanggapan itu. Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan, ketika objek yang diamati tidak lagi berada dalam ruang dam waktu pengamatan. Jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tanggapan adalah kesan imajinatif dari setiap individu sebagai akibat dari pengamatan dan sebagai bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah melihat sesuatu. Pandangan.

6 Menurut Muda (2006: 400) Pandangan adalah sesuatu yang dilihat, hasil perbuatan melihat, pengetahuan, pendapat, paham, dan pendirian. Pandangan atau pengamatan sebagai fungsi primer dari jiwa dan menjadi awal dari aktivitas intelektual. Objek pengamatan memiliki sifat-sifat keinginan, kesendirian lakolitet dan bermateri. Dari berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pandangan adalah sesuatu yang dilihat atau sesuatu yang rasakan berdasarkan pengamatan yang dilihat membentuk suatu pola pikir sebagai fungsi primer dari jiwa dan menjadi awal dari aktivitas intelektual. Proses Pembelajaran Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari sesuatu kemampuan atau nilai yang baru. Pembelajaran menurut Dimyati (2009:297) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Selanjutnya, Gadne dan Briggs (dalam Agustin, 2011:82). menyatakan pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran adalah suatu proses aktivitas interaksi antara guru dan siswa dengan lingkungan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peran guru dalam pembelajaran lebih dari sekedar sebagai pengajar (informator) belaka, akan tetapi guru harus memiliki multi peran dalam pembelajaran, dan agar pola pembelajaran yang diterapkan juga dapat bervariasi, maka bahan pembelajarannya harus dipersiapkan secara bervariasi juga. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Menurut Norman Kirby (dalam Sanjaya, 2010:198), one underlying emphasis should be noticeable: that the quality of the teacher is the

7 essential, constant experience, teacher training experience and teacher properties. Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran, karena materi pembelajaran adalah sebuah kajian bahan yang disampaikan oleh pendidik dalam berlangsungnya proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Majid (2008:73) mengatakan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam rangka pelaksanan pembelajaran, materi pembelajaran (bahan ajar) merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai standar kompotensi dan kompotensi dasar. Secara garis besar, bahan ajar atau materi pembelajaran berisikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai yang harus dipelajari siswa. Dalam proses pembelajaran, hal penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompotensi. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan atau kompotensi yang diharapkan. Menurut Roestiyah (dalam Djamarah dan Zain, 2 006: 74), dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Sejalan dengan makin mantapnya konsepsi tersebut, fungsi media tidak hanya sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah dipahami. Sementara Briggs (dalam Sadiman, 2008:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

8 Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Scriven membagi evaluasi menjadi dua yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang diadakan pada saat system masih dalam tahap pengembangan yang penyempurnaannya terus dilakukan atas dasar hasil evaluasi. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang diadakan setelah system sudah selesai menempuh pengujian dan penyempurnaan (dalam Purwanto, 2013:28) METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang bertujuan mendeskripsikan persepsi siswa terhadap proses pembelajaran geografi di SMA Negeri I Kabila. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPS dengan jumlah 182 siswa dan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proporsional random sampling dengan jumlah siswa 27 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, observasi, dan dokumentasi. HASIL PENELITIAN Kemampuan individu dalam memberikan respon terhadap stimulus yang diterimanya itu disebut kemampuan mempersepsikan. Persepsi merupakan sebagai tanggapan, pandangan dan perasaan dari seseorang atau lebih terhadap segala sesuatu peristiwa yang terjadi dilingkungannya dan diperoleh dengan cara melihat dan memperhatikan hal atau peristiwa yang terjadi sehingga bisa diungkap ke dalam bentuk kata-kata maupun pernyataan. Persepsi siswa terhadap proses pembelajaran dalam penelitian ini dapat diukur dari: (1) Persiapan Pembelajaran Persiapan pembelajaran dapat diukur dengan kesiapan guru dalam pembelajaran, guru melakukan apersepsi sebelum pembelajaran berlangsung, persiapan alat pembelajaran di kelas, dan guru melakukan persiapan bimbingan terkait dengan persiapan pembelajaran. Rekapitulasi Persepsi Responden Tentang Persiapan Pembelajaran

9 No. Item Pertanyaaan Skor % Klasifikasi 1 Kesiapan guru dalam pembelajaran Sangat Tinggi 2 Guru melakukan apersepsi sebelum pembelajaran berlangsung Tinggi 3 Persiapan alat pembelajaran di kelas Tinggi 4 Guru melakukan persiapan bimbingan terkait dengan persiapan pembelajaran Tinggi Sumber: Olahan Data Primer, 2014 (2) Menguasai Bahan/Materi Rata-rata Tinggi Menguasai bahan/materi dapat diukur dengan guru geografi menguasai bahan atau materi pembelajaran, menguasai materi yang akan diajarkannya, guru dan siswa berinteraksi pada saat proses pembelajaran berlangsung, menyampaikan materi pelajaran secara jelas sehingga siswa mudah memahami materi yang disampaikan, sering memberikan penguatan kepada siswa terhadap hal-hal pokok pada materi, dan membuat kesimpulan terhadap materi yang telah diajarkan. Rekapitulasi Persepsi Responden tentang Menguasai Bahan/Materi No. Item Pertanyaaan Skor % Klasifikasi 1 Guru geografi menguasai bahan atau materi pembelajaran 2 Guru menguasai materi yang akan diajarkannya 3 Guru dan siswa berinteraksi pada saat proses pembelajaran berlangsung 4 Guru menyampaikan materi pelajaran secara jelas sehingga siswa mudah memahami materi yang disampaikan 5 Guru sering memberikan penguatan kepada siswa terhadap hal-hal pokok pada materi 6 Guru membuat kesimpulan terhadap materi yang telah diajarkan Sumber: Olahan Data Primer, Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Rata-rata Sangat Tinggi

10 (3) Metode Pembelajaran Metode pembelajaran dapat diukur dengan guru sangat terampil dalam menerapkan metode pembelajaran, metode pembelajaran yang diterapkan guru dapat mempermudah siswa memahami materi diajarkan oleh guru di kelas, metode yang digunakan guru dapat membangkitkan semangat belajar siswa, metode yang digunakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, metode yang digunakan oleh guru dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dan metode yang diterapkan guru pada proses pembelajaran. Rekapitulasi Persepsi Responden Tentang Metode pembelajaran No. Item Pertanyaaan Skor % Klasifikasi 1 Guru sangat terampil dalam menerapkan metode pembelajaran 2 Metode pembelajaran yang diterapkan guru dapat mempermudah siswa memahami materi diajarkan oleh guru di kelas 3 Metode yang digunakan guru dapat membangkitkan semangat belajar siswa 4 Metode yang digunakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa 5 Metode yang digunakan oleh guru dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa 6 Metode yang diterapkan guru pada proses pembelajaran Sumber: Olahan Data Primer, 2014 (4) Media Pembelajaran Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rata-rata Tinggi Media pembelajaran dapat diukur dengan penggunaan media pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan, media pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, guru mengembangkan media yang digunakan guru pada proses pembelajaran geografi, senang terhadap media yang digunakan guru pada proses pembelajaran geografi, dan guru perlu menjawab semua pertanyaan yang diajukan siswa dalam proses pembelajaran geografi.

11 Rekapitulasi Persepsi Responden Tentang Media pembelajaran No. Item Pertanyaaan Skor % Klasifikasi 1 Penggunaan media pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan 2 Media pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa 3 Guru mengembangkan media yang digunakan guru pada proses pembelajaran geografi 4 Senang terhadap media yang digunakan guru pada proses pembelajaran geografi 5 Guru perlu menjawab semua pertanyaan yang diajukan siswa dalam proses pembelajaran geografi Sumber: Olahan Data Primer, 2014 (5) Evaluasi Pembelajaran Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Rata-rata Tinggi Evaluasi dapat diukur dengan cara guru melakukan evaluasi pembelajaran geografi mempengaruhi hasil belajar siswa, guru melakukan evaluasi terhadap materi yang diajarkan, guru sangat adil memberikan nilai kepada siswa setelah melakukan evaluasi, dan merasa senang setelah tahu hasil belajar memuaskan. Rekapitulasi Persepsi Responden Tentang Evaluasi No. Item Pertanyaaan Skor % Klasifikasi 1 Cara guru melakukan evaluasi pembelajaran geografi mempengaruhi hasil belajar siswa 2 Guru melakukan evaluasi terhadap materi yang diajarkan 3 Guru sangat adil memberikan nilai kepada siswa setelah melakukan evaluasi 4 Merasa senang setelah tahu hasil belajar sukup memuaskan Tinggi sukup Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Rata-rata Sangat Tinggi

12 Sumber: Olahan Data Primer, 2014 Rekapitulasi Persepsi Responden Tentang Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Geografi No. Item Pertanyaaan Skor % Kategori 1 Persiapan pembelajaran Tinggi 2 Menguasai bahan/materi Sangat Tinggi 3 Metode pembelajaran Tinggi 4 Media pembelajaran Tinggi 5 Evaluasi Sangat Tinggi Rata-rata Tinggi Sumber: Olahan Data Primer, 2014 PEMBAHASAN Pembelajaran bukan sekedar upaya untuk memberikan pengetahuan yang berorientasi pada target penguasan materi (siswa lebih banyak menghafal dari pada menguasai keahlian) yang diberikan gurunya, akan tetapi juga memberikan sebuah pedoman hidup yang akan dapat bermanfaat bagi dirinya dan manusia lainnya, pembelajaran juga memberikan hiburan kepada peserta didik agar bisa menjalankan aktivitas pembelajaran dengan menyenangkan bukan karena keterpakasaan. Orang yang sudah melakukan proses pembelajaran diharapkan akan bisa merasa lebih bahagia, lebih pantas memanfaatkan alam sekitar, menjaga kesehatan, meningkatan pengabdian untuk keterampilan serta melakukan pembedaan (terdapat perbedaan keadaan antara sebelum dan sesudah melakukan proses pembelajaran). Pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika si pembelajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat mewakili belajar untuk siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar. Ada satu syarat mutlak yang harus dipenuhi agar terjadi kegiatan belajar. Syarat itu adalah adanya interaksi antara pebelajar dengan

13 sumber belajar. Jadi, belajar hanya terjadi jika interaksi antara pebelajar dengan sumber belajar. Tanpa terpenuhi syarat itu, mustahil kegiatan belajar akan terjadi. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi persepsi siswa terhadap proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Kabila. Berdasarkah hasil penelitian diperoleh bahwa: Persiapan pembelajaran Hasil deskripsi indikator persepsi siswa terhadap kesiapan guru dalam pembelajaran diperoleh presentase sebesar 97.22% dengan kategori sangat tinggi, guru melakukan apersepsi sebelum pembelajaran berlangsung diperoleh persentase sebesar 80.55% dengan kategori tinggi, persiapan alat pembelajaran di kelas diperoleh persentase sebesar 87.03% dengan kategori tinggi, dan guru melakukan persiapan bimbingan terkait dengan persiapan pembelajaran diperoleh persentase sebesar 83.33% dengan kategori tinggi. Dengan demikian, maka ratarata persepsi siswa terhadap proses pembelajaran yang diukur dengan persiapan pembelajaran diperoleh sebesar 87.03% dengan kategori tinggi. Menguasai bahan/materi Hasil deskripsi indikator persepsi siswa terhadap menguasai bahan/materi yang diukur dari guru geografi menguasai bahan atau materi pembelajaran diperoleh presentase sebesar 99.07% dengan kategori sangat tinggi, guru menguasai materi yang akan diajarkannya diperoleh persentase sebesar 93.51% dengan kategori sangat tinggi, guru dan siswa berinteraksi pada saat proses pembelajaran berlangsung diperoleh persentase sebesar 87.03% dengan kategori tinggi, guru menyampaikan materi pelajaran secara jelas sehingga siswa mudah memahami materi yang disampaikan diperoleh persentase sebesar 94.44% dengan kategori sangat tinggi, guru sering memberikan penguatan kepada siswa terhadap hal-hal pokok pada materi diperoleh persentase sebesar 82.40% dengan kategori tinggi, dan guru membuat kesimpulan terhadap materi yang telah diajarkan diperoleh persentase sebesar 94.44% dengan kategori sangat tinggi. Dengan demikian, maka rata-rata persepsi siswa terhadap proses pembelajaran yang diukur dengan menguasai bahan/materi diperoleh sebesar 91.81% dengan kategori sangat tinggi.

14 Metode pembelajaran Hasil deskripsi indikator persepsi siswa terhadap metode pembelajaran dapat diukur dari guru sangat terampil dalam menerapkan metode pembelajaran diperoleh presentase sebesar 87.03% dengan kategori tinggi, metode pembelajaran yang diterapkan guru dapat mempermudah siswa memahami materi diajarkan oleh guru di kelas diperoleh presentase sebesar 87.96% dengan kategori tinggi, metode yang digunakan guru dapat membangkitkan semangat belajar siswa diperoleh presentase sebesar 87.96% dengan kategori tinggi, metode yang digunakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa diperoleh presentase sebesar 83.33% dengan kategori tinggi, metode yang digunakan oleh guru dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa diperoleh presentase sebesar 87.96% dengan kategori tinggi, dan metode yang diterapkan guru pada proses pembelajaran diperoleh presentase sebesar 87.96% dengan kategori tinggi. Dengan demikian, maka rata-rata persepsi siswa terhadap proses pembelajaran yang diukur dengan metode pembelajaran diperoleh sebesar 87.03% dengan kategori tinggi. Media pembelajaran Hasil deskripsi indikator persepsi siswa terhadap media pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan diperoleh presentase sebesar 97.22% dengan kategori sangat tinggi, media pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa diperoleh presentase sebesar 79.62% dengan kategori tinggi, guru mengembangkan media yang digunakan guru pada proses pembelajaran geografi diperoleh presentase sebesar 87.96% dengan kategori tinggi, senang terhadap media yang digunakan guru pada proses pembelajaran geografi diperoleh presentase sebesar 95.37% dengan kategori sangat tinggi, dan guru perlu menjawab semua pertanyaan yang diajukan siswa dalam proses pembelajaran geografi diperoleh presentase sebesar 90.74% dengan kategori tinggi. Dengan demikian, maka rata-rata persepsi siswa terhadap proses pembelajaran yang diukur dengan media pembelajaran diperoleh sebesar 90.18% dengan kategori tinggi.

15 Evaluasi Hasil deskripsi indikator persepsi siswa terhadap evaluasi dapat diukur dari cara guru melakukan evaluasi pembelajaran geografi mempengaruhi hasil belajar siswa diperoleh presentase sebesar 84.25% dengan kategori tinggi, guru melakukan evaluasi terhadap materi yang diajarkan diperoleh presentase sebesar 91.66% dengan kategori sangat tinggi, guru sangat adil memberikan nilai kepada siswa setelah melakukan evaluasi diperoleh presentase sebesar 90.74% dengan kategori tinggi, dan merasa senang setelah tahu hasil belajar sukup memuaskan diperoleh presentase sebesar 98.14% dengan kategori sangat tinggi. Dengan demikian, maka rata-rata persepsi siswa terhadap proses pembelajaran yang diukur dengan evaluasi diperoleh sebesar 91.19% dengan kategori sangat tinggi. Berdasarkan hasil rekapitulasi pendapat responden tentang persepsi siswa terhadap proses pembelajaran geografi dapat disimpulkan bahwa: (1) indikator persepsi siswa terhadap persiapan pembelajaran diperoleh presentase sebesar 87.03% dengan kategori tinggi, (2) indikator persepsi siswa terhadap menguasai bahan/materi diperoleh presentase sebesar 91.81% dengan kategori sangat tinggi, (3) indikator persepsi siswa terhadap metode pembelajaran diperoleh presentase sebesar 87.03% dengan kategori tinggi, (4) indikator persepsi siswa terhadap media pembelajaran diperoleh presentase sebesar 90.18% dengan kategori tinggi, (5) indikator persepsi siswa terhadap evaluasi diperoleh presentase sebesar 91.19% dengan kategori sangat tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa terhadap proses pembelajaran secara keseluruhan dapat diperoleh sebesar 89.44% dengan kategori tinggi. SIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa: (1) indikator persepsi siswa terhadap persiapan pembelajaran diperoleh presentase sebesar 87.03% dengan kategori tinggi, (2) indikator persepsi siswa terhadap menguasai bahan/materi diperoleh presentase sebesar 91.81% dengan kategori sangat tinggi, (3) indikator persepsi siswa terhadap metode pembelajaran diperoleh presentase sebesar 87.03% dengan kategori tinggi, (4) indikator persepsi siswa terhadap media pembelajaran

16 diperoleh presentase sebesar 90.18% dengan kategori tinggi, (5) indikator persepsi siswa terhadap evaluasi diperoleh presentase sebesar 91.19% dengan kategori sangat tinggi. Secara umum, persepsi siswa terhadap proses pembelajaran geografi di SMA Negeri 1 Kabila diperoleh sebesar 89.44% dengan kategori tinggi. DAFTAR PUSTAKA Agustin, Mubiar Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran. Bandung: PT Ferika Aditama Djamarah Bahri Syaiful, dan Zain Aswan Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PTRineka Cipta Desmita, Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya Dimyati, dan Mujiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Muda, Ahmad Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.. Jakarta: Reality Publisher Majid, Abdul Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaj Rosdakarya Purwanto Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sadiman S. Arief dkk Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sanjaya, Wina Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktek Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Suryabrata, Sumadi Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rajagrafindo Persada. Slameto Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

BAB I PENDAHULUAN. itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal educandum dan animal

BAB I PENDAHULUAN. itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal educandum dan animal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk yang bergelut secara intens dengan pendidikan, itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal educandum dan animal educandus secara sekaligus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. 1 Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. 1 Salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. 1 Salah satu masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKUSI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATAPELAJARAN PRODUKTIF 1 DI SMK NEGERI 1 GORONTALO

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKUSI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATAPELAJARAN PRODUKTIF 1 DI SMK NEGERI 1 GORONTALO PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKUSI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATAPELAJARAN PRODUKTIF 1 DI SMK NEGERI 1 GORONTALO Junira Hilumalo 911409106 Yulianto Kadji Irawati Abdul S1 Pendidikan Ekonomi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Guru merupakan ujung tombak pendidikan, sebab guru secara langsung mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran agar menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia ini. Terlebih dalam era industrialisasi sekarang ini. Tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi 0 PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Rosmian Situmorang Guru IPS SMPN 1 Lubuk Pakam Surel : rosmian.situmorang@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Demikian juga piranti pendidikan yang semakin canggih, oleh

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Demikian juga piranti pendidikan yang semakin canggih, oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah lantaran mengikuti perkembangan zaman, teknologi, dan budaya masyarakat, karena dari masa

Lebih terperinci

A. Minat Belajar B. Prestasi Belajar... 8 C. Metode Diskusi D. Mata Pelajaran IPS SD BAB III TUJUAN DAN MANFAAT

A. Minat Belajar B. Prestasi Belajar... 8 C. Metode Diskusi D. Mata Pelajaran IPS SD BAB III TUJUAN DAN MANFAAT DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 3 BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Minat Belajar...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang agar mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana utama di dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit diperoleh hasil dari kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. 1 Salah satu masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPS DI SDN 28 PAINAN TIMUR KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Mardalinda 1, Muhammad Sahnan 1, Khairul 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara. 1 Dalam mewujudkan kecerdasan bangsa yaitu dengan belajar, dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PENGAJARAN BERPROGRAMA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PENGAJARAN BERPROGRAMA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PENGAJARAN BERPROGRAMA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas X-7 SMA Negeri 9 Cirebon) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA 345 EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA Woro Sumarni, Soeprodjo, Krida Puji Rahayu Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Kampus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman ini berasal dari kata Faham yang memiliki tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 Disini ada pengertian tentang pemahamn yaitu kemampuan

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI PENILAIAN K-13 TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP NASIONAL KOTA MALANG

PENGARUH MOTIVASI PENILAIAN K-13 TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP NASIONAL KOTA MALANG PENGARUH MOTIVASI PENILAIAN K-13 TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP NASIONAL KOTA MALANG 1) Yuli Ifana Sari; 2) Dwi Kurniawati 1)2) Universitas Kanjuruhan Malang Email: 1) ifana@unikama.ac.id; 2)

Lebih terperinci

Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN :

Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN : UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK PADA MATERI KENAMPAKAN ALAM, SOSIAL DAN BUDAYA SETEMPAT DI KELAS IV SD NEGERI 25 BANDA ACEH 54 Nina Aryani Guru SD Negeri 25 Banda

Lebih terperinci

Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet, Herliani Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Mulawarman Samarinda

Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet, Herliani Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Mulawarman Samarinda PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 2 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet,

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PPKn OLEH:

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PPKn OLEH: PENGARUH MOTIVASI INTRINSIK DAN MOTIVASI EKSTRINSIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS VII DI SMPN 1 BANYAKAN KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PGSD OLEH : ERIKA DIANTY ASNAWATI

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PGSD OLEH : ERIKA DIANTY ASNAWATI PENGARUH MODEL TWO STAY TWO STRAY DIDUKUNG MEDIA NYATA TERHADAP KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI JENIS JENIS TANAH PADA SISWA KELAS V SDN BANGSAL 1 KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Geografi ABSTRAK

Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Geografi ABSTRAK Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Geografi Zunita Riana Wati (09130020) Mahasiswa Pendidikan Geografi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Belajar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, yang mempunyai tujuan lebih tinggi dari sekedar untuk hidup, sehingga manusia lebih terhormat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

Olahairullah. Kata Kunci:Media Penugasan Proyek, Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil, Hasil Belajar

Olahairullah. Kata Kunci:Media Penugasan Proyek, Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil, Hasil Belajar Efektifitas Penggunaan Penugasan Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil Dan Peningkatan Hasil Belajar IPA Terpadu Siswa Kelas VII SMPN 7 Kota Bima Olahairullah Abstrak:Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an hadits yang merupakan bagian dari pendidikan agama Islam turut memberikan sumbangan tercapainya pendidikan nasional. Tugas pendidikan tidak hanya menuangkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO

IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO Andi Kristanto, S.Pd., M.Pd Dosen Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu pendidikan, Universitas Negeri Surabaya andi.unesa@yahoo.com

Lebih terperinci

Vol.09/No.01/Januari 2017 ISSN:

Vol.09/No.01/Januari 2017 ISSN: PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SISTEM REM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SISTEM REM SISWA KELAS XII TEKNIK SEPEDA MOTOR DI SMK PANCASILA KUTOARJO Oleh Email : Faisal Dwi Hermawan, Widiyatmoko,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah karena tidak hanya sekedar menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, tetapi melibatkan berbagai

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TUGAS PADA SISWA KELAS V SDN 5 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TUGAS PADA SISWA KELAS V SDN 5 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO 1 MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TUGAS PADA SISWA KELAS V SDN 5 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa, Dinco Karim ABSTRAK Masalah dalam penelitian

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 Mei 2018

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 Mei 2018 IMPLIMENTASI PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI MAN JANGKA Mulyadi Zakaria Institut Agama Islam Almuslim Aceh ABSTRAK Psikologi pembelajaran merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 menyebutkan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 1. dan menyukainya. Dengan kreatifitas guru dalam mengajar itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 1. dan menyukainya. Dengan kreatifitas guru dalam mengajar itulah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kreativitas adalah sebuah karya yang harmonis dalam pembelajaran yang berdasarkan tiga aspek cipta, rasa dan karsa yang akan menghasilkan sesuatu yang baru agar dapat

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DENGAN ALAT- ALAT SEDERHANA FISIKA UNTUK MENINGKATAN KETRAMPILAN PROSES SAINS SISWA

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DENGAN ALAT- ALAT SEDERHANA FISIKA UNTUK MENINGKATAN KETRAMPILAN PROSES SAINS SISWA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DENGAN ALAT- ALAT SEDERHANA FISIKA UNTUK MENINGKATAN KETRAMPILAN PROSES SAINS SISWA Fitri Aprilyanti Teknik Informatika, Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum telah diakui bahwa pendidikan merupakan penggerak utama bagi pembangunan. Pendidikan (pengajaran) prosesnya diwujudkan dalam proses belajar mengajar. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PRESENTASI DAN DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XII IPA3 SMA NEGERI 1 BANGGAI

PENERAPAN METODE PRESENTASI DAN DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XII IPA3 SMA NEGERI 1 BANGGAI PENERAPAN METODE PRESENTASI DAN DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XII IPA3 SMA NEGERI 1 BANGGAI Halim Hi. Djaham Lumuan Guru Fisika SMA Negeri 1 Banggai Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Page 1 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan berisi suatu interaksi antara pendidik dan peserta didik sebagai untuk membantu peserta didik dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. lnteraksi tersebut dapat berlangsung

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING 1 PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Abstrak.Yulianita Diah Utami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan mempertahankan diri

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: serta hasil uji t menunjukkan t hitung (3.840) > t tabel (2.015) hasilnya

BAB V PENUTUP. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: serta hasil uji t menunjukkan t hitung (3.840) > t tabel (2.015) hasilnya BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh secara keseluruhan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan Persepsi Siswa tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengkondisikan kelas atau mengelola kelas, agar pelaksanaan. pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengkondisikan kelas atau mengelola kelas, agar pelaksanaan. pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Ketika seorang guru melaksanakan proses belajar mengajar, pasti ada kendala yang dihadapinya, bisa seperti murid yang ramai sendiri dan tidak memperhatikan guru

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN IPA DI KELAS IV SDN 16 BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN IPA DI KELAS IV SDN 16 BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN IPA DI KELAS IV SDN 16 BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO Nurmalasari A. Kasim NIM. 151410086 Pembimbing I Dr. Sukirman Rahim, M.Si Pembimbing II Drs. Djotin Mokoginta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, tidak terkecuali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

Arnot Pakpahan Surel :

Arnot Pakpahan Surel : PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MENGENAI SISTEM TATA SURYA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI Arnot Pakpahan Surel : arnotpakpahan20@gmail.com

Lebih terperinci

Pengaruh Penerapan Metode Stimulus-Respon Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Kelas XI MAN 2 Kota Bima

Pengaruh Penerapan Metode Stimulus-Respon Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Kelas XI MAN 2 Kota Bima Pengaruh Penerapan Metode Stimulus-Respon Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Kelas XI MAN 2 Kota Olahairullah Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan sikap dan keterampilan yang merupakan hasil aktivitas belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk menciptakan sumber daya manusia. Dengan adanya sistem pendidikan yang baik dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri

Lebih terperinci

Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Profesionalitas Guru Ekonomi dan Keberadaan... (Ana Setyowati & Bambang Ismanto)

Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Profesionalitas Guru Ekonomi dan Keberadaan... (Ana Setyowati & Bambang Ismanto) HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESIONALITAS GURU EKONOMI DAN KEBERADAAN FASILITAS BELAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR DI SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG Ana Setyowati Alumni Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini bangsa Indonesia telah dituntut untuk bersaing disegala bidang, terutama bidang pendidikan. Dalam hal ini kesiapan generasi penerus bangsa baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat menjawab tantangan peradaban yang kini semakin maju dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini sesuai pendapat Didi Supriadie

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 12 BANDA ACEH ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 12 BANDA ACEH ABSTRAK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 12 BANDA ACEH Winda Maulina 1, Thamrin Kamaruddin 2, M. Yusuf Harun 3 1 Email: winda.maulina04@gmail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya berlaku di dalam masyarakat saja, namun dalam suatu negara juga akan

BAB I PENDAHULUAN. hanya berlaku di dalam masyarakat saja, namun dalam suatu negara juga akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kalangan masyarakat berlaku pendapat bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin baik status sosialnya dan penghormatan masyarakat juga

Lebih terperinci

Shanty Della Setiasih¹, Regina Lichteria Panjaitan², Julia³. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurahman No.

Shanty Della Setiasih¹, Regina Lichteria Panjaitan², Julia³. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurahman No. Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENGGUNAAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET DI KELAS V SDN SUKAJAYA KECAMATAN JATINUNGGAL KABUPATEN SUMEDANG

Lebih terperinci

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PENGELOLAAN KELAS DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SOSIOLOGI PENDIDIKAN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Usulan Penelitian Diajukan

Lebih terperinci

Kata kunci : Fasilitas Belajar, Lingkungan Belajar, prestasi belajar Sosiologi

Kata kunci : Fasilitas Belajar, Lingkungan Belajar, prestasi belajar Sosiologi HUBUNGAN FASILITAS BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Abstrak. Ria Risty Rahmawati. K8409052.

Lebih terperinci

ISSN: Herman

ISSN: Herman Pengaruh Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Pertukaran Kelompok Secara Bersama-Sama Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Di SMAN 2 Kota Bima Tahun Pelajaran Herman Abstrak; Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Verra Septia Nursari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Verra Septia Nursari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembentukan dan perubahan tingkah laku. Perubahan yang terjadi akibat pendidikan bukan hanya menyangkut perubahan pada aspek

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Putu Ayu Puspayanti, Lilies, Bustamin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara disegala bidang pembangunan, karena pendidikan merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI DAN TINGKAT KEAKTIFAN DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA BIOLOGI PADA PERKULIAHAN BIOTEKNOLOGI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

HUBUNGAN PERSEPSI DAN TINGKAT KEAKTIFAN DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA BIOLOGI PADA PERKULIAHAN BIOTEKNOLOGI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG HUBUNGAN PERSEPSI DAN TINGKAT KEAKTIFAN DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA BIOLOGI PADA PERKULIAHAN BIOTEKNOLOGI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Akhmad Sukri 1 dan Elly Purwanti 2 1 Jurusan Biologi, IKIP

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI. Mulya Sari 1) Sumadi 2) Zulkarnain 3)

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI. Mulya Sari 1) Sumadi 2) Zulkarnain 3) PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI Mulya Sari 1) Sumadi 2) Zulkarnain 3) This study aims to find out (1) the effect of learning media on learning outcomes

Lebih terperinci

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model 1 PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KONVENSIONAL DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI BIOSFER KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PANCUR BATU G. Lian Y. Nababan. NIM. 06110005

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI DAN TINGKAT KEAKTIFAN DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA BIOLOGI PADA PERKULIAHAN BIOTEKNOLOGI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

HUBUNGAN PERSEPSI DAN TINGKAT KEAKTIFAN DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA BIOLOGI PADA PERKULIAHAN BIOTEKNOLOGI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG HUBUNGAN PERSEPSI DAN TINGKAT KEAKTIFAN DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA BIOLOGI PADA PERKULIAHAN BIOTEKNOLOGI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Akhmad Sukri 1 dan Elly Purwanti 2 1 Jurusan Biologi, IKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju dan mundurnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brunner Dalam Romzah (2006:6) menekankan bahwa setiap individu pada waktu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brunner Dalam Romzah (2006:6) menekankan bahwa setiap individu pada waktu 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar Brunner Dalam Romzah (2006:6) menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan kembali

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Sejak ratusan tahun sebelum Nabi Isa, manusia telah menjadi salah satu objek filsafat, baik itu

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH DENGAN METODE PROBLEM SOLVING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH DENGAN METODE PROBLEM SOLVING MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH DENGAN METODE PROBLEM SOLVING Mujiono Email: mujiono63@gmail.com SMAN I Giri Banyuwangi Abstract The problem formulation of this study is whether by using the group discussion

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI IPS DI SMA N 1 TEMBILAHAN HULU KABUPATEN INDRAGIRI HILIR JURNAL

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI IPS DI SMA N 1 TEMBILAHAN HULU KABUPATEN INDRAGIRI HILIR JURNAL FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI IPS DI SMA N 1 TEMBILAHAN HULU KABUPATEN INDRAGIRI HILIR JURNAL Oleh : MUHAMMAD JAMIL NPM. 10030041 Disetujui Oleh:

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DI KELAS AWAL DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 SD MUHAMMADIYAH 1 MALANG SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DI KELAS AWAL DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 SD MUHAMMADIYAH 1 MALANG SKRIPSI ANALISIS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DI KELAS AWAL DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 SD MUHAMMADIYAH 1 MALANG SKRIPSI OLEH ARISKA KURNIAWATI NIM. 201110430311150 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan pra syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI TEKNIK MODELING DI PAUD CENDEKIA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA KABUPATEN GORONTALO UTARA

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI TEKNIK MODELING DI PAUD CENDEKIA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA KABUPATEN GORONTALO UTARA 1 2 MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI TEKNIK MODELING DI PAUD CENDEKIA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA KABUPATEN GORONTALO UTARA ABSTRAK Rina Mahan, Tuti Wantu, M.Pd, Kons, Irpan Kasan, S.Ag, M.Pd

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH OLEH : FEBRINA IKA WIDYAWATI

ARTIKEL ILMIAH OLEH : FEBRINA IKA WIDYAWATI PENGARUH METODE DEMONSTRASI DIDUKUNG MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI KEGIATAN JUAL BELI DI LINGKUNGAN RUMAH DAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR SDN MABUNG 4 TAHUN AJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. menggunakan model Advance Organizer (AO) dibandingkan. 5% yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. menggunakan model Advance Organizer (AO) dibandingkan. 5% yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis statistik dapat diraih kesimpulan sebagai berikut. 1. Ada perbedaan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan kualitas bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak pada kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ranah kognitif merupakan ranah psikologis siswa yang terpenting. Dalam perspektif psikologi, ranah kognitif yang berkedudukan pada otak ini adalah sumber sekaligus pengendali

Lebih terperinci

Sartika Tolingguhu NIM :

Sartika Tolingguhu NIM : Summary HUBUNGAN TINGKAT MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA (Suatu Penelitian Mahasiswa Semester IV di Jurusan S1 Keperawatan UNG) Sartika Tolingguhu NIM : 841 409

Lebih terperinci

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN VARIASI GURU MENGAJAR, LINGKUNGAN KELUARGA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI KOTA BATAM Oleh: ABSTRACT

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KESIAPAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA N 5 PADANG E-JURNAL

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KESIAPAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA N 5 PADANG E-JURNAL PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KESIAPAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA N 5 PADANG E-JURNAL Oleh : HAYATUL MUSYARAFAH 11090172 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan yaitu memajukan dan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan yaitu memajukan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan aspek yang penting bagi kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia akan tumbuh dan berkembang terutama untuk menghadapi masa depannya.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS Ani Rosidah anirosidah.cjr@gmail.com Universitas Majalengka ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

ISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011

ISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011 UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING TIPE A PADA KONSEP KALOR SISWA KELAS VII SMP N 5 SELUMA Sabmei Sukamsyah Guru Fisika SMPN 5 Seluma sabmeisukayah2gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci : Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian Guru Ekonomi, Fasilitas Belajar dan Minat Belajar Ekonomi

ABSTRAK Kata Kunci : Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian Guru Ekonomi, Fasilitas Belajar dan Minat Belajar Ekonomi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DAN FASILITAS BELAJAR DENGAN MINAT BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X DI SMA N 1 SAROLANGUN Dewi Irawati 1), Prof. Dr. H. Rahmat Murboyono

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih 1 ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi keberlangsungan hidup manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih baik, menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran bagi setiap individu yang bisa didapat dari pengajaran, pelatihan maupun pengalaman yang didapat untuk mengembangkan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING TIPE A MENGGUNAKAN MEDIA POWERPOINT

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING TIPE A MENGGUNAKAN MEDIA POWERPOINT 1 PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING TIPE A MENGGUNAKAN MEDIA POWERPOINT PADA MATA KULIAH FISIKA DASAR I KONSEP DINAMIKA PARTIKEL MAHASISWA SEMESTER I T.A GANJIL 2008/2009 PRODI FISIKA FKIP UNIB Oleh

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 3 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Arum Rahma Shofiya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diserap dan dipahami oleh siswa-siswanya. Untuk mencapainya, guru harus

BAB I PENDAHULUAN. dapat diserap dan dipahami oleh siswa-siswanya. Untuk mencapainya, guru harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan pembelajaran, seorang guru pasti mengharapkan agar siswasiswanya aktif dalam pembelajaran tersebut. Guru ingin materi yang disampaikannya dapat diserap

Lebih terperinci

Ramlah, dan Dani Firmansyah Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Singaperbangsa Karawang

Ramlah, dan Dani Firmansyah Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Singaperbangsa Karawang Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No.1 Januari Maret 2014: 22-30 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS MAHAMAHASISWA (PBAM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA DASAR MAHASISWA PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan proses yang dialami oleh tiap orang mulai dari masa anak-anak sampai menjadi dewasa. Pendidikan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH VARIASI MENGAJAR GURU DAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2014/

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar yang harus dimiliki oleh manusia, karena dengan pendidikan manusia akan lebih mampu untuk mengembangkan potensi

Lebih terperinci