BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Jam Henti Mendapatkan hasil yang baik, yaitu yang dapat dipertanggung jawabkan maka tidak cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran dengan menggunakan jam henti, apalagi jam biasa. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar akhirnya dapat diperoleh waktu yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti yang berhubungan dengan kondisi kerja, cara pengukuran, jumlah pengukuran, dan lain-lain (Sutalaksana, dkk 2005). Dibawah ini adalah sebagian langkah yang perlu diikuti agar maksud diatas tercapai. 1. Penetapan Tujuan Pengukuran Dalam pengukuran waktu, hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran, tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut. 2. Melakukan Penelitian Pendahuluan Tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran waktu adalah memperoleh waktu yang pantas untuk diberikan kepada pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Pengukuran Waktu yang diukur sudah baik. 3. Memilih Operator Operator yang dipilih adalah orang yang saat pada pengukuran dilakukan mau bekerja secara wajar. Walau operator yang bersangkutan sehari-hari dikenal memenuhi syarat tidak mustahil dia bekerja tidak wajar ketika pengukuran dilakukan karena alasan tertentu. Jumlah pekerja rendah rata-rata tinggi Kemampuan kerja Gambar 2.1 Distribusi Kemampuan Kerja Sumber: Sutalaksana, dkk (2005) II-1

2 4. Melatih Operator Walaupun operator yang baik sudah didapat, kadang-kadang pelatihan masih diperlukan bagi operator tersebut terutama jika kondisi dan cara kerja yang dipakai tidak sama dengan yang biasa diajarkan operator. 5. Mengurai Pekerjaan atas elemen pekerjaan Pekerjaan dipecah menjadi elemen-elemen pekerjaan yang merupakan gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Waktu siklus adalah penyelesaian satu satuan produk sejak bahan baku mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan. 6. Menyiapkan alat-alat pengukuran Alat-alat yang disiapkan untuk melakukan pengukuran waktu proses tersebut adalah: - Jam henti (stop-watch) - Lembaran-lembaran pengamatan - Pena atau pensil - Papan pengamatan Melakukan Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerja setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah pengukuran pendahuluan. Tujuan melakukan hal ini ialah agar nantinya mendapatkan perkiraan statistikal dari banyaknya pengukuran yang harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan (Sutalaksana, dkk 2005). Pemprosesan hasil pengukuran diatas dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini: 1. Mengelompokkan penyelesaian ke dalam subgrup-subgrup, dan hitung harga rataratanya. 2. Hitung rata-rata dari harga rata-rata subgrup x = k x i di mana: x i adalah harga rata-rata dari subgrup ke-i k adalah harga banyaknya subgrup yang terbentuk II-2

3 3. Hitung harga standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian dengan: dimana: ( x j x) σ = N 1 N adalah jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan x j adalah waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan yang telah dilakukan. 4. Hitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata subgrup: dimana n: adalah besarnya subgrup σ = 5. Tentukan batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB) dengan: BKA = Χ + 2σ X x σ n 2 BKB = Χ 2σ X. Tingkat Ketelitian, Keyakinan, dan Keseragaman Data Berbicara mengenai tingkat ketelitian dan pengujian keseragaman data,sebenarnya merupakan pembicaraan tentang pengertian statistik. Karenanya untuk memahami secara mendalam diperlukan beberapa pengetahuan statistik (Sutalaksana, dkk 2005). Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan Pengukuran yang ideal tentunya dilakukan pengukuran yang sangat banyak (sampai tak terhingga kali,misalnya), karena dengan demikian diperoleh jawaban yang pasti. Tetapi hal ini jelas tidak mungkin karena keterbatasan waktu, tenaga, dan tentunya biaya. Tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat banyak (Sutalaksana, dkk 2005). II-3

4 Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen (dari waktu penyelesaiansebenarnya yang harus dicari). Tingkat keyakinan menunjukkan besarnya pengukur bahwa hasil yang diperoleh memnuhi syaratketelitian tadi. Tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti bahwa pengukur memperbolehkan rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejaun 10% dari rata-rata sebenarnya; dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95% (Sutalaksana, dkk 2005). Jika diinginkan tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 90%, maka: 0, (1) dimana: adalaharga rata-rata sebenarnyadari waktu penyelesaian yang didekati oleh: dengan: adalah harga-harga waktu penyelesaian yang tercatat dalam pengukuran adalah banyaknya pengukuran yang telah dilakukan adalah standar deviasi distribusi harga rata-rata (sampel) waktu penyelesaian yang diukur, dan besarnya:. N adalah banyaknya pengukuran yang diperlukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan tersebut. Sehingga 0,05. II-4

5 dan dengan penyelesaian aljabar biasa akhirnya akan didapat:. " " " Catatan: Jika diinginkan tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95%, maka persamaan (1) menjadi: 0,1 2 dan jika diinginkan tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95%, maka persamaan (1) menjadi: 0,05 3 Penyesuaian Dan Kelonggaran Data Menurut sutalaksana, dkk (2005), dikemukakan bahwa setelah waktu siklus W s didapat, waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan W b diperoleh dengan terlebih dahulu menghitung waktu normal W n dengan: W n = W s x p dan kemudian menghitung waktu baku W b dengan: W b = W n (1+1) II-5

6 Tabel 2. 1 Penyesuaian Menurut Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Keterampilan `Usaha Kondisi Kerja Konsistensi Superskill A1 +0,15 A2 +0,13 Excelent B1 +0,11 B2 +0,08 Good C1 +0,06 C2 +0,13 Average D 0,00 Fair E1-0,05 E2-0,10 Poor F1-0,16 F2-0,22 Excessive A1 +0,13 A2 +0,12 Excelent B1 +0,10 B2 +0,08 Good C1 +0,05 C2 0,00 Average D -0,04 Fair E1-0,04 E2-0,08 Poor F1-0,12 F2-0,17 Ideal A +0,06 Excelent B +0,04 Good C +0,02 Average D 0,00 Fair E -0,03 Poor F -0,07 Perpect A +0,04 Excelent B +0,03 Good C +0,01 Average D 0,00 Fair E -0,02 Poor F -0,04 Sumber: Sutalaksana, dkk (2005) II-6

7 Faktor Tabel 2.2 Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Kondisi aktual Kelonggaran Ekivalen beban A. Tenaga yang di keluarkan Pria Wanita 1 Dapat diabaikan Bekerja dimeja, duduk Tanpa beban 0,0-6,0 0,0-6,0 2 Sangat Ringan Bekerja dimeja, berdiri 0,00-2,25 kg 6,0-7,5 6,0-7,5 3 Ringan Menyekop, ringan 2,25-9,00 kg 7,5-12,00 7,5-16,00 4 Sedang Mencangkul 9,00-18,00 kg 12,0-19,00 16,0-30,00 5 Berat Mengayun palu yang berat 18,00-27,00kg 19,0-30,0 6 Sangat berat Memanggul beban 27,00-50,00 kg 30,0-50,0 7 Luar biasa berat Memanggul karung berat diatas 50,00 kg B. Sikap Kerja 1 Duduk Bekerja duduk, ringan 0,0-1,0 2 Berdiri diatas dua kaki Badan Tegak, ditumpu dua kaki 1,0-2,5 3 Berdiri diatas satu kaki Satu kaki mengerjakan alat kontrol 2,5-4,0 4 Berbaring Pada bagian sisi, belakang atau depan badan 2,5-4,0 5 Membungkuk Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki 4,0-10,00 Sumber: Sutalaksana, dkk (2005) II-7

8 Tabel 2.2 Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor yang Berpengaruh (lanjutan) Faktor Kondisi Aktual Ekivalen Beban Kelonggaran C. Gerakan kerja 1 Normal Ayunan bebas dari palu 0 2 Agak terbatas Ayunan terbatas dari palu Membawa beban berat dengan satu Sulit tangan Pada anggota-anggota badan terbatas Bekerja dengan tangan diatas kepala Bekerja di lorong pertambangan yang Seluruh badan anggota terbatas sempit D. Kelelahan Mata *) Pencahayaan Baik Wanita 1 Pandangan yang terputus-putus Membawa alat ukur 0,0-6,0 0,0-6,0 2 Pandangan yang hampir terus-menerus Pekerjaan-pekerjaan yang teliti 6,0-7,5 6,0-7,5 3 Pandangan terus-menerus dengan fokus tetap Pemeriksaan yang teliti 7,5-12,00 7,5-16,00 4 Pandangan terus-menerus dengan fokus berubah-ubah Memeriksa cacat-cacat pada kain 12,0-19,00 16,0-30,00 5 Pandangan terus-menerus dengan konsentrasi tinggi dan fokus tetap 19,0-30,0 6 Pandangan terus-menerus dengan konsentrasi tinggi dan berubah-ubah 30,0-50,0 Sumber: Sutalaksana, dkk (2005) II-8

9 Tabel 2. 2 Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor yang Berpengaruh (lanjutan) Faktor Kondisi Aktual Ekivalen Beban Kelonggaran E. Keadaan suhu tempat kerja **) Suhu ( o C) Kelelahan Normal Berlebihan 1 Beku Dibawah 0 Diatas 10 Diatas 12 2 Rendah Sedang Normal Tinggi diatas Sangat tinggi Diatas 40 Diatas 100 F. Keadaan atmosfer ***) Pencahayaan Baik Wanita 1 Baik Ruang yang berfentilasi baik, udara segar 0 2 Cukup Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan (tidak berbahaya) Kurang Baik Adanya debu-debuan beracun atau tidak beracun tetapi banyak Adanya bau-bauan berbahaya yang 4 Buruk mengharuskan menggunakan alat pernafasan Sumber: Sutalaksana, dkk (2005) II-9

10 Tabel 2. 2 Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor yang Berpengaruh (lanjutan) Faktor Kondisi Aktual Ekivalen beban Kelonggaran G. Keadaan lingkungan yang baik 1 Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0 2 Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10 detik Siklus kerja berulang-ulang antara 0-5 detik Sangat bising Jika faktor-faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas Terasa adanya getaran lantai Keadaan yang luar biasa 5-15 Sumber: Sutalaksana, dkk (2005) *) Kontras antara warna hendaknya diperhatikan **) Tergantung juga pada keadaan ventilasi ***) Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim Catatan pelengkap: Kelonggaran untuk kebutuhan pribadibagi: Pria = 0-2,5% Wanita = 2-5% II-10

11 2.2 Peta Proses Operasi (Operation Process Chart - OPC) Suatu peta proses operasi menggambarkan langkah-langkah proses operasi dan pemeriksaan yang dialami bahan (atau bahan-bahan). Peta ini juga memuat informasiinformasi yang diperlukan untuk analisis lebih lanjut, seperti: waktu yang dihabiskan, material yang digunakan dan tempat atau alat atau mesin yang dipakai. Sesuai relevansinya, pada akhir keseluruhan proses dinyatakan keberadaan penyimpanan (Sutalaksana, dkk, 2005). Kegunaan Peta Proses Operasi: Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya. Bisa memperkirakan akan kebutuhan akan bahan baku. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai. Sebagai alat untuk pelatihan kerja. Dan lain-lain Prinsip Pembuatan Peta Proses Operasi: Pada baris paling atas dinyatakan kepalanya Peta Proses Operasi diikuti oleh identifikasi lain seperti: nama objek, nama pembuat peta, tanggal dipetakan, sebagai usulan atau sekarang, nomor peta dan nomor gambar. Material yang akan diproses dinyatakan tepat di atas garis horisontal, yang menunjukan bahwa material tersebut menunjukan kedalam urutan tempat material tersebut kemudian diproses. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, dari atas kebawah sesuai uruturutan prosesnya. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai dengan urutan operasi terkait Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi. II-11

12 II-12

13 2.3 Metode ABC (Activity-Based Costing) Pengertian Metode ABC (Activity-Based Costing) Pada tahap awalnya ABC system digunakan untuk memperbaiki metode penentuan kos produk, maka sampai sekarang masih ada sementara orang yang memandang ABC sistem tidak lebih sebagai sistem akutansi biaya yang fungsinya mengukur, mengklasifikasikan, dan mencatat data biaya, serta menyajikan laporan biaya, serta menyajikan laporan biaya kepada manajemen puncak. Activity-Based Costing system (ABC system) adalah sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas. Activity-Based Costing system (ABC system) didesain dengan keyakinan dasar bahwa biaya hanya dapat dikurangi secara signifikan melalui pengelolaan terhadap penyebab timbulnya biaya, yaitu aktivitas (Mulyadi, 2003). Rerangka proses pengolahan data dalam ABC System dijelaskan pada gambar 2.3. Dari gambar tersebut terlihat proses pengolahan data dalam ABC system dibagi menjadi dua tahap: (1) Activity-Based Process Costing, yaitu pembebanan sumber daya (employee resource dan expensource) ke aktivitas dan (2) Activity-Based Object Costing yaitu pembebanan Activity Cost ke Cost object (Mulyadi, 2003). Gambar 2.3 Rerangka Proses Pengolahan Data dalam ABC System Sumber: Mulyadi (2003) Kalkulasi Biaya Aktivitas (Activity Based Costing) Perhitungan harga pokok yang berkembang dalam dunia industri dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu kalkulasi harga pokok konvensional atau tradisional dimana biaya overhead pabrik yang menggunakan tarif ditentukan dimuka II-13

14 berdasarkan aktivitas (activity -based costing/abc), dimana biaya overhead pabrik atau biaya konversi dibebankan berdasarkan tarif ditentukan dimuka yang terkait dengan aktivitas produksi. Kalkulasi harga pokok berdasarkan aktivitas ini dikelompokan dalam sistem manajemen modern, atau kalkulasi harga pokok modern (Mursyidi, 2008). Gambaran Umum Kalkulasi Harga Pokok ABC (Activity-Based Costing) Kalkulasi biaya tradisional, biaya overhead pabrik diperlakukan dalam dua tahap. Pertama: dilakukan penentuan tarif biaya overhead pabrik baik tarif tunggal ataupun tarif departemen: kedua, pembebanan biaya overhead pabrik ke harga pokok produk. Dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama penelusuran biaya overhead pabrik ke aktivitas-aktivitas, bukan ke unit organisasi tahap ini dilakukan setelah teridentifiksasi pemicu-pemicu (drivers) sumber daya. Tahap kedua, sebagaimana dalam sistem tradisional, yaitu membebankan biaya overhead pabrik ke harga pokok produk. Tahap sistem ABC tampak pada gambar berikut (Mursyidi, 2008): Resources Drivers Tahap Satu Tahap Dua Jenis Sumber daya Biaya Sumber Daya Aktivitas -aktivitas Pool Aktivitas Pemicu Direct Tracing Aktivitas Biaya Aktivitas Produk Gambar 2.4 Tahap Sistem ABC Sumber: Mursyidi (2008) II-14

15 Prosedur Tahap Satu Batch-Level Pool Tabel 2.3 Biaya Pool Unit-Level Pool Aktivitas Biaya (Rp) Aktivitas Biaya (Rp) Set up Power Penanganan bahan Testing Total Total Produksi dilakukan sebanyak 120 kali Tarif biaya overhead pabrik untuk pool ini adalah Rp dibagi 120 kali = Rp ,- setiap kali produksi Prosedur Tahap Dua Sumber: Mursyidi (2008) Jam Mesin sebanyak jam Tarif biaya overhead pabrik untuk pool ini adalah Rp dibagi jam = Rp ,- per jam mesin Prosedur tahap dua merupakan tahap pembebanan biaya overhead pabrik ke harga pokok produk, dengan formula tarif pool dikalikan dengan unit driver yang dikonsumsi oleh produk yang dihasilkan. Misalkan CV Nugraha dalam 80 kali produksi membutuhkan 2000 jam mesin, dan biaya utama sebesar Rp ,- untuk produk regular dan dihasilkan sebanyak unit; maka perhitungan harga pokok produk adalah sebagai berikut (Mursyidi, 2008). Tabel 2.4 Perhitungan Harga Pokok Produk Jenis Biaya dan Perhitungan Produk Mewah (Rp) Produk Reguler (Rp) Biaya utama Biaya overhead Batch-level pool 80 x Rp x Rp Unit-level pool x Rp x Rp Total biaya produksi Unit yang diproduksi unit unit Harga Pokok per unit Produk unit unit Sumber: Mursyidi (2008) II-15

16 Hirarki Biaya Melakukan kalkulasi biaya, sistem ABC mengenal apa yang disebut dengan hiraki biaya, yaitu pengelompokkan biaya menjadi cost pool yang berbeda atas dasar jenis pemicu biaya yang berbeda pula dan didasarkan pada alasan kesulitan penetapan hubungan sebab akibat antara sumber daya dengan aktivitas dan produk. Ada empat hirarki dalam sistem ABC, yaitu output unit-level cost, batch level cost, dan facility-sustaining cost. Output unitlevel cost, yaitu sumber daya yang berhubungan langsung dengan satuan unit produk atau jasa (Mursyidi, 2008). Output unit-level cost, yaitu sumber daya yang berhubungan langsung dengan satuan unit produk atau jasa. Jika produk meningkat maka penggunaan sumber daya ini meningkat, misalnya biaya manufaktur yang berkaitan dengan energi, depresiasi mesin, pemeliharaan dan perbaikan mesin adalah sumber daya yang terkait langsung dengan aktivitas pembuatan setiap jenis produk. Biaya ini akan meningkat penggunannya seiring dengan peningkatan produk atau jasa yang dihasilkan. Pada umumnya biaya output unit-level cost dibebankan keharga pokok produk atas dasar jam mesin (machine hours) (Mursyidi, 2008). Batch level cost adalah sumber daya yang terkait dengan aktivitas dari sekelompok unit produk atau jasa, dari pada satuan sejumlah produk yang memiliki spesifikasi tertentu dibutuhkan elama waktu setup yang sama. Juga dalam suatu perusahaan terkadang penanganan bahan membutuhkan produk atau jasa secara individual; misalnya untuk menghasilkan biaya yang signifikan, dari mulai melakukan order pembelian, penerimaan bahan, pergudangan sampai dengan pembayaran kepada supplier, maka diperlukan penanganan bahan secara khusus (Mursyidi 2008). Biaya penanganan bahan ini mencakup sejumlah aktivitas order pembelian dan lainnya, maka diperlukan adanya batch. Perhitungan tarif dalam satu batch-level cost dapat lebih dari satu sesuai dengan hasil analisis korelasi antara sumber daya/aktivitas yang dibiayai, misalnya biaya setup dibebankan atas dasar jam mesin, sedangkan biaya penanganan bahan dibebankan atas dasar order pembelian (Mursyidi, 2008). Product (or service)-sustaining cost adalah sumberdaya yang terkait dengan aktivitas untuk mendukung pembuatan satuan produk atau jasa secara individual; misalnya aktivitas perancangan (desain) suatu produk harus dilakukan untuk setiap jenis produk secara sendirisendiri. Ini memerlukan biaya tersendiri pula, terutama untuk setiap produk pesanan. Biaya ini II-16

17 dibebankan ke harga pokok produk dengan tarif yang sesuai dengan aktivitas desain, dapat berupa luas lantai (jika bangunan) (Mursyidi, 2008). Facility sustaining cost, merupakan sumberdaya yang terkait dengan aktivitas yang tidak dapat ditelusuri langsung (unreachable) kesatuan produk atau jasa secara individual, bahkan aktivitas yang mendukung satuan organisasi secara keseluruhan, misalnya biaya administrasi umum (termasuk sewa keamanan gedung). Biasanya sulit untuk menetapkan hubungan biaya dengan dasar alokasi biaya, maka kebanyakan perusahaan tidak membebankannya ke harga pokok produk, namun memasukanya sebagai pengurang langsung terhadap pendapatan operasional. Jadi dianggap sebagai biaya periodik (periodical cost). Jika dibebankan ke harga pokok produk atau jasa, maka biaya ini biasanya dialokasikan atas dasar jam tenaga kerja langsung (Mursyidi, 2008). Berdasarkan uraian diatas, maka contoh pengelompokan aktivitas hirarki biaya tampak pada tabel 2.1 sebagai berikut : Tabel 2.5 Pengelompokkan Aktivitas ke dalam Hirarki Biaya Hirarki Biaya Output unit- level Cost Aktivitas Pemakaian Bahan Penggunaan Tenaga Kerja Langsung Proses Produksi Pendistribusian Proses Produksi Hubungan sebab akibat Sebagai Dasar Penetapan Dasar Pembebanan Unit Produk/Jasa Jam kerja Tenaga Langsung Setiap Produk yang dihasilkan meningkat akan membutuhkan proses produksi bertambah atau lebih lama Tonase atau kemasan, yaitu aktivitas distribusi akan meningkat karena peningkatan produk yang akan dikirim, bisa juga atas dasar kubik Setiap Produk yang dihasilkan meningkat akan membutuhkan proses produksi bertambah atau lebih lama Pendistribusian Tonase atau kemasan, yaitu aktivitas distribusi akan meningkat karena peningkatan produk yang akan dikirim, bisa juga atas dasar kubik Sumber: Mursyidi (2008) II-17

18 Tabel 2.5 Pengelompokkan Aktivitas ke dalam Hirarki Biaya (Lanjutan) Batch-Level Cost Hirarki Biaya Product (or services)- Sustaining-Cost Facility- Sustaining Cost Kebersihan dan Pemeliharaan Aktivitas Desain Administrasi Selama proses Produksi dan saat harus dalam keadaan bersih dan harus dipelihara. Alokasi dapat atas dasar luas lantai. Hubungan sebab akibat Sebagai Dasar Penetapan Dasar Pembebanan Perancangan atas dasar luas area untuk semua produk Sumber daya administrasi mendukung tenaga kerja langsung, dan didasarkan pada jam tenaga kerja Sistem ABC Dalam Perusahaan Jasa atau Dagang Pada mulanya sistem ABC berkembang pada perusahaan manufaktur yang memiliki teknologi tinggi, artinya biaya peralatan jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya tenaga kerja, karena mekanisme proses produksi dapat dinyatakan serba otomatis (terkomputerisasi) atau menggunakan robot. Namun dapat juga diimplementasikan dalam perusahaan jasa misalnya, jasa telekomunikasi, rumah sakit, hotel, transportasi, atau perusahaan dagang dan distribusi. Sistem ABC diterapkan untuk mengidentifikasi keuntungan produk gabungan (Product-Mixes), mengembangkan tingkat efisiensi, dan meningkatkan kepuasan pelanggan (Mursyidi, 2008). Secara umum, prosedur implementasi sistem ABC dalam perusahaan dagang dan perusahaan jasa sama dengan perusahaan manufaktur. Biaya-biaya dikelompokan dalam pool biaya yang homogin kemudian diklasifikasikan sebagai, output-unit-level, batch-level, merchaindise-or service-sustaining, dan facility-sustaining cost. Biaya atau dibebankan ke harga pokok masing-masing barang dagang atau jasa atau kepada konsumen berdasarkan pemicu aktivitas (Activity drivers) atau dasar alokasi biaya sesuai dengan prinsip hubungan kualitas dengan biaya yang ada dalam setiap pool biaya (Mursyidi, 2008). II-18

19 2.4 Metode Time-Driven Activity-Based Costing Time-Driven Activity-Based Costing menghitung cost-driver rate berdasarkan practical capacity dari resources yang tersedia, mengukur atau mengestimasi jumlah waktu untuk sebuah aktivitas (Soeherman, 2007). Mengestimasi biaya per satuan waktu unit pada kapasitas. Survei mengenai karyawan tentang bagaimana mereka menghabiskan waktu produksi, pertama kali manajer memperkirakan kapasitas praktis/aktual sumber daya yang disediakan sebagai persentase dari kapasitas teoritis. Ada berbagai cara untuk melakukan ini. Sebagai aturan praktis, anda dapat mengasumsikan bahwa kapasitas penuh praktis/aktual adalah 80% sampai 85% dari kapasitas penuh teoritis. Jika seorang karyawan atau mesin bekerja selama 40 jam per minggu, kapasitas umum penuh adalah 32 dengan 35 jam per minggu. Biasanya, manajer akan membagikan tingkat yang lebih rendah 80% untuk pekerja, 20% untuk waktu istirahat, waktu kedatangan dan keberangkatan, komunikasi, dan pelatihan. Untuk mesin, manajer menentukan 15% perbedaan teoritis dan kapasitas praktis untuk memungkinkan downtime karena pemeliharaan, perbaikan, dan penjadwalan fluktuasi. Suatu pendekatan lebih sistematis, dimaksudkan, untuk mengulas aktivitas masa lalu dan mengidentifikasi jumlah terbesar pesanan per bulan yang ditangani tanpa penundaan yang berlebihan, berkualitas buruk, lembur, atau stres karyawan. Apapun pendekatan yang anda suka, itu penting untuk tidak terlalu sensitif terhadap kesalahan kecil. Tujuannya adalah untuk kecukupan data yang benar, 5% sampai 10% dari jumlah kapasitas aktual, daripada ketelitian. Jika estimasi kapasitas nyata mengalami suatu kesalahan, proses melakukan sistem Time-Driven ABC akan megungkapkan kesalahan dari waktu ke waktu (Kaplan & Anderson 2004). Kembali ke contoh, asumsikan bahwa departemen layanan pelanggan mempekerjakan 28 repetisi untuk bekerja digaris depan dan bekerja selama 8 jam per hari. Secara teori, masing-masing pekerja melakukan pekerjaan selama menit per bulan atau menit per kuartal. Kapasitas praktis sekitar 80% teoritis Oleh karena itu sekitar menit per triwulan per karyawan, atau total menit. Ketika kita mengetahui biaya penyediaan kapasitas $560,000 biaya tertinggi dapat dihitung anggaran biaya kapasitas per menit ($0,80) (Kaplan & Anderson 2004). Estimasi unit waktu dari aktivitas. Menghitung biaya waktu per unit dengan menyediakan sumber daya ke aktivitas bisnis, manajer menghitung waktu yang dibutuhkan satu unit dari masing-masing aktivitas. Angka ini dapat diperoleh melalui wawancara dengan II-19

20 karyawan atau pengamatan langsung atau observasi langsung. Tidak selalu dibutuhkan untuk melakukan survei, walaupun organisasi yang besar, tetapi dengan mensurvei karyawan dapat membantu. Pertanyaannya adalah bukan mengenai persentase waktu karyawan untuk menghabiskan waktu dalam melakukan aktivitas (proses pesanan) tetapi berapa lama pekerja menyelesaikan satu unit pada satu aktivitas (waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu proses pesanan). Ketepatatan bukan suatu kritikan; ketepatan yang kasar cukup, misalkan, manajer memaparkan bahwa dibutuhkan 8 menit untuk memproses sebuah order, 44 menit untuk menangani permintaan, dan 50 menit untuk mengerjakan pengecekan kredit (Kaplan & Anderson 2004). Menurunkan biaya penanganan, dapat dikalkulasikan dengan mengalikan dua input variabel yang sudah diestimasi. Departemen layanan pelanggan, kita memperoleh biaya penanganan sebesar $6.40 (8 x $0,80) untuk proses pesanan pelanggan, $35.20 (44 x $0.80) untuk penanganan permintaan, dan $40 (50 x $0.80) untuk melakukan pengecekan kredit, jika anda mampu menerapkan tingkat standar ini, anda dapat menerapkan didunia nyata untuk menetapkan biaya pelanggan sebagai transaksi yang terjadi. Standar biaya dapat digunakan dalam penawaran kepada pelanggan tentang penetapan harga bisnis baru (Kaplan & Anderson 2004). Dampak Kapasitas Praktis Tabel ini menunjukan efek biaya permintaan ketika menggunakan angka kapasitas praktis (700,000 menit), diasumsikan 80% dari kapasitas secara teoristis. Kita bisa melihat sekitar 83% dari kapasitas departemen layanan pelanggan (Kaplan & Anderson 2004). Tabel 2.6 Dampak Kapasitas Praktis Aktivitas Waktu (menit) Jumlah Total Menit Total Biaya Proses pesanan pelanggan ,000 $ 313,600 Penanganan permintaan pelanggan 44 1,4 61,600 $ 49,280 Pengecekan kredit 50 2,5 125,000 $ 100,000 Total 578,600 $ 462,880 Sumber: Kaplan & Anderson (2004) II-20

21 Persamaan Waktu Untuk Menangkap Kesulitan Sejauh ini, kita telah mengandalkan asumsi penting mengenai penyederhanaan untuk segala pesanan atau transaksi jenis tertentu yang sama dan membutuhkan jumlah waktu yang sama untuk diproses. Tetapi Time-Driven Activity-Based Costing tidak membutuhkan penyederhanaan ini. Hal ini dapat mengakomodasi kesulitan operasi di dunia nyata dengan memasukan persamaan waktu, fitur baru yang memungkinkan model untuk mencerminkan bagaimana pesanan dan karakteristik aktivitas yang menyebabkan waktu pemprosesan berbeda. Persamaan waktu sangat menyederhanakan proses estimasi dan menghasilkan model biaya yang jauh lebih akurat daripada menggunakan teknik tradisional ABC (activity based costing) (Kaplan & Anderson 2004). Kunci utama adalah suatu transaksi yang seharusnya mudah dijadikan rumit, seorang manajer mampu mengidentifikasi apa yang membuat menjadi rumit. Variabel yang paling mempengaruhi aktivitas yang ditentukan dengan cara mengspesifikasi secara tepat dan sudah dicatat dalam sistem informasi perusahaan. Contoh, asumsikan seorang manajer meneliti proses pengepakan kimia untuk dikirim, kesulitan muncul dari kebutuhan potensial untuk pengepakan secara khusus dan kebutuhan tambahan untuk pengiriman melalui transportasi udara yang berbeda cara untuk pengiriman melalui transportasi darat (Kaplan & Anderson 2004). Katakanlah suatu bahan kimia yang sudah dikemas membutuhkan standar pengiriman, pengepakan bahan kimia membutuhkan waktu sekitar 0,5 menit untuk persiapan sebelum dikirim. Jika suatu barang membutukan kemasan baru, perkiraan manajer, baik dari pengalaman atau dari beberapa pengamatan membutuhkan waktu tambahan selama 6,5 menit untuk menyediakan kemasan baru. Jika barang dikirim melalui transportasi udara. Seseorang tahu (atau dengan cepat menentukan) akan membutuhkan 2 menit untuk menempatkan kemasan dalam container (Kaplan & Anderson 2004). Informasi ini memungkinkan seorang manajer untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk proses pengemasan: Waktu pengepakan = 0,5 + 6,5 {jika pengepakan khusus diperlukan} + 2,0 {jika dikirim melalui transportasi udara. II-21

22 ABC (Activity Based Costing), Cara Time-Driven Laporan Time Driven Activity Based Costing ditunjukan pada operasional kedua. Asumsikan suatu departemen memproses 51,000 pesanan pelanggan, mengurus 1,150 permintaan, dan melakukan 27,000 pengecekan kredit. Data mengungkapkan perusahaan menganggarkan $85,120 dari sumber yang tidak terpakai selama periode tertentu, menunjukan peluang untuk penghematan atau pertumbuhan yang bergantung pada keadaan perusahaan (Kaplan & Anderson 2004). Tabel 2.7 Perhitungan Time-Driven ABC Unit Total Time Used Cost-Driver Total Cost No. Activity Quantity Time (In minutes) Rate Assigned 1 Process customer orders ,000 $6.40 $326,400 2 Handle customer inquiries 1, ,6000 $35.20 S40,480 3 Perform credit checks 2, , $40.00 $108,000 Total Used 593,600 $474,880 Total Supplied $560,000 Unused Capacity 106,400 $85,120 Sumber: Kaplan & Anderson (2004) Berbagai perusahaan telah menggunakan sistem ERP menyimpan data secara berurut, pengemasan, metode distribusi dan kegiatan produksi lainnya. Pesanan ini dan data transaksi khusus membutuhkan waktu yang khusus dari setiap pesanan yang ada, membutuhkan perhitungan secara cepat seperti perhitungan diatas (Kaplan & Anderson 2004). 2.5 Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dikurangi persediaan produk dalam akhir proses akhir. Harga pokok produksi terikat pada periode waktu tertentu. Harga pokok produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada persediaan produk dalam proses awal dan akhir (Bustami dan Nurlela, 2009). Metode Penentuan Biaya Produksi Metode penentuan kos produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam kos produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam kos produksi, terdapat dua pendekatan: full costing dan variable costing (Mulyadi, 2009). II-22

23 Pentingnya Harga Pokok Produksi laporan harga pokok produksi dalam perusahaan manufaktur biasanya disajikan dalam bentuk: PT XXX Laporan Harga Pokok Produksi Untuk Tahun Yang Berakhir Tgl 31 Des 20xx Bahan langsung Persediaan Bahan Baku Awal Pembelian Bahan Baku Biaya Angkut Pembelian Potongan Pembelian () Retur Pembelian () Pembelian Bersih Bahan Baku Tersedia digunakan Persediaan Bahan Baku Akhir Biaya Pemakaian Bahan Baku Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Bahan Penolong Tenaga Kerja Tak Langsung Pengawasan Listrik dan Air Reparasi dan Pemeliharaan Mesin Dll Jumlah Biaya Overhead Jumlah Biaya Produksi Barang dalam Proses Awal Produksi Barang dalam Proses Tahun ini Barang dalam Proses Akhir Produksi Harga Pokok Produksi Sumber: Mulyadi (2001) () II-23

Lampiran A. Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM

Lampiran A. Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM 121 Lampiran A Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM 122 Tabel Penyesuaian Metode Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Ketrampilan Superskil A1 +0,15 A2 +0,13 Excelent B1 +0,11 B2 +0,08 Good

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. 20 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengukuran Waktu Kerja Menurut Sutalaksana dkk. (2006), Pengukuran waktu kerja ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang diperlukan.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Pemilihan Operator Normal pada Work Centre Pemotongan Plat, Gerinda, dan Polish 1. Pemilihan Operator Normal pada Work Centre Pemotongan Plat Work centre

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C + 0,03 Average D 0,00 Fair

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Rating Factor Kriteria rating factor, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini : Super Skill: 1. Bekerja dengan sempurna 2. Tampak

Lebih terperinci

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Uji Keseragaman Data Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Pengamatan (Menit) No Kegiatan Rata rata sigma (Xirata)^2 S BKA BKB Keterangan 1 Plat MS di ukur, digambar dan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA SAMPLING PEKERJAAN (WORK SAMPLING)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA SAMPLING PEKERJAAN (WORK SAMPLING) Times New Roman, 16, Bold, Centre LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA SAMPLING PEKERJAAN (WORK SAMPLING) Times New Roman, 12, Centre Disusun Oleh : Nama / NPM : 1.. / NPM 2.. / NPM Kelompok

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A2 + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B2 + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C2 + 0,03 Average D 0,00 Fair

Lebih terperinci

Kelonggaran (%) Faktor Contoh pekerjaan. A. Tenaga yang dikeluarkan Ekivalen beban Pria Wanita

Kelonggaran (%) Faktor Contoh pekerjaan. A. Tenaga yang dikeluarkan Ekivalen beban Pria Wanita Faktor Contoh pekerjaan Kelonggaran (%) A. Tenaga yang dikeluarkan Ekivalen beban Pria Wanita 1Dapat diabaikan Bekerja di meja, duduk tanpa beban 0,0-6,0 0,0-6,0 2 Sangat ringan Bekerja di meja, berdiri

Lebih terperinci

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING)

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING) PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING) PENDAHULUAN Activity-based costing (ABC) membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi terhadap aktivitas. Sistem ini

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO LAMPIRAN 2 URAIAN TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB UNTUK MASING-MASING JABATAN DI PT. KARYA DELI STEELINDO MEDAN. 1. Direktur Direktur merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos Mulyadi (2003: 4) menjelaskan bahwa kos (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara

L A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara L A M P I R A N Tabel Besarnya Kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh Faktor Contoh pekerjaan Kelonggaran ( % ) A. Tenaga yang dikeluarkan 1. Dapat diabaikan 2. Sangat ringan 3. Ringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penulisan ini, diperlukan teori teori yang mendukung, yang didapat dari mata kuliah yang pernah diajarkan dan dari referensi referensi sebagai bahan pendukung. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk suatu proses produksi. Untuk mendefinisikan biaya secara jelas, penulis akan memberikan

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENGUKURAN WAKTU KERJA Pengukuran kerja atau pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan

Lebih terperinci

METODE PEMBEBANAN BOP

METODE PEMBEBANAN BOP METODE PEMBEBANAN BOP ~ Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas ~.[metode tradisional] Kalkulasi biaya atau costing, adalah cara perhitungan biaya, baik biaya produksi maupun biaya nonproduksi. Yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Biaya 1. Pengertian Biaya Biaya menurut Atkinson dan Kaplan (2009 : 33) adalah nilai moneter barang dan jasa yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat sekarang atau masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN-. URAIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB Uraian tugas dari masing-masing jabatan pada PD Aneka Industri dan Jasa Sumatera Utara adalah sebagai berikut :. Direktur Direktur PD. Aneka Industri

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011

BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011 BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011 TUJUAN PEMBELAJARAN Menjelaskan pengertian metode alokasi berbasis aktivitas (ABC) Mengalokasikan

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu hal yang sangat menentukan keberhasilan suatu proyek dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Biaya Menjalankan suatu usaha membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan agar perusahaan mampu terus berkualitas. Biaya sendiri merupakan hal yang sangat penting dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Pabrik roti seperti PT Nippon Indosari Corpindo merupakan salah satu contoh industri pangan yang memproduksi produk berdasarkan nilai permintaan, dengan ciri produk

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Adapun uraian tugas dan tanggung jawab setiap bagian pada PT. Tjipta Rimba Djaja dapat dilihat sebagai berikut: 1. Direktur a. Memberikan garis besar kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Jurnal dan referensi diperlukan untuk menunjang penelitian dalam pemahaman konsep penelitian. Jurnal dan referensi yang diacu tidak hanya dalam negeri namun juga

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern seperti saat ini, sebagai pekerja yang baik harus mampu menciptakan suatu sistem kerja yang baik dalam melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan hal yang paling penting bagi manajemen perusahaan sebagai basis data biaya untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Studi sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. Yang dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurang diperhatikannya produktivitas pekerja pada suatu proyek konstruksi dapat menghambat pekerjaan konstruksi tersebut. Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengukuran Kerja Menurut Sritomo, pengukuran kerja adalah : metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Salah

Lebih terperinci

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan. Biaya per

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Activity Based Costing

Pertemuan 3 Activity Based Costing 1 Pertemuan 3 Activity Based Costing A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

Lebih terperinci

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Penentuan tarif merupakan salah satu bagian dari tujuan akuntansi biaya yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen, oleh karena itu sebelum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis, tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teknik Pengukuran Data Waktu Jam Henti Di dalam penelitian ini, pengukuran waktu setiap proses operasi sangat dibutuhkan dalam penentuan waktu baku setiap

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Kerangka Pemikiran Sistem perhitungan biaya produksi menggunakan metode ABC ini masih termasuk baru sehingga masih banyak perusahaan yang belum mengenal sistem ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Permasalahan Umum PT. Multi Makmur Indah Industri adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, khususnya pembuatan kaleng kemasan produk. Dalam perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 2. Diskripsi CV. Jawa Dipa CV. Jawa Dipa merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dibidang permebelan yang ada di Desa Bondo, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 7 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk. Contoh peraga 5.2 Perhitungan biaya satuan : produk tunggal. Biaya produksi

Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk. Contoh peraga 5.2 Perhitungan biaya satuan : produk tunggal. Biaya produksi PENENTUAN HARGA POKOK BERDASARKAN AKTIVITAS ( ACTIVITY BASED COSTING) Pendahuluan Keterbatasan penentuan harga pokok konvensional terletak pada pembebanan overhead. Dalam system biaya tradisional ada dua

Lebih terperinci

MATERI 4. KALKULASI KOS BERDASAR AKTIVITAS (ABC System)

MATERI 4. KALKULASI KOS BERDASAR AKTIVITAS (ABC System) MATERI 4 KALKULASI KOS BERDASAR AKTIVITAS (ABC System) Definisi SUATU PENDEKATAN PENENTUAN BIAYA PRODUK YANG MEMBEBANKAN BIAYA KE PRODUK ATAU JASA ATAS DASAR KONSUMSI SUMBERDAYA YANG DIGUNAKAN UNTUK MENDUKUNG

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Perkembangan teknologi yang semakin pesat, mengakibatkan perubahan pola persaingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Biaya merupakan komponen terpenting dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi. Setiap perusahaan yang bertujuan mencari laba (profit oriented) ataupun tidak mencari

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014 1 PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Harga Pokok Produksi 2.1.1 Pengertian harga pokok produksi Harga pokok produksi adalah harga pokok produk yang sudah selesai dan ditransfer ke produk dalam proses pada periode

Lebih terperinci

Risma Yurnita, Holly Deviarti. Universitas Bina Nusantara Jln. Kebon Jeruk Raya No. 20 Jakarta Barat Phone

Risma Yurnita, Holly Deviarti. Universitas Bina Nusantara Jln. Kebon Jeruk Raya No. 20 Jakarta Barat Phone ANALISIS PERBANDINGAN METODE TRADISIONAL DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING UNTUK MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI (STUDI KASUS PADA PT.PYRAMID MEGAH SAKTI DI MAKASSAR) Risma Yurnita, Holly Deviarti Universitas

Lebih terperinci

Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016

Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016 Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016 Biaya per unit: arti penting dan cara menghitung (contd.) UNIT COST: Definition

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Biaya Penentuan biaya selalu menjadi fokus utama bagi para manajer karena melalui pembebanan biaya bagi setiap item (produk maupun jasa) yang dihasilkan membantu para manajer

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai

BAB II LANDASAN TEORI. dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sapi Perah Secara umum, sapi perah merupakan penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai bangsa sapi perah yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran, fitness center,

BAB I PENDAHULUAN. hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran, fitness center, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin banyaknya perusahaan jasa terutama yang bergerak di bidang pariwisata dan perhotelan menyebabkan semakin ketatnya persaingan antar hotel. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan 9 BAB II LANDASAN TEORI II.1. SISTEM AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan dalam mengelola biaya produksi suatu produk. Teknologi yang bermunculan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstraksi Hasil Pengumpulan Data 5.1.1 Data Umum Produk Perusahaan menggunakan batch sebagai satuan dalam produksi, dimana 1 batch adalah sebesar : 1. Spon untuk ukuran 9

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Manusia merupakan salah satu elemen utama pada sistem industri dalam menjalankan aktivitas. Tanpa adanya campur

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PT TUNGGUL NAGA ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM TIAP PRODUK DALAM SISTEM TRADISIONAL

LAMPIRAN 1 PT TUNGGUL NAGA ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM TIAP PRODUK DALAM SISTEM TRADISIONAL LAMPIRAN 1 PT TUNGGUL NAGA ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM TIAP PRODUK DALAM SISTEM TRADISIONAL PRODUK VOLUME PRODUK TARIF BOP / UNIT BOP Classic 605,503 Rp 182.40 Rp 110,443,747 Premium 4,718,519

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. 2.1.1. Studi Waktu Menurut Wignjosoebroto (2008), pengukuran

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, berbagai macam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya II.1.1 Pengertian Biaya Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000) mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk Bab IV PEMBAHASAN Perhitungan harga pokok produksi yang akurat sangatlah penting bagi perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk dapat menentukan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelancaran dan keberhasilan suatu perusahaan bergantung pada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Kelancaran dan keberhasilan suatu perusahaan bergantung pada kemampuan Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kelancaran dan keberhasilan suatu perusahaan bergantung pada kemampuan manajemen dalam mengambil keputusan. Agar operasi perusahaan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan adalah untuk menghasilkan keuntungan, menjaga kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk meningkatkan profitabilitas

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data gerakan kerja dilakukan dengan cara merekam proses perakitan resleting polyester dengan handycam / kamera video. Setelah itu data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang membahas mengenai penentuan harga pokok produk. Akuntansi biaya secara khusus berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi Biaya merupakan hal yang penting bagi perusahaan manufaktur dalam mengendalikan suatu biaya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN Kelancaran atau keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang dapat dipercaya sebagai dasar untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan akuntansi yang membicarakan tentang penentuan harga pokok dari suatu produk yang diproduksi, baik untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Definisi Biaya Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai: Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan hal yang paling penting bagi manajemen perusahaan sebagai basis data biaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 6 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Penggolongan Biaya Menurut Mulyadi (2011:8) Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam penerapan activity based costing, pemahaman konsep dan klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari tugas akhir ini antara lain : 1. Pada penjadwalan awal departemen machining mengalami keterlambatan sebanyak 11 item pada periode

Lebih terperinci

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan hal yang paling penting bagi manajemen perusahaan sebagai basis data biaya

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN Gejala-gejala Sistem Biaya yang Telah Usang 1. Hasil penawaran yang sulit dijelaskan 2. Harga jual bervolume tinggi yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu 7 BAB II LANDASAN TEORI Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu adanya dasar teori yang tepat yang dapat dijadikan patokan dalam pembahasan kasus. Oleh karena itu metode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Dari penelitian menerangkan bahwa, Perancangan kerja merupakan suatu disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prosedur dan prinsip

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Biaya Produksi PT. Sorin Maharasa adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam industri berbahan baku daging. Perusahaan tersebut menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. II.1.1. Konsep Biaya Identifikasi Biaya Definisi biaya menurut Krismiaji (2002), Cost adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang harus mendapat perhatian dalam menentukan biaya produksi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini dimana perindustrian semakin maju dan didukung dengan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat sangat dirasakan

Lebih terperinci

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH 3.1 Biaya 3.1.1 Pengertian Biaya Biaya memiliki dua pengertian baik pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam arti luas, biaya adalah

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing. Rista Bintara, SE., M.Ak.

Akuntansi Biaya. Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing. Rista Bintara, SE., M.Ak. Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci