LOMBA KARYA TULIS ILMIAH GANESA 2013 JUDUL LKTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LOMBA KARYA TULIS ILMIAH GANESA 2013 JUDUL LKTI"

Transkripsi

1 LOMBA KARYA TULIS ILMIAH GANESA 2013 JUDUL LKTI AKBID (AKTUALISASI KARAKTER BUDAYA INDONESIA): PUNAKAWAN SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TERPADU Diusulkan oleh : Mega Ariyanti (NIM / Angkatan 2012) Arief Sugeng Fuadi (NIM / Angkatan 2011) Faiz Balya Marwan (NIM / Angkatan 2012) UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013

2

3

4 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah menuntun manusia dengan Al Qur an dan Sunnah. Karya ilmiah ini disusun dalam rangka Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Unit Aktifitas Forum Studi Mahasiswa Pengembang Penalaran (Fordi Mapelar) Universitas Brawijaya dengan judul Akbid (Aktualisasi Karakter Budaya Indonesia): Punakawan sebagai Media Pendidikan Karakter Melalui Model Pembelajaran Terpadu pada Anak Tingkat Sekolah Dasar. Penyusunan karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. Moh. Muzakka, M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan, arahan, dan masukan selama penyusunan karya ilmiah ini. 2. Teman-teman dan keluarga yang telah banyak memberikan kritik, saran, dukungan, doa, dan semangat. 3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu selama penyusunan karya ilmiah ini. Penyusun menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharap kritik dan saran dari pembaca. Semoga karya ilmiah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bermanfaat bagi pembaca semua. Semarang, 1 Oktober 2013 Penyusun iii

5 DAFTAR ISI Halaman Judul Lembar Pengesahan... i Lembar Orisinalitas... ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... vi Ringkasan... vii BAB I: Pendahuluan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat... 3 BAB II: Tinjauan Pustaka Wayang Punakawan Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini dan Tingkat Sekolah Dasar... 7 BAB III: Metode Penulisan Metode Penulisan Sifat Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data... 9 BAB IV: Pembahasan Tahap Identifikasi Tahap Perencanaan Tahap Pelaksanaan Tahap Pengenalan Wayang dan Tokoh Punakawan Tahap Pementasan Wayang Tahap Edu-games iv

6 4.4 Tahap Pembiasaan Tahap Evaluasi BAB V: Penutup Kesimpulan Saran Daftar Pustaka Lampiran v

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Semar... 5 Gambar 2. Nala Gareng... 5 Gambar 3. Petruk... 6 Gambar 4. Bagong... 6 vi

8 RINGKASAN Wayang dapat diartikan sebagai salah satu kekayaan budaya yang bernilai seni tinggi. Dua arti penting yang akhirnya mengantarkan wayang Indonesia diakui UNESCO pada tahun 2003 sebagai warisan luhur budaya dunia dan menjadi salah satu dari sekian banyak kekayaan elemen budaya Indonesia yang digunakan sebagai identitas kebangsaan generasi muda Indonesia saat ini. Secara filosofi wayang merupakan bentuk pencerminan karakter manusia, tingkah laku, dan kehidupannya. Menurut Dr. Marwah Daud Ibrahim, kemajuan suatu bangsa tergantung pada pembentukan karakter generasi mudanya. Setidaknya ada 18 nilai karakter yang harus dimiliki, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Wayang Punakawan mengandung nilai-nilai yang dipandang penting untuk membangun pertumbuhan kepribadian anak karena di dalamnya mengandung simbol-simbol ketauladanan yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan bagi kehidupan. Dalam pendidikan karakter pada anak tingkat sekolah dasar diterapkan beberapa tahapan yang mendukung terlaksananya program tersebut, di antaranya adalah tahap identifikasi; tahap perencanaan; tahap pelaksanaan; tahap pembiasaan; dan tahap evaluasi. Dalam tahap pelaksanaan program terbagi lagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap pengenalan wayang dan tokoh Punakawan, tahap pementasan wayang, dan tahap edu-games atau permainan edukasi. Siswa sekolah dasar dikenalkan dengan wayang dan tokoh Punakawan yang disajikan dalam bentuk video semenarik mungkin dan buku paduan wayang. Kemudian, mengaplikasikan wayang dan tokoh Punakawan yang telah dikenalkan sebelumnya melalui sebuah pementasan atau pertunjukan wayang dengan memainkan tokoh Punakawan. Dalam pementasan tersebut jga disuguhkan lagulagu dolanan Jawa yang sesuai dengan tema cerita yang dipentaskan, lalu siswa diajak untuk aktif dalam edu-games yang mengandung nilai-nilai karakter. Metode pembiasaan juga diterapkan agar nilai karakter tersebut dapat tertanam dalam diri siswa. vii

9 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wayang merupakan bentuk kesenian Jawa yang masih hidup, masih dihidupi, dan menghidupi. Wayang juga dapat diartikan sebagai salah satu kekayaan budaya yang bernilai seni tinggi. Dua arti penting yang akhirnya mengantarkan wayang Indonesia diakui UNESCO pada tahun 2003 sebagai warisan luhur budaya dunia dan menjadi salah satu dari sekian banyak kekayaan elemen budaya Indonesia yang digunakan sebagai identitas kebangsaan generasi muda Indonesia saat ini. Kehadiran wayang ditengah-tengah masyarakat sejatinya mampu memberikan peranan penting dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia baik sebagai penyedap pertunjukan maupun sebagai prasarana dalam penyampaian pesan-pesan moral yang bermanfaat. Secara filosofi wayang merupakan bentuk pencerminan karakter manusia, tingkah laku, dan kehidupannya. Salah satu contoh wayang yang sampai saat ini masih hidup dan oleh masyarakat Indonesia dijadikan sebagai suri tauladan dan panutan hidup adalah Punakawan. Merupakan dunia wayang asli Indonesia yang terdiri atas tokoh Semar, Nala Gareng, Petruk, dan Bagong yang dibuat sedemikian rupa mendekati kondisi masyarakat Jawa yang beraneka ragam karakternya yang mengindikasikan sumber kebenaran dan kebajikan. Menurut Dr. Marwah Daud Ibrahim, kemajuan suatu bangsa tergantung pada pembentukan karakter generasi mudanya. Di era globalisasi sekarang ini, dimana kemajuan teknologi berkembang pesat, mengakibatkan kemudahankemudahan dalam mengakses peristiwa yang terjadi di benua lain membuat masyarakat Indonesia khususnya generasi muda lebih dekat dengan kebudayaan asing dibanding kebudayaannya sendiri. Hal seperti inilah yang nantinya dapat melunturkan budaya lokal termasuk budaya kesenian wayang serta lebih memprihatinkan jika kebudayaan asing merasuk dalam jiwa generasi muda Indonesia. Hilangnya karakter dan identitas kebangsaan generasi muda Indonesia akibat pengaruh kebudayaan asing saat ini perlu mendapatkan perhatian khusus.

10 2 Mengingat anak adalah calon generasi penerus yang merupakan aset utama dalam pelestarian dan pengembangan budaya bangsa ini. Namun, tingginya pengaruh budaya global tidak perlu lagi menjadi alasan tergesernya kebudayaan lokal, karena sumua itu bergantung pada usaha dan kemampuan kita untuk mengelola. Sehingga melalui karya tulis ilmiah ini, kami berusaha mengoptimalkan budaya asli Indonesia yaitu wayang sebagai media menuju Indonesia berkarakter kepada anakanak usia sekolah dasar. Anak-anak usia sekolah dasar adalah usia dini yang kemungkinan besar relatif mudah dididik dan diarahkan kepada suatu objek yang dipandang menarik. Anak-anak seusia ini belum banyak mengenal apa yang ada di sekitarnya. Mereka akan mudah tertarik pada sesuatu yang dirasa lebih dekat dengan dunia mereka, baik bentuk, karakter maupun nilai yang dikandung oleh suatu objek tertentu. Punakawan yang terdiri atas tokoh Semar, Nala Gareng, Petruk, dan Bagong memiliki karakter yang khas dan penuh makna. Karakter dan suri tauladan yang baik dalam Punakawan memiliki kesamaan dengan nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang telah ditetapkan oleh DIKNAS. Wayang Punakawan juga mengandung nilai-nilai yang dipandang penting untuk membangun pertumbuhan kepribadian anak karena di dalamnya mengandung simbol-simbol ketauladanan yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan bagi kehidupan. Nilai-nilai inilah yang perlu dilestarikan dan dikenalkan sejak dini kepada siswa sekolah dasar dalam rangka membentuk kepribadiannya. 1.2 Perumusan Masalah Pendidikan karakter sangat diperlukan agar generasi penerus bangsa khususnya anak sekolah dasar memiliki karakter, moral, dan tingkah laku yang baik dalam kehidupannya. Dalam dunia pewayangan, Punakawan yang terdiri atas tokoh Semar, Nala Gareng, Petruk, dan Bagong memiliki karakter yang khas dan penuh makna. Karakter yang dapat dijadikan sebagai suri tauladan dan panutan yang baik bagi anak sekolah dasar. Anak akan mudah tertarik pada sesuatu yang dirasa lebih dekat dengan dunia mereka, sehingga melalui wayang Punakawan sebagai media pendidikan karakter diharapkan dapat membentuk karakter dan kepribadian anak agar menjadi generasi muda yang bermoral untuk membangun Bangsa Indonesia lebih baik.

11 3 1.3 Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah: 1. Memperkenalkan karakter dan sifat-sifat baik tokoh wayang Punakawan kepada siswa sekolah dasar dalam rangka membentuk karakter dan kepribadiannya 2. Menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam tokoh wayang Punakawan 3. Membimbing siswa sekolah dasar agar menerapkan nilai karakter dan sifat-sifat baik tokoh Punakawan dalam kehidupan sehari-hari 4. Membentuk generasi muda yang berkarakter dan bermoral kuat melalui tokoh wayang Punakawan 5. Melestarikan serta meningkatkan kecintaan para siswa sekolah dasar terhadap budaya asli Indonesia yaitu wayang 6. Membantu upaya pemerintah dalam menyukseskan program pembentukan karakter

12 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wayang Wayang adalah salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan. Wayang kulit adalah salah satu jenis wayang yang ada di Indonesia, yang berarti gambar atau tiruan orang dan sebagainya yang terbuat dari kulit, kayu dan lain-lain untuk mempertunjukkan suatu lakon (cahcepu.com). Wayang kulit dalam bentuk aslinya dipergunakan untuk upacara agama. Pada abad ke-11 sudah mulai populer di kalangan rakyat. Sejak tahun 1058, bahkan sejak tahun 778 atau lebih tua lagi, sudah ada wayang atau ringgit. Angka tahun 1058 disalin oleh Brandes berdasarkan angka tahun dalam prasasti di Bali yang memberikan bukti adanya pertunjukan wayang ( Pertujukan wayang terdiri atas berbagai unsur, baik bersifat fisik maupun non-fisik. Unsur-unsur fisik berupa wayang, gawang dan kelir, bléncong, debog, tapak dara, kothak, gamelan, cempala, keprak, serta lain-lainya. Unsur non fisik yaitu perabot garap pakeliran yang berupa lakon, catur atau wacana, gerak wayang atau sabet, suluk, dodogan dan keprakan, serta karawitan pakeliran. Semua unsur tadi dalam pertunjukan disajikan secara serentak bersama dalam satu kesatuan sistem jalinan yang harmonis, tertib dan teratur, sehingga menghasilkan kesan estetik yang sungguh manakjubkan (Dr. Sayanto, S.Kar., MA). 2.2 Punakawan Punakawan adalah karakter yang khas dalam wayang Indonesia. Mereka melambangkan orang kebanyakan. Karakternya mengindikasikan bermacammacam peran, seperti penasihat para ksatria, penghibur, kritisi sosial, badut bahkan sumber kebenaran dan kebijakan. Dalam wayang Jawa karakter Punakawan terdiri atas Semar, Gareng, Bagong, dan Petruk.

13 5 1. Semar Gambar 1. Semar Semar berasal dari kata Samara (bergegas). Semar merupakan pusat dari Punakawan sendiri dan asal usul dari keseluruhan Punakawan itu sendiri. Semar disegani oleh kawan maupun lawan. Semar menjadi tokoh yang dihormati, namun tetap rendah hati, tidak sombong, jujur, dan tetap mengasihi sesama. Penuh kelebihan tetapi tidak lupa diri karena kelebihan yang dimiliki. 2. Nala Gareng Gambar 2. Nala Gareng Nala Gareng berasal dari kata nala khairan (memperoleh kebaikan). Nala gareng adalah seorang yang tak pandai bicara. Karakter yang disimbolkan adalah cacat kaki menggambarkan manusia harus berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Tangan yang cacat menggambarkan manusia bisa berusaha tetapi Tuhan yang menentukan hasil akhirnya. Mata yang cacat menunjukkan manusia harus memahami realitas kehidupan.

14 6 3. Petruk Gambar 3. Petruk Petruk berasal dari kata fat ruk (tinggalkanlah). Petruk adalah anak kedua Semar. Tokoh petruk digambarkan dengan bentuk panjang yang menyimbolkan pemikiran harus panjang. Dalam menjalani hidup manusia harus berpikir panjang (tidak grusa-grusu) dan sabar. Bila tidak berpikir panjang, biasanya akan mengalami penyesalan di akhir. 4. Bagong Gambar 4. Bagong Bagong berasal dari kata al ba gho ya (perkara buruk). Bagong adalah tokoh yang diciptakan dari bayangan Semar. Bagong bertubuh tambun gemuk seperti halnya Semar. Bagong berkarakter suka bercanda bahkan saat menghadapi persoalan yang teramat serius serta memiliki sifat lancang dan suka berlagak bodoh. Karakter yang disimbolkan dari bentuk bagong adalah manusia harus sederhana, sabar, dan tidak terlalu kagum pada kehidupan di dunia (dari berbagai sumber : yokimirantiyo.blogspot.com).

15 7 2.3 Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini dan Tingkat Sekolah Dasar Ada 18 nilai karakter yang harus dimiliki, yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/ komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, (18) dan tanggung Jawab. Paradigma pendidikan karakter, antara lain: 1. Pendidikan karakter adalah upaya penanaman nilai dan sikap, bukan pengajaran, sehingga memerlukan pola pembelajaran fungsional. 2. Pendidikan karakter menuntut pelaksanaan oleh tiga pihak secara sinergis, yaitu orang tua, satuan/ lembaga pendidikan, dan masyarakat. 3. Materi dan pola pembelajaran disesuaikan dengan pertumbuhan psikologis peserta didik. 4. Materi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal. 5. Materi pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam materi pembelajaran lain. (Sekretaris Ditjen PAUDNI Kemdikbud)

16 8 BAB III METODE PENULISAN 3.1 Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah metode deskriptif. Metode tersebut digunakan untuk mengambarkan fakta-fakta yang ada. Pada tahap permulaan tertuju pada usaha mengemukakan gejala-gejala secara lengkap pada aspek yang diselidiki, guna menggambarkan keadaan atau kondisinya. Pada tahap berikutnya meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data tersebut. Oleh karena itu, metode deskriptif dapat diwujudkan sebagai usaha memecahkan masalah dengan membandingkan persamaan dan perbedaan gejala yang ditemukan, mengukur dimensi suatu gejala, mengadakan klasifikasi gejala, menilai gejala, menetapkan standar, menetapkan hubungan antar gejala-gejala yang ditemukan (Nawawi dalam Satria, 2005). 3.2 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat kreatif-inovatif. Yaitu dengan mencoba menyajikan data-data mengenai obyek penelitan yang diharapkan dapat menggambarkan keadaan obyek penelitian yang sebenarnya. Kemudian data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan pendekatan yang dibutuhkan. Setelah itu, membuat suatu ide/ konsep kreatif guna pemecahan permasalahan serta menambahkan sebuah konsep inovatif agar berbeda dengan yang lainnya sehingga memiliki ciri khas tersndiri dari konsep-konsep sebelumnya. 3.3 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini digunakan metode pengambilan data, yaitu data sekunder. Data Sekunder ialah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh di luar diri peneliti sendiri, meskipun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli (Winarno, 1985). Data sekunder adalah data yang dilakukan dengan cara membaca literatur kepustakaan, internet, media cetak yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Data ini digunakan oleh peneliti sebagai data pelengkap dari data primer.

17 9 3.4 Metode Pengumpulan Data Berkaitan dengan bagaimana data dalam penelitan ini diperoleh. Metode atau cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dekstop Research Metode pengumpulan data dengan memanfaatkan media massa internet untuk mendapatkan data dari artikel-ertikel berita penting terkait, jurnal-jurnal ilmiah, dan hasil penelitian beberapa tokoh yang ahli di bidang terkait atau yang sedang mempelajari bidang terkait. 2. Studi Dokumentasi Metode pengumpulan data dengan cara mempelajari atau menggunakan catatan-catatan instansi yang diteliti. 3. Studi Kepustakaan Studi Kepustakaan adalah mengutip hasil laporan yang disusun oleh pihak lain (J.Supranto, 2001).

18 10 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Tahap Identifikasi Ada begitu banyak nilai karakter yang harus dimiliki manusia untuk bekal dalam bermasyarakat, kurang lebih ada sekitar 24 nilai karakter. Namun, ada 18 nilai karakter yang setidaknya harus dimiliki dan hal itu dapat dimulai sejak dini. Seorang anak akan terbiasa dengan karakter luhur jika sudah dibiasakan sejak kecil. Berikut nilai karakter yang akan disampaikan melalui media pewayangan, yaitu: (1) religius, (7) mandiri, (13) bersahabat/ komunikatif, (2) jujur, (8) demokratis, (14) cinta damai, (3) toleransi, (9) rasa ingin tahu, (15) gemar membaca, (4) disiplin, (10) semangat, (16) peduli lingkungan, (5) kerja keras, (11) cinta tanah air, (17) peduli sosial, dan (6) kreatif, (12) menghargai prestasi, (18) tanggung Jawab. Berikut ini beberapa paradigma pendidikan karakter pada PAUDNI, antara lain: 1. Pendidikan karakter adalah upaya penanaman nilai dan sikap, bukan pengajaran, sehingga memerlukan pola pembelajaran fungsional. 2. Pendidikan karakter menuntut pelaksanaan oleh tiga pihak secara sinergis, yaitu orang tua, satuan/ lembaga pendidikan, dan masyarakat. 3. Materi dan pola pembelajaran disesuaikan dengan pertumbuhan psikologis peserta didik. 4. Materi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal. 5. Materi pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam materi pembelajaran lain. (Sekretaris Ditjen PAUDNI Kemdikbud) 4.2 Tahap Perencanaan Dalam pendidikan karakter, diperlukan peran serta bebagai pihak baik formal maupun informal. Misalnya saja, sekolah yang meliputi guru pengajar dan kepala sekolah; keluarga di rumah meliputi orang tua dan saudara; dan tempat bimbingan belajar anak (jika anak mengikuti bimbingan belajar) baik privat maupun regular.

19 11 Pendidikan karakter yang akan diterapkan, sasarannya adalah anak-anak tingkat sekolah dasar. Tim pendidikan karakter media wayang bekerja sama dengan pihak sekolah meliputi guru beserta jajarannya. Tim pendidikan karakter dari mahasiswa berperan sebagai penyampai materi pendidikan karakter melalui pementasan wayang yang berisi drama dan nyanyian lagu-lagu tradisional yang telah diaransemen ulang dengan lirik yang dibuat sendiri disesuaikan engan nilai karakter yang akan disampaikan. Setelah itu, tim dari mahasiswa memberikan edugames yang memiliki nilai karakter yang dapat diterapkan pada anak-anak setingkat sekolah dasar. Tim guru dan orang tua berperan sebagai tim pembiasaan siswa dalam menerapkan nilai karakter luhur yang telah diajarkan oleh tim pendidikan karakter dari tim mahasiswa. Setelah itu, dilakukan evaluasi oleh seluruh tim pendidikan karakter baik dari mahasiswa maupun guru. Evaluasi dibagi menjadi dua macam, yaitu yang pertama, memberikan kuesioner untuk diisi oleh siswa sebelum dan sesudah adanya penerapan pendidikan karakter dengan media pewayangan sebagai pembanding dan yang kedua, evaluasi yang dilakukan dengan berdiskusi antara tim mahasiswa, guru, dan orang tua (hanya perwakilan beberapa). Tokoh pewayangan yang digunakan sebagai ikon utamanya adalah tokoh Punakawan. Tokoh Punakawan (Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong) tersebut karena sebenarnya tokoh tersebut adalah penggambaran karakter masyarakat Indonesia itu sendiri. Tokoh-tokoh Punakawan dengan beragam karakter yang ada, yaitu: Semar yang memiliki karakter rendah hati, tidak sombong, jujur, dan tetap mengasihi sesama; Gareng digambarkan memiliki cacat fisik, yaitu dengan tangan yang cacat, kaki yang pincang, mata yang juling, melambangkan cipta, bahwa menciptakan sesuatu dan tidak sempurna, kita tidak boleh menyerah; Petruk adalah tokoh yang nakal tapi cerdas, pandai berbicara, dan suka menyindir ketidakbenaran dengan lawakan-lawakannya; dan Bagong menunjukkan bagaimana meminimalkan kekurangan kita, dan memaksimalkan kelebihan kita, tetap percaya diri dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.

20 Tahap Pelaksanaan Program pendidikan karakter berbasis wayang ini dilaksanakan di Sekolah Dasar dengan melibatkan siswa siswi sekolah dasar, guru, dan seluruh pihak-pihak terkait penyuksesan program. Program dilaksanakan setiap hari minggu dikarenakan supaya kegiatan belajar mengajar tidak terganggu serta ketercapaian program lebih optimal. Sedangkan untuk waktu pelaksanaan menyesuaikan dengan kebutuhan. Pelaksanaan program terbagi menjadi 3 tahap, yaitu: tahap pengenalan wayang dan tokoh Punakawan, tahap pementasan wayang, dan tahap edu-games atau permainan edukasi Tahap pengenalan wayang dan tokoh Punakawan Tahap ini merupakan tahap awal dimana siswa sekolah dasar dikenalkan lebih dahulu mengenai wayang mulai dari sejarah awal mula wayang masuk ke Indonesia hingga kesuksesan wayang mendapat pengakuan oleh UNESCO sebagai warisan luhur budaya dunia dan menjadi salah satu dari sekian banyak kekayaan elemen budaya Indonesia yang digunakan sebagai identitas kebangsaan generasi muda Indonesia. Lebih penting dari yang telah disebutkan diatas, siswa sekolah dasar harus paham dan mengerti mengenai tokoh wayang Punakawan yang terdiri atas Semar, Nala Gareng, Petruk, dan Bagong yang memiliki karakter khas dan penuh makna. Pada tahap ini, siswa sekolah dasar juga dikenalkan tentang nilainilai karakter dan sifat-sifat Punakawan yang patut untuk dijadikan sebagai suri tauladan, panutan, dan tuntunan. Sedikit contoh kecil mengenai karakter dan sifat tokoh Punakawan yang dikenalkan dan diajarkan kepada siswa sekolah dasar seperti Semar yang memiliki karakter tidak sombong, jujur, dan tetap mengasihi sesama. Upaya untuk meningkatkan minat siswa sekolah dasar agar tidak merasa bosan dan siswa dapat terus mengikuti seluruh rangkaian kegiatan ini hingga selesai dengan lancar sangat perlu untuk dilakukan. Pada tahap pengenalan wayang ini, kami berusaha untuk mengemasnya semenarik mungkin dengan menyajikannya dalam sebuah video yang menampilkan tokoh wayang Punakawan disertai dengan alunan musik Jawa yang khas. Pembelajaran atau pengenalan sejarah wayang dan tokoh Punakawan melalui perantara video terbukti dapat memudahkan pengetahuan kognitif bagi siswa sekolah dasar. Pada tahap ini disamping kami menyajikan dalam bentuk video juga memberikan siswa sekolah dasar sebuah buku paduan mengenai wayang dan tokoh Punakawan. Hal ini dikarenakan agar tingkat pemahaman dan ingatan siswa

21 13 sekolah dasar terhadap tokoh beserta karakter Punakawan tetap tertanam dalam jiwa dan pikiran mereka Tahap pementasan wayang Setelah siswa sekolah dasar dikenalkan dengan wayang dan tokoh Punakawan yang disajikan dalam bentuk video semenarik mungkin dan buku paduan wayang, maka langkah selanjutnya adalah mengaplikasikan wayang dan tokoh Punakawan yang telah dikenalkan sebelumnya melalui sebuah pementasan atau pertunjukan wayang dengan memainkan tokoh Punakawan. Pada tahap pementasan ini, siswa sekolah dasar akan dipertunjukan sebuah pementasan drama yang secara langsung dimainkan oleh tim relawan mahasiswa. Tema yang diangkat dalam pementasan adalah tema tentang kehidupan sehari-hari yang dialami anak pada umumnya. Seperti persahabatan, kejujuran, kepemimpinan, dan lain sebagainya. Dalam pementasan drama wayang ini juga sarat akan nilai-nilai dan karakter tokoh Punakawan yang dapat dijadikan sebagai teladan bagi siswa sekolah dasar dalam menjalani kehidupan sehari-hari serta dalam setiap dialognya mengandung pesan-pesan positif dan mendidik. Untuk meningkatkan semangat siswa, dalam pementasan drama ini kami juga menyajikan lagu-lagu daerah yang lirik lagunya dirubah dengan lirik atau kalimat yang mendidik serta diiringi dengan musik gamelan asli budaya Indonesia. Sehingga bukan hanya dari segi tontonan yang menghibur siswa tetapi juga mengandung tuntunan agar siswa menjadi generasi muda yang bermoral dan berkarakter baik. Dalam dialog cerita yang dipentaskan juga diselingi dengan dialog interaktif dengan siswa agar siswa lebih aktif dengan memberikan respon pada cerita Tahap edu-games Pada tahap ini merupakan tahap implementasi setelah siswa sekolah dasar dibekali pengetahuan tentang wayang dan tokoh punakawan serta pementasan drama wayang yang sarat akan makna dan tuntunan. Sehingga seluruh siswa sekolah dasar harus berperan aktif dalam mengikuti permainan edukasi. Konsep dari permainan ini adalah siswa sekolah dasar akan dibagi menjadi beberapa kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 6-7 siswa. Dari kelompok yang sudah dibentuk kemudian diberikan nama kelompok berdasarkan nama tokoh pewayangan dengan tujuan agar siswa lebih mengenal tokoh pewayangan. Tokoh

22 14 pewayangan juga dapat berupa nama tokoh-tokoh sejarah Indonesia yang sengaja dimasukkan dalam cerita pewayangan. Karena tokoh pewayangan beragam sesuai dengan kebutuhan cerita. Setelah masing-masing kelompok mendapatkan nama, tiap kelompokdiberikan permainan puzzle. Puzzle tersebut berisikan cerita-cerita pewayangan yang telah disesuaikan dengan kesukaan anak-anak, yaitu tokoh pewayangan dibuat seperti gambar animasi kartun wayang yang terlihat lucu sehingga siswa pun juga terasa nyaman dengan gambar yang disuguhkan. Ketika setiap kelompok mulai menyatukan puzzle, siswa juga diajak untuk bernyanyi bersama dengan lagu-lagu dolanan yang telah diaransemen ulang diliriknya oleh tim relawan mahasiswa. Dari permainan ini, siswa diharapkan tidak hanya mengenal karakter tokoh tapi juga menerapkan dalam kesehariannya, tentu saja karakter yang baik. Adanya lagu dolanan, sebagai penunjang penanaman nilai karakter serta siswa juga mengakrabkan siswa dengan lagu dan musik tradisional. Sedangkan, permainan dikemas berupa puzzle mengembangkan ketangkasan siswa dalam merangkai pola-pola puzzle serta melatih kesabaran siswa dalam mencapai suatu tujuan. Bagi kelompok yang paling cepat menyelesaikan puzzle dengan baik dan mengikuti aturan main yang telah dibuat, maka kelompok tersebut berhak mendapatkan hadiah berupa miniatur tokoh pewayangan dengan berbagai karakter dan siswa berhak memilih sendiri tokoh mana ynag diinginkan. 4.4 Tahap Pembiasaan Pembiasaan (habituation) merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dan konsisten dalam waktu yang cukup lama dengan harapan perilaku dan keterampilan yang diulang-ulang itu benar-benar masuk dalam benak dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan. Dalam istilah psikologi, proses pembiasaan disebut conditioning. Proses ini akan mewujudkan suatu kebiasaan (habit) dan kemampuan (ability), yang akhirnya akan menjadi sifat-sifat pribadi (personal habits) yang melekat dalam perilaku sehari-hari. Ketika telah menjadi kebiasaan, sikap atau perilaku itu seperti sudah otomatis dan spontan dilakukan serta tidak memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi, misalnya jika seorang anak telah

23 15 dibiasakan di sekolahan untuk membereskan mainan setelah bermain usai, maka ketika dia rumahpun biasanya akan melakukan hal yang sama. Edward lee Thoorndike, salah seorang tokoh psikologi yang memberi pengaruh terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan teori pembiasaan yang lebih dikenal dengan teori connectionism (koneksionisme) yaitu belajar terjadi akibat adanya asosiasi antara stimulus dengan respon, stimulus akan memberi kesan pada panca indra, sedangkan respon akan mendorong seseorang untuk bertindak (Wiji Suwarno, 2006: 59). Sebagai contoh yang dapat kita lihat pada seorang anak didik yang terbiasa jujur dalam setiap berkata, pada saat ditanya oleh orang walaupun seseorang yang tidak dikenalpun akan tetap berkata jujur. Bahkan, walaupun sifat atau tingkah laku tertentu yang pada awalnya sangat sulit untuk melakukannya, namun karena sering dilakukan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama akhirnya ia terbiasa dan menguasai tingkah laku tersebut. Di sinilah pentingnya proses pembiasaan bagi anak untuk menerapkannya dalam belajar, sebab sesuatu pengetahuan, sifat atau tingkah laku yang diperoleh dengan pembiasaan, maka apa yang diperoleh itu akan sangat sulit untuk mengubah atau menghilangkannya, sehingga cara ini sangat berguna dalam mendidik anak. Hal ini disebabkan karena kebiasaan itu merupakan perilaku yang sifatnya otomatis, tanpa direncanaknan terlebih dahulu, berlangsung begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Proses pembiasaan ini berawal dari peniruan, selanjutnya dilakukan pembiasaan yang dibimbingan oleh orang yang lebih dewasa seperti orang tua dan guru, peserta didik akan semakin terbiasa. Jadi peran guru atau orang tua dalam proses ini sangat penting. Setelah memahami apa itu pembiasaan dan teori pembiasaan, sekarang akan kami paparkan tentang konsep dalam tahapan ini. Pada tahapan ini yang memerankan langsung adalah guru kelas. Guru kelas dituntut untuk menanamkam nilai-nilai karakter Punakawan yang telah disampaikan dalam tahapan pelaksanaan (pementasan dan edu-games). Penanaman karakter ini dapat dilakukan dengan cara mengaplikasikan karakter dengan wujud yang riil (real) secara berulang-ulang. Contoh wujud pengaplikasian karakter dalam kelas seperti berikut: Ketika guru mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang penemu bohlam lampu misalnya. Disamping guru menjelaskan tentang bagaimana cara

24 16 kerja dari bohlam lampu sederhana dan nama penemunya, juga dijelaskan karakter yang dimiliki sang peneliti/ penemu khususnya Thomas Alva Edison, penemu bohlam lampu. Guru menceritakan bahwa Thomas mempunyai karakter pekerja keras dan pantang menyerah (tidak mudah putus asa), walaupun beberapa kali gagal dalam melakukan percobaan tapi dia tetap mengulanginya sampai berhasil. Contoh yang lain, ketika dilaksanakan ulangan harian, siswa dididik agar bersifat percaya diri dan jujur. Siswa diberi sugesti agar mereka yakin akan kemampuannya sendiri. Selain itu lakukan percobaan dengan cara membiarkan siswa dalam kelas untuk mengerjakan soal ulangan tanpa pengawasan(guru keluar dari ruang kelas). Sebelum guru meninggalkan siswa, sebaiknya guru memberikan keyakinan bahwa jujur merupakan sifat/ karakter yang terpuji, guru berkata bahwa nilai sebagus apapun kalau tidak jujur (mencontek) akan tidak dihargai, tetapi kalau jujur dalam mengerjakan walaupun nilainya kurang baik akan lebih dihargai (diapresiasi). Dalam tahapan pembiasaan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu: 1. Pembiasaan hendaknya dilakukan secara berulang-ulang (terus-menerus). 2. Pembiasaan harus bersifat konsekuen, tegas, dan tetap teguh terhadap pendirian atau aturan yang telah disepakati. Jangan member kesempatan kepada anak untuk melanggar pembiasaan yang telah ditetapkan itu. (Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994, hlm. 185) Selain melaksanakan tugas melakukan pembiasaan, guru juga berperan sebagai pengamat dan penilai secara langsung seberapa progress (kemajuan) penanaman karakter setiap hari. Dalam evaluasi yang dilaksanankan dua minggu sekali guru diharapkan dapat memaparkan kemajuan penanaman karakter pada siswa sekaligus memberikan masukan kepada tim relawan pendidikan karakter dari mahasiswa sehingga nantinya dapat didiskusikan dan digodog (direncanakan) ulang sehingga dalam pementasan selanjutnya dapat lebih mengena kepada siswa. 4.5 Tahap Evaluasi Dalam setiap kegiatan yang dilakukan pasti perlu adanya evaluasi. Evaluasi diharapkan dapat menunjukkan pencapaian keberhasilan atau ketidakberhasilan

25 17 dalam pelaksanaan tersebut. Dalam pembelajaran, evaluasi diperlukan untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan. Apakah pembelajaran yang dilakukan dapat dikatakan berhasil atau tidak? Apakah metode yang dilakukan lebih efektif dan efisien daripada metode yang lama atau sebaliknya? Evaluasi juga diharapkan dapat memaparkan kekurangan dari sebuah metode agar nantinya dapat dicari solusi guna penyempurnaan metode tersebut. Tahapan evaluasi dibagi menjadi 2, yaitu evaluasi berkala dan evaluasi akhir. Evaluasi berkala dilaksanakan setiap seminggu sekali. Evaluasi berkala dilakukan dengan cara mempertemukan tim relawan mahasiswa (Akbid) dan para guru kelas. Guru akan menceritakan perkembangan dari target yang telah direncanakan serta mengungkapkan kekurangan dari kegiatan yang telah dilakukan sekaligus memberi masukan kepada tim Akbid sehingga selanjutnya dapat diterapkan dalam pemetasan pada minggu selanjutnya agar lebih baik. Evaluasi akhir merupakan tahapan terakhir dari kegiatan ini yang dilaksanakan satu bulan sekali. Evaluasi akhir dilakukan dengan cara membuat lembararan penilaian yang berisi petanyaan sederhana dan studi kasus. Hal ini dilakukan agar siswa dapat menyampaikan pendapatnya mengenai program pendidikan karakter yang diterapkan. Evaluasi akhir diharapkan akan memberikan kesimpulan akhir dari hasil baik keberhasilan maupun ketidakberhasilan metode yang dilaksanakan selama satu bulan. Data dari hasil evaluasi ini akan dibuat laporan sehingga harapannya dapat menjadikan acuan dan bermanfaat dalam kegiatan selanjutnya yang sejenis.

26 18 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Dalam kebudayaan, selain tersimpan nilai estetik dan artistik yang tinggi juga terdapat nilai karakter yang menjadi jatidiri bangsa Indonesia dan sebagai motor penggerak agar Indonesia menjadi negara yang besar di mata dunia Internasional. Salah satu warisan kebudayaan yang bisa kita sarikan karakternya adalah Punakawan. Tokoh wayang asli Indonesia yang merupakan representasi dari karakter masyarakat Indonesia (khususnya Jawa) yang sesungguhnya. Karakter masyarakat Indonesia yang diwujudkan dalam Punakawan antara lain: rendah hati, tidak sombong, jujur, mengasihi sesama, pantang menyerah, cerdas, pandai berbicara, dan percaya diri. Karakter ini bisa ditanamkan kepada calon penerus bangsa dengan berbagai metode, metode yang kita tawarkan adalah memanfaatkan sarana wayang. Tahapan dalam metode yang kami tawarkan meliputi identifikasi, perencanaan, pelaksanaan, pembiasaan, dan evaluasi. Tahapan pokok dalam metode ini dipusatkan dalam tahapan pelaksanaan dan pembiasaan. Tahapan pelaksanaan diwujudkan dengan pementasan wayang yang menampilkan karakter dari tokoh Punakawan yang diselingi lagu dolanan agar siswa tidak jenuh dan tertarik dan dilanjutkan edugames untuk merangsang siswa aktif. Tahapan pembiasaan diarahkan dan diaplikasikan langsung oleh guru dalam setiap pengajaran secara terus-menerus agar karakter Punakawan terpatri dalam benak siswa. 5.2 Saran Memadukan kebudayaan dan pendidikan perlu dilakukan mengingat kebudayaan bersifat fungsional dalam upaya meningkatkan pendidikan karakter bangsa. Gagasan ini mulai disadari dan direspon oleh pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui penanaman nilai kebudayaan yang dilakukan melalui pendidikan karakter yang diterapkan secara berjenjang pada semua tingkat pendidikan mulai tahun ajaran 2011/2012.

27 19 Kemudian dalam kurikulum pendidikan tahun 2013 penanaman nilai kebudayaan lebih ditekankan pada cakupan seni dan budaya nasional. Harapannya, selain dimasukkan dalam mata pelajaran kesenian dan kebudayaan, pendidikan karakter juga dapat diwujudkan dalam kegiatan ekstrakurikuler sebagai penunjang pendidikan karakter pada siswa sehingga dibutuhkan dukungan dan peran serta pemerintah secara langsung. Wujud peran serta pemerintah dapat berupa kebijakan yang menunjang kegiatan ini dan bekerjasama dengan institusi tertentu seperti perguruan tinggi atau beberapa kelompok penggiat pendidikan dan kebudayaan dari masyarakat.

28 20 DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama RI Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Departemen Pendidikan Nasional RI Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Pembiasaan Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak Dan Sekolah Dasar. Hasyim Umar Cara Mendidik Anak dalam Islam. Surabaya: Bina Ilmu. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban. Jakarta: Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. Prodibpi.wordpress.com Teori Keteladanan dan Pembiasaan Dalam Pendidikan. Diakses bulan September Ramayulis Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. yokimirantiyo.blogspot.com Mengenal karakter tokoh Punakawan. Diakses bulan September Sejarah Pewayangan. Diakses bulan September Pendidikan Melalui Proses Pembiasaan. Diakses bulan september Sejarah Wayang. Diakses bulan September 2013.

29 21 LAMPIRAN Scan Bukti Pembayaran Scan KTM

BAB V PENUTUP. Punakawan merupakan tokoh dalam wayang yang merupakan bagian dari dunia

BAB V PENUTUP. Punakawan merupakan tokoh dalam wayang yang merupakan bagian dari dunia BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1) Tokoh Punakawan Dalam Wayang Punakawan merupakan tokoh dalam wayang yang merupakan bagian dari dunia wayang yang hanya ada di Indonesia. Punakawan adalah tokoh yang khas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu dalam rangka membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter dengan kualitas akhlak mulia, kreatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia, pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari makhluk hidup yang lainnya. Oleh sebab itu, perlu adanya pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, fungsi film selain menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wayang orang atau wayang wong dalam bahasa Jawa-nya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wayang orang atau wayang wong dalam bahasa Jawa-nya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayang orang atau wayang wong dalam bahasa Jawa-nya yang mementaskan cerita tentang Ramayana dan Mahabarata yang dimainkan oleh aktor dengan memerankan tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kesibukan menyimak. Dialog di keluarga, baik antara anak dan orang tua, antara orang tua, antar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN Seni Rudat adalah sejenis kesenian tradisional yang semula tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren. Rudat merupakan jenis seni pertunjukan yang terdiri dari seni gerak

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK STIMULUS KESANTUNAN BERBAHASA MEMBENTUK KARAKTER PADA ANAK Octaria Putri Nurharyani Roch Widjatini Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Email: octariaputri97@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan boneka tiruan rupa manusia yang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggabungkan beberapa unsur seni. Wayang Golek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pandangan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa lahir di dalam masyarakat. Melalui media bahasa, sebuah kebiasaan lisan terbentuk secara turun temurun di dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian skripsi yang telah penulis bahas tersebut maka dapat diambil kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus menjadi inti sari daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang merupakan salah satu seni budaya yang cukup populer di antara banyak karya seni budaya yang lainnya. Seni budaya wayang dinilai cukup kompleks, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Oleh KARTIKA SANI A. PENGATAR Pendidikan karakter menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terlepas dari segi-segi kehidupan manusia. Kesenian juga merupakan cerminan dari jiwa masyarakat. Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. wayang wong merupakan suatu khasanah budaya yang penuh dengan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. wayang wong merupakan suatu khasanah budaya yang penuh dengan nilai-nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayang orang atau yang dalam bahasa Jawa sering disebut dengan istilah wayang wong merupakan suatu khasanah budaya yang penuh dengan nilai-nilai kesopanan dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas lima hal sesuai dengan hasil penelitian. Lima hal tersebut yaitu 1) pembahasan terhadap upaya menyikapi kompetensi dasar tentang drama pada kurikulum 2013,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA. Novi Trisna Anggrayni Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA. Novi Trisna Anggrayni Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA Novi Trisna Anggrayni Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta (rih.anawaitrisna@gmail.com) ABSTRAK Pendidikan karakter

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni 147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni tradisional wayang kulit purwa di Kabupaten Tegal, maka terdapat empat hal yang ingin penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya. Berbagai jenis seni yang dimiliki Indonesia sangat beragam mulai dari bentuk, ciri khas,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL 1 OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL Oleh Vivit Risnawati NIM : 2009/51093 JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa dengan masyarakat yang di dalamnya memiliki nilai budaya dan melahirkan keunikan yang membedakan dengan bangsa lain. Adanya keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau sering disebut kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerangan, dakwah, pendidikan, pemahaman filsafat, serta hiburan.

BAB I PENDAHULUAN. penerangan, dakwah, pendidikan, pemahaman filsafat, serta hiburan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wayang salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang terus berkembang dari zaman ke zaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilainilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga peserta didik dapat memaknai karakter bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu dimana manusia mempunyai perasaan, jiwa, hati dan pikiran masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membuat kalangan lain merasa dirugikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membuat kalangan lain merasa dirugikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi dan kemampuan manusia untuk mengembangkan sangat beragam. Keragaman tersebut antara lain dalam pengembangan kreatifitasnya. Seperti halnya dalam manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus bangsa. Di pundaknya teremban amanat guna melangsungkan cita-cita luhur bangsa. Oleh karena itu, penyiapan kader bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang SD sampai SMP. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. jenjang SD sampai SMP. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia wajib ditempuh yakni wajib belajar 9 tahun. Dari jenjang SD sampai SMP. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal yang diberikan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak bisa hidup sendiri melainkan mereka harus bisa hidup berdampingan dengan makhluk hidup lainnya demi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dari tahun ke tahun budaya Indonesia semakin terkikis cepat dalam perkembangan jaman dengan pengaruh utama masuknya budaya lain yang telah mempengaruhi pemuda Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia melalui proses hidup yang terus berubah seiring dengan bertambahnya usia dan tuntutan kehidupannya. Oleh karena itu untuk membekali diri agar semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Manajemen pembelajaran adalah sebuah proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan pembelajaran sehingga akan didapatkan sistem pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran seni tari merupakan suatu proses pembelajaran yang melibatkan tubuh sebagai media ungkap tari. Di dalam penyelenggaraannya, seni tari merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1, ayat (14) menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana

Lebih terperinci

MUSEUM WAYANG NUSANTARA DI SURAKARTA

MUSEUM WAYANG NUSANTARA DI SURAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM WAYANG NUSANTARA DI SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : JOKO ISWANTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, banyak sekali permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan sekitar kita. Permasalahan yang terkait dengan asusila,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah culture transition (transisi kebudayaan) yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara continue (berkelanjutan), maka pendidikan dianggap

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIK DAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK. Oleh : S.Wisni Septiarti, M.Si Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

PERAN PENDIDIK DAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK. Oleh : S.Wisni Septiarti, M.Si Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta PERAN PENDIDIK DAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK Oleh : S.Wisni Septiarti, M.Si Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Paper disampaikan dalam acara seminar parenting Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tedjo Narsoyo (2010:3), Kurikulum merupakan acuan pembelajaran dan pelatihan dalam pendidikan. Pengembangan kurikulum melibatkan pemikiran-pemikiran secara filsafati,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebuah pulau kecil dengan beribu keajaiban di dalamnya. Memiliki keanekaragaman yang tak terhitung jumlahnya. Juga merupakan sebuah pulau dengan beribu kebudayaan

Lebih terperinci

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan cerminan dari seseorang. Seseorang bisa dikatakan baik atau buruk, sopan atau tidak, semua tercermin dari karakter dan tindakan yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Manusia adalah makhluk budaya, dan penuh simbol-simbol. Dapat dikatakan bahwa budaya manusia diwarnai simbolisme, yaitu suatu tata pemikiran atau paham yang menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadat, agama dan kesenian. Namun di era globalisasi ini banyak budayabudaya

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadat, agama dan kesenian. Namun di era globalisasi ini banyak budayabudaya BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman suku, budaya, adat istiadat, agama dan kesenian. Namun di era globalisasi ini banyak budayabudaya asing yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berangkat dari rasa keprihatinan atas kondisi bangsa kita dengan maraknya peristiwa-peristiwa yang mendera saat ini, antara lain tingginya tingkat kriminalitas,

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, dimana anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, dimana anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, dimana anak-anak mulai mengenal dan belajar sesuatu. Anak kecil pada dasarnya senang mencoba aktivitas yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan sebuah pelaksanaan Pendidikan ditentukan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Upaya peningkatan mutu pembelajaran menjadi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam bab

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan budaya dan juga memiliki berbagai macam kesenian. Keberagaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia terlahir

Lebih terperinci

Pagelaran Wayang Ringkas

Pagelaran Wayang Ringkas LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT NASIONAL XIV Jakarta, 12 16 Juni 2006 KODE : 33 NAS Bidang Lomba Keahlian Seni Pedalangan Pagelaran Wayang Ringkas Test Project DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional harus memberikan dasar bagi keberlanjutan kehidupan bangsa dengan segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan karakter bangsa masa kini.

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai mahluk sosial, adalah perilaku berkomunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain.

Lebih terperinci

KEDISIPLINAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Banyudono, Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013)

KEDISIPLINAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Banyudono, Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013) KEDISIPLINAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Banyudono, Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tersebar diseluruh Nusantara. Menurut Kodirun (dalam Koentjaranigrat,

BAB I PENDAHULUAN. masih tersebar diseluruh Nusantara. Menurut Kodirun (dalam Koentjaranigrat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wayang adalah suatu kebudayaan yang ada di Indonesia sejak ajaran Hindu masih tersebar diseluruh Nusantara. Menurut Kodirun (dalam Koentjaranigrat, 1990:329). Daerah

Lebih terperinci

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik 1 (2) (2017) 14-20 DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik https://jurnal.uns.ac.id/jdc PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN IMPLEMENTASINYA Dwi Purwanti SDN 1 Pohkumbang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR SERIBU PENA BAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XII KARANGAN PUDJI ISDRIANI TERBITAN ERLANGGA TAHUN 2009 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran yang sama, meskipun implementasi pembelajarannya berbeda. Hal ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini ( PAUD ) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang sekolah dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang >< BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak dipisahkan dari negara Indonesia yang terkenal akan keanekaragamannya. Keanekaragaman ini menjadi unsur perekat kesatuan dan persatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bidang sastra tidak terlepas dengan kajian-kajian serta peroses terbentuknya suatu karya sastra. Karya sastra yang dikaji biasanya berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai hal, seperti keanekaragaman budaya, lingkungan, alam, dan wilayah geografis. Keanekaragaman

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner. Dalam hal ini, pengarang mengemukakan realitas dalam karyanya berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah Islam Terpadu pada hakekatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan

I. PENDAHULUAN. Sekolah Islam Terpadu pada hakekatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Islam Terpadu pada hakekatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan konsep pendidikan Islam berlandaskan Al Qur an dan As Sunnah. Konsep operasional

Lebih terperinci

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK Artikel MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK Oleh : Drs. Mardiya Banyaknya anak yang cenderung nakal, tidak sopan, suka berkata kasar, tidak disiplin, tidak mau bekerjasama dengan teman, malas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis yang dialami bangsa Indonesia tidak hanya krisis ekonomi maupun politik, tapi lebih dari itu, bangsa kita tengah mengahadapi krisis karakter atau jati diri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Peran bahasa asing sangatlah penting dalam menunjang eksistensi para insan pendidikan di era globalisasi ini. Tidak bisa dipungkiri, agar menjadi pribadi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai fasilitator memiliki pengaruh yang besar dalam proses kegiatan pembelajaran. Salah satunya guru juga dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa 26 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling penting dalam perkembangan manusia. Pada fase inilah seorang pendidik dapat menanamkan prinsip-prinsip yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terbukti bahwa musik menjadi salah satu faktor

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Umi Fatonah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci