Siti Fadlilah INTISARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Siti Fadlilah INTISARI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN STATUS TANDA-TANDA VITAL PADA PASIEN PRE-OPERASI LAPAROTOMI DI RUANG MELATI III RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Siti Fadlilah INTISARI Latar Belakang: Pasien yang akan menjalani operasi laparotomi akan mengalami ketakutan, misalnya: rasa takut terhadap anastesi, takut terhadap nyeri atau kematian, takut karena ketidaktahuan atau takut tentang deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh.. Ketakutan dan kecemasan pada pasien pre-operasi dapat dimanifestasikan dengan perubahan fisik terutama pada tanda-tanda vital, gangguan tidur, dan sering buang air kecil, sehingga ada kalanya terjadi pembatalan operasi. Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang Melati III RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada tanggal 22 Januari 2014 didapatkan data jumlah pasien laparotomi dari bulan Oktober-Desembar berjumlah 42 orang. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan antara tingkat kecamasan dengan status tanda-tanda vital pada pasien pre-operasi laparotomi di Ruang Melati III RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif korelasional dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah pasien preoperasi laparotomi yang berjumlah 30 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Data diolah dan dianalisis dengan analisis spearman rank.. Hasil : Tingkat kecemasan responden mayoritas mengalami kecemasan sedang. Tekanan darah responden mayoritas dalam kategori Normal. Ada hubungan tingkat kecemasan dengan tekanan darah pada pasien pre-operasi laparotomi dengan nilai Rho dengan p-value sebesar (p<0.05). Frekuensi Nadi responden mayoritas dalam kategori normal. Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan frekuensi nadi pada pasien pre-operasi laparotomi dengan nilai Rho dengan p-value sebesar (p<0.05). Frekuensi napas responden mayoritas dalam kategori normal. Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan frekuensi napas pada pasien pre-operasi laparotomi dengan nilai Rho dengan p-value sebesar (p<0.05). Kesimpulan: Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan status tanda-tanda vital pada pasien pre-operasi laparotomi. Kata Kunci: Tingkat Kecemasan, Status Tanda-Tanda Vital, Pre-Operasi Laparotomi. A. Pendahuluan Asuhan keperawatan perioperatif adalah asuhan keperawatan yang

2 diberikan sebelum (preoperatif), selama (intraoperatif), dan setelah pembedahan (pascaoperatif). Perawatan tersebut dapat dilakukan di rumah sakit, pusat bedah mandiri, pusat bedah yang bekerja sama dengan rumah sakit, atau di ruang praktik dokter. Keperawatan perioperatif merupakan bidang pekerjaan yang berkembang pesat, senantiasa berubah, dan penuh tantangan 1. Secara garis besar pembedahan dibedakan menjadi dua, yaitu pembedahan mayor dan pembedahan minor. Istilah bedah minor (operasi kecil) dipakai untuk tindakan operasi ringan yang biasanya dikerjakan dengan anestesi lokal, seperti mengangkat tumor jinak, kista pada kulit, sirkumsisi, ekstraksi kuku, penanganan luka. Bedah mayor adalah tindakan bedah besar yang menggunakan anestesi umum/general anestesi, yang merupakan salah satu bentuk dari pembedahan yang sering dilakukan 2. Salah satu jenis tindakan operasi bedah mayor adalah bedah abdomen. Bedah abdomen merupakan pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen 2. Tindakan bedah abdomen juga merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obstetri gynecologi. Dengan kata lain bedah abdomen juga disebut dengan laparotomi. Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo sendiri berati perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Adapun tindakan bedah yang sering dilakukan adalah, gasterektomi, kolesistoduodenostomi, hepatektomi, splenektomi, apendektomi, kolostomi, dan fistulektomi 3. Pasien yang akan menjalani tindakan operasi laparotomi, akan mengalami ketakutan, misalnya: rasa takut terhadap anastesi, takut terhadap nyeri atau kematian, takut karena ketidaktahuan atau takut tentang deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh, pasien juga biasanya sering mengalami kekhawatiran lain, seperti masalah keuangan, tanggung jawab terhadap keluarga, dan kewajiban pekerjaan atau ketakutan terhadap prognosa yang buruk atau probabilitas kecacatan di masa mendatang, jika tidak ditangani dapat menyebabkan timbulnya ketidaktenangan atau kecemasan pada pasien pre-operasi 4. Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan. Diperkirakan jumlah mereka yang menderita gangguan kecemasan ini baik akut maupun kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk, dengan perbandingan antara wanita dan pria sebesar 2 berbanding 1 dan diperkirakan antara 2-4% di antara penduduk di suatu saat dalam kehidupannya pernah mengalami gangguan cemas 5. Berdasarkan data

3 WHO (2007), Amerika Serikat menganalisis data dari pasien bedah dirawat di unit perawatan intensif antara 1 Oktober 2003 dan 30 September 2006, di antaranya pasien (25,1%) mengalami masalah kejiwaan dan 2,473 pasien (7%) mengalami kecemasan. Respon kecemasan merupakan sesuatu yang sering muncul pada pasien yang akan menjalani operasi, karena merupakan pengalaman baru bagi pasien yang akan menjalani operasi. Ketakutan dan kecemasan klien dapat dimanifestasikan dengan perubahan fisik terutama tanda-tanda vital, gangguan tidur, dan sering buang air kecil, sehingga ada kalanya terjadi pembatalan operasi 1. Tanda-tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi. Pengkajian tandatanda vital memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengimplementasikan rencana intervensi dan mengevaluasi keberhasilan bila tanda-tanda vital dikembalikan pada nilai normal. Pengukuran yang paling sering dilakukan oleh praktisi kesehatan adalah pengukuran tanda-tanda vital: antara lain adalah tekanan darah, nadi, suhu, dan frekuensi pernapasan 1. Akibat dari kecemasan pasien preoperasi yang sangat hebat maka ada kemungkinan operasi tidak bisa dilaksanakan karena pada pasien yang mengalami kecemasan sebelum operasi akan muncul kelainan seperti tekanan darah yang meningkat, sehingga apabila tetap dilakukan operasi akan dapat mengakibatkan penyulit dimana efek dari obat anastesi yang diberikan kemungkinan menyebabkan pasien dapat kembali sadar dalam waktu yang lama karena adanya gangguan pada tekanan darah 4. Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di ruang Melati III RSUP. Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten pada tanggal 22 Januari 2014 didapatkan data jumlah pasien laparotomi dari bulan Oktober sampai Desember berjumlah 42 orang. Hasil wawancara terhadap 5 responden didapatkan hasil seluruh pasien mengalami kecemasan, didapatkan hasil 1 responden mengalami kecemasan berat dengan peningkatan tekanan darah, sedangkan frekuensi napas dan nadi dalam keadaan normal; 3 responden mengalami kecemasan sedang, 2 responden di antaranya mengalami tekanan darah, sedangkan frekuensi napas dan nadi menunjukkan hasil normal; dan 1 responden mengalami kecemasan ringan dengan tekanan darah, frekuensi napas, dan nadi menunjukkan hasil normal. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara tingkat kecemasan dengan status tanda-tanda vital pada pasien pre-operasi di ruang

4 Melati III RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif korelational dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan status tanda-tanda vital yang meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi napas. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Maret sampai 15 Juni 2014 di Ruang Melati III RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang akan menjalani operasi laparotomi di Ruang Melati III RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jumlah populasi pada penelitian ini dihitung berdasarkan jumlah pasien 3 bulan terakhir yaitu bulan Oktober sampai Desember Jumlah populasi yaitu 42 pasien pre-operasi laparotomi yang mengalami kecemasan. Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang akan menjalani operasi laparotomi yang mengalami kecemasan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah Accidental Sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, yang terdiri dari 5 bagian. Bagian pertama digunakan demografi atau karakteristik responden yang terdiri atas nama, usia, jenis kelamin. Bagian kedua untuk mengkaji data yang berkaitan dengan tingkat kecemasan, dengan menggunakan skala AAS (Analog Anxiety Scale). Bagian ketiga digunakan untuk lembar observasi tekanan darah, alat yang digunakan spygmomanometer air raksa dan stetoskop. Bagian keempat digunakan untuk lembar observasi frekuensi nadi, alat yang digunakan arloji detik. Bagian kelima digunakan untuk lembar observasi frekuensi pernapasan, alat yang digunakan arloji detik. Dalam penelitian ini seluruh responden di ukur dengan menggunakan alat yang sama. Uji korelasi yang digunakan pada penelitian ini adalah uji spearman rank. C. Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat a. Karakteristik Responden Responden penelitian ini adalah pasien operasi laparotomi di RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten sebanyak 30 orang. Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, dan diagnosa medis yang dapat dilihat pada tabel 1: Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden pada Pasien Pre-Operasi Laparotomi di RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Maret-Juni 2014

5 Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%) Jenis kelamin Laki-laki 17 56,7 Perempuan 13 43,3 Jumlah Umur ,7 56,7 6,7 Jumlah Pendidikan SMP SMA S ,3 6,7 Jumlah Tindakan Operasi Appendictomi Kolostomi 10 33,3 Kolektomi 8 26,7 Jumlah Sumber: Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui karakteristik jenis kelamin responden sebagian besar laki-laki yaitu berjumlah 17 orang (56,7%). Dilihat dari umur, diketahui responden yang terbanyak berumur tahun yaitu berjumlah 17 orang (56,7%). Dilihat dari tingkat b. Tingkat Kecemasan pendidikan, diketahui tingkat pendidikan terbanyak yaitu SMP berjumlah 15 orang (50%). Dilihat dari diagnosa medis, diketahui tindakan operasi terbanyak yaitu appendictomi berjumlah 12 orang (40%) Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre- Operasi Laparotomi di RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Maret- Juni 2014 Tingkat Kecemasan Jumlah (n) Persentase (%) Ringan 4 13,3 Sedang 14 46,7 Berat 10 33,3 Panik 2 6,7 Jumlah Sumber: Data primer 2014 Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa mayoritas tingkat kecemasan pasien preoperasi laparotomi di ruang c. Tekanan Darah Melati III dalam kategori sedang yaitu sebanyak 14 responden (46,7%).

6 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tekanan Darah pada Pasien Pre- Operasi Laparotomi di RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Maret- Juni 2014 Tekanan Darah Jumlah (n) Persentase (%) Normal Hipertensi Jumlah Sumber: Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa mayoritas tekanan darah pada Pasien Pre-Operasi Laparotomi di d. Frekuensi Nadi RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dalam kategori normal sebanyak 18 responden (60%). Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Frekuensi Nadi pada Pasien Pre- Operasi Laparotomi di RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Maret- Juni 2014 Frekuensi Nadi Jumlah (n) Persentase (%) Normal 25 83,3 Takikardi 5 16,7 Jumlah Sumber: Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa mayoritas frekuensi nadi pada Pasien Pre-Operasi Laparotomi di RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dalam kategori normal sebanyak 25 responden (83,3%). e. Frekuensi Napas Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Frekuensi Napas pada Pasien Pre- Operasi Laparotomi di RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Maret- Juni 2014 Frekuensi Napas Jumlah (n) Persentase (%) Normal 26 86,7 Takipneu 4 13,3 Jumlah Sumber: Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa mayoritas frekuensi napas pada Pasien Pre-Operasi Laparotomi di 2. Analisa Bivariat RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dalam kategori normal sebanyak 26 responden (86.7%). a. Hubungan antara tingkat kecemasan dengan tekanan darah Tabel 6 Tabulasi Silang Antara Tingkat Kecemasan dan Tekanan Darah pada Pasien Pre-Operasi Laparotomi di RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Maret-Juni 2014 Tingkat Tekanan Darah Total r P-value

7 Kecemasan Normal Hipertensi n % n % N % Ringan Sedang Berat Panik Jumlah Sumber: Data Primer ,534 0,002 Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa dari 4 responden (13,3%) yang mengalami cemas ringan sebagian besar mempunyai tekanan darah dalam kategori normal yaitu sebanyak 3 responden (10%). Sebanyak 14 responden (46,7%) yang mengalami kecemasan sedang sebagian besar mempunyai tekanan darah dalam kategori normal sebanyak 12 responden (40%). Sebanyak 10 responden (33,3%) yang mengalami kecemasan berat sebagian besar dalam kategori hipertensi yaitu sebanyak 7 responden (23,3%). Sebanyak 2 responden (6,7%) yang mengalami kecemasan panik mengalami tekanan darah dalam kategori Hipertensi. Pada tabel 6 juga dapat diketahui bahwa nilai p-value didapatkan hasil 0,002. Yang berarti nilai p-value kurang dari 0,05 dapat juga diartikan Ho ditolak atau hipotesis diterima yang artinya ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan tekanan darah. Nilai Rho juga dapat diketahui sebesar 0,534. Sesuai dengan tabel keofisien korelasi bahwa didapatkan keeratan hubungan antara tingkat kecemasan dengan tekanan darah termasuk dalam kategori cukup kuat. b. Hubungan antara tingkat kecemasan dengan frekuensi Tabel 7 Tabulasi Silang Antara Tingkat Kecemasan dan Frekuensi Nadi pada Pasien Pre-Operasi Laparotomi di RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Maret-Juni 2014 nadi Frekuensi Nadi Tingkat Total Normal Takikardi Kecemasan n % n % N % Ringan 4 13, ,3 Sedang 14 46, ,7 Berat 7 23, ,3 Panik ,7 2 6,7 Jumlah 25 83,3 5 16, Sumber: Data Primer 2014 r P-value 0,580 0,001 Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa dari 4 responden (13,3%) yang mengalami cemas ringan sebagian besar mempunyai frekuensi nadi dalam

8 kategori normal yaitu sebanyak 4 responden (13,3%). Sebanyak 14 responden (46,7%) yang mengalami kecemasan sedang sebagian besar mempunyai frekuensi nadi dalam kategori normal sebanyak 14 responden (46,7%). Sebanyak 10 responden (33,3%) yang mengalami kecemasan berat sebagian besar mempunyai frekuensi nadi dalam kategori normal yaitu sebanyak 7 responden (23,3%). Sebanyak 2 responden (6,7%) yang mengalami kecemasan panik mengalami frekuensi nadi dalam kategori takikardi. Pada tabel 4.7 juga dapat diketahui bahwa nilai p-value didapatkan hasil 0,001. Yang berarti nilai p-value kurang dari 0,05 dapat juga diartikan Ho ditolak atau hipotesis diterima yang artinya ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan frekuensi nadi. Nilai Rho juga dapat diketahui sebesar 0,580. Sesuai dengan tabel koefisien korelasi bahwa didapatkan keeratan hubungan antara tingkat kecemasan dengan tekanan darah termasuk dalam kategori cukup kuat. c. Hubungan antara tingkat kecemasan dengan frekuensu napas Tabel 8 Tabulasi Silang Antara Tingkat Kecemasan dan Frekuensi Napas pada Pasien Pre-Operasi Laparotomi di RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Maret-Juni 2014 Frekuensi Napas Tingkat Total Normal Takipneu Kecemasan n % n % N % Ringan 4 13, ,3 Sedang 14 46, ,7 Berat 8 26,7 2 6, ,3 Panik ,7 2 6,7 Jumlah 26 86,7 4 13, Sumber: Data Primer 2014 r P-value 0,538 0,002 Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa dari 4 responden (13,3%) yang mengalami cemas ringan sebagian besar mempunyai frekuensi napas dalam kategori normal yaitu sebanyak 3 responden (10%). Sebanyak 14 responden (46,7%) yang mengalami kecemasan sedang sebagian besar mempunyai frekuensi napas dalam kategori normal sebanyak 14 responden (46,7%). Sebanyak 10 responden (33,3%) yang mengalami kecemasan berat sebagian besar mempunyai frekuensi napas dalam kategori normal yaitu sebanyak 8 responden (26,7%). Sebanyak 2 responden (6,7%) yang mengalami kecemasan panik mengalami

9 frekuensi napas dalam kategori takipneu. Pada tabel 4.8 juga dapat diketahui bahwa nilai p-value didapatkan hasil Yang berarti nilai p-value kurang dari 0,05 dapat juga diartikan Ho ditolak atau hipotesis diterima yang artinya ada hubungan antara tingkat kecemasan D. Pembahasan 1. Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre-Operasi Laparotomi di Ruang Melati III RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai tingkat kecemasan dalam kategori sedang yaitu sebanyak 14 responden (46.7%). Hal ini berarti mayoritas pasien pre-operasi laparotomi di ruang Melati III RSUP Dr, Soeradji Tirtonegoro Klaten mempunyai tingkat kecemasan sedang. Ditinjau dari nilai AAS (Analog Anxiety Scale) responden mempunyai tingkat kecemasan sedang dengan rentang skor 200 sampai dengan 299. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden yang memiliki kecemasan sedang lebih tinggi bila dibandingkan dengan responden yang memiliki kecemasan panik. Tanda-tanda yang sering muncul pada responden diantaranya susah tidur, gemetar, merasa takut ketika menghadapi operasi, dan takut operasi yang dilakukannya gagal. Hal ini dikarenakan cemas ditandai dengan perasaan ketakutan dan dengan frekuensi napas. Nilai Rho juga dapat diketahui sebesar 0,538. Sesuai dengan tabel keofisien korelasi bahwa didapatkan keeratan hubungan antara tingkat kecemasan dengan tekanan darah termasuk dalam kategori cukup kuat. kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan 5. Individu yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, penyakit badan, operasi, cacat badan lebih mudah mengalai stres. Di samping itu orang yang mengalami kelelahan fisik juga akan lebih mudah mengalami stres 6. Tingkat kecemasan juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang, pada penelitian ini responden yang berpendidikan SMP sebanyak 15 responden (50%) dan responden terbanyak mengalami kecemasan berat, hal tersebut mendukung pendapat yang dikemukakan oleh Stuart (2007) 8, status pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang menyebabkan orang tersebut mengalami stres dibanding dengan mereka yang status pendidikan dan status ekonomi yang tinggi. Tingkat kecemasan dapat juga dipengaruhi oleh usia seseorang, pada penelitian ini responden yang berusia sebanyak 17 responden (56.7%) dan responden terbanyak mengalami kecemasan berat (lampiran 13), hal tersebut mendukug pendapat yang dikemukakan oleh Stuart (2007), ada

10 yang berpendapat bahwa faktor usia muda lebih mudah mengalami stres dari pada usia tua, tetapi ada yang berpendapat sebaliknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunastilia (2011) 7, tentang analisa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien pre operasi apendikitis di Ruang Melati III RSUP Dr. Soaradji Tirtonegoro Klaten didapatkan hasil tingkat cemas dalam kategori cemas ringan sebanyak 17 orang (34%), cemas sedang sebanyak 24 orang (48%), dan berat sebanyak 9 orang (18%). 2. Status Tanda-Tanda Vital pada Pasien Pre-Operasi Laparotomi di Ruang Melati III RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai tekanan darah dalam kategori normal yaitu sebanyak 12 responden (40%). Hal ini berarti mayoritas pasien pre-operasi laparotomi di ruang Melati III RSUP Dr, Soeradji Tirtonegoro Klaten mempunyai tekanan darah dalam kategori normal. Tekanan darah adalah pengukuran tekanan jantung untuk melawan tekanan pembuluh darah saat sistole dan diastole. Tekanan darah ini diukur dalam satuan mmhg dengan alat yang disebut tensimeter (sphygmomanometer atau aneroid manometer). Pengukuran tekanan darah ini pada umumnya dilakukan pada lengan tangan dominan bagian atas 8. Hasil tersebut dapat dipengaruhi karena hampir sebagian besar pasien pre-operasi laparotomi adalah berjenis kelamin laki-laki berjumlah 17 responden (56.7%), pada penelitian ini juga didapatkan bahwa mayoritas responden yang berusia tahun sebanyak 17 responden (56.7%) dan terbanyak responden mengalami tekanan darah dalam kategori hipertensi. Hal tersebut mendukung teori yang dikemukakan oleh Crisp (2003) dalam Debora (2012) 8, tekanan darah pada laki-laki akan cenderung lebih tinggi pada masa pubertas jika dibandingkan dengan seusianya. Akan tetapi pada masa menopuose tekanan darah wanita akan cenderung lebih tinggi dbandingkan dengan laki-laki seusianya. Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai frekuensi nadi dalam kategori normal yaitu sebanyak 14 responden (46,7%). Hal ini berarti mayoritas pasien preoperasi laparotomi di ruang Melati III RSUP Dr, Soeradji Tirtonegoro Klaten mempunyai frekuensi nadi dalam kategori normal. Frekuensi nadi adalah getaran denyutan aliran darah pada arteri yang bisa dipalpasi pada berbagai macam titik di tubuh. Nadi dihasilkan oleh ejeksi volume sekuncup dan distensi dinding aorta, secara bersamaan

11 menciptakan gelombang nadi yang merambat hingga titik distal arteri. Oleh karena perambatan nadi ini hingga mencapai bawah tulang dan otot, kita bisa mempalpasi nadi dengan menekan secara lembut di atas beberapa titik nadi 8. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pasien yang mengalami kecemasan tidak semua terjadi peningkatan frekuensi nadi pada pasien pre-operasi laparotomi. Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang dikemukanan oleh Crisp dkk (2003) dalam Debora (2012) 8, nyeri akut dan kecemasan meningkatkan kerja saraf simpatis sehingga meningkatkan kerja jantung. Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai frekuensi napas dalam kategori normal yaitu sebanyak 14 responden (46,7%). Hal ini berarti mayoritas pasien preoperasi laparotomi di ruang Melati III RSUP Dr, Soeradji Tirtonegoro Klaten mempunyai frekuensi napas dalam kategori normal. Frekuensi napas adalah mekanisme yang dilakukan oleh tubuh untuk mengeluarkan karbon dioksida ke udara dan mendapat oksigen dari udara dan dibawa ke sel tubuh 8. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pasien yang mengalami kecemasan tidak semua terjadi peningkatan frekuensi napas pada pasien pre-operasi laparotomi. Hasil penelitian ini mendukung dengan pendapat yang dikemukanan oleh Debora (2012) 8, ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi pernapasan, antara lain adalah fisik, misalnya kelainan bentuk dada, penyakit pernapasan yang sudah menahun, serta adanya gangguan pada fungsi dan struktur pernapasan. Psikologis, misalnya stres dan cemas, sosiokultural, misalnya merokok. Lingkungan, misalnya adanya alergi dan polusi. 3. Hubungan antara Tingkat Kecemasan dengan Tekanan Darah pada Pasien Pre-Operasi Laparotomi di Ruang Melati III RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Pada tabel 6 dapat diketahui bahwa hubungan antara tingkat kecemasan dengan tekanan darah pada pasien preoperasi diperoleh nilai p-value sebesar Hasil diperoleh bahwa p-value < 0.05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan tekanan darah, sehingga mendukung hipotesis. Hasil analisis diketahui nilai koefisien korelasi (Rho) sebesar Menurut tabel koefisien korelasi menunjukkan keeratan hubungan dalam kategori cukup kuat. Dapat diartikan keeratan hubungan antara tingkat kecemasan dengan tekanan darah pada pasien preoperasi laparotomi di ruang Melati III RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dalam kategori cukup kuat. Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa sejumlah 12 responden (40%)

12 mengalami tekanan darah dalam kategori hipertensi dan terbanyak responden mengalami kecemasan berat. Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang dikemukanan oleh Muttaqin & Sari (2011) 3, Ansietas, takut, nyeri, dan emosi dapat merangsang saraf simpatis sehinga menimbulkan penekanan denyut jantung, dan tahanan vena perifer. Perangsangan saraf simpatis menyebabkan peningkatan tekanan darah. Pada panelitian ini juga didapatkan responden dalam kategori cemas ringan mengalami peningkatan tekanan darah atau hipertensi sebanyak 1 responden (3.3%) dikarenakan faktor lain, pada saat penelitian peneliti mendapatkan bahwa pasien mengalami nyeri di bagian yang mengalami penyakit. Hal ini berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Stuart (2007) 6, tanda dan gejala kecemasan ringan antara lain sesekali napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara selektif, tidak dapat duduk dengan tenang, tremor halus pada tangan. Hal ini dikarenakan ada faktor lain yaitu stresor psikologis dan fisik yang dapat mempengaruhi tekanan darah yang tidak dikendalikan di kriteria inklusi dan eksklusi. 4. Hubungan antara Tingkat Kecemasan dengan Frekuensi Nadi pada Pasien Pre-Operasi Laparotomi di Ruang Melati III RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Pada tabel 7 dapat diketahui bahwa hubungan antara tingkat kecemasan dengan frekuensi nadi pada pasien pre-operasi diperoleh nilai p-value sebesar Hasil diperoleh bahwa p-value < 0.05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan frekuensi nadi, sehingga mendukung hipotesis. Hasil analisis diketahui nilai koefisien korelasi (Rho) sebesar Menurut tabel koefisien korelasi menunjukkan keeratan hubungan dalam kategori kuat. Dapat diartikan keeratan hubungan antara tingkat kecemasan dengan frekuensi nadi pada pasien pre-operasi laarotomi di ruang Melati III RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dalam kategori cukup kuat. Dari penelitian ini didapatkan sebanyak 5 responden (16.7%) yang mengalami kecemasan berat dan panik mengalami frekuensi nadi dalam kategori takikardi. Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang dikemukanan oleh Crisp dkk (2003) dalam Debora (2012) 8, nyeri akut dan kecemasan meningkatkan kerja saraf simpatis sehingga meningkatkan kerja

13 jantung. Tanda dan gejala pada kecemasan berat antara lain napas pendek, nadi, dan tekanan darah meningkat, berkeringat, sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, verbalitas, dan perasaan ancaman meningkat. Tanda dan gejala pada kecemasan panik antara lain yaitu napas pendek, rasa tercekik, palpitasi, sakit dada, pucat, lapang persepsi sangat sempit, marah, ketakutan, berteriak-teriak, dan persepsi kacau Hubungan antara tingkat kecemasan dengan frekuensi napas pada Pasien Pre-Operasi Laparotomi di Ruang Melati III RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Pada tabel 8 dapat diketahui bahwa hubungan antara tingkat kecemasan dengan frekuensi napas pada pasien preoperasi diperoleh nilai p-value sebesar Hasil diperoleh bahwa p-value < 0.05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan frekuensi napas, sehingga mendukung hipotesis. Hasil analisis diketahui nilai koefisien korelasi (Rho) sebesar Menurut tabel koefisien korelasi menunjukkan keeratan hubungan dalam kategori kuat. Dapat diartikan keeratan hubungan antara tingkat kecemasan dengan frekuensi napas pada pasien pre-operasi laarotomi di ruang Melati III RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dalam kategori cukup kuat. Dari penelitian ini didapatkan sebanyak 4 responden (13.3%) yang mengalami kecemasan berat dan panik mengalami frekuensi napas dalam kategori takipneu. Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang dikemukanan oleh Debora (2012) 8, ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi pernapasan, antara lain adalah fisik, misalnya kelainan bentuk dada, penyakit pernapasan yang sudah menahun, serta adanya gangguan pada fungsi dan struktur pernapasan. Psikologis, misalnya stres dan cemas. Sosiokultural, misalnya merokok. Lingkungan, misalnya adanya alergi dan polusi. Tanda dan gejala pada kecemasan berat antara lain napas pendek, nadi, dan tekanan darah meningkat, berkeringat, sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, verbalitas, dan perasaan ancaman meningkat. Tanda dan gejala pada kecemasan panik antara lain yaitu napas pendek, rasa tercekik, palpitasi, sakit dada, pucat, lapang persepsi sangat sempit, marah, ketakutan, berteriak-teriak, dan persepsi kacau 6. E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

14 a. Tingkat kecemasan pada pasien preoperasi laparotomi sebagian besar mengalami kecemasan sedang. b. Tekanan darah pada pasien preoperasi laparotomi sebagian besar dalam kategori normal. c. Frekuensi nadi pada pasien preoperasi laparotomi sebagian besar dalam kategori normal. d. Frekuensi napas pada pasien preoperasi laparotomi sebagian besar dalam kategori normal. e. Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan tekanan darah pada pasien pre-operasi laparotomi dengan dengan nilai p-value < 0.05 f. Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan frekuensi nadi pada pasien pre-operasi laparotomi dengan nilai p-value < 0.05 g. Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan frekuensi napas pada pasien pre-operasi laparotomi dengan nilai p-value < 0.05 h. Keeratan hubungan antara tingkat kecemasan dengan status tanda-tanda vital pada pasien pre-operasi laparotomi dalam kategori cukup kuat. 2. Saran Bagi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten sebagai pengambil keputusan dapat memberikan seminar bagi perawat untuk mengatasi tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien pre-operasi laparotomi. Bagi Perawat rumah sakit dapat meningkatkan kualitas pelayanan dengan memberikan edukasi tentang kecemasan untuk mengatasi tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien pre-operasi laparotomi. Sebagai peneliti selanjutnya dapat menambah lebih banyak sampel agar hasil penelitian bisa lebih sempurna dan menghubungkan dengan variebel yang lainnya. Daftar Pustaka 1. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:konsep, proses, dan praktik, volume 1, edisi 4, Jakarta: EGC. 2. Sjamsuhidayat, R. dan Jong W, (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi revisi. Jakarta: EGC 3. Muttaqin, A dan Sari, K. (2013). Asuhan Keperawatan Perioperatif :Konsep, Proses, dan Aplikasi. Jakarta: Salembaa Medika. 4. Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1, Edisi, 8. Jakarta: EGC 5. Hawari, D. (2001). Manajemen stress, cemas, dan depresi.jakarta: Balai Penerbit FKUI. 6. Stuart, Gail W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. 7. Yunastilia, Ni Made. (2011). Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

15 Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Apendisitis Di Ruang Melati III RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Skripsi, Universitas Respati Yogyakarta. 8. Debora, O. (2012). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika.

16

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB I PENDAHULUAN. xiv xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan walaupun minor/mayor merupakan pengalaman yang sulit dan bisa menimbulkan kecemasan bagi hampir semua pasien dan keluarganya. Kecemasan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 Fransisca Imelda Ice¹ Imelda Ingir Ladjar² Mahpolah³ SekolahTinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Merupakan Rumah Sakit Umum (RSU) terbesar yang ada di Wilayah Provinsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Operasi merupakan penyembuhan penyakit dengan jalan memotong dan mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi, dirawat inap dan jenis operasi

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI Ibrahim N. Bolla ABSTRAK Tindakan pembedahan adalah suatu tindakan

Lebih terperinci

Wacana Kesehatan Vol.1, No.1,Juli 2017 HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRAOPERASI ELEKTIF DIRUANG BEDAH

Wacana Kesehatan Vol.1, No.1,Juli 2017 HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRAOPERASI ELEKTIF DIRUANG BEDAH HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRAOPERASI ELEKTIF DIRUANG BEDAH RELATIONSHIP BETWEEN ANXIETY RATE WITH THE IMPROVEMENT OF BLOOD PRESSURE IN PATIENTS OF ELEKTIF

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Terapeutik 1. Pengertian Komunikasi Terapeutik Menurut Purwanto (2009), komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kegagalan anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Suliswati,

BAB 1 PENDAHULUAN. kegagalan anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Suliswati, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cemas merupakan suatu keadaan emosi tanpa suatu objek yang spesifik dan pengalaman subjektif dari individu serta dan tidak dapat diobservasi dan dilihat secara langsung.

Lebih terperinci

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN OLEH : NOVANA AYU DWI PRIHWIDHIARTI 010214A102 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Operasi adalah suatu bentuk tindakan invasif yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga profesional dan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan klien dan keluarganya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini

Lebih terperinci

LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Lampiran 4 LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Kecemasan Klien Pre Operasi Dengan Gangguan Pola Tidur Di Ruang Kenanga RS. PELNI Jakarta Tahun 2010 Peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kazdin (2000) dalam American Psychological Association mengatakan kecemasan merupakan emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Tindakan operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat mempunyai kontak paling lama dalam menangani persoalan pasien dan peran perawat dalam upaya penyembuhan pasien menjadi sangat penting. Seorang perawat dituntut

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERATIF SELAMA MENUNGGU JAM OPERASI ANTARA RUANG RAWAT INAP DENGAN RUANG PERSIAPAN OPERASI RUMAH SAKIT ORTOPEDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh : PARYANTO J.210

Lebih terperinci

DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Christine Handayani Siburian*, Sri Eka Wahyuni** * Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen Departemen Keperawatan

Lebih terperinci

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG Asri Rahmawati, Arena Lestari, Ferry Setiawan ABSTRAK Salah satu penyakit yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah suatu keadaan yang sangat serius pada pasien pre operasi yang ditandai dengan perasaan ketakutan dan gelisah serta menggambarkan perasaan keraguraguan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus menjalani rawat inap adalah sesuatu yang membuat mereka cemas. Faktor kecemasan ini dipicu karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya. Studi Framingham memberikan gambaran yang jelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG Iis Sriningsih* ), Dhani Afriani** ) *) Dosen Prodi DIV Keperawatan Semarang, Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi keperawatan dewasa ini adalah memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini, keperawatan telah memberikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI Yudha Indra Permana & Ida Untari Akper PKU Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Masa reproduksi adalah masa yang penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi merupakan pengalaman yang biasa menimbulkan kecemasan, kecemasan biasanya berhubungan dengan segala macam prosedur asing yang dijalani pasien dan juga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Responden Penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah adalah ibu primigravida

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Responden Penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah adalah ibu primigravida BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah adalah ibu primigravida yang mengalami nyeri persalinan kala 1 fase aktif di RSB Mutiara Bunda-Salatiga.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak merniliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit akibat gangguan peredaran darah otak yang dipengaruhi oleh banyak faktor resiko yang terdiri dari hipertensi, peningkatan kadar gula darah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien karena akan muncul berbagai kemungkinan masalah dapat terjadi yang akan membahayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Harapan Ibu Purbalingga yang merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta kelas D milik Yayasan Islam Bani Shobari.

Lebih terperinci

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Oleh : Nurul Hidayah, S.Kep.Ns ABSTRAK Latar belakang : Diabetes mellitus adalah penyakit kronis

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

: tingkat pengetahuan, kecemasan PENDAHULUAN

: tingkat pengetahuan, kecemasan PENDAHULUAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN DI PUSKESMAS KECAMATAN JATIBARANG KABUPATEN BREBES LAELATUL MUBASYIROH INTISARI Kehamilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Terapeutik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, prevalensi gangguan kecemasan berkisar pada angka 6-7% dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, prevalensi gangguan kecemasan berkisar pada angka 6-7% dari BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Di Indonesia, prevalensi gangguan kecemasan berkisar pada angka 6-7% dari populasi umum (perempuan lebih banyak dibandingkan prevalensi laki-laki). Kecemasan merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN EMPATI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN EMPATI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN EMPATI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Annisa Nur Erawan INTISARI Latar Belakang : Beban kerja yang ideal merupakan salah

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE DI WILAYAH KERJA RUMAH SAKIT RAJAWALI CITRA BANGUNTAPAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : AYU PUTRI UTAMI NIM

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. keperawatan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. keperawatan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Dalam pembahasan ini penulis akan membahas tentang kasus yang diambil dengan judul Penerapan teknik relaksasi genggam jari pada asuhan keperawatan kecemasan

Lebih terperinci

INTISARI. Kata Kunci : Kondisi Kerja, Beban Kerja, Tingkat Stres perawat.

INTISARI. Kata Kunci : Kondisi Kerja, Beban Kerja, Tingkat Stres perawat. HUBUNGAN ANTARA KONDISI KERJA DAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS PERAWAT PELAKSANA DI RUANG ICU RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Deden Iwan Setiawan INTISARI Latar Belakang : Stress adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kecemasan Kecemasan merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transfusi darah, prosedur invasif). (Potter & Perry, 2005). operasi dan prosedur-prosedur diagnostik yang besar, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transfusi darah, prosedur invasif). (Potter & Perry, 2005). operasi dan prosedur-prosedur diagnostik yang besar, seperti 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Informed Consent Informed Consent atau persetujuan tindakan adalah persetujuan seseorang untuk memperbolehkan sesuatu yang terjadi (mis. operasi, transfusi

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER Fitriana Putri fitput81@gmail.com Susi Wahyuning Asih fikes@unmuhjember.ac.id Dian

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS 6 Arif Kurniawan*, Yunie Armiyati**, Rahayu Astuti*** ABSTRAK Kecemasan dapat terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut hirarki Maslow tingkat yang paling dasar dalam kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit yang menyebabkan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk menurunkan atau menghilangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe merupakan Rumah Sakit Umum (RSU) terbesar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara. invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara. invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang, ditampilkan pada tabel dibawah ini: 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi

Lebih terperinci

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang pp PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNANTEKANANDARAH PADA LANSIA PENDERITAHIPERTENSIDI PANTISOSIAL WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2014 Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN BOOKLET SPINAL ANESTESI TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN SECTIO CAECAREA

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN BOOKLET SPINAL ANESTESI TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN SECTIO CAECAREA 1 NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN BOOKLET SPINAL ANESTESI TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN SECTIO CAECAREA DI RSUD Dr. TJITROWARDOJO PURWOREJO Oleh SUKARIAJI NIM. P.07.120.215.077

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur yang cukup, mereka merasa

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA Pandeirot *, Fitria**, Setyawan** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth

Lebih terperinci

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG FLAMBOYAN RSUD MUNTILAN Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI Dewi Utami, Annisa Andriyani, Siti Fatmawati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Responden

Lembar Persetujuan Responden Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden Saya yang bernama Sri Lestari Mei Donna Siregar/ 1102334 adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA SEKOLAH YANG DIRAWAT DI RUANG PERAWATAN ANAK DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA SEKOLAH YANG DIRAWAT DI RUANG PERAWATAN ANAK DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA SEKOLAH YANG DIRAWAT DI RUANG PERAWATAN ANAK DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Listyana Natalia R INTISARI Latar Belakang : Anak yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah penelitian korelasi yang menunjukkan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah penelitian korelasi yang menunjukkan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain pada penelitian ini adalah penelitian korelasi yang menunjukkan hubungan antara tingkat kebugaran jasmani dengan tekanan darah sistolik pada mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis. Maslow (1970) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri. Hipertensi dihasilkan dari dua faktor utama yaitu jantung yang memompa

Lebih terperinci

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS Rizka Himawan,Diyah Krisnawati, ABSTRAK Latar Belakang:

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat pada

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME KOPING PENDERITA GASTROENTERITIS KRONIK DI RSUD. DR. HAULUSSY AMBON TAHUN *Dewiyusrianti Lina

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME KOPING PENDERITA GASTROENTERITIS KRONIK DI RSUD. DR. HAULUSSY AMBON TAHUN *Dewiyusrianti Lina FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME KOPING PENDERITA GASTROENTERITIS KRONIK DI RSUD. DR. HAULUSSY AMBON TAHUN 2014 *Dewiyusrianti Lina ABSTRAK Stress merupakan hal yang dapat terjadi pada pasien

Lebih terperinci

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIPERTENSI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DEMANGAN KOTA MADIUN Hariyadi,S.Kp.,M.Pd (Prodi Keperawatan) Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

PENGARUH CYTRUS (ORANGE) AROMATHERAPY TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RSUD KOTA MADIUN

PENGARUH CYTRUS (ORANGE) AROMATHERAPY TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RSUD KOTA MADIUN PENGARUH CYTRUS (ORANGE) AROMATHERAPY TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RSUD KOTA MADIUN Mega Arianti Putri, Ayu Tri Widarti Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Bhakti Husada Mulia

Lebih terperinci

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL DENGAN KESEHATAN JANIN TRIMESTER II DI RSIA KUMALA SIWI JEPARA

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL DENGAN KESEHATAN JANIN TRIMESTER II DI RSIA KUMALA SIWI JEPARA HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL DENGAN KESEHATAN JANIN TRIMESTER II DI RSIA KUMALA SIWI JEPARA Triana Widiastuti 1, dan Goenawan 2 INTISARI Pada trimester II, ibu hamil biasanya sudah bisa menyesuaikan

Lebih terperinci

TINGKAT KECEMASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD DR. SOESELO SLAWI

TINGKAT KECEMASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD DR. SOESELO SLAWI TINGKAT KECEMASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD DR. SOESELO SLAWI Nurhakim Yudhi Wibowo 1), Firman hidayat 2), Deni irawan 3) 1), 2), 3) Jurusan Keperawatan STIKes Bhamada Slawi 52416, Tegal, Indonesia

Lebih terperinci

Efek Kecemasan terhadap Peningkatan Tekanan Darah Penderita Pre OP ORIF. The Effect Anxiety to Increased Blood Pressure in Patients with Pre Op ORIF

Efek Kecemasan terhadap Peningkatan Tekanan Darah Penderita Pre OP ORIF. The Effect Anxiety to Increased Blood Pressure in Patients with Pre Op ORIF Efek terhadap Peningkatan Tekanan Darah Penderita Pre OP ORIF The Effect Anxiety to Increased Blood Pressure in Patients with Pre Op ORIF Moh Alimansur*, Septinulalin Dwi Cahyaningrum Dosen Akper Dharma

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI IBU PASCASALIN DENGAN SEKSIO SESARIA

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI IBU PASCASALIN DENGAN SEKSIO SESARIA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI IBU PASCASALIN DENGAN SEKSIO SESARIA Clara Grace Y.A.S*, Siti Saidah Nasution** *Mahasiswa Keperawatan **Dosen Keperawatan Maternitas *Staf Pengajar Keperawatan

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn : HUBUNGAN OBESITAS DENGAN TEKANAN DARAH DI RT 05 DESA KALISAPU KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Seventina Nurul Hidayah Program Studi D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jl.Mataram no.09

Lebih terperinci

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK PERBEDAAN TINGKAT STRES PADA LANSIA YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA DI DESA TEBON KECAMATAN BARAT KABUPATEN MAGETAN DAN DI UPT PSLU (PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA) KECAMATAN SELOSARI KABUPATEN MAGETAN Priyoto

Lebih terperinci

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Nurhafizah* Erniyati** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen Departemen Keperawatan Maternitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara oleh Departemen Kesehatan sebesar 25,9% penduduk Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis adalah kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan medis dan keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu tempat pelayanan yang beroperasi 24 jam di mana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah

Lebih terperinci

Evangeline Hutabarat dan Wiwin Wintarsih. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor 1 dinegaranegara

Evangeline Hutabarat dan Wiwin Wintarsih. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor 1 dinegaranegara GAMBARAN STRES PSIKOLOGIS SEBAGAI PENCETUS SERANGAN ULANG NYERI DADA PADA KLIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUANG PERAWATAN VIII RS. DUSTIRA CIMAHI Evangeline Hutabarat dan Wiwin

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka. LAMPIRAN Kata Pengantar Melalui kuesioner ini, kami dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Derajat kecemasan pada siswa kelas XI SMA Santa

Lebih terperinci

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN DERAJAT KEKEBALAN TERHADAP STRES (SKALA MILLER & SMITH) PADA LANSIA DI KELURAHAN KEDUNGWUNI TIMUR KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI Iwan Permana, Anita Nurhayati Iwantatat73@gmail.com

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

HUBUNGAN FREKUENSI HOSPITALISASI ANAK DENGAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRE SCHOOL PENDERITA LEUKEMIA DI RSUD Dr.

HUBUNGAN FREKUENSI HOSPITALISASI ANAK DENGAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRE SCHOOL PENDERITA LEUKEMIA DI RSUD Dr. HUBUNGAN FREKUENSI HOSPITALISASI ANAK DENGAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRE SCHOOL PENDERITA LEUKEMIA DI RSUD Dr. MOEWARDI Lilis Murtutik, Wahyuni ABSTRAK Latar belakang : Leukemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup didalam uterus melalui vagina ke dunia luar.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Defenisi Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ANGINA PECTORIS I. PENGERTIAN Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan sakit dada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Rencana Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelasional yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (jenis

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN: 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) Silakan anda memberi tanda di kolom isi sesuai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh: Tresna Komalasari ABSTRAK Teknik relaksasi dengan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO NASKAH PUBLIKASI PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: AGUNG SUPRASTYO 201210201150 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai oleh penduduk dunia yang mengalami pergeseran pola pekerjaan dan aktivitas. Dari yang sebelumnya memiliki pola kehidupan agraris berubah menjadi

Lebih terperinci