DEKLARASI KONDISI PEMBANGKIT DAN INDEKS KINERJA PEMBANGKIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEKLARASI KONDISI PEMBANGKIT DAN INDEKS KINERJA PEMBANGKIT"

Transkripsi

1 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 PROTAP DEKLARASI KONDISI PEMBANGKIT DAN INDEKS KINERJA PEMBANGKIT PROSEDUR TETAP DEKLARASI KONDISI PEMBANGKIT DAN INDEKS KINERJA PEMBANGKIT No. PLN/DKP-IKP/ JUNI 2007 PT PLN PT PLN JUNI 2007 Edisi 01 Revisi 03 Halaman 1

2 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 (Halaman ini sengaja dikosongkan) Edisi 01 Revisi 03 Halaman 2

3 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 KATA PENGANTAR Informasi mengenai kondisi dan kesiapan Pembangkit berdasarkan Standar Internasional sangat diperlukan dalam operasi sistem. Operator sistem akan menggunakan informasi tersebut sebagai dasar dalam pengambilan keputusan perintah dispatch. Akurasi tingkat sekuriti dan keandalan sistem akan tergantung kepada kebenaran atau kemutakhiran dari informasi tentang kondisi dan kesiapan Pembangkit tersebut. Disamping itu, kebutuhan operasi sistem saat ini juga menghendaki diberlakukannya; a). mekanisme niaga yang mendorong kesiapan Pembangkit, dan b). pengertian yang sama tentang cara perhitungan indeks kinerja pembangkit. Informasi mengenai kesiapan Pembangkit aktual menjadi salah satu parameter yang penting dalam menentukan besar pembayaran yang akan diperoleh Pembangkit. Oleh karena itu mekanisme deklarasi kondisi Pembangkit dan cara perhitungan Indeks Kinerja Pembangkit perlu disusun agar dapat membantu operasi sistem dalam mempertahankan sekuriti dan keandalan, serta merupakan sumber informasi kesiapan aktual Pembangkit untuk keperluan perhitungan pembayaran dan agar semua pihak terkait dapat menggunakan parameter dan metode perhitungan yang sama untuk keperluan operasi sistem maupun pembangkit. Dengan prosedur tetap deklarasi kondisi Pembangkit dan indeks kinerja pembangkit ini diharapkan operasi sistem dan pelaksanaan mekanisme niaga sistem tenaga listrik Jawa Bali dapat berjalan lebih baik dan lancar. Juni 2007 PT PLN (Persero) Edisi 01 Revisi 03 Halaman i

4 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 A. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i A. DAFTAR ISI...ii B. KELENGKAPAN DOKUMEN PROTAP...iv B.2. LEMBAR PENGESAHAN...iv B.2. DAFTAR DISTRIBUSI...vi B.3. NOMOR PENGENDALIAN DOKUMEN...vi B.4. CATATAN PERUBAHAN DOKUMEN...vi C. PENDAHULUAN... 1 C.1. UMUM...1 C.2. DEFINISI...1 C.3. MAKSUD DAN TUJUAN... 2 C.4. REFERENSI...2 D D.1. RUANG LINGKUP... 3 D.2. DEKLARASI DAN KONFIRMASI KONDISI PEMBANGKIT... 5 D.2.1. PETUGAS PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB... 5 D.2.2. TATA-CARA... 7 E. PROSEDUR TETAP PERHITUNGAN INDEKS KINERJA PEMBANGKIT. 10 E.1. RUANG LINGKUP...10 E.2. DIAGRAM KONDISI (STATUS) UNIT PEMBANGKIT...11 E.3. PERPINDAHAN KONDISI PEMBANGKIT YANG DIIZINKAN...12 E.4. DEFINISI E.4.1. OUTAGE...13 E.4.2. DERATING...15 E.4.3. RESERVE SHUTDOWN (RS) DAN NON CURTAILING (NC)...16 E.4.4. CATATAN OUTAGE DAN DERATING...16 E.5. DURASI...19 E.7. FORMULA PERHITUNGAN INDEKS KINERJA PEMBANGKIT...22 E.7.1. UNIT PEMBANGKIT TUNGGAL...22 E.7.2. UNIT PEMBANGKIT GABUNGAN/KOMPOSIT (BASIS WAKTU)...24 E.7.3. UNIT PEMBANGKIT GABUNGAN/KOMPOSIT (BASIS KAPASITAS)...25 Edisi 01 Revisi 03 Halaman ii

5 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 E.7.4. FORMULA TANPA OMC...26 E.8. PENGELOMPOKAN KODE PENYEBAB (CAUSE CODE) KONDISI PEMBANGKIT...28 F. PENUTUP LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran D-1 DAFTAR ALAMAT KOMUNIKASI...30 Lampiran D-2 DIAGRAM ALIR PROSES DEKLARASI KONDISI PEMBANGKIT...31 Lampiran D-3 Form. H-DKP-P3B...33 Lampiran D-4 Form. H-DKP-Pembangkit...34 Lampiran D-5 Form. H-DKP-S-P3B...35 Lampiran D-6 Form. H-DKP-TS-P3B...36 Lampiran D-7 Form. H-DKP-TS-Pembangkit...37 Lampiran E-1 KODE PENYEBAB (CAUSE CODE) KONDISI PEMBANGKIT...38 Lampiran E-1A RINCIAN KODE PENYEBAB KONDISI PEMBANGKIT - PLTA...39 Lampiran E-1B RINCIAN KODE PENYEBAB KONDISI PEMBANGKIT - PLTG...45 Lampiran E-1C RINCIAN KODE PENYEBAB KONDISI PEMBANGKIT - PLTGU...54 Lampiran E-1D RINCIAN KODE PENYEBAB KONDISI PEMBANGKIT - PLTU...74 Lampiran E-1E RINCIAN KODE PENYEBAB KONDISI PEMBANGKIT - PLTD...96 Lampiran E-1F RINCIAN KODE PENYEBAB KONDISI PEMBANGKIT - PLTP Lampiran E-2 KODE PENYEBAB DILUAR TANGGUNG JAWAB PENGENDALIAN PEMBANGKIT (OMC - OUTSIDE PLANT MANAGEMENT CONTROL) Lampiran E-3A INTERPRETASI OUTAGE DAN DERATING Lampiran E-3B LAPORAN KONDISI PEMBANGKIT Lampiran E-4 METODA SINTESIS & FLEET-TYPE ROLL UP UNTUK MENGHITUNG KONDISI DAN KINERJA BLOK Edisi 01 Revisi 03 Halaman iii

6 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 B. KELENGKAPAN DOKUMEN PROTAP B.2. LEMBAR PENGESAHAN Edisi 01 Revisi 03 Halaman iv

7 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 Edisi 01 Revisi 03 Halaman v

8 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 B.2. DAFTAR DISTRIBUSI No. Bidang / Unit / Pelaksana Personil 1. Bidang Operasi Sistem P3B JB Manajer, DMOPSIS, DMTRATL, DMRENOP 2. DD PTL PT PLN (Persero) Ulysses R. Simandjuntak 3. DD PKT PT PLN (Persero) Agus Darmadi 4. PT Indonesia Power VPAGA, VPKIT-I, VPKIT-II 5. PT PJB MME, MAGA 6. PLN PMT GM Pembangkitan 7. PLN TANJUNG JATI B GM Pembangkitan 8. PLN PLTGU CILEGON GM Pembangkitan B.3. NOMOR PENGENDALIAN DOKUMEN B.4. CATATAN PERUBAHAN DOKUMEN Revisi ke Tanggal Halaman Paragraf Alasan Disahkan Oleh Fungsi/ Jabatan Tanda Tangan 1 /02/ /05/ DEFINISI 1.3 REFERENSI Penyesuaian dan penambahan definisi Penambahan Sub Bab Nur Pamudji I Made Ro Sakya Manager UBOS P3B Manager USEM P3B RUANG LINGKUP Penyempurnaan dan penambahan Definisi Outages Ulysses R. Simandjuntak DD PKP PLN Pusat Edisi 01 Revisi 03 Halaman vi

9 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni DEKLA- RASI & KONFIRMA- SI KETIDAK- SIAPAN PEMBANG- KIT Perubahan dan penambahan - Petugas Pelaksana dan Penanggung Jawab - Tata Cara M. Nasai Hamid Sudirmanto Djoko Susanto M. Karamoy MSAGA PT IP MSPT PT IP MME PT PJB PH GM PT PLN PMT 3 30/05/07 - Penggabungan dua protap (PROTAP HDKS dan PROTAP IKP) menjadi satu protap (PROTAP DKP dan IKP) - Meniadakan perubahan FO ke MO pada sub Bab Definisi Outage dan Derating - Penambahan definisi Planned Extention (PE), Maintenance Extention (ME), Non Curtailing Event (NC), dan Outside Plant Management Control (OMC). - Melengkapi Kode Penyebab Komponen lebih terperinci mengacu ke standar GADS-DRI NERC - Penambahan kelompok Formula; 1). Perhitungan Pembangkit Gabungan (basis waktu); dan 2). Formula Perhitungan Pembangkit OMC (Outside Management Control) - Penambahan Lampiran-lampiran 1). Lampiran D-2 Diagram Alir Proses Deklarasi Laporan Kondisi Pembangkit; 2). Lampiran E-2 Kode Penyebab OMC; 3). Lampiran E-3A & E 3B Interpretasi dan Pelaporan Outage/Derataing; 4). Lampiran E-4 Perhitungan Kinerja PLTGU (Blok) dengan metode Sintesis dan Fleet-type Roll Up. Nur Pamudji Ulysses R. Simandjuntak Agus Darmadi M. Nasai Hamid Nusyirwan Sudirmanto Chusnul Hidayat Bernadus Sudarmanto Prawoko Basuki Siswanto Paingot Marpaung MBOPS P3B JB DD PTL PT PLN (Persero) DD PKT PT PLN (Persero) VPAGA PT IP VPKIT-I PT IP VPKIT-II PT IP MME PT PJB Manager MAGA PT PJB GM PLN PMT GM PLN Tanjung Jati B GM PLN PLTGU Cilegon *) *) Catatan Ruang/Space ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Edisi 01 Revisi 03 Halaman vii

10 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 C. PENDAHULUAN C.1. UMUM Sesuai dengan amanat RUPS PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan yang mengharuskan mengukur Kinerja Pembangkit dengan menggunakan standar internasional (NERC 2007), maka diperlukan Tata Cara dan Rumusan Perhitungan Indeks Kinerja Pembangkit yang digunakan di lingkungan Unit Pembangkit PT PLN (Persero). Data Indeks Kinerja Pembangkit tersebut di atas dapat digunakan untuk perhitungan Kesiapan Komersial Pembangkit sebagai dasar Perhitungan Pembayaran Kapasitas Pembangkit sesuai Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL)/Kesepakatan Transfer Tenaga listrik antara PT PLN (Persero) dengan Perusahaan Pembangkit/PLN Pembangkitan. Dalam Protap ini Pihak Pihak yang terkait adalah PT Indonesia Power selaku pihak penjual, selanjutnya disebut IP; PT Pembangkitan Jawa Bali selaku pihak penjual, selanjutnya disebut PJB; PT PLN (Persero) Pembangkitan Muara Tawar selaku pihak pemasok, selanjutnya disebut PMT; PT PLN (Persero) Pembangkitan Tanjung Jati B selaku pihak pemasok, selanjutnya disebut TJB; PT PLN (Persero) Pembangkitan PLTGU Cilegon selaku pihak pemasok, selanjutnya disebut CLG; PT PLN (Persero) selaku pihak pembeli, selanjutnya disebut PLN; PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali selaku pelaksana kontrak jual beli tenaga listrik yang bertindak untuk dan atas nama pembeli, selanjutnya disebut P3B JB; Semua Perusahaan Pembangkit lain yang terhubung ke grid Sistem Jawa Bali. C.2. DEFINISI UBP adalah Unit Bisnis Pembangkit PT IP UP adalah Unit Pembangkitan PT PJB VPAGA adalah Vice President Niaga PT IP VPKIT-I/II adalah Vice President Pengusahaan Pembangkit I/II PT IP MME adalan Manajer Manajemen Energi PT PJB MMAGA adalan Manajer Manajemen Niaga PT PJB REGION adalah Region Jawa Barat, Region Jakarta dan Banten, Region Jawa Tengah dan DIY serta Region Jawa Timur dan Bali PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali Jawa Bali Edisi 01 Revisi 03 Halaman 1

11 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 BOPS adalah Bidang Operasi Sistem yang merupakan bidang dari PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali dan bertugas menjalankan fungsi operator sistem dan menjalankan fungsi pengelolaan transaksi tenaga listrik di sistem Jawa-Bali termasuk didalamnya pengelolaan sistem metering. DMN adalah daya mampu netto Pembangkit sesuai kontrak jual beli tenaga listrik antara IP atau Pembangkit dengan PLN. Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) adalah kontrak/perjanjian/ kesepakatan tentang jual beli tenaga listrik atau Transfer Tenaga Listrik antara PLN dengan masing-masing Penjual, yaitu IP, PJB, PMT, TJB, CLG. Aplikasi Dispatch adalah aplikasi pencatatan perintah dispatch. Aplikasi HDKP adalah aplikasi pencatatan harian deklarasi kondisi pembangkit. Aplikasi GAIS (Generation Availability Information System) adalah aplikasi perhitungan Indeks Kinerja Pembangkit. C.3. MAKSUD DAN TUJUAN Protap ini dibuat dengan maksud untuk menjadi pedoman tetap bagi pelaksanaan pencatatan kondisi unit Pembangkit aktual. Data yang diperoleh melalui proses sebagaimana diuraikan pada Protap ini akan digunakan untuk 1. Keperluan perhitungan Indeks Kinerja Pembangkit yang mengacu pada NERC 2007 (North American Electric Reliability Council); 2. Keperluan perhitungan kesiapan komersial Pembangkit sesuai PJBTL. C.4. REFERENSI Protap ini mengacu pada dokumen berikut 1. Aturan Jaringan Sistem Jawa-Madura-Bali versi Generation Availability Data System - Data Reporting Instructions (GADS DRI) NERC PJBTL antara PT PLN (Persero) dengan Pembangkit yang masih berlaku. Edisi 01 Revisi 03 Halaman 2

12 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 D. D.1. RUANG LINGKUP Protap ini meliputi proses deklarasi dan konfirmasi kondisi aktual Pembangkit yang diakibatkan oleh kondisi berikut PEMBANGKIT KELUAR (FULL OUTAGE) 1. SO - Scheduled Outage, meliputi PO - Planned Outage (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.1. Protap ini). MO - Maintenance Outage (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.1. Protap ini). 2. SE - Scheduled Outage Extension, meliputi PE - Planned Outage Extension (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.1. Protap ini). ME - Maintenance Outage Extension (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.1. Protap ini). 3. FO - Forced Outage, meliputi FO1 (U1) - Unplanned (Forced) Outage Immediate (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.1. Protap ini). FO2 (U2) - Unplanned (Forced) Outage Delayed (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.1. Protap ini). FO3 (U3) - Unplanned (Forced) Outage Postponed (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.1. Protap ini). SF - Startup Failure ((Lihat definisi Outage pada Sub E.4.1. Protap ini). 4. RS - Reserve Shutdown (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.3. Protap ini). 5. NC - Noncurtailing Event (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.3. Protap ini). PEMBANGKIT DERATING (PARTIAL OUTAGE) 1. SD - Scheduled Derating, meliputi Edisi 01 Revisi 03 Halaman 3

13 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 PD - Planned Derating (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.2. Protap ini). MD (D4) - Maintenance Derating (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.2. Protap ini). 2. DE (Scheduled) Derating Extension, meliputi PDE (DP) Planned Derating Extension (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.2. Protap ini). MDE (DM) - Maintenance Derating Extension (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.2. Protap ini). 3. FD - Forced Derating, meliputi FD1 (D1) - Unplanned (Forced) Derating Immediate (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.2. Protap ini). FD2 (D2) - Unplanned (Forced) Derating Delayed (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.2. Protap ini). FD3 (D3) - Unplanned (Forced) Derating Postponed (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.2. Protap ini). CATATAN TAMBAHAN Pada Lampiran E-2, Lampiran E-3, dan Lampiran E-4 diuraikan beberapa contoh interpretasi dan laporan Outage/Derating (termasuk kondisi OMC) yang diharapkan dapat memperjelas pengertian kondisi-kondisi Pembangkit. Kondisi yang tidak dapat digolongkan sebagai derating adalah sebagai berikut a) Daya mampu aktual Pembangkit yang lebih besar dari atau sama dengan 98% (sembilan puluh delapan persen) dari DMN pembangkit dalam selang waktu setengah jam secara terus-menerus. b) Apabila diminta oleh Dispatcher BOPS atau REGION P3B untuk mencapai tingkat pembebanan tertentu, dan pembebanan Pembangkit aktual mencapai tingkat pembebanan tersebut dengan rentang -2% (minus dua persen) dari DMN dalam selang waktu setengah jam secara terus-menerus. c) Derating saat Unit Startup Tiap unit mempunyai waktu "standar" atau "normal" untuk mencapai beban penuh setelah/dari keadaan outage. Jika suatu unit dalam proses start up dari kondisi outage ke tingkat beban penuh atau ke tingkat beban yang ditentukan sesuai periode yang normal, Edisi 01 Revisi 03 Halaman 4

14 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 maka tidak ada derating pada unit. Jika unit memerlukan waktu lebih panjang dibanding waktu start up normal menuju beban penuh atau menuju beban yang ditentukan dispatcher, maka unit dianggap mengalami derating. Kapasitas unit pada akhir periode normal akan menentukan derate dan derate akan berlangsung sampai unit dapat mencapai kemampuan beban penuh atau tingkat beban yang ditentukan dispatcher. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan kondisi Pembangkit adalah sebagai berikut a) Apabila selisih waktu aktual sinkronisasi Pembangkit ke sistem sesuai perintah sinkron dispatcher lebih besar dari 5 (lima) menit (sesuai Grid Code SDC a) dari target waktu yang disampaikan oleh Dispatcher BOPS atau REGION P3B berdasarkan infromasi dari IP atau Pembangkit, maka hal ini diperhitungkan sebagai kondisi Pembangkit. b) Apabila tidak terdapat target waktu spesifik yang diminta oleh Dispatcher BOPS atau REGION P3B dan tingkat pembebanan Pembangkit dicapai melebihi 2 (dua) menit dari prakiraan waktu berdasarkan deklarasi ramping ratenya (sesuai Grid Code b), maka Pembangkit dianggap mengalami derating. Butir ini diberlakukan jika telah tersedia infrastruktur (hardware dan software) yang mendukung. c) Apabila terdapat target waktu spesifik yang diminta oleh Dispatcher BOPS dan REGION P3B, dan bila tingkat pembebanan tersebut dicapai melebihi 2 (dua) menit dari target waktu tersebut (sesuai Grid Code SDC c), maka Pembangkit dianggap mengalami derating. Butir ini diberlakukan jika telah tersedia infrastruktur (hardware dan software) yang mendukung. Kondisi-kondisi tersebut di atas yang dapat mempengaruhi perhitungan pembayaran kepada perusahaan Pembangkit, merupakan kondisi awal yang akan digunakan. Jika terdapat ketentuan pada PJBTL yang mutakhir antara perusahaan Pembangkit dan PLN yang menyatakan lain, maka kondisi seperti tersebut diatas akan disesuaikan berdasarkan kontrak tersebut. D.2. DEKLARASI DAN KONFIRMASI KONDISI PEMBANGKIT D.2.1. PETUGAS PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB Petugas pelaksana pencatatan real time kondisi pembangkit dan perintah dispatch, melalui Aplikasi Dispatch apabila ada, ditentukan sebagai berikut a) P3B Dispatcher BOPS untuk Pembangkit yang terhubung ke sistem 500 kv dan dispatcher REGION P3B untuk Pembangkit yang terhubung ke sistem 150 kv dan 70 kv. b) IP Supervisor Operasi atau Operator Pembangkit yang mewakili Supervisor Operasi. c) PJB Supervisor Produksi atau Operator Pembangkit yang mewakili Supervisor Produksi. Edisi 01 Revisi 03 Halaman 5

15 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 d) PMT Operator pembangkit PLTGU Muara Tawar milik PMT e) TJB Operator pembangkit PLTU Tanjung Jati B f) CLG Operator pembangkit PLTGU Cilegon Pelaksana proses acknowledgement penerimaan rekap data kondisi Pembangkit untuk periode tertentu dalam operasi hari berjalan adalah sebagai berikut a) P3B Supervisor Operasi Real Time BOPS b) IP Pelaksana Pengendalian Niaga UBP PT IP c) PJB Supervisor Produksi atau Operator Pembangkit yang mewakili Supervisor Produksi. d) PMT Operator pembangkit PLTGU Muara Tawar milik PMT e) TJB Shift Leader Operator Pembangkit PLTU Tanjung Jati B f) CLG Supervisor Produksi Pembangkit PLTGU Cilegon Pelaksana proses konfirmasi harian kondisi Pembangkit harian ditentukan sebagai berikut a) P3B Supervisor Operasi Real Time BOPS b) IP Supervisor Operasi dan Niaga UBP PT IP dan atau Staf Senior Meter dan Setelmen c) PJB Supervisor RENDALOP dan atau staf yang mewakili di Unit Pembangkit d) PMT Asisten Manager Operasi Real Time e) TJB Edisi 01 Revisi 03 Halaman 6

16 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 Enjinir Operasi Operator Pembangkit PLTU Tanjung Jati B f) CLG Supervisor Produksi Pembangkit PLTGU Cilegon D.2.2. TATA-CARA a) Unit Pembangkit dengan DMN unit Pembangkit lebih besar atau sama dengan 15 MW harus mendeklarasikan kepada dispatcher BOPS atau dispatcher REGION P3B atau dispatcher Sub- Region Bali sesuai kewenangannya mengenai setiap kondisi Pembangkit aktual baik yang parsial (derating), tidak siap sepenuhnya (DMN = 0) akibat PO, MO, atau FO, kondisi Unit yang siap, maupun kondisi non event curtailing (NC) untuk periode Mingguan (RDM) berikut Cause Code nya. Data pembangkit yang tidak siap akan dimasukkan oleh BOPS ke dalam database HDKP. Data unit Pembangkit yang siap akan di Dispatch dalam ROH (Rencana Operasi Harian). b) Jika terjadi perubahan kondisi pembangkit dari RDM/ROH, maka pihak Pembangkit atau BOPS/REGION P3B JB akan mendeklarasikan perubahan kondisi Pembangkit tersebut dengan menyebutkan nama dan nomor unit Pembangkit, daya mampu Pembangkit maksimum, waktu mulai dan berakhirnya kondisi tersebut, alasan kejadian, cause code komponen/kelompok dan nama operator/supervisor yang melaporkan dalam Deklarasi Harian Kondisi Pembangkit (HDKP). Jika tidak terdapat deklarasi perubahan kondisi Pembangkit maka daya mampu aktual Pembangkit yang digunakan untuk keperluan perhitungan kondisi Pembangkit adalah daya mampu mutakhir sesuai RDM yang disampaikan ke BOPS. Setiap Operator atau Supervisor Operasi yang berkomunikasi secara elektronik, tertulis maupun suara dengan Dispatcher adalah sah sebagai juru bicara unit Pembangkit. c) Apabila telah menggunakan Aplikasi Dispatch, Supervisor Operasi atau Operator Pembangkit yang mewakili Supervisor Operasi Pembangkit atau yang mewakili harus mengakui telah menerima (acknowledgement) perintah dispatch atau daya mampu maksimum atau informasi lainnya yang di-klaim oleh Dispatcher BOPS melalui Aplikasi Dispatch dan memberikan komentar/informasi/persetujuan kondisi pembangkit atas perintah dispatcher. Apabila dalam perintah Dispasthcer tidak ada waktu untuk memberikan perintah, maka Supervisor Operasi atau Operator Pembangkit yang mewakili Supervisor Operasi Pembangkit wajib mengisikan dalam aplikasi atas perintah dispathcer dan selanjutnya dispatcher hanya melakukan acknowledgement. d) Apabila Aplikasi Dispatch tidak dapat berfungsi atau belum diimplementasikan, maka Dispatcher BOPS, REGION dan Sub Region Bali harus mencatat semua data dari deklarasi yang dilakukan operator Pembangkit dan informasi operasi pembangkit lainnya pada logbook operasi sistem/logsheet. Komunikasi operasi tersebut harus pula direkam oleh BOPS dengan sarana voice recorder. Hasil dari koordinasi mengenai data/informasi selanjutnya akan dimasukkan oleh BOPS kedalam data base Aplikasi HDKP. e) Supervisor Operasi Real Time BOPS akan mengirim rekap Data Awal kondisi Pembangkit harian seperti daya mampu maksimum, penyebab kejadian dan cause codenya untuk data yang Edisi 01 Revisi 03 Halaman 7

17 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 sudah terkumpul pada periode tugas/shiftnya kepada Supervisor Pembangkit atau yang mewakili melalui Web Aplikasi HDKP f) Supervisor Pembangkit atau yang mewakili akan melakukan acknowledgement atas Data Awal kondisi Pembangkit meliputi daya mampu maksimum, penyebab kejadian dan cause codenya melalui Web Aplikasi HDKP. g) Form H-DKP-P3B yang berisi Rekap Final data kondisi Pembangkit periode operasi mulai pukul 0000 WIB hingga 2400 WIB satu hari sebelumnya akan dikirim selambat-lambatnya pukul WIB setiap harinya oleh Supervisor Operasi Real Time BOPS melalui Web Aplikasi HDKP untuk selanjutnya dikonfirmasi oleh Supervisor Pembangkit atau yang mewakili. Lihat Lampiran D-3. h) Supervisor Operasi dan Niaga UBP IP, Supervisor di Unit Pembangkit PJB, dan Asisten Manager Operasi real Time - PLN PMT, Enjinir Operasi TJB, Supervisor Produksi CLG, melakukan konfirmasi mengenai data kondisi Pembangkit periode operasi satu hari sebelumnya mulai pukul 0000 WIB hingga 2400 WIB satu hari sebelumnya melalui Web Aplikasi HDKP Form H-DKP-Pembangkit (lihat Lampiran D-4) selambat-lambatnya pukul 1500 setiap harinya. Konfirmasi yang perlu dilakukan yaitu Mengisi ruang "Konfirmasi" dengan huruf S jika data kondisi Pembangkit disepakati atau mengisinya dengan huruf "TS" jika data kondisi Pembangkit belum disepakati. IP, PJB, PMT, TJB dan CLG apabila diperlukan, memberikan penjelasan pada kolom "Keterangan" terhadap data kondisi Pembangkit yang belum disepakati. Mengisi, memperbaiki atau melengkapi data Cause Code penyebab kejadian pada ruang yang terdapat di Aplikasi HDKP. Jika a) tidak terdapat konfirmasi atas data kondisi harian hingga pukul 1500 WIB keesokan harinya atau pada hari kerja terdekat setelah hari libur; atau b) terdapat data yang tidak dilengkapi dengan konfirmasi S atau TS, maka data kondisi yang disampaikan BOPS dianggap sebagai data yang benar. Apabila jadwal penyampaian deklarasi dan konfirmasi harian jatuh pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka proses deklarasi dan konfirmasi sesuai Protap ini dilakukan pada hari kerja terdekat setelah hari libur tersebut. i) Selanjutnya, BOPS P3B akan memfasilitasi penyelesaian mengenai data kondisi yang belum disepakati (berstatus TS ) oleh IP, PJB, PMT, TJB, dan CLG berdasarkan data pendukung yang ada. j) Data kondisi yang telah disepakati akan digunakan oleh BOPS P3B sebagai dasar perhitungan Indeks Kinerja Pembangkit... k) Jika masih terdapat data kondisi yang belum disepakati, maka harus diselesaikan secara kesepakatan bersama antara BOPS dan Pembangkit atau dilanjutkan kepada komisi Grid Code Edisi 01 Revisi 03 Halaman 8

18 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 l) BOPS harus menyampaikan hasil akhir penyelesaian data kondisi yang berstatus TS. Data tersebut dapat dikoreksi dengan alasan yang disepakati oleh BOPS dan perusahaan Pembangkit. (Lihat Lampiran D-6 dan D-7). m) Apabila terdapat kendala pada saluran komunikasi untuk penggunaan Web Aplikasi HDKP, maka proses konfirmasi dilakukan melalui , facsimile atau ftp. Alamat BOPS, UBP - IP, PJB, PMT, TJB dan CLG serta server ftp dapat dilihat pada Lampiran D-1. Selanjutnya BOPS akan mengisikan data tersebut ke database HDKP. n) Untuk memperjelas proses pelaksanaan deklarasi kondisi pembangkit dapat dilihat pada Diagram Alir pada Lampiran D-2 o) Penunjukan waktu di ruang kontrol P3B Gandul (berdasarkan GPS) digunakan sebagai Waktu Standar untuk semua pencatatan dan pelaporan kejadian Pembangkit. Edisi 01 Revisi 03 Halaman 9

19 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 E. PROSEDUR TETAP PERHITUNGAN INDEKS KINERJA PEMBANGKIT E.1. RUANG LINGKUP Terdapat 4 metode perhitungan Indeks Kinerja Pembangkit yang disepakati, yaitu 1. Perhitungan Pembangkit Tunggal (basis waktu) 2. Perhitungan Pembangkit Gabungan (basis waktu) 3. Perhitungan Pembangkit Gabungan (basis energi) 4. Perhitungan Pembangkit Tunggal/Gabungan OMC (Outside Management Control) Indeks kinerja pembangkit yang disepakati untuk mengacu pada Protap ini yaitu PER UNIT PEMBANGKIT (Termasuk OMC) ** 1. Availability Factor (AF) 2. Equivalent Availabity Factor (EAF) 3. Service Factor (SF) 4. Planned Outage Factor (POF) 5. Maintenance Outage Factor (MOF) 6. Forced Outage Factor (FOF) 7. Reserve Shutdown Factor (RSF) 8. Unit Derating Factor (UDF) 9. Seasonal Derating Factor (SEDF) 10. Forced Outage Rate (FOR) 11. Forced Outage Rate Demand (FOR d ) 12. Equivalent Forced Outage Rate (EFOR) 13. Eq. Forced Outage Rate demand (EFOR d ) 14. Net Capacity Factor (NCF) 15. Net Output Factor (NOF) UNIT PEMBANGKIT GABUNGAN (Termasuk OMC) ** 1. Weighted Availability Factor (WAF) 2. Weighted Equivalent Availability Factor (WEAF) 3. Weighted Service Factor (WSF) 4. Weighted Planned Outage Factor (WPOF) 5. Weighted Maintenance Outage Factor (WMOF) 6. Weighted Forced Outage Factor (WFOF) 7. Weighted Reserve Shutdown Factor (WRSF) 8. Weighted Unit Derating Factor (WUDF) 9. Weighted Seasonal Derating Factor (WSEDF) 10. Weighted Forced Outage Rate (WFOR) 11. Weighted Equivalent Forced Outage Rate (WFORd) 12. W. Equivalent Forced Outage Rate (WEFOR) 13. W. Equivalent Forced Outage Rate demand (WEFOR d ) 14. Weighted Net Capacity Factor (WNCF) 15. Weighted Net Output Factor (WNOF) 16. Plant Factor (PF) 16. Weighted Plant Factor (WPF) ** Formula OMC digunakan untuk menghitung kinerja pembangkit tanpa peristiwa-peristiwa diluar tangguang jawab managemen pembangkit tersebut. Formula OMC sama dengan Formula Non OMC. Untuk membedakannya, gunakan tanda X di awal persamaan. Contoh AF menjadi XAF; FOR menjadi XFOR; WEAF menjadi XWEAF; dan seterusnya. Formula masing-masing indeks kinerja tersebut diuraikan pada sub E.7.1 s.d. E.7.4 Edisi 01 Revisi 03 Halaman 10

20 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 E.2. DIAGRAM KONDISI (STATUS) UNIT PEMBANGKIT Berikut digambarkan pengelompokan status unit pembangkit sebagai acuan dalam Protap ini. TIDAK AKTIF Inactive Reserve Mothballed Retired AKTIF Available (Zero to Full Load) Unavailable (No Load) Reserve *) In Service **) Planned Outage Unplanned O. Planned Deratings No Deratings Unplanned Deratings Planned P. Extension Maintenance (D4) Ext.M. Forced Maintenance Ext. M. Forced Scheduled D1 D2 D3 Scheduled U1 U2 U3 SF *) Not connected, **) Connected Gambar-1. Pengelompokan Status Unit Pembangkit Dua kategori utama status unit pembangkit ditunjukkan pada Gambar-1, yaitu AKTIF dan TIDAK AKTIF. TIDAK AKTIF didefinisikan sebagai status unit tidak siap operasi untuk jangka waktu lama karena unit dikeluarkan untuk alasan ekonomi atau alasan lainnya yang tidak berkaitan dengan peralatan/instalasi pembangkit. Dalam kondisi ini, unit pembangkit memerlukan persiapan beberapa hari sampai minggu/bulan untuk dapat siap operasi. Yang termasuk dalam kondisi ini adalah INACTIVE RESERVE yaitu status bagi unit pembangkit yang direncanakan sebagai cadangan untuk jangka panjang, MOTHBALLED yaitu status unit pembangkit yang sedang disiapkan untuk idle dalam jangka panjang, dan RETIRED yaitu unit yang untuk selanjutnya diharapkan tidak beroperasi lagi namun belum dibongkar instalasinya. Bagian bawah Gambar-1 diatas menunjukkan berbagai status operasi unit pembangkit dengan rincian hingga empat tingkatan. Rincian status demikian merupakan data input yang digunakan dalam program perhitungan indeks kinerja pembangkit pada Aplikasi GAIS (Generation Availability Information System). Edisi 01 Revisi 03 Halaman 11

21 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 E.3. PERPINDAHAN KONDISI PEMBANGKIT YANG DIIZINKAN Perpindahan kondisi outage ke kondisi outage lainnya dapat dilakukan setelah persoalan yang mengakibatkan outage awal sudah diselesaikan dan unit siap dioperasikan sebagaimana sebelum outage awal terjadi. Tabel-E.3. dibawah ini menunjukkan perpindahan kondisi yang diizinkan. Tabel-E.3. Perpindahan Kondisi Yang Diizinkan DARI KE U1 U2 U3 SF MO PO SE ME PE RS DE DM DP FO1 (U1) Y T T Y Y Y T T T Y FO2 (U2) Y T T Y Y Y T T T Y FO3 (U3) Y T T Y Y Y T T T Y SF Y T T Y Y Y T T T Y MO Y T T Y Y Y Y Y T Y PO Y T T Y T Y Y T Y Y ME Y T T Y T T Y Y T Y PE Y T T Y T T Y T Y Y SE Y T T Y T T Y Y Y Y RS Y T T Y Y Y T T T Y FD1 (D1) T T T FD2 (D2) T T T FD3 (D3) T T T MD (D4) Standar IEEE 762 tidak mengizinkan perpindahan Y Y T dari/ke status derating ke/dari jenis peristiwa yang lain PD kecuali yang telah ditunjukkan (pada Tabel ini) Y T Y DE Y MDE (DM) Y T PDE (DP) T Y CATATAN Y berarti bisa pindah status; T bearti tidak bisa pindah status Edisi 01 Revisi 03 Halaman 12

22 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 E.4. DEFINISI E.4.1. OUTAGE Outage terjadi apabila suatu unit tidak sinkron ke jaringan dan bukan dalam status Reserve Shutdown. Klasifikasi outage secara umum dikelompokkan menjadi tujuh jenis kejadian. Suatu outage dimulai ketika unit dikeluarkan dari jaringan atau pindah status misalnya dari status Reserve Shutdown menjadi Maintenance Outage. Outage berakhir ketika unit terhubung ke jaringan atau pindah ke status lain. PO - Planned Outage yaitu keluarnya pembangkit akibat adanya pekerjaan pemeliharaan periodik pembangkit seperti inspeksi, overhaul atau pekerjaan lainnya yang sudah dijadwalkan sebelumnya dalam rencana tahunan pemeliharaan pembangkit atau sesuai rekomendasi pabrikan. PE - Planned Outage Extension yaitu outage perpanjangan yang direncanakan, sebagai perpanjangan Planned Outage (PO) yang belum selesai pada waktu yang telah ditentukan. Ini artinya bahwa sebelum PO dimulai, periode dan tanggal operasinya telah ditetapkan. Semua pekerjaan sepanjang PE adalah bagian dari lingkup pekerjaan yang asli dan semua perbaikan ditentukan sebelum outage mulai. MO - Maintenance Outage yaitu keluarnya pembangkit untuk keperluan pengujian, pemeliharaan preventif, pemeliharaan korektif, perbaikan atau penggantian suku cadang atau pekerjaan lainnya pada pembangkit yang dianggap perlu dilakukan, yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya hingga jadwal PO berikutnya dan telah dijadwalkan dalam ROM berikutnya. CATATAN ROM adalah Rencana Operasi Mingguan yang diterbitkan oleh P3B untuk periode operasi mulai Jum at pukul 0000 WIB sampai dengan Kamis minggu berikutnya pukul 2400 WIB. ME - Maintenance Outage Extension yaitu pemeliharaan outage perpanjangan, sebagai perpanjangan MO yang belum selesai dalam waktu yang telah ditetapkan. Ini artinya bahwa sebelum MO dimulai, periode dan tanggal selesainya telah ditetapkan. Semua pekerjaan sepanjang ME adalah bagian dari lingkup pekerjaan yang asli dan semua perbaikan ditentukan sebelum outage mulai. SE - Scheduled Outage Extension adalah perpanjangan dari Planned Outage (PO) atau Maintenance Outage (MO), yaitu outage yang melampaui perkiraan durasi penyelesaian PO atau MO yang telah ditentukan sebelumnya. "Durasi yang ditentukan" dari outage juga menentukan "perkiraan tanggal penyelesaian dari PO atau MO. Jika unit dijadwalkan untuk perbaikan selama empat minggu, maka unit diharapkan sudah siap operasi empat minggu setelah tanggal mulai outage. Dalam hal outage dimajukan atau dimundurkan untuk keperluan sistem, maka tanggal mulai outage ditambah durasi outage akan menentukan tanggal berakhirnya outage. Sepanjang outage tidak lebih lama dari yang direncanakan, maka tanggal berakhirnya outage digeser agar bersamaan sesuai dengan periode durasi yang telah ditentukan. Edisi 01 Revisi 03 Halaman 13

23 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 Dalam hal terdapat perpindahan status outage pembangkit, tanggal dan waktu akhir outage yang satu akan menjadi awal outage berikutnya. Status unit hanya dapat diubah jika outage yang pertama telah berakhir. Sebagai contoh, jika unit keluar paksa (FO/U1) disebabkan suatu tabung dinding air bocor (tepat sebelum unit tersebut akan keluar terencana-po), maka perbaikan kerusakan akibat FO/U1 harus selesai terlebih dahulu sebelum status unit diubah dari U1 ke status PO. Petugas pemeliharaan dapat memulai pekerjaan PO, namun status unit tidak akan menjadi PO sebelum pekerjaan outage U1 selesai dan unit dapat beroperasi kembali. Semua pekerjaan selama PO dan MO ditentukan terlebih dahulu dimuka dan dikenal sebagai "lingkup pekerjaan awal". SE hanya digunakan pada kondisi dimana lingkup pekerjaan awal memerlukan waktu lebih untuk penyelesaiannya dibanding yang dijadwalkan sebelumnya. SE tidak digunakan dalam kondisi dimana ditemukan problem/permasalahan tak diduga pada saat outage yang menyebabkan unit keluar dari sistem melampaui tanggal berakhirnya PO atau MO yang diperkirakan. Kondisi ini dianggap sebagai Unplanned (Forced) Outage-Immediate (U1). SE juga tidak digunakan pada kondisi dimana dijumpai permasalahan tak diduga ketika unit startup. Jika suatu unit selesai PO atau MO sebelum tanggal penyelesaian yang diperkirakan, maka apapun permasalahan yang menyebabkan outages atau deratings setelah tanggal penyelesaian tersebut tidak dianggap sebagai bagian dari PO atau MO. SE atau U1 harus mulai pada waktu yang sama (bulan/hari/jam/menit) yaitu pada saat PO atau MO berakhir. SF - Startup Failure yaitu outage yang terjadi ketika suatu unit tidak mampu sinkron dalam waktu start up yang ditentukan setelah dari status outage atau RSH. Periode Startup untuk masing-masing unit ditentukan oleh Unit pembangkit. Hal ini spesifik untuk tiap unit, dan tergantung pada kondisi unit ketika startup (panas, dingin, standby, dll.). Periode start up dimulai dari perintah start dan berakhir ketika unit sinkron. SF berakhir ketika unit sinkron atau unit berubah status. FO - Forced Outage yaitu keluarnya pembangkit akibat adanya kondisi emergensi pada pembangkit atau adanya gangguan yang tidak diantisipasi sebelumnya serta yang tidak digolongkan ke dalam MO atau PO. FO1 (U1) - Unplanned (Forced) Outage Immediate adalah outage yang memerlukan keluarnya pembangkit dengan segera baik dari kondisi operasi, RSH atau status outage lainnya. Jenis outage ini diakibatkan oleh kontrol mekanik/electrical/hydraulic unit pembangkit trip atau ditripkan oleh operator sebagai respon atas alarm/kondisi unit. FO2 (U2) - Unplanned (Forced) Outage Delayed adalah outage yang tidak memerlukan unit pembangkit untuk keluar segera dari sistem tetapi dapat ditunda paling lama dalam enam jam. Outage jenis ini hanya dapat terjadi pada saat unit dalam keadaan terhubung ke jaringan serta melalui proses penurunan beban bertahap. Edisi 01 Revisi 03 Halaman 14

24 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 FO3 (U3) - Unplanned (Forced) Outage Postponed adalah outage yang dapat ditunda lebih dari enam jam. Outage jenis ini hanya dapat terjadi pada saat unit dalam keadaan terhubung ke jaringan. E.4.2. DERATING Derating terjadi apabila daya keluaran (MW) unit kurang dari DMN-nya. Derating digolongkan menjadi beberapa kategori yang berbeda. Derating dimulai ketika unit tidak mampu untuk mencapai 98% DMN dan lebih lama dari 30 menit. Kapasitas yang tersedia didasarkan pada keluaran unit dan bukan pada instruksi dispacth. Derating berakhir ketika peralatan yang menyebabkan derating tersebut kembali normal, terlepas dari apakah pada saat itu unit diperlukan sistem atau tidak. Jika derating unit kurang dari 2% dari DMN dan kurang dari 30 menit, maka derating tersebut dapat dilaporkan. Cara lainnya, semua deratings (lebih besar/kecil dari 2% DMN atau lebih pendek/panjang dari 30 menit) dapat dilaporkan ke P3B. Sebagai contoh, suatu derate 10% dari DMN tetapi berlangsung 10 menit perlu dilaporkan ke P3B; suatu derate 1% dari DMN tetapi berlangsung 6 jam perlu dilaporkan ke P3B. PD - Planned Derating adalah derating yang dijadwalkan dan durasinya sudah ditentukan sebelumnya dalam rencana tahunan pemeliharaan pembangkit. Derating berkala untuk pengujian, seperti test klep turbin mingguan, bukan merupakan PD, tetapi MD (D4). MD (D4) - Maintenance Derating adalah derating yang dapat ditunda melampaui akhir periode operasi mingguan (Kamis, pukul 2400 WIB) tetapi memerlukan pengurangan kapasitas sebelum PO berikutnya. D4 dapat mempunyai tanggal mulai yang fleksibel dan boleh atau tidak boleh mempunyai suatu periode yang ditentukan. MDE (DM) - Maintenance Derating Extension adalah suatu pemeliharaan yang derating perluasan sebagai suatu perluasan pemeliharaan derate (D4) di luar tanggal penyelesaian diperkirakan. Ini artinya bahwa di awal Peristiwa D4, derate mempunyai waktu pekerjaan yang diperkirakan dan termasuk tanggal unit untuk kembali operasi. Semua pekerjaan sepanjang D4 dijadwalkan (bagian dari lingkup pekerjaan asli) dan semua perbaikan ditentukan sebelum outage mulai. PDE (DP) Planned Derating Extension suatu outage perluasan direncanakan sebagai suatu perluasan suatu Derate Direncanakan (PD) di luar tanggal penyelesaian diperkirakannya. Ini berarti bahwa di awal PD, derate mempunyai jangka waktu yang diperkirakan (periode waktu) untuk pekerjaan dan penetapan tanggal unit untuk kembali operasi. Semua pekerjaan sepanjang PD yang dijadwalkan adalah (bagian dari lingkup pekerjaan yang asli) dan semua perbaikan ditentukan sebelum outage mulai. DE - Derating Extension adalah perpanjangan dari PD atau MD (D4) melampaui tanggal penyelesaian yang diperkirakan. DE hanya digunakan apabila lingkup pekerjaan yang awal memerlukan waktu lebih untuk menyelesaikan pekerjaannya dibanding waktu yang telah dijadwalkan. DE tidak digunakan dalam kejadian dimana ada keterlambatan atau permasalahan tak diduga diluar lingkup pekerjaan awal sehingga unit tersebut tidak mampu untuk mencapai beban penuh setelah akhir tanggal PD atau D4 Edisi 01 Revisi 03 Halaman 15

25 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 yang diperkirakan. DE harus mulai pada waktu (bulan/hari/jam/menit) saat PD atau D4 direncanakan berakhir. FD1 (D1) - Unplanned (Forced) Derating Immediate adalah derating yang memerlukan penurunan kapasitas segera (tidak dapat ditunda). FD2 (D2) - Unplanned (Forced) Derating Delayed adalah derating yang tidak memerlukan suatu penurunan kapasitas segera tetapi memerlukan penurunan dalam dalam waktu enam jam. FD3 (D3) - Unplanned (Forced) Derating Postponed adalah derating yang dapat ditunda lebih dari enam jam. E.4.3. RESERVE SHUTDOWN (RS) DAN NON CURTAILING (NC) RS - Reserve Shutdown adalah suatu kondisi apabila unit siap operasi namun tidak disinkronkan ke sistem karena beban yang rendah. Kondisi ini dikenal juga sebagai economy outage atau economy shutdown. Jika suatu unit keluar karena adanya permasalahan peralatan, baik unit diperlukan atau tidak diperlukan oleh sistem, maka kondisi ini dianggap sebagai sebagai FO, MO, atau PO, bukan sebagai reserve shutdown (RS). Pada saat unit sedang dalam status RS, seringkali pekerjaan pemeliharaan dilakukan yang menyebabkan unit outage atau derating seandainya diminta operasi dan sinkron ke sistem. Jika pekerjaan pemeliharaan tidak dapat dihentikan atau diselesaikan, maka status RS berubah menjadi outage atau derating.nc Kondisi Noncurtailing adalah kondisi yang dapat terjadi kapan saja dimana peralatan atau komponen utama tidak dioperasikan untuk keperluan pemeliharaan, pengujian, atau tujuan lain yang tidak mengakibatkan unit outage atau derating. NC juga dapat terjadi ketika unit pembangkit sedang beroperasi dengan beban kurang dari kapasitas penuh yang terkait dengan kebutuhan pengaturan sistem. Selama periode ini, peralatan dapat dipindahkan dari operasi untuk pemeliharaan, pengujian, atau lain pertimbangan dan dilaporkan sebagai suatu NC jika kedua kondisi yang berikut dijumpai a) Kemampuan unit tidak berkurang sampai di bawah kebutuhan sistem; dan, b) Pekerjaan dapat dihentikan atau diselesaikan dan tidak mengurangi kemampuan DMN serta waktu ramp-up dalam jangkauan normal nya, jika dan ketika unit telah diperlukan oleh sistem. Jika kondisi-kondisi ini tidak bisa dipenuhi, laporkan kejadian tersebut sebagai peristiwa outage atau derating, bukannya suatu NC. E.4.4. CATATAN OUTAGE DAN DERATING a). Outside Management Control Outages Ada sumber penyebab dari luar yang mengakibatkan unit pembangkit deratings atau outages. Yang termasuk penyebab outages tersebut (tetapi tidaklah terbatas pada) misalnya badai salju, angin topan, angin ribut, kualitas bahan bakar rendah, gangguan pasokan bahanbakar, dan lain lain. Daftar penyebab dan kode penyebabnya lihat pada Lampiran G-2. LAPORKAN SEMUA Peristiwa OMC ke P3B. Peristiwa tersebut tidak boleh digolongkan sebagai cadangan shutdown atau peristiwa noncurtailing. NERC mengijinkan kalkulasi peristiwa dengan dan tanpa Peristiwa OMC. Edisi 01 Revisi 03 Halaman 16

26 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 b). Testing Terkait Outages Pengujian On-line Jika unit harus disinkron pada beban tertentu dalam rangka menguji performance terkait PO, MO, atau FO ( U1, U2, U3, SF), laporkan pengujian tersebut sebagai Derating Direncanakan (PD), Pemeliharaan Yang Derating (D4), atau Derating Tidak direncanakan ( D1). Semua peristiwa tersebut berawal ketika pengujian mulai, dan berakhir ketika pengujian selesai. Laporkan semua produksi energi yang dihasilkan unit selama periode on-line testing tersebut. Pengujian off-line Laporkan pengujian terkait outage yang tidak sinkron sebagai bagian dari peristiwa outagenya. Outage berakhir ketika pengujian selesai dan unit telah sinkron atau pindah status lain. Boleh melaporkan jenis pengujian ini terpisah dari peristiwa outagenya. Dalam hal ini, periode pengujian menjadi suatu peristiwa baru, outage berakhir ketika periode pengujian mulai. Peristiwa Pengujian berakhir ketika unit sinkron atau ditempatkan pada Status Unit yang lain. c). Derating saat Unit Startup atau Shutdown. Tiap unit mempunyai waktu "standar" atau "normal" untuk mencapai beban penuh setelah/dari keadaan outage. Jika suatu unit dalam proses start up dari kondisi outage ke tingkat beban penuh atau ke tingkat beban yang ditentukan sesuai periode yang normal, maka tidak ada derating pada unit. Jika unit memerlukan waktu lebih panjang dibanding waktu start up normal menuju beban penuh atau menuju beban yang ditentukan dispatcher, maka unit dianggap mengalami derating. Kapasitas unit pada akhir periode normal akan menentukan derate dan derate akan berlangsung sampai unit dapat mencapai kemampuan beban penuh atau tingkat beban yang ditentukan dispatcher. Tidak ada derating untuk unit shutdown. Setiap unit perlu shutdown dengan aman, dengan mengurangi peralatan atau memperhatikan resiko keselamatan personil. Beberapa shutdowns dapat cepat seperti layaknya unit trip; yang lain bisa lebih lambat seperti turunnya unit menuju PO. Dalam kasus manapun, unit tidaklah derated. d). Derating karena Pengaruh Lingkungan (Ambient-related Losses) Derating karena kondisi lingkungan, misalnya disebabkan oleh temperatur masukan air pendingin tinggi (kode penyebab 9660, dll.), tidak dilaporkan sebagai peristiwa derating ke P3B. Derating tersebut mudah dihitung dengan mengurangi DMN terhadap Daya Ketergantungannya. Kerugian Energinya adalah derating karena lingkungan dikalikan dengan PH. e). Kebutuhan Pengaturan Sistem (Dispatch Requirement) Unit pembangkit yang beroperasi dibawah DMN karena pengaturan sistem, dikenal sebagai " load following" termasuk unit Pembangkit yang diatur oleh LFC (Load frequency control). Kejadian ini tidak dilaporkan ke P3B sebagai derating. Walaupun Load following tidak dilaporkan ke P3B, setiap pemeliharaan, pengujian, dan lain lain yang dilakukan sepanjang periode load following harus dilaporkan sebagai suatu peristiwa. Di bawah kondisi-kondisi tertentu, pekerjaan ini dapat dilaporkan sebagai peristiwa noncurtailing (NC). f). Overlap Deratings Deratings tumpang-tindih satu sama lain dalam waktu bersamaan. Derating-derating ini akan diperhitungkan secara aditip (kecuali yang tertutup dengan suatu outage atau derating yang lebih besar untuk jangka waktu keseluruhan mereka). Ini berarti derating pertama diasumsikan sebagai penyebab utama dari pengurangan beban sampai akhir atau sampai outage penuh mulai. g). Derating yang Dominan Edisi 01 Revisi 03 Halaman 17

27 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 Tujuan Kode Derating yang Dominan untuk menandai derating yg mendominasi pada peristiwa Overlaping Deratings. Tandai derating yang dominan dengan D, sehingga tidak akan terjadi pengurangan derating pada peristiwa tersebut. Statistik Unjuk kerja Unit tidak akan terpengaruh. Statistik Kode Penyebab akan jadi lebih akurat dengan jumlah pencatatan yang benar dan dampak yang mendominasi derate. h). Deratings Bervariasi Deratings dalam periode tertentu bisa berubah-ubah. Laporan derating ini bisa dilaporkan dengan dua metoda 1. Laporkan sebagai derating baru setiap kemampuan unit berubah. 2. Menentukan kemampuan unit rata-rata tersedia sepanjang deratings yang berbeda-beda dan hanya satu peristiwa rata-ratanya yang dilaporkan ke P3B. Contoh Merata-ratakan Derating Unit 1000 MW mengalami derating, disebabkan oleh hambatan emisi selama 10 hari ( 240 jam). Selama periode ini, besarnya derating bervariasi sebagai berikut 1) 30 MW selama 40 jam; 2) 50 MW selama 10 jam; 3) 20 MW selama 110 jam; dan 4) 40 MW selama 80 jam. Sepanjang waktu ini, unit juga mengalami peristiwa outage tidak direncanakan (U1) selama 90 jam dan peristiwa Cadangan Shutdown (RS) selama 20 jam. Total MWH yang hilang pada setiap tingkatan derating dihitung dan dijumlahkan = ( 40 jam x 30 MW)+ ( 10 jam x 50 MW)+ ( 110 jam x 20 MW)+ ( 80 jam x 40 MW) = 7100 total MWH hilang. Rata-rata MW yang hilang selama 10-day adalah total MWH yang hilang dibagi dengan banyaknya jam keseluruhan periode derating 7100/240 = 30 MW rata-rata hilang Jadi, kemampuan unit selama 10-day derating = 1000 MW - 30 MW= 970 MW i). Force Majeure Outage (FMO) yaitu keluarnya Pembangkit sebagai akibat dari terjadinya bencana alam, perang, kekacauan umum, huru hara, sabotase, pemberontakan, pemogokan atau larangan bekerja atau tindakan industrial oleh para buruh atau karyawan pihak terkait, dan kejadian lainnya yang digolongkan sebagai peristiwa Sebab Kahar (force majeure) yang disepakati Penjual dan Pembeli. j). Force Majeure Derating, yaitu penurunan kemampuan Pembangkit sebagai akibat dari terjadinya bencana alam, perang, kekacauan umum, huru hara, sabotase, pemberontakan, pemogokan atau larangan bekerja atau tindakan industrial oleh para buruh atau karyawan pihak terkait, dan kejadian lainnya yang digolongkan sebagai peristiwa Sebab Kahar (force majeure) yang disepakati Penjual dan Pembeli. k). Daya mampu aktual Pembangkit yang lebih besar dari atau sama dengan 98% (sembilan puluh delapan persen) dari DMN Pembangkit dalam selang waktu setengah jam secara terus-menerus. l). Apabila diminta oleh Dispatcher P3B atau REGION P3B untuk mencapai tingkat pembebanan tertentu, dan pembebanan Pembangkit aktual mencapai tingkat pembebanan tersebut dengan rentang -2% (minus dua persen) dari DMN dalam selang waktu setengah jam secara terus-menerus. Dengan demikian, apabila tingkat pembebanan Pembangkit aktual lebih kecil dari tingkat pembebanan yang diminta oleh Dispatcher P3B atau REGION P3B dikurangi 2% (dua persen) DMN, maka Pembangkit dianggap mengalami derating sebesar DMN dikurangi tingkat pembebanan aktualnya. Edisi 01 Revisi 03 Halaman 18

28 PT PLN No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/ Juni 2007 i). Dalam hal permintaan PO/MO yang sudah terjadwal ditunda karena kebutuhan sistem sehingga menyebakan FO atau FD maka kondisi tersebut dikategorikan FO OMC atau FD OMC, jika penyebabnya adalah komponen/system yang akan akan dilakukan PO/MO. E.5. DURASI Service Hours (SH) adalah jumlah jam operasi unit pembangkit tersambung ke jaringan transmisi, baik pada kondisi operasi normal maupun kondisi derating. Available Hours (AH) adalah jumlah jam unit pembangkit siap dioperasikan yaitu Service Hours ditambah Reserve Shutdown Hours. Planned Outage Hours (POH) adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi sebagai akibat dari Planned Outage untuk pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhaul, yang telah dijadwalkan jauh hari sebelumnya (misal overhaul boiler, overhaul turbin) + Scheduled Outage Extensions (SE) dari Planned Outages (PO). Unplanned Outage Hours (UOH) adalah jumlah jam yang dialami selama Unplanned (Forced) Outages U1, U2, U3) + Startup Failures (SF) + Maintenance Outages (MO) + Scheduled Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO). Forced Outage Hours (FOH) adalah jumlah jam unit keluar paksa sebagai akibat dari gangguan Unplanned (Forced) Outages (U1, U2, U3) + Startup Failures (SF). Maintenance Outage Hours (MOH) adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi sebagai akibat dari keluar pemeliharaan karena Maintenance Outages (MO) + Scheduled Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO). Unavailable Hours (UH) adalah jumlah jam dari semua Planned Outage Hours (POH) + Unplanned (Forced) Outage Hours (FOH) + Maintenance Outage Hours (MOH). Scheduled Outage Hours (SOH) adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi sebagai akibat dari keluar terencana baik Planned Outage maupun Maintenance Outage + Scheduled Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO) dan Planned Outages(PO). Reserve Shutdown Hours (RSH) adalah jumlah jam unit tidak beroperasi karena tidak dibutuhkan oleh sistem (pertimbangan ekonomi). Synchronous Hours (Syn.H) adalah jumlah jam unit dalam kondisi kondensasi. Period Hours (PH) adalah total jumlah jam dalam suatu periode tertentu yang sedang diamati selama unit dalam status Aktif. Edisi 01 Revisi 03 Halaman 19

PROSEDUR TETAP DEKLARASI KONDISI PEMBANGKIT DAN INDEKS KINERJA PEMBANGKIT. No. PLN/DKP-IKP/2007-01 JUNI 2007

PROSEDUR TETAP DEKLARASI KONDISI PEMBANGKIT DAN INDEKS KINERJA PEMBANGKIT. No. PLN/DKP-IKP/2007-01 JUNI 2007 No. Dokumen Berlaku Efektif PLN/DKP-IKP/2007-01 Juni 2007 PROSEDUR TETAP DEKLARASI KONDISI PEMBANGKIT DAN INDEKS KINERJA PEMBANGKIT No. PLN/DKP-IKP/2007-01 JUNI 2007 PT PLN Edisi 01 Revisi 03 Halaman 1

Lebih terperinci

INDEK KINERJA PEMBANGKIT OLEH : SANTOSO BUDI

INDEK KINERJA PEMBANGKIT OLEH : SANTOSO BUDI INDEK KINERJA PEMBANGKIT OLEH : SANTOSO BUDI HP 08129589918 CURICULUM VITAE Nama : Santoso Budi Tgl,tempat lahir : 22 Oktober 1954, Jogjakarta Pekerjaan : PT. Indonesia Power ( Purna Bhakti) Doster Fak

Lebih terperinci

Responden Seminar Tugas Akhir Jurusan Statistika FMIPA ITS 19 Surabaya, 25 Juni 2012

Responden Seminar Tugas Akhir Jurusan Statistika FMIPA ITS 19 Surabaya, 25 Juni 2012 Responden 19 IdentifikasiVariabel Variabel Demografi No Variabel Demogafi Responden Skala 1 Usia Ratio 2 Status Nominal 3 Masa Kerja Ratio 4 Masa Kerja di tiap Region Ratio 5 Jabatan Ordinal 6 PendidikanTerakhir

Lebih terperinci

NOTULEN RAPAT RENCANA ALOKASI ENERGI FEBRUARI No HASIL RAPAT Ditindak lanjuti oleh 1 Informasi pengantar

NOTULEN RAPAT RENCANA ALOKASI ENERGI FEBRUARI No HASIL RAPAT Ditindak lanjuti oleh 1 Informasi pengantar RENCANA ALOKASI ENERGI FEBRUARI 2011 Tanggal : 24 Januari 2011 Pukul : 09:00 WIB sd selesai Tempat : Jogyakarta Peserta : Terlampir 1 Informasi pengantar 2 P3B JB Direksi menjadikan program penghematan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali

Gambar 3.1 Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA BALI 3.1 Gambaran Umum Operasi Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali (STLJB) untuk sisi tegangan ekstra tinggi dan tegangan tinggi dikelola oleh PT PLN (Persero) Penyaluran

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAYA LISTRIK PEMAKAIAN SENDIRI TRAFO PS UNIT 1,2,3 DAN 4 DI PT.PLN (PERSERO) SEKTOR PEMBANGKITAN BUKIT ASAM LAPORAN AKHIR

PERHITUNGAN DAYA LISTRIK PEMAKAIAN SENDIRI TRAFO PS UNIT 1,2,3 DAN 4 DI PT.PLN (PERSERO) SEKTOR PEMBANGKITAN BUKIT ASAM LAPORAN AKHIR PERHITUNGAN DAYA LISTRIK PEMAKAIAN SENDIRI TRAFO PS UNIT 1,2,3 DAN 4 DI PT.PLN (PERSERO) SEKTOR PEMBANGKITAN BUKIT ASAM LAPORAN AKHIR Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Pembangkit Dengan Metoda Waktu dan Frekuensi di PT Djarum Kudus Krapyak C. Disusun Oleh : Nama : Yudha Haris NIM : L2F

Analisis Keandalan Pembangkit Dengan Metoda Waktu dan Frekuensi di PT Djarum Kudus Krapyak C. Disusun Oleh : Nama : Yudha Haris NIM : L2F Analisis Keandalan Pembangkit Dengan Metoda Waktu dan Frekuensi di PT Djarum Kudus Krapyak C Disusun Oleh : Nama : Yudha Haris NIM : L2F 36 59 I. Latar Belakang Gambar 1. Diagram Satu Garis Instalasi Tenaga

Lebih terperinci

ANALISIS KEANDALAN SISTEM 150 KV DI WILAYAH JAWA TIMUR

ANALISIS KEANDALAN SISTEM 150 KV DI WILAYAH JAWA TIMUR ANALISIS KEANDALAN SISTEM 150 KV DI WILAYAH JAWA TIMUR Ridwan Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111, Email : ridwan_elect@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-6 Periode 3-9 Februari 2017

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-6 Periode 3-9 Februari 2017 Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-6 Periode 3-9 Februari 2017 PT PLN (PERSERO) WILAYAH KALIMANTAN BARAT KATA PENGANTAR Buku Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Khatulistiwa

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PELANGGAN INDUSTRI JASA DAN KOMERSIAL / INDUSTRI MANUFAKTUR DAN PEMBANGKITAN LISTRIK *) PASAL 1 DEFINISI

KETENTUAN UMUM PELANGGAN INDUSTRI JASA DAN KOMERSIAL / INDUSTRI MANUFAKTUR DAN PEMBANGKITAN LISTRIK *) PASAL 1 DEFINISI KETENTUAN UMUM PELANGGAN INDUSTRI JASA DAN KOMERSIAL / INDUSTRI MANUFAKTUR DAN PEMBANGKITAN LISTRIK *) PASAL 1 DEFINISI Dalam ketentuan umum ini yang dimaksud dengan: Untuk Pelanggan IJK 1 atau IJK 2 atau

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG. enjelaskan Latar Belakang Operation and Efficiency. Visi & Misi perusahaan dan peme

1.1. LATAR BELAKANG. enjelaskan Latar Belakang Operation and Efficiency. Visi & Misi perusahaan dan peme PT. PEMBANGKITAN NGKITAN JAWA BALI POWER PLANT ANT ACADEMY ACAD Operation and Efficiency ency Manag Management 1.1. LATAR BELAKANG TUJUAN PEMBELAJARAN ELAJARAN Mampu menjelaskan enjelaskan Latar Belakang

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( X Print) B 1

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( X Print) B 1 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) B 1 Penilaian Keandalan Sistem Tenaga Listrik Jawa Bagian Timur Dan Bali Menggunakan Formula Analitis Deduksi Dan Sensitivitas Analitis

Lebih terperinci

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-20 Periode Mei 2017

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-20 Periode Mei 2017 Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-20 Periode 12-18 Mei 2017 PT PLN (PERSERO) WILAYAH KALIMANTAN BARAT KATA PENGANTAR Buku Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Khatulistiwa

Lebih terperinci

Session 11 Interconnection System

Session 11 Interconnection System Session 11 Interconnection System Tujuan Membahas persoalan-persoalan pembangkitan dalam sistem interkoneksi dalam kaitannya yang terjadi antara pusat-pusat listrik yang beroperasi dalam sistem interkoneksi,

Lebih terperinci

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG 2007-2016 Dari keterangan pada bab sebelumnya, dapat dilihat keterkaitan antara kapasitas terpasang sistem pembangkit dengan

Lebih terperinci

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-18 Periode 28 April 4 Mei 2017

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-18 Periode 28 April 4 Mei 2017 Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-18 Periode 28 April 4 Mei 2017 PT PLN (PERSERO) WILAYAH KALIMANTAN BARAT KATA PENGANTAR Buku Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Khatulistiwa

Lebih terperinci

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-21 Periode Mei 2017

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-21 Periode Mei 2017 Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-21 Periode 19-25 Mei 2017 PT PLN (PERSERO) WILAYAH KALIMANTAN BARAT KATA PENGANTAR Buku Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Khatulistiwa

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG POKOK-POKOK DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK.

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG POKOK-POKOK DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK. - 2-2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052); 3. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG TRANSMISI TENAGA LISTRIK

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG TRANSMISI TENAGA LISTRIK - 655 - LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN DAN PEMBERLAKUAN STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG

Lebih terperinci

METODE KOEFISIEN ENERGI UNTUK PERAMALAN BEBAN JANGKA PENDEK PADA JARINGAN JAWA MADURA BALI

METODE KOEFISIEN ENERGI UNTUK PERAMALAN BEBAN JANGKA PENDEK PADA JARINGAN JAWA MADURA BALI METODE KOEFISIEN ENERGI UNTUK PERAMALAN BEBAN JANGKA PENDEK PADA JARINGAN JAWA MADURA BALI Kafahri Arya Hamidie Konsumsi daya listrik mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan untuk peningkatan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PELANGGAN KECIL PASAL 1 DEFINISI

KETENTUAN UMUM PELANGGAN KECIL PASAL 1 DEFINISI KETENTUAN UMUM PELANGGAN KECIL PASAL 1 DEFINISI a. "Biaya Pengaliran Kembali" adalah biaya yang harus dibayar oleh Pelanggan dalam rangka pengaliran Gas kembali sebagai akibat adanya penutupan pengaliran

Lebih terperinci

ANALISA KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK JAKARTA DAN BANTEN PERIODE TAHUN

ANALISA KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK JAKARTA DAN BANTEN PERIODE TAHUN TECHNOLOGIC, VOLUME 5, NOMOR 2 ANALISA KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK JAKARTA DAN BANTEN PERIODE TAHUN 2011-2013 Erwin Dermawan 1, Agus Ponco 2, Syaiful Elmi 3 Jurusan Teknik Elektro - Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkitan Gresik memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. PT Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkitan Gresik memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkitan Gresik memegang peranan yang sangat penting dan vital dalam kehidupan, karena dengan listrik manusia bisa beraktifitas

Lebih terperinci

KETENTUAN-KETENTUAN PELAKSANAAN SINARMAS SEKURITAS ONLINE TRADING ( SIMAS.NET )

KETENTUAN-KETENTUAN PELAKSANAAN SINARMAS SEKURITAS ONLINE TRADING ( SIMAS.NET ) KETENTUAN-KETENTUAN PELAKSANAAN SINARMAS SEKURITAS ONLINE TRADING ( SIMAS.NET ) 1. SIMAS.NET adalah fasilitas untuk melakukan transaksi saham secara online melalui jaringan internet. Transaksi Saham yang

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG PT. Indonesia Power UBP Kamojang saat ini telah menerapkan sistem manajemen terpadu, dengan tiga sub sistemnya yang terdiri dari Sistem Manajemen Mutu

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PELANGGAN INDUSTRI JASA DAN KOMERSIAL / INDUSTRI MANUFAKTUR DAN PEMBANGKITAN LISTRIK *) Pasal 1 DEFINISI

KETENTUAN UMUM PELANGGAN INDUSTRI JASA DAN KOMERSIAL / INDUSTRI MANUFAKTUR DAN PEMBANGKITAN LISTRIK *) Pasal 1 DEFINISI KETENTUAN UMUM PELANGGAN INDUSTRI JASA DAN KOMERSIAL / INDUSTRI MANUFAKTUR DAN PEMBANGKITAN LISTRIK *) Pasal 1 DEFINISI Dalam Ketentuan Umum ini yang dimaksud dengan: Untuk Pelanggan IJK 3 atau IMP 3 (1)

Lebih terperinci

Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN)

Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN) Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN) DOKUMEN PEMBERITAHUAN ADANYA RISIKO YANG HARUS DISAMPAIKAN OLEH PIALANG BERJANGKA UNTUK TRANSAKSI KONTRAK DERIVATIF DALAM SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF Dokumen

Lebih terperinci

BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI JAWA-BALI

BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI JAWA-BALI BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI JAWA-BALI 3.1 SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA-BALI Sistem tenaga listrik Jawa-Bali dihubungkan oleh Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (S.U.T.E.T.) 500 kv dan Saluran

Lebih terperinci

Menuju Operation & Maintenance Excellence PT. INDONESIA POWER

Menuju Operation & Maintenance Excellence PT. INDONESIA POWER Menuju Operation & Maintenance Excellence PT. INDONESIA POWER,4 Januari 2013 PT. IP Menuju O&M Excellence Mempertahankan dan meningkatkan kapasitas dan kinerja jangka panjang untuk kelangsungan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2-2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor

Lebih terperinci

STUDI TENTANG INDEKS KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK WILAYAH JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

STUDI TENTANG INDEKS KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK WILAYAH JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI TENTANG INDEKS KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK WILAYAH JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Gunawan Eko Prasetyo*, Ir.Sulasno **, Susatyo Handoko, ST.MT ** Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Flow Chart Flow chart diagram alir digunakan untuk menggambarkan alur proses atau langkah-langkah secara berurutan.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Flow Chart Flow chart diagram alir digunakan untuk menggambarkan alur proses atau langkah-langkah secara berurutan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart Flow chart diagram alir digunakan untuk menggambarkan alur proses atau langkah-langkah secara berurutan. 3.1.1 Flow Chart Optimisasi Pembagian Beban Mulai Mengumpulkan

Lebih terperinci

PERMINTAAN PENAWARAN (PP)

PERMINTAAN PENAWARAN (PP) PT Pembangkitan Jawa Bali UNIT PEMBANGKITAN MUARA KARANG Telepon : Faksimile : Email : PERMINTAAN PENAWARAN (PP) (Inquiry) NOMOR : 260.PP/600/UPMKR/2016 (Number) TANGGAL : 04 Mar 2016 (Date) BATAS PEMASUKAN

Lebih terperinci

ADDENDUM PERJANJIAN PEMBUKAAN REKENING EFEK REGULER PT BCA SEKURITAS ( BCAS )

ADDENDUM PERJANJIAN PEMBUKAAN REKENING EFEK REGULER PT BCA SEKURITAS ( BCAS ) ADDENDUM PERJANJIAN PEMBUKAAN REKENING EFEK REGULER PT BCA SEKURITAS ( BCAS ) Sebelum menandatangani Addendum ini, pilihlah opsi di bawah ini : o Saya ingin dapat bertransaksi melalui Dealer dan Online

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penambahan unit pembangkit. (Zein dkk, 2008), (Subekti dkk, 2008) meneliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penambahan unit pembangkit. (Zein dkk, 2008), (Subekti dkk, 2008) meneliti BAB II TINJAUAN PUSTAKA Banyak penelitian telah dilakukan mengenai keandalan sistem tenaga listrik. Perkiraan beban mendapat perhatian yang cukup besar terutama guna perencanaan penambahan unit pembangkit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Salah satu kebutuhan energi yang tidak

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMELIHARAAN PEMBANGKIT & PERALATAN PENDUKUNG

PROSEDUR PEMELIHARAAN PEMBANGKIT & PERALATAN PENDUKUNG PEMBANGKIT & PERALATAN No. Dokumen : PT-KITSBS-26 No. Revisi : 00 Halaman : i dari iv LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH No Nama Jabatan Tanda Tangan 1. RM. Yasin Effendi PLT DM ADM Umum & Fas 2. Abdan

Lebih terperinci

Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Juni 2017

Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Juni 2017 Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Juni 2017 PT. PLN (PERSERO) WILAYAH KALIMANTAN BARAT Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : 1 45 KATA PENGANTAR Buku Rencana Operasi Bulanan Sistem

Lebih terperinci

MATERI DIKLAT E-LEARNING Revisi September 2012

MATERI DIKLAT E-LEARNING Revisi September 2012 MATERI DIKLAT E-LEARNING Revisi September 2012 NO. KODE JUDUL DIKLAT PRAJABATAN 1 A.1.4.2.05.2 Transmisi (ES-TSO) S1 2 A.1.4.2.20.2 Transmisi (ES-TSO) D3 3 A.1.4.2.25.2 SCADA (SC-TSC) S1 4 A.1.4.2.26.2

Lebih terperinci

Rencana Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu Ke-28 Periode 7-13 Juli 2017

Rencana Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu Ke-28 Periode 7-13 Juli 2017 Rencana Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu Ke-28 PT. PLN (PERSERO) Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : 1 14 KATA PENGANTAR Rencana Operasi Sistem Khatulistiwa Mingguan disiapkan dan

Lebih terperinci

2. Jika pengguna tetap menggunakan layanan situs setelah adanya perubahan, maka itu berarti pengguna telah menyetujui perubahan tersebut.

2. Jika pengguna tetap menggunakan layanan situs setelah adanya perubahan, maka itu berarti pengguna telah menyetujui perubahan tersebut. SYARAT & KETENTUAN Selamat datang di www.pay-inm.co.id. Kami adalah perusahaan teknologi yang menyediakan jaringan, sistem dan aplikasi yang payment point untuk penerimaan tagihan listrik dan telepon pelanggan

Lebih terperinci

PERHATIAN! PERJANJIAN INI MERUPAKAN KONTRAK HUKUM, HARAP DIBACA DENGAN SEKSAMA PERJANJIAN PEMBERIAN AMANAT

PERHATIAN! PERJANJIAN INI MERUPAKAN KONTRAK HUKUM, HARAP DIBACA DENGAN SEKSAMA PERJANJIAN PEMBERIAN AMANAT Formulir Nomor IV.PRO.11 PERHATIAN! PERJANJIAN INI MERUPAKAN KONTRAK HUKUM, HARAP DIBACA DENGAN SEKSAMA PERJANJIAN PEMBERIAN AMANAT Pada hari ini, tanggal.. bulan tahun., bertempat di Kantor Pusat atau

Lebih terperinci

2 Menetapkan: 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembar

2 Menetapkan: 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembar No.1790, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN ESDM. Tingkat Mutu. Pelayanan. Biaya. Penyaluran. Tenaga Listrik. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA AKSES INTERNET

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA AKSES INTERNET RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA AKSES INTERNET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

Suatu sistem tenaga listrik memiliki unit-unit pembangkit yang bertugas menyediakan daya dalam sistem tenaga listrik agar beban dapat terlayani.

Suatu sistem tenaga listrik memiliki unit-unit pembangkit yang bertugas menyediakan daya dalam sistem tenaga listrik agar beban dapat terlayani. Suatu sistem tenaga listrik memiliki unit-unit pembangkit yang bertugas menyediakan daya dalam sistem tenaga listrik agar beban dapat terlayani. Unit pembangkit dapat mengalami gangguan setiap waktu yang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) PT. PEMBANGKITAN JAWA BALI UNIT PEMBANGKITA N MUARA KARANG JL. PLUIT UTARA NO 2A JAKARTA NAMA PENGADAAN NOMOR RKS NOMOR PP : JASA PENGECATAN COATING ATAP TURBIN PLTU

Lebih terperinci

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 34); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 34); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan No.40, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Jaringan Tenaga Listrik PT. PLN. Operasi Paralel Pembangkit Tenaga Listrik. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kondisi saat ini, ketergantungan masyarakat akan energi listrik sangatlah tinggi, sehingga dituntut ketersediaan dan keandalan yang tinggi dari pemegang kuasa

Lebih terperinci

NOTULEN RAPAT RENCANA ALOKASI ENERGI (RAE) SISTEM TENAGA LISTRIK SUMATERA BULAN MARET 2014

NOTULEN RAPAT RENCANA ALOKASI ENERGI (RAE) SISTEM TENAGA LISTRIK SUMATERA BULAN MARET 2014 NOTULEN RAPAT RENCANA ALOKASI ENERGI (RAE) SISTEM TENAGA LISTRIK SUMATERA BULAN MARET 2014 Tanggal : 21 Februari 2014 Waktu : 09:00 WIB selesai Tempat : PT PLN (Persero) KITSBU Daftar hadir : Terlampir

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Nomor 23 Tahun 2014, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya yang Terkait dengan Penyaluran Tenaga Listrik oleh PT Perusahaan Listrik

Lebih terperinci

Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa September 2017

Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa September 2017 Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa September 2017 PT. PLN (PERSERO) WILAYAH KALIMANTAN BARAT Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : 1 45 KATA PENGANTAR Buku Rencana Operasi Bulanan Sistem

Lebih terperinci

BAB III 1 METODE PENELITIAN

BAB III 1 METODE PENELITIAN 23 BAB III 1 METODE PENELITIAN 1.1 Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Karakteristik pembangkit meliputi daya maksimum dam minimum, karakteristik heat-rate (perbandingan

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA LOKASI PEMASANGAN PAPAN IKLAN

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA LOKASI PEMASANGAN PAPAN IKLAN CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA LOKASI PEMASANGAN PAPAN IKLAN Pada hari ini ( ------------- ), tanggal [( ----- ) ( ------ tanggal dalam huruf ------ )] bulan ( ------------------- ) tahun [( ------ ) ( ------

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA TELEPONI DASAR PADA JARINGAN TETAP LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Analisis Statistik Kepuasan Pelanggan terhadap Service Quality Unit Pembangkit PT. Pembangkitan Jawa Bali

Analisis Statistik Kepuasan Pelanggan terhadap Service Quality Unit Pembangkit PT. Pembangkitan Jawa Bali JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol., No., (Sept. 0) ISSN: 30-98X D-39 Analisis Statistik Kepuasan Pelanggan terhadap Service Quality Unit Pembangkit PT. Pembangkitan Jawa Bali Annisa Dita Rachmawati, Ismaini

Lebih terperinci

LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya)

LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya) BIAStatistics (2015) Vol. 9, No. 2, hal. 7-12 LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya) Yulius Indhra Kurniawan

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH TOKO (RUKO)

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH TOKO (RUKO) CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH TOKO (RUKO) Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : ---------------------------------------------------- Umur : ----------------------------------------------------

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 21 /PBI/2000 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 21 /PBI/2000 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 21 /PBI/2000 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyusunan laporan dan informasi dalam penetapan kebijakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN BAGI PENYELENGGARA JARINGAN SATELIT BERGERAK DAN PENYELENGGARA JASA TELEPONI DASAR MELALUI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI ANALISIS PROGRAM PERCEPATAN MW TAHAP I PADA OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA BALI TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI ANALISIS PROGRAM PERCEPATAN MW TAHAP I PADA OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA BALI TESIS UNIVERSITAS INDONESIA STUDI ANALISIS PROGRAM PERCEPATAN 10.000 MW TAHAP I PADA OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA BALI TESIS MOHAMAD TRESNA WIKARSA 08 06 42 45 54 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM MAGISTER TEKNIK

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM RUMAH

CONTOH SURAT PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM RUMAH CONTOH SURAT PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM RUMAH Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : ---------------------------------------------------- Umur : ----------------------------------------------------

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktik

Makalah Seminar Kerja Praktik Makalah Seminar Kerja Praktik Analisa Indeks Kekuatan Sistem untuk Penggunaan Load Frequency Control (LFC) pada Fungsi SCADA di PT PLN (Persero) P3B JB dengan Mengamati Respon Daya Generator PLTA Cirata

Lebih terperinci

Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali

Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali T Ar Rizqi Aulia 1, I Made Ardita Y 2 Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia, Depok 16424 Tel: (021)

Lebih terperinci

- 3 - Nomor 05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan

- 3 - Nomor 05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 2. Undang-Undang

Lebih terperinci

KLIRING DAN PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA INDEKS EFEK

KLIRING DAN PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA INDEKS EFEK Lampiran Keputusan Direksi PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor : Kep-001/DIR/KPEI/0116 Tanggal : 6-1-2016 PERATURAN KPEI NOMOR: III-2 KLIRING DAN PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA

Lebih terperinci

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-3 Periode Januari 2017

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-3 Periode Januari 2017 Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-3 Periode 13-19 Januari 2017 PT PLN (PERSERO) WILAYAH KALIMANTAN BARAT KATA PENGANTAR Buku Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Khatulistiwa

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

Telepon : Faksimile :

Telepon : Faksimile : PT Pembangkitan Jawa Bali UNIT PEMBANGKITAN MUARA KARANG Telepon : Faksimile : Email : PERMINTAAN PENAWARAN (PP) (Inquiry) NOMOR : (Number) TANGGAL : (Date) BATAS PEMASUKAN PENAWARAN : PP INI BUKAN MERUPAKAN

Lebih terperinci

TERMS & CONDITIONS. Syarat & ketentuan yang ditetapkan di bawah ini mengatur pemakaian jasa yang

TERMS & CONDITIONS. Syarat & ketentuan yang ditetapkan di bawah ini mengatur pemakaian jasa yang TERMS & CONDITIONS Syarat & ketentuan yang ditetapkan di bawah ini mengatur pemakaian jasa yang ditawarkan oleh Tansah Web & Innovation terkait penggunaan situs www.tansah.com. Pengguna disarankan membaca

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 11/PER/M.KOMINFO/04/2008 TENTANG

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 11/PER/M.KOMINFO/04/2008 TENTANG MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 11/PER/M.KOMINFO/04/2008 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA TELEPONI DASAR PADA JARINGAN

Lebih terperinci

OPTIMASI UNIT PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA DI SISTEM JAWA BALI

OPTIMASI UNIT PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA DI SISTEM JAWA BALI OPTIMASI UNIT PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA DI SISTEM JAWA BALI RETNO HANDAYANI 9107201614 SLAYA CLGON BLRJA KMBNG TMBUN CWANG MRTW R DEPOK BKASI

Lebih terperinci

ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN

ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN 2008-2017 Massus Subekti 1), Uno Bintang Sudibyo 2), I Made Ardit 3) Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Lebih terperinci

SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020

SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020 SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020 Moh. Sidik Boedoyo ABSTRACT Jamali or Jawa, Madura and Bali is a populated region, in which about 60% of Indonesia population lives in the region,

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA KIOS

SURAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA KIOS SURAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA KIOS 0 SURAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUKO No. B03/III/17 Pada hari ini, Jum at Tanggal tiga Bulan Maret tahun Dua ribu tujuh belas ( 3Maret-2017 ) bertempat di. Telah terjadi

Lebih terperinci

Rencana Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu Ke-21

Rencana Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu Ke-21 Rencana Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu Ke-21 PT. PLN (PERSERO) Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : 1 14 KATA PENGANTAR Rencana Operasi Sistem Khatulistiwa Mingguan disiapkan dan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJA SAMA

PERJANJIAN KERJA SAMA ATOSANT BADAN INFORMASI GEOSPASIAL PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN PT. GLOBAL INTI SEMESTA NUSANTARA TENTANG PELAYANAN PRODUK INFORMASI GEOSPASIAL BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

Lebih terperinci

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI UP MUARA KARANG

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI UP MUARA KARANG PT PEMBANGKITAN JAWA BALI UP MUARA KARANG DOKUMEN PENGADAAN Nomor : 738.RKS/600/UPMKR/2016 (ulang) TGL 10 AGUSTUS 2016 PEKERJAAN PENGADAAN FORKLIFT ELECTRIC 3 TON PT PJB UP MUARA KARANG Metode pelelangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi pengambilan data merupakan ilmu yang mempelajari metodemetode pengambilan data, ilmu tentang bagaimana cara-cara dalam pengambilan data. Dalam bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 39 BAB IV GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan

Lebih terperinci

2017, No Nomor 23 Tahun 2014, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya yang T

2017, No Nomor 23 Tahun 2014, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya yang T No.485, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Penyaluran Tenaga Listrik PT. PLN. Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM RANCANGAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TENTANG PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK YANG MEMANFAATKAN SUMBER ENERGI PRIMER SETEMPAT DI WILAYAH YANG TIDAK ATAU BELUM MENERAPKAN KOMPETISI Menimbang:

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor :

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Rancangan KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : Tentang PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK YANG MEMANFAATKAN SUMBER ENERGI PRIMER SETEMPAT DI

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 26 /PBI/2003 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 26 /PBI/2003 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 26 /PBI/2003 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyusunan laporan dan informasi yang diperlukan dalam

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.130, 2017 KEUANGAN OJK. Saham. Perusahaan Terbuka. Pembelian Kembali. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6077) PERATURAN

Lebih terperinci

Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem Jawa Bali

Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem Jawa Bali Seminar Final Project Power System Engineering Majoring of Electrical Engineering Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem

Lebih terperinci

FORMULIR PENDAFTARAN PELANGGAN

FORMULIR PENDAFTARAN PELANGGAN FORMULIR PENDAFTARAN PELANGGAN A. IDENTITAS PELANGGAN Nama Konsultan Aktuaria Alamat : Kode Pos: Nomor Izin Usaha No. Telepon Perusahaan : : No. Fax.: B. IDENTITAS PENGGUNA PRODUK Nama Penanggung Jawab

Lebih terperinci

BAB IV KONFIGURASI INSTALASI UPS. daya serta kerusakan sistem dan hardware. UPS akan menjadi sistem yang sangat

BAB IV KONFIGURASI INSTALASI UPS. daya serta kerusakan sistem dan hardware. UPS akan menjadi sistem yang sangat BAB IV KONFIGURASI INSTALASI UPS 4.1 Model Konfigurasi UPS Uninterruptible Power Supply merupakan sistem penyedia daya listrik yang sangat penting dan diperlukan sekaligus dijadikan sebagai benteng dari

Lebih terperinci

Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Februari 2017

Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Februari 2017 Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Februari 2017 Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : 1 27 KATA PENGANTAR Buku Rencana Operasi Bulanan Sistem Khatulistiwa disiapkan oleh unit operasional

Lebih terperinci

(dibuat diatas kertas kop perusahaan) Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan

(dibuat diatas kertas kop perusahaan) Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan (dibuat diatas kertas kop perusahaan) FORMULIR NOMOR III.PRO.24.A Nomor :, Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan Kepada Yth, sebagai Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif. Kepala Badan Pengawas

Lebih terperinci

LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya)

LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya) LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya) Yulius Indhra Kurniawan, Anindya Apriliyanti P Indonesia Power UBP Suralaya,

Lebih terperinci

Rencana Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu Ke-32 Periode 4-10 Agustus 2017

Rencana Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu Ke-32 Periode 4-10 Agustus 2017 Rencana Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu Ke-32 Periode 4-10 Agustus 2017 PT. PLN (PERSERO) Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : 1 14 DAFTAR ISI DAFTAR ISI 3 DAFTAR GAMBAR 4 DAFTAR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA TELEPONI DASAR PADA JARINGAN BERGERAK SELULER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB Form.# Tgl. R Halaman 1 dari 8 Pasal 1 Letak 1.1. Pengembang dengan ini berjanji dan mengikatkan dirinya sekarang dan untuk kemudian pada waktunya menjual dan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH PERUSAHAAN TERBUKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH PERUSAHAAN TERBUKA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005.

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005. MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005 Tentang PERSYARATAN DAN PEDOMAN PELAKSANAAN IZIN USAHA DALAM KEGIATAN USAHA

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL ENERGI LISTRIK BERDASARKAN STRUKTUR BIAYA PLTU (STUDI KASUS PADA PLTU BATUBARA KAPASITAS 3.

ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL ENERGI LISTRIK BERDASARKAN STRUKTUR BIAYA PLTU (STUDI KASUS PADA PLTU BATUBARA KAPASITAS 3. ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL ENERGI LISTRIK BERDASARKAN STRUKTUR BIAYA PLTU (STUDI KASUS PADA PLTU BATUBARA KAPASITAS 3.400 MEGA WATT) Rika Trizalda, Mafrizal Heppy Akuntansi, Ekonomi, Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN PEMBELIAN SOFTWARE RGB SPEKTRUM

SYARAT DAN KETENTUAN PEMBELIAN SOFTWARE RGB SPEKTRUM SYARAT DAN KETENTUAN PEMBELIAN SOFTWARE RGB SPEKTRUM PASAL 1 PENGERTIAN Para Pihak sepakat untuk mendefinisikan beberapa istilah yang dituangkan di dalam Perjanjian ini sebagai berikut : 1) Aplikasi RGB

Lebih terperinci

12. PERKEMBANGAN / KEMAJUAN

12. PERKEMBANGAN / KEMAJUAN 12. PERKEMBANGAN / KEMAJUAN Untuk mengkoordinasi pemrosesan yang sedang berjalan di seluruh area produksi Manajer Operasi Perencanaan dan Pengembangan ( Penjadwal ) Pengontrol Operasi Supervisor Pengembangan

Lebih terperinci

Rencana Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu Ke-8

Rencana Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu Ke-8 Rencana Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu Ke-8 Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : 1 15 KATA PENGANTAR Rencana Operasi Sistem Khatulistiwa Mingguan disiapkan dan dibuat dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB 12 KONTRAK BERJANGKA CPOTR

BAB 12 KONTRAK BERJANGKA CPOTR BAB 12 KONTRAK BERJANGKA CPOTR 1200. Definisi Kecuali konteks kalimat menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis dalam huruf kapital dalam Kontrak Berjangka ini akan mengandung pengertian-pengertian

Lebih terperinci