TRADE CREATION DAN TRADE DIVERSION ANTARA INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN-KOREA TRESNA RITANINGSIH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TRADE CREATION DAN TRADE DIVERSION ANTARA INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN-KOREA TRESNA RITANINGSIH"

Transkripsi

1 TRADE CREATION DAN TRADE DIVERSION ANTARA INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN-KOREA TRESNA RITANINGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Trade Creation dan Trade Diversion antara Indonesia dan Negara Negara ASEAN-Korea adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Tresna Ritaningsih NRP H

4 RINGKASAN TRESNA RITANINGSIH. Trade Creation dan Trade Diversion antara Indonesia dan Negara-negara ASEAN-Korea. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM dan SAHARA. Kawasan perdagangan bebas ASEAN-Korea (ASEAN-Korea Free Trade Area) yang terbentuk pada tahun 2005 mempunyai beberapa perjanjian perdagangan yang disepakati bersama oleh negara-negara anggota, salah satunya adalah perjanjian perdagangan barang yang diberlakukan pada tahun 2007 dan diimplementasikan pada tahun Pemberlakuan perjanjian perdagangan barang memberikan dampak postif dan negatif kepada negara-negara anggota termasuk Indonesia berupa trade creation dan trade diversion. Dampak tersebut akan mempengaruhi perkembangan dari sektor perdagangan Indonesia khususnya arus impor. Penelitian ini menyajikan gambaran mengenai dampak pemberlakuan dari perjanjian perdagangan barang pada ASEAN-Korea FTA. Tujuan utama penelitian ini untuk menganalisis terjadinya trade creation dan/ atau trade diversion di sektor perdagangan antara Indonesia dan negara-negara ASEAN- Korea. Pendekatan ekonometrika digunakan untuk estimasi model gravity. Data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu WITS, WDI, IFS, World Bank, CEPII, dan publikasi internasional. Indonesia ikut serta dalam ASEAN-Korea FTA dengan tujuan untuk menghilangkan hambatan perdagangan berupa penurunan tarif yang diwujudkan dalam perjanjian perdagangan barang. Akibat dari penurunan tarif, impor yang masuk ke pasar Indonesia semakin meningkat sejak pemberlakukan FTA. Singapura, Korea Selatan, dan Malaysia merupakan importir terbesar dari kawasan ASEAN-Korea. Pemerintah Indonesia telah mengantisipasi peningkatan jumlah impor ini dengan membuat kebijakan berupa peraturan penetapan tarif bea masuk untuk ASEAN-Korea FTA, ketentuan penerbitan SKA (Surat Keterangan Asal) dan UU perdagangan. Hasil empiris menunjukkan bahwa secara keseluruhan sektor perdagangan Indonesia mengalami kerugian akibat terjadinya trade diversion dan tidak terjadi trade creation. Arus perdagangan impor Indonesia dengan negara-negara nonanggota ASEAN-Korea sebesar 68 persen lebih sedikit dari tingkat perdagangan yang saat ini telah dilakukan. Pemerintah perlu menurunkan nilai tukar riil, melakukan negosiasi harga penawaran perdagangan bebas kepada negara nonanggota untuk menurunkan dan mendekatai harga penawaran perdagangan bebas negara anggota dalam mengantisipasi terjadinya trade diversion, dan membuka akses pasar untuk produk-produk baru agar terjadi trade creation dengan negaranegara anggota. Kata Kunci : ASEAN-Korea FTA, trade creation, trade diversion, gravity, data panel.

5 SUMMARY TRESNA RITANINGSIH. Trade Creation and Trade Diversion between Indonesia and ASEAN-Korea s Countries. Supervised by DEDI BUDIMAN HAKIM and SAHARA. ASEAN-Korea Free Trade Area has been agreed and consisting of some trade agreements among member countries. One of the agreements is trade in good agreement that has been prevailed in 2007 and implemented in As the result of the agreement, the implementation creates trade creation and trade diversion among member countries, both in positively or negatively. It will also be affecting Indonesia's trade sector, especially in import flows. The main objective of this study is to analyse trade creation and/ trade diversion in trade between Indonesia and member countries of ASEAN-Korea. Econometrics approach is used to estimate the gravity model. The data sources from the secondary data collected from WITS, WDI, IFS, World Bank, CEPII, and international publishing. The main objective participating in FTA for member countries including Indonesia is to reduce/eliminate trade barrier by the tariff reduction. The result of the tariff reduction is the imported goods has been significantly increasing. Singapore, Republic of Korea and Malaysia are the biggest importer within ASEAN-Korea FTA. To prevent that situation, Indonesian government has some regulations such as import tariff rate regulation, Certificate of Origin provisions, and trade agrreement law. The empirical result shows that all Indonesia's trading sectors experienced decline because of trade diversion and trade creation does not occur. Indonesia's import trading with the non-member countries of ASEAN-Korea is 68 percent lower than the existing trading. The government needs to decrease the real exchange rate, negotiate free-trade offer price with non-member countries in order to anticipate trade diversion, and open access to the market for new products to achieve trade creation with member countries of ASEAN-Korea FTA. Keywords: ASEAN-Korea FTA, trade creation, trade diversion, gravity, panel data

6 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 TRADE CREATION DAN TRADE DIVERSION ANTARA INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN-KOREA TRESNA RITANINGSIH Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS

9 Judul Tesis : Trade Creation dan Trade Diversion antara Indonesia dan Negara Negara ASEAN-Korea Nama : Tresna Ritaningsih NIM : H Disetujui oleh Komisi Pembimbing Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc Ketua Dr Sahara, SP, MSi Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Dekan Sekolah Pascasarjana Dr Ir R. Nunung Nuryartono, MSi Dr Ir Dahrul Syah, MscAgr Tanggal Ujian: 26 Agustus 2014 Tanggal Lulus:

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah kebijakan perdagangan internasional, dengan judul Trade Creation dan Trade Diversion antara Indonesia dan Negara Negara ASEAN-Korea. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr Sahara, SP, MSi selaku anggota komisi pembimbing, yang meluangkan waktu dan kesabaran untuk memberikan bimbingan, arahan, dan masukan yang bermanfaat dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS dan Ibu Dr Ir Sri Mulatsih, MScAgr atas saran dan masukannya demi perbaikan tesis ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga disampaikan kepada Dr Ir R. Nunung Nuryartono, MSi beserta jajarannya selaku pengelola Program Studi Ilmu Ekonomi SPs IPB dan semua dosen yang telah mengajar penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan Program Magister pada Program Studi Ilmu Ekonomi di Sekolah Pascasarjana (SPs) IPB. Tak lupa ucapan terima kasih untuk teman-teman IPB Kemendag atas segala bantuannya selama penulis menyelesaikan pendidikan di IPB. Ungkapan terima kasih terdalam untuk suamiku, Rakhmat Setyadi, SKom dan anakku tercinta, Naufal Zaki Rozan atas segala doa, kasih sayang, dukungan, dan kesabaran yang diberikan serta orang tua dan adik-adikku yang senantiasa mendoakan sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengetahuan. Kesalahan yang terjadi merupakan tanggung jawab penulis. Besar harapan penulis bahwa tesis ini dapat memberikan kontribusi dalam proses pembangunan dan bermanfaat untuk pengembangan penelitian di masa mendatang. Bogor, September 2014 Tresna Ritaningsih

12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 8 Manfaat Penelitian 8 Ruang Lingkup Penelitian 8 2 TINJAUAN PUSTAKA 9 Tinjauan Teori 9 Tinjauan Empiris 15 Kerangka Pemikiran Penelitian 17 Hipotesis Penelitian 18 3 METODE 19 Jenis dan Sumber Data 19 Metode Analisis 19 Pengujian asumsi 25 Pengujian Parameter Model 26 Spesifikasi Model 27 Definisi Operasional 28 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 29 Aliran Perdagangan Impor Indonesia dari ASEAN-Korea dan Negara Asal Impor Utama 29 Analisis Trade Creation dan Trade Diversion antara Indonesia dan Negaranegara ASEAN-Korea 32 5 SIMPULAN DAN SARAN 36 Simpulan 36 Implikasi Kebijakan 37 Saran Penelitian Lanjutan 37 DAFTAR PUSTAKA 37 LAMPIRAN 40 RIWAYAT HIDUP 42 vi vi vi

13 DAFTAR TABEL 1 Komoditi-komoditi Ekspor Utama Indonesia ke ASEAN dan Korea Selatan Tahun (dalam Juta US$) 6 2 Komoditi-komoditi Impor Utama Indonesia dari ASEAN dan Korea Selatan Tahun (dalam Juta US$) 7 3 Jenis dan Sumber Data dalam Penelitian 19 4 Hasil estimasi koefisien parameter dengan GLS 34 DAFTAR GAMBAR 1 Persentase Total Perdagangan ASEAN dengan Negara Mitra Dagang (persen) 4 2 Total Perdagangan Indonesia dengan ASEAN dan Korea Selatan Tahun (US$ Miliar) 5 3 Proses Terjadinya Perdagangan Internasional dengan Penurunan Tarif 11 4 Trade Creation dan Trade Diversion 13 5 Kerangka Pemikiran Penelitian 18 6 Nilai Impor Indonesia dari Negara-negara ASEAN-Korea (US$ Juta) 30 7 Nilai Impor Indonesia dari Empat Negara Asal Impor Utama (US$ Juta) 31 DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil Estimasi 40 2 Uji Multikolinearitas 41

14

15 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar negara di dunia melakukan perdagangan dengan negara lain melalui organisasi perdagangan internasional yang memakai sistem perdagangan multilateral, yang dikenal dengan World Trade Organization (WTO). Organisasi ini merupakan forum bagi pemerintah dalam menegosiasikan perjanjian perdagangan dengan tujuan untuk mencapai perdagangan bebas lintas global yang berdasarkan prinsip non-diskriminasi (Most Favoured Nation dan National Treatment). WTO dibentuk pada tahun 1995 setelah putaran uruguay sebagai pengganti General Agreement on Tariff and Trade (GATT). Putaran uruguay merupakan putaran terakhir dan terbesar dari putaran GATT yang dimulai dari tahun 1986 hingga Namun demikian, putaran uruguay berjalan cukup lambat dalam menyelesaikan negosiasinya. Hal ini dapat dilihat dari hasil negosiasi yang gagal untuk dicapai pada saat pertemuan para menteri di Brussels, bulan Desember 1990 (WTO 2013a). Kegagalan ini memicu negara-negara anggota untuk membentuk kawasan perdagangan bebas dengan menandatangani perjanjian perdagangan bebas secara regional maupun bilateral dengan mengadopsi aturan-aturan WTO agar hambatan perdagangan dalam bentuk tarif dan non-tarif dapat dikurangi atau dihilangkan. Kawasan perdagangan bebas menjadi aspek unggulan dalam mengatasi masalah yang dihadapi negara-negara anggota WTO, yang dapat dilihat dari jumlah Free Trade Area (FTA) yang terdaftar dalam GATT. Tahun 1990, terdapat 27 FTA yang terdaftar, dan mengalami kenaikan menjadi 575 FTA per tanggal 31 Juli 2013 yang tercatat oleh GATT/WTO. Sebanyak 379 FTA telah diberlakukan dan sisanya masih dalam tahap negosiasi (WTO 2013b). Perjanjian perdagangan bebas telah diatur dalam article XXIV GATT 1994 yang menjelaskan tentang keterkaitan antara WTO dan FTA. Kawasan perdagangan bebas atau FTA merupakan salah satu bentuk integrasi ekonomi di dunia yang akan memberikan perlakukan khusus kepada negara mitra dagangnya dan mendiskriminasikan negara mitra dagang yang tidak masuk dalam FTA. FTA dapat berupa penetapan tarif dan non tarif yang lebih rendah bahkan tidak ada sama sekali. Dengan menurunkan atau menghilangkan hambatan perdagangan di antara anggota, FTA dapat meningkatkan alokasi sumber daya didalam kawasan dan meningkatkan pendapatan untuk negaranegara anggota. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Salvatore (1997) bahwa perdagangan bebas akan memaksimalkan output dunia dan keuntungan bagi setiap negara yang terlibat didalamnya. Bentuk kawasan perdagangan bebas yang telah ada diantaranya European Union (EU), the North America Free Trade Area (NAFTA), dan the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). EU terbentuk sebagai single market dengan 28 negara anggota dimana EU merupakan mitra dagang dunia yang utama. Dengan hanya 7 persen dari populasi dunia, perdagangan EU dengan dunia mencapai 20 persen dari ekspor dan impor global 1. EU telah melakukan 1 Sumber : diakses pada tanggal 10 Oktober 2013

16 2 kesepakatan dengan beberapa negara seperti Chile, Korea, Meksiko, dan Afrika Selatan dalam meningkatkan sektor perdagangannya. NAFTA merupakan salah satu kawasan yang paling komprehensif dalam sejarah dan membuat perdagangan baru di antara negara-negara anggota. Melalui penghilangan hambatan tarif dan non tarif secara progresif, arus perdagangan bilateral antara Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko menjadi meningkat. Salah satu sektor yang menjadi perhatian adalah sektor pertanian, dimana konsumen dan produsen lokal akan terkena dampak dari perjanjian perdagangan bebas tersebut (Susanto et al 2007). ASEAN merupakan organisasi yang dibentuk di kawasan Asia Tenggara pada tahun 1967 oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Kemudian, Brunei Darussalam (1984), Vietnam (1995), Laos dan Myanmar (1997), serta Kamboja (1999) ikut berpartisipasi menjadi negara anggota ASEAN. Tujuan didirikannya ASEAN yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, saling bekerjasama di bidang ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan bidang lainnya (ASEAN 2013). Seiring dengan perubahan pertumbuhan ekonomi di dalam perdagangan internasional, ASEAN membuat komitmen untuk melakukan integrasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan dengan membentuk ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun Tujuan dari AFTA adalah untuk meningkatkan daya saing ASEAN sebagai basis produksi untuk pasar dunia melalui liberalisasi perdagangan dan kerja sama ekonomi yang lebih dekat (Thangavelu, Chongvilaivan 2009). Liberalisasi perdagangan tersebut dilakukan dengan menghilangkan tarif dan non-tarif di dalam kawasan melalui skema Common Effective Preferential Tariff (CEPT) sebagai prinsip dasar dari AFTA (Sulaiman 2009). Pembentukan AFTA menuai pro dan kontra karena pada kenyataannya perdagangan intra-asean relatif rendah yang dapat dilihat dari total perdagangan ASEAN, kesamaan faktor endowment, dan adanya disparitas pendapatan. Dalam meningkatkan nilai perdagangan intra-asean tersebut, dan mempererat hubungan kerjasama ekonomi antar negara-negara anggota ASEAN, maka disepakati atau diarahkan untuk membentuk suatu komunitas ekonomi yang disebut dengan Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) pada tahun ASEAN menyepakati perwujudannya pada integrasi ekonomi kawasan yang implementasinya mengacu pada ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint, yang memuat empat pilar utama yaitu (1) ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas; (2) ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce; (3) ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara CMLV (Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam); dan (4) ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global (Departemen Perdagangan 2010a).

17 Dalam perkembangannya, hubungan kerjasama ASEAN tidak hanya dilakukan antar negara-negara anggota ASEAN, tetapi juga melibatkan negaranegara diluar ASEAN yang disebut dengan negara mitra dagang seperti Cina, Jepang, Korea Selatan, Australia dan New Zealand serta India. Bentuk kerjasama yang telah disepakati diantaranya ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA), ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), dan ASEAN- Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA) (Departemen Perdagangan 2010b). ASEAN-China FTA merupakan salah satu contoh kerjasama ekonomi regional yang mewujudkan hasil win-win. ACFTA memberikan banyak kontribusi pada China dan negara-negara anggota ASEAN (Yin 2004). ASEAN-Korea FTA merupakan bentuk kerjasama kedua dalam kerangka ASEAN Plus One setelah ACFTA. ASEAN dan Korea Selatan menandatangani the Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation pada tahun 2005 dan kemudian menandatangani empat perjanjian lainnya yang membentuk instrumen hukum dalam pembentukan ASEAN-Korea FTA (AKFTA), salah satunya perjanjian perdagangan barang ASEAN-Korea FTA yang berlaku mulai tahun 2007 dan telah diimplementasi secara penuh pada tahun Pendirian AKFTA menciptakan kesempatan bagi 670 juta warga ASEAN dan Korea dengan PDB gabungan sebesar USD 2.9 triliun untuk lebih liberal, memfasilitasi akses pasar dan rezim investasi antar anggota AKFTA 2. Tujuan dari pembentukan AKFTA adalah untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun non tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak AKFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan Korea (Kementerian Perdagangan 2013). Dalam mewujudkan tujuan dari pembentukan AKFTA, serangkaian tahapan telah dilakukan negara-negara anggota seperti Indonesia yang mengimplementasikan penggunaan Surat Keterangan Asal atau SKA form-ak dan penghapusan tarif bea masuk. Tahapan tersebut memberikan dampak positif dan negatif terhadap perkembangan ekonomi di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan PDB Riil Indonesia yang mengalami penurunan sebesar 0.3 persen dari tahun 2011 ke 2012 setelah mengalami kenaikan sebesar 0.3 persen dari tahun 2010 ke 2011 dengan perubahan inflasi dari 5.4 persen menjadi 4.3 persen serta penurunan pada neraca perdagangan sebesar 7.3 persen pada periode yang sama tahun 2011 ke 2012 (IMF 2013). 3 Perumusan Masalah Transaksi perdagangan antara ASEAN dengan negara mitra dagang merupakan implikasi dari kerjasama yang terjalin antara negara-negara tersebut yang diwujudkan pada persentase total perdagangan pada Gambar 1 sebagai bentuk kegiatan perdagangan barang kedua negara tersebut. Semakin besar volume transaksi perdagangan suatu negara, baik ekspor maupun impor, maka dapat dikatakan tingkat keterbukaan negara tersebut semakin tinggi. Terlihat bahwa persentase total perdagangan ekspor dan impor ASEAN yang terbesar di 2 Sumber : diakses pada tanggal 10 Oktober 2013

18 4 tahun 2013 adalah dengan Cina sebesar 14 persen, yang diikuti oleh Jepang sebesar 10 persen, Korea Selatan sebesar 5 persen, Australia dan India sebesar 3 persen, New Zealand sebesar 0.4 persen dan lainnya 65 persen. Australia 3% Cina 14% India 3% Jepang 10% Lainnya 65% Korea Selatan 5% New Zealand 0.4% Gambar 1 Persentase Total Perdagangan ASEAN dengan Negara Mitra Dagang (persen) Sumber : ASEANStats, 2013 Persentase yang ditampilkan pada Gambar 1 mewakili perkembangan perdagangan ASEAN dengan negara mitra dagang dimana Korea Selatan menjadi negara mitra dagang ketiga setelah Cina dan Jepang. Hampir setiap tahun perdagangan ASEAN dan Korea mengalami peningkatan dimana total perdagangannya mencapai US$ juta. Hal ini yang mendasari pemilihan ASEAN-Korea sebagai kawasan dalam penelitian ini. Transaksi perdagangan ASEAN-Korea terjalin cukup intens, dimana ASEAN merupakan mitra dagang terbesar kedua Korea Selatan setelah Cina dengan menyumbang 12 persen dari total perdagangan Korea (USD miliar) 3 dan Korea Selatan merupakan mitra dagang keenam ASEAN setelah intra- ASEAN, Cina, Jepang, EU-28, dan Amerika Serikat. Tahun 2012, total perdagangan ASEAN terhadap Korea Selatan sebesar US$ miliar, mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Sedangkan nilai ekspor dan impornya sebesar US$ 54.9 miliar dan US$ 76 miliar serta total perdagangannya menyumbangkan 5.3 persen di tahun 2012 (ASEANstats 2013). Dilihat dari sisi negara anggota ASEAN, Indonesia merupakan salah satu negara pelopor dibentuknya ASEAN dan negara berkembang yang sudah melakukan beberapa kerjasama dengan negara lain baik secara bilateral maupun regional/ multilateral. Total perdagangan Indonesia di ASEAN mencapai US$ miliar di tahun 2011 dan US$ miliar di tahun 2012 dengan perubahan dari tahun ke tahun sebesar 0.2 persen (ASEANstats 2013). Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan jumlah total perdagangan yang berdampak 3 Sumber : diakses tanggal 10 Oktober 2013

19 pada perekonomian di Indonesia, yaitu meningkatnya kinerja perdagangan ekspor dan impor. Sedangkan total perdagangan Indonesia dengan Korea Selatan sebesar US$ miliar di tahun 2011 dan US$ miliar di tahun Data tersebut mengindikasikan terjadinya penurunan volume perdagangan di kedua negara. Total perdagangan Indonesia yang meliputi ekspor dan impor dengan ASEAN dan Korea Selatan sebagaimana Gambar 2 menunjukkan bahwa perdagangan antara Indonesia dengan negara-negara anggota ASEAN dan Korea Selatan mengalami perubahan yang signifikan setelah ASEAN-Korea FTA diberlakukan pada tahun 2007 dan diimplementasikan secara penuh tahun Dapat dilihat bahwa perdagangan antara Indonesia dengan Singapura dan Korea Selatan mempunyai pola perdagangan yang sama yaitu sempat mengalami penurunan pada tahun 2009 dan Kemudian perdagangan antara Indonesia dengan Malaysia dan Thailand juga mempunyai pola perdagangan yang sama dan terus mengalami peningkatan pada nilai total perdagangan hingga 2012 walaupun sempat mengalami penurunan di tahun Sedangkan perdagangan antara Indonesia dengan Filipina dan Vietnam mengalami peningkatan hampir setiap tahunnya tetapi tidak signifikan. Dan perdagangan antara Indonesia dengan Brunei, Myanmar, Kamboja, dan Laos tidak terlalu mengalami perubahan pada nilai perdagangan yang cukup besar. 5 Total Perdagangan (US$ miliar) Tahun Malaysia Filipina Singapura Thailand Korea Selatan Brunei Darussalam Myanmar Kamboja Laos Vietnam Gambar 2 Total Perdagangan Indonesia dengan ASEAN dan Korea Selatan Tahun (US$ Miliar) Sumber: WITS, Berdasarkan data yang diperoleh dari Trademap (2013), komoditikomoditi ekspor utama Indonesia ke ASEAN dan Korea Selatan dapat dilihat pada 4 Sumber : diakses tanggal 12 Oktober Sumber: diakses pada 20 Oktober 2013

20 6 Tabel 1 dan komoditi-komoditi impor utama dari ASEAN dan Korea Selatan ke Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2. Ada dua jenis komoditi ekspor utama Indonesia ke ASEAN dan Korea Selatan yang sama yaitu bahan bakar mineral dengan nilai ekspor tertinggi yang masing-masing bernilai US$ juta dan US$ juta dan mesin/ peralatan listrik yang masing-masing bernilai US$ juta dan US$ 382 juta di tahun Untuk komoditi-komoditi impor utama dari ASEAN dan Korea Selatan yang masuk dalam pasar Indonesia dengan jenis yang sama diantaranya bahan bakar mineral, mesin-mesin/ pesawat mekanik, mesin/ peralatan listrik, plastik dan barang dari plastik, besi dan baja, serta bendabenda dari besi dan baja. Tabel 1 Komoditi-komoditi Ekspor Utama Indonesia ke ASEAN dan Korea Selatan Tahun (dalam Juta US$) ASEAN Korea Selatan Nama Tahun Nama Tahun Produk Produk Bahan bakar mineral Bahan bakar mineral Mesin/ Karet dan peralatan barang dari listrik karet Lemak & Mesin/ minyak hewan/ nabati Peralatan Listrik Mesinmesin/ Bijih, Kerak, pesawat dan logam abu mekanik Kendaraan dan bagiannya Bahan kimia organik Timah Bubur kayu/ pulp Tembaga Serat stafel buatan Kertas/ Kayu, barang Karton dari kayu Berbagai Besi dan baja produk kimia Benda-benda dari besi dan baja Ampas/ sisa industri makanan Lainnya Lainnya Total Total Sumber : Trademap, 2013 Tabel 1 menunjukkan bahwa total nilai komoditi ekspor utama Indonesia ke ASEAN dan Korea Selatan mengalami penurunan pada tahun 2011 ke 2012 dengan selisih US$ 809 juta dan US$ juta. Tabel 2 memperlihatkan total nilai komoditi impor utama dari ASEAN mengalami peningkatan pada tahun 2011

21 ke 2012 sebesar US$ juta sedangkan total nilai komoditi impor utama dari Korea Selatan mengalami penurunan dari tahun 2011 ke 2012 sebesar US$ juta. Tabel 2 Komoditi-komoditi Impor Utama Indonesia dari ASEAN dan Korea Selatan Tahun (dalam Juta US$) Nama Produk Bahan bakar mineral Mesin-mesin/ pesawat mekanik Mesin/ peralatan listrik Kendaraan dan bagiannya Plastik barang plastik dan dari ASEAN Korea Selatan Tahun Nama Tahun Produk Bahan bakar mineral Besi dan baja Mesinmesin/ Pesawat mekanik Mesin/ Peralatan Listrik Plastik dan barang dari plastik Bahan kimia organik Kain rajutan Besi dan baja Karet dan barang dari karet Gula dan Filamen kembang gula buatan Benda-benda dari besi dan baja Bahan kimia organik Kapal laut Benda-benda dari besi dan baja Lainnya Lainnya Total Total Sumber : Trademap, 2013 Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa terjadi perbedaan jumlah impor dari ASEAN dan Korea Selatan ke pasar Indonesia yang beredar dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan sektor perdagangan dan memicu terjadinya trade creation dan/ atau trade diversion antara Indonesia dengan negara-negara ASEAN-Korea sebagai dampak dari pembentukan integrasi ekonomi. Menurut Viner (1950), trade creation terjadi 7

22 8 ketika suatu negara mengurangi atau menghilangkan tarifnya pada impor dari negara-negara anggota FTA dan jumlah impor dari negara-negara tersebut meningkat. Peningkatan ini memberikan manfaat berupa kesejahteraan yang lebih baik di suatu negara. Trade diversion terjadi ketika pembentukan FTA mendorong suatu negara, yang biasanya memberikan biaya rendah kepada negara di dunia, untuk mengganti pemasoknya kepada negara-negara anggota yang kurang kompetitif (kurang efisien). Pengalihan ini akan menghasilkan penambahan biaya dan dapat mengurangi pendapatan suatu negara. Untuk mengantisipasi banyaknya produk impor yang masuk ke pasar Indonesia, pemerintah telah membuat suatu kebijakan yang berkenaan dengan tarif bea masuk dalam ASEAN-Korea FTA yang tertuang dalam peraturan menteri keuangan (PMK) No. 118/PMK.011/2012 tentang penetapan tarif bea masuk dalam rangka ASEAN-Korea Free Trade Area (FTA), peraturan menteri perdagangan (Permendag) No.59/M-DAG/PER/12/2010 tentang ketentuan penerbitan SKA (Surat Keterangan Asal) untuk barang ekspor Indonesia, dan UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Peraturan Menteri Keuangan telah disesuaikan dengan kesepakatan yang diperoleh saat AKFTA terbentuk. Untuk mengetahui dampak FTA terhadap arus impor Indonesia setelah diberlakukan kerja sama ASEAN-Korea maka perlu dilakukan suatu kajian atau penelitian yang mengidentifikasi dampak dimaksud. Pertanyaan utama dari penelitian ini adalah apakah akan terjadi trade creation dan/ atau trade diversion di sektor perdagangan antara Indonesia dan negara-negara ASEAN-Korea? Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis terjadinya trade creation dan/ atau trade diversion di sektor perdagangan antara Indonesia dan negara-negara ASEAN-Korea. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pembaca mengenai dampak integrasi regional ASEAN-Korea FTA berupa trade creation atau trade diversion di sektor perdagangan Indonesia sesudah FTA diberlakukan serta diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan kredibilitas dari kinerja pemerintah dalam membuat suatu kebijakan perdagangan internasional. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah literatur tentang informasi perdagangan internasional. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini yaitu arus impor perdagangan di Indonesia dengan delapan negara anggota ASEAN yaitu Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Brunei Darusalam, Kamboja, Vietnam, Laos, dan Korea Selatan serta empat negara asal impor utama Indonesia di tahun 2012 yaitu Cina, Jepang, Amerika Serikat, dan Australia, dengan menggunakan data tahunan dari tahun 1998 hingga Batasan penelitian melingkup arus impor yang berdasarkan jurnal acuan yang dipakai. Periode penelitian dimulai dari tahun 1998 selain

23 karena alasan ketersediaan data, dimaksudkan pula untuk melihat dampak integrasi regional sebelum kerja sama ASEAN-Korea diberlakukan. 9 2 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teori Liberalisasi Perdagangan Secara umum, liberalisasi mengacu pada penggantian kontrol administratif dengan mekanisme alokatif berbasiskan pasar dan mensyaratkan hambatan untuk perusahaan baru yang memasuki pasar harus diangkat. Selama segala sesuatu yang masuk terkontrol, harga dan output tidak akan mencerminkan harga barang dan jasa (Gerber 2002). Definisi lain mengenai liberalisasi perdagangan salah satunya dikemukakan oleh Shafaeddin (2005) dalam United Nation Conference on Trade and Development, bahwa liberalisasi perdagangan adalah setiap tindakan yang akan membuat rezim perdagangan yang lebih netral, lebih dekat dengan sistem perdagangan bebas dari intervensi pemerintah. Liberalisasi perdagangan telah menyebabkan perkembangan dan re-orientasi sektor industri sesuai dengan keunggulan komparatif statis, dengan pengecualian industri yang berada pada tingkat kedewasaan. Singkatnya, tidak ada keraguan bahwa liberalisasi perdagangan sangat penting ketika suatu industri mencapai tingkat kematangan tertentu, asalkan dilakukan secara selektif dan bertahap. Peran liberalisasi perdagangan dapat dilihat dari fungsinya yang memfasilitasi dan mempromosikan globalisasi sebagai proses substansi dari berkembangnya teknologi dan ekonomi yang melihat pada keterbukaan dan keintegrasian di seluruh dunia ke dalam satu sistem ekonomi. Semenjak seluruh negara memerlukan perdagangan eksternal, dan negara-negara di Asia yang biasanya tergantung pada pertumbuhan export-led, hubungan perdagangan internasional dan negosiasi menyediakan tempat yang cocok untuk membawa tekanan yang dihadapi pemerintah dalam membuka perekonomiannya (Keet 1999). Free Trade Area (FTA) dan Integrasi Ekonomi Regional World Trade Organization (WTO) merupakan tempat bagi anggota pemerintah untuk menegosiasikan masalah hambatan perdagangan yang dialaminya dengan negara mitra dagang. WTO dibentuk pada tahun 1995 sebagai reformasi terbesar dalam perdagangan internasional setelah Perang Dunia ke-2. WTO juga merupakan bentuk terbaru sebagai upaya dalam mengatasi gagalnya pembentukan organisasi perdagangan internasional pada tahun 1948 menggantikan the General Agrement on Tariffs and Trade (GATT). GATT mempunyai aturan untuk sebagian besar perdagangan dunia dan mempengaruhi tingkat pertumbuhan dalam perdagangan internasional. Beberapa putaran GATT telah dilalui dan berhasil menyepakati beberapa aturan perdagangan dan meliberalisasikan perdagangan. Seiring waktu, putaran GATT

24 10 memfokuskan diri pada pengurangan tarif. Melalui putaran Tokyo ( ), GATT berhasil menurunkan tarif secara progresif termasuk pemotongan bea cukai sebesar sepertiga-nya di sembilan pasar utama di dunia industri sehingga tarif rata-rata pada produk industri turun menjadi 4.7 persen. Akan tetapi untuk beberapa sektor lainnya, GATT tidak berhasil mengatasi masalah tersebut, sehingga anggota GATT terdorong untuk melakukan putaran lain yang disebut dengan putaran uruguay. Putaran uruguay terjadi mulai tahun 1986 untuk mengatasi masalah yang dihadapi saat putaran Tokyo, yaitu mencakup berbagai masalah yang berkenaan dengan kebijakan perdagangan. Pembicaraan dalam putaran uruguay meluas hingga ke sistem perdagangan yang dibagi ke dalam beberapa area terutama perdagangan jasa dan properti intelektual, dan mereformasi perdagangan di sektor-sektor sensitif seperti pertanian dan tekstil. Beberapa tahun kemudian, masalah tersebut tidak dapat pula diselesaikan hingga akhirnya WTO menggantikan GATT sebagai organisasi internasional dalam menyelesaikan hambatan perdagangan dan GATT menjadi payung perjanjian WTO untuk perdagangan barang. Cakupan yang menjadi lingkup WTO meliputi perdagangan barang, perdagangan jasa, properti intelektual dan sektor lainnya dengan prinsip dasar perdagangan tanpa diskriminasi, seperti Most Favoured Nation (MFN) dan National Treatment. Ketidakberhasilan yang terjadi saat putaran Uruguay memicu negaranegara anggota untuk melakukan negosiasi secara regional maupun bilateral dengan tetap menggunakan aturan WTO sebagai payung perjanjian tersebut. Adapun aturan WTO yang dijadikan payung dalam membentuk kawasan perdagangan bebas (FTA) tercantum dalam pasal XXIV GATT 1994 yang menjelaskan tentang hubungan antara WTO dan FTA. Ketentuan yang ada dalam pasal XXIV dirancang untuk memungkinkan pembentukan FTA dan menjaga agar diskriminasi yang ada tidak merusak atau mempengaruhi sistem perdagangan multilateral (Matsushita 2010). Negosiasi yang dilakukan negara-negara anggota WTO tersebut menyebabkan banyak terjadi kerja sama regional yang tercatat di WTO. Per 31 Juli 2013, ada 575 FTA yang telah dibentuk dengan rincian 379 FTA telah diberlakukan dan sisanya masih dalam negosiasi. Hal ini menyebabkan penyebaran kerja sama ekonomi regional semakin cepat. Beberapa bentuk kerja sama ekonomi regional yang telah terbentuk antara lain European Union (EU), North American Free Trade Area (NAFTA), dan the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Keberadaan kerja sama regional memberikan pengaruh terhadap negara anggota di dalamnya yaitu dalam menjaga persaingan secara global. FTA adalah salah satu bentuk respon dari kehadiran globalisasi, kegagalan sistem perdagangan multilateral dan liberalisasi yang berimplikasi pada pengurangan dan penghapusan berbagai hambatan perdagangan baik hambatan tarif maupun hambatan non tarif. Dengan kata lain, internal tariff antara negara anggota menjadi 0 persen, sedangkan masing-masing negara memiliki external tariff yang berbeda. Contohnya AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang diawali dengan CEPT (Common Effective Preferential Tariff) yang mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 1993 serta ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) yang telah diberlakukan 1 Januari 2010.

25 Pembentukan FTA merupakan upaya beberapa negara dalam melakukan integrasi ekonomi di dunia perdagangan internasional. Menurut Salvatore (1997), integrasi ekonomi adalah suatu kebijakan komersial yang secara diskriminatif mengurangi atau bahkan menghapus hambatan-hambatan perdagangan hanya kepada para negara anggota kesepakatan. Kesepakatan penurunan atau penghapusan hambatan perdagangan hanya akan berlaku bagi negara-negara yang saling sepakat dan tidak berlaku atau diterapkan bagi negara-negara di luar itu. Secara grafis kegiatan perdagangan internasional yang telah melakukan penurunan tarif sebagai konsekuensi dari pembentukan FTA dapat dijelaskan melalui Gambar 3. Harga (P) P w+t P a P w S a Harga (P) P w+t P w-t P w XS Harga (P) P w P b P w+t S b 11 D a IM D b Q a Q a Q b Q b Output (Q) Output (Q) Q c Q c Q d Q d Output (Q) Indonesia Pasar Internasional ASEAN-Korea Gambar 3 Proses Terjadinya Perdagangan Internasional dengan Penurunan Tarif Sumber : Salvatore, 1997 Keterangan: P w : Harga dunia P w+t : Harga barang impor yang telah terkena tarif Q a -Q b : Jumlah barang impor yang telah terkena tarif di Indonesia Q a -Q b : Jumlah barang impor yang telah terkena penurunan tarif di Indonesia P a : Harga barang impor di Indonesia yang telah terkena penurunan tarif P b : Harga barang di ASEAN-Korea yang telah terkena penurunan tarif P w-t : Harga barang di pasar Internasional yang telah terkena penurunan tarif Q c -Q d : Jumlah barang ekspor yang telah terkena tarif di ASEAN-Korea Q c -Q d : Jumlah barang ekspor yang telah terkena penurunan tarif di Indonesia Gambar 3 menjelaskan bahwa harga dunia yang berlaku baik di pasar Indonesia, pasar internasional maupun pasar ASEAN-Korea adalah sebesar P w. Ketika barang-barang yang berasal dari ASEAN-Korea ingin masuk ke pasar Indonesia, pemerintah Indonesia akan memberlakukan harga impor yang sudah dikenakan tarif sebesar P w+t dan jumlah barang-barang impor tersebut sebesar Q a - Q b, serta jumlah barang-barang ekspor di ASEAN-Korea yang terkena tarif sebesar Q c -Q d. Untuk mengantisipasi diberlakukannya tarif pada barang-barang impor, kedua negara sepakat untuk membentuk suatu kawasan perdagangan bebas

26 12 (FTA). Setelah FTA terbentuk, negara-negara anggota memberlakukan penurunan tarif sesuai kesepakatan terhadap barang-barang impor yang masuk ke negaranegaranya. Hal ini juga dilakukan Indonesia terhadap barang-barang impor yang beredar d pasar Indonesia. Jika tarif diturunkan oleh pemerintah Indonesia, maka hal ini akan berdampak pada jumlah barang-barang impor yang akan meningkat sebesar Q a -Q b dan harga akan berubah dari P w+t menjadi P a. Kemudian, barangbarang ekspor di ASEAN-Korea juga akan meningkat sebesar Q c -Q d dan harga barang-barang tersebut berubah dari P w+t menjadi P b. Teori Trade Creation dan Trade Diversion Pembentukan FTA dilakukan guna mengurangi hambatan perdagangan berupa pengurangan atau penghilangan tarif dan non-tarif. Upaya ini akan meningkatkan nilai perdagangan suatu negara dengan melihat sumber dari peningkatan perdagangan tersebut. Adapun dampak dari pembetukan FTA dapat berupa trade creation dan/ atau trade diversion yang dialami oleh negara-negara anggota. Menurut Viner (1950), trade creation terjadi ketika penurunan tarif impor dilakukan oleh negara mitra untuk menggantikan biaya produksi domestik yang tinggi, hal ini berdampak pada peningkatan kesejahteraan. Di lain hal, trade diversion terjadi ketika penghilangan tarif menyebabkan perdagangan dialihkan dari negara ketiga ke negara mitra walaupun negara ketiga akan menjadi sumber biaya impor yang rendah dengan ketentuan mendapatkan perlakuan yang sama. Dalam penelitian yang dilakukan Jin et al (2006), pembentukan FTA akan meningkatkan perdagangan barang dan jasa antar negara anggota dan meningkatkan kesempatan kerja di negara-negara tersebut. FTA memberikan dampak postif untuk negara-negara anggota termasuk trade creation yang didefinisikan sebagai peningkatan volume perdagangan di antara negara-negara anggota yang dihasilkan dari pengurangan atau penghapusan hambatan perdagangan dan dianggap mempunyai manfaat bagi negara-negara anggota dan mungkin juga bagi kesejahteraan dunia. Selain itu, FTA juga menyebabkan trade diversion dimana negara-negara anggota melakukan pergeseran sumber impor dari negara-negara non-anggota ke negara-negara anggota. Trade diversion bermanfaat bagi negara-negara anggota tapi memberikan dampak buruk bagi negara-negara non-anggota. Penggambaran mengenai terjadinya trade creation dan trade diversion dapat dilihat melalui Gambar 4 yang menjelaskan tentang keadaan perdagangan Indonesia dengan negara-negara ASEAN-Korea dan empat negara pengimpor utama Indonesia dengan mengadopsi penelitian yang dilakukan oleh Clausing (2001). Gambar 4 menunjukkan analisis perdagangan barang di Indonesia yang dilindungi oleh kebijakan tarif. Impor di pasar Indonesia sebesar AB, sebagai perbedaan antara permintaan domestik dan penawaran domestik pada harga tariffinclusive. Dalam penelitian ini, S ASEAN-Korea adalah kurva penawaran ASEAN-Korea yang disepakati dalam kerja sama ASEAN-Korea. Pemasok ASEAN-Korea bersifat tidak kompetitif sebelum dilakukannya liberalisasi perdagangan. Ketika tarif dihilangkan pada produk-produk ASEAN-Korea, maka impor dari ASEAN-Korea akan menggantikan produk-produk yang berasal dari rest of the world (empat pengimpor utama Indonesia). Semenjak harga duty-free ASEAN-Korea lebih rendah dari harga tariff-inclusive dunia, maka permintaan

27 jadi meningkat dan produksi domestik Indonesia menurun. Impor dari ASEAN- Korea menjadi meningkat, yang ditunjukkan dari jumlah CD. Permintaan konsumen domestik meningkat pada area FGHI, produsen domestik kehilangan area F, dan pendapatan tarif menurun pada area HL, dan secara keseluruhan dampak kesejahteraan menjadi berubah. Trade creation mengarah kepada keuntungan dari jumlah GI, tetapi trade diversion menyebabkan hilangnya area L, yaitu impor ASEAN-Korea menggantikan biaya impor rest of the world (empat negara pengimpor utama Indonesia) yang rendah. Harga (P) 13 S, Indonesia Pre-AKFTA P Post-AKFTA P Free Trade P F J C K G A H L B I M D S ROW with tarif S ASEAN-Korea (no tarif) S ROW D, Indonesia Output (Q) Gambar 4 Trade Creation dan Trade Diversion Sumber : Clausing, 2001 Dalam prakteknya, jika ASEAN-Korea sudah menjadi produsen dengan biaya rendah sebelum FTA, tade creation akan menghasilkan keuntungan kesejahteraan sesuai dengan area GIKM, tanpa terjadi trade diversion. Jika pasokan ASEAN-Korea tidak kompetitif sebelum dilakukan penurunan tarif, dan jumlahnya kurang dari pasokan tariff inclusive rest of the world (empat pengimpor utama Indonesia) setelah FTA, hanya trade diversion yang akan terjadi, dengan kerugian pendapatan tarif sebesar HL dan tidak ada keuntungan yang didapat. Teori Perdagangan Internasional Suatu kegiatan perdagangan internasional terjadi ditandai dengan adanya kegiatan ekspor dan impor atau pertukaran komoditi antar dua negara atau lebih. Kegiatan ini dapat terjadi karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran serta adanya perbedaan tingkat harga antar negara-negara tersebut. Teori - teori yang mendasari terjadinya perdagangan internasional diantaranya teori yang diperkenalkan oleh Adam Smith pada awal abad ke-19 melalui teori keunggulan absolut (absolute comparative). Teori ini menyatakan bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi dan ekspor terhadap suatu jenis barang tertentu dimana negara tersebut memiliki keunggulan absolut dan tidak

28 14 memproduksi atau melakukan impor terhadap jenis barang lain dimana negara tersebut tidak mempunyai keunggulan mutlak (absolute disadvantage) terhadap negara lain yang memproduksi barang sejenis. Atau, suatu negara akan ekspor (impor) suatu jenis barang jika negara tersebut dapat (tidak dapat) membuatnya dengan biaya produksi lebih efisien atau dengan harga jual lebih murah dibandingkan negara lain. Jadi teori ini lebih menekankan kepada efisiensi dalam penggunaan input atau faktor produksi, misalnya tenaga kerja, di dalam proses produksi yang menekankan pada keunggulan atau tingkat daya saing dari produk yang dihasilkan di dalam perdagangan internasional. Teori lain yang juga mendasari terjadinya proses perdagangan internasional adalah teori yang dikemukakan oleh David Ricardo melalui teori klasik keunggulan komparatif (comparative advantage). Menurut Hady (2000), teori ini menjelaskan bahwa perdagangan internasional antara dua negara tetap dapat terjadi, walaupun hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut, asalkan masing-masing negara memiliki perbedaan dalam labor efficiency (cost comparative advantage) dan atau labor productivity (production comparative advantage). Akibatnya, terjadilah perbedaan harga barang yang sejenis di antara dua negara. Menurut teori cost comparative advantage, suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut dapat berproduksi lebih efisien serta mengimpor barang di mana negara tersebut berproduksi relatif kurang atau tidak efisien. Kemudian, berdasarkan analisis production comparative advantage dapat dikatakan bahwa suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut berproduksi lebih produktif serta mengimpor barang di mana negara tersebut berproduksi relatif kurang atau tidak efisien. Dengan kata lain, cost comparative menekankan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara memproduksi suatu barang yang membutuhkan sedikit jumlah jam tenaga kerja dibandingkan negara lain sehingga terjadi efisiensi produksi. Sedangkan production comparative menekankan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika seorang tenaga kerja di suatu negara dapat memproduksi lebih banyak suatu barang atau jasa dibandingkan negara lain sehingga tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak. Dengan demikian keuntungan perdagangan diperoleh jika negara melakukan spesialisasi pada barang yang memiliki cost comparative advantage dan production comparative advantage atau dengan mengekspor barang yang keunggulan komparatifnya tinggi dan mengimpor barang yang keunggulan komparatifnya rendah. Teori Heckscher-Ohlin dengan The Proportional Factors Theory juga menjadi dasar dalam menjelaskan terjadinya proses perdagangan internasional. Menurut teori ini, perbedaan opportunity cost suatu produk antara satu negara dengan negara lain dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) masing-masing negara. Perbedaan opportunity cost tersebut dapat menimbulkan terjadinya perdagangan internasional. Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak/murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu

29 jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka/mahal dalam memproduksinya (Salvatore 1997). Kebijakan Perdagangan Internasional Menurut Hady (2000), kebijakan perdagangan internasional diartikan sebagai tindakan dan peraturan yang dijalankan suatu negara, baik secara langsung dan tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah perdagangan internasional dari/ ke negara tersebut. Adapun kebijakan perdagangan internasional diantaranya: 1. Kebijakan ekspor Kebijakan perdagangan internasional di bidang ekspor dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan, yaitu: 1) Kebijakan ekspor dalam negeri, berupa kebijakan perpajakan, fasilitas kredit perbankan yang murah, pemberian subsidi ekspor, dan sebagainya. 2) Kebijakan ekspor luar negeri, berupa pembentukan International Trade Promotion Center (ITPC), pemanfaatan General System of Preferency (GSP), menjadi anggota Commodity Association of Producer seperti OPEC, dan sebagainya. 2. Kebijakan Impor Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan, yaitu: 1) Kebijakan tariff barrier, berupa pembebasan bea masuk/ tarif rendah antara 0% - 5% untuk bahan kebutuhan pokok vital seperti beras, mesinmesin vital; tarif sedang antara > 5% - 20% untuk barang setengah jadi dan barang belum cukup diproduksi di dalam negeri; tarif tinggi diatas 20% untuk barang-barang mewah. 2) Kebijakan non tariff barrier, berupa pembatasan spesifik seperti larangan impor secara mutlak, pembatasan impor atau quota system; peraturan bea cukai; government participation; import charges. 15 Tinjauan Empiris Menurut penelitian yang dilakukan Agbodji (2008), bentuk evaluasi terhadap trade creation dan trade diversion dapat dilakukan dengan menganalisis dampak individual economic dan monetary union pada intra-uemoa (Economic and Monetary Union of West Africa). Ditunjukkan bahwa anggota dari common monetary area dan implementasi economic reform mempunyai dampak signifikan pada trade diversion di ekspor dan impor, dan tidak terjadi trade creation dengan menggunakan gravity model. Penelitian lain yang juga menganalisis dampak dari FTA dilakukan oleh Jin et al (2006) yaitu pada China, Japan, South Korea FTA, dimana efek tersebut berdampak besar dalam menciptakan trade diversion antar negara anggota. Berdasarkan sumber endowment yang dimiliki masing-masing negara, dapat meningkatkan volume perdagangan melalui inter-industry trade berdasarkan prinsip comparative advantage dan analisisnya menggunakan model GTAP. Penelitian yang dilakukan IMF (2004) dengan judul Impact of the Barcelona Process on Trade of Morocco, menunjukkan bahwa adanya penciptaan perdagangan (trade creation) yang terjadi antara Morocco dengan EU

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu

Lebih terperinci

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perdagangan internasional penting dalam ekonomi terutama sebagai sumber devisa negara. Keberhasilan suatu negara dalam perdagangan internasional salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

TRADE CREATION DAN TRADE DIVERSION ANTARA INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN-KOREA. Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB

TRADE CREATION DAN TRADE DIVERSION ANTARA INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN-KOREA. Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB TRADE CREATION DAN TRADE DIVERSION ANTARA INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN-KOREA Tresna Ritaningsih 1, Dedi Budiman Hakim 2, Sahara 2 1 Staf pada Kementerian Perdagangan dan Mahasiswa pada Program Studi

Lebih terperinci

Adapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang :

Adapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang : BAB 5 PENUTUP Berkembangnya regionalisme yang dipicu dari terbentuknya pasar Uni Eropa (UE) yang merupakan salah satu contoh integrasi ekonomi regional yang paling sukses, telah menarik negara-negara lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun negara yang tidak

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H14102043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat Kementerian Perdagangan 5 Agustus 2014 1 Neraca perdagangan non migas bulan Juni 2014 masih surplus Neraca perdagangan Juni 2014 mengalami defisit USD 305,1 juta, dipicu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A.

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A. Pertemuan 5 Dinamika Organisasi Internasional Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A. STTKD Yogyakarta Jl.Parangtritis Km.4,5 Yogyakarta, http://www.sttkd.ac.id info@sttkd.ac.id, sttkdyogyakarta@yahoo.com

Lebih terperinci

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3 KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Bab 3 1. Pengertian Kerjasama Ekonomi Internasional Hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan

Lebih terperinci

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin maju ini ada banyak isu-isu yang berkembang. Bukan hanya isu mengenai hard power yang menjadi perhatian dunia, tetapi isu soft

Lebih terperinci

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN PADA HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN TIGA NEGARA (CHINA, INDIA, DAN AUSTRALIA) TERHADAP KINERJA EKSPOR-IMPOR, OUTPUT NASIONAL DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA: ANALISIS

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER No. 67/12/61/Th. XIX, 1 Desember A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR OKTOBER MENCAPAI US$84,85 JUTA Nilai ekspor Kalimantan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah tumbuh dengan pesat dan memainkan peranan penting dan strategis dalam perekonomian global. Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Regional Trade Agreements (RTA) didefinisikan sebagai kerjasama perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup free trade agreements (FTA),

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI No. 50/09/61/Th. XIX, 1 September A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI MENCAPAI US$29,00 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT NOVEMBER No. 02/01/61/Th. XX, 3 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN BARAT EKSPOR NOVEMBER MENCAPAI US$72,12 JUTA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MEI 2013

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MEI 2013 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 35/07/61/Th. XVI, 1 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI MENCAPAI US$105,49 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

perdagangan, industri, pertania

perdagangan, industri, pertania 6. Organisasi Perdagangan Internasional Untuk mempelajari materi mengenai organisasi perdagangan internasional bisa dilihat pada link video berikut: https://bit.ly/2i9gt35. a. ASEAN (Association of South

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya 58 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Perdagangan bebas yang menjadi landasan teori perdagangan internasional dicetuskan pertama kali oleh Smith (1776) dalam

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JANUARI 2017 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JANUARI 2017 No. 14/03/61/Th. XX, 1 Maret 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN BARAT EKSPOR JANUARI 2017 MENCAPAI US$87,48

Lebih terperinci

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL INDONESIA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (SERI 1) 24 JULI 2003 PROF. DAVID K. LINNAN UNIVERSITY OF

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 2011

RINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 2011 RINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 20 DIREKTORAT PERDAGANGAN, INVESTASI DAN KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL 20 Perkembangan Ekspor Nilai ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran Adam Smith

BAB I PENDAHULUAN. Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran Adam Smith BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran Adam Smith yang mengusung perdagangan bebas dan intervensi pemerintah yang seminimal mungkin. Kemudian paham

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT APRIL 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT APRIL 2017 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT APRIL No. 31/06/61/Th. XX, 2 Juni A. PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN BARAT EKSPOR APRIL MENCAPAI US$99,57 JUTA Nilai ekspor Kalimantan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2013

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2013 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 41/08/61/Th. XV, 1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI MENCAPAI US$107,70 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER No. 68/12/61/Th. XVIII, 1 Desember A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR OKTOBER MENCAPAI US$44,55 JUTA Nilai ekspor Kalimantan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI No. 52/09/61/Th. XVIII, 1 September A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI MENCAPAI US$45,65 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Integrasi ekonomi, Sesuai dengan tujuan pembentukannya, yaitu untuk menurunkan hambatan perdagangan dan berbagai macam hambatan lainnya diantara satu negara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS?

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS? SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS? Oleh: Ahmad Syariful Jamil, S.E., M.Si Calon Widyaiswara Ahli Pertama Belum selesai proses penarikan diri Inggris dari keanggotaan Uni Eropa,

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER No. 59/11/61/Th. XIX, 1 November A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$77,48 JUTA Nilai ekspor Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2017 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI No. 41/08/61/Th. XX, 1 Agustus A. PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN BARAT EKSPOR JUNI MENCAPAI US$43,22 JUTA Nilai ekspor

Lebih terperinci

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M Kementerian Perdagangan 17 Oktober 2015 1 Neraca perdagangan Oktober 2015 kembali surplus Neraca

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI 2013

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI 2013 da BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 49/09/61/Th. XVI, 2 September PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI MENCAPAI US$140,76 JUTA Nilai ekspor Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan teknis perdagangan (technical barriers to trade) dengan mengurangi atau menghilangkan tindakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN NILAI TUKAR ASIAN CURRENCY UNIT (ACU) DI KAWASAN ASEAN+3 BAYU DARUSSALAM H TESIS

ANALISIS PENERAPAN NILAI TUKAR ASIAN CURRENCY UNIT (ACU) DI KAWASAN ASEAN+3 BAYU DARUSSALAM H TESIS ANALISIS PENERAPAN NILAI TUKAR ASIAN CURRENCY UNIT (ACU) DI KAWASAN ASEAN+3 BAYU DARUSSALAM H151054164 TESIS PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L PERDAGANGAN INTERNASIONAL PIEw13 1 KEY QUESTIONS 1. Barang-barang apakah yang hendak dijual dan hendak dibeli oleh suatu negara dalam perdagangan internasional? 2. Atas dasar apakah barang-barang tersebut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan berbagai rumusan masalah yang terdapat pada Bab 1 dan memberikan saran bagi berbagai

Lebih terperinci

Kerja sama ekonomi internasional

Kerja sama ekonomi internasional Meet -12 1 hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatankesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan. Tujuan umum kerja

Lebih terperinci

SILABUS. : Perdagangan Pertanian Nomor Kode/SKS : ESL 314 / 3(3-0)2

SILABUS. : Perdagangan Pertanian Nomor Kode/SKS : ESL 314 / 3(3-0)2 SILABUS Matakuliah : Pertanian Nomor Kode/SKS : ESL 314 / 3(3-0)2 Semester : 6 (enam) Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini membahas konsep, teori, kebijakan dan kajian empiris perdagangan pertanian dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI No. 42/08/61/Th. XIX, 1 Agustus A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI MENCAPAI US$43,76 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Kutznets dalam Todaro dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI 2017 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI No. 48/09/61/Th. XX, 4 September A. PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN BARAT EKSPOR JULI MENCAPAI US$50,13 JUTA Nilai ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008 BADAN PUSAT STATISTIK No. 22/05/Th. XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET A. Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 11,90 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 12,96

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT AGUSTUS No. 55/10/61/Th. XIX, 3 Oktober A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR AGUSTUS MENCAPAI US$65,60 JUTA Nilai ekspor Kalimantan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT FEBRUARI No. 18/04/61/Th. XX, 3 April A. PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN BARAT EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$79,38 JUTA Nilai ekspor

Lebih terperinci

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Rikky Herdiyansyah SP., MSc Pengertian Kebijakan Ek. Internasional Tindakan/ kebijakan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional. ABSTRAK Indonesia telah menjalankan kesepakan WTO lewat implementasi kebijakan pertanian dalam negeri. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam deregulasi (penyesuaian kebijakan) yang diterbitkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER No. 60/11/61/Th. XVIII, 2 November A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$45,13 JUTA Nilai ekspor Kalimantan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2005

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2005 No. 53 / VIII/ 1 Nopember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan mencapai US$ 7,38 milyar, lebih tinggi 4,94 persen dibanding ekspor bulan Agustus sebesar

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN OKTOBER 2012 MENCAPAI 1.052,95 JUTA DOLLAR AMERIKA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN OKTOBER 2012 MENCAPAI 1.052,95 JUTA DOLLAR AMERIKA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 53/12/31/Th. XIV, 3 Desember 2012 EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN OKTOBER 2012 MENCAPAI 1.052,95 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor non migas

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Proses tukar menukar atau jual beli barang atau jasa antar satu negara dengan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan bersama dengan tujuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2015 KEMENDAG. Sertifikasi Mandiri. Proyek Percontohan. Sistem. Ketentuan. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2015 KEMENDAG. Sertifikasi Mandiri. Proyek Percontohan. Sistem. Ketentuan. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2015 KEMENDAG. Sertifikasi Mandiri. Proyek Percontohan. Sistem. Ketentuan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/M-DAG/PER/3/2015

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI No. 43/08/61/Th. XVIII, 3 Agustus A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MENCAPAI US$53,35 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor Bisnis Internasional #2 Nofie Iman Merkantilisme Berkembang di Eropa abad ke-16 hingga 18 Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Perkembangan Integrasi Ekonomi di Kawasan ASEAN. Sumber: Lim (2014) GAMBAR 4.1. Negara-negara di Kawasan ASEAN Secara astronomis Asia Tenggara terletak di antara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/11/Th.XIV, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$17,82 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$17,82

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 34/08/31/Th. XVII, 3 Agustus EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JUNI MENCAPAI 1.119,04 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional. By: Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional. By: Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional By: Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI Tindakan/ kebijakan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 16/04/31/Th. XIX, 3 April NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI NAIK 9,70 PERSEN DIBANDINGKAN BULAN SEBELUMNYA Nilai ekspor melalui DKI

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 02/01/31/Th.XVI, 2 Januari 2014 NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN NOVEMBER 2013 MENCAPAI 921,44 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor non migas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT NOVEMBER No. 02/01/61/Th. XIX, 4 Januari 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER MENCAPAI US$25,38 JUTA Nilai ekspor Kalimantan

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 06/02/31/Th. XVI, 3 Februari 2014 NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN DESEMBER 2013 MENCAPAI 953,15 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor non migas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Th.XIX, 04 Januari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR US$607,63 JUTA.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER 2010

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER 2010 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER No. 56/12/61/Th. XIII, 1 Desember Ekspor Kalimantan Barat pada bulan ober mengalami peningkatan sebesar 65,94 persen

Lebih terperinci