Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004"

Transkripsi

1 DIFUSI INOVASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN SECARA BERKESINAMBUNGAN PADA DOMBA MELALUI PENDEKATAN PARTISIPATIF DI DESA TEGALSARI, PURWAKARTA DAN DESA PASIRIPIS, MAJALENGKA (Diffusion of Innovative Technology of Sustainable Parasite Control in Sheep through Participatory Approach in Tegalsari Village, Purwakarta District and Pasiripis Village, Majalengka District) A. HANAFIAH 1 dan DWI YULISTIANI 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat 2 Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor ABSTRACT Gastrointestinal parasites infection is one of disease that hindered sheep productivity especially in grazing management system. The most effective method to overcome this problems is through empowering sheep farmers by improving their knowledge on some aspects of productivity and health, aiming to improve sheep productivity and reduce worm infection. The study was conducted to obtain the information of the difussion of innovative technology of sustainable parasites control in sheep through participatory approach. Study was carried out in Tegalsari village, Purwakarta District and Pasiripis village of Majalengka District. Innovative technology introduced based on the problem present and based on farmer s need on both villages. To know how far the technology introduced to farmer cooperators was dessiminated to non cooperator farmers at the end the research, survey was conducted by interviewing non cooperator farmers. Number of respondents interviewed were 14 and 17 farmers, respectively for Tegalsari village, Purwakarta District and Pasiripis village of Majalengka District. Interviewed was conducted using questionaire. Data were analized using descriptive method. Results of the study showed that all the respondens adopted innovation on chemical deworming and tree legume supplementation. The reason that farmers selected the technology was the result of applying technology. Totally non cooperator farmers who already applied the technology packaged introduced to control parasites infection in sheep were 24 farmers in Tegalsari village and 30 farmers in Pasiripis village. Key words: Sheep, gastrointestinal parasite, control, technology, diffusion ABSTRAK Penyakit infeksi cacing pada saluran pencernaan pada domba merupakan salah satu penyakit yang menghambat produksi ternak domba terutama pada sistem pemeliharaan secara digembalakan. Cara yang lebih efektif untuk mengatasi masalah penyakit ini adalah melalui pemberdayaan dengan membekali pengetahuan peternak mengenai beberapa aspek produksi dan kesehatan ternak dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi infeksi cacing. Penelitian dilakukan untuk mengetahui difusi inovasi teknologi pengendalian secara berkesnambungan penyakit infeksi cacing saluran pencernaan pada domba melalui pendekatan partisipatif di Desa Tegalsari, Kabupaten Purwakarta dan Desa Pasiripis, Majalengka. Inovasi teknologi yang diintroduksi berdasarkan problem yang ada dan dirasakan oleh peternak di kedua desa tersebut. Survai dilakukan menggunakan metode wawancara dengan peternak non kooperator masing-masing 14 orang di Desa Tegalsari dan 17 orang di Desa Pasiripis. Responden diambil secara acak sederhana dengan berpedoman pada nama-nama peternak yang sudah pernah berhubungan dengan peternak kooperator. Data yang terkumpul diolah secara deskriptif. Dari hasil wawancara didapat hasil bahwa semua responden (100%) telah mengadopsi pengobatan cacing pada domba dan suplementasi pakan dengan hijauan legum. Dasar pertimbangan responden mengaplikasikan tersebut adalah hasil yang didapat dengan menggunakan teknologi tersebut paling meyakinkan dan mudah diaplikasikan, dapat diketahui manfaatnya dalam waktu yang relatif singkat. Secara keseluruhan berdasarkan informasi dari peternak (kooperator dan 360

2 non kooperator) di Desa Tegalsari telah ada 24 orang dan di Desa Pasiripis sudah ada 30 orang peternak non kooperator yang sudah mengadopsi inovasi teknologi pengendalian penyakit cacing saluran pencernaan pada domba. Kata kunci: Domba, penyakit cacing, pengendalian, teknologi, difusi PENDAHULUAN Domba adalah ternak yang banyak diusahakan oleh masyarakat pedesaan Indonesia secara tradisional dan mampu beradaptasi dengan kondisi agroekosistem yang ada. Daerah dengan agroekosistem yang dikelola secara intensif, petani biasanya memelihara ternak domba dengan cara diberi pakan di kandang (cut and carry). Sedangkan di daearah dengan pengelolaan agroekosistem yang ekstensif, pinggiran hutan, daerah perkebunan kebanyakan petani memelihara ternak dengan cara digembalakan dan dikandangkan pada malam hari. Ternak ini mempunyai fungsi sebagai tabungan, penghasil daging, dan penghasil pupuk kandang. Penyakit cacing khususnya cacing gastrointestinal nematoda merupakan salah satu penyakit yang menghambat produktivitas ternak. Penyakit ini menyebabkan penurunan bobot badan sebesar 38% dan kematian sampai 17%pada ternak yang di pelihara di daerah Jawa Barat (BERIAJAYA dan STEVENSON, 1986 dalam BERIAJAYA dan SUHARDONO, 1998). Sedangkan menurut HANDAYANI dan GATENBY (1988) dalam BERIAJAYA dan SUHARDONO (1998), pada daerah dimana ternak digembalakan di bawah pohon karet angka kematian ternak domba karena infeksi cacing dapat mencapai 28%. Upaya penanggulangan penyakit parasit cacing gastrointestinal nematoda pada ternak ruminansia kecil, sebaiknya dilakukan secara terpadu antara manajemen, nutrisi dan obat cacing (BERIAJAYA dan SUHARDONO, 1998). Disamping itu penanggulangan ini perlu ditangani dengan cara memberdayakan peternak melalui peningkatan pengetahuan peternak yang berhubungan dengan produksi ternak dan penyakit. Segala upaya ini akan dapat memberikan hasil terbaik apabila dilakukan melalui partisipasi aktif peternak. Dalam rangka menanggulangi infeksi parasit cacing gastrointestinal pada ruminansia kecil secara berkelanjutan melalui pendekatan partisipatif telah dilakukan penelitian kerjasama antara Puslitbang Peternakan dengan ILRI (International Liverstock Research Institute). Dengan berprinsip pada keberlanjutan dan partisipasi peternak, maka inovasi teknologi yang diintroduksikan merupakan teknologi yang sudah disesuaikan dengan permasalahan di lokasi penelitian dan berdasarkan kebutuhan peternak, dengan harapan teknologi ini dapat diadopsi oleh petani. Permasalahan dan kebutuhan peternak digali sebelum implementasi teknologi dilakukan. Inovasi teknologi pengendalian penyakit parasit cacing yang diintroduksi meliputi manajemen kesehatan dengan pemberian obat cacing, manajemen perkandangan dan sanitasi, suplementasi leguminosa dan pengelolaan sistem perkawinan dengan introduksi pejantan berkualitas dan menghindarkan perkawinan sedarah (inbreeding). Adopsi adalah suatu keputusan untuk menerima suatu inovasi atau sesuatu yang baru dan bermanfaat (HANAFI, 1986), menurut WIRIAATMADJA (1985) adopsi adalah perubahan sikap mental atau perubahan perilaku. Untuk mengetahui manfaat teknologi yang diintroduksi kepada petani maka perlu untuk melihat tingkat adopsi teknologi tersebut oleh petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana teknologi yang sudah diintroduksi pada peternak kooperator di Desa Tegalsari, Kabupaten Purwakarta dan Desa Pasiripis Kabupaten Majalengka telah menyebar dan diadopsi oleh peternak non kooperator. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan di Desa Tegalsari, Kabupaten Purwakarta dan Desa Pasiripis, Kabupaten Majalengka pada bulan Desember 2003, setelah 1,5 tahun teknologi yang diintroduksikan pada peternak kooperator sudah diimplementasikan (mulai dimplementasikan bulan Juni 2002). Pada awal penelitian telah diintroduksi teknologi penggunaan obat 361

3 cacing dengan bahan aktif Albendazole, pengelolaan perkandangan dan sanitasi lingkungan kandang, suplementasi leguminosa, pemeliharaan induk beranak, dan pengelolaan sistem perkawinan (penggunaan pejantan berkualitas dan mencegah perkawinan sedarah). Teknologi ini diperkenalkan kepada petani kooperator melalui pelatihan dan penyuluhan berkala bulanan di kelompok tani. Pada fase percobaan ini petani perlu data teknis untuk meyakinkan, untuk mencoba sendiri dan melihat orang yang sudah berhasil (WIRIAATMAJA, 1985). Untuk mengetahui tingkat adopsi dan difusi inovasi yang diintroduksi, dilakukan wawancara dengan petani kooperator tentang penyebarluasan teknologi yang diintroduksi kepada petani non kooperator (petani dampak), kemudian dilakukan check cross kepada petani non kooperator yang memperoleh informasi teknologi introduksi tersebut, dengan melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Responden peternak domba non kooperator dipilih secara acak dengan dasar bahwa responden tersebut sudah pernah mendapat informasi dari peternak kooperator. Responden yang diwawancara di Desa Tegalsari sebanyak 14 orang, sedangkan di Desa Pasiripis sebanyak 17 orang. Data yang diperoleh diolah secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada dasarnya petani di kedua desa penelitian sudah mengetahui bahwa ternak mereka kurang sehat, banyak anak yang mati dan ukuran ternak mereka kecil. Para petani melihat penampilan ternak domba mereka terserang penyakit cacing, dengan tanda yang dapat dilihat seperti badannya kurus, nafsu makan rendah, mencret pada musim hujan dan bulunya kaku dan kusam (HANAFIAH et al., 2001). Oleh karena itu mereka berupaya untuk mengobati ternak domba mereka dengan cara tradisional dan menggunakan obat cacing untuk manusia yang tersedia di warung setempat. Namun demikian upaya mereka kurang berhasil. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa para petani mempunyai motivasi untuk mencoba berbagai cara, baik yang diperoleh secara turun temurun (indigenous technology) maupun teknologi yang tersedia, meskipun belum tepat, tetapi hal ini merupakan dorongan untuk mencari teknologi baru dan memecahkan masalah. Dalam tahapan adopsi para petani tersebut sudah berada pada tahap mencoba, dan bila dilihat dari golongan adopter, para petani yang telah mencoba berbagai cara pengobatan ternak domba tersebut termasuk golongan petani pengetrap dini (WIRIAATMADJA, 1985) atau si tauladan, yang biasanya dicari oleh agen pembaharu untuk dijadikan teman dalam penyebaran inovasi, untuk mempercepat proses adopsi (HANAFI, 1986). Para petani kooprator tergolong ke dalam golongan tersebut di atas, karena mereka mempunyai sebagian ciri-ciri seperti yang dikemukakan WIRIAATMADJA (1985) dan HANAFI (1986) yaitu suka mencoba, terbuka untuk hal-hal yang baru, dan suka bekerja sama dengan pihak luar, seperti Dinas-dinas, Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi dan sebagainya. Peran kelembagaan dalam proses adopsi teknologi Proses adopsi tidak dapat berjalan sendiri, tetapi memerlukan kelembagaan penghubung. Kelembagaan adalah organisasi formal atau kumpulan norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial (WARISO dalam WAHYUNI, 2003). Penghubung ini adalah adanya peneliti yang membawa teknologi, adanya penyuluh yang harus bertindak sebagai komunikator (Change agent) dan kelompok tani sebagai kelas belajar para petani dan sasaran adopsi. Selain itu diperlukan pula sarana produksi dan sarana penunjang lainnya (WIRIAATMADJA, 1985 dan MOSHER, 1978). Seluruh pihak yang terlibat dan berperan dalam proses adopsi disebut lembaga. Untuk memperlancar kegiatan yang dilakukan di dua desa terpilih yaitu di Desa Tegalsari, Purwakarta dan Pasiripis, Majalengka, tim penelitian membentuk 2 kelompok kerja yaitu: Kelompok Kerja Nasional (NWG) yang terdiri dari peneliti Balai Penelitian Ternak dan Balai Penelitian Veteriner, dan Kelompok Kerja Regional (RWG) terdiri dari Peneliti dan Penyuluh BPTP serta staf dan penyuluh Dinas. 362

4 Tabel 1. Persentase peternak non kooperator yang mengadopsi inovasi teknologi introduksi di Desa Tegalsari dan Pasiripis Teknologi Tingkat adopsi (%) Tegalsari Pasiripis Penggunaan obat cacing a. Obat cacing hewan ,0 b. Ketepatan dosis ,0 c. Ketepatan waktu - Tidak tentu 0 5,0 - Selektif 8,4 5,0 - Musim hujan 58,3 35,0 - Musim hujan dan selektif 33,3 55,0 d. Periode pemberian - Tidak tentu 8,3 85,0 - Diulang tiap 3 bulan 91,7 15,0 Penggunaan pejantan a. Garut 50 40,0 b. BC 25 c. Komposit 16,7 d. Komposit dan BC 8,3 Perbaikan pakan a. Suplementasi legum ,0 b. Pakan tambahan induk menyusui - Air beras + garam 33,4 15,0 - Pepaya rebus 16,7 0 - Dedak + garam + air 33,3 10,0 - Bubur beras 8, Singkong rebus 8,3 0 Perkandangan a. Panggung b. Membersihkan lantai - Tiap hari 66,7 25,0-1 kali/minggu 33,3 75,0 c. Membersihkan pupuk kandang - Tiap hari 8,3 0-1 kali/minggu 15,0-1 kali/bulan 66, kali/4 bulan ,0-1 kali/tahun 10,0 d. Pit - Ada ,0 - Tidak ada 66,7 55,0 e. Selokan - Ada 16,7 40,0 - Tidak ada 83,3 60,0 f. Tempat pakan - Ada 75,0 45,0 - Tidak ada 25,0 55,0 g. Ventilasi - Kurang 16,7 15,0 - Cukup 83, Baik 0 5,0 363

5 Kelompok tani menjadi kunci dalam sistem adopsi dan difusi teknologi di desa penelitian. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan mereka mengelola pejantan untuk digunakan bersama, mengelola obat cacing, membeli obat cacing melalui dinas Peternakan, mengaplikasi obat cacing berdasarkan dosis, periode dan musim, serta memberdayakan petani anggota dan petani non anggota dalam pengadaan obat cacing untuk ternak. Kemasan obat cacing yang besar dan penjualnya jauh dari tempat tinggal petani, membuat petani harus membeli dan menggunakannya secara berkelompok. Hal ini mendorong terciptanya norma yang berlaku di antara anggota kelompok tani. Kelembagaan sarana produksi peternakan seperti penjual dedak (konsentrat), mineral dan obat cacing hewan sudah dapat diakses oleh petani. Obat cacing hewan dan mineral diperoleh petani melalui Dinas Peternakan Kabupaten Majalengka. Rangkaian kelembagaan yang telah disebutkan di atas telah berperan dan berfungsi sebagai sumber inovasi, saluran, dan penerima inovasi dalam model komunikasi. Menurut HANAFI (1986) sumber inovasi, saluran dan penerima inovasi merupakan bagian dari unsur-unsur difusi dalam model komunikasi S M C R E (source Message Channel Receiver Effect). Tingkat adopsi dan difusi inovasi pada petani Paket teknologi yang diintroduksi kepada petani kooperator diasumsikan diadopsi oleh petani kooperator, karena pada awal penelitian mereka menyepakati untuk mengaplikasi paket teknologi tersebut. Dalam prakteknya pentahapan proses adopsi tidak perlu secara berurutan harus dilaluinya, dapat saja suatu tahap dilampaui, karena tahap tersebut dilaluinya secara mental (WIRIAATMADJA, 1985). Menurut HANAFI (1986) adopsi berarti keputusan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai cara bertindak yang paling baik. Jadi petani kooperator yang pada umumnya sudah berada pada tahap mencoba, pada saat bekerjasama dalam penelitian mendapat pelatihan dan mendapat bantuan penggunaan obat cacing serta mendapat informasi teknis, mereka berpartisipasi aktif dalam kegiatan penelitian ini. Namun tidak seluruh paket teknologi dapat diadopsi petani kooperator dengan sempurna. Petani di Desa Tegalsari, maupun di Desa Pasiripis, memilih teknologi yang paling meyakinkan, mudah diaplikasi, dan dapat diketahui manfaatnya dalam waktu yang relatif cepat. Seluruh petani dampak (non kooperator) di kedua desa memilih penggunaan obat cacing hewan untuk menanggulangi penyakit cacing dengan dosis yang tepat (100%). Kebanyakan petani di Desa Tegalsari memberikan obat cacing pada ternak domba pada musim hujan (58,3%), pada musim hujan dan selektif (33,3%) dan secara selektif 8,4%. Sedangkan di Desa Pasiripis kebanyakan petani memberikan obat cacing pada musim hujan dan selektif (55%). Hanya pada musim hujan saja 35%, selektif 5% dan tidak tentu 5%. Yang dimaksud selektif adalah pemberian obat cacing hanya dilakukan pada ternak yang secara klinis tampak sakit, seperti kurus, tidak nafsu makan dan/atau mencret 91,7% petani non kooperator di Desa Tegalsari memberikan obat cacing dengan periode 3 bulan sekali dan 8,3% tidak tentu. Sedangkan di Desa Pasiripis kebanyakan petani (85,0%) memberikan obat cacing dengan periode tidak teratur dan hanya 15,0% yang memberikan obat cacing dengan periode teratur 3 bulan sekali. Yang dimaksud tidak teratur adalah jarak pemberian obat cacing kurang atau lebih dari 3 bulan. Pejantan Introduksi di Desa Tegalsari digunakan oleh seluruh petani dampak. Tetapi yang menjadi pilihan tertinggi petani adalah pejantan domba Garut (50%), Barbados (25%), selebihnya petani memilih composit dan komposi dan Barbados masing-masing 16,7% dan 8,3%. Pemilihan dan penggunaan pejantan introduksi di Desa Tegalsari lebih bervariasi, karena tersedianya tiga bangsa pejantan. Sedangkan di Desa Pasiripis hanya tersedia pejantan Garut, dimana hanya ada 1 ekor pejantan pada setiap kelompok, disamping itu prioritas pemanfaatan pejantan diutamakan untuk peternak kooperator, sehingga menyebabkan keterbatasan pemanfatan pejantan oleh peternak non kooperator, sebagai akibatnya adopsi pemanfaatan pejantan di Pasiripis lebih rendah dibanding di Desa Tegalsari. Akan tetapi pilihan terhadap pejantan bangsa Garut di Desa Tegalsari 364

6 maupun di Pasiripis cukup tinggi. Di Desa Tegalsari peternak memilih pejantan Garut yang berbulu putih, karena untuk keperluan kurban harganya lebih mahal dibandingkan domba berbulu hitam. Suplementasi Leguminosa, terutama glirisidia telah dilakukan petani dampak (100%) di kedua desa, hanya cara pemberiannya berbeda. Di Desa Tegalsari selain di penggembalaan, diberikan juga di kandang sebagai pakan tambahan. Sedangkan di Desa Pasiripis domba memakan leguminosa di tempat penggembalaan atau diberikan sambil digembala, karena di Pasiripis banyak tanaman glirisidia tumbuh di sepanjang jalan ke tempat penggembalaan. Penggunaan obat cacing dan suplementasi leguminosa dilakukan oleh seluruh petani dampak, karena manfaatnya dapat dilihat langsung dari penampilan ternak domba mereka seperti: ternak domba mereka gemuk, nafsu makannya baik, geraknya lincah dan bulunya lembut. Selain itu pada saat monitoring dan pertemuan, petani diberi informasi data teknis oleh peneliti tentang penurunan tingkat infeksi cacing pada ternaknya (epg) dan kenaikan berat badan ternak domba mereka. Sedangkan inovasi lainnya seperti perkandangan dan sanitasinya masih dianggap hal yang tidak berpengaruh langsung pada ternak. Menurut petani di kedua lokasi, penampilan ternak domba mereka yang gemuk, kuat dan sehat, menjadi daya tarik dan perhatian bagi peternak lain, baik di kampung maupun di tempat penggembalaan. Sebagian dari petani non kooperator meminta informasi kepada petani kooperator tentang cara pemeliharaan ternak domba. Kebanyakan informasi yang diberikan adalah tentang penggunaan obat cacing untuk domba dan pemberian pakan leguminosa. Petani yang meminta informasi bukan saja petani dari dalam desa yang sama, tetapi juga petani yang berasal dari luar desa, terutama yang bertemu di tempat penggembalaan. Petani dari luar desa yang tertarik dengan informasi tersebut ada yang menitip membeli obat cacing, ada pula yang datang sendiri dan meminta ternaknya yang kurus untuk diobati oleh anggota kelompok yang trampil. Di Desa Pasiripis, obat cacing diadopsi dengan baik oleh petani, hal ini terbukti bahwa semua peternak kooperator terampil menggunakan obat cacing, adanya petani yang membeli obat cacing secara individual ke Dinas peternakan, bahkan ada petani yang mengusulkan agar ada obat cacing dengan kemasan 200 cc agar dapat dimiliki secara individual. Hal ini dapat dimaklumi karena skala pemilikan ternak domba di Pasiripis jauh lebih besar dibandingkan di Desa Tegalsari, sehingga obat cacing hewan cukup ekonomis untuk digunakan. Di Desa Tegalsari seluruh petani dampak memberikan pakan tambahan kepada induk yang menyusui 33,4% petani dampak memberikan air beras + gara, 33,4% memberikan dedak + garam + air, 16,7% memberikan pepaya rebus, dan masing-masing 8,3% petani dampak memberikan bubur beras dan singkong rebus. Sedangkan di Pasiripis hanya sebagian petani memberi pakan tambahan kepada induk menyusui, yaitu 15% petani memberikan air beras + garam, 10% memberikan dedak + garam + air, 5% memberikan bubur beras dan 70% tidak memberikan pakan tambahan kepada induk yang menyusui. Perkandangan panggung sudah biasa diterapkan oleh petani dampak di kedua desa. Kebanyakan petani di Desa Tegalsari (66,7%) membersihkan lantai kandang setiap hari, sedangkan di Desa Pasiripis, 75% petani membersihkan lantai kandang 1 kali/minggu, 66,7% kandang di Desa Tegalsari dan 55% di Desa Pasiripis kandang domba milik petani dampak tidak mempunyai pit. Kebanyakan kandang domba di kedua desa tidak mempunyai selokan (83,3% di Desa Tegalsari dan 60% di Desa Pasiripis), sedangkan kebanyakan kandang di domba di desa milik petani dampak di Desa Tegalsari (75%) mempunyai tempat pakan dan di Desa Pasiripis hanya 45% yang mempunyai tempat pakan. Ventilasi kandang domba milik petani dampak di kedua desa pada umumnya cukup (di Desa Tegalsari 83,3% dan di Desa Pasiripis 80%), Kandang yang berventilasi baik hanya 5% di Pasiripis, selebihnya tergolong kurang baik. Secara umum kondisi perkandangan di Desa Tegalsari lebih baik dari pada Pasiripis. Hal ini disebabkan di Desa Tegalsari jumlah rata-rata pemilikan ternak masih sedikit dan lahan masih cukup luas, sedangkan di Desa Pasiripis rata-rata jumlah pemilikan ternak 365

7 cukup banyak, sehingga petani di Desa Tegalsari mempunyai waktu yang cukup untuk memelihara ternak dan kandangnya. Pemeliharaan induk yang menyusui dengan cara pemberian pakan tambahan, di Desa Tegalsari diadopsi lebih baik dibandingkan di Desa Pasiripis. Demikian juga pemeliharaan kandang terutama menyapu lantai kandang, di Tegalsari lebih banyak yang membersihkan lantai kandang tiap hari (66,7%) dan membersihkan kolong kandang tiap bulan (66,7%), di Pasiripis 25% dan 20%. Proses pengaliran informasi teknologi dari petani kooperator kepada petani non kooperator merupakan proses difusi teknologi. Menurut SUDANA et al. (1999) proses difusi inovasi adalah perluasan adopsi inovasi dari suatu individu yang telah mengadopsi ke individu yang lain dalam sistem sosial masyarakat sasaran yang sama. Menurut SLAMET (1992) dalam SUDANA et al. (1999) proses difusi inovasi tidak berbeda jauh dengan proses adopsi inovasi, namun dalam proses adopsi pembawa inovsinya dari luar sistem sosial masyarakat, sedangkan dalam proses difusi sumber informasi berasal dari dalam sistem sosial masyarakat itu sendiri. Jadi dalam hal ini tim peneliti berperan dalam proses adopsi inovasi, sedangkan petani kooperator berperan dalam proses difusi. Di Desa Tegalsari dari 10 orang peternak kooperator mampu mendistribusikan informasi kepada 24 orang peternak non kooperator, yang pada waktu wawancara sudah mengadopsi salah satu atau kombinasi dari teknologi yang diintroduksi. Sedangkan peternak dari luar desa yang merupakan 2 desa tetangga yang sudah mengadopsi teknologi introduksi sebanyak 10 orang. Hal ini berarti bahwa setiap 1 orang peternak kooperator mampu berkomunikasi dengan rata-rata lebih dari 2 orang peternak non kooperator dari dalam desa dan 1 orang dari luar desa yaitu Desa Cisarua dan Sukamulya. Sedangkan di Desa Pasiripisdari 17 orang peternak kooperator mampu mendistribusikan informasi kepada 30 orang peternak non kooperator dari dalam desa dan 26 orang peternak non kooperator dari luar desa, dengan kata lain peternak kooperator di Desa Pasiripis rata-rata setiap petani kooperator mampu berkomunikasi dengan hampir 2 orang petani non kooperator dari dalam desa dan lebih dari 1 orang dari luar desa. Di Desa Tegalsari inovasi yang banyak diminati adalah penggunaan obat cacing, suplementasi leguminosa (Glirisidia/Kalameri) dan penggunaan pejantan bangsa Garut, Barbados Cross dan Composit. Sedangkan di Desa Pasiripis inovasi yang banyak diminati petani non kooperator adalah penggunaan obat cacing dan pejantan bangsa Garut. KESIMPULAN Inovasi penggunaan obat cacing dan suplementasi leguminosa di kedua lokasi penelitian diadopsi oleh seluruh peternak non kooperator. Difusi teknologi penggunaan obat cacing dan suplementasi leguminosa disebabkan karena pengaruhnya dapat dilihat langsung oleh petani. Penampilan ternak domba yang gemuk, sehat dan kuat menjadi indikasi bahwa teknologi tersebut dinilai bermanfaat oleh petani. Pejantan bangsa domba Garut lebih disukai peternak, terutama yang bertanduk, badan besar dan warna bulu putih. Kelembagaan merupakan fasilitator dalam mempercepat proses adopsi dan difusi inovasi. Setiap petani kooperator mampu berkomunikasi dengan rata-rata 2 orang non kooperator dari dalam desa dan lebih dari 1 orang dari luar desa. DAFTAR PUSTAKA BERIAJAYA dan SUHARDONO Penanggulangan nematodiasis pada ruminansia kecil secara terpadu antara manajemen, nutrisi dan obat cacing. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak. Bogor HANAFI, A Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Usaha Nasional. Surabaya. HANAFIAH, BERIAJAYA, D. HARYUNINGTYAS, D. YULISTIANI dan G.D. GRAY Persepsi peternak terhadap suplementasi UMB dan pemberian obat cacing untuk meningkatkan produktivitas ternak domba di Desa Babadjurang, Majalengka, Jawa Barat. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak. Bogor. 366

8 MOSHER, A.T Menciptakan Struktur Pedesaan Progresif. CV Yasaguna. Jakarta. MOSHER, A.T Menggerakkan dan Membangun Pertanian. CV Yasaguna Jakarta. SUDANA. W., NYAK ILHAM, DEWA KETUT SADRA. S dan RITA NUR SUHAETI Metodologi Penelitian dan Pengkajian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Jakarta. WAHYUNI, S J. Penelitian dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian. WIRIAATMADJA, S Pokok-pokok Penyuluhan Pertanian. CV Yasaguna. Jakarta. DISKUSI Pertanyaan: 1. Bagaimana dengan kasus resistensi terhadap obat cacing? 2. Apakah di Indonesia sudah ada kasus resistensi? Jawaban: Di Indonesia, RIDWAN et al. (2000) melaporkan ditemukan adanya kasus resistensi terhadap albendazole pada peternakan domba di Bogor. Selain itu HARYUNINGTYAS et al. (2001) menemukan adanya kejadian resistensi terhadap anthelmintik golongan benzimidazole di tiga lokasi survai, yaitu di Kendal (Jawa Tengah), Ciomas dan Darmaga (IPB) dengan tingkat resistensi mencapai 70 90%. Walaupun kejadian resistensi anthelmintik masih relatif kecil, tetapi hal ini perlu diwaspadai, mengingat cepat atau lambat kejadian resistensi anthelmintik dapat meluas, sehingga perlu strategi penggunaan antelmintik secara bijaksana. 367

ADOPSI PAKET TEKNOLOGI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK DOMBA DI DESA TEGALSARI KABUPATEN PURWAKARTA

ADOPSI PAKET TEKNOLOGI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK DOMBA DI DESA TEGALSARI KABUPATEN PURWAKARTA ADOPSI PAKET TEKNOLOGI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK DOMBA DI DESA TEGALSARI KABUPATEN PURWAKARTA HADI BUDIMAN 1), DAN SITI AMINAH 2) 1) Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan dan 2) Balai

Lebih terperinci

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001 PERSEPSI PETERNAK TERHADAP SUPLEMENTASI UMB DAN PEMBERIAN OBAT CACING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA TERNAK DOMBA DI DESA BABADJURANG, MAJALENGKA, JAWA BARAT (Farmer Perception on UMB Supplementation and Anthelmintic

Lebih terperinci

ESTIMASI DAMPAK EKONOMI PENELITIAN PARTSIPATIF PENGGUNAAN OBAT CACING DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PETERNAK DOMBA DI JAWA BARAT

ESTIMASI DAMPAK EKONOMI PENELITIAN PARTSIPATIF PENGGUNAAN OBAT CACING DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PETERNAK DOMBA DI JAWA BARAT ESTIMASI DAMPAK EKONOMI PENELITIAN PARTSIPATIF PENGGUNAAN OBAT CACING DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PETERNAK DOMBA DI JAWA BARAT (The Estimation of Economic Impact on Partisipatory Research Implementation

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DOMBA PETERNAK DOMBA DI KAWASAN PERKEBUNAN TEBU PG JATITUJUH MAJALENGKA

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DOMBA PETERNAK DOMBA DI KAWASAN PERKEBUNAN TEBU PG JATITUJUH MAJALENGKA MANAJEMEN PEMELIHARAAN DOMBA PETERNAK DOMBA DI KAWASAN PERKEBUNAN TEBU PG JATITUJUH MAJALENGKA EKO HANDIWIRAWAN 1, ISMETH INOUNU 1, DWI PRIYANTO 2 dan ATIEN PRIYANTI 1 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

STRATEGI PENANGGULANGAN PENYAKIT CACINGPADA TERNAK DOMBAMELALUI PENDEKATAN PARTISIPATIF DI KABUPATENPURWAKARTA

STRATEGI PENANGGULANGAN PENYAKIT CACINGPADA TERNAK DOMBAMELALUI PENDEKATAN PARTISIPATIF DI KABUPATENPURWAKARTA STRATEGI PENANGGULANGAN PENYAKIT CACINGPADA TERNAK DOMBAMELALUI PENDEKATAN PARTISIPATIF DI KABUPATENPURWAKARTA Siti Aminah Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Infestasi cacing dalam

Lebih terperinci

SUMBANGAN SUBSEKTOR USAHATERNAK DOMBA DALAM MENDUKUNG EKONOMI RUMAH TANGGA DI DESA PASIRIPIS DAN TEGALSARI, JAWA BARAT

SUMBANGAN SUBSEKTOR USAHATERNAK DOMBA DALAM MENDUKUNG EKONOMI RUMAH TANGGA DI DESA PASIRIPIS DAN TEGALSARI, JAWA BARAT SUMBANGAN SUBSEKTOR USAHATERNAK DOMBA DALAM MENDUKUNG EKONOMI RUMAH TANGGA DI DESA PASIRIPIS DAN TEGALSARI, JAWA BARAT (Contribution of Sheep Farming to House Hold's Economy in Pasiripis and Tegalsari

Lebih terperinci

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan PERBAIKAN MANAJEMEN PAKAN DALAM PENGGEMUKAN DOMBA DI TINGKAT PETANI HAM BUDIMAN Pusal Penelitian dan Pengeinbangan Peternakan RINGKASAN Usaha penggernukan domba dengan perhaikan penambahan pakan konsentrat

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PEMBERIAN PAKAN DAN TINGKAT KEMATIAN ANAK PRA-SAPIH PADA DOMBA DI DESA PASIRIPIS, KAB. MAJALENGKA DAN DESA TEGALSARI KAB.

TATA LAKSANA PEMBERIAN PAKAN DAN TINGKAT KEMATIAN ANAK PRA-SAPIH PADA DOMBA DI DESA PASIRIPIS, KAB. MAJALENGKA DAN DESA TEGALSARI KAB. TATA LAKSANA PEMBERIAN PAKAN DAN TINGKAT KEMATIAN ANAK PRA-SAPIH PADA DOMBA DI DESA PASIRIPIS, KAB. MAJALENGKA DAN DESA TEGALSARI KAB. PURWAKARTA DWI YULISTIANI, MUCHJI MARTAWIJAYA, ISBANDI, BAMBANG SETIADI

Lebih terperinci

I.M. Mulyawati, * D. Mardiningsih,** S. Satmoko **

I.M. Mulyawati, * D. Mardiningsih,** S. Satmoko ** PENGARUH UMUR, PENDIDIKAN, PENGALAMAN DAN JUMLAH TERNAK PETERNAK KAMBING TERHADAP PERILAKU SAPTA USAHA BETERNAK KAMBING DI DESA WONOSARI KECAMATAN PATEBON (The Effect Of Age, Education, Experience And

Lebih terperinci

PENAMPILAN MORTALITAS DAN PERILAKU PENJUALAN DOMBA SISTEM DIGEMBALAKAN PADA DUA KONDISI AGRO-EKOSISTEM

PENAMPILAN MORTALITAS DAN PERILAKU PENJUALAN DOMBA SISTEM DIGEMBALAKAN PADA DUA KONDISI AGRO-EKOSISTEM Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 007 PENAMPILAN MORTALITAS DAN PERILAKU PENJUALAN DOMBA SISTEM DIGEMBALAKAN PADA DUA KONDISI AGROEKOSISTEM (Performance of Mortality and Farmer s Sold

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBERIAN OBAT CACING KALBAZEN PADATERNAK DOMBADI DESA PASIRIPIS KABUPATEN MAJALENGKA

TEKNIK PEMBERIAN OBAT CACING KALBAZEN PADATERNAK DOMBADI DESA PASIRIPIS KABUPATEN MAJALENGKA TEKNIK PEMBERIAN OBAT CACING KALBAZEN PADATERNAK DOMBADI DESA PASIRIPIS KABUPATEN MAJALENGKA Zaenal Kosasih *, Zulqoyah Layla ** dan Siti Aminah** Balai Penelitian Veteriner, Jl. RE Martadinata Bogor *,

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE (PO) AFKIR (STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI TERNAK SUKAMAJU II DESA PURWODADI KECAMATAN TANJUNG SARI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) Reny Debora Tambunan,

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)

Lebih terperinci

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu : PROJECT DIGEST NAMA CLUSTER : Ternak Sapi JUDUL KEGIATAN : DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI pembibitan menghasilkan sapi bakalan super (bobot lahir > 12 kg DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TTU PENANGGUNG JAWAB

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu

Lebih terperinci

Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Jamu Ternak di Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru

Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Jamu Ternak di Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Jamu Ternak di Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru Susanto dan Noor Amali Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. Panglima

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG MELALUI PERBAIKAN MANAJEMEN PADA KELOMPOK TERNAK KAWASAN BARU

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG MELALUI PERBAIKAN MANAJEMEN PADA KELOMPOK TERNAK KAWASAN BARU ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG MELALUI PERBAIKAN MANAJEMEN PADA KELOMPOK TERNAK KAWASAN BARU (Feasibility Study of Cattle Through Management Improvement at Kawasan Baru Group) ENI SITI ROHAENI,

Lebih terperinci

Parwiyati, S., W. Sumekar dan D. Mardiningsih* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

Parwiyati, S., W. Sumekar dan D. Mardiningsih* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BOOKLET PADA PENINGKATAN PENGETAHUAN PETERNAK KAMBING TENTANG PENYAKIT SCABIES DI KTT NGUPOYO SATO DESA WONOSARI KECAMATAN

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Kambing yang terdapat di Desa Amplas

Gambar 2.1. Kambing yang terdapat di Desa Amplas 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang. Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) adalah sub spesies kambing liar yang secara alami tersebar di

Lebih terperinci

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi) Sambas Mulyana 1 Intisari Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI BUSTAMI dan ENDANG SUSILAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi ABSTRAK Ternak kerbau mempunyai nilai sejarah kebudayaan masyarakat Jambi. Pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN mencapai ekor, tahun 2015 bertambah menjadi ekor

PENDAHULUAN mencapai ekor, tahun 2015 bertambah menjadi ekor I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi domba di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2014 mencapai 16.091.838 ekor, tahun 2015 bertambah menjadi 17.024.685 ekor (Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan industri Olahannya sebagai Pakan Ternak PENGARUH PENYAKIT CACING TERHADAP PRODUKTIVITAS

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan industri Olahannya sebagai Pakan Ternak PENGARUH PENYAKIT CACING TERHADAP PRODUKTIVITAS OPTIMALISASI PENGGUNAAN PAKAN BERBASIS LIMBAH SAWIT MELALUI MANAJEMEN PENGENDALIAN NEMATODIASIS DI KALIMANTAN TIMUR WAFIATININGSIH dan NR. BARIROH Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN RIJANTO HUTASOIT Loka Penelitan Kambing Potong, P.O. Box 1 Galang, Medan RINGKASAN Untuk pengujian terhadap tingkat adopsi

Lebih terperinci

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci Fatati 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN DAMPAK INTEGRASI TERNAK DOMBA EKOR GEMUK TERHADAP PENDAPATAN PETANI DALAM SISTEM USAHA SAYURAN DI LAHAN MARJINAL

PRODUKTIVITAS DAN DAMPAK INTEGRASI TERNAK DOMBA EKOR GEMUK TERHADAP PENDAPATAN PETANI DALAM SISTEM USAHA SAYURAN DI LAHAN MARJINAL PRODUKTIVITAS DAN DAMPAK INTEGRASI TERNAK DOMBA EKOR GEMUK TERHADAP PENDAPATAN PETANI DALAM SISTEM USAHA SAYURAN DI LAHAN MARJINAL (Productivity and Effect of The Integration of Fat-Tailled Sheep on Farmer

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Babi merupakan salah satu hewan komersil yang dapat diternakkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dikalangan masyarakat. Babi dipelihara oleh masyarakat dengan

Lebih terperinci

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan LAPORAN PENYULUHAN DALAM RANGKA MERESPON SERANGAN WABAH PENYAKIT NGOROK (Septicae epizootica/se) PADA TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SAMOSIR BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN

Lebih terperinci

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at : Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA PETERNAK

Lebih terperinci

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN LAMPIRAN Lampiran 1. Form Kuesioner Wawancara Peternak Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN I. Identitas Responden

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba Budidaya Ternak Kambing Dan Domba Disusun oleh : Wasis Budi Hartono ( Penyuluh Pertanian BP3K Sanankulon ) A. Pendahuluan Pola peternakan kambing dan domba potong atau pedaging di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi adalah ternak ruminansia yang memiliki nilai ekonomi tinggi dalam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi adalah ternak ruminansia yang memiliki nilai ekonomi tinggi dalam 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi adalah ternak ruminansia yang memiliki nilai ekonomi tinggi dalam kehidupan masyarakat, sebab dapat menghasilkan berbagai macam kebutuhan hidup manusia. Pembangunan peternakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

ABSTRAK BAB 1. PENDAHULUAN

ABSTRAK BAB 1. PENDAHULUAN Program PPM PROGRAM STUDI Sumber Dana DIPA Universitas Andalas Besar Anggaran Rp 4.000.000,- Tim Pelaksana Yetmaneli dan Hilda Susanti Fakultas Peternakan Lokasi Kota Padang, Sumatera Barat PENINGKATAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP TINGKAT ADOPSI INOVASI PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO DALAM PAKAN TERNAK SAPI POTONG ( Studi Kasus Pada Kelompok Tani Karya Abadi Sungai Buluh, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman ) SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

Di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, kebutuhan daging cenderung meningkat

Di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, kebutuhan daging cenderung meningkat Jurnal Peternakan Indonesis., I 2(2) : 88-93, 2007 ISSN: 1907-1760 Manajemen Pemeliharaan Domba Lokal Ditinjau Dari Aspek Teknis Pemeliharaan Di Kabupaten Gayo Lues Eka Meutia Sari, Cut Aida Fitri dan

Lebih terperinci

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak bawah pengawasan pemiliknya. Peran ternak domba di lokasi tersebut

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak bawah pengawasan pemiliknya. Peran ternak domba di lokasi tersebut OPTIMASI PERAN TERNAK DOMBA DALAM MENUNJANG USAHATANI PADI LAHAN SAWAH DEDI SUGANDI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayu Ambon No. 80 Kotak Pos 8495, Lembang ABSTRAK Ternak domba bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal hal BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal hal tertentu diantaranya perbandingan persentase daging

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan kontribusinya terhadap pendapatan peternak, sehingga bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok berikut:

Lebih terperinci

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

Sutrisno Hadi Purnomo*, Zaini Rohmad**

Sutrisno Hadi Purnomo*, Zaini Rohmad** IbM AYAM KAMPUNG DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI BERBASIS PERKANDANGAN SEMI INTENSIF DAN PAKAN KONSENTRAT BERBAHAN BAKU LOKAL DI DESA PANDEYAN, KECAMATAN TASIKMADU, KABUPATEN KARANGANYAR Sutrisno Hadi Purnomo*,

Lebih terperinci

Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman

Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman Sains Peternakan Vol. 7 (1), Maret 2009: 25-29 ISSN 1693-8828 Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman F.X. Suwarta dan G. Harmoko Jurusan Peternakan, Fakultas

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

PENYULUHAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAPI POTONG DI GAPOKTAN MAKMUR JAYA KECAMATAN LEMBAH SEGAR KOTA SAWAH LUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT

PENYULUHAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAPI POTONG DI GAPOKTAN MAKMUR JAYA KECAMATAN LEMBAH SEGAR KOTA SAWAH LUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PENYULUHAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAPI POTONG DI GAPOKTAN MAKMUR JAYA KECAMATAN LEMBAH SEGAR KOTA SAWAH LUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh: Andriana Yeni Oswita, Wahyuningsih dan Purwanto Sekolah

Lebih terperinci

Tabel 1 Komposisi konsentrat komersial (GT 03) Nutrisi Kandungan (%) Bahan Protein 16 Jagung kuning, dedak gandum, Lemak 4 dedak padi, bungkil kacang

Tabel 1 Komposisi konsentrat komersial (GT 03) Nutrisi Kandungan (%) Bahan Protein 16 Jagung kuning, dedak gandum, Lemak 4 dedak padi, bungkil kacang KIAT PENGGEMUKAN SAPI POTONG HARRY PURWANTO, DEDI MUSLIH DAN KETUT PUSTAKA Balai Penelitian Ternak Ciawi, P0 Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Suatu pengamatan yang bertujuan untuk mengevaluasi penerapan kiat

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 22 Desember :17 - Terakhir Diupdate Kamis, 22 Desember :28

Oleh Administrator Kamis, 22 Desember :17 - Terakhir Diupdate Kamis, 22 Desember :28 Profil Lokasi Kampung Domba Terpadu (KDT) berada di kampung Cinyurup, Kelurahan Juhut, Kecamatan Karang Tanjung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Kelurahan Juhut yang digolongkan sebagai desa swasembada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Jatitujuh berada di wilayah Utara Kabupaten Majalengka dan berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang perlu

I PENDAHULUAN. sektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang perlu 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani baik yang berupa daging maupun susu dan berbagai keperluan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

PROPOSAL USAHA PENGGEMUKAN DOMBA ANAM Farm

PROPOSAL USAHA PENGGEMUKAN DOMBA ANAM Farm PROPOSAL USAHA PENGGEMUKAN DOMBA ANAM Farm RINGKASAN EKSEKUTIF Usaha peternakan domba merupakan usaha yang berbasis pada potensi lokal Indonesia. Usaha ini cukup menguntungkan karena ditunjang dengan faktor-faktor

Lebih terperinci

EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN

EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN (Reproduction Efficiency of Etawah Grade Ewes in Village Conditions) UMI ADIATI dan D. PRIYANTO Balai Penelitian Ternak,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI Endjang Sujitno, Kurnia, dan Taemi Fahmi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat Jalan Kayuambon No. 80 Lembang,

Lebih terperinci

PERBAIKAN TATALAKSANA PEMELIHARAAN TERNAK KAMBING KACANG DI LAHAN KERING DESA BUANA SAKTI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

PERBAIKAN TATALAKSANA PEMELIHARAAN TERNAK KAMBING KACANG DI LAHAN KERING DESA BUANA SAKTI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR PERBAIKAN TATALAKSANA PEMELIHARAAN TERNAK KAMBING KACANG DI LAHAN KERING DESA BUANA SAKTI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (The Improvement Kacang Goat Management in Dry land of Buana Sakti Village Batang Hari

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi

PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi PENDAHULUAN Infeksi cacing hati (fasciolosis) pada ternak ruminansia (sapi dan kerbau) di Indonesia merupakan penyakit parasiter yang disebabkan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah

Lebih terperinci

K. Budiraharjo dan A. Setiadi Fakultas Peternakan Univesitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

K. Budiraharjo dan A. Setiadi Fakultas Peternakan Univesitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN USAHA TERNAK KAMBING DI KOTA SEMARANG BERDASARKAN SKALA PEMILIKAN TERNAK (Comparative Analyse on the Income of Goat Farming in Semarang City Based on the Scale of Livestock

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi. konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi. konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom, IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Perusahaan PT. Agro Jaya Mulya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penggemukan domba. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi permintaan pasar daging

Lebih terperinci

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana MS Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian I. PENDAHULUAN Populasi penduduk

Lebih terperinci

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG Ferdinan S. Suek, Melkianus D. S. Randu Program Studi Produksi

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK DOMBA JANTAN MENJELANG HARI RAYA IDUL ADHA

ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK DOMBA JANTAN MENJELANG HARI RAYA IDUL ADHA ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK DOMBA JANTAN MENJELANG HARI RAYA IDUL ADHA (Financial Analysis of Male Sheep Raising Approaching Eid-Adha Festivity) SUPARDI RUSDIANA, B. WIBOWO dan U. ADIATI Pusat Penelitian

Lebih terperinci

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS Oleh TITA RAHAYU Fakultas Pertanian Universitas Galuh

Lebih terperinci

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI H. AKHYAR Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari PENDAHULUAN Kabupaten Batang Hari dengan penduduk 226.383 jiwa (2008) dengan

Lebih terperinci

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Juli 2009, Vol. 07, No. 2 Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM GERAKAN MULTI AKTIVITAS AGRIBISNIS (GEMAR) DI DESA SANDINGTAMAN, KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM GERAKAN MULTI AKTIVITAS AGRIBISNIS (GEMAR) DI DESA SANDINGTAMAN, KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM GERAKAN MULTI AKTIVITAS AGRIBISNIS () DI DESA SANDINGTAMAN, KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS Eva Fauziyah Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Jl. Raya Ciamis-Banjar

Lebih terperinci

RESPON PETANI ATAS PROGRES PENGGEMUKAN TERNAK SAPI DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

RESPON PETANI ATAS PROGRES PENGGEMUKAN TERNAK SAPI DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN RESPON PETANI ATAS PROGRES PENGGEMUKAN TERNAK SAPI DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Didiek AB dan Sophia Ratnawaty Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT ABSTRAK Sistem pengemukan

Lebih terperinci

ANALISIS POLA USAHA PEMBIBITAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF DAN SEMI INTENSIF

ANALISIS POLA USAHA PEMBIBITAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF DAN SEMI INTENSIF Seminar Nasional Peternakan Jan Veleriner 2000 ANALISIS POLA USAHA PEMBIBITAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF DAN SEMI INTENSIF MATIMUS SARIUBANG dan SURYA NATAL TAHBit4G lnstalasi Penelitian

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ERLI YUNEKANTARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah 35.376,50 km 2 yang terdiri dari areal pemukiman, areal pertanian, perkebunan dan areal hutan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang PENDAHULUAN Latar belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi sumber daya manusia dan alam yang sangat potensial dalam menunjang pembangunan ekonomi serta mempunyai faktor daya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI PROVINSI JAMBI

PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI PROVINSI JAMBI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI PROVINSI JAMBI ENDANG SUSILAWATI dan BUSTAMI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jambi ABSTRAK Kerbau termasuk ternak rumunansia besar yang mempunyai potensi tinggi dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba Garut merupakan salah satu komoditas unggulan yang perlu dilestarikan sebagai sumber

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING HERY SURYANTO DAN SUROSO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung ABSTRAK Dalam mengusahakan tanaman lada (Piper nigrum L) banyak menghadapi kendala

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA e-j. Agrotekbis 4 (4) : 456-460, Agustus 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA Income Analysis of Corn Farming Systemin Labuan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian tersebut antara lain menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk,

I PENDAHULUAN. pertanian tersebut antara lain menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk, I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan di Indonesia secara umum akan berhasil jika didukung oleh keberhasilan pembangunan berbagai sektor. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG SITI AMINAH, DAN ZULQOYAH LAYLA Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Pengenalan pemanfaatan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN AKHMAD HAMDAN dan ENI SITI ROHAENI BPTP Kalimantan Selatan ABSTRAK Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia yang memiliki potensi

Lebih terperinci

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni HUBUNGAN ANTARA DINAMIKA KELOMPOK DENGAN KEBERDAYAAN PETERNAK KAMBING PERAH PERANAKAN ETTAWA RELATIONSHIP BETWEEN GROUP DYNAMICS WITH EMPOWERMENT DAIRY GOAT FARMERS ( Suatu Kasus pada Kelompok Mandiri

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA PETERNAKAN DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK DOMBA SKRIPSI YULIDA

ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA PETERNAKAN DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK DOMBA SKRIPSI YULIDA ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA PETERNAKAN DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK DOMBA SKRIPSI YULIDA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ADOPSI TEKNOLOGI POLA INTEGRASI TERNAK KAMBING DAN TANAMAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR

ADOPSI TEKNOLOGI POLA INTEGRASI TERNAK KAMBING DAN TANAMAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR ADOPSI TEKNOLOGI POLA INTEGRASI TERNAK KAMBING DAN TANAMAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR D. Kana Hau, D. Priyanto, dan H. Luntungan BPTP NTT, Puslitbang Peternakan Bogor dan Puslitbang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan suatu negara tidak terlepas dari sektor pertanian dan subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem pembangunannya berjalan baik ketika pembangunan sektor-sektor

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PROBIOTIK DALAM FERMENTASI JERAMI SEBAGAI PAKAN SAPI BALI DI MUSIM KEMARAU

PEMANFAATAN PROBIOTIK DALAM FERMENTASI JERAMI SEBAGAI PAKAN SAPI BALI DI MUSIM KEMARAU Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner2000 PEMANFAATAN PROBIOTIK DALAM FERMENTASI JERAMI SEBAGAI PAKAN SAPI BALI DI MUSIM KEMARAU MATImus SARwBANG, DANIEL PAsAMBE, A. NuRHAYu, SuRYANATAL T.,dan CHALIDJAH

Lebih terperinci

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT QUANTITATIVE CHARACTERISTICS OF PASUNDAN CATTLE IN VILLAGE FARMING Dandy Dharma Nugraha*, Endang Yuni Setyowati**, Nono Suwarno** Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RUMPUN DOMBA PALU DI WILAYAH LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH (Characteristic of Palu Sheep Family In Palu Valley Region Central Sulawesi)

KARAKTERISTIK RUMPUN DOMBA PALU DI WILAYAH LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH (Characteristic of Palu Sheep Family In Palu Valley Region Central Sulawesi) KARAKTERISTIK RUMPUN DOMBA PALU DI WILAYAH LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH (Characteristic of Palu Sheep Family In Palu Valley Region Central Sulawesi) F.F. Munier Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi

Lebih terperinci

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA Agustina Abdullah Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Abdullah_ina@yahoo.com

Lebih terperinci

TEMU INFORMASI TEKNOLOGI LAHAN KERING MENDUKUNG INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN DISEMINASI

TEMU INFORMASI TEKNOLOGI LAHAN KERING MENDUKUNG INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN DISEMINASI TEMU INFORMASI TEKNOLOGI LAHAN KERING MENDUKUNG INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN DISEMINASI Abstrak Kebijaksanaan pembangunan pertanian di Sulawesi Tengah diarahkan untuk meningkatkan produksi hasil pertanian,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN TENAGA KERJA RUMAH TANGGA PADA PEMELIHARAAN DOMBA DI KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

ANALISIS PENGGUNAAN TENAGA KERJA RUMAH TANGGA PADA PEMELIHARAAN DOMBA DI KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG ANALISIS PENGGUNAAN TENAGA KERJA RUMAH TANGGA PADA PEMELIHARAAN DOMBA DI KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG ANALYSIS OF USE FAMILY LABOR CULTIVATION OF SHEEP LIVESTOCK IN THE SUBDISTRICT BUAHDUA DISTRICT

Lebih terperinci

FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI LAHAN KERING DATARAN RENDAH DI LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH

FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI LAHAN KERING DATARAN RENDAH DI LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI LAHAN KERING DATARAN RENDAH DI LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH Lintje Hutahaean, Saidah, dan Ferry. F. Munier Balai Pengkajian

Lebih terperinci

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005 TINGKAT PRODUKTIVITAS INDUK KAMBING PERSILANGAN (KAMBING KACANG DAN KAMBING BOER) BERDASARKAN TOTAL BOBOT LAHIR, TOTAL BOBOT SAPIH, LITTER SIZE DAN DAYA HIDUP (Productivity of Goat Crosbred (Kacang X Boer)

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Pengembangan pembibitan

Lebih terperinci