ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN JASA SEKTOR KEUANGAN HERU HAMONANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN JASA SEKTOR KEUANGAN HERU HAMONANGAN"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN JASA SEKTOR KEUANGAN HERU HAMONANGAN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2014 Heru Hamonangan NIM H

4 ABSTRAK HERU HAMONANGAN. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan. Dibimbing oleh FARIDA RATNA DEWI dan R. DIKKY INDRAWAN. Struktur modal merupakan bauran hutang, saham biasa, maupun saham preferen dari suatu perusahaan. Sektor keuangan sangat erat kaitannya dengan perekonomian suatu negara karena dapat memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi negara. Di Indonesia, perusahaan jasa sektor keuangan juga menjadi salah satu sektor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan laporan keuangan yang diperoleh dari data sekunder perusahaan jasa sektor keuangan pada tahun 2012 dan dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Modeling. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan jasa sektor keuangan. Kata Kunci: Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Risiko Bisnis, Pertumbuhan Aktiva ABSTRACT HERU HAMONANGAN. An Analysis of Factors that Affect Capital Structure of Financial Sector Services Company. Supervised by FARIDA RATNA DEWI and R. DIKKY INDRAWAN. Capital structure are the mix of debt, common stock, or preferred stock of a company. The financial sector is very closely related to a nation s economy because it can make a major contribution to the economic development of the country. In Indonesia, the financial sector services company is one of the sectors that affect economic growth. This research uses financial report derived from secondary data of financial sector services company in 2012 and analyzed using Structural Equation Modeling. The result showed that the variable size of the company has a positive and significant effect on the capital structure. Profitability has a negative and not significant effect on the capital structure. Meanwhile the sales growth, business risk, and asset growth does not affect the capital structure of the financial sector services company. Keyword: Capital Structure, Firm Size, Profitability, Sales Growth, Business Risk, Asset Growth

5 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN JASA SEKTOR KEUANGAN HERU HAMONANGAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan Nama : Heru Hamonangan NIM : H Disetujui oleh Farida Ratna Dewi, SE, MM Pembimbing I R. Dikky Indrawan, SP, MM Pembimbing II Diketahui oleh Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini ialah struktur modal, dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi SE, MM dan Bapak R. Dikky Indrawan SP, MM selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Mei 2014 Heru Hamonangan

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 3 TINJAUAN PUSTAKA 3 Pengertian Struktur Modal 3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal 3 METODE 4 Kerangka Pemikiran Penelitian 4 Variabel Dependen 5 Variabel Independen 6 Analisis Partial Least Square (PLS) 7 Lokasi dan Waktu Penelitian 7 Jenis dan Sumber Data 7 Populasi dan Sampel 8 Metode Pengolahan dan Analisis Data 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Gambaran Umum Struktur Modal Perusahaan Jasa Sektor Keuangan 9 Analisis Pengaruh Faktor-faktor Struktur Modal terhadap 14 Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan Evaluasi Model SEM 14 Model Pengukuran (Outer Model) 14 Discriminant Validity 18 Uji Reliabilitas 19 Model Struktural (Inner Model) 19 Implikasi Manajerial 21 SIMPULAN DAN SARAN 21 Simpulan 21 Saran 22 DAFTAR PUSTAKA 22 LAMPIRAN 24 RIWAYAT HIDUP vi vi vi

10 DAFTAR TABEL 1 Perusahaan dengan komponen struktur modal tertinggi dan terendah 10 2 Perusahaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi 11 struktur modal tertinggi dan terendah 3 Nilai Loading Factor Awal 15 4 Nilai Loading Factor Akhir 16 5 Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values) 17 6 Nilai AVE masing-masing konstruk 19 7 Nilai Composite Reliability masing-masing konstruk 19 8 Hasil R-Square 19 9 Path Coefficient (Mean, STDEV, T-Values) 20 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran penelitian 5 2 Model Structural Equation 9 3 Model SEM setelah SG dan BRISK direflektifkan secara 15 langsung terhadap struktur modal 4 Model Akhir SEM 16 DAFTAR LAMPIRAN 1 Daftar sampel Perusahaan Jasa Sektor Keuangan yang 24 listing di Bursa Efek Indonesia tahun Komposisi Obligasi, Saham Biasa, dan Saham Preferen 25 Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Struktur modal merupakan bauran hutang jangka panjang, hutang jangka pendek, saham biasa, maupun saham preferen dari suatu perusahaan. Struktur modal berkaitan dengan jumlah hutang dengan modal sendiri yang digunakan untuk membiayai perusahaan. Struktur modal diperlukan perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasional dan pertumbuhan perusahaan dengan menggunakan sumber-sumber keuangan yang berbeda. Hutang diperoleh dari obligasi ataupun pembayaran jangka panjang sedangkan modal dibagi menjadi saham biasa, saham preferen maupun laba ditahan. Manajer keuangan harus menentukan proporsi dari struktur modal perusahaan sehingga memaksimalkan nilai perusahaan ataupun struktur modal optimal. Struktur modal yang optimal dapat menciptakan kondisi keuangan yang kuat dan stabil. Penentuan struktur modal merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber dana sehingga dapat digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Pecking Order Theory mengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal daripada eksternal perusahaan. Perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory adalah internal fund (dana internal), debt (hutang), dan equity (modal sendiri) (Saidi, 2004). Keputusan struktur modal berpengaruh secara langsung terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan (Brigham dan Houston, 2001). Banyak faktor-faktor yang digunakan manajer keuangan untuk menentukan struktur modal perusahaan. Brigham dan Houston (2001) mengemukakan faktor-faktor struktur aktiva, stabilitas penjualan, tingkat pertumbuhan, pengendalian, ukuran perusahaan, risiko bisnis, posisi pajak, fleksibilitas keuangan dan konservatisme merupakan faktor-faktor yang menentukan struktur modal perusahaan. Sedangkan menurut Flydenberg dalam Kartini dan Arianto (2008) menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal adalah aktiva tetap, profitabilitas, risiko, ukuran perusahaan, pajak, struktur kepemilikan, dan pertumbuhan. Kebijakan mengenai struktur modal berhubungan dengan risiko yang dihadapi dan tingkat pengembalian (keuntungan) suatu perusahaan. Apabila menggunakan hutang yang banyak akan berisiko tinggi terhadap aliran kas, tetapi tingkat proporsi hutang yang besar pada umumnya menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi pula. Tingkat pengembalian yang tinggi akan menarik minat para investor sehingga harga saham akan tinggi pula. Sektor jasa keuangan merupakan suatu istilah yang dipakai oleh industri keuangan. Jasa keuangan terdiri dari industri perbankan, perusahaan asuransi, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, bank investasi, maupun perusahaan kartu kredit. Selama tahun 2012, sektor keuangan di Indonesia mengalami kestabilan dan fungsi intermediasi kuat dalam mendukung perekonomian negara (BI, 2013). Hal ini dapat dilihat dimana industri ini mampu menyumbang sekitar 5,3% dari total keseluruhan PDB

12 2 Indonesia pada tahun 2012 (BPS, 2013). Selain itu selama periode ini, terjadi pertumbuhan yang sangat pesat pada sektor ini khususnya pada sub sektor perbankan dimana membuat persaingan yang semakin ketat diantara para pelaku usaha (BI, 2013). Kestabilan sektor keuangan sangatlah penting untuk dilakukan. Ketidakstabilan sektor keuangan dapat menimbulkan dampak yang buruk seperti hilangnya kepercayaan masyarakat dan menurunnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan suatu negara. Berdasarkan uraian di atas penentuan keputusan menggunakan struktur modal yang efektif dan efisien perlu dilakukan terutama pada perusahaan jasa sektor keuangan, maka penelitian penting dilakukan terutama tentang ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran struktur modal pada perusahaan sektor jasa keuangan? 2. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal pada perusahaan sektor jasa keuangan? Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Menganalisis gambaran struktur modal pada perusahaan sektor jasa keuangan. 2. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal pada perusahaan sektor jasa keuangan. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai informasi terutama manajer keuangan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi kinerja keuangan di masa yang akan datang bagi perusahaan. Bagi peneliti lain dan akademisi diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan landasan untuk lebih memperdalam pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan ketika seorang investor ingin menanamkan modalnya pada perusahaan dengan melihat struktur modal perusahaan tersebut.

13 3 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dengan judul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan sektor jasa keuangan ini merupakan perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 dan memiliki laporan keuangan yang lengkap. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dalam penelitian ini yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva. Perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdiri dari beberapa subsektor yaitu subsektor perbankan, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, asuransi, dan subsektor keuangan lainnya. Perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 ada sebanyak 67 perusahaan. Namun dikarenakan masih banyaknya laporan keuangan yang tidak lengkap dan masih banyaknya perusahaan yang belum menerbitkan laporan keuangannya pada periode 2012 sehingga penelitian ini tidak mengambil seluruh perusahaan jasa keuangan dan diperoleh sampel sebanyak 44 perusahaan sektor jasa keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Lampiran 1). TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Struktur Modal Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007), struktur modal merupakan pendanaan permanen jangka panjang yang diwakili oleh hutang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Ukuran Perusahaan Menurut Kartini dan Tulus Arianto (2008) ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan berapa besar kebijakan keputusan pendanaan (struktur modal) dalam memenuhi ukuran atau besarnya aset perusahaan. Ukuran Perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditujukan pada total aktiva dan jumlah penjualan (Bambang Riyanto, 2001). Penelitian yang dilakukan Imam Ghozali dan Hendrajaya (2000) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba melalui operasional perusahaannya dengan menggunakan dana aset yang dimiliki oleh perusahaan. Pengertian lainnya yaitu bahwa profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam menggunakan harta yang dimilikinya (Mas ud, 2008).

14 4 Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan penjualan adalah ukuran mengenai besarnya pendapatan per saham perusahaan yang diperbesar oleh leverage (Weston dan Copeland, 1997:35). Menurut Yuniningsih (2002) bahwa untuk meningkatkan nilai perusahaan selain membuat kebijakan dividen perusahaan juga dituntut untuk tumbuh. Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi kecenderungan penggunaan hutang sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat penjualannya rendah (Mayangsari, 2001). Risiko Bisnis Risiko bisnis merupakan risiko dimana perusahaan tidak mampu menutup biaya operasionalnya (Sunjaja & Barlian, 2003:287). Semakin besar pengaruh operasi perusahaan dengan penggunaan biaya tetap akan semakin tinggi risiko bisnisnya. Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung mempunyai struktur modal yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan dengan risiko bisnis yang rendah. Risiko bisnis dalam penelitian ini diukur dengan risiko operasi. Berkaitan adanya keputusan leverage operasi, perusahaan akan menanggung risiko, yang disebut risiko bisnis. Pertumbuhan Aktiva Aktiva biasanya dibedakan menjadi dua komponen yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva lancar terdiri dari kas, piutang maupun investasi jangka pendek sedangkan aktiva tidak lancar terdiri dari aktiva tetap dan aktiva berwujud. Pertumbuhan aktiva menggambarkan kenaikan atau penurunan aktiva setiap tahun. Pertumbuhan total aktiva biasanya menggambarkan pertumbuhan perusahaan tersebut. Oleh karena itu pertumbuhan total aktiva cenderung berdampak positif terhadap struktur modal perusahaan METODE Kerangka Pemikiran Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal ini dilakukan pada perusahaan jasa sektor keuangan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menganalisis laporan keuangannya. Faktor-faktor yang dipilih yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva serta dianalisis menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) sehingga diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Selanjutnya, hasil dari penelitian dapat menjadi suatu referensi dan manfaat baik bagi industri keuangan maupun investor. Berdasarkan landasan teori, perumusan masalah, dan tujuan penelitian yang dikemukakan sebelumnya, maka sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, berikut disajikan kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian pada Gambar 1.

15 5 Perusahaan Sektor Keuangan Investor Perusahaan Jasa Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Laporan Keuangan Perusahaan Jasa Sektor Keuangan Ukuran Perusahaan Profitabilitas Pertumbuhan Penjualan Struktur Modal Risiko Bisnis Pertumbuhan Aktiva Structural Equation Modeling (SEM) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Gambar 1 Kerangka Pemikiran Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau tergantung oleh variabel lain. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur modal yang dapat dilihat dari obligasi, saham biasa maupun saham preferen yang dimiliki perusahaan tersebut.

16 6 Variabel Independen 1. Ukuran Perusahaan Ukuran Perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari total aktiva dan total penjualan dari perusahaan tersebut (Bambang Riyanto, 2001). 2. Profitabilitas Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan (Brigham dan Houston, 2001). Pada umumnya perusahaan lebih suka pendapatan yang mereka terima digunakan sebagai sumber utama dalam pembayaran untuk investasi. Apabila sumber dari dalam perusahaan tidak mencukupi, maka alternatif lain yang digunakan adalah dengan menggunakan hutang. Untuk mengukur profitabilitas dapat menggunakan beberapa cara antara lain yaitu profit margin, ROA, dan ROE. EAT ROA (Return On Asset) = Total Aktiva x 100% EAT ROE (Return On Equity) = x 100% NPM (Net Profit Margin) = Modal Sendiri EAT Net Sales x 100% Keterangan: EAT (Earning After Tax) adalah selisih antara jumlah keseluruhan pendapatan setelah dikurangi beban dan jumlah pajak yang dikenakan dalam jangka waktu tertentu. Net Sales adalah jumlah total semua penjualan setelah dikurangi potongan penjualan dan retur penjualan. 3. Pertumbuhan penjualan Pertumbuhan penjualan diukur berdasarkan perbandingan antara net sales periode sekarang (Net Sales t ) dikurangi periode sebelumnya (Net Sales t 1 ) terhadap net sales periode sebelumnya (Net Sales t 1 ). Pertumbuhan Penjualan = Net Sales t Net Sales t 1 Net Sales t 1 4. Risiko bisnis Risiko bisnis merupakan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Risiko bisnis merupakan tingkat volatilitas pendapatan yang tinggi dari perusahaan yang akan mempunyai profitabilitas kebangkrutan yang tinggi. Semakin besar pengaruh operasi perusahaan dengan penggunaan biaya tetap akan semakin tinggi risiko bisnisnya. Risiko bisnis dalam penelitian ini menggunakan cara yang digunakan oleh Indriyo (2002) yaitu dengan rumus DOL (Degree of Operating Leverage) dan diberi lambang BRISK. Pertumbuhan EBIT Risiko bisnis (BRISK) = Pertumbuhan Net Sales Keterangan: DOL dalam penelitian ini dilambangkan dengan BRISK. EBIT (Earning Before Interest and Tax) adalah pendapatan suatu perusahaan sebelum dikurangi beban dan jumlah pajak pada periode tahun tertentu. Net Sales adalah jumlah total semua penjualan setelah dikurangi potongan penjualan dan retur penjualan.

17 5. Pertumbuhan aktiva Pertumbuhan aktiva merupakan peningkatan atau penurunan aktiva yang dimiliki suatu perusahaan. Pertumbuhan aktiva dihitung sebagai tingkat perubahan aktiva pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya (Saidi, 2004). Dalam penelitian ini pertumbuhan aktiva dibagi menjadi dua yaitu pertumbuhan aktiva lancar dan pertumbuhan aktiva tidak lancar. Pertumbuhan aktiva lancar = Aktiva Lancar Tahun t Aktiva Lancar Tahun t 1 Aktiva Lancar Tahun t 1 7 Pertumbuhan aktiva tidak lancar = Aktiva tdk Lancar Tahun t Aktiva tdk Lancar Tahun t 1 Aktiva tdk Lancar Tahun t 1 Analisis Partial Least Square (PLS) Analisis penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) yang diolah menggunakan SMART PLS 2.0 M3. Pada penelitian ini terdapat enam variabel laten. Variabel laten tersebut diantaranya Struktur Modal (Capital Structure), Ukuran Perusahaan (Size), Profitabilitas (Profitability), Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth), Risiko Bisnis (Business Risk), dan Pertumbuhan Aktiva (Asset Growth). Masing-masing variabel laten tersebut memiliki indikator (manifest). Variabel laten struktur modal memiliki indikator (manifest) yaitu obligasi (OB), saham biasa (SB), dan saham preferen (SP). Untuk variabel laten ukuran perusahaan memiliki indikator (manifest) yaitu total aktiva (TA) dan total penjualan (TP). Variabel laten profitabilitas memiliki indikator (manifest) yaitu return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan net profit margin (NPM). Sementara itu variabel laten pertumbuhan penjualan dan risiko bisnis masingmasing memiliki satu indikator (manifest) yaitu sales growth (SG) untuk pertumbuhan penjualan dan business risk (BRISK) untuk risiko bisnis. Sedangkan variabel laten pertumbuhan aktiva memiliki indikator (manifest) yaitu pertumbuhan aktiva lancar (AL) dan pertumbuhan aktiva tidak lancar (ATL). Lokasi dan Waktu Penelitian Perusahaan yang diteliti merupakan perusahaan jasa sektor keuangan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange) periode tahun Waktu penelitian yaitu selama lima bulan dari bulan Desember 2013 sampai April Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012 yang termuat dalam Indonesian Capital Market Directory.

18 8 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel menggunakan pendekatan metode purposive sampling dimana tidak semua anggota populasi dijadikan sampel dalam penelitian, hanya sebagian saja berdasarkan kriteria tertentu. Beberapa kriteria pemilihan sampel tersebut sebagai berikut: 1. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai emiten periode tahun Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah perusahaanperusahaan jasa di sektor keuangan. 3. Perusahaan menyajikan laporan keuangan yang lengkap pada tahun Perusahaan memiliki laba bersih positif pada tahun Berdasarkan kriteria di atas, terdapat 44 perusahaan jasa sektor keuangan yang terpilih sebagai sampel (Lampiran 1). Structural Equation Modeling (SEM) Metode Pengolahan dan Analisis Data Structural equation modeling (SEM) merupakan teknik statistik yang digunakan untuk membangun dan menguji model statistik yang biasanya dalam bentuk model-model sebab akibat. Penelitian ini menggunakan Partial Least Square. Menurut Ghozali (2012), Partial Least Square (PLS) merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan Structural Equation Modeling (SEM) berbasis kovarian menjadi berbasis varian. Dinyatakan oleh Wold dalam Ghozali (2012), metode ini merupakan metode yang sangat kuat, karena tidak didasarkan oleh banyak asumsi, data tidak harus terdistribusi dengan normal multivariat dan untuk bahan sampel tidak harus besar. Dua variabel utama dalam penggunaan SEM adalah variabel tidak terukur/laten (construct variable) dan variabel terukur/manifes (observed variable). Model dari penelitian ini menggunakan 6 variabel laten (konstruk) yaitu ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan aktiva, profitabilitas serta struktur modal. Variabel manifes dari ukuran perusahaan dibatasi pada total aktiva dan total penjualan. Profitabilitas dibatasi pada variabel manifes ROA, ROE dan NPM. Penelitian untuk pertumbuhan penjualan dan risiko bisnis dibatasi pada variabel manifes nilai pertumbuhan penjualan dan nilai risiko bisnis. Pertumbuhan aktiva dibatasi pada manifes pertumbuhan aktiva lancar dan pertumbuhan aktiva tidak lancar. Sedangkan untuk struktur modal memiliki tiga variabel manifes yaitu obligasi, saham biasa, dan saham preferen. Model Structural Equation terdiri dari beberapa indikator yaitu Obligasi (OB), Saham Biasa (SB), Saham Preferen (SP), Total Aktiva (TA), Total Penjualan (TP), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Sales Growth (SG), Risiko Bisnis (BRISK), Pertumbuhan Aktiva Lancar (AL), dan Pertumbuhan Aktiva Tidak Lancar (ATL). Berdasarkan indikator tersebut, maka hipotesis dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

19 9 H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Struktur Modal H2 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal H3 : Pertumbuhan Penjualan berpengaruh positif terhadap Struktur Modal H4 : Risiko Risnis berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal H5 : Pertumbuhan Aktiva berpengaruh positif terhadap Struktur Modal Gambar 2 Model Structural Equation HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Struktur Modal Perusahaan Jasa Sektor Keuangan Perusahaan jasa sektor keuangan merupakan gabungan dari beberapa perusahaan seperti perbankan, perusahaan asuransi, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, bank investasi, dan perusahaan kartu kredit. Sektor keuangan sangat erat kaitannya dengan perekonomian suatu negara karena dapat memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi negara. Oleh sebab itu, suatu negara maju memiliki banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor keuangan. Di Indonesia, perusahaan jasa sektor keuangan juga menjadi salah satu sektor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Menurut data BPS 2013, industri sektor keuangan mampu memberikan kontribusi sekitar 5.3% dari total PDB pada tahun 2012 dan mengalami peningkatan kontribusi sebesar 8,1% dibanding periode sebelumnya. Namun bila dibandingkan dengan negara lain, sektor keuangan di Indonesia masih jauh tertinggal. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan dan koordinasi yang kurang baik antara para regulator serta pelaku usaha sehingga banyak masyarakat yang belum mengetahui bahkan tidak menggunakan jasa keuangan bila melakukan suatu transaksi. Masyarakat cenderung menggunakan uang tunai bila melakukan transaksi sehingga semakin meningkatkan inflasi. Para pelaku usaha juga harus bisa dalam menentukan keputusan mengenai struktur modal mereka sehingga semakin optimal keputusan yang dibuat maka semakin baik nilai perusahaannya.

20 10 Pada periode 2012 terdapat 67 perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia. Ada sebanyak 29 perusahaan di sub sektor perbankan, 10 perusahaan masing-masing di sub sektor perusahaan asuransi, perusahaan efek dan lembaga pembiayaan, serta sebanyak 8 perusahaan di sub sektor keuangan lainnya. Namun selama periode tersebut hanya 44 perusahaan yang digunakan sebagai sampel (Lampiran 1). Hal ini dikarenakan masih banyaknya laporan keuangan perusahaan yang belum diterbitkan dan laporan keuangan yang tidak lengkap pada periode Tabel 1 berikut menunjukkan perusahaan-perusahaan dengan struktur modal tertinggi dan terendah pada perusahaan jasa sektor keuangan (selengkapnya Lampiran 2) sedangkan pada Tabel 2 menunjukkan perusahaan-perusahaan dengan faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal tertinggi dan terendah. Tabel 1 Perusahaan dengan komponen struktur modal tertinggi dan terendah Komponen Prosentase (%) Nama Perusahaan OB Tertinggi 93 PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk Terendah 13,5 PT Minna Padi Investama Tbk SB Tertinggi 86,4 PT Minna Padi Investama Tbk Terendah 6,8 PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk SP Tertinggi 31,5 PT Arthavest Tbk Terendah -0,0094 PT Reliance Securities Tbk OB: Obligasi, SB: Saham Biasa, SP: Saham Preferen. Berdasarkan Tabel 1, prosentase komposisi Obligasi (OB) tertinggi yaitu pada perusahaan PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk dengan prosentase mencapai 93%. PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk menjadi perusahaan yang memiliki prosentase komposisi obligasi tertinggi dimana sebagian besar diperoleh dari penerbitan obligasi subordinasi rupiah. Sedangkan prosentase komposisi Obligasi (OB) terendah yaitu pada perusahaan PT Minna Padi Investama Tbk dengan prosentase mencapai 13,5% dimana sebagian besar obligasi berasal dari hutang lembaga kliring dan penjaminan. Pada Saham Biasa (SB), PT Minna Padi Investama Tbk menjadi perusahaan yang memiliki prosentase komposisi saham biasa tertinggi sebesar 86,4% sedangkan PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk menjadi perusahaan yang memiliki prosentase komposisi saham biasa terendah sebesar 6,8%. Hal ini dikarenakan pada tahun 2012 PT Minna Padi Investama Tbk mengambil kebijakan penguatan struktur modal dengan menggunakan dana yang dihimpun dari saham biasa sehingga komposisi obligasi maupun saham preferen menjadi rendah. Sebaliknya pada tahun tersebut, PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk mengambil kebijakan penguatan struktur modal dengan menggunakan obligasi sehingga komposisi saham biasa dan saham preferen menjadi rendah. Prosentase komposisi Saham Preferen (SP) tertinggi yaitu pada perusahaan PT Arthavest Tbk dengan prosentase sebesar 31,5%. Namun demikian, jumlah ekuitas pada PT Arthavest Tbk tidak didominasi oleh saham preferen melainkan saham biasa yang berkontribusi mencapai 44% dari total ekuitasnya. Sedangkan saham preferen terendah terjadi pada perusahaan PT Reliance Securities Tbk sebesar -0,0094%. Saham preferen pada PT Reliance Securities Tbk menjadi rendah dikarenakan terjadinya penggabungan usaha dengan entitas anak sehingga

21 nilai wajar aset moneter yang diakuisisi diturunkan secara proporsional dan berdampak terhadap komposisi saham preferennya. Tabel 2 Perusahaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal tertinggi dan terendah Ukuran Perusahaan (Size) Komponen Nilai Komponen (Rupiah) a Nama Perusahaan TA Tertinggi PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk Terendah PT Arthavest Tbk TP Tertinggi PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk Terendah PT Minna Padi Investama Tbk Profitabilitas (Profitability) Komponen Nilai Komponen (%) Nama Perusahaan ROA Tertinggi 14,43 PT Panin Sekuritas Tbk Terendah 0,0139 PT Bank ICB Bumiputera Tbk ROE Tertinggi 28,8 PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk Terendah 0,1452 PT Bank ICB Bumiputera Tbk NPM Tertinggi 56,76 PT Minna Padi Investama Tbk Terendah 0,1374 PT Bank ICB Bumiputera Tbk Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) Komponen Nilai Komponen Nama Perusahaan SG Tertinggi 1,68 PT Bank Pundi Indonesia Tbk Terendah -0,1559 PT Bank ICB Bumiputera Tbk Risiko Bisnis (Business Risk) Komponen Nilai Komponen Nama Perusahaan BRISK Tertinggi 65,93 PT Reliance Securities Tbk Terendah -29,2707 PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk Pertumbuhan Aktiva (Asset Growth) Komponen Nilai Komponen Nama Perusahaan AL Tertinggi 2,65 PT Bank Nationalnobu Tbk ATL Terendah -0,2254 PT Kresna Graha Sekurindo Tbk Tertinggi 2,93 PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Terendah -0,2579 PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk 0 a Angka-angka dinyatakan dalam ribuan rupiah TA: Total Aktiva, TP: Total Penjualan, ROA: Return on Asset, ROE: Return on Equity, NPM: Net Profit Margin, SG: Sales Growth, BRISK: Risiko Bisnis, AL: Aktiva Lancar, ATL: Aktiva Tidak Lancar. Berdasarkan Tabel 2, indikator Total Aktiva (TA) dan Total Penjualan (TP) tertinggi terjadi pada perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk masing-masing sebesar Rp dan Rp Penyumbang terbesar dari total aktiva PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk berasal dari aktiva produktif yang mana didominasi oleh kredit-kredit yang diberikan. Kontribusi terbesar Total Penjualan (TP) PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk diperoleh dari pendapatan bunga dan investasi selama tahun

22 12 Sedangkan indikator Total Aktiva (TA) dan Total Penjualan (TP) terendah terjadi pada PT Arthavest Tbk dan PT Minna Padi Investama Tbk masing-masing sebesar Rp dan Rp Rendahnya total aktiva PT Arthavest Tbk disebabkan terjadinya penurunan pada aset lancar dan aset tidak lancar di tahun 2012 sebesar 9,06% dan 2,26%. Penurunan tersebut terjadi dikarenakan turunnya kas atau setara kas, biaya dibayar dimuka, dan menurunnya uang muka pembelian aset tetap. Sementara itu Total Penjualan (TP) terendah terjadi pada perusahaan PT Minna Padi Investama Tbk dari perusahaan keuangan sub sektor perusahaan efek. Kontribusi terbesar Total Penjualan (TP) PT Minna Padi Investama Tbk diperoleh dari keuntungan atas perdagangan efek yang telah terealisasi selama tahun Return on asset (ROA) tertinggi yaitu pada PT Panin Sekuritas Tbk sebesar 14,43%. Hal tersebut terjadi karena PT Panin Sekuritas Tbk memiliki perbandingan (rasio) antara laba bersih setelah pajak (EAT) terhadap total aktiva atau total asset yang paling optimal. Selain itu, pada tahun 2012 terjadi peningkatan ROA sebesar 1% dibandingkan tahun sebelumnya dikarenakan laba bersih setelah pajak PT Panin Sekuritas Tbk yang meningkat. Pada tingkat return on equity tertinggi terjadi pada PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk dengan nilai sebesar 28,8%. Hal ini dikarenakan PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk memiliki perbandingan (rasio) antara laba bersih setelah pajak (EAT) terhadap modal (equity) yang optimal. Tingkat ROE perusahaan ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, namun dikarenakan terjadi peningkatan modal pada PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan laba bersih setelah pajak sehingga mengakibatkan ROE pada tahun 2012 menjadi lebih rendah dari tahun Sedangkan PT Minna Padi Investama Tbk menjadi perusahaan dengan tingkat net profit margin tertinggi pada sektor industri keuangan. PT Minna Padi Investama Tbk menjadi perusahaan dengan tingkat net profit margin tertinggi karena memiliki perbandingan (rasio) antara laba bersih setelah pajak (EAT) terhadap penjualan yang optimal. Selain itu, PT Minna Padi Investama Tbk mengalami peningkatan NPM yang tinggi sebesar 10% pada tahun 2012 dikarenakan laba bersih setelah pajak yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan net profit margin (NPM) terendah yaitu pada perusahaan PT Bank ICB Bumiputera Tbk dari sub sektor perbankan dengan nilai ROA (0,0139%), ROE (0,1452%), dan NPM (0,1374%). Hal ini terjadi dikarenakan laba bersih setelah pajak (EAT) PT Bank ICB Bumiputera Tbk yang paling rendah diantara perusahaan jasa sektor keuangan lainnya sementara total aktiva, modal sendiri maupun penjualan (net sales) jauh lebih tinggi sehingga menghasilkan perbandingan (rasio) yang sangat kecil. Laba bersih setelah pajak (EAT) pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk menjadi terendah diantara perusahaan jasa sektor keuangan lainnya dikarenakan beban pajak yang mencapai 82% dari keseluruhan laba sebelum pajak. Namun di tahun 2012 laba bersih setelah pajak PT Bank ICB Bumiputera Tbk mengalami peningkatan dengan membukukan sebesar Rp setelah di periode sebelumnya mengalami kerugian mencapai Rp Hal ini dikarenakan beban bunga dan operasional pada tahun 2012 lebih kecil dibandingkan pendapatannya sedangkan pada tahun 2011 beban bunga dan operasional lebih besar

23 dibandingkan pendapatannya sehingga mengakibatkan PT Bank ICB Bumiputera Tbk mengalami kerugian. Nilai tertinggi pada indikator Pertumbuhan Penjualan (SG) yaitu PT Bank Pundi Indonesia Tbk dengan nilai pertumbuhan penjualan sebesar 1,68. PT Bank Pundi Indonesia Tbk memperoleh nilai pertumbuhan penjualan tertinggi dikarenakan pendapatannya yang meningkat dari Rp pada tahun 2011 menjadi Rp di tahun 2012 dimana pendapatan terbesarnya berasal dari pendapatan bunga. Sedangkan nilai terendah indikator Pertumbuhan Penjualan (SG) yaitu PT Bank ICB Bumiputera Tbk dengan nilai pertumbuhan penjualan sebesar -0,1559. PT Bank ICB Bumiputera memperoleh nilai pertumbuhan penjualan terendah dikarenakan pendapatan pada tahun 2012 yang menurun baik pendapatan bunga maupun pendapatan operasional lainnya. Menurunnya pendapatan PT Bank ICB Bumiputera dikarenakan dampak dari persaingan yang semakin ketat antara bank-bank umum di industri perbankan Indonesia yang tumbuh pesat di tahun Sementara itu, Risiko Bisnis (BRISK) tertinggi terjadi pada PT Reliance Securities Tbk dengan tingkat risiko bisnis mencapai 65,93. PT Reliance Securities Tbk memperoleh tingkat risiko bisnis tertinggi dikarenakan perbandingan pertumbuhan laba bersih sebelum pajak terhadap pertumbuhan penjualan yang terbesar. Selain itu terjadi peningkatan laba sebelum pajak (EBIT) yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan pendapatannya sehingga mengakibatkan perbandingan (rasio) antara pertumbuhan EBIT dengan pertumbuhan pendapatan yang tertinggi. Hal ini juga menandakan bahwa PT Reliance Securities Tbk memiliki struktur modal yang lebih rendah diantara perusahaan jasa sektor keuangan lainnya. Sedangkan risiko Bisnis (BRISK) terendah terjadi pada PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk dengan tingkat risiko bisnis mencapai -29,2707. PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk memperoleh tingkat risiko bisnis terendah dikarenakan perbandingan pertumbuhan laba bersih sebelum pajak (EBIT) terhadap pertumbuhan pendapatan yang terkecil diantara perusahaan jasa sektor keuangan lainnya. Risiko bisnis pada PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk menjadi negatif disebabkan oleh total pendapatan mereka sepanjang tahun 2012 yang mengalami penurunan sebesar 2,6% walaupun mereka mencatatkan kenaikan laba bersih sebelum pajak (EBIT). Pada indikator pertumbuhan aktiva lancar (AL) tertinggi terjadi pada PT Bank Nationalnobu Tbk sebesar 2,65. Total aktiva lancar pada PT Bank Nationalnobu Tbk mengalami kenaikan yang tinggi sebesar Rp dari tahun 2011 hingga 2012 sehingga menghasilkan pertumbuhan aktiva lancar tertinggi dimana penyumbang aktiva lancar terbesarnya berasal dari penempatan pada Bank Indonesia yang merupakan penanaman dana dalam bentuk Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FSBI) dan diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan maupun piutang. Sedangkan pertumbuhan aktiva lancar (AL) terendah terjadi pada perusahaan jasa keuangan sub sektor perusahaan efek yaitu PT Kresna Graha Sekurindo Tbk dengan nilai -0,2254. Hal ini dikarenakan penurunan total aktiva pada tahun 2012 yang bersumber dari besarnya penurunan aktiva lancar sebesar 22,5% sementara aktiva tidak lancar perusahaan tersebut naik sebesar 40,7%. Sementara itu, pertumbuhan aktiva tidak lancar (ATL) tertinggi terjadi pada PT Bank Artha Graha Internasional Tbk dengan nilai sebesar 2,93. PT Bank Artha Graha Internasional Tbk memiliki nilai pertumbuhan aktiva tidak lancar tertinggi dikarenakan kenaikan total aktiva tidak lancar sebesar Rp 13

24 dari tahun 2011 hingga tahun 2012 dimana penyumbang aktiva tidak lancar terbesarnya berasal dari aset tetap (fixed assets). Sedangkan pertumbuhan aktiva tidak lancar (ATL) terendah terjadi pada perusahaan jasa keuangan sub sektor lembaga pembiayaan yaitu PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk dengan nilai -0,2579. Rendahnya pertumbuhan aktiva tidak lancar (ATL) PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk disebabkan karena perseroan tersebut mengalami penurunan total aset dibandingkan tahun 2011 sebesar 14,3% yang sebagian besarnya berasal dari penurunan aktiva tidak lancarnya sebesar 25,8%. Analisis Pengaruh Faktor-faktor Struktur Modal terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan Evaluasi Model SEM (Structural Equation Modeling) Partial Least Square (PLS) tidak memiliki syarat adanya asumsi distribusi tertentu untuk estimasi parameter, maka teknik parametrik untuk menguji atau mengevaluasi signifikansi tidak diperlukan (Chin 1998; Chin dan Newsted 1999). Oleh karena itu, evaluasi model PLS berdasarkan pada orientasi prediksi yang mempunyai sifat non-parametrik sehingga model evaluasi PLS dilakukan dengan evaluasi model pengukuran (outer model) dan evaluasi model struktural (inner model). Model Pengukuran (Outer Model) Evaluasi model pengukuran atau outer model dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas model dengan menganalisis hubungan antara setiap indikator terhadap variabel latennya (konstruk) (Ghozali 2012). Pada penelitian ini menggunakan indikator reflektif sehingga uji validitas convergentnya dapat dilihat dari nilai loading factor untuk tiap indikator konstruk. Rule of thumb yang biasanya digunakan untuk menilai validitas convergent yaitu nilai loading factor harus lebih dari 0,7 untuk penelitian yang bersifat confirmatory dan nilai loading factor antara 0,6-0,7 untuk penelitian yang bersifat exploratory. Namun demikian untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran, nilai loading faktor 0,5-0,6 masih dianggap cukup (Chin 1998). Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa adanya perubahan model awal SEM (Gambar 2) dikarenakan variabel laten pertumbuhan penjualan (sales growth) dan risiko bisnis (business risk) masingmasing hanya memiliki satu indikator (manifest) sehingga indikator sales growth (SG) dan business risk (BRISK) langsung direflektifkan secara langsung ke variabel laten struktur modal.

25 15 Gambar 3 Model SEM setelah SG dan BRISK direflektifkan secara langsung terhadap struktur modal Pada penelitian ini, indikator dibawah 0,5 dihapus atau dropping. Indikator yang memiliki nilai loading factor dibawah 0,5 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Nilai Loading Factor Awal Konstruk Indikator Perusahaan Jasa SektorKeuangan Nilai Obligasi 0,963 Saham Biasa 0,978 Struktur Modal Saham Preferen 0,122 Sales Growth -0,389 Business Risk 0,228 Ukuran Perusahaan Total Aktiva 0,969 Total Penjualan 0,966 Return on Asset -0,025 Profitabilitas Return on Equity 0,880 Net Profit Margin 0,705 Pertumbuhan Aktiva Aktiva Lancar 1,000 Aktiva tidak Lancar 0,092 Proses dropping akan terus dilakukan hingga nilai loading factor setiap indikator di atas 0,5 sehingga diperoleh model akhir SEM seperti pada Gambar 4.

26 16 Gambar 4 Model akhir SEM Tabel 4 berikut ini merupakan tabel dimana nilai loading factor untuk setiap indikator sudah di atas 0,5 yang menunjukkan masing-masing indikator mereflektifkan variabel latennya (konstruk). Tabel 4 Nilai Loading Factor Akhir Konstruk Indikator Perusahaan Jasa Sektor Keuangan Nilai Struktur Modal OB 0,984 SB 0,984 Ukuran Perusahaan TA 0,969 TP 0,965 Profitabilitas ROE 0,875 NPM 0,883 Untuk melihat hubungan antara indikator ke konstruk yaitu dengan melihat nilai signifikansi T statistics. Indikator dinyatakan berpengaruh nyata jika T statistics > Tabel 5 menunjukkan bahwa masing-masing indikator memiliki nilai T statistics > 1.96

27 Tabel 5 Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values) Standard Original Sample Deviation Sample (O) Mean (M) (STDEV) NPM <- Profitability OB <- Capital Structure ROE <- Profitability SB <- Capital Structure Standard Error (STERR) 17 T Statistics ( O/STERR ) TA <- Size TP <- Size Pada model awal SEM seperti Gambar 2 dapat dilihat bahwa variabel laten pertumbuhan penjualan dan risiko bisnis masing-masing memiliki satu indikator sehingga kedua konstruk itu harus direflektifkan secara langsung terhadap struktur modal. Dengan demikian muncul sebuah model awal yang baru pada SEM seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Setelah itu dilakukan calculate yang menghasilkan nilai faktor loading sales growth (SG) dan business risk (BRISK) masing masing sebesar -0,389 dan 0,228. Oleh karena nilai faktor loading di bawah 0,5 maka manifest sales growth (SG) dan business risk (BRISK) harus dihapus dari model. Hal ini menjelaskan bahwa pada perusahaan jasa sektor keuangan manifest sales growth (SG) dan business risk (BRISK) yang mewakili konstruk pertumbuhan penjualan dan risiko bisnis tidak berpengaruh sama sekali terhadap struktur modal atau tidak dapat menjelaskan variabel laten struktur modal. Hal ini dapat dilihat dalam karakteristik perusahaan jasa sektor keuangan dimana menerima risiko dalam bentuk penghargaan serta kebanyakan keputusan usaha melibatkan keseimbangan risiko dan penghargaan. Semakin besar risiko maka semakin besar pula penghargaan yang akan diterima. Pada perusahaan jasa sektor keuangan, keseimbangan ini terlihat jelas pada investasi usaha seperti melibatkan pembelian mesin ataupun pengenalan produk baru, tarif bunga atas pinjaman dan premi pada polis asuransi didasari asumsi risiko yang akan terjadi. Sedangkan pengukuran kinerja penjualan lebih difokuskan pada volume penjualan (pendapatan) dan bukan hanya sekedar tingkat laba, komisi didasarkan atas premi tahun pertama atau awal tahun, dan atas jumlah polis yang tertulis. Oleh karena itu dapat disimpulkan tinggi atau rendahnya pertumbuhan penjualan maupun risiko bisnis suatu perusahaan keuangan tidak akan mempengaruhi manajemen dalam menentukan struktur modalnya. Sementara itu dapat dianalisis bahwa pada variabel laten struktur modal (capital structure) dilakukan aktivitas dropping yaitu pada SP (saham preferen) yang dikarenakan pada indikator tersebut nilai faktor loadingnya (0,122) kurang dari 0,5. Pengaruh saham preferen terhadap struktur modal pada industri keuangan tidak kuat dikarenakan sebagian besar saham dalam industri ini berasal dari saham pemegang kendali atau saham biasa. Variabel laten ukuran perusahaan (size), indikator TA (total aktiva) dan TP (total penjualan) tidak dilakukan aktivitas dropping dikarenakan faktor loading

28 18 yang di atas 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan dapat diukur dengan melihat total aktiva maupun total penjualan perusahaan tersebut dimana baik total aktiva maupun total penjualan memiliki peranan yang sama penting pada perusahaan jasa sektor keuangan. Indikator total aktiva dan total penjualan pada perusahaan jasa sektor keuangan dapat dilihat dari nilai faktor loadingnya dengan masing-masing memiliki nilai 0,969 dan 0,965. Nilai faktor loading kedua indikator tersebut mendekati nilai 1,000 dimana semakin tinggi nilai faktor loading maka semakin merefleksikan indikator terhadap variabel laten (konstruk). Kebanyakan aset pada perusahaan jasa sektor keuangan pada umumnya merupakan aset moneter. Nilai aset moneter lebih mudah diukur daripada aset fisik lainnya seperti gedung, peralatan, serta hak paten dan aktiva tak berwujud lainnya. Sedangkan total penjualan pada perusahaan jasa sektor keuangan sebagian besar berasal dari pendapatan bunganya dan tingkat laba dari banyak transaksi tidak bisa diukur hingga bertahun-tahun setelah komitmen dilakukan. Pada variabel laten profitabilitas (profitability) hanya indikator ROA (Return on Asset) yang dihilangkan dari model dikarenakan nilai faktor loadingnya (-0,025) di bawah 0,5. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang tidak kuat ROA terhadap profitabilitas dalam industri ini dikarenakan pada umumnya pengukuran menggunakan ROA hanya berfokus pada tujuan jangka pendek sementara itu perusahaan jasa sektor keuangan memfokuskan pada tujuan jangka panjang begitu pula dengan perusahaan lain pada umumnya. Variabel laten pertumbuhan aktiva (asset growth), faktor loading ATL (aktiva tidak lancar) kurang dari 0,5 sehingga harus dibuang (dropping) sedangkan AL (aktiva lancar) awalnya memiliki nilai lebih dari 0,5 sehingga tidak dilakukan proses dropping sehingga hanya AL yang merefleksikan variabel laten pertumbuhan aktiva. Namun dikarenakan variabel laten pertumbuhan aktiva hanya memiliki indikator AL maka indikator AL harus langsung merefleksikan struktur modal. Setelah dilakukan calculate kembali, ternyata faktor loading AL menjadi kurang dari 0,5 sehingga indikator AL juga harus dibuang dari model. Hal ini menunjukkan bahwa pada perusahaan jasa sektor keuangan tingkat pertumbuhan aktiva perusahaan yang diwakili oleh indikator AL dan ATL tidak bisa menjelaskan variabel laten struktur modal (capital structure). Aktiva lancar pada perusahaan jasa sektor keuangan sebagian besar terdiri dari investasi dan piutang pembiayaan, portofolio efek, deposito dan kas. Sedangkan aktiva tidak lancar pada perusahaan jasa sektor keuangan sebagian besar terdiri dari aset tetap dan aset lainnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan tinggi atau rendahnya pertumbuhan aktiva lancar maupun aktiva tidak lancar suatu perusahaan keuangan tidak akan mempengaruhi manajemen dalam menentukan struktur modalnya. Discriminant Validity Validitas discriminant bertujuan untuk menentukan valid atau tidaknya variabel konstruk. Cara yang dapat digunakan untuk menguji validitas discriminant adalah dengan melihat nilai AVE (Average Variance Extracted) setiap konstruk. Suatu konstruk dikatakan valid jika nilai AVE lebih besar dari 0,5

29 19 Tabel 6 Nilai AVE masing-masing konstruk Nilai AVE Capital Structure 0, Profitability 0, Size 0, Dari Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa nilai AVE masing-masing konstruk yaitu Struktur Modal (Capital Structure), Profitabilitas (Profitability), dan Ukuran Perusahaan (Size) valid dikarenakan AVE > 0,5 Uji Reliabilitas Selain uji validitas, pengukuran model juga dilakukan untuk menguji reliabilitas suatu konstruk. Uji reliabilitas dilakukan untuk membuktikan akurasi, konsistensi, dan ketepatan instrument dalam mengukur konstruk (Ghozali 2012). Untuk mengukur reliabilitas dapat menggunakan dua cara yaitu Cronbach s Alpha dan Composite Reliability. Namun demikian nilai Cronbach s Alpha yang dihasilkan PLS sedikit under estimate sehingga lebih disarankan untuk menggunakan Composite Reliability (Ghozali 2012). Konstruk dikatakan reliabel jika nilai Composite Reliability di atas 0,70. Tabel 7 Nilai Composite Reliability masing-masing konstruk Composite Reliability Capital Structure Profitability Size Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat disimpulkan bahwa masing-masing konstruk atau variabel laten adalah reliabel atau memenuhi uji reliabilitas. Model Struktural (Inner Model) Model Struktural atau inner model menggambarkan hubungan antara variabel laten (konstruk) yang dievaluasi menggunakan R-Square untuk konstruk dependen. Berikut nilai R-Square untuk masing-masing konstruk atau peubah laten: Tabel 8 Hasil R-Square R-Square Capital Structure Profitability Size Tabel di atas menunjukkan bahwa struktur modal dapat dijelaskan oleh karakteristik ukuran perusahaan dan profitabilitas sebesar 96,9% dan sisanya sebesar 3,1% dijelaskan variabel lain. Kemudian struktur modal tidak dapat dijelaskan oleh karakteristik pertumbuhan penjualan, risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 45 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan. Penelitian dilakukan pada perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ekonomi global yang terus maju pada saat ini, dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ekonomi global yang terus maju pada saat ini, dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekonomi global yang terus maju pada saat ini, dapat menimbulkan persaingan bisnis yang sangat ketat. Setiap perusahaan memerlukan investasi besar dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profitabilitas Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba melalui operasional usahanya dengan menggunakan dana aset yang dimiliki oleh perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Hasa, 2008) (Lusiana, 2006) (Meyulinda dan Yusfarita, 2010) Weston and Copeland (2010:19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Hasa, 2008) (Lusiana, 2006) (Meyulinda dan Yusfarita, 2010) Weston and Copeland (2010:19) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan harus bisa menjalankan dan mengelola fungsi-fungsi penting di dalam perusahaan dan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan keadaan yang sedang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 2.1.1.1 Pengertian Struktur Modal Struktur modal merupakan suatu pilihan pendanaan perusahaan antar hutang dan ekuitas (Theresia,2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumber-sumber pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan. Nilai

BAB I PENDAHULUAN. merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan. Nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai perusahaan merupakan kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh harga saham yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran di pasar modal yang merefleksikan penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan

BAB I PENDAHULUAN. maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan untuk meningkatkan aktivitas maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham. A. Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham. Adha dan Ratna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Trade-Off Theory Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang sebanyak banyaknya. Suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendanaan adalah fondasi utama dalam dunia usaha dan perekonomian. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai kegiatan operasionalnya atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Modal dan struktur modal perusahaan Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), surplus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori ini menjabarkan teori-teori yang mendukung hipotesis serta sangat berguna dalam analisis hasil penelitian. Landasan teori berisi pemaparan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat, menyebabkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Persaingan dunia bisnis semakin kompetitif pada saat ini. Masing-masing perusahaan perlu menentukan strategi terbaik agar bertahan dan bertumbuh di dalam industrinya. Strategi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Sumber-sumber Pendanaan Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari internal perusahaan (pendanaan dari dalam perusahaan) dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat, menyebabkan perusahaan dalam berbagai sektor industri di Indonesia berlomba-lomba meningkatkan nilai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 1. Modal Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu memerlukan modal, tersedianya modal yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Hasil Penelitian Responden dalam penelitian ini yaitu mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara. Penyebaran kuesioner dilakukan menggunakan penyebaran secara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intellectual capital

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intellectual capital 4.1 Deskripsi Objek Penelitian BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan. Penelitian dilakukan pada industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari dilakukannya penelitian ini antara lain : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori-Teori yang Relevan 2.1.1.1 Modal Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan. Komponen modal terdiri dari modal setor, agio saham, laba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan penelitian saat ini. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan penelitian saat ini. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu adalah penelitian sebelumnya yang menjadi referensi dalam melakukan penelitian saat ini. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis yang sedang memasuki era globalisasi mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis yang sedang memasuki era globalisasi mengakibatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia bisnis yang sedang memasuki era globalisasi mengakibatkan persaingan semakin tajam, sehingga setiap perusahaan dituntut untuk senantiasa berproduksi secara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Asimetri Informasi Teori asimetri informasi atau ketidaksamaan informasi menurut Brighman dan Houston (1999:35) adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Struktur Modal Struktur modal pada dasarnya berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal maupun sumber eksternal. Sumber dana internal berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis semakin hari semakin ketat dan sangat kompetitif. Terbukti jika perusahaan tidak dapat menghadapi tantangan ini sangat banyak perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Struktur modal berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perusahaan harus meningkatkan nilai perusahaannya.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perusahaan harus meningkatkan nilai perusahaannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki keinginan untuk dapat memperluas usahanya dan berkembang demi tercapainya tujuan perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan yaitu: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh leverage dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan yaitu: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh leverage dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan yaitu: 1. Komang Adik dan I Made (2016) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh leverage

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA. Oleh : Retno Widuri

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA. Oleh : Retno Widuri PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh : Retno Widuri (Dosen Fakultas Ekonomi UNSOED Purwokerto) Abstract The study titled "Impact On Financial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian teori. Teori teori struktur modal bertujuan sebagai landasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian teori. Teori teori struktur modal bertujuan sebagai landasan 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini tentang pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan dan struktur aktiva terhadap struktur modal perusahaan Property and Real Estate yang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan BAB II URAIAN TEORITIS A. Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Dalam pengertiannya, struktur modal dibedakan atas struktur modal dan struktur finansial/ keuangan. Struktur modal adalah paduan sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai perusahaan. Menurut IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai perusahaan. Menurut IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Earning Per Share (EPS) a. Pengertian Earning Per Share (EPS) Laba per lembar saham akan diikuti secara erat oleh peserta saham, karena besarnya laba per

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pecking Order Theory Pecking order theory adalah teori struktur modal yang di rumuskan oleh Myes dan Majluf 1984. Disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk kredit. Bank menjual jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk kredit. Bank menjual jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat, baik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan badan usaha yang bertugas sebagai penghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Tobing (2006) mengenai Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori 1. Variabel Fundamental Menurut Jogiyanto (2009), analisis fundamental atau analisis perusahaan merupakan analisis untuk menghitung nilai intrinsik dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Laporan keuangan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat. Banyaknya perusahaan yang bersaing untuk dapat berkembang di masing-masing usaha yang mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aset 2.1.1 Pengertian Aset Aset merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan yang bentuknya dapat berupa hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Pertumbuhan Perusahaan Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa besar perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan jasa keuangan bagi nasabah-nasabahnya, dimana pada

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan jasa keuangan bagi nasabah-nasabahnya, dimana pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Hal tersebut ditandai dengan kehadiran industriindustri baru, yang salah satunya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing (jangka panjang)

Lebih terperinci

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* PENGARUH TINGKAT KECUKUPAN MODAL, RISIKO KREDIT, DAN INTERMEDIASI TERHADAP PENYALURAN KREDIT, PROFITABILITAS, DAN LIKUIDITAS BPR DI PROVINSI DKI JAKARTA EKA NURNAFIH DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 39 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Sampel dalam penelitian ini merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mempublikasikan laporan tahunan dan termasuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya pasti membutuhkan dana

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya pasti membutuhkan dana BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka. 2.1.1 Sumber Dana. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya pasti membutuhkan dana yang cukup besar. Dana tersebut dapat

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Jenis Foods and Beverages yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asean Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. Banyak tantangan dan peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA merupakan kerja sama antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan manufaktur untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan manufaktur untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan global setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengantisipasi persaingan yang terjadi antar setiap perusahaan. Persaingan yang ketat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan, maupun sumber daya manusianya. Merupakan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan, maupun sumber daya manusianya. Merupakan tantangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis saat ini telah menciptakan suatu kondisi persaingan yang ketat antar perusahaan. Hal tersebut menuntut perusahaan untuk dapat mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (www.sahamok.com).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (www.sahamok.com). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal di Indonesia sejak tahun 1997 mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari 56 emiten pada tahun 1989 menjadi 288 emiten pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kinerja Keuangan Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Peran sektor perbankan dalam memobilisasikan dana

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Peran sektor perbankan dalam memobilisasikan dana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan jumlah bank swasta nasional yang sangat pesat mulai tahun 1980-an membawa perekonomian Indonesia ke suatu tahapan baru dalam perkembangannya. Peran

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUMPULAN DATA Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yaitu mengumpulkan data dari laporan tahunan dan laporan keuangan Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan menjalankan operasional usahanya. Ketika menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan menjalankan operasional usahanya. Ketika menjalankan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini dunia usaha baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil melakukan pengembangan usahanya untuk mengantisipasi persaingan yang semakin tajam dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Menurut Harjito dan Martono (2013:256) struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan pendanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi (Harnanto,1984).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Struktur Modal Struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan Copeland,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perusahaan dalam upaya untuk mengantisipasi persaingan yang semakin tajam dalam pasar yang semakin global seperti sekarang ini akan selalu dilakukan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan besar terjadi secara global seiring dengan perlambatan ekonomi dunia. Resiko ketidakpastian di pasar keuangan dunia memberikan tekanan tambahan bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersifat sekunder, yaitu data yang berasal dari pihak lain yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (Salvatore, 2005).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Dalam dunia usaha untuk meningkatkan kegiatan usaha pemilik usaha selalu dihadapkan dengan suatu masalah. Salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi

BAB III METODE PENELITIAN. untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 POPULASI DAN SAMPEL Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERUSAHAAN GO PUBLIK DI INDONESIA

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERUSAHAAN GO PUBLIK DI INDONESIA 0 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERUSAHAAN GO PUBLIK DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Situmorang (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Econonic Value Added dan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti Yang terdaftar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Ayu (2011), pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri perbankan. Selain menyangkut permasalahan modal, tingkat kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. industri perbankan. Selain menyangkut permasalahan modal, tingkat kepercayaan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab yang pertama ini akan menjelaskan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dari penulisan penelitian ini. 1.1 Latar

Lebih terperinci

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi 17 II. TIN JAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 23 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Asimetri Informasi Teori asimetri informasi atau ketidaksamaan informasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pembaca dalam memahami maksud dari variabel-variabel yang akan diteliti.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pembaca dalam memahami maksud dari variabel-variabel yang akan diteliti. BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis Guna memudahkan pemahaman atas bahasan mengenai penelitian ini, maka diperlukan tinjauan teoretis. Hal tersebut perlu untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pendapatan terhadap penjualan. Darsono dan Ashari (2005). Laba. Shim, mengatakan (1) margin laba bersih sama dengan laba

BAB II KAJIAN TEORI. pendapatan terhadap penjualan. Darsono dan Ashari (2005). Laba. Shim, mengatakan (1) margin laba bersih sama dengan laba BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Net Profit Margin Rasio Net Profit Margin disebut juga dengan rasio pendapatan terhadap penjualan. Darsono dan Ashari (2005). Laba bersih dibagi penjualan bersih.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu mempertahankan kelangsungan usahanya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : 2.1.1 Rizka Putri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal menurut Riyanto (2011:22) merupakan pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling

BAB I PENDAHULUAN. dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor pendukung untuk kelangsungan suatu industri adalah tersedianya dana. Sumber dana murah dapat diperoleh oleh suatu industri adalah dengan menjual saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak cara, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industriindustri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari: utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan baru yang terjadi pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan baru yang terjadi pada era globalisasi saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat dan munculnya perusahaan-perusahaan baru yang terjadi pada era globalisasi saat ini membuat persaingan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola fungsi-fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam menghadapi persaingan global dituntut untuk dapat mengantisipasi persaingan yang terjadi antar setiap perusahaan. Persaingan yang ketat antar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) solvabilitas menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) solvabilitas menunjukkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Solvabilitas 1. Pengertian Solvabilitas Solvabilitas merupakan perbandingan antara kewajiban terhadap akun lain yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) solvabilitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori trade-off (trade-off theory) Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Globalisasi bermuara pada masalah tantangan dan peluang yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Globalisasi bermuara pada masalah tantangan dan peluang yang dihadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi bermuara pada masalah tantangan dan peluang yang dihadapi berdasarkan pada kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh tiap perusahaan dalam menghadapi semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dana maka diperlukan keputusan pendanaan yang tepat. Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dana maka diperlukan keputusan pendanaan yang tepat. Keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia bisnis semua perusahaan membutuhkan dana yang sekiranya dapat menyokong kegiatan operasional. Untuk memenuhi kebutuhan dana maka diperlukan keputusan pendanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi kesehatan. Industri farmasi di

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi kesehatan. Industri farmasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Industri farmasi merupakan industri yang secara ketat diatur dengan pertimbangan perannya yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi kesehatan. Industri farmasi

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang

LANDASAN TEORI. dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang 1 II. LANDASAN TEORI 1.1 Struktur Pendanaan Manajemen pendanaan pada hakekatnya menyangkut keseimbangan finansial di dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang dibutuhkan beserta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjudul Factors Determining the Capital Structure of Pharmaceutical

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjudul Factors Determining the Capital Structure of Pharmaceutical BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendanaan telah dilakakukan oleh: 1. T Mallikarjunappa dan Carmelita Goveas (2007) telah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Struktur Modal Ketika sebuah perusahaan berkembang, perusahaan tentunya akan membutuhkan modal dan modal tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Struktur Modal a. Pengertian Pemenuhan dana perusahaan untuk kebutuhan operasi sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan dapat berasal dari modal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Struktur Modal 1. Definisi Struktur Modal Menurut Bambang (2008:22), Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang dengan modal sendiri.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Dalam setiap perusahaan peranan ilmu manajemen sangat penting sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

Lebih terperinci

Penggunaan Leverage: Struktur Keuangan dan Struktur Modal 1 BAB 6 PENGGUNAAN LEVERAGE : STRUKTUR KEUANGAN DAN STRUKTUR MODAL

Penggunaan Leverage: Struktur Keuangan dan Struktur Modal 1 BAB 6 PENGGUNAAN LEVERAGE : STRUKTUR KEUANGAN DAN STRUKTUR MODAL Penggunaan Leverage: Struktur Keuangan dan Struktur Modal 1 BAB 6 PENGGUNAAN LEVERAGE : STRUKTUR KEUANGAN DAN STRUKTUR MODAL Penggunaan Leverage: Struktur Keuangan dan Struktur Modal 2 LEVERAGE Leverage

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen dibanding tahun 2012, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi global yang melanda dunia. Krisis ekonomi global telah membuat

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi global yang melanda dunia. Krisis ekonomi global telah membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian dunia saat ini masih berada pada tahap pemulihan krisis ekonomi global yang melanda dunia. Krisis ekonomi global telah membuat ratusan perusahaan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat di era

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat di era BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat pelaku bisnis. Setiap perusahaan memerlukan dana yang besar untuk tumbuh dan

Lebih terperinci