Lampiran 2. Daftar Bahan Tambahan Pangan dan Status Kehalalannya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lampiran 2. Daftar Bahan Tambahan Pangan dan Status Kehalalannya"

Transkripsi

1 Lampiran 2. Daftar Bahan Tambahan Pangan dan Status Kehalalannya Kami sudah berusaha memeriksa secara hati-hati ingredien-ingredien ini berdasarkan pengetahuan kami yang diperoleh dari literatur, akan tetapi disadari bahwa ada banyak jalan dalam pembuatan suatu ingredien. Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan bahwa status kehalalan suatu ingredien yang kami cantumkan disini keliru, sehingga status kehalalan yang dicantumkan tersebut harus dipandang sebagai status sementara (yang didasarkan pada pengetahuan yang ada sampai saat buku ini ditulis) sampai adanya informasi baru mengenai ingredien ybs. Disamping itu, perlu diketahui pula bahwa seringkali ada bahan bahan tambahan atau matriks yang ditambahkan kedalam suatu ingredien untuk tujuan tujuan tertentu seperti untuk mencegah oksidasi atau agar mudah larut, terlindung dari pengaruh luar, dll, sehingga status kehalalan ingredien tersebut tergantung juga kepada status kehalalan bahan tambahan yang ditambahkan kedalam ingredien dan matriks yang digunakan ingredien ybs. Masalah lainnya, kehalalan suatu ingredien juga tergantung kepada media (pelarut dan aditif yang digunakan) dimana ingredien tersebut dilarutkan, hal ini khususnya bagi ingredien dalam bentuk cair atau emulsi karena dalam bentuk cair dan emulsi ingredien kebanyakan tidak dalam bentuk murninya. Daftar bahan tambahan pangan yang memiliki kode E Nomor E Nama Deskripsi Status kehalalan E100 Curcumin (C ) Pewarna jika dalam bentuk murninya E101 Riboflavin (Lactofavin, Vitamin B 2 ) Pewarna jika diperleh melalui sintetis kimia, syubhat jika diperoleh dari hasil fermentasi karena tergantung kepada 264

2 status kehalalan media fermentasi yang digunakan E102 Tartrazine Pewarna E104 Quinoline Yellow (C.I ) Pewarna E110 Sunset Yellow Pewarna FCF/Orange Yellow S E120 Cochineal/Carminic acid Pewarna jika dalam bentuk powder, jika dalam bentuk cair tergantung kepada pelarut yang digunakan. Hal ini berlaku bagi semua jenis pewarna dalam bentuk cair. E122 Carmoisine/Azorubine Pewarna (C.I ) E123 Amaranth (C.I ;FD and C Red 2) Pewarna Status kehalalannya tergantung kepada status keamanannya karena di Amerika bahan ini dilarang digunakan. Jika membahayakan kesehatan manusia maka haram digunakan E124 Ponceau 4R/Cochineal Pewarna Red A (C.I ) E127 Erythrosine BS (C.I. Pewarna 265

3 45430; FD and C Red 3) E128 Red 2G (C.I ) Pewarna E129 Allura Red AC (C.I. Pewarna 16035; Food Red 17; FD and C Red 40) E131 Patent Blue V (C.I. Pewarna 42051) E132 Indigo Carmine/ Pewarna Indigotine (C ; FD and C Blue 2) E133 Brilliant Blue FCF (C.I. Pewarna 42090; FD & C Blue 1) E140 Chlorophyll (C.I ) Pewarna jika solven yang ada dalam ekstrak klorofil berada pada konsentrasi dibawah batas yang diizinkan. Jika dalam bentuk kering, kehalalannya tergantung kepada adanya bahan tambahan lain didalam bubuk klorofil E141 Copper Complex of dengan catatan Pewarna Chlorophyll seperti pada E140 Green S/ Acid Brilliant E142 Green BS (Food green S: Lissamine green; C.I 44090) Pewarna 266

4 E150 Caramel Pewarna E150a Plain caramel E150b Caustic sulphite caramel E150c Ammonia caramel E150d Sulphite ammonia caramel E151 Black PN/Brilliant Black Pewarna BN (C.I ) Carbon Black/ Vegetable Carbon (Charcoal) jika seluruhnya berasal dari tanaman, E153 Pewarna syubhat jika berasal dari tulang hewan, tergantung jenis hewan dan cara penyembelihannya E154 Brown FK Pewarna E155 Brown HT Pewarna E160a Alpha, Beta, Gamma- Carotene (C ) Pewarna dalam bentuk murninya, akan tetapi secara komersial karoten berstatus syubhat karena kebanyakan karoten berada dalam suatu matriks karena karoten sendiri mudah rusak karena oksidasi. Oleh karena itu kehalalan karoten juga ditentukan oleh kehalalan matriks 267

5 yang digunakan, salah satu matriks yang dapat digunakan adalah gelatin. E160b Annatto, Bixin, Norbixin (C ; Orlean; Rocou) Pewarna dalam bentuk murninya, akan tetapi secara komersial berstatus syubhat karena kehalalannya tergantung kepada bahan lainnya yang ditambahkan, jika dalam bentuk emulsi tergantung kepada emulsifier yang digunakan, jika dalam bentuk terenkapsulasi tergantung kepada enkapsulan yang digunakan E160c Capsanthin/Capsorubin Pewarna sda (Paprika extract;oleoresin) E160d Lycopene Pewarna sda E160e Beta-apo-8-carotenal (C30; β-8 -apocarotenal) Pewarna sda E160f Ethyl ester of Beta-apo- sda Pewarna 8-carotenoic acid (C30) E161a Flavoxanthin (C.I. Pewarna sda 75135) E161b Lutein (C.I ) Pewarna sda 268

6 E161c Cryptoxanthin (C.I. Pewarna sda 75135) E161d Rubixanthin (C.I ) Pewarna sda E161e Violaxanthin (C.I. Pewarna sda 75135) E161f Rhodoxanthin (C.I. Pewarna sda 75135) E161g Canthaxanthin (C.I. Pewarna sda 75135) E162 Beetroot Red/ Betanin, Pewarna Betanidin E163 Anthocyanins Pewarna dalam bentuk murninya, akan tetapi secara komersial biasanya dalam bentuk terenkapsulasi. Enkapsulan yang digunakan masih perlu dicek kehalalannya walaupun kecil kemungkinan menggunakan gelatin, kecuali jika pembuatannya melibatkan proses koaservasi dimana gelatin biasa digunakan dalam enkapsulasi dengan cara koaservasi. 269

7 E170 Calcium Carbonate (Chalk) Pewarna- Inorganik jika berasal dari karang, syubhat jika berasal dari tulang binatang E171 Titanium Dioxide (C.1. Pewarnaanorganik 77891) E172 Iron Oxides, iron Pewarnaanorganik hydroxides yellow/brown-c ; red: 7491; brown: 77499) E173 Aluminium (C ) Pewarnaanorganik E174 Silver (C ) Pewarnaanorganik E175 Gold Pewarnaanorganik E180 Pigment Rubine/ Lithol Pewarnaanorganik Rubine BK (C ) E200 Sorbic Acid Pengawet E201 Sodium Sorbate Pengawet E202 Potassium Sorbate Pengawet E203 Calcium Sorbate Pengawet E210 Benzoic Acid Pengawet E211 Sodium Benzoate Pengawet E212 Potassium Benzoate Pengawet E213 Calcium Benzoate Pengawet E214 Ethyl 4-hydroxybenzoate Pengawet E215 Ethyl 4- Pengawet halal 270

8 hydroxybenzoate, Sodium Salt E216 Propyl 4- Pengawet hydroxybenzoate Propyl 4- E217 hydroxybenzoate, Sodium Salt Pengawet E218 Methyl 4- Pengawet hydroxybenzoate Methyl 4- E219 hydroxybenzoate, Sodium Salt Pengawet E220 Sulphur Dioxide Pengawet E221 Sodium Sulphite Pengawet E222 Sodium Hydrogen Pengawet Sulphite E223 Sodium Metabisulphite Pengawet E224 Potassium Pengawet Metabisulphite E226 Calcium Sulphite Pengawet E227 Calcium Hydrogen Pengawet Sulphite E230 Biphenyl/Diphenyl Pengawet E231 2-Hydroxybiphenyl Pengawet E232 Sodium Biphenyl-2-yl- Oxide Pengawet E233 2-(thiazol-4-yl) Pengawet Benzimidazole E234 Nisin Pengawet 271

9 kepada kehalalan media pembuatan nisin secara fermentasi E239 Hexamine Pengawet E249 Potassium Nitrate Pengawet E250 Sodium Nitrite Pengawet E251 Sodium Nitrate Pengawet E252 Potassium Nitrate (Saltpetre) Pengawet Syubhat. jika berasal dari karang mineral, haram jika berasal dari limbah hewan haram atau hewan yang tidak disembelih secara Islami. E260 Acetic Acid Asam asalkan bukan berasal dari vinegar yang dibuat dari minuman beralkohol E261 Potassium Acetate Asam E262 Potassium Hydrogen Diacetate Asam E263 Calcium Acetate Asam E270 Lactic Acid Asam kepada kehalalan media pembuatan asam laktat 272

10 secara fermentasi E280 Propionic Acid Pengawet-Asam kepada kehalalan media pembuatan asam propionat secara fermentasi E281 Sodium Propionate Pengawet-Asam kepada kehalalan media pembuatan asam propionat secara fermentasi E282 Calcium Propionate Pengawet-Asam kepada kehalalan media pembuatan asam propionat secara fermentasi E283 Potassium Propionate Pengawet-Asam kepada kehalalan media pembuatan asam propionat secara fermentasi E290 Carbon Dioxide Miscellaneous E296 Malic acid (DL- or L-) Pengasam E297 Fumaric acid Pengasam 273

11 kehalalan media yang digunakan dalam produksi asam fumarat secara fermentasi E300 L-Ascorbic Acid (Vitamin C) Antioksidan- Vitamin C, akan tetapi jika diperoleh melalui fermentasi maka kehalalannya tergantung kepada kehalalan media yang digunakan Antioksidan- E301 Sodium-L-Ascorbate Vitamin C dan turunannya Antioksidan- E302 Calcium-L-Ascorbate Vitamin C dan turunannya E304 Ascorbyl Palmitate Antioksidan- Vitamin C dan turunannya kepada asal asam palmitat, bisa berasal dari minyak nabati (halal) atau lemak hewani (kebanyakan secara komersial haram karena bisa lemak babi atau lemak hewan yang tidak disembelih secara Islami) E306 Natural Extracts rich in Antioksidan- Tocopherols Vitamin E E307 Synthetic Alpha- Antioksidan- 274

12 Tocopherol Vitamin E E308 Synthetic Gamma- Tocopherol Antioksidan- Vitamin E E309 Synthetic Delta- Antioksidan- Tocopherol Vitamin E E310 Propyl Gallate Antioksidanlainnya E311 Octyl Gallate Antioksidanlainnya E312 Dodecyl Gallate Antioksidanlainnya Butylated Hydroxyanisole (BHA) E320 Antioksidanlainnya Butylated Hydroxytoluene (BHT) E321 Antioksidanlainnya dalam bentuk murninya, akan tetapi secara komersial biasanya berada dalam suatu carrier yang bisa halal jika minyak nabati sebagai carriernya dan haram jika lemak hewani atau mengandung lemak hewani sebagai carriernya dalam bentuk murninya, akan tetapi secara komersial biasanya berada dalam suatu carrier yang bisa halal jika minyak nabati sebagai carriernya dan 275

13 E322 Lecithins Penstabil haram jika lemak hewani atau mengandung lemak hewani sebagai carriernya Syubhat. Secara komersial lesitin yang digunakan dalam pengolahan berasal dari kedele, akan tetapi jenis lesitin ini banyak, ada yang dalam bentuk lesitin yang belum dimodifikasi, ada yang sudah dimodifikasi. Ada lesitin yang diperoleh melalui fraksinasi menggunakan etanol dan etanolnya tersisa cukup banyak pada hasil akhir. Ada jenis lesitin yang dalam pembuatannya melibatkan enzim fosfolipase A yang berasal dari pankreas babi. Sayang sekali secara komersial semua jenis lesitin disebut lesitin saja, tidak mencirikan apakah lesitin 276

14 asli yang belum dimodifikasi atau yang sudah dimodifikasi. Sodium Lactate E325 Garam dari Asam kepada kehalalan asam Laktat laktat yang digunakan dalam pembuatannya E326 Potassium Lactate dalam pembuatannya Garam dari Asam kepada kehalalan asam Laktat laktat yang digunakan E327 Calcium Lactate dalam pembuatannya Garam dari Asam kepada kehalalan asam Laktat laktat yang digunakan Miscellaneous E330 Citric Acid kepada kehalalan media pembuatan asam sitrat secara fermentasi Miscellaneous E331 Sodium Citrates kepada kehalalan asam sitrat yang digunakan dalam pembuatannya Miscellaneous E332 Potassium Citrates kepada kehalalan asam sitrat yang digunakan dalam pembuatannya E333 Calcium Citrates Miscellaneous 277

15 E334 E335 E336 Tartaric Acid Sodium Tartrate Potassium Tartrate (Cream of Tartar) Miscellaneous Miscellaneous Miscellaneous kepada kehalalan asam sitrat yang digunakan dalam pembuatannya Syubhat, kebanyakan asam tartarat berasal dari hasil samping industri wine sehingga yang diperoleh dari industri wine ini statusnya haram. Ada kemungkinan asam tartarat diperoleh dari asam jawa (tamarind), jika berasal dari asam jawa statusnya halal. Tidak tertutup kemungkinan merupakan hasil sintesis. kehalalan asam tartarat pembuatannnya. Haram jika diperoleh dari hasil samping industri wine dan kebanyakan berasal dari hasil samping industri wine ini. Syubhat jika hasil reaksi dengan bahan dasar asam tartarat, 278

16 tergantung kehalalan asam tartarat yang digunakan dalam pembuatannnya. Miscellaneous E337 Potassium Sodium Tartrate kehalalan asam tartarat pembuatannnya. E338 Orthophosphoric Acid (Asam fosfat) Miscellaneous E339a Sodium dihydrogen orthophosphate Miscellaneous E339b Disodium hydrogen orthophosphate Miscellaneous E339c Trisodium hydrogen orthophate Miscellaneous Potassium dihydrogen Emulsifying salt, E340(a) orthophosphate (monopotassium miscellaneous phosphate;mkp) dipotassium hydrogen Emulsifying salt, orthophosphate miscellaneous E340(b) (dipotassium phosphate; DKP; Potassium phosphate dibasic) tripotassium Emulsifying salt, E340(c) orthophosphate (dipotassium phosphate; miscellaneous DKP; Potassium 279

17 phosphate tribasic; tripotassium monophosphate) E341 Calcium Phosphates Miscellaneous E350 Sodium malate Sodium hydrogen malate Buffer, seasoning agent Buffer E351 Potassium malate Buffer E352 Calcium malate Calcium hydrogen malate Buffer, firming agent, seasoning agent Firming agent Sequestrant Syubhat karena dibuat E353 Metatartaric acid (pengkelat) dari asam tartarat dimana status asam tartarat adalah syubhat E355 E363 E370 E375 E380 Adipic acid (Hexanedioic Miscellaneous acid) Succinic acid 1,4-Heptanolactone Nicotinic acid Triammonium citrate (Citric acid triammonium salt; Ammonium citrate tribasic) Pengasam, buffer, senyawa penetral Pengasam, pengekelat Vitamin, Pelindung warna Miscellaneous pada kehalalan asam sitrat pembuatannya 280

18 E381 Suplemen besi pada Ammonium ferric citrate kehalalan asam sitrat (Ferric ammonium citrate) pembuatannya Suplement besi pada E381 Ammonium ferric citrate, kehalalan asam sitrat green pembuatannya E385 Calsium disodium EDTA Pengkelat E400 Alginic Acid Penstabil E401 Sodium Alginate Penstabil E402 Potassium Alginate Penstabil E403 Ammonium Alginate Penstabil E404 Calcium Alginate Penstabil Propane-1,2-Diol E405 Alginate (Propylene Penstabil glycol alginate; alginate ester) E406 Agar Penstabil-gum tumbuhan E407 Carrageenan Penstabil-gum tumbuhan 281

19 E410 Locust Bean Gum (Carob Gum) E412 Guar Gum E413 Tragacanth E414 Gum Acacia (Gum Arabic) E415 Xanthan Gum E416 Karaya gum (Sterculia gum, Indian tragacanth) Penstabil-gum tumbuhan Penstabil-gum tumbuhan Penstabil-gum tumbuhan Penstabil-gum tumbuhan Penstabil-gum kepada kehalalan media tumbuhan lainnya pembuatannya secara fermentasi penstabil E420 Sorbitol Gula Alkohol kehalalan glukosa yang digunakan dalam pembuatannya. Pembuatan sorbitol melibatkan reaksi hidrogenasi glukosa, sedangkan glukosa sendiri dapat diperoleh dari hasil hidrolisis pati 282

20 dengan menggunakan enzim dimana salah satu enzim yang biasa digunakan yaitu alfaamilase dapat berasal dari pankreas babi atau sapi. Akan tetapi, alfaamilase dapat pula berasal dari mikroorganisme. E421 Mannitol Gula Alkohol E422 Glycerol Gula Alkohol Syubhat, haram jika dibuat dari hasil samping industri lemak hewan, halal jika berasal dari hidrolisis minyak nabati atau hasil sintesis dengan bahan dasar propilen yang berasal dari minyak bumi. Gliserol juga dapat diperoleh melalui fermentasi dengan menggunakan gula sebagai bahan baku, kehalalannya tergantung kepada kehalalan media fermentasi tersebut. E430 Polyoxyethylene (8) Pengemulsi 283

21 E431 E432 E433 stearate (polyoxyl 8 stearate) Polyoxyethylene (40) stearate (Polyoxyl 40 stearate) Polyoxyethylene (20) sorbitan monolaurate (Polysorbate 20,Tween 20) Polyoxyethylene (20) sorbitan mono-oleate (Polysorbate 80,Tween Pengemulsi Pengemulsi Pengemulsi kepada status kehalalan asam stearat dalam pembuatannya, bisa berasal dari tanaman (halal) atau hewan (haram jika berasal dari babi atau hewan yang tidak disembelih secara Islami) kepada status kehalalan asam stearat dalam pembuatannya, bisa berasal dari tanaman (halal) atau hewan (haram jika berasal dari babi atau hewan yang tidak disembelih secara Islami) kepada kehalalan asam laurat yang digunakan dalam pembuatannya, akan tetapi kebanyakan asam laurat diperoleh dari minyak kelapa kepada kehalalan ester oleat yang digunakan 284

22 80) dalam pembuatannya, ester oleat bisa berasal dari tanaman, bisa berasal dari hewan Pengemulsi E434 kepada kehalalan ester Polyoxyethylene (20) palmitat yang digunakan sorbitan monopalmitate dalam pembuatannya, (polysorbate 40: Tween ester palmitat bisa 40) berasal dari tanaman, bisa berasal dari hewan Pengemulsi E435 kepada kehalalan ester Polyoxyethylene (20) stearat yang digunakan sorbitan monostearate dalam pembuatannya, (Polysorbate 60;Tween ester stearat bisa berasal 60) dari tanaman, bisa berasal dari hewan Pengemulsi E436 kepada kehalalan ester Polyoxyethylene (20) stearat yang digunakan sorbitan tristearate dalam pembuatannya, (Polysorbate 65; Tween ester stearat bisa berasal 65) dari tanaman, bisa berasal dari hewan E440a Pectin Penstabil-Pektin dan turunannya E440b Amidated Pectin 285

23 Penstabil-Pektin dan turunannya E442 Ammonium phosphatides Pengemulsi, (Emulsifier YN) penstabil E450a,b, Sodium and Potassium c Phosphates and Miscellaneous Polyphosphates E460 Microcrystalline/Powder ed Cellulose Penstabil E461 Methylcellulose Penstabil- Selulosa dan turunannya E463 Hydroxypropylcellulose Penstabil- Selulosa dan turunannya E464 Hydroxypropyl- Methylcellulose Penstabil- Selulosa dan turunannya E465 Ethylmethylcellulose Penstabil- Selulosa dan turunannya E466 Carboxymethylcellulose, Sodium Salt Penstabil- Selulosa dan turunannya 286

24 Penstabil-Garam kehalalan asam lemak atau Ester dari Sodium, potassium and Asam Lemak pembuatannya; halal jika E470 Calcium Salts of Fatty asam lemaknya berasal Acids dari tanaman, haram jika berasal dari babi atau hewan yang tidak disembelih secara Islami Penstabil-Garam kehalalan asam lemak atau Ester dari E471 Mono-and Diglycerides of Fatty Acids Asam Lemak pembuatannya; halal jika asam lemaknya berasal dari tanaman, haram jika berasal dari babi atau hewan yang tidak disembelih secara Islami Penstabil-Garam kehalalan asam lemak atau Ester dari Various Esters of Mono Asam Lemak pembuatannya; halal jika E472 and Diglycerides of Fatty asam lemaknya berasal Acids dari tanaman, haram jika berasal dari babi atau hewan yang tidak disembelih secara Islami E473 Sucrose Esters of Fatty Acids Penstabil-Garam kehalalan asam lemak 287

25 atau Ester dari Asam Lemak pembuatannya; halal jika asam lemaknya berasal dari tanaman, haram jika berasal dari babi atau hewan yang tidak disembelih secara Islami Penstabil-Garam kehalalan asam lemak atau Ester dari Asam Lemak pembuatannya; halal jika E474 Sucroglycerides asam lemaknya berasal dari tanaman, haram jika berasal dari babi atau hewan yang tidak disembelih secara Islami Penstabil-Garam kehalalan asam lemak atau Ester dari E475 Polyglycerol Esters of Fatty Acids Asam Lemak pembuatannya; halal jika asam lemaknya berasal dari tanaman, haram jika berasal dari babi atau hewan yang tidak disembelih secara Islami Polyglycerol esters of Pengemulsi, E476 polycendensed fatty acids of castor oil penstabil kehalalan gliserol yang digunakan dalam (Polyglycerol of pembuatannya 288

26 polyricinoleate) Penstabil-Garam atau Ester dari kehalalan asam lemak E477 Asam Lemak pembuatannya; halal jika Propane-1,2-Diol Esters asam lemaknya berasal of Fatty Acids dari tanaman, haram jika berasal dari babi atau hewan yang tidak disembelih secara Islami Penstabil-Garam atau Ester dari kehalalan asam lemak E481 Asam Lemak pembuatannya; halal jika Sodium Stearoyl-2- asam lemaknya berasal Lactylate dari tanaman, haram jika berasal dari babi atau hewan yang tidak disembelih secara Islami Penstabil-Garam atau Ester dari kehalalan asam lemak E482 Asam Lemak pembuatannya; halal jika Calcium Stearoyl-2- asam lemaknya berasal Lactylate dari tanaman, haram jika berasal dari babi atau hewan yang tidak disembelih secara Islami E483 Stearyl Tartrate 289

27 491 Sorbitan Monostearate 492 Sorbitan Tristearate Penstabil-Garam atau Ester dari Asam Lemak Penstabil-Garam atau Ester dari Asam Lemak Penstabil-Garam atau Ester dari Asam Lemak kehalalan asam lemak pembuatannya; halal jika asam lemaknya berasal dari tanaman, haram jika berasal dari babi atau hewan yang tidak disembelih secara Islami kehalalan asam stearat pembuatannya, halal jika asam stearat berasal dari minyak nabati dan haram jika asam stearat berasal dari lemak babi atau lemak hewan yang tidak disembelih secara Islami; juga tergantung pada kehalalan sorbitol yang digunakan dalam pembuatannya kehalalan asam stearat pembuatannya, halal jika asam stearat berasal dari minyak nabati dan haram jika asam stearat berasal 290

28 493 Sorbitan Monolaurate 494 Sorbitan Monooleate 495 Sorbitan Monopalmitate Penstabil-Garam atau Ester dari Asam Lemak Penstabil-Garam atau Ester dari Asam Lemak Penstabil-Garam atau Ester dari Asam Lemak dari lemak babi atau lemak hewan yang tidak disembelih secara Islami; juga tergantung kepada kehalalan sorbitol yang digunakan dalam pembuatannya kepada kehalalan sorbitol pembuatannya kehalalan asam oleat pembuatannya, halal jika asam oleat berasal dari minyak nabati dan haram jika asam oleat berasal dari lemak babi atau lemak hewan yang tidak disembelih secara Islami; juga tergantung pada kehalalan sorbitol yang digunakan dalam pembuatannya kehalalan asam palmitat pembuatannya, halal jika 291

29 Sodium 500 Carbonate/Sodium Bicarbonate Potassium 501 Carbonate/Potassium Bicarbonate 503 Ammonium Carbonate 504 Magnesium Carbonate 507 Hydrochloric Acid 508 Potassium Chloride Asam dan Garam: Carbonat Asam dan Garam: Carbonat Asam dan Garam: Carbonat Asam dan Garam: Carbonat Asam dan Garam: Asam Hidroklorida dan Garamnya Asam dan Garam: asam palmitat berasal dari minyak nabati dan haram jika asam palmitat berasal dari lemak babi atau lemak hewan yang tidak disembelih secara Islami; juga tergantung pada kehalalan sorbitol pembuatannya 292

30 509 Calcium Chloride 510 Ammonium Chloride 513 Sulphuric Acid 514 Sodium Sulphate 515 Potassium Sulphate 516 Calcium Sulphate Asam Hidroklorida dan Garamnya Asam dan Garam: Asam Hidroklorida dan Garamnya Asam dan Garam: Asam Hidroklorida dan Garamnya Asam dan Garam: Asam Sulfat dan Garamnya Asam dan Garam: Asam Sulfat dan Garamnya Asam dan Garam: Asam Sulfat dan Garamnya Asam dan Garam: Asam Sulfat dan Garamnya 293

31 518 Magnesium Sulphate 524 Sodium Hydroxide 525 Potassium Hydroxide 526 Calcium Hydroxide 527 Ammonium Hydroxide 528 Magnesium Hydroxide 529 Calcium Oxide 530 Magnesium Oxide 535 Sodium Ferrocyanide 536 Potassium Ferrocyanide 540 Dicalcium Ferrocyanide Asam dan Garam: Asam Sulfat dan Garamnya Asam dan Garam: Asam Sulfat dan Garamnya Alkali Alkali Alkali Alkali Alkali Alkali Garam lainnya Garam lainnya Garam lainnya Sodium Aluminium 541 Phosphate Garam lainnya 542 Edible Bone Phosphate Miscellaneous - Syubhat, haram jika 294

32 (Bone Meal) Anti-Caking Agents berasal dari tulang babi atau tulang hewan yang disembelih tidak secara Islami; halal jika berasal dari tulang hewan halal dan disembelih secara Islami; akan tetapi kebanyakan berasal dari impor jadi kemungkinan berasal dari tulang babi dan hewan yang disembelih tidak secara Islami (haram) 544 Calcium Polyphosphates Miscellaneous - Anti-Caking Agents pada sumbernya, apakah berasal dari bahan mineral atau dari tulang hewan 545 Miscellaneous - Ammonium Anti-Caking Polyphosphates Agents 551 Silicon Dioxide (Silica Salt) Garam Silica 552 Calcium Silicate Garam Silica Magnesium 553 Silicate/Magnesium Trisilicate (Talc) Garam Silica 554 Aluminium Sodium 295

33 Silicate Garam Silica 556 Aluminium Calcium Silicate Garam Silica Miscellaneouskomponen 558 Bentonite lainnya 559 Miscellaneouskomponen Kaolin (Aluminium Silicate) lainnya Miscellaneouskomponen lainnya apakah asam stearat berasal dari minyak 570 Stearic Acid nabati atau lemak hewani. Haram jika berasal dari lemak babi atau lemak hewan yang tidak disembelih secara Islami Miscellaneouskomponen 572 Magnesium Stearate kepada kehalalan asam dalam pembuatannya lainnya stearat yang digunakan Miscellaneouskomponen 575 Glucono Delta-Lactone lainnya Miscellaneouskomponen 576 Sodium Gluconate lainnya 577 Potassium Gluconate 296

34 578 Calcium Gluconate 620 L-Glutamic Acid 621 Monosodium Glutamate (MSG) 622 Manopotassium Glutamate 623 Calcium Glutamate komponen lainnya Miscellaneouskomponen lainnya Penguat Flavor Penguat Flavor Penguat Flavor Penguat Flavor kehalalan media yang digunakan dalam pembuatan asam glutamat secara fermentasi kehalalan media yang digunakan dalam pembuatan asam glutamat secara fermentasi kehalalan media yang digunakan dalam pembuatan asam glutamat secara fermentasi kehalalan media yang digunakan dalam pembuatan asam glutamat secara fermentasi 297

35 627 Sodium Guanylate 631 Sodium Inosinate 635 Sodium 5-Ribonucleotide 636 Maltol 637 Ethyl Maltol 900 Dimethylpolysiloxane 901 Beeswax Penguat Flavor Penguat Flavor Penguat Flavor Penguat Flavor Penguat Flavor Penguat Flavor Glazing Agents jika diperoleh melalui sintesis kimia, syubhat jika diperoleh melalui fermentasi karena tergantung kepada kehalalan media yang digunakan dalam fermentasi tersebut kepada kehalalan media pembuatannya secara fermentasi, kecuali dibuat dengan cara sintesis kimia bisa menjadi halal pada kehalalan media yang digunakan dalam pembuatannya secara fermentasi dalam bentuk aslinya, jika sudah 298

36 903 Carnauba Wax 904 Shellac 905 Mineral Hydrocarbons 907 Refined mycrocrystalline Wax 920 L-Cysteine hydrochloride 924 Potassium Bromate 925 Chlorine Glazing Agents Glazing Agents Glazing Agents Glazing Agents Komponenkomponen dalam pembuatan tepung Komponenkomponen dalam pembuatan tepung Komponenkomponen dalam diputihkan maka kehalalannya tergantung kepada bahan pemutih yang digunakan Syubhat; haram jika berasal dari manusia atau hewan unggas yang tidak disembelih secara Islami; jika dibuat dengan cara fermentasi maka kehalalannya tergantung kepada media yang digunakan dalam fermentasi tsb 299

37 926 Chlorine Dioxide 927 Azodicarbonamide pembuatan tepung Komponenkomponen dalam pembuatan tepung Komponenkomponen dalam pembuatan tepung 300

Daftar Bahan Tambahan Pangan dan Status Kehalalannya Dr. Ir. Anton Apriyantono

Daftar Bahan Tambahan Pangan dan Status Kehalalannya Dr. Ir. Anton Apriyantono Daftar Bahan Tambahan Pangan dan Status Kehalalannya Dr. Ir. Anton Apriyantono Pengantar Kami sudah berusaha memeriksa secara hati-hati ingredien-ingredien ini berdasarkan pengetahuan kami yang diperoleh

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.559, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Pengemulsi. Batas Maksimum. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

1. Bahan Tambahan Pangan yang selanjutnya disingkat BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. 2.

1. Bahan Tambahan Pangan yang selanjutnya disingkat BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. 2. Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Penstabil. Batas Maksimum.

BERITA NEGARA.  BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Penstabil. Batas Maksimum. No.679, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Penstabil. Batas Maksimum. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Pengatur Keasaman. Batas Maksimum.

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Pengatur Keasaman. Batas Maksimum. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.547, 2013 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Pengatur Keasaman. Batas Maksimum. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Pengental. Batas Maksimum. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Pengental. Batas Maksimum. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.554, 2013 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Pengental. Batas Maksimum. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

JENIS BTP YANG DIIZINKAN DALAM PENGGOLONGAN

JENIS BTP YANG DIIZINKAN DALAM PENGGOLONGAN 11 2012, No.757 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 033 TAHUN 2012 TENTANG BAHAN TAMBAHAN PANGAN JENIS BTP YANG DIIZINKAN DALAM PENGGOLONGAN 1. Antibuih (Antifoaming Agent) Antibuih (Antifoaming

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ANALISIS ZAT PEWARNA PADA KEPAH ASIN (Polymesoda erosa) YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL DAN PASAR SUKARAMAI DI KOTA MEDAN TAHUN 2013 A. Identitas Responden a. Nomor Responden

Lebih terperinci

BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP GARAM PENGEMULSI

BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP GARAM PENGEMULSI 9 2013, 555 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN GARAM PENGEMULSI BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.801, 2013 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Pewarna. batas Maksimum. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

A. Pewarna Alam (Natural Colour) 1. Es krim dan sejenisnya. 2. Keju

A. Pewarna Alam (Natural Colour) 1. Es krim dan sejenisnya. 2. Keju LAMPIRAN 1 Nama Bahan Tambahan Pangan No Bahasa Indonesia Bahasa Inggris 1 Anato Annato 2 Beta-Apo-8 - karotenal CI Natural Orange 4 L.Orange 3 CI No. 75120 Beta-Apo-8 - carotenal CI No. 80820 3 Etil Beta-Apo-8

Lebih terperinci

Tabel Pelarut Dalam Percobaan Metode Kromatografi. A n-butanol 40 bagian volume. B Iso-butanol 30 bagian volume

Tabel Pelarut Dalam Percobaan Metode Kromatografi. A n-butanol 40 bagian volume. B Iso-butanol 30 bagian volume Tabel Pelarut Dalam Percobaan Metode Kromatografi A n-butanol 40 bagian volume Asam asetat glasial 10 bagian volume Air suling 20 bagian volume B Iso-butanol 30 bagian volume Etanol air suling 20 bagian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Peningkatan Volume. Batas Maksimum.

BERITA NEGARA.  BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Peningkatan Volume. Batas Maksimum. No.680, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Peningkatan Volume. Batas Maksimum. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Garam Pengemulsi. Batas Maksimum.

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Garam Pengemulsi. Batas Maksimum. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.555, 2013 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Garam Pengemulsi. Batas Maksimum. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN GARAM PENGEMULSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

Alasan Penggunaan BTM : (Food Food Protection Committee in Publication) BAB 4 BAHAN TAMBAHAN MAKANAN (BTM)

Alasan Penggunaan BTM : (Food Food Protection Committee in Publication) BAB 4 BAHAN TAMBAHAN MAKANAN (BTM) BAB 4 BAHAN TAMBAHAN MAKANAN (BTM) Alasan Penggunaan BTM : (Food Food Protection Committee in Publication) Menjaga kualitas makanan dengan menggunakan antioksidan Mempertinggi kualitas dan kestabilan makanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang berfungsi sebagai penstabil pada emulsi. Pada makanan, emulsifier berperan

I. PENDAHULUAN. yang berfungsi sebagai penstabil pada emulsi. Pada makanan, emulsifier berperan I. PENDAHULUAN Emulsifier merupakan bahan tambahan pada produk farmasi dan makanan yang berfungsi sebagai penstabil pada emulsi. Pada makanan, emulsifier berperan sebagai bahan tambahan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI. Lokasi : No. Objek Pengamatan Kategori A Pemilihan Bahan Makanan Ya Tidak

LEMBAR OBSERVASI. Lokasi : No. Objek Pengamatan Kategori A Pemilihan Bahan Makanan Ya Tidak LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN KIPANG PULUT DI KECAMATAN PANYABUNGAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2011 Data Responden Penjamah Makanan Nama : Umur : Jenis Kelamin : Lokasi : No.

Lebih terperinci

DAFTAR BAHAN PEWARNA YANG DIIZINKAN DIGUNAKAN DALAM KOSMETIK

DAFTAR BAHAN PEWARNA YANG DIIZINKAN DIGUNAKAN DALAM KOSMETIK Lampiran III Peraturan Kepala Badan POM Republik Indonesia Nomor : HK.00.05.42.1018 Tentang Bahan Kosmetik (1) DAFTAR BAHAN PE YANG DIIZINKAN DIGUNAKAN DALAM KOSMETIK Area Penggunaan Kolom 1: Kolom 2:

Lebih terperinci

Fransiska Victoria P ( ) Steffy Marcella F ( )

Fransiska Victoria P ( ) Steffy Marcella F ( ) Fransiska Victoria P (0911010030) Steffy Marcella F (0911010080) Pengertian & Fungsi Emulsifier atau zat pengemulsi adalah zat untuk membantu menjaga kestabilan emulsi minyak dan air. Pengemulsi adalah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penggolongan Bahan Tambahan Pangan (BTP)

Lampiran 1. Penggolongan Bahan Tambahan Pangan (BTP) Lampiran 1. Penggolongan Bahan Tambahan Pangan (BTP) Tabel Daftar Golongan BTP yang Diizinkan Penggunaannya No. Nama Golongan 1 Antibuih (Antifoaming Agent) 2 Antikempal (Anticaking Agent) 3 Antioksidan

Lebih terperinci

Bahan Tambahan Pangan (Food Additive)

Bahan Tambahan Pangan (Food Additive) Bahan Tambahan Pangan (Food Additive) A. Tujuan menambahkan bahan tambahan pangan ke dalam makanan: 1. Meningkatkan mutu pangan 2. Meningkatkan daya tarik 3. Mengawetkan pangan B. Macam-macam Bahan Tambahan

Lebih terperinci

(asam sitrat), Pengawet (natrium benzoat), Pewarna makanan. Komposisi: Gula, Glukosa, Buah nanas, Asam Sitrat, Perasa dan Pewarna

(asam sitrat), Pengawet (natrium benzoat), Pewarna makanan. Komposisi: Gula, Glukosa, Buah nanas, Asam Sitrat, Perasa dan Pewarna Lampiran 1. Komposisi Selai roti bermerek. 1. Sampel A Komposisi: Gula, Buah stroberi, Pengental (pektin), Pengatur keasaman (asam sitrat), Pengawet (natrium benzoat), Pewarna makanan. 2. Sampel B Komposisi:

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: HK TENTANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN ORGANIK

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: HK TENTANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN ORGANIK PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR: HK.00.06.52.0100 TENTANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN ORGANIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap berkesinambungan agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. Penelitian dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Penggolongan minyak Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Definisi Lemak adalah campuran trigliserida yang terdiri atas satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul asam lemak.

Lebih terperinci

Bahan tambahan tablet

Bahan tambahan tablet 3 Fa 1 Rian Rinaldy Gunawan 21081034 Wita fajrin Juniati 21081044 Giska Siti Fauziah 21081060 Indri Sri Nuraeni 21081064 Sri Rahayu 21081074 Susan Dwi Anggraeni 21081094 1 Bahan tambahan tablet Bahan Bahan

Lebih terperinci

BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP ANTIKEMPAL

BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP ANTIKEMPAL LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN ANTIKEMPAL BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP ANTIKEMPAL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses produksi glukosa ester dari beras dan berbagai asam lemak jenuh dilakukan secara bertahap. Tahap pertama fermentasi tepung beras menjadi glukosa menggunakan enzim

Lebih terperinci

KUESIONER. 2. Bahan-bahan apa sajakah yang anda gunakan untuk perebusan Ikan? b. Garam, air, dan bahan tambahan lainnya.(sebutkan...

KUESIONER. 2. Bahan-bahan apa sajakah yang anda gunakan untuk perebusan Ikan? b. Garam, air, dan bahan tambahan lainnya.(sebutkan... KUESIONER Identitas Responden 1. Nama 2. Umur 3. Pendidikan 4. Lama berjualan Pertanyaan 1. Apakah Ikan jualan Anda buatan sendiri? 2. Bahan-bahan apa sajakah yang anda gunakan untuk perebusan Ikan? a.

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PENGEMULSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Shanggari Maniarsu Tempat / tanggal lahir : Pulau Pinang / 24 September 1987 Agama : Hindu Alamat : Jalan Dr Mansur, Sei Padang, No 170 Medan, 20155- Indonesia. Riwayat

Lebih terperinci

SEMINAR SAFETY DAN HALAL Kamis, 2 Juni 2016 Di Hotel Gracia Semarang

SEMINAR SAFETY DAN HALAL Kamis, 2 Juni 2016 Di Hotel Gracia Semarang BAHAN TAMBAHAN PANGAN HALAL DAN THOYYIB OLEH : ABDULLAH SEMINAR SAFETY DAN HALAL Kamis, 2 Juni 2016 Di Hotel Gracia Semarang PENTINGNYA PANGAN HALAL DAN THOYYIB ? Daging Pengeras,? Pengenyal FILSAFAT TEKNIK

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PENSTABIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang 14 PENDAHULUAN Latar Belakang Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang masih digemari dari setiap kalangan baik orang dewasa maupun anak-anak, karena es lilin mempunyai rasa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.802, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Antioksidan. Batas Maksmum. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2013, No BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP PENGAWET 1. Asam sorbat dan garamnya (Sorbic acid and its salts)

2013, No BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP PENGAWET 1. Asam sorbat dan garamnya (Sorbic acid and its salts) 2013, 800 8 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PENGAWET BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN

Lebih terperinci

11/14/2011. By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS. Lemak. Apa beda lemak dan minyak?

11/14/2011. By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS. Lemak. Apa beda lemak dan minyak? By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS Lemak Apa beda lemak dan minyak? 1 Bedanya: Fats : solid at room temperature Oils : liquid at room temperature Sources : vegetables

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Surfaktan (surface active agent) merupakan bahan kimia yang dapat mengubah sifat permukaan bahan yang dikenainya. Sifat aktif dari surfaktan disebabkan adanya struktur

Lebih terperinci

BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP HUMEKTAN

BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP HUMEKTAN 2013, 544 8 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN HUMEKTAN BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN

Lebih terperinci

1. Asam L-glutamat dan garamnya (L-Glutamic acid and its salts)

1. Asam L-glutamat dan garamnya (L-Glutamic acid and its salts) 2013, 562 8 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PENGUAT RASA 1. Asam L-glutamat dan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PENGATUR KEASAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

PROSPEK PEMANFAATAN OLEOKIMIA BERBASIS MINYAK SAWIT UNTUK INDUSTRI KOSMETIKA, PERSONAL CARE, CLEANING & WASHING PRODUCTS

PROSPEK PEMANFAATAN OLEOKIMIA BERBASIS MINYAK SAWIT UNTUK INDUSTRI KOSMETIKA, PERSONAL CARE, CLEANING & WASHING PRODUCTS Seminar Nasional Pemanfaatan Oleoklmia Berbasis Minyak Sawit pada Berbagai lndustn PROSPEK PEMANFAATAN OLEOKIMIA BERBASIS MINYAK SAWIT UNTUK INDUSTRI KOSMETIKA, PERSONAL CARE, CLEANING & WASHING PRODUCTS

Lebih terperinci

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 LEMAK DAN MINYAK Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein

Lebih terperinci

BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP PENGERAS. Fungsi lain : Pengatur keasaman, pengemulsi, pengental, penstabil

BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP PENGERAS. Fungsi lain : Pengatur keasaman, pengemulsi, pengental, penstabil 2013, 548 8 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PENGERAS BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN

Lebih terperinci

KRISTALISASI. Teti Estiasih - THP - FTP UB 1

KRISTALISASI. Teti Estiasih - THP - FTP UB 1 KRISTALISASI Teti Estiasih - THP - FTP UB 1 Teti Estiasih - THP - FTP UB CONTOH PRODUK MENGANDUNG KRISTAL Gula Pasir Garam MSG Asam sitrat Cokelat Margarin Roti Permen 2 DEFINISI Kristalisasi merupakan

Lebih terperinci

Sejarah Sabun. Seabad kemudian bangsa Spanyol sebagai pembuat sabun terkemuka di Eropa.

Sejarah Sabun. Seabad kemudian bangsa Spanyol sebagai pembuat sabun terkemuka di Eropa. SABUN Sejarah Sabun Tahun 600 SM : masyarakat Funisia di mulut Sungai Rhone sudah membuat sabun dari lemak kambing dan abu kayu khusus. Pliny (23-79) menyebut sabun dalam Historia Naturalis, sebagai bahan

Lebih terperinci

Bahan Aditif Makanan. TBM Pertemuan ke-4

Bahan Aditif Makanan. TBM Pertemuan ke-4 Bahan Aditif Makanan TBM Pertemuan ke-4 Bahan Aditif Makanan Bahan Tambahan Makanan (BTM) Menurut WHO (World Health Organization) Zat aditif didefinisikan sebagai bahan yang ditambahkan ke dalam makanan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Perkembangan teknologi pangan saat ini cukup pesat, termasuk penemuanpenemuan

PENGANTAR. Latar Belakang. Perkembangan teknologi pangan saat ini cukup pesat, termasuk penemuanpenemuan PENGANTAR Latar Belakang Perkembangan teknologi pangan saat ini cukup pesat, termasuk penemuanpenemuan baru dalam pengolahan dan pengawetan bahan pangan. Upaya peningkatan nilai gizi dan penggunaan bahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zat Warna Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI tahun 2012, pewarna adalah bahan tambahan pangan (BTP) berupa pewarna alami, dan pewarna sintetis, yang ketika ditambahkan ataudiaplikasikan

Lebih terperinci

Zat Aditif : Zat zat yg ditambahkan pada makanan atau minuman pada proses pengolahan,pengemasan atau penyimpanan dengan tujuan tertentu.

Zat Aditif : Zat zat yg ditambahkan pada makanan atau minuman pada proses pengolahan,pengemasan atau penyimpanan dengan tujuan tertentu. Zat Aditif : Zat zat yg ditambahkan pada makanan atau minuman pada proses pengolahan,pengemasan atau penyimpanan dengan tujuan tertentu. Tujuan : - Meningkatkan mutu makana -Menambah daya tarik makanan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PENGAWET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

Lebih terperinci

BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP PENGEMBANG. : Sodium salt of carbonic acid; soda ash Krim pasteurisasi (plain) CPPB

BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP PENGEMBANG. : Sodium salt of carbonic acid; soda ash Krim pasteurisasi (plain) CPPB 2013, 550 8 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PENGEMBANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN

Lebih terperinci

BAHAN PAKAN SUPLEMEN DAN ADITIF

BAHAN PAKAN SUPLEMEN DAN ADITIF BAHAN PAKAN SUPLEMEN DAN ADITIF Suplemen Mineral Pertemuan ke-5 ALI AGUS LAB. TEKNOLOGI MAKANAN TERNAK Klasifikasi Bahan Pakan 1) Hijauan kering dan jerami 2) Hijauan pakan 3) Silage 4) Bahan pakan sumber

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Cokelat adalah olahan yang dihasilkan dari bahan baku yaitu biji dan lemak

I PENDAHULUAN. Cokelat adalah olahan yang dihasilkan dari bahan baku yaitu biji dan lemak I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Cokelat adalah olahan yang dihasilkan dari bahan baku yaitu biji dan lemak kakao. Cokelat merupakan kategori makanan yang mudah dicerna oleh tubuh dan mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di Indonesia produk pangan hasil fermentasi semakin meningkat seiring berkembangnya bioteknologi. Hasil olahan fermentasi yang sudah banyak diketahui oleh masyarakat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) Minyak nabati (CPO) yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak nabati dengan kandungan FFA rendah yaitu sekitar 1 %. Hal ini diketahui

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. PROSPEK INDUSTRI DAN PEMASARAN BAHAN KIMIA PULP & KERTAS DI INDONESIA 1. - i- DAFTAR ISI PROFIL INDUSTRI KIMIA DI INDONESIA, 2017

DAFTAR ISI 1. PROSPEK INDUSTRI DAN PEMASARAN BAHAN KIMIA PULP & KERTAS DI INDONESIA 1. - i- DAFTAR ISI PROFIL INDUSTRI KIMIA DI INDONESIA, 2017 KOMPILASI PROFIL INDUSTRI KIMIA 1. PROSPEK INDUSTRI DAN PEMASARAN BAHAN KIMIA PULP & KERTAS DI INDONESIA 1 PENDAHULUAN 1 BAHAN KIMIA YANG DIGUNAKAN 2 DISKRIPSI PRODUK & PERKEMBANGAN SUPLAI 2 Bahan Kimia

Lebih terperinci

Kandungan Umum Shampoo

Kandungan Umum Shampoo Kelompok 1 1. Conchita Nurul Amanda M0310013 2. Lina Tri Marfu ah M0310029 3. Nera N.F.F M0310032 4. Nur jannah Asrilya M0310034 5. Rais nur latifah M0310040 6. Ridha Amelia M0310042 7. Rizqy Fadhila M0310044

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN ANTIKEMPAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN

Lebih terperinci

Implementasi NSW Tahap 5 Program 100 Hari Pemerintahan Kabinet Reformasi Jilid II

Implementasi NSW Tahap 5 Program 100 Hari Pemerintahan Kabinet Reformasi Jilid II Implementasi NSW Tahap 5 Program 100 Hari Pemerintahan Kabinet Reformasi Jilid II BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN Badan Pengawas Obat dan Makanan Jl. Percetakan Negara No. 23 Gedung B http://www.pom.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipilih sebagai cara pengolahan makanan karena mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipilih sebagai cara pengolahan makanan karena mampu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggorengan merupakan salah satu metode tertua dan paling umum dalam teknik persiapan makanan. Penggorengan dengan minyak atau lemak lebih banyak dipilih sebagai cara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dantujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7)

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. Batas Maksimum. Batas Tambahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. Batas Maksimum. Batas Tambahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.800, 2013 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Batas Maksimum. Batas Tambahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN

BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN 5.1. Tujuan Percobaan Memahami reaksi penyabunan 5.2. Tinjauan Pustaka Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserida, kedua istilah ini berarti triester dari

Lebih terperinci

Bahan Tambahan Pangan. Kuliah ITP

Bahan Tambahan Pangan. Kuliah ITP Bahan Tambahan Pangan Kuliah ITP Tujuan Mahasiswa dapat menyebutkan: Pengertian Bahan Tambahan Makanan Menyebutkan jenis Bahan Tambahan Makanan Menjelaskan fungsi, kelebihan dan resiko penggunaan Bahan

Lebih terperinci

BAB 2 PASTA GIGI SEBAGAI SALAH SATU MEDIA DALAM MENJAGA KESEHATAN RONGGA MULUT

BAB 2 PASTA GIGI SEBAGAI SALAH SATU MEDIA DALAM MENJAGA KESEHATAN RONGGA MULUT 15 BAB 2 PASTA GIGI SEBAGAI SALAH SATU MEDIA DALAM MENJAGA KESEHATAN RONGGA MULUT Pada masa lalu, pasta gigi yang digunakan bersama sikat gigi hanya bersifat sebagai alat kosmetik. Tetapi akhir-akhir ini

Lebih terperinci

LEMAK/LIPID Oleh: Susila Kristianingrum

LEMAK/LIPID Oleh: Susila Kristianingrum LEMAK/LIPID Oleh: Susila Kristianingrum Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat mengklasifikasikan jenis-jenis lemak, menjelaskan metode analisis lemak, dan mengaplikasikannya dalam analisis suatu sampel pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan berbentuk cair yang mengandung bahan makanan atau bahan tambahan lainnya baik alami

Lebih terperinci

PENERIMAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU/PENOLONG/PERLENGKAPAN Tanggal : s/d Tanggal : Satuan Kwantum Nilai (Rp) Jumlah

PENERIMAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU/PENOLONG/PERLENGKAPAN Tanggal : s/d Tanggal : Satuan Kwantum Nilai (Rp) Jumlah PT. BIO FARMA (PERSERO) Jl. Pasteur No. 29 Bandung REKONSILIASI BUKU PEMBANTU DAN BUKU BESAR PENERIMAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU/PENOLONG/PERLENGKAPAN Tanggal : 01-02-2012 s/d Tanggal : 23-02-2012 KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Limbah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah terpakai, baik dalam skala rumah tangga, industri, pertambangan dan lainlain. Limbah berdasarkan

Lebih terperinci

SEPUTAR BAHAN TAMBAHAN PANGAN

SEPUTAR BAHAN TAMBAHAN PANGAN TANYA JAWAB SEPUTAR BAHAN TAMBAHAN PANGAN Direktorat Standardisasi Produk Pangan Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia 2014 B T

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan volume ekspor minyak kelapa sawit mencapai16,436 juta ton pada tahun

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DAN PANGAN SIAP SAJI SEBAGAI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH

PEDOMAN PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DAN PANGAN SIAP SAJI SEBAGAI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH PEDOMAN PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DAN PANGAN SIAP SAJI SEBAGAI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Pengemulsi terhadap Stabilitas Emulsi Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus L.)

Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Pengemulsi terhadap Stabilitas Emulsi Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus L.) Jurnal Agrotek, (6):65-7. 2009 ISSN 907-039 Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Pengemulsi terhadap Stabilitas Emulsi Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus L.) [The effects of types and concentration of emulsifier

Lebih terperinci

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Sediaan cair banyak dipilih untuk pasien pediatrik dan geriatric karena mudah untuk ditelan, dan fleksibilitas

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN Tujuan Pembelajaran Umum Jumlah : 1 : Pembahasan Rencana Perkuliahan, Tugas-tugas perkuliahan, Pedoman Evaluasi Keberhasilan Belajar, Buku Acuan dan Pengenalan mata kuliah Kimia Makanan : dapat menjelaskan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka pemikiran, dan (6) Hipotesis. 1.1 Latar

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PEWARNA SINTETIS PADA PERMEN PADAT SECARA KROMATOGRAFI KERTAS DI BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN MEDAN TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI PEWARNA SINTETIS PADA PERMEN PADAT SECARA KROMATOGRAFI KERTAS DI BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN MEDAN TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI PEWARNA SINTETIS PADA PERMEN PADAT SECARA KROMATOGRAFI KERTAS DI BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN MEDAN TUGAS AKHIR JERNITA MESTAULI PARHUSIP 132401130 PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA

EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Teknologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hemiselulosa dan lignin dan telah dikondensasi. Asap cair masih mengandung

PENDAHULUAN. hemiselulosa dan lignin dan telah dikondensasi. Asap cair masih mengandung I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asap cair merupakan hasil pirolisis bahan yang mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin dan telah dikondensasi. Asap cair masih mengandung senyawa tar dan polisiklis

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PENGENTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

Lebih terperinci

BAHAN TAMBAHAN MAKANAN

BAHAN TAMBAHAN MAKANAN Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN BAHAN TAMBAHAN MAKANAN Bahan tambahan makanan (BTM) menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/Menkes/Per/IX/88 adalah bahan yang biasanya

Lebih terperinci

Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc   JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Biodiesel adalah bahan bakar yang dapat diperbaharui yang dibuat

Lebih terperinci

KULIAH KE VIII EDIBLE FILM. mampu membuat kemasan edible yang dapat diaplikasikan pada bahan pangan.

KULIAH KE VIII EDIBLE FILM. mampu membuat kemasan edible yang dapat diaplikasikan pada bahan pangan. KULIAH KE VIII EDIBLE FILM mampu membuat kemasan edible yang dapat diaplikasikan pada bahan pangan. Kelemahan Kemasan Plastik : non biodegradable Menimbulkan pencemaran Dikembangkan kemasan dari bahan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium SBRC LPPM IPB dan Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA IPB mulai bulan September 2010

Lebih terperinci

LKS 01 MENGIDENTIFIKASI ZAT ADITIF DALAM MAKANAN

LKS 01 MENGIDENTIFIKASI ZAT ADITIF DALAM MAKANAN LKS 01 MENGIDENTIFIKASI ZAT ADITIF DALAM MAKANAN A. Kompetensi Dasar: 3.7 Mendeskripsikan zat aditif (alami dan buatan) dalam makanan dan minuman (segar dan dalam kemasan), dan zat adiktif-psikotropika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman sari buah atau nektar, produk roti, susu, permen, selai dan jeli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. goreng segar, 15% pada daging ayam/ikan berbumbu, 15-20% pada daging

BAB I PENDAHULUAN. goreng segar, 15% pada daging ayam/ikan berbumbu, 15-20% pada daging BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk pangan yang digoreng menyerap lemak atau minyak goreng dalam jumlah yang bervariasi, yaitu 5% pada kentang goreng beku, 10% pada kentang goreng segar, 15% pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negeri yang kaya akan buah-buahan tropis. Salah satu buah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negeri yang kaya akan buah-buahan tropis. Salah satu buah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negeri yang kaya akan buah-buahan tropis. Salah satu buah eksotis yang sangat terkenal adalah buah manggis yang dijuluki sebagai si hitam manis. Di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu dari beberapa tanaman golongan Palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ). kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ), merupakan komoditas

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PENINGKAT VOLUME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap flavor dan berperan terhadap pembentukan warna.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap flavor dan berperan terhadap pembentukan warna. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Redistilat asap cair merupakan suatu campuran larutan dan dispersi koloid dari uap asap dalam air yang diperoleh dari pirolisis kayu (Maga,1987). Redistilat asap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan emulsifier dalam makanan dan minuman serta produk perawatan tubuh akan meningkatkan penggunaan emulsifier

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI BERDASARKAN STUDI LITERATUR Studi literatur ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya mengenai empat jenis produk yang diproduksi PT.

Lebih terperinci

PEMBUATAN JELLY DARI BUAH-BUAHAN Oleh: Regina Tutik Padmaningrum *)

PEMBUATAN JELLY DARI BUAH-BUAHAN Oleh: Regina Tutik Padmaningrum *) PEMBUATAN JELLY DARI BUAH-BUAHAN Oleh: Regina Tutik Padmaningrum *) regina-tutikp@uny.ac.id Pengertian Jelly Jelly adalah makanan setengah padat yang terbuat dari sari buah-buahan dan gula. Syarat jelly

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan gizi dan bertambahnya tingkat pendapatan mayarakat, menyebabkan permintaan bahan pangan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. minyak yang disebut minyak sawit. Minyak sawit terdiri dari dua jenis minyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. minyak yang disebut minyak sawit. Minyak sawit terdiri dari dua jenis minyak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Sawit Buah kelapa sawit terdiri dari 80% bagian perikarp (epikarp dan mesokarp) dan 20% biji (endokarp dan endosperm), dan setelah di ekstraksi akan menghasilkan

Lebih terperinci