PERPINDAHAN DAN PERALIHAN KEPEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN (Studi Kasus : Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat)
|
|
- Sugiarto Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERPINDAHAN DAN PERALIHAN KEPEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN (Studi Kasus : Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat) Jenis : Tugas Akhir Mahasiswa Tahun : 2005 Penulis : Yovi Pembimbing : Dr.Ir. Haryo Winarso, M.Eng Diringkas oleh : Gede Budi Suprayoga A. LATAR BELAKANG Peralihan kepemilikan Satuan Rumah Susun (SRS), terutama dari penghuni asal kepada pendatang, merupakan fenomena yang penting untuk dicermati dan diantisipasi. Pasalnya, tujuan awal awal dari pembangunan rumah susun sederhana adalah memenuhi kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, serta menertibkan dan merejamakan keberadaan permukiman kumuh. Dengan adanya peralihan kepemilikan, subsidi yang sedianya diberikan bagi golongan masyarakat berpendapatan rendah justru dinikmati oleh golongan masyarakat yang tidak berhak. Di samping itu, adanya peralihan kepemilikan kepada kelompok bukan sasaran menyebabkan munculnya kantong-kantong permukiman kumuh lainnya di perkotaan, baik pada lokasi yang telah diremajakan maupun pada lokasi baru, serta meluasnya kantong permukiman kumuh di perkotaan. Statistik yang disampaikan dalam berbagai laporan penelitian menunjukkan seriusnya masalah peralihan kepemilikan SRS ini. Berdasarkan penelitian Prof. Eko Budiardjo (1995) tentang kondisi kepemilikan SRS di Jakarta, ditemukan peralihan kepemilikan sebesar 70%. Berdasarkan penelitian Roumuli Siregar (2000) tentang peralihan penghuni rumah susun dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, ditemukan bahwa di Rumah Susun Kemayoran I terjadi peralihan kepemilikan sebesar 19,05%, di Rumah Susun Kemayoran II terjadi peralihan 1 kepemilikan sebesar 66,67%, di Rumah Susun Karet Tengsin terjadi peralihan kepemilikan sebesar 50%, di Rumah Susun Bendungan Hilir I terjadi peralihan kepemilikan sebesar 70%, di Rumah Susun Sewa Tambora IV terjadi peralihan kepemilikan sebesar 37,5%, dan di Rumah Susun Karang Anyar terjadi peralihan kepemilikan sebesar 50%. Menurut studi yang dilakukan penulis terdapat berbagai alasan yang memotivasi penghuni asal pindah dan/atau mengalihkan kepemilikan SRS yang dihuninya. Alasan tersebut dapat beragam, kompleks dan saling terkait satu sama lain. Namun, tidak diketahui alasan penghuni asal pindah dan mengalihkan kepemilikan SRS yang dihuninya secara persis menjadikannya permasalahan yang ingin ditindaklanjuti dalam penelitian ini. Penelitian ini juga didasari pada masalah penilaian keberhasilan pembangunan rumah susun sederhana secara umum, sehingga program pembangunan rumah susuan dapat ditingkatkan efektivitasnya. Untuk memberikan konteks bagi penelitian ini, diambil wilayah studi di Rumah Susun di Kemayoran Kelurahan Kebon Kosong, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat. Ada empat alasan Rumah Susun Kemayoran dipilih sebagai lokasi studi, yaitu : (1) adanya dua sistem kepemilikan, yaitu sewa/beli dan sewa, sehingga dapat diperbandingkan perpindahan dan proses peralihan kepemilikan pada masing-masing bentuk sistem kepemilikan; (2) adanya tipe unit
2 hunian yang ragam, sehingga dapat dilakukan komparasi berdasarkan tipe unit hunian; (3) waktu pembangunan rumah susun yang belum terlalu lama, sehingga penelusuran dan pencarian penghuni asal lebih mudah dilakukan; dan (4) lokasi yang strategis dan mudah diakses. Hal-hal yang disampaikan tersebut penting untuk kelancaran proses pengumpulan data primer. B. TUJUAN DAN SASARAN Tujuan dari penelitian ini ada dua. Pertama adalah menjelaskan alasan perpindahan dan peralihan kepemilikan SRS. Dari tujuan yang pertama ini diturunkan ke dalam empat sasaran penelitian: 1. Menelaah fenomena perpindahan dan peralihan kepemilikan satuan rumah susun oleh penghuni asal, meliputi: persentase peralihan, proses, dan pengawasannya; 2. Menelaah dan mengkaji alasan penghuni asal pindah dari rumah susun dan mengalihkan kepemilikannya, serta kepuasan dan perubahan kondisi sosial ekonomi yang dialaminya; 3. Menelaah dan mengkaji alasan pendatang memilih rumah susun sebagai tempat tinggal; 4. Menelaah dan mengkaji alasan penghuni asal tetap tinggal di rumah susun, kepuasan, preferensi dan perubahan kondisi sosial ekonomi yang dialaminya. Sementara itu, tujuan kedua adalah menjelaskan pengaruh karakteristik dan kepuasan penghuni asal terhadap perpindahan dari rumah susun. C. METODOLOGI PENELITIAN Pembahasan dalam penelitian ini dilakukan secara ekploratif-deskriptif, yang dilakukan melalui kombinasi antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan agar peneliti dapat mengeksplorasi aspek-aspek subyektif informan secara lebih mendalam, terkait 2 dengan alasan tinggal dan perpindahan, kepuasan, persepsi dan preferensi terhadap rumah susun yang akan mempengaruhi penghunian dan perpindahan penghuni asal. Selain itu, pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk menggali hal-hal baru yang ditemukan di lapangan. Dapat dikatakan, studi ini juga termasuk ke dalam studi investigasi (investigation research) terkait dengan adanya usaha penelusuran dan pencarian penghuni asal yang telah pindah dari rumah susun. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semi-terstruktur. Terdapat daftar pertanyaan yang ditujukan bagi informan untuk dijawab yang membantu peneliti mencapai tujuan dan sasaran penelitian. Pengambilan sampel dilakukan secara bertujuan (purposive sampling) dan snow-ball sampling. Dalam pengertian ini, sampel bertujuan (purposif) dan snow-ball sampling digunakan secara bersama untuk dua tujuan yang berbeda. Teknik purposive sampling ditujukan agar dapat diketahui alasan perpindahan dan tinggal serta proses peralihan kepemilikan dapat tercapai. Metoda snow-ball sampling dipilih terkait dengan cara pengambilan sampel yaitu melalui seorang responden akan diketahui responden lainnya dalam usaha pengidentifikasian, penelusuran, dan pencarian penghuni asal. Meskipun lebih condong menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini juga menyisipkan pendekatan kuantatif di dalamnya. Hal ini tercermin dari penentuan jumlah sampel yang mengikuti pedoman Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Departemen Pekerjaan Umum. Pendekatan kuantitatif ini tidak dijelaskan lebih jauh dalam subbab Metodologi Penelitian, namun dalam Bab III dan Bab IV, pendekatan ini digunakan untuk mengkaji karakteristik rumah tangga dan hubunganhubungan dengan kepuasan dan preferensi penghuni asal dan pendatang. Meskipun menggunakan analisis statistik asosiatif di dalamnya, hasil yang diperoleh dari perhitungan hubungan antara variabelvariabel yang digunakan tidak ditujukan untuk generalisasi.
3 D. PEMBAHASAN Menurut studi ini, Pembangunan Rumah Susun Kemayoran yang sedianya diperuntukkan bagi masyarakat yang terkena program peremajaan permukiman kumuh Kota Baru Bandar Kemayoran, tidak lagi sepenuhnya dihuni oleh kelompok sasaran yang ditetapkan. Pada tahun 1999, sebanyak 42.86% SRS dihuni oleh pendatang. Pada tahun 2004, jumlah tersebut bahkan meningkat hingga 60.1%. Hal ini menunjukkan terjadinya peralihan kepemilikan SRS Kemayoran yang semakin besar. Studi ini juga menunjukkan tipe hunian yang mengalami peralihan terbanyak adalah pada hunian dengan ukuran lebih kecil. Semakin besar ukuran hunian semakin sedikit penghuni asal yang pindah dan mengalihkan kepemilikannya. Apabila dicermati dari status kepemilikannya, peralihan paling banyak berada pada kategori SRS sewa. Sebanyak 67.77% penghuni asal SRS sewa pindah dan mengalihkan kepemilikannya, sedangkan sebanyak 52.42% penghuni asal SRS sewa-beli pindah dan mengalihkan kepemilikannya. Ada lima cara peralihan: dijual, disewakan, dikontrakkan, pemutihan dan jual beli hak sewa di bawah tangan. Mayoritas penghuni asal yang tinggal di SRS sewa-beli mengalihkan kepemilikannya dengan menjual kembali SRS yang dihuninya (86.36%). Mayoritas penghuni asal yang tinggal di SRS sewa mengalihkan kepemilikannya melalui jual beli hak sewa di bawah tangan (87.5%). Karakteristik demografi dan aksesibilitas penghuni asal yang pindah sebagian besar merupakan keluarga besar (53.33%) dan berada dalam tahap keluarga child rearing atau membesarkan anak (60%). Hal ini sedikit mirip dengan penghuni asal yang tinggal yang masih dalam tahap child rearing, namun dengan jumlah keluarga yang lebih kecil. Mayoritas kepala keluarga penghuni asal yang pindah berusia tahun (50%) dan tahun (43.34%), serta bekerja pada lokasi berjarak kurang dari 1 km (55.36%), yang 3 dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 30 menit (80.36%) dengan berjalan kaki (53.33%). Namun, mayoritas kepala keluarga penghuni asal yang tetap tinggal bekerja pada lokasi berjarak antara 3 km sampai dengan kurang dari 5 km (37.66%), yang dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 30 menit (92.21%), dan umumnya menggunakan motor sebagai moda angkutan (81.24%). Dilihat dari tingkat pendidikannya, mereka yang pindah berpendidikan rendah atau SD (50%), dan bekerja pada sektor informal seperti pada bidang jasa/pelayanan skala kecil seperti montir, tukang reparasi, tukang cuci baju, dan sebagainya (33.33%), pedagang keliling (23.33%) dan PKL (20%). Mayoritas rumah tangga penghuni asal yang pindah (76.67%) berpenghasilan rendah yaitu kurang dari Rp per bulan serta tidak tetap. Hal ini berbeda dengan kepala keluarga penghuni asal yang tetap tinggal berpendidikan menengah yaitu SLTP (41.67%) dan SLTA (45.83%), dan bekerja pada sektor formal sebagai wiraswasta (35.42%) dan pegawai swasta (29.16%). Tingkat pendapatan penghuni yang tetap tinggal lebih tinggi, yaitu Rp sampai dengan kurang dari Rp per bulan. Kondisi ini jauh berbeda dengan penghuni pendatang yang umumnya berpendidikan lebih tinggi atau S1 (47.91%), dan bekerja pada sektor formal atau sebagai pegawai perusahaan swasta (87.50%). Penghasilan mayoritas rumah tangga pendatang cukup tinggi, yaitu berkisar antara Rp atau lebih per bulan (45.83%). Mayoritas penghuni asal yang pindah tinggal di Rumah Susun Kemayoran selama kurang dari 5 tahun. Mayoritas penghuni asal melakukan perpindahan jarak dekat, antara satu km sampai dengan kurang dari tiga km (56.67%) dan pindah ke permukiman kumuh di sekitar atau dekat dengan Rumah Susun Kemayoran (86.67%). Mayoritas penghuni asal yang pindah menyewa rumah yang mereka huni saat ini (61.54%) dan tidak mengalami perubahan status kepemilikan rumah saat pindah dari Rumah Susun Kemayoran (73.33%), yaitu 46,66% tetap merupakan pemilik dan 26,67% tetap
4 merupakan penyewa. Sisanya, 26,67% penghuni asal mengalami penurunan status kepemilikan rumah dari pemilik menjadi penyewa saat pindah. Umumnya alasan penghuni asal pindah ada dua, yaitu: (1) Biaya hidup di RSS yang cukup tinggi, yang berdampak terhadap besarnya pengeluaran untuk rumah dan fasilitasnya (30.57% dari penghasilan total keluarga) mengakibatkan mereka selalu mengalami kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan pokok (defisit anggaran keluarga) dan (2) Harga pasar RSS dan permintaan masyarakat yang tinggi, yang bahkan mencapai tujuh kali harga semula yang ditetapkan oleh DP3KK bagi masyarakat eks peremajaan Kota Baru Bandar Kemayoran. Harga sewa atau kontrak SRS sewa saat ini mencapai 8 kali harga sewa yang ditetapkan oleh DP3KK bagi masyarakat eks peremajaan. Hal di atas ini ditunjang pula oleh kondisi mereka yang pindah di permukiman kumuh yang umumnya lebih baik secara ekonomi, proporsi pengeluaran penghuni asal yang pindah untuk rumah dan fasilitasnya adalah 19.21% dari penghasilan total keluarga. Dengan demikian, mereka dapat mereduksi pengeluaran untuk rumah dan fasilitasnya rata-rata sebesar 10% setelah pindah dari Rumah Susun Kemayoran. Hasil reduksi ini dapat mereka manfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga lainnya. Setelah pindah, penghuni asal tidak lagi mengalami kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga (defisit anggaran keluarga). Bahkan mereka dapat menabung walaupun dalam jumlah dan proporsi yang kecil. Hal ini menunujukkan adanya perbaikan kondisi ekonomi mereka setelah pindah dari Rumah Susun Kemayoran. Secara keseluruhan, dibentuk dari kepuasan penghuni terhadap beberapa aspek unit hunian dan lingkungannya, yaitu aspek fisik unit hunian, legal unit hunian, aksesibilitas, fisik lingkungan dan pelayanan utilitas, serta sosial kemasyarakatan. Mayoritas penghuni asal yang pindah (70%) dan tetap tinggal (83.33%) menyatakan puas terhadap hunian dan lingkungannya di Rumah Susun Kemayoran. 4 Namun, tidak terdapat hubungan kausal antara kepuasan penghuni asal terhadap unit hunian dan lingkungannya di Rumah Susun Kemayoran dengan terjadinya perpindahan. Penelitian ini memperlihatkan tidak semua kepuasan terhadap aspek-aspek yang ditinjau. Hanya kepuasan terhadap fisik SRS dan lingkungan sosial kemasyarakatan yang. Namun kedua variabel tersebut bukan faktor yang dominan yang mempengaruhi perpindahan penghuni asal. Ada dua jenis hubungan yang menentukan perpindahan keluarga dari rumah susun. Pertama, melalui hubungan antara kepuasan terhadap unit hunian dan lingkungan terhadap perpindahan. Namun ditemukan bahwa kepuasan penghuni asal terhadap unit hunian dan lingkungannya di Rumah Susun Kemayoran tidak mempengaruhi perpindahan secara signifikan. Hanya kepuasan terhadap fisik SRS dan lingkungan sosial kemasyarakatan yang mempengaruhi perpindahan penghuni asal. Ditemukan bahwa kedua variabel tersebut bukanlah faktor yang dominan yang mempengaruhi perpindahan penghuni asal. Kedua, adanya hubungan antara karakteristik rumah tangga terhadap kepindahan. Karakteristik rumah tangga yang melalui dua cara, yaitu langsung (Tahap I) dan tidak langsung (Tahap II). Kepuasan terhadap rumah dan lingkungannya yang akan mempengaruhi perpindahan tempat tinggal. Pada studi ini ditemukan ditemukan bahwa karakteristik rumah tangga mempengaruhi perpindahan penghuni asal melalui dua cara tersebut. Karakteristik rumah tangga yang melalui kepuasan terhadap unit hunian dan lingkungannya (2 tahap) adalah tahapan (siklus) keluarga, tipe hunian dan status kepemilikan. Karakteristik rumah tangga yang secara langsung adalah ukuran keluarga, jarak dan waktu tempuh KK ke lokasi kerja, lama tinggal, pendidikan dan jenis pekerjaan utama KK. Penghasilan total keluarga
5 melalui kedua cara tersebut. Namun penghasilan total keluarga akan lebih signifikan mempengaruhi perpindahan penghuni asal secara langsung, karena nilai hubungannya dengan perpindahan penghuni asal lebih besar dibandingkan dengan nilai hubungannya dengan kepuasan terhadap unit hunian dan lingkungannya. Sementara itu, karakteristik rumah tangga yang tidak berpengaruh terhadap perpindahan penghuni asal dari Rumah Susun Kemayoran dengan kedua cara tersebut adalah usia KK dan jumlah anggota keluarga yang tidak bekerja. Variabel yang paling berpengaruh terhadap perpindahan penghuni asal dari Rumah Susun Kemayoran adalah jenis pekerjaan utama KK dan penghasilan total keluarga. E. KESIMPULAN Faktor ekonomi merupakan faktor utama yang mempengaruhi perpindahan dan peralihan kepemilikan SRS Kemayoran oleh penghuni asal. Pada studi kasus di Rumah Susun Kemayoran, faktor ekonomi mempengaruhi perpindahan penghuni asal baik sebagai internal stressor maupun external stressor. Faktor ekonomi yang mempengaruhi perpindahan sebagai internal stressor adalah karakteristik sosial ekonomi penghuni asal. Kepala keluarga yang berpendidikan rendah dan bekerja pada sektor informal perkotaan dengan penghasilan keluarga per bulan yang rendah dan tidak tetap mengakibatkan mayoritas penghuni asal tidak mampu menjangkau atau memenuhi semua kebutuhan pokok hidupnya di Rumah Susun Kemayoran, dan akhirnya memilih pindah. Faktor ekonomi yang mempengaruhi perpindahan sebagai external stressor adalah kondisi pasar Rumah Susun Kemayoran, yaitu tingginya permintaan masyarakat umum dan harga pasar SRS yang tinggi. Pada studi kasus di Rumah Susun Kemayoran ditemukan bahwa bagi penghuni asal, SRS memiliki nilai tukar (exchange value) lebih tinggi daripada nilai guna (use value). Hal ini mendorong penghuni asal pindah dan mengalihkan kepemilikannya. Tingginya nilai tukar ini (yang tercermin dari tingginya harga 5 pasar) dapat dimanfaatkan oleh penghuni asal untuk mencari tempat tinggal baru yang memiliki nilai guna lebih tinggi dibandingkan dengan SRS Kemayoran. Dapat pula disimpulkan bahwa Pembangunan Rumah Susun Kemayoran berhasil mencapai tujuan pembangunan jangka pendek yaitu meremajakan permukiman kumuh dan merelokasi penduduk permukiman kumuh ke rumah susun. Hal ini terbukti dari fakta bahwa semua SRS Kemayoran dihuni oleh warga eks peremajaan pada saat pembangunan telah selesai. Namun, dalam jangka waktu panjang, pembangunan Rumah Susun Kemayoran gagal mencapai tujuannya, yang terlihat dari : Tingginya perpindahan dan peralihan kepemilikan SRS oleh penghuni asal (60.1%) dalam kurun waktu 10 tahun setelah pembangunannya. Peralihan kepemilikan SRS terjadi dari penghuni asal kepada pendatang yang tidak berhak yaitu masyarakat berpenghasilan menengah ke atas. Hal ini mengakibatkan penghuni tidak lagi sesuai dengan kelompok sasaran khusus (yaitu masyarakat eks peremajaan) dan umum (yaitu masyarakat berpenghasilan rendah) pembangunan Rumah Susun Kemayoran. Penghuni asal tidak mengalami peningkatan kondisi ekonomi (kesejahteraan) setelah tinggal di Rumah Susun Kemayoran. Sebaliknya, kondisi ekonomi penghuni asal semakin terpuruk. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kesejahteraan penghuni yang merupakan salah satu tujuan pembangunan rumah susun tidak tercapai. Perpindahan penghuni asal tidak disebabkan oleh peningkatan kondisi sosial ekonomi yang dialaminya melainkan karena tidak mampu menjangkau biaya hidup yang tinggi di rumah susun. Penghuni asal melakukan tradding down dan mengalami penurunan kondisi rumah dan lingkungannya setelah pindah dari rumah susun.
6 DAFTAR PUSTAKA 1. Budihardjo., Eko, Sejumlah Permasalahan Permukiman Kota, Bandung : Penerbit Alumni, Siregar.,Romauli, Peralihan Penghuni Rumah Susun dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus : Kawasan Pusat Kota Jakarta), Tugas Akhir Jurusan Teknik Planologi, Institut Teknologi Bandung, Yovi., Perpindahan dan Peralihan Kepemilikan Satuan Rumah Susun (Studi Kasus : Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat), Tugas Akhir Jurusan Teknik Planologi, Institut Teknologi Bandung,
PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA SERTA DAYA BELI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI DKI JAKARTA
PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA SERTA DAYA BELI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI DKI JAKARTA Jenis : Tugas Akhir Tahun : 2008 Penulis : Soly Iman Santoso Pembimbing : Ir. Haryo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kota megapolitan yang memiliki peran sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, bisnis, industri,
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SUSUN STUDI
47 BAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SUSUN STUDI Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang pembangunan, sistem pengelolaan serta gambaran sosial-ekonomi penghuni rumah susun yang distudi. 3.1. Rumah Susun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota selalu diikuti dengan fenomena meningkatnya jumlah kebutuhan dasar akan perumahan. Seperti halnya kota-kota besar di Indonesia,
Lebih terperinciIDENTIFIKASI TINGKAT KERENTANAN MASYARAKAT PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN LIVELIHOOD
IDENTIFIKASI TINGKAT KERENTANAN MASYARAKAT PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN LIVELIHOOD (SUL) (Studi Kasus : Kelurahan Tamansari, Bandung) Jenis : Tugas Akhir Tahun : 2006
Lebih terperinciEVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR
EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : MANDA MACHYUS L2D 002 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
99 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, terdapat beberapa hal sebagai temuan studi yaitu sebagai berikut : 1. Karakteristik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PKL muncul sebagai salah satu bentuk sektor informal perkotaan. Rachbini dan Hamid (1994) menyebutkan bahwa sektor informal secara struktural menyokong sektor formal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciKUESIONER (UNTUK BURUH/PEKERJA)
120 Lampiran -1 KUESIONER (UNTUK BURUH/PEKERJA) Pekerja merupakan salah satu komponen penting yang mendukung proses industrialisasi. Tanpa pekerja industri tidak akan berjalan. Penyediaan perumahan atau
Lebih terperinci4. METODOLOGI PENELITIAN
4. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangka pemikiran konseptual mendeskripsikan alur pikir peneliti mulai dari latar belakang dilakukannya penelitian, proses analisis, dan kesimpulan
Lebih terperinciEVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)
EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) Widiastuti Hapsari dan Ria Asih Aryani Soemitro Bidang Keahlian Manajemen
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT BERPENGHASILAN MENENGAH RENDAH
IDENTIFIKASI KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT BERPENGHASILAN MENENGAH RENDAH (Di Lokasi Rencana Pembangunan Rumah Susun Tamansari Kota Bandung) Jenis : Tugas Akhir Tahun : 2007 Penulis : Dwi Indah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk menjamin keberlangsungan hidup manusia. Seiring dengan rutinitas dan padatnya aktivitas yang dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun badan hukum. Usaha pemerintah ini tidak terlepas dari tujuan negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Masalah Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peran yang sangat strategis dalam membentuk watak serta kepribadian bangsa. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan perumahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual
Lebih terperinciPERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D
PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: IKE ISNAWATI L2D 001 431 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2006 ABSTRAK
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG
BAB 5 KESIMPULAN PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan dari hasil studi mengenai indentifkasi pengaruh pembangunan PASUPATI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung sebagai salah satu kota yang perkembangannya sangat pesat dihadapkan pada berbagai kebutuhan dalam memenuhi kehidupan perkotaan. Semakin pesatnya pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar-besaran dari perusahaan-perusahaan swasta nasional. Hal ini berujung pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi dan moneter mengakibatkan terjadinya kelumpuhan ekonomi nasional terutama di sektor riil yang berakibat terjadinya pemutusan hubungan kerja besar-besaran
Lebih terperinciMETODE KAJIAN Tipe dan Aras Kajian Strategi Kajian
METODE KAJIAN Tipe dan Aras Kajian Tipe kajian dalam rancangan kajian ini adalah tipe evaluasi sumatif, yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan, dan lain-lain),
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang termasuk dalam 14 kota terbesar di dunia. Berdasarkan data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang kaki lima adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan kegiatan pada sektor informal. Kegiatan ini timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelayanan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : IRMA NURYANI L2D 001 436 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciKAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DIAN HERYANI L2D 002 393 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Formal Geografi adalah salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memperhatikan aspek-aspek geografi yang mendukung dalam pembangunan wilayah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga berjarak 10
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk perkotaan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun telah menimbulkan peningkatan permintaan terhadap kebutuhan akan tempat tinggal. Dimana
Lebih terperinciPENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D
PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D 306 008 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
113 BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi dari studi yang telah dibahas pada bab 1 sampai dengan 5. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai kelemahan studi dan saran
Lebih terperinciCONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)
Perancangan Kota CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) OLEH: CUT NISSA AMALIA 1404104010037 DOSEN KOORDINATOR IRFANDI, ST., MT. 197812232002121003 PEREMAJAAN KOTA Saat ini, Perkembangan
Lebih terperinciMIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh
MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh K. Yunitha Aprillia Ida Bagus Made Astawa, I Gede Astra Wesnawa *) Jurusan Pendidikan Geografi,Undiksha Singaraja
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Secara keseluruhan ditemukan bahwa karakteristik perilaku pergerakan belanja penduduk wilayah studi adalah sebagai berikut :
BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan hasil kesimpulan tentang kajian pola pergerakan belanja penduduk Bandung Timur. Hasil studi ini diharapkan menjadi masukan informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan.
Lebih terperinciPENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO
PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO Dyah Purnamasari Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email : dyahpurnamasari@yahoo.com Retno Indryani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sujarto (dalam Erick Sulestianson, 2014) peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan perpindahan penduduk ke daerah perkotaan, merupakan penyebab utama pesatnya
Lebih terperinci63
62 63 64 65 66 Berdasarkan gambar IV.8 bila dikaji berdasarkan batasan administrasi asal kelurahan menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk kelurahan dari Kecamatan Cicadas dominan melakukan kunjungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai penyesuaian tarif sewa Rusunawa Tambak. Berdasarkan latar belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang dan motivasi penelitian mengenai penyesuaian tarif sewa Rusunawa Tambak. Berdasarkan latar belakang timbul permasalahan mengenai penetapan tarif
Lebih terperinciPENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT (Studi Kasus: Kampung Kanalsari Semarang) Tugas Akhir Oleh : Sari Widyastuti L2D
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang terus mengalami perkembangan, studi ini membahas tentang
BAB I PENDAHULUAN Dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan rumah sebagai kebutuhan dasar manusia yang terus mengalami perkembangan, studi ini membahas tentang pendekatan-pendekatan yang melibatkan keputusan-keputusan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. keputusan pembelian fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya dari masyarakat perdesaaan agar mampu lebih berperan secara aktif dalam pembangunan desa.
Lebih terperinciGambar 5.2 Skema Pembiayaan Rumah Susun Studi dengan Menggunakan Pola Swasta
95 BAB 5 SIMULASI MODEL PEMBIAYAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA Bab ini menjelaskan mengenai uji simulasi model pembiayaan pembangunan dan pengelolaan rumah susun studi dengan menggunakan mekanisme pola investasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sampai dengan saat ini masalah kemiskinan masih menjadi persoalan yang belum tertuntaskan bagi negara berkembang seperti Indonesia. Masyarakat yang berpenghasilan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) tentang kriteria permukiman kumuh, maka permukiman di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian dalam penelitian ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menyangkut kelayakan dan taraf kesejahteraan hidup masyarakat. Rumah bukan hanya berfungsi sebagai
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5863 KEUANGAN. Perumahan Rakyat. Tabungan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 55) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciSabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN
Sabua Vol.7, No.2: 429-435 Oktober 2015 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TANJUNG MERAH KOTA BITUNG Gerald Mingki 1, Veronica Kumurur 2 & Esli
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pemerintah Kota Bandung, dalam hal ini Walikota Ridwan Kamil serta Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, telah menunjukkan pentingnya inovasi dalam dalam program
Lebih terperinciBAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG
BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG Pada bab ini akan dipaparkan mengenai responden pelaku pergerakan Cimahi-Bandung yang berpotensial untuk menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian akan menggambarkan langkah-langkah atau tahapan dari suatu penelitian dalam mencapai tujuan penelitian tersebut. Dimana dalam metode penelitian ini akan dijelaskan
Lebih terperinciBAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena
BAB II METODE PENELITIAN II.1 Bentuk Penelitian Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana dikatakan Nawawi (1990:64) bahwa metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumahan dan pemukiman adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh kota-kota besar pada negara yang sedang berkembang. Kota Medan sebagai kota terbesar ke tiga di
Lebih terperinciPEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu permasalahan yang umumnya terjadi di daerah perkotaan. Dampak langsung yang dihadapi oleh pemerintah
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kelurahan Sumur Putri Kelurahan Sumur Putri merupakan salah satu kelurahan yang masuk dalam wilayah Kecamatan Telukbetung Selatan Kota Bandar Lampung.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tebing Tinggi adalah adalah satu dari tujuh kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara, yang berjarak sekitar 78 kilometer dari Kota Medan. Kota Tebing Tinggi terletak
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009
KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009 Tema: Perumahan dan Permukiman Indonesia: Masa Lalu, Kini dan Ke Depan I. LATAR BELAKANG Sarasehan ini merupakan
Lebih terperinciIdentifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-240 Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat Niken Fitria dan Rulli Pratiwi
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati
Lebih terperinciBAB V KARAKTERSTIK PKL DAN KONSUMEN
BAB V KARAKTERSTIK PKL DAN KONSUMEN 5.1 Karakteristik PKL Karakteristik pedagang kaki lima (PKL) dapat dilihat dari indikasi dalam hal fungsi kegiatannya, tingkat pendidikan, jenis dagangan, lamanya berprofesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan sekarang ini terasa begitu cepat yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Hal ini terutama terjadi di kotakota besar, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hak bagi setiap orang. Karena setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 BAB XA tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 28 H dijelaskan bahwa tempat tinggal dan lingkungan yang layak adalah hak bagi setiap
Lebih terperinciPROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PERUMAHAN
DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PERUMAHAN Konsep Entitas Objek Bidang Perumahan Rakyat Dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG
STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Perumnas Banyumanik dan Perumahan Bukit Kencana Jaya) TUGAS AKHIR Oleh: ARIEF WIBOWO
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada
V. GAMBARAN UMUM LOKASI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Keadaan Umum Kecamatan Cicurug Kecamatan Cicurug berada di bagian Sukabumi Utara. Kecamatan Cicurug memiliki luas sebesar 4.637 hektar.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sumberdaya Lahan Lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang diperlukan untuk mendukung
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata banyaknya rit dan jumlah penumpang yang diamati Trayek Rata-rata Rit per 9 Jam
pukul 1.-16. dan sore hari dilakukan pada pukul 16.-19.. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Mencari data awal tentang aturan mengenai angkutan perkotaan, jumlah tiap trayek, dan lintasan
Lebih terperinciClustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-172 Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya Patrica Bela Barbara dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. bantaran sungai Bengawan Solo ini seringkali diidentikkan dengan kelompok
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perumahan relokasi yang di Surakarta merupakan perumahan yang diperuntukkan bagi masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar bantaran sungai Bengawan Solo. Perumahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor alami yaitu kelahiran dan terutama
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR O l e h : R.B. HELLYANTO L 2D 399 247 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH
Lebih terperinciPEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA. (Studi Kasus pada PKL di Jalan R. Suprapto. Purwodadi Kabupaten Grobogan)
PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus pada PKL di Jalan R. Suprapto Purwodadi Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai
Lebih terperinciFAKTOR PENYEBAB PENGEMBANG MEMILIH LOKASI PERUMAHAN DI KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR INTISARI
JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 4 No 1 Januari 2017 Halaman 19-26 e-issn : 2356-5225 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg FAKTOR PENYEBAB PENGEMBANG MEMILIH LOKASI PERUMAHAN DI KECAMATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat karena kota saat ini, dipandang lebih menjanjikan bagi masyarakat desa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk menuju daerah perkotaan semakin meningkat secara pesat karena kota saat ini, dipandang lebih menjanjikan bagi masyarakat desa kebanyakan, kota bagaikan
Lebih terperinciHUBUNGAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI PENGHUNI DENGAN PERUBAHAN LOKASI DAN KARAKTERISTIK HUNIAN (STUDI KASUS RUSUNAWA PLGB)
HUBUNGAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI PENGHUNI DENGAN PERUBAHAN LOKASI DAN KARAKTERISTIK HUNIAN (STUDI KASUS RUSUNAWA PLGB) Sutikno Diharjo 1 dan Nurahma Tresani 2 1 Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya proses perkembangan kota-kota di Indonesia saat ini membawa dampak timbulnya berbagai masalah perkotaan. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi berakibat pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman Kampung Aur merupakan salah satu permukiman padat penduduk yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika berbicara mengenai permukiman
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi
BAB VI PENUTUP Pada bab terakhir ini dipaparkan beberapa hal sebagai bagian penutup, yakni mengenai temuan studi, kesimpulan, rekomendasi, kelemahan studi serta saran studi lanjutan. VI.1. Temuan Studi
Lebih terperinciPenggusuran dan Reproduksi Kemiskinan
Penggusuran dan Reproduksi Kemiskinan Nuri Ikawati Peneliti IDEAS (Indonesia Development and Islamic Studies) Masifnya penggusuran paksa terhadap kampung dan pemukiman liar di Jakarta dalam tiga tahun
Lebih terperinciBAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK
BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK 4.1 Lama Tinggal Pada umumnya, penduduk bertempat tinggal di suatu daerah mulai dari lahir sampai dewasa. Akan tetapi ada juga penduduk yang tinggal dari lahir sampai setelah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Kota Baru Bandar Kemayoran atau lebih dikenal sebagai Kemayoran adalah suatu kawasan yang terletak di pusat kota Jakarta yang semula dikenal karena fungsinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan sesuatu yang sudah ada. Kegiatan pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kota tersebut. Namun sebagian besar kota-kota di Indonesia tidak dapat memenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu daerah tidak terlepas dari kebutuhan akan ruang terbuka yang berfungsi penting bagi ekologis, sosial ekonomi, dan evakuasi. Berdasarkan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya faktor penarik suatu perkotaan dan faktor pendorong dari kawasan perdesaan menjadikan fenomena urbanisasi kerap terjadi di kota-kota di Indonesia. Harapan untuk
Lebih terperinciMODEL RUMAH BAGI KELUARGA MUDA BERPENGHASILAN RENDAH DI KOTA PALEMBANG BERDASARKAN PREFERENSI DAN PERSPEKTIF PERKEMBANGAN KELUARGA
LAPORAN PENELITIAN UNGGULAN MODEL RUMAH BAGI KELUARGA MUDA BERPENGHASILAN RENDAH DI KOTA PALEMBANG BERDASARKAN PREFERENSI DAN PERSPEKTIF PERKEMBANGAN KELUARGA Oleh : KETUA : WIENTY TRIYULY, ST, MT ANGGOTA
Lebih terperinciPROVISION OF PUBLIC HOUSING IN JAKARTA
PROVISION OF PUBLIC HOUSING IN JAKARTA Nina Nurdiani Department of Architecture, Faculty of Engineering, Binus University Jalan K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 nnurdiani@binus.edu / nina.nurdiani@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN ANALISA DATA
87 BAB IV DATA DAN ANALISA DATA 4.1 METODE PENGUMPULAN DATA Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
35 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis Desa Tegal merupakan salah satu desa dari 8 desa lainnya yang terletak di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Tegal memiliki luas sekitar
Lebih terperinci1. BAB 1 PENDAHULUAN
1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai kota pendidikan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi salah satu provinsi yang setiap tahun ramai dikunjungi pendatang baru. Banyaknya perguruan tinggi
Lebih terperinciKajian Housing As A Process pada Perumahan Perumnas Study Kasus Perumahan Perumnas Poasia Kota Kendari
Kajian Housing As A Process pada Perumahan Perumnas Study Kasus Perumahan Perumnas Poasia Kota Kendari Pembimbing : Ir. MUHAMMAD FAQIH, MSA, PH.D Co. Pembimbing : Ir. PUTU RUDY SATIAWAN, MS LATAR BELAKANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalaahan besar dalam perkembangan perkotaan. Salah satunya yaitu
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia adalah Negara berkembang yang masih mempunyai permasalaahan besar dalam perkembangan perkotaan. Salah satunya yaitu fenomena urbanisasi yang terjadi di kota-kota
Lebih terperinci