RESPONS MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM SOSIALISASI KPU (Studi: Penggunaan Surat Suara di Kecamatan Lembah Gumanti) SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESPONS MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM SOSIALISASI KPU (Studi: Penggunaan Surat Suara di Kecamatan Lembah Gumanti) SKRIPSI"

Transkripsi

1 RESPONS MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM SOSIALISASI KPU (Studi: Penggunaan Surat Suara di Kecamatan Lembah Gumanti) SKRIPSI Diajukan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Andalas Oleh: SITTI ATISSA RUZUAR JURUSAN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011

2 ABSTRAK Sitti Atissa Ruzuar, , Jurusan Ilmu Politik, FISIP, Universitas Andalas dengan Judul Skripsi : Respons Masyarakat Terhadap Program Sosialisasi KPUD Kabupaten Solok Tentang Penggunaan Surat Suara di Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok Dalam Pemilukada Sumbar Sebagai Pembimbing I Dr. Sri Zulchairiyah, MA dan Pembimbing Irawati, S.IP, M.Si. Skripsi Ini terdiri dari 92 Halaman dengan 12 referensi buku, 2 Skripsi serta peraturan-peraturan lainya. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang Respons Masyarakat Terhadap Program Sosialisasi KPUD Kabupaten Solok Tentang Penggunaan Surat Suara di Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok Dalam Pemilukada Sumbar Melihat tingginya suara tidak sah di kecamatan Lembah Gymanti yang berada di Kabypaten Solok yang merupakan daerah dengan perolehan suara tidak sah tertinggi di Sumatra Barat. Respons itu dapat dilihat dengan menggunakan Konsep Komunikasi Politik dari KPUD Solok dan feedback yang terjadi di masyarakat. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualiitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. sementara teknik keabsahan data yang digunakan peneliti memakai proses triangulasi sumber data. Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling. Temuan penelitian menunjukkan bahwa, tidak semua masyarakat mendapatkan sosialiisasi langsung dari KPUD Kabupaten Solok. Sosialisasi pemilukada dan penggunaan surat suara merupakan tugas dari KPUD dan bukan tugas dari KPPS. Namun yang terjadi di lapangan adalah KPUD Kabupaten Solok memberikan tugas sosialisasi kepada masyarakat kepada KPPS. Suara tidak sah terjadi karena adanya kesalahan dalam pencoblosan, dimana coblosan mengenai lebih dari satu kandidat. Kesalahan dalam mencoblos banyak terjadi di kalangan pemilih yang sudah lanjut usia. Yang terjadi adalah ketika pemilih tidak membuka surat suara yang benar, kemudian mencoblos foto yang sudah terlihat sampai tembus kebelakang dan terkena lebih dari satu kandidat yang mengakibatkan surat suara tersebut dikategorikan sebagai suara tidak sah. Sosialisasi tentang Pemilukada dan penggunaan surat suara sebaiknya dilekukan dengan sering, sehingga informasi dapat dimengerti dan dapat diterima oleh masyarakat sebagai pemilih, baik yang muda maupun yang tlah lanjut usia. Kemudian metode sosialisasi disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sehingga informasi yang beredar bisa nerata di kalangan masyarakat, baik masyarakat yang tidak menonton televisi, dan yang menonton televisi ataupun masyarakat yang tidak berpendidikan maupun yang berpendidikan. Karena informasi mengenai penggunaan surat suara merupakan hak dari masyarakat pemilih. Informasi yang beredar pada umumnya sangat membantu masyarakat untuk memahami cara mencoblos yang benar. Namun kesalahan dalam memilih banyak terjadi di kalangan lanjut usia akibat penglihatan yang menurun, kemudian pendengaran yang menurun dan adanya rasa taku dan grogi ketika di dalam bilik suara atau TPS.

3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum merupakan sarana penyaluran aspirasi bagi masyarakat terhadap pemerintahan. Pada pemilihan umum, masyarakat diberi kesempatan untuk menentukan siapa yang akan mewakili mereka di lembaga legislatif dan yang akan memimpin mereka sebagai presiden di lembaga eksekutif selama lima tahun ke depan. Perubahan-perubahan situasi politik sebagai konsekuensi dari tuntutan demokratisasi tentunya akan berpengaruh pada pemerintahan di tingkat lokal. Proses demokratisasi mulai tampak dalam kehidupan politik. Berbagai perubahan dalam sistem pemilihan umum dan adanya prinsip otonomi daerah akan memberikan warna baru dalam pola rekruitmen Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah. 1 Pemilihan yang dilaksanakan di tingkat lokal seperti Pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) memberikan kesempatan kepada masyarakat daerah untuk berpartisipasi aktif menentukan siapa yang patut memimpin daerah mereka. Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang- 1 Martin Jimung, Partai Lokal dan Pemerintahan Daerah Dalam Perspektif Otonomi Daerah, Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara, 2005, hlm. 24.

4 undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. 2 Sebagaimana terjadi di daerah-daerah lain, lonceng kehidupan demokrasi juga berdentang di Sumatera Barat (Sumbar), sehubungan pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada). Pada tahun 2005 mulai berlaku pemilihan gubernur dan wakil Gubernur secara langsung di Sumbar. Terdapat beberapa implikasi dari perubahan politik tersebut pada tingkat lokal, antara lain jika selama ini kepala daerah dipilih dan ditunjuk langsung dari pusat sekarang dipilih langsung oleh masyarakat daerah setempat. Cara ini tentu dalam pelaksanaannya akan sangat jauh berbeda jika dilihat dari teknis dan prosedur, dibandingkan sebelumnya. Dengan pemilukada langsung ini masyarakat diberi kesempatan untuk memberi andil dalam pesta demokrasi negara sebagai bentuk partisipasi aktif mereka dibidang politik. Bukan hanya itu, setiap calon kepala daerah mengoptimalkan sosialisasi kepada masyarakat dengan menyampaikan visi dan misi serta program kerja mereka, dengan harapan masyarakat akan lebih rasional dalam memilih mana calon yang cocok sebagai kepala daerah nantinya. Dengan diberlakukannya Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, maka daerah diberikan wewenang untuk memilih sendiri kepala daerahnya. Pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) ini dilaksanakan di Provinsi 2 wikipedia.org/wiki/otonomi_daerah yang diakses pada tanggal 20 November 2010 pukul WIB.

5 Sumbar pertama kali pada tahun Pemilukada adalah sebuah wadah partisipasi bagi masyarakat untuk terlibat secara aktif dan langsung dalam menentukan siapa yang akan memimpin daerahnya. Pemilukada yang berlangsung jujur dan bersih merupakan harapan semua pihak. Hal yang sangat memengaruhi terciptanya pemilukada yang jujur dan bersih adalah moral dan komitmen dari semua pelaku, mulai dari para elit yang terlibat, para pendukung masing-masing calon maupun para pemilih. Untuk melaksanakan Pemilukada, maka lembaga yang diberi kewenangan khusus untuk menyelenggarakan adalah KPUD Propinsi dan KPUD Kabupaten/Kota. Hal ini diatur melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) provinsi, kabupaten dan kota diberikan kewenangan sebagai penyelenggara pemilihan kepala daerah 3. Walaupun demikian secara organisasitoris, KPU di daerah mempunyai hubungan struktural dengan KPU di Jakarta. Pemilihan kepala daerah dilaksanakan pertama kali di provinsi Sumbar pada tanggal 27 Juni 2005, dimana pada periode ini suara terbanyak diperoleh pasangan Gamawan Fauzi-Marlis Rahman dengan jumlah perolehan 757,296 suara atau dalam persentase 41,50% 4. Pelaksanaan pemilihan kepala daerah pertamakali ini dinilai berhasil oleh beberapa kalangan. KPU adalah salah satu unsur yang ikut menentukan keberhasilan terselenggaranya pemilukada di provinsi Sumbar. KPU adalah lembaga pemerintah yang berwenang dan bertugas untuk mengkoordinasikan, 3 Razali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung Jakarta, 2005, hal Summary Perolehan Suara dan Rincian Surat Suara Pilkada Provinsi Sumatera Barat tahun 2005.

6 menyelenggarakan dan mengendalikan semua tahapan Pemilu DPR, DPD dan DPRD, Pemilu Presiden/Wakil Presiden serta Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Dalam Pemilukada tanggal 27 Juni 2005 yang lalu setidaknya ada 13 Kabupaten/Kota yang juga melaksanakan Pemilukada untuk memilih Bupati/Walikota di daerahnya masing-masing. Pemilukada ini sebenarnya berjalan cukup lancar, tanpa diwarnai kerusuhan ataupun aksi anarkis pada saat hari pemilihan. Pada Pemilukada perdana, pemilihan gubernur dan wakil gubernur tanggal 27 Juni 2005 lalu masih terdapat kekurangan di sana sini 5. Salah satunya adalah masalah suara tidak sah. Pengertian suara sah adalah surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS, tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kolom yang memuat satu pasangan calon atau tanda coblos terdapat dalam salah satu kolom yang memuat nomor, foto dan nama pasangan calon yang telah ditentukan atau tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih di dalam salah satu kolom yang memuat nomor, foto dan nama pasangan calon atau tanda coblos terdapat pada salah satu kolom yang memuat nomor, foto dan nama pasangan calon 6. Sedangkan pengertian suara tidak sah adalah yang tidak sesuai dengan pengertian suara sah atau tercoblos lebih dari satu kali, coblosannya mengenai calon lain atau juga berada diluar kotak gambar calon yang dipilih. Suara tidak sah 5 Yudhi Eka Putra, 2006, Pelaksanaan Sosialisasi Pemilukada oleh KPUD Provinsi Sumbar, Skripsi Jurusan Ilmu Politik. FISIP. Universitas Andalas. Padang. Hlm Peraturan KPU nomor 72 tahun 2009 Tentang Pedoman Tata cara Pelaksanaan Pemungutan dan penghitungan Suara pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di tempat pemungutan suara, hlm. 15.

7 terjadi karena beberapa penyebab, antara lain Pemilih yang tidak sengaja mencoblos lebih dari 1 pasangan dan pemilih salah tempat coblos. Sebagai pemilih, masyarakat berhak untuk mendapatkan sosialisasi tentang suara tidak sah serta cara menggunakan surat suara dengan benar, karena apabila masyarakat sebagai pemilih telah mendatangi TPS kemudian mencoblos surat suara dengan cara yang salah maka suara dari pemilih tersebut dianggap tidak sah (tidak dihitung). Hal seperti ini akan merugikan keduabelah pihak, baik itu calon Gubernur dan Wakil Gubernur ataupun masyarakat itu sendiri. Berdasarkan data perolehan suara pada pemilukada provinsi Sumatra Barat tahun 2005 ada 3% atau sekitar suara tidak sah untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 1 Perolehan Suara Sah dan Tidak Sah Pemilukada Sumbar 2005 No. Kabupaten/kota Surat suara terpakai partisipasi suara sah (%) s. tidak sah (%) 1 Kab. Kep. Mentawai , , Kota Padang , , Kab. Solok , , Kab. Pesisir Selatan , , Kab. Solok selatan , , Kota Solok , , Kab. Swl/ Sijunjung , , Kab. Dharmasraya , , Kab. Tanah datar , , Kota Sawahlunto , , Kota Padang panjang , , Kab. Agam , ,

8 13 Kab. Padang Pariaman , , Kota Pariaman , , Kota Bukittinggi , , Kab. Pasaman , , Kab. Pasaman Barat , , Kota Payakumbuh , , Kab. Lima puluh kota , , Jumlah Sumber: Data sekunder diolah dari KPU Provinsi Sumatera Barat tahun 2005 Berdasarkan tabel suara sah dan tidak sah diatas diketahui bahwa dari pemilih, hanya yang sah dan sekitar adalah suara tidak sah. Pada pemilukada Sumbar tahun 2005 ini hanya 97 % suara yang dinyatakan sah. Pada tahun 2010, seiring berakhirnya masa jabatan Marlis Rahman sebagai Gubernur meneruskan masa jabatan Gamawan Fauzi, setelah diangkat oleh presiden sebagai Menteri Dalam Negeri, kemudian tanggal 30 Juni 2010 diselenggarakan pemilukada yang kedua, pada pemilukada kedua ini terpilih pasangan Irwan Prayitno dan Muslim kasim dengan perolehan suara 657,763 dengan persentase 32.44%. Masyarakat sangat membutuhkan informasi yang cepat dan sederhana agar tidak terjadi permasalahan suara tidak sah ini. Tanpa adanya informasi yang langsung kepada masyarakat, bisa mengalami kebingungan dan mengakibatkan berkurangnya suara untuk para kandidat. Merujuk dari permasalahan yang terjadi pada pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur Juli 2005 maka seharusnya KPUD memiliki langkah antisipasi agar hal seperti ini tidak terjadi lagi pada Pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur selanjutnya dengan mensosialisasikan penggunaan surat suara ini.

9 Pada pemilukada tahun 2005 suara tidak sah adalah sebanyak atau 3%, seharusnya pada pemilukada selanjutnya perolehan suara tidak sah ini bisa diminimalisir. Namun pada pemilukada 2010 terjadi peningkatan suara tidak sah, untuk lebih jelasnya terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2 Perolehan Suara Sah dan Tidak Sah Pemilukada Sumbar tahun 2010 No. Kabupaten/kota Surat suara terpakai partisipasi s. tidak suara sah (%) sah (%) 1 Kab. Kep. Mentawai , , Kota Padang , , Kab. Solok , , Kab. Pesisir Selatan , , Kab. Solok selatan , , Kota Solok , , Kab. Swl/ sijunjung , , Kab. Dharmasraya , , Kab. Tanah datar , , Kota Sawahlunto , , Kota Padang panjang , , Kab. Agam , , Kab. Padang pariaman , , Kota Pariaman , , Kota Bukittinggi , , Kab. Pasaman , , Kab. Pasaman Barat , , Kota Payakumbuh , , Kab. Lima puluh kota , , Jumlah , , Sumber: Data sekunder diolah dari KPUD Provinsi Sumatera Barat tahun 2010

10 Berdasarkan tabel suara sah dan tidak sah di atas, diketahui bahwa dari pemilih terdapat 3,98% suara tidak sah yaitu sekitar suara. Dari 2 kali penyelenggaraan Pemilukada di Sumatera barat mengalami peningkatan perolehan suara tidak sah sebesar atau sekitar 47,70%. Perolehan suara tidak sah pada tahun 2010 di kabupaen Solok adalah 5,58% atau sebesar dari Pada periode sebelumnya tahun 2005 Kabupaten solok juga dengan persentase perolehan suara tidak sah tertinggi di Sumatra Barat yaitu 5,8% atau dari partisipasi. Jadi dari tahun 2005 dan 2010 Kabupaten solok mengalami peningkatan suara tidak sah yang tidak banyak namun tetap pada persentase perolehan suara tidak sah tertinggi di sumatera barat. Berdasarkan data KPU Sumbar, dari dua kali penyelenggaraan pemilukada yaitu pada tahun 2005 dan 2010 kabupaten Solok adalah dengan persentase perolehan suara tidak sah tertinggi di Sumatra Barat yaitu 5,8% pada tahun 2005 dan 5,58% pada tahun Sosialisasi yang dimaksudkan sebagai tahapan yang harus dilakukan agar informasi mengenai Pemilukada dapat diterima dan dimengerti oleh masyarakat dan ditanggapi dengan baik oleh masyarakat. Namun dengan dilakukan sosialisasi kepada masyarakat oleh KPU tetap saja Kabupaten Solok mendapatkan persentasi suara tidak sah, baik di tahun 2005 maupun Sejalan dengan data dari KPU Sumbar yang menunjukkan Kabupaten Solok sebagai lokasi dimana terjadinya dua kali perolehan suara tidak sah tertinggi pada dua pemilukada yang berbeda, maka berdasarkan tabel berikut dari 14 Desa atau Nagari

11 yang ada di kabupaten Solok terdapat Nagari yang Perolehan Suara tidak sah nya paling tinggi seperti yang terlihat pada tabel berikut Tabel 3 Perolehan Suara sah dan Tidak Sah Kabupaten Solok Pemilukada Sumbar 2010 SUARA no. PPS/DESA/KELURAHAN/NAGARI SUARA SAH % TIDAK SAH % PARTISIPASI 1. Pantai Cermin , Lembah Gumanti , , Payung Sekaki , Lembang Jaya Gunung Talang Bukit Sundi IX Koto Sungai Lasi Kubung X Koto Singkarak X Koto Diatas Junjung Sirih Hiliran Gumanti Tigo Lurah Danau Kembar Jumlah , Sumber: Data sekunder KPUD Kabupaten Solok tahun 2010 Selain itu di dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Solok yang dilaksanakan pada saat bersamaan perolehan suara tidak sah di Kecamatan Lembah Gumanti juga tertinggi di Kabupaten Solok

12 Tabel 4 Perolehan Suara sah dan Tidak Sah Kabupaten Solok Pemilukada Kabupaten Solok 2010 No. KECAMATAN SUARA SAH % SUARA T. SAH % PARTISIPASI 1. Pantai Cermin , Lembah Gumanti , , Payung Sekaki , Lembang Jaya Gunung Talang Bukit Sundi IX Koto Sungai Lasi Kubung X Koto Singkarak X Koto Diatas Junjung Sirih Hiliran Gumanti Tigo Lurah Danau Kembar Jumlah , Sumber: Data sekunder KPUD Kabupaten Solok tahun 2010 Dari tabel diatas terlihat bahwa kabupaten Solok yang memiliki 14 Desa atau Nagari dimana salah satu Kecamatannya memiliki suara tidak sah tertinggi, Kecamatan yang memiliki suara tidak sah terbanyak atau tertinggi ini adalah Lembah Gumanti. Sekitar 10,33% dari partisipasi yang ada di Lembah Gumanti adalah suara tidak sah atau sebanyak 2,065 suara tidak sah, jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan desa lainnya serta pada pemiliha Bupati dan Wakil Bupati sekitar 6,97% partisipasi adalah suara tidak sah atau sebanyak dan lebih tinggi dibanding daerah lainnya.

13 B. Rumusan masalah Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut dengan KPU berfungsi sebagai lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap dan mandiri 7 sedangkan Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah lembaga penyelenggara Pemilu di Kabupaten atau Kota 8. Komisi Pemilihan Umum Daerah yang selanjutnya disebut KPUD adalah KPU Provinsi, Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk menyelenggarakan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah di setiap provinsi dan/atau kabupaten/kota. 9 Sosialisasi merupakan salah satu dari dari 22 tugas KPU Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. KPU Kabupaten/Kota bertugas melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan/atau yang berkaitan dengan tugas KPU Kabupaten/Kota kepada masyarakat. 10 Target dilaksanakannya sosialisasi ini antara lain adalah meningkatnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang beberapa hal teknis dalam menggunakan hak politik dan hak pilihnya dengan benar 11. Hal teknis merupakan mengenai tata cara mencoblos yang benar agar tidak terjadi suara tidak sah. Sosialisasi kepada masyarakat merupakan aspek penting dan salah satu tugas dari 7 Peraturan KPU Tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilihan Umum nomor 31 tahun 2006 hlm.3 8 Ibid hlm.3 9 UU no 32 tahun 2004Tentang Pemerintahan Daerah, hlm UU Nomor 22 Tahun 2007 tentang penyelenggara pemilihan umum hlm Komisi Pemilihan Umum Nomor 65 tahun 2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi dan Informasi Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah hlm.6

14 KPU oleh sebab itu KPU harus melaksanakan sosialisai sesuai dengan peraturan KPU. Masyarakat sebagai tujuan dari sosialisasi yang dilakukan oleh KPU seharusnya terlibat dan merespon kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh KPU ini. Karena segala bentuk kegiatan sosialisasi serta penyampaian informasi yang dilakukan oleh KPU ditargetkan untuk meningkatnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat baik untuk pentingnya pemilu, atau sosialisasi tentang tahapan pemilu maupun beberapa hal teknis terkait cara menggunakan surat suara agar tidak terjadi suara tidak sah ini. Dengan mengetahui respon masyarakat maka kita akan melihat bagaimana sebenarnya tanggapan masyarakat mengenai sosialisasi yang seharusnya dilakukan oleh KPU kabupaten Solok, apakah masyarakat mengerti dengan sosialisasi ini atau sebaliknya masyarakat justru bingung terhadap sosialisasi oleh KPU kabupaten solok karena informasi yang disampaikan oleh KPU Kabupaten Solok tidak sepenuhnya dapat ditangkap dan dapat dimengerti oleh masyarakat. Dalam dua kali pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah di Sumatra Barat pada tahun 2005 dan 2010 berdasarkan data dari KPU provinsi Sumbar, Kabupaten Solok dalam 2 periode Pemilukada dengan suara tidak sah tertinggi. KPU Kabupaten/Kota sebagai penyelanggara melaksanakan sosialisasi sesuai dengan peraturan (Peraturan KPU nomor 65 tahun 2009). Namun adanya peningkatan suara tidak sah ini menunjukkan masih adanya masyarakat yang belum paham cara mencoblos yang benar atau tentang suara tidak sah. Untuk itu yang menjadi rumusan masalah yang akan peneliti bahas di daam penelitian ini adalah Bagaimana Respons

15 Masyarakat terhadap Program Sosialisasi Komisi Pemilihan Umum tentang penggunaan surat suara oleh KPU dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatra Barat 2010? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis Respons Masyarakat terhadap Program Sosialisasi Komisi Pemilihan Umum tentang penggunaan surat suara di kabupaten Solok dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatra Barat D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemahaman tentang respon masyarakat terhadap sosialisasi penggunaan surat suara yang dilakukan oleh KPU kabupaten/kota. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberi masukan khususnya kepada KPU Kabupaten/ kota 3. Secara Sosial, Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada seluruh masyarakat mengenai peran KPU kabupaten /kota dalam mensosialisasikan penggunaan surat suara pemilihan kepala daerah yang akan dilaksanakan di Sumbar. 4. Secara Teknis, penelitian ini dapat memberikan pengukuran secara sistematis terhadap permasalahan penelitian yang dibahas oleh peneliti.

16 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Pelaksanaan Sosialisasi Pemilukada di kecamatan Lembah Gumanti dilakukan dengan berbagai bentuk Komunikasi Politik. Bentuk komunikasi yang dilakukan adalah, Komunikasi tatap muka, komunikasi melalui media, dan kampanye. Komunikasi dilakukan agar informasi mengenai Pemilukada serta informasi tentang cara memilih dapat diterima dengan baik oleh masyarakat sehingga masyarakat pergi ke TPS dan mencoblos dengan benar. Sosialisasi merupakan salah satu dari dari 22 tugas KPU Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. KPU Kabupaten/Kota bertugas melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan/atau yang berkaitan dengan tugas KPU Kabupaten/Kota kepada masyarakat 12. Informasi mengenai Pemilukada dan cara mencoblos seharusnya sepenuh nya menjadi tugas KPUD kabupaten, namun pada kenyataannya yang melakukan komunikasi tatap muka adalah KPPS untuk menyampaikan kepada masyarakat. Hal inilah yang membuat kurang maksimalnya informasi yang sampai di kalangan masyarakat, seharusnya KPUD Kabupaten Solok melakukan Komunikasi langsung kepada masyarakat dan berkoordinasi dengan 12 UU Nomor 22 Tahun 2007 tentang penyelenggara pemilihan umum hlm.15

17 petugas lainnya seperti PPK dan PPS, mengoptimalkan sosialisasi tersebut tidak hanya menyerahkan begitu saja kepada KPPS tanpa ada koordinasi dan pengontrolan. Kurangnya tenaga, dana, dan kontrol dari KPUD kabupaten Solok yang menjadi salah satu penyebab tidak maksimalnya informasi yang beredar di kalangan masyarakat. Selain itu tingkat kepedulian masyarakat yang minim dan pendidikan yang rendah juga membuat informasi yang telah disampaikan oleh KPPS tidak dipahami dan dilakukan dengan benar karena masyarakat sibuk dengan kegiatannya dan hanya mengandalkakan informasi yang diberikan oleh KPPS pada saat hari H. Kemudian faktor umur yang membuat masih banyak nya kesalahan yang terjadi pada saat pencoblosan. Respon masyarakat secara keseluruhan adalah baik terhadap segala bentuk program sosialisasi hanya saja masyarakat sulit untuk dikumpulkan, sehingga informasi yang dapat diterima kebanyakan melalui mulut ke mulut, KPPS dan televisi. Masyarakat kedepannya mengaharapkan sosialisasi dan komunikasi politik oleh KPUD Kabupaten Solok dan petugas lain seperti PPK, PPS dan KKPS dilakukan dengan optimal, dan dengan waktu yang lebih panjang sehingga informasi yang disampaikan kepada masyarakat bisa lebih sering dan lebih banyak agar masyarakat bisa lebih mengerti baik untuk yang berpendidikan ataupun yang berpendidikan rendah. Kemudian masyarakat mengharapkan adanya sosialisasi langsung kepada masyarakat lanjut usia dengan kekurangan penglihatan dan pendengaran sehingga dapat lebih terbantu. Lalu jadwal dan metode sosialisasi yang

18 disesuaikan dengan masyarakat, agar informasi dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. B. Saran 1. Dalam penelitian ini peneliti merasakan masih banyak kekurangan dan diharapkan untuk penelitian selanjutnya lebih terfokus kepada Sosialisasi yang seharusnya dilakukan oleh pihak KPUD kabupaten Solok. 2. Peneliti dalam melihat sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat sudah berjalan sesuai peraturan KPU, hanya saja seharusnya KPUD Kabupaten Solok menjalankan tugasnya dengan maksimal untuk melakukan sosialisasi dan berkoordinasi dengan PPK serta KPPS dalam melaksanakan tugas ini serta adanya pemantauann di lapangan oleh KPUD Kabupaten Solok. 3. Pihak dari masyarakatpun ikut melakukan sosialisasi, dengan meneruskan informasi yang telah didapatkan kepada orang-orang terdekat. 4. Adanya penambahan dana dan perpanjangan waktu dalam operasional dari KPUD agar anggota dari KPUD kabupaten Solok yang seharusnya menjalankan tugasnya dengan maksimal bisa lebih semangat dalam menjalankan tugasnya dan dapat langsung terjun kepada masyarakat. 5. Agar kedepannya kertas suara yang digunakan dibuat dengan lipatan yang tidak rumit dan tidak terlalu besar agar tidak mempersulit masyarakat dan tidak membuat bingung. Sehingga dengan ini tidak terjadi lagi kesalahan dalam mencoblos yang menyebabkan suara tidak sah.

19 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Razali, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, Jakarta Budiarjo, Miriam Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi). Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Bungin, Burhan Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta. Harmoko, 1993, Peran Pers Dalam Mengembangkan Komunikasi Politik, dalam Indonesia dan Komunikasi Politik, Maswadi Rauf dan Mappa Nasrun, PT. Gramedia, Jakarta. Jimun, Martin, Partai Lokal dan Pemerintahan Daerah Dalam Perspektif Otonomi Daerah, Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta. Mas oed, Mochtar dan Colin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Moleong, J. Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muchtar dan Erna Widodo, Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif. Avyroz: Jakarta. Plano, Jack. C 1989, Kamus Analisa Politik, CV Rajawali Pers, Jakarta Rudini, 1993, Komunikasi Politik dalam Sistem Demokrasi Pancasila, dalam Indonesia dan Komunikasi Politik, Maswadi Rauf dan Mappa Nasrun, PT Gramedia, Jakarta Rush, Michael dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Salim, Agus Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Tiara Wacana: Yogyakarta. Satori, Djam an Metodologi Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung. Subakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik. PT Grasindo, Jakarta. Suhendi, Hendi Bandung. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga,CV.Pustaka Setia,

20 Sumarno, AP, Dimensi-Dimensi Komunikasi Politik, PT Citra Aditya Bakti, Bandung. Toni Andrianus Pito, 2006 Dkk, Mengenal Teori-Teori Politik dari sistem politik sampai korupsi, Nuansa, Bandung. Yudhi Eka Putra, 2006, Pelaksanaan Sosialisasi Pilkada oleh KPUD Provinsi Sumbar, Skripsi, Padang: Jurusan Ilmu Politik. FISIP. Universitas Andalas. Sihabudin Zuhri, Peran Sekolah Dalam Proses Sosialisasi Politik Studi Penelitian Terhadap Siswa SMA Negeri 2 Semarang. Tesis, Semarang: Program Studi Ilmu Politik Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Peraturan KPU Nomor 31 tahun 2006 Tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilihan Umum Peraturan KPU Nomor 62 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyusunan Tahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Komisi Pemilihan Umum. Peraturan KPU Nomor 65 tahun 2009 tentang Pedoman pelaksanaan Sosialisasi dan penyampaian informasi dalam pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Laporan Pelaksanaan sosialisasi dan penyampaian informasi pemilu bupati dan wakil bupati solok tahun 2010, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Solok Summary Perolehan Suara dan Rincian Surat Suara Pilkada Provinsi Sumatera Barat tahun wikipedia.org/wiki/otonomi_daerah wikipedia.org/wiki/respon

KOMISI PEMILIHAN UMUMM PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 81 TAHUN 2015 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUMM PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 81 TAHUN 2015 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUMM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 81 TAHUN 2015 TENTANG JUMLAH BADAN PENYELENGGARA AD HOCK PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KETUA KOMISI PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parameter paling utama untuk melihat ada atau tidaknya pembangunan politik di sebuah negara adalah demokrasi. Meskipun sebenarnya demokrasi tidak sepenuhnya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat, BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Di negara yang menganut sistem demokrasi rakyat merupakan pemegang kekuasaan, kedaulatan berada

Lebih terperinci

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD 1945 yang diamandemen Hukum, terdiri dari: Pemahaman Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi momen pendidikan politik yang sangat penting dalam rangka mendewasakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi momen pendidikan politik yang sangat penting dalam rangka mendewasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemilihan umum (Pemilu) yang merupakan salah satu kegiatan politik yang paling banyak menarik perhatian dan keterlibatan masyarakat sehingga pemilu menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam

Lebih terperinci

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa demokrasi ini, pelaksanaan pemiliham umum secara langsung tidak hanya untuk lembaga legislatif serta presiden dan wakil presiden. Pemilihan umum kepala daerah

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan

Lebih terperinci

Penutup. Lampiran : Semua formulir di TPS dan cara pengisian Contoh sosialisasi Suara Sah Model C

Penutup. Lampiran : Semua formulir di TPS dan cara pengisian Contoh sosialisasi Suara Sah Model C Penutup Lampiran : Semua formulir di TPS dan cara pengisian Contoh sosialisasi Suara Sah Model C 56 Model C Halaman 2 57 58 Model C Halaman 3 (Partai Politik) Model C Halaman 3 (DPD) 59 Contoh Pengisian

Lebih terperinci

ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Satuan: Ton

ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Satuan: Ton LAMPIRAN III. A ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 1 Kab. Pasaman 13,31 14,97 9,98 6,65 5,82 9,15 9,98 6,65 8,33 4,99 9,98 7,49 107,30 2 Kab. Pasaman Barat 26,61 153,03 27,45 26,61

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan BAB I I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan yang signifikan. Salah satu kebijakan dari otonomi daerah diantaranya yaitu diadakannya Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perjalanan demokrasi di Indonesia secara bertahap terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Peran Menurut Abdulsyani (1994) peran atau peranan adalah apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peran merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik Bab ini menjelaskan tentang: A. Ketahui Visi, Misi dan Program Peserta Pemilu. B. Kenali Riwayat Hidup Calon.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi memberikan perubahan mendasar dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat pada hasil amandemen ketiga Undang-

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,

Lebih terperinci

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan

Lebih terperinci

c. bahwa berdasarkan ketentuan BAB VII Pemungutan dan Penghitungan Suara Pasal 84, Pasal 85, Pasal 86 dan Pasal 87 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

c. bahwa berdasarkan ketentuan BAB VII Pemungutan dan Penghitungan Suara Pasal 84, Pasal 85, Pasal 86 dan Pasal 87 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK NOMOR : 13/Kpts/KPU-Kab-014.329801/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peralihan kekuasaan dari rezim Orde Baru ke Orde Reformasi merubah tata pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan tuntutan

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1225, 2017 KPU. Penyelenggaraan PEMILU. Tahapan, Program dan Jadwal. Tahun 2019. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN,

Lebih terperinci

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pemilukada Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 yang dilaksanakan secara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pemilukada Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 yang dilaksanakan secara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pemilukada Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 yang dilaksanakan secara langsung dapat berlangsung tertib dan lancar. Animo masyarakat yang besar atas pesta demokrasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau bukan tingkat kenegaraan, masih tingkat desa yang disebut demokrasi desa. Contoh pelaksanaan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli dan Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang BAB IV Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang Tahapan Pilkada menurut Peraturan KPU No.13 Th 2010 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA TANJUNGBALAI. NOMOR: 5 /Kpts/KPU /2015

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA TANJUNGBALAI. NOMOR: 5 /Kpts/KPU /2015 KEPUTUSAN NOMOR: 5 /Kpts/KPU-002.434894/2015 TENTANG PENETAPAN JUMLAH MINIMAL PEROLEHAN KURSI DAN AKUMULASI PEROLEHAN SUARA SAH PARTAI POLITIK ATAU GABUNGAN PARTAI POLITIK SEBAGAI SYARAT PENDAFTARAN BAKAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,

Lebih terperinci

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 JURNAL PENELITIAN OLEH: NILUH VITA PRATIWI G2G115106 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pemilihan umum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 Yuliantika 1, Nurharmi 1, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pemilihan kepala daerah (pilkada) berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA, PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik. Andalas OLEH : ETRIO FERNANDO

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik. Andalas OLEH : ETRIO FERNANDO PERANAN INSTITUSI DALAM IMPLEMENTASI PERATURAN WALI KOTA BUKITTINGGI NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG STRATEGI DAERAH DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (SDPK) TAHUN 2006-2010 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM DPR, DPD DAN DPRD. Komisi Pemilihan umum

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM DPR, DPD DAN DPRD. Komisi Pemilihan umum UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM DPR, DPD DAN DPRD Komisi Pemilihan umum TAHAPAN PENYELENGGARAAN PEMILU 2009 pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih, 5 April-5Okt

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit.

DAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit. DAFTAR PUSTAKA Abdul Munir Mulkhan, 2009. Politik Santri. Kanisius, Yogyakarta Almond. A Gabrriel dan Verba. 1990. Budaya Politik Tingkah laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara. Jakarta : Bumi Aksara.

Lebih terperinci

APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004?

APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004? APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004? Hak Pemilih T: Apa yang menjadi Hak Anda sebagai Pemilih? J: Hak untuk terdaftar sebagai pemilih bila telah memenuhi semua syarat sebagai pemilih. Hak untuk memberikan suara

Lebih terperinci

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.773, 2015 BAWASLU. Pemilihan Umum. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan rakyat didalam konstitusinya. Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan rakyat merupakan suatu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum, selanjutnya disebut pemilu adalah sarana pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum, selanjutnya disebut pemilu adalah sarana pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan umum, selanjutnya disebut pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Komisi Pemilihan Umum (KPU) 1. Visi Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG 1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi sebagai pilar penting dalam sistem politik sebuah Negara, termasuk Indonesia yang sudah diterapkan dalam pemilihan secara langsung seperti legislatif, Presiden

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih wakil wakil rakyat untuk duduk sebagai anggota legislatif di MPR, DPR, DPD dan DPRD. Wakil rakyat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PERGERAKAN KOTAK SUARA, REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA, DAN PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN

Lebih terperinci

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DIAN KARTIKASARI, KOALISI PEREMPUAN INDONESIA DISKUSI MEDIA PUSKAPOL, PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM KPU DAN BAWASLU, JAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,

Lebih terperinci

BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 SUMATERA JAVA KALIMANTAN Disampaikan pada: IRIAN JAYA Rapat Koordinasi Nasional dalam

Lebih terperinci

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik... 133 I. Umum... 133 II. Pasal Demi Pasal...

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik... 133 I. Umum... 133 II. Pasal Demi Pasal... DAFTAR ISI Hal - Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum... - BAB I Ketentuan Umum... 4 - BAB II Asas Penyelenggara Pemilu... 6 - BAB III Komisi Pemilihan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 101, 2011 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN

Lebih terperinci

KULIAH 12 PEMILIHAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

KULIAH 12 PEMILIHAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KULIAH 12 PEMILIHAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH 1 Pemilihan Asas Pengaju Langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil Partai Politik atau Gabungan Partai Politik Persyaratan Parpol atau Gabungan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 28 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN Dalam bab tiga ini akan menjelaskan analisis sistem yang sedang berjalan dan pemecahan masalah. Analisis dan pemecahan masalah di dapat dari sumber data yang diperoleh

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PKPU NOMOR 26 TAHUN 2013

PKPU NOMOR 26 TAHUN 2013 PKPU NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA DI TEMPAT PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA DI TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA DALAM PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR : 03/Kpts-K/KPU-Kab-012.329506/2013 TENTANG PENETAPAN PEDOMAN TEKNIS ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI GORONTALO NOMOR : 01/Kpts/Pilgub/KPU-Prov-027/2011

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI GORONTALO NOMOR : 01/Kpts/Pilgub/KPU-Prov-027/2011 KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI GORONTALO NOMOR : 01/Kpts/Pilgub/KPUProv027/2011 TENTANG PENETAPAN TAHAPAN, PROGRAM DAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012 Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab-014.329801/2012 Tanggal : 7 Mei 2012 PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang:

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA KABUPATEN KUBU RAYA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA NOMOR : 12/Kpts/KPU-Kab-019.964931/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan kepala daerah secara langsung (pilkada langsung) merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep demokrasi di wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH OLEH

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung, umum, bebas,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT S A L I N A N KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR : 28/HK.03.1-Kpt/61/Prov/IX/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 2012

UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 2012 UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM I. UMUM Pemilihan Umum merupakan perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang

Lebih terperinci

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR/WAKIL GUBERNUR, BUPATI/WAKIL BUPATI

Lebih terperinci

Oleh : Eka Budiawan 2, Daud M. Liando 3, Stefanus Sampe 4

Oleh : Eka Budiawan 2, Daud M. Liando 3, Stefanus Sampe 4 SOSIALISASI POLITIK PASANGAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR MELALUI ALAT PERAGA KAMPANYE DAN BAHAN KAMPANYE OLEH KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI SULAWESI UTARA 1 Oleh : Eka Budiawan 2, Daud M. Liando

Lebih terperinci

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA PENYELENGGARA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013

PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA PENYELENGGARA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 LAMPIRAN II KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 02/Kpts/KPU-Prov-011/VII/2012 TANGGAL : 20 JULI 2012 TENTANG : PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci