BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. jasa keuangan. Istilah Bank itu sendiri berasal dari dari bahasa Italia, yaitu banca

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. jasa keuangan. Istilah Bank itu sendiri berasal dari dari bahasa Italia, yaitu banca"

Transkripsi

1 23 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Bank Pengertian Bank Bank merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan. Istilah Bank itu sendiri berasal dari dari bahasa Italia, yaitu banca berarti tempat penukaran uang ( Pengertian Bank berdasarkan Undang-Undang RI Pasal 1 Ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, menyatakan bahwa: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pinjaman dan bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak Di sisi lain, Lukman Dendawijaya (2009:14) menyatakan bahwa: Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan. Dari beberapa pengertian bank yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bank merupakan suatu badan usaha dalam bidang jasa keuangan atau pembayaran yang memiliki peranan penting dalam lalu lintas pembayaran untuk menunjang kegiatan-kegiatan, khususnya kegiatan dalam bidang ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2 Jenis-jenis Bank Menurut Kasmir (2008:18-25), jenis-jenis bank dapat ditinjau dari beberapa segi, antara lain: 1. Ditinjau dari segi fungsinya a. Bank Umum Pengertian Bank umum berdasarkan Pasal 1 Ayat (3) UU No. 10 Tahun 1998 menyatakan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Ditinjau dari segi kepemilikannya Jenis bank ditinjau dari segi kepemilikannya adalah bahwa jenis-jenis bank dapat dibedakan berdasarkan subyek yang memiliki bank tersebut; baik dalam bentuk lembaga, individu, atau dalam bentuk lainnya. Adapun untuk mengetahui status kepemilikan suatu bank tersebut dapat diketahui dengan melihat akte pendirian yang berlandaskan hukum dan atau penguasaan saham yang dimiliki. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya adalah sebagai berikut:

3 25 a. Bank milik pemerintah Bank pemerintah merupakan bank yang akte pendiriannya dimiliki oleh pemerintah dan modal yang digunakan untuk kegiatan bank tersebut dari pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah. b. Bank milik swasta nasional Bank swasta nasional merupakan bank yang dimiliki oleh pihak swasta dalam negeri yang dapat ditinjau dari kepemilikan saham, baik seluruh maupun sebagian besar dari saham yang dimiliki bank dan keuntungannya pun merupakan pendapatan dari swasta pula. c. Bank milik koperasi Yaitu bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. d. Bank milik Asing Bank jenis ini merupakan bagian dari bank asing yang mendirikan cabang di suatu negara yang dimiliki oleh pihak swasta asing atau pemerintah luar negeri. e. Bank milik campuran Merupakan Bank yang dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional dalam negeri yang secara mayoritas kepemilikan sahamnya dimiliki oleh warga negara dalam negeri.

4 26 3. Ditinjau dari segi status Jenis-jenis bank ditinjau dari segi status bank adalah sebagai berikut: a. Bank devisa Bank devisa adalah bank yang dapat melakukan transaksitransaksi pembayaran internasional dari dan atau ke luar negeri. b. Bank non devisa Bank yang tidak atau belum memiliki perizinan untuk memberikan pelayanan transaksi-transaksi sebagaimana yang ada dalam bank devisa. 4. Ditinjau dari segi cara menentukan harga a. Bank Konvensional Yaitu bank yang dalam menentukan harga jualnya atau mencari keuntungannya menggunakan sistem bunga. b. Bank Syariah Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dan atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya Bank Syariah Pengertian Bank Syariah Pengertian Bank Syariah menurut Dahlan Siamat (2004:183) adalah bank yang dalam menjalankan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip hukum atau syariah Islam dengan mengacu pada kitab suci Al-Quran dan Al-Hadits.

5 27 Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004:1) merumuskan bank syariah sebagai berikut: Bank syariah adalah bank yang berasaskan pada asas kemitraan, keadilan, transparansi dan universal serta melakukan kegiatan perbankan syariah dengan prinsip syariah. Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip ekonomi islam dengan karakteristik antara lain sebagai berikut: a) Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya b) Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of money) c) Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas d) Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif e) Tidak diperkenankan menggunakan dua harga dalam satu barang f) Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad Berdasarkan pengertian-pengertian bank syariah di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah suatu badan usaha perbankan yang memiliki peranan penting dalam lalu lintas pembayaran untuk menunjang kegiatan-kegiatan, khususnya dalam bidang ekonomi yang berlandaskan pada prinsip syariah islam yang mengacu pada sumber hukum Al-Quran dan Al- Hadits Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Secara umum perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional adalah seperti yang disajikan dalam Tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Bank Syariah Berlandaskan pada nilai-nilai dan hukum Islam yaitu Al- Quran dan Al-Hadits Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli atau sewa Bank Konvensional Berdasarkan ketentuan dan prinsip ekonomi dan bisnis pada umumnya serta legalitas peraturan undang-undang yang telah disahkan sesuai dengan

6 28 Melakukan investasi yang halal saja Profit dan falah oriented Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah Badan Penyelesai sengketa dilakukan oleh Badan Arbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI) Memiliki stuktur pengawas khusus, yaitu Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional (DSN) hukum dan kepentingan publik yang berlaku. Memakai perangkat bunga Investasi yang halal dan haram Profit oriented Hubungan dengan nasabah dalam bentuk debitur dan kreditur Tidak terdapat dewan sejenis dalam penerapan penghimpunan dan penyaluran dana Badan penyelesai sengketa dilakukan oleh peradilan negeri Tidak memiliki pengawas khusus dan hanya sebatas Dewan Komisaris Sumber : Muhammad Syafi i Antonio (2001:29-34) Di samping itu, perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional ditinjau dari segi imbal jasa (return) kepada nasabah adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Dalam Imbal Jasa (return) Kepada Nasabah Bagi Hasil (Syariah) Penentuan bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi. Besarnya keuntungan bagi hasil berdasarkan pada jumlah Bunga (Konvensional) Penentuan bunga dibuat pada waktu akad tanpa pedoman untung rugi. Besarnya persentase tergantung pada jumlah uang yang

7 29 keuntungan yang diperoleh. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan, sekiranya tidak mendapat keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. Tidak ada yang meragukan keabsahan keuntungan bagi hasil. dipinjamkan. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang booming. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam Sumber: Muhammad Syafi i Antonio (2001:61) Selain perbedaan yang ditinjau dari segi imbal jasa (return) yang diberikan, perbedaan bank syariah dan bank konvensional juga dapat dibedakan dari segi ketentuan-ketentuan yang diterapkan dalam memberikan pembiayaan kepada nasabahnya, perbedaan tersebut adalah seperti yang disajikan dalam Tabel 2.3 sebagai berikut: Tabel 2.3 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Dalam Pemberian Pembiayaan Kepada Nasabah Pokok Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional Dasar penentuan imbalan perjanjian Perjanjian imbalan berdasarkan keuntungan/kerugian Perjanjian pengenaan bunga berdasarkan asumsi untung terus

8 30 Dasar perhitungan bunga/imbalan Kewajiban pembayaran bunga/imbalan Persyaratan jaminan Objek pembiayaan Pandangan prinsip syariah terhadap sistem pengenalan imbalan Besarnya nisbah bagi hasil didasarkan atas jumlah keuntungan yang diperoleh nasabah Pembayaran imbalan dilakukan bila nasabah memperoleh keuntungan dan bila rugi, maka jumlah risiko/kerugian ditanggung oleh kedua belah pihak Besarnya imbalan berubah sesuai dengan besar kecilnya keuntungan yang didapatkan nasabah Persyaratan jaminan tidak mutlak diperlukan Jenis usaha yang dibiayai harus sesuai dengan ketentuan syariah Pembayaran imbalan berdasarkan bagi hasil sifatnya halal Berdasarkan persentase dari total dana yang dipinjamkan kepada nasabah Pembayaran bunga tetap harus dibayar, meskipun usaha nasabah mengalami kerugian Besarnya pembayaran bunga oleh nasabah jumlahnya tetap meskipun keuntungan nasabah lebih besar dari jumlah yang diperkirakan Memerlukan penyerahan jaminan berupa barang/harta nasabah Jenis usaha yang dibiayai tidak dibedakan sepanjang memenuhi persyaratan Sistem pengenaan bunga dianggap haram

9 31 Dari uraian perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem yang digunakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah berbeda Fungsi dan Peran Bank Syariah Fungsi bank syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank konvensional, yaitu sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Fungsi dan peranan bank syariah di antaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Acocounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution) adalah sebagai berikut: a. Manajer investasi, yaitu Bank Syariah dapat mengelola investasi dana nasabah b. Investor, Bank Syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya c. Penyediaan jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran d. Pelaksanaan kegiatan sosial, contohnya kewajiban mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana sosial lainnya. Sedangkan menurut Muhammad (2005:15) dikemukakan peranan bank syariah secara umum, diantaranya sebagai berikut:

10 32 1. Memurnikan operasional perbankan syariah sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat. 2. Meningkatkan kesadaran syariah umat Islam sehingga dapat memperluas segmen dan pangsa pasar perbankan syariah. 3. Menjalin kerjasama dengan para ulama karena bagaimanapun peran ulama khususnya di Indonesia sangat dominan bagi kehidupan umat Islam Tujuan Bank Syariah Selain memiliki karakteristik tersendiri, bank syariah juga memiliki tujuan, tujuan tersebut berlandaskan pada Al-Quran dan Hadits. Adapun tujuan bank syariah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bank syariah mengarahkan kegiatan ekonomi, agar terhindar dari praktekpraktek riba atau jenis-jenis usaha gharar (tipuan) dan jenis usaha tersebut selain dilarang dalam syariat Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap ekonomi rakyat. 2. Keberadaan bank syariah memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin yang diarahkan kepada kegiatan usaha produktif menuju tercipatanya kemandirian usaha. 3. Bank syariah memiliki tujuan untuk menanggulangi masalah kemiskinan yang pada umumnya merupakan program dari negara yang sedang berkembang. Upaya bank syariah dalam mengentaskan kemiskinan ini

11 33 berupa pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama. 4. Bank syariah seperti bank konvensional turut serta dalam menjaga stabilitas ekonomi moneter. Dengan adanya aktivitas bank syariah akan mampu menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan. 5. Bank syariah memiliki tujuan untuk mengurangi ketergantungan umat Islam terhadap bank non syariah Karakteristik Dasar Bank Syariah Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip ekonomi Islam dengan karakteristik sebagaimana menurut Wiyono (2005:75) adalah sebagai berikut: a. Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya b. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of money) c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif e. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang f. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad Pada dasarnya sistem bagi hasil (profit loss sharing) yang digunakan oleh bank syariah itu merupakan karakteristik umum yang dimiliki oleh bank syariah. Sedangkan menurut Direktorat Perbankan Syariah BI menguraikan ada tujuh karakteristik utama yang menjadi prinsip sistem perbankan syariah di Indonesia dan menjadi landasan pertimbangan bagi calon nasabah serta landasan

12 34 kepercayaan bagi nasabah yang telah loyal. Tujuh karakteristik perbankan syariah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Universal Yaitu bahwa bank syariah berlaku untuk setiap orang tanpa memandang perbedaan kemampuan ekonomi maupun perbedaan agama. 2. Adil Yaitu memberikan sesuatu hanya kepada yang berhak serta melakukan sesuatu sesuai dengan posisinya dan melarang adanya unsur maysir (unsur spekulasi atau untung-untungan), gharar (ketidakjelasan), haram, dan riba. 3. Transparan. Artinya, dalam kegiatannya bank syariah sangat terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat. 4. Seimbang Yaitu mengembangkan sektor keuangan melalui aktivitas perbankan syariah yang mencangkup pengembangan sektor riil dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) 5. Kemaslahatan Artinya, keberadaan bank syariah akan bermanfaat dan membawa kebaikan bagi seluruh aspek kehidupan. 6. Variatif Artinya, produk-produk bank syariah cukup bervariasi mulai dari tabungan haji dan umrah, tabungan umum, giro, deposito, pembiayaan

13 35 yang berbasis bagi hasil, jual beli dan sewa, sampai kepada produk jasa kustodian, jasa transfer, dan jasa pembayaran (debet card, syariah charge) 7. Fasilitas Penerimaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, wakaf, dana kebajikan (qard), memiliki fasilitas ATM, mobile banking, internet banking dan interkoneksi antarbank syariah Prinsip Dasar Bank Syariah Pengertian prinsip syariah berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, dinyatakan bahwa prinsip syariah adalah aturan yang berdasarkan hukum Islam antara pihak lain dengan pihak bank untuk penyimpanan dana dan/ atau pembiayaan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Di sisi lain, berdasarkan Undang-Undang Perbankan Syariah Pasal 2 UU No 21 Tahun 2008 dinyatakan bahwa perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan pada prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan kehati-hatian. Prinsip yang dimaksud adalah sesuai dengan penjelasan pasal 2 undang- undang ini, yaitu kegiatan usaha yang berasaskan prinsip syariah, antara lain adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur: a. Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjammeminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas

14 36 mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi ah). b. Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak bersifat untung-untungan atau spekulasi. c. Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak memiliki, tidak diketahui keberadaanya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah. d. Haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah atau e. Zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya Pembiayaan Pengertian Pembiayaan Menurut Veithzal Rivai dan A.P Veithzal (2008:4) mengemukakan bahwa: Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu dan berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam-meminjam antara lembaga keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Sedangkan menurut Karim dalam Antonio (2001:160) mengemukakan bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Di sisi lain, berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat (12) menyatakan bahwa: Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang

15 37 dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dari beberapa definisi tentang pembiayaan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah suatu tugas pokok bank, khususnya bank syariah; yaitu menyediakan uang atau alat pembayaran lainnya dalam bentuk tagihan yang diberikan kepada peminjam dan wajib melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan berdasarkan pada sistem bagi hasil Unsur-unsur Pembiayaan Menurut Veithzal Rivai dan A.P Veithzal (2008:4-5) mengemukakan bahwa unsur-unsur yang ada dalam pembiayaan adalah sebagai berikut: 1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul mal) dan penerima pembiayaan (mudharib). Hubungan pembiayaan dan penerima pembiayaan merupakan kerja sama yang saling menguntungkan atau saling tolong menolong. 2. Adanya unsur kepercayaan shahibul mal kepada mudharib yang didasarkan atas prestasi dan potensi mudharib. 3. Adanya persetujuan berupa kesepakatan antara pihak shahibul mal dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari mudharib kepada shahibul mal. Janji membayar tersebut janji lisan, tertulis (akad pembiayaan) atau berupa instrumen (credit instrument) 4. Adanya penyerahan barang, jasa atau uang dari shahibul mal kepada mudharib 5. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsur esensial pembiayaan. Pembiayaan terjadi karena unsur waktu, baik dilihat dari

16 38 shahibul mal maupun dilihat dari mudharib. Misalnya, pemilik uang memberikan pembiayaan sekarang untuk konsumsi lebih besar di masa yang akan datang sedangkan produsen memerlukan pembiayaan karena ada jarak waktu antara produksi dan konsumsi. 6. Adanya unsur resiko (degree of risk) baik di pihak shahibul mal maupun pihak mudharib. Resiko di pihak shahibul mal adalah resiko gagal bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau ketidakmampuan bayar (pinjaman konsumen) atau karena ketidaksediaan membayar. Resiko di pihak mudharib adalah kecurangan dari pihak pembiayaan, antara lain berupa shahibul mal yang bermaksud untuk mencaplok perusahaan yang diberi pembiayaan atau tanah yang dijaminkan Jenis-jenis Pembiayaan Pembiayaan merupakan salah satu bentuk penyaluran dana dalam perbankan syariah. Menurut Karim (2004:87), mengemukakan bahwa: Secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya, yaitu pembiayaan dengan prinsip jual beli, sewa, bagi hasil dan pembiayaan dengan akad pelengkap. Adapun jenis-jenis pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Prinsip Jual Beli Prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di awal dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.

17 39 Transaksi jual-beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan barangnya, yaitu sebagai berikut: a. Pembiayaan Murabahah Menurut Karim (2004:88), menyatakan bahwa murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), yaitu transaksi jual-beli dan bank menyebut jumlah keuntungannya. Sedangkan menurut Antonio (2001:101), menyatakan bahwa Murabahah atau Ba i Al-Murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa murabahah merupakan suatu akad jual-beli antara bank sebagai pihak penjual dan nasabah sebagai pihak pembeli dengan harga jualnya adalah harga yang berasal dari pemasok ditambah keuntungan (margin) serta sistem pembayarannya sesuai dengan kesepakatan antara pihak penjual dan pembeli. Veithzal Rivai dan A.P Veithzal (2008:146) menyatakan bahwa hal-hal yang harus ada (rukun) di dalam murabahah yaitu ada penjual (ba i), pembeli (musytari), objek atau barang (mabi ), harga (tsaman), dan pernyataan serah terima (ijab qabul). Selain itu, murabahah memiliki ketentuan-ketentuan atau syarat-syarat sebagai berikut: 1) Syarat yang berakad (ba iu dan musytari) cakap hukum dan tidak dalam keadaan terpaksa. 2) Barang yang diperjualbelikan (mabi ) tidak termasuk barang yang haram dan jenis maupun jumlahnya jelas.

18 40 3) Harga barang (tsaman) harus dinyatakan secara transparan (harga pokok dan komponen keuntungan) dan cara pembayarannya disebutkan dengan jelas. 4) Pernyataan serah terima (ijab qabul) harus jelas dengan menyebutkan secara spesifik pihak-pihak berakad. Adapun skema dari akad Murabahah dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.1 seperti yang ada di bawah ini. Gambar 2.1 Skema Akad Murabahah (1) Negosiasi persyaratan BANK (2) akad jual beli (6) bayar NASABAH (5) terima barang & dokumen SUPLIER (3) beli barang PENJUAL (4) kirim b. Pembiayaan Salam Sumber: Antonio, 2001: 107 Menurut Karim (2004:89), mengemukakan bahwa Salam adalah transaksi jual beli akan tetapi barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara penangguhan sedangkan pembayaran dilakukan secara tunai. Sedangkan menurut Antonio (2001:108) mengemukakan bahwa Ba i as-salam (salam) berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka.

19 41 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa salam adalah suatu akad jual beli yang menggunakan sistem pesanan (order) dan harga jual serta sistem pembayaran berdasarkan kesepakatan antara penjual dan pembeli. Menurut Antonio (2001:109), rukun dari akad salam adalah sebagai berikut: 1) Pembeli (muslam) 2) Penjual (muslam ilaih) 3) Modal atau uang 4) Barang (muslam fiihi) 5) Ijab qabul (sighat) Menurut Karim (2004:89), pembiayaan salam memiliki ketentuanketentuan yang harus dipenuhi. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlahnya. 2) Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad, maka nasabah (produsen) harus bertanggung jawab dengan cara antara lain mengembalikan dana yang telah diterimanya atau menggganti barang yang sesuai dengan pesanan. 3) Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya sebagai persediaan (inventory), maka dimungkinkan oleh bank untuk melakukan akad salam kepada pihak ketiga (pembeli kedua), seperti bulog, pedagang pasar induk atau rekanan.

20 42 Antonio (2001:111) mengemukakan bahwa antara ba i as-salam (salam) dan sistem ijon adalah berbeda. Di dalam sistem ijon, barang yang dibeli tidak bisa diukur atau ditimbang secara jelas dan spesifik. Demikian juga penetapan harga beli sangat tergantung kepada keputusan sepihak, yaitu pihak pembeli (tengkulak) yang seringkali dominan dan menekan petani sebagai pihak penjual. Di dalam akad salam ada objek barang dan pengukuran serta spesifikasi barang sudah jelas. Selain itu, dalam penentuan harga dilakukan secara sukarela antara kedua belah pihak. Adapun skema dari akad salam dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.2, yaitu seperti yang ada di bawah ini. Gambar 2.2 Skema Akad Salam PRODUSEN PENJUAL Kiriman pesanan 3) Kirim dokumen 4) Bayar NASABAH 1) Pemesanan barang nasabah & bayar tunai BANK SYARIAH 2) Negosiasi pesanan dengan kriteria Sumber: Antonio, 2001: 113 c. Pembiayaan Istishna Menurut Antonio (2001:113) mengemukakan bahwa: Istishna merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayarannya. Baik sistem pembayaran tunai, cicilan, maupun tangguhan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.

21 43 Sedangkan Karim (2004:90) mengemukakan bahwa ketentuan umum pembiayaan istishna adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, ukuran, mutu dan jumlahnya. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad istihna dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap ditanggung nasabah. Adapun skema dari akad Istishna dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.3, yaitu seperti yang ada di bawah ini. Gambar 2.3 Skema Akad Istishna NASABAH KONSUMEN 3) Jual 1) Pesan BANK PENJUAL PRODUSEN PEMBUAT 2) Beli 2. Prinsip Sewa (ijarah) Sumber: Antonio, 2001: 115 Menurut Antonio (2001:117), menyatakan bahwa Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri. Karim (2004:127) mengemukakan bahwa: Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat (hak guna) bukan perpindahan kepemilikan (hak milik). Jadi, pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual-beli. Akan tetapi, perbedaannya terletak pada

22 44 objek transaksinya. Pada akad jual-beli transaksinya berupa barang, sedangkan pada ijarah objek transaksinya berupa barang maupun jasa. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ijarah merupakan suatu akad pemindahan manfaat (hak guna) bukan perpindahan kepemilikan dari satu pihak ke pihak lain berupa barang maupun jasa dalam waktu tertentu dengan membayar suatu imbalan atau upah dan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Selanjutnya, Karim (2004:130) mengemukakan bahwa: Karena ijarah adalah akad yang mengatur pemanfaatan hak guna tanpa terjadi pemindahan kepemilikan, maka banyak orang yang menyamakan ijarah ini dengan leasing. Hal ini terjadi karena kedua istilah tersebut samasama mengacu pada hal sewa-menyewa. Menyamakan ijarah dengan leasing tidak sepenuhnya salah dan tidak sepenuhnya benar. Karena pada dasarnya, walaupun terdapat kesamaan antara ijarah dan leasing, akan tetapi ada beberapa karakteristik yang membedakannya. Adapun skema dari akad Ijarah dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.4, yaitu seperti yang ada di bawah ini. Gambar 2.4 Skema Akad Ijarah PENJUAL SUPLIER OBJEK SEWA B. Milik NASABAH A.Milk 3) Sewa 2) Beli objek sewa BANK SYARIAH 1) Pesan objek sewa Sumber: Antonio, 2001: 119

23 45 3. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing) Menurut Antonio (2001:90), mengemukakan bahwa secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu al-musyaraqah, al-mudharabah, al-muzara ah, dan al-musaqah. a. Al-musyaraqah Menurut Antonio (2001:90) menyatakan bahwa: Al-musyaraqah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dan masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Selanjutnya, Antonio (2001:91) mengemukakan bahwa ada dua jenis yang ada dalam Al-Musyaraqah yaitu Al-Musyaraqah yang tercipta karena adanya kepemilikan yang berhubungan dengan pembagian waris, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan kepemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih dan yang kedua adalah Al-Musyaraqah dalam bentuk sistem kontrak, yaitu akad yang tercipta dengan cara kesepakatan antara dua orang atau lebih untuk membuat suatu kesepakatan bersama dalam memberikan modal dan membagi keuntungan atau kerugian secara bersama-sama. Adapun Al-Musyaraqah sistem kontrak usaha memiliki beberapa jenis, yaitu sebagai berikut (Antonio:2001) : a) Syirkah Al- Inan Yaitu akad Al-Musyaraqah yang setiap pihak memberikan porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Akan tetapi, porsi masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil, tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka.

24 46 b) Syirkah Mufawadhah Yaitu akad Al-Musyaraqah yang setiap pihak memberikan porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Dengan demikian, syarat utama dari jenis al-musyaraqah ini adalah kesamaan dana yang diberikan, kesamaan untuk bekerja dan tanggung jawab serta beban hutang dibagi oleh masing-masing pihak. c) Syirkah A maal Al-Musyaraqah ini adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. d) Syirkah Wujuh Yaitu kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan prestise yang baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh setiap mitra. e) Syirkah Al-Mudharabah Yaitu bentuk kerja sama usaha antara pemilik modal dan pengusaha. Bebarapa ulama menganggap Al-Mudharabah ini termasuk kategori almusyaraqah karena memenuhi rukun dan syarat dari sebuah akad musyaraqah.

25 47 Menurut Karim (2004:92), mengemukakan bahwa secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dalam pembiayaan musyarakah dapat berupa dana, barang perdagangan (trading asset), kewiraswastaan (entrepreunership), kepandaian (skiil), kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan/reputasi (credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dari penjelasan tentang Al-Musyaraqah di atas, aplikasi dari Al- Musyaraqah dalam perbankan syariah ini bisa diterapakan dalam bentuk pembiayaan proyek atau dalam bentuk kerjasama modal ventura. Adapun skema dari akad Musyarakah dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.5, yaitu sebagai berikut: Gambar 2.5 Skema Akad Musyarakah Nasabah parsial: asseet vlue Bank syariah parsial pembiayaan PROYEK USAHA KEUNTUNGAN Bagi keuntungan sesuai porsi kontribusi modal (nisbah) Sumber: Antonio, 2001: 94

26 48 b. Al-Mudharabah Menuru Antonio (2001:95) mengemukakan bahwa Secara teknis Al- Mudharabah merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak dan pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Sedangkan menurut Karim (2004:192) menyatakan bahwa: Al-Mudharabah adalah suatu bentuk kerja sama antara dua pihak, satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan jumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak ke dua (pelaksana usaha) dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Menurut Antonio (2001:97), pada umumnya Al-Mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut: a) Mudharabah Muthlaqah Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. b) Mudharabah Muqayyadah Mudharabah Muqayyadah disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/specified mudharabah, yaitu kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Ketentuan dalam penerapan mudharabah muqayyadah, pengelola dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Menurut Karim (2004:200), mudharabah muqayyadah terbagi lagi menjadi dua kategori yaitu kategori mudharabah muqayyadah on balance-sheet, yaitu

27 49 aliran dana yang terjadi dari satu nasabah investor ke sekelompok pelaksana usaha dalam beberapa sektor terbatas dan yang kedua adalah kategori mudharabah muqayyadah of balance-sheet, yaitu aliran dana berasal dari satu nasabah investor kepada satu nasabah pembiayaan. Menurut Karim (2004:193), menyatakan bahwa faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah sebagai berikut: a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha) b. Objek mudharabah (modal dan kerja) c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul) d. Nisbah keuntungan Bentuk aplikasi dari Al-Mudharabah dalam perbankan syariah antara lain seperti: tabungan berjangka, deposito spesial (special investment), pembiayaan modal kerja, dan investasi khusus. Adapun skema dari akad Mudharabah dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.6. Gambar 2.6 Skema Akad Mudharabah PERJANJIAN BAGI HASIL Nasabah (mudharib) KEAHLIAN/ KETERAMPILAN PROYEK/USAHA MODAL 100% Bank (shahibul Maal) PEMBAGIAN Nisbah X % KEUNTUNGAN Nisbah Y % MODAL Sumber: Antonio, 2001: 98 Pengambilan modal pokok

28 50 c. Al-Muzara ah Menurut Antonio (2004:99), mengemukakan bahwa: Al-Muzara ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap. Dalam kerja sama ini, pemiliki lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen. Al-Muzara ah seringkali identik dengan mukhabarah. Di antara keduanya terdapat sedikit perbedaan. Kerja sama pengolahan lahan secara muzara ah penyediaan benih disediakan oleh pemilik lahan. Sedangkan kerja sama pengolahan lahan secara mukhabarah penyediaan benih disediakan dari penggarap tanah itu sendiri. Adapun skema dari akad Muzara ah dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.7. Gambar 2.7 Skema Akad Al-Muzara ah PERJANJIAN BAGI HASIL Pemilik lahan Lahan Benih Pupuk Dsb. Lahan pertania HASIL PENEN Keahlian Tanaga waktu. penggarap d. Al-Musaqah Sumber: Antonio, 2001: 100 Antonio (2004:100) mengemukakan bahwa: Al-Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara ah. Di dalam Musaqah, penggarap hanya berkewajiban untuk melakukan penyiraman

29 51 dan pemeliharaan dari lahan yang digarap. Sedangkan benih dan biayabiaya pemeliharaan dan lain-lain ditanggung oleh pemilik lahan. Akan tetapi, penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen. 4. Pembiayaan Akad Pelengkap Menurut Karim (2004:94), mengemukakan bahwa akad pelengkap merupakan akad untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan tanpa ditujukan untuk mencari keuntungan. Akan tetapi, diperbolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Menurut Antonio (2001:120), akad pelengkap ini tergolong sebagai produk jasa perbankan syariah atau di sebut juga sebagai fee-based service. Menurut Antonio (2001: ) dan Karim (2004:94-97), bentuk-bentuk daripada akad pelengkap ini atau akad jasa ini adalah sebagai berikut: a. Hiwalah (Alih Hutang-Piutang) Menurut Antonio (2001:126) mengemukakan bahwa: Hiwalah atau disebut juga hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam istilah para ulama, hal ini merupakan pemindahan beban utangnya dari orang yang berutang (muhil) menjadi tanggungan orang yang berkewajiban membayar utang (muhal alaih). Menurut Karim (2004:95), mengemukakan bahwa tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank bisa menagih biaya yang dikeluarkan atas jasa pemindahan piutang tersebut. Adapun skema dari akad Hiwalah dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.8, yaitu sebagai berikut:

30 52 Gambar 2.8 Skema Akad Hiwalah 2) Invoice Muhal alaih (faktor/bank) 5) Bayar 3) Bayar 4) Tagih Muhil (penyuplai) 1) Suplai barang Muhal (pembeli) b. Rahn Sumber: Antonio, 2001: 128 Menurut Antonio (2001:128), menyatakan bahwa Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn dapat diartikan sebagai sebuah jaminan utang atau gadai. Barang yang digadaikan atau yang dijadikan sebagai jaminan piutang wajib memenuhi kriteria sebagai berikut (Karim, 2004:96): 1) Milik nasabah sendiri 2) Jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar. 3) Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank. Perbedaan antara Rahn dengan pegadaian konvensional adalah jika dalam sistem akad rahn tidak dikenakan bunga. Akan tetapi, yang ditagih adalah biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan, serta penaksiran. Perbedaan utama antara

31 53 rahn dan bunga pegadaian adalah dari sifat bunga yang bisa berakumulasi dan berlipat ganda, sedangkan biaya rahn hanya sekali dan ditetapkan di muka. Adapun skema dari akad Rahn dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.9 berikut ini: Gambar 2.9 Skema Akad Rahn Murhub Bih Pembiayaan 2) permohonan Pembiayaan Murtahin Bank 3) akad pembiayaan Utang + Mark Up Rahin Nasabah 1) Titipan/Gadai Pembiayaan Marhun Jaminan Sumber: Antonio, 2001: 131 c. Qard Pengertian Qard menurut Antonio (2001:131), bahwa Qard adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Menurut Karim (2004:96), aplikasi Qard dalam perbankan biasanya dalam empat hal, yaitu: 1) Sebagai pinjaman talangan haji atau dana talangan haji 2) Sebagai pinjaman tunai, yaitu penggunaan kartu kredit syariah untuk melakukan pembayaran atau payment lewat ATM

32 54 3) Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil ketika alternatif lain tidak mampu untuk dipilih. 4) Sebagai pinjaman kepada pengurus bank. Adapun skema dari akad Qard dapat dilihat pada ilustrasi gambar Gambar 2.10 Skema Akad Qard PERJANJIAN QARD NASABAH Tenaga kerja Modal 100% BANK PROYEK USAHA 100% 100% KEUNTUNGAN Sumber: Antonio, 2001: 134 d. Wakalah (perwakilan) Menurut Antonio (2001:120) mengemukakan bahwa wakalah adalah penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat. Sedangkan menurut Karim (2004:97) mengemukakan bahwa wakalah merupakan aplikasi perbankan yang terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C, inkaso dan transfer uang.

33 55 e. Kafalah (garansi bank) Antonio (2001:123) mengemukakan bahwa: Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. Jenis-jenis kafalah sendiri terbagi menjadi lima jenis, yaitu kafalah binnafs, kafalah bil-maal, kafalah bit-taslim, kafalah al-munjazah dan kafalah almuallaqah. Adapun skema dari akad Kafalah dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.11 Gambar 2.11 Skema Akad Kafalah PENANGGUNG (LEMBAGA KEUANGAN) TERTANGGUNG (jasa/objek) DITANGGU NG (NASABAH) Sumber: Antonio, 2001: Dana Pihak Ketiga (DPK) Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan salah satu sumber penghimpunan dana dari masyarakat yang akan digunakan oleh bank sebagai modal dalam melakukan pendanaan atau pembiayaan. Kegiatan menghimpun dana dari masyarakat oleh bank sering disebut dengan kegiatan funding. Kegiatan funding ini berlaku juga pada perbankan syariah.

34 56 Kasmir (2008:64) mengemukakan bahwa Dana yang berasal dari masyarakat merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana tersebut. Selanjutnya, Masyhud Ali (2004:265) mengemukakan bahwa: Dana-dana yang bersumber dari masyarakat ini merupakan dana yang berasal dari surplus unit yang menyerahkan kelebihan dana-dananya dan sebagai unsur pendanaan bagi bank. Kemudian dana-dana tersebut akan dikembalikan dalam bentuk pemberian pinjaman kepada defisit unit Prinsip Dasar Penghimpunan DPK Menurut Karim (2004:97), mengemukakan bahwa prinsip yang diterapkan oleh perbankan syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat adalah berlandaskan pada prinsip Wadi ah dan Mudharabah. Lebih jauh Antonio (2001:83-89), menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang diterapkan dalam penghimpunan DPK adalah sebagai berikut: 1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Depository/Al-Wadiah) Dalam tradisi fiqih Islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip al-wadi ah. Al-wadi ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja sesuai kehendak penitip. Adapun prinsip Al-wadiah dalam perbankan syariah terbagi menjadi dua, yaitu: al-wadiah yad al-amanah dan al-wadiah yad adh-dhamanah. Penerapan al-wadiah yad al-amanah, penerima titipan (mustawda ) tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan barang titipan, baik dalam bentuk barang atau uang tetapi harus benar-benar menjaganya sesuai dengan kelaziman. Selain itu,

35 57 penerima titipan dalam bentuk al-wadiah yad al-amanah tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama hal itu bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan. Hal ini kemungkinan terjadi karena faktor-faktor di luar batas kemampuan penerima titipan. Oleh karena pihak penerima titipan al-wadiah yad al-amanah harus benar-benar menjaga barang yang dititipkan baik barang ataupun uang, maka pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan. Gambaran skema al-wadiah yad al-amanah dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.12 Gambar 2.12 Skema Akad Al-Wadiah Yad Al-Amanah Nasabah Muwaddi (penitip) 1) Titipan barang 2) bebankan biaya penitipan Sumber: Antonio, 2001: 87 Bank mustawda (penyimpan) Dalam aktivitas perekonomian modern, pihak penerima titipan tidak mungkin akan membiarkan barang titipan tersebut menganggur dan kurang produktif atau membiarkannya menjadi sebuah idle dari aset titipan tersebut. Oleh karena itu, pihak penerima titipan boleh mempergunakan barang titipan tersebut untuk suatu kegiatan yang lebih produktif dengan terlebih dahulu meminta izin kepada si pemberi titipan (Muwaddi ) dan harus menjamin barang titipan tersebut akan dikembalikan secara utuh. Jenis titipan seperti ini disebut al-

36 58 wadiah yad adh-dhamanah, yaitu suatu prinsip penitipan (al-wadiah) di mana si penerima titipan dapat memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat ketika pemilik titipan menghendakinya. Bank sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan al-wadi ah dalam bentuk current account (giro) ataupun saving account (tabungan berjangka). Sebagai konsekuensi dari yad dh-dhamanah, semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan tersebut menjadi milik bank. Oleh karena itu, penerima titipan yang menggunakan titipan tersebut memiliki tanggung jawab untuk menanggung seluruh kemungkinan kerugian, kerusakan dan mengembalikannya secara utuh. Sebagai imbalan atau balas jasa, pihak pemberi titipan (Muwaddi ) mendapat jaminan keamanan terhadap hartanya dan fasilitas-fasilitas perbankan yang telah ditetapkan. Selain itu, pihak penerima titipan yang menggunakan titipan dana tersebut boleh memberikan insentif berupa bonus dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan dalam nominal atau persentase secara advance, tetapi betul-betul merupakan kebijaksanaan dari manajemen bank. Adapun Gambaran skema al-wadiah yad adh-dhamanah dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.13, yaitu sebagai berikut:

37 59 Gambar 2.13 Skema Akad Al-Wadiah adh-dhamanah Nasabah Muwaddi (penitip) 2) Titipan dana 2) beri bonus 3) Bagi hasil Bank mustawda (penyimpan) 2) pemanfaatan dana User of fund (dunia usaha) 2. Prinsip Mudharabah Sumber: Antonio, 2001: 88 Menurut Antonio (2001:95), menyatakan bahwa secara teknis Al- Mudharabah merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak dan pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Sedangkan menurut Karim (2004:192), menyatakan bahwa: Al-Mudharabah adalah suatu bentuk kerja sama antara dua pihak, satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan jumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak ke dua (pelaksana usaha) dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Menurut Antonio (2001:97), pada umumnya Al-Mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:

38 60 a) Mudharabah Muthlaqah Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. b) Mudharabah Muqayyadah Mudharabah Muqayyadah disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/specified mudharabah, yaitu kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Ketentuan dalam penerapan mudharabah muqayyadah, pengelola dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha Adapun Gambaran skema Mudharabah dapat dilihat pada ilustrasi gambar Gambar 2.14 Skema Akad Mudharabah PERJANJIAN BAGI HASIL Nasabah (mudharib) KEAHLIAN/ KETERAMPILAN PROYEK/USAHA MODAL 100% Bank (shahibul Maal) Nisbah X % PEMBAGIAN Nisbah Y % KEUNTUNGAN Pengambilan modal pokok MODAL Sumber: Antonio, 2001: 98

39 Unsur-unsur Dana Pihak Ketiga (DPK) Karim (2004:265) mengemukakan bahwa produk-produk perbankan syariah yang termasuk ke dalam produk penghimpunan dana (funding) yaitu adalah giro, tabungan, dan deposito. Dengan demikian, seperti pada bank-bank umum lainya, unsur-unsur yang ada di dalam dana pihak ketiga bank syariah adalah berbentuk Giro, Tabungan, dan Deposito. Namun, perbedaanya adalah pada perbankan syariah sistem yang digunakan adalah sistem bagi hasil dan berlandaskan pada prinsip wadiah dan mudharabah, sedangkan pada perbankan umum menggunakan sistem bunga dan berlandaskan pada prinsip debitur bukan kemitraan. 1. Giro Syariah Menurut Karim (2004:265), mengemukakan bahwa: Pengertian giro secara umum adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah bayar lainnya, atau dengan pemindahbukuan. Sedangkan pengertian giro syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 01/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Giro, menyatakan bahwa Giro yang dibenarkan secara syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah. Penjelasan dari beberapa giro tersebut adalah sebagai berikut: a. Giro Wadiah Menurut Karim (2004:265) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan giro wadiah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yaitu titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki.

40 62 Dalam penerapannya, giro wadiah memiliki beberapa ketentuan-ketentuan umum. Ketentuan tersebut adalah sebagai berikut (Karim, 2004:266): b. Giro Mudharabah 1) Dana wadiah dapat digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial dengan syarat bank harus menjamin pembayaran kembali nominal dana wadiah tersebut 2) Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank. Sedangkan pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Akan tetapi, dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk menarik dana masyarakat dan tidak boleh diperjanjikan di muka. 3) Pemilik dana wadiah dapat menarik kembali dananya sewaktuwaktu (on call), baik sebagian maupun seluruhnya. Menurut Karim (2004:268), menyatakan bahwa giro mudharabah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah Selanjutnya, Karim (2004:268) mengemukakan bahwa: Bank syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat sebagai seorang wali amanah (trustee), yakni harus berhati-hati atau bijksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi akibat kesalahan atau kelalaiannya. Di samping itu, bank syariah juga bertindak sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar berbagai aturan syariah. Ada beberapa ketentuan dalam penerapan giro mudharabah, yaitu sebagai berikut (Karim, 2004:269):

41 63 1) Dalam transaksi giro mudharabah, nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. 2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain. 3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang. 4) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam bentuk akad pembukaan rekening. 5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional giro dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 6) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan. 2. Tabungan Syariah Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 Pasal 1, ayat (21) tentang Perbankan Syariah menyatakan bahwa: Tabungan Syariah adalah simpanan berdasarkan akad wadi ah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional No. 02/DSN-MUI/IV/2000, tentang tabungan syariah menyatakan bahwa tabungan yang tidak dibenarkan

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN Lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menanamkannya dalam bentuk aset keuangan lain, misalnya kredit,

Lebih terperinci

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Salemba Empat Tujuan Instruksional Pembelajaran Memahami

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008 PERBANKAN SYARIAH Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi Bengkulu, 13 Februari 2008 1 Bank Syariah BANK yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, serta tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

BAB II Landasan Teori

BAB II Landasan Teori BAB II Landasan Teori A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah bentuk kata lain dari kredit. Secara etimologi istilah kredit berasal dari bahasa latin yaitu credere yang berarti kepercayaan. Dalam Kamus

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL Nama : Suci Lestari NPM : 26210706 Kelas : 3EB14 Jurusan : Akuntansi Latar Belakang

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi. PERBANKAN SYARIAH Modul ke: SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH Fakultas FEB AFRIZON Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Definisi Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB III TELAAH PUSTAKA. berkaitan dengan jasa yang diberikan perbankan kepada nasabahnya.

BAB III TELAAH PUSTAKA. berkaitan dengan jasa yang diberikan perbankan kepada nasabahnya. BAB III TELAAH PUSTAKA A. Pengertian Penyaluran Pembiayaan Produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (I) Produk Penyaluran Dana, (II) Produk Penghimpunan Dana, dan (III) Produk yang

Lebih terperinci

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari Bank Konvensional dan Syariah Arum H. Primandari UU No. 10 tahun 1998: Pasal 1 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH (Sulhan PA Bengkulu) 1. Perbankan Syari ah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syari ah dan Unit Usaha

Lebih terperinci

PRODUK PERHIMPUNAN DANA

PRODUK PERHIMPUNAN DANA PRODUK PERHIMPUNAN DANA Produk & Jasa Lembaga Keuangan Syariah Operasional Bank Syariah di Indonesia Penghimpunan Dana Penggunaan Dana Wadiah Mudharabah Equity Financing Debt Financing Giro (Yad Dhamanah)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Syariah Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, definisi bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya oleh orang lain. Penulis ingin melakukan pembahasan dan penelitian terhadap pengaruh prinsip jual

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi. sebagai tempat untuk memindahkan uang, menerima segala bentuk

BAB II LANDASAN TEORI. juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi. sebagai tempat untuk memindahkan uang, menerima segala bentuk 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Bank 1. Pengertian Bank Konvensial Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank

Lebih terperinci

Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional Konsep & Sistem Perbankan Fungsi Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat lain yang memerlukan

Lebih terperinci

Bank Konvensional dan Syariah. Arum H. Primandari

Bank Konvensional dan Syariah. Arum H. Primandari Bank Konvensional dan Syariah Arum H. Primandari UU No. 10 tahun 1998: Pasal 1 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan

BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan BAB II LANDASAN TEORI A. WADI AH 1. Pengertian Wadi ah Dalam tradisi fiqih islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip al-wadi ah. Hal ini dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Pengertian Lembaga Keuangan Dalam sistem keuangan suatu Negara, lembaga keuangan berperan dalam menyediakan fasilitas jasa-jasa di bidang keuangan. Menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pengertian bank menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagai mana diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 : a. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 5.1. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya yaitu menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang

Lebih terperinci

SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH Guru Pembimbing Kelas : Nur Shollah, SH.I : SMK XI Pilihan Ganda : Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Perintah Allah tentang praktik akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial intermediary, artinya lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian yang mengelola dana dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59 KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59 by KarimSyah Law Firm Level 11, Sudirman Square Office Tower B Jl. Jend. Sudirman Kav. 45-46, Jakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Umum Perbankan Syariah 2.1.1.1 Pengertian Bank Syariah Bank syariah merupakan lembaga keuangan perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA A. Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Mudharabah atau yang disebut juga dengan qirad adalah suatu bentuk akad kerja sama antara

Lebih terperinci

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan

Lebih terperinci

PRODUK SYARIAH DI INDONESIA

PRODUK SYARIAH DI INDONESIA PRODUK SYARIAH DI INDONESIA Semarang,21 Maret 2017 OLEH : Dr.Oyong Lisa,SE.,MM,CMA,Ak,CA,CIBA,CBV STIE WIDYA GAMA LUMAJANG BANK SYARIAH Menurut UU No 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Bank Syariah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Landasan teori sangat mutlak diperlukan dalam sebuah penelitian karena di dalam kerangka teori penelitian akan mempunyai dasar yang jelas untuk menganalisa

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/46/PBI/2005 TENTANG AKAD PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN DANA BAGI BANK YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahasa, 2007:207) pengertian prosedur adalah tahap-tahap kegiatan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahasa, 2007:207) pengertian prosedur adalah tahap-tahap kegiatan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Prosedur Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Pusat Bahasa, 2007:207) pengertian prosedur adalah tahap-tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bank muamalat merupakan bank pertama yang ada di indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dan bank muamalat merupakan bank pertama yang ada di indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan syariah merupakan salah satu inovasi yang baru dalam dunia perbankan di indonesia. Perbankan syariah mulai diperkenalkan di indonesia dengan beroprasinya

Lebih terperinci

Prinsip prinsip Islam

Prinsip prinsip Islam Bank Syariah Lembaga perbankan yang menggunakan sistem dan operasional berdasarkan prinsip hukum atau syariah Islam yang secara utuh dan total menghidari riba seperti diatur dalam Alquran dan Hadist Sesuai

Lebih terperinci

PRODUK PERBANKAN SYARIAH. Imam Subaweh

PRODUK PERBANKAN SYARIAH. Imam Subaweh PRODUK PERBANKAN SYARIAH Imam Subaweh PENGHIMPUNAN DANA Dalam perbankan hanya ada tiga produk penghimpunan dana, yaitu: Giro Simpanan yang dapat diambil sewaktu-waktu atau berdasarkan kesepakatan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi syariah secara konsisten telah menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di wilayah mesir pada tahun

Lebih terperinci

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia 2008 DAFTAR ISI A. Penghimpunan Dana I. Giro Syariah... A-1 II. Tabungan Syariah... A-3 III. Deposito Syariah... A-5 B. Penyaluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 997 telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Bank 1. Pengertian Bank Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yang mengerahkan dana dari masyarakan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat, dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Analisis Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan bank sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan memegang peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan akan dana. Sehubungan dengan hal tersebut sudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Umum Syariah 2.1.1 Tinjauan Umum Bank Syariah Defnisi bank secara umum menurut UU No. 21 Tahun 2008 Pasal 1 butir 2 menyatakan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Deposito 1. Pengertian Deposito Secara umum, deposito diartikan sebagai simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORITIS A. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 59 (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut : Bank Syariah

Lebih terperinci

dalam hal penghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat

dalam hal penghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat 2. Fungsi Bank Fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk berbagi tujuan atau sebagai financial intermediary. Menurut Y. Sri Susilo, dkk (2000:6)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Praktek perbankan berdasarkan prinsip syariah dimungkinkan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Praktek perbankan berdasarkan prinsip syariah dimungkinkan untuk 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Bank Syariah 2.1.1.1 Pengertian Bank Syariah Praktek perbankan berdasarkan prinsip syariah dimungkinkan untuk dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gunarto Suhardi (2003:17) disebutkan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gunarto Suhardi (2003:17) disebutkan bahwa BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gambaran Umum Bank di Indonesia II.1.1 Pengertian Bank Menurut Gunarto Suhardi (2003:17) disebutkan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Bank 1. Pengertian Bank Saat ini bank telah menjadi kebutuhan masyarakat yang mutlak, karena sekarang masyarakat merasa lebih nyaman dan aman untuk menyimpan uangnya di bank ketimbang

Lebih terperinci

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga. FATWA DSN MUI Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro Pertama: Giro ada dua jenis: 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga. 2. Giro yang dibenarkan secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat PT Bank Mega Syariah Indonesia Sejarah kelahiran Bank Mega Syariah Indonesia berawal dari akuisisi PT Bank Umum Tugu oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bank Syariah 1. Prinsip Akutansi Bank Islam Laporan akuntansi Bank Islam menurut Pardede dan Gayo (2005) terdiri dari : Laporan posisi keuangan / neraca Laporan laba-rugi Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara maka semakin baik pula perekonomian negara tersebut. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. negara maka semakin baik pula perekonomian negara tersebut. Mengingat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebaradaan bank dalam suatu negara merupakan sesuatu keharusan, hal ini dikarenakan bank mempunyai peranan yang sangat penting di dalam sistem perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masyarakat muslim yang menginginkan agar adanya jasa keuangan yang sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masyarakat muslim yang menginginkan agar adanya jasa keuangan yang sesuai BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Bank Syariah Perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah mulai cukup dikenal oleh masyarakat

Lebih terperinci

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

Prinsip Sistem Keuangan Syariah TRANSAKSI SYARIAH 1 Prinsip Sistem Keuangan Syariah 1. Pelarangan Riba 2. Pembagian Risiko 3. Tidak menganggap Uang sebagai modal potensial 4. Larangan melakukan kegiatan spekulatif 5. Kesucian Kontrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank menurut istilah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Antonio, 2001). Khairunisa, 2001 ). (Karim, 2005).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Antonio, 2001). Khairunisa, 2001 ). (Karim, 2005). 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal kelahirannya, perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran dua gerakan renaissance Islam Modern: neorevivalis dan modernis. Tujuan utama dari pendirian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Fungsi utama bank yakni sebagai financial intermediary atau

BAB II DASAR TEORI. Fungsi utama bank yakni sebagai financial intermediary atau BAB II DASAR TEORI A. Pengertian Bank Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 1 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/19/PBI/2007 TENTANG PELAKSANAAN PRINSIP SYARIAH DALAM KEGIATAN PENGHIMPUNAN DANA DAN PENYALURAN DANA SERTA PELAYANAN JASA BANK SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BANK SYARIAH 2.1.1 Pengertian Bank Syariah Bank Syariah merupakan bank yang dalam aktivitasnya baik dalam mobilisasi dan dana maupun dalam peranan modalnya mendasarkan atas

Lebih terperinci

DASAR HUKUM. a. Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip syariah. b. Pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah

DASAR HUKUM. a. Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip syariah. b. Pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah DASAR HUKUM UU No. 10 Thn 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 thn 1992 tentang Perbankan pasal 1 ayat 3 huruf menetapkan bahwa salah satu bentuk usaha bank adalah menyediakan pembiayaan dan atau melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Khairunisa, 2001)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian  (Khairunisa, 2001) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akhir-akhir ini lembaga keuangan berlabel syariah berkembang dalam skala besar dengan menawarkan produk-produknya yang beraneka ragam dengan istilahistilah

Lebih terperinci

HUKUM PERJANJIAN SYARIAH DAN PENERAPANNYA DALAM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

HUKUM PERJANJIAN SYARIAH DAN PENERAPANNYA DALAM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA HUKUM PERJANJIAN SYARIAH DAN PENERAPANNYA DALAM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Ani Nugroho Fakultas Hukum Universitas Palangka Raya Abstrak: Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dilatarbelakangi

Lebih terperinci

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL Produk & Jasa Lembaga Keuangan Syariah Operasional Bank Syariah di Indonesia Penghimpunan Dana Penggunaan Dana Wadiah Mudharabah Equity Financing Debt Financing Giro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan di awali berdirinya Bank Syariah pada tahun 1992 oleh bank yang di beri nama dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI), sebagai pelopor berdirinya perbankan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bank Syariah menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bank Syariah menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Umum Bank Syariah 2.1.1.1 Definisi Bank Syariah Bank Syariah menurut Undang-Undang No. 21 Tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Bank 1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan (revisi 2000:31.1) Bank adalah suatu lembaga yang berperan

Lebih terperinci

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI Produk & Jasa Lembaga Keuangan Syariah Operasional Bank Syariah di Indonesia Penghimpunan Dana Penggunaan Dana Wadiah Mudharabah Equity Financing Debt Financing Giro

Lebih terperinci

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Imam Subaweh

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Imam Subaweh AKUNTANSI BANK SYARIAH Imam Subaweh Akuntansi Perbankan Syariah Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah (KDPPLK Bank Syariah) landasan konseptual jika tidak diatur, berlaku

Lebih terperinci

AKUNTANSI BANK SYARIAH

AKUNTANSI BANK SYARIAH AKUNTANSI BANK SYARIAH Akuntansi Perbankan Syariah Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah (KDPPLK Bank Syariah) landasan konseptual jika tidak diatur, berlaku KDPPLK umum,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari dunia ekonomi. Aspek dunia ekonomi yang dikenal saat ini sangat luas. Namun yang sering digunakan oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan umat Islam, banyak idealisme yang muncul mempertanyakan apakah praktik ekonomi yang sudah dijalankan saat ini sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. antara pihak investor atau penabung, istilahnya shahibul maal dengan pihak pengelola

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. antara pihak investor atau penabung, istilahnya shahibul maal dengan pihak pengelola BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1. Bagi Hasil 2.1.1.1. Pengertian Bagi Hasil Bagi hasil atau profit sharing ini dapat diartikan sebagai sebuah bentuk kerjasama antara

Lebih terperinci

2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2004

2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2004 GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN 1 VI. BANK UMUM & BANK PERKREDITAN RAKYAT ( B P R ) A. Pengertian Bank Menurut Undang Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan dunia perbankan. Hampir semua aktivitas perekonomian memanfaatkan perbankan sebagai

Lebih terperinci

Boks : Pembia KEBIJAKAN RESI GUDANG

Boks : Pembia KEBIJAKAN RESI GUDANG Boks : Pembia embiayaan aan UMKM Sektor Pertanian KEBIJAKAN Secara umum kebijakan Pemerintah maupun Bank Indonesia yang terkait dengan pengembangan UMKM cukup banyak, namun belum terkomunikasikan secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a) Implementasi Akad Murabahah Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tinjauan Umum Tentang Bagi Hasil Dan Bonus Simpanan

BAB II LANDASAN TEORI. Tinjauan Umum Tentang Bagi Hasil Dan Bonus Simpanan BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Umum Tentang Bagi Hasil Dan Bonus Simpanan A. Perbedaan Bank Konvensional Dengan Bank Syariah Bank syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan syariah atau prinsip agama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap deposito mudharabah. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap deposito mudharabah. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebagai landasan dalam penelitian ini mengacu pada lima penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh tingkat suku bunga dan bagi hasil terhadap deposito

Lebih terperinci

PERBANKAN DALAM ISLAM

PERBANKAN DALAM ISLAM KULIAH KE 7 PAI2 PERBANKAN DALAM ISLAM A. Pengertian Bank Islam B. Fungsi Bank Islam 1). Manajemen Investasi 2). Investasi a). Investasi tidak terbatas (general Investment) b). Investasi Terbatas (Restricted

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu yang memiliki topik yang sama. Penelitian tersebut antara lain : 2.1.1 Susi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI) 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI) yang akte pendiriannya ditandatangani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah Menurut Undang undang nomor 10 Tahun 1998, Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. LAMPIRAN Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 Tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB II. Tentang Perbankan Syariah, bank syariah didefinisikan sebagai : Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

BAB II. Tentang Perbankan Syariah, bank syariah didefinisikan sebagai : Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah 2.1.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, bank syariah didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA 11 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank Saat ini, Bank dan lembaga keuangan merupakan salah satu pelaku terpenting dalam perekonomian sebuah negara. Masyarakat maupun kalangan industri/usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah mempunyai peran yang cukup penting dalam mengembangkan aspek-aspek produksi dan investasi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang tersendiri. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pasal 1 Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang tersendiri. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pasal 1 Bank BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Keberadaan institusi perbankan di Indonesia diatur dengan Undang- Undang tersendiri. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pasal 1 Bank adalah badan usaha

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Lembaga perbankan memegang peranan yang sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat. Perbankan melayani kebutuhan pembiayaan dan memperlancar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa-jasa lainnya. Menurut UU

Lebih terperinci

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 54

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 54 A. PENDAHULUAN Perbankan syariah pada dasarnya adalah system perbankan yang dalam usahanya didasarkan pada prinsip prinsip hukum atau syariah Islam dengan mengacu Al-Qur an dan Al-Hadist. Maksud dari sistem

Lebih terperinci

OPERASIONAL BANK SYARIAH

OPERASIONAL BANK SYARIAH Pengertian bank [uu no 10 / 1998] OPERASIONAL BANK SYARIAH Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN Produk Tabungan Ziarah di KOPENA Pekalongan menggunakan akad Wadiah dengan prosedur

Lebih terperinci

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008. A. Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan. 19 Usaha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menerbitkan promes atau yang dikenal dengan nama Banknote (uang kertas). Kata

BAB II LANDASAN TEORI. menerbitkan promes atau yang dikenal dengan nama Banknote (uang kertas). Kata BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Bank adalah suatu lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan menerbitkan promes atau

Lebih terperinci

Materi 6 Produk Penghimpunan Dana. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

Materi 6 Produk Penghimpunan Dana. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM. Materi 6 Produk Penghimpunan Dana by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM. 1 Kombinasi Akad Dapat dilakukan antara: 1. Akad tabarru dengan akad tabarru - Berorientasi non profit - Para pihak tidak boleh mengambil

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian tentang perbankan syariah, sistem bagi hasil produk penghimpunan dana terus dilakukan sebagai sarana kajian. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A Landasan Teori 1. Pengertian Bank Syariah Pertama-tama perlu dipahami betul bahwa bank berdasarkan prinsip syariah atau Bank Syariah ini bukanlah sistem perbankan Arab. Bank

Lebih terperinci