JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Penentuan Kesenjangan Ekonomi Wilayah Berdasarkan Tipologi Peri Urban di Kabupaten Sidoarjo Vely Kukinul Siswanto, Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya eko_budi@urplan.its.ac.id Abstrak Salah satu wilayah yang terkena dampak adanya urban sprawl dari Kota Surabaya adalah Kabupaten Sidoarjo. Adanya pergeseran perkembangan kawasan perkotaan ke arah pinggiran akan dapat merubah karakteristik diwilayah urban maupun peri urban yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya disparitas perkotaan dalam hal ekonomi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu penelitian untuk dapat melihat karakteristik kesenjangan ekonomi berdasarkan tipologi peri urban yang ada, apakah semakin urban suatu wilayah maka semakin tinggi kesenjangan ekonominya ataukah malah sebaliknya. Penelitian kali ini menggunakan empat alat analisis. yaitu analisis cluster untuk mentipologikan wilayah, indeks theil untuk menghitung nilai kesenjangan dan terakhir menggunakan multivariate correlation. Hasil dari analisis tersebut menunjukkan bahwa tipologi peri urban di Kabupaten Sidoarjo selalu berubah setiap tahun dengan kesenjangan ekonomi tertinggi dimiliki oleh wilayah semi urban dan faktor penyebab terjadinya disparitas ekonomi antar tipologi antara lain perbedaan pada panjang jalan dengan kondisi baik dan rusak, besarnya produktivitas disektor primer serta penambahan kualitas sumber daya manusia. Kata Kunci Wilayah Kesenjangan Ekonomi., Peri urban, Tipologi I. PENDAHULUAN Menurut Webster dalam Desrainy (2010) menyatakan bahwa area peri-urban merupakan area yang memiliki kombinasi karakteristik perdesaan dan karakteristik perkotaan. Fenomena timbulnya area ini dikenal dengan Peri- Urbanisasi. Kawasan Gerbangkertasusila merupakan suatu kawasan yang secara administratif terpisah tetapi secara fisik, ekonomi dan sosial menyatu akibat adanya dampak resiprokal perekonomian kota Surabaya terhadap Kabupaten Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo dan Lamongan (Meiriya: 2010). Penyatuan kegiatan baik ekonomi maupun sosial di wilayah ini dapat mengindikasikan adanya peristiwa urban sprawl dengan Kota Surabaya sebagai Kota Intinya dan Kabupaten Sidoarjo menjadi salah satu wilayah peri urbannya. Peristiwa ini menyebabkan adanya pengalih fungsian lahan yang ada di sekitar kota (urban periphery) mengingat terbatasnya lahan yang ada di pusat kota (Rosul; 2008). Hal ini dapat terlihat dari perubahan guna lahan dari lahan tidak terbangun menjadi terbangun. Peristiwa ini hampir terjadi diseluruh kecamatan di Kabupaten Sidoarjo. Dengan prosentase rata-rata konversi perubahan guna lahan pertanian menjadi non pertanian pada tahun mencapai 8,38% di seluruh kecamatan di Kabupaten Sidoarjo, dan konversi lahan yang terjadi secara drastis terjadi di Kecamatan Taman, Waru dan Buduran yang secara dministrasi berbatasan langsung dengan Kota Surabaya (Hasil analisis data Sidoarjo Dalam Angka; 2012). Menurut Koesparmadi (2005), salah satu ciri khas permasalahan di Kawasan pinggiran adalah pada wilayah ini memiliki kesenjangan hampir pada setiap aspek, hal ini dikarenakan terdapat kawasan lama dan kawasan Baru. Kesenjangan, terutama kesenjangan ekonomi di wilayah peri urban Kota Sidoarjo dapat terlihat dari kontribusi setiap kecamatan dalam menyumbang PDRB Kabupaten Sidoarjo disetiap tahunnya terdapat banyak sekali kecamatan yang prosentase PDRB-nya hanya menyumbang kurang dari 5% setiap tahunnya, kecamatan ini antara lain kecamatan Buduran, Porong, Krembung,Tulangan, Jabon, Balongbendo,Wonoayu, Tarik,Prambon dan Sukodono. Sedangkan terdapat juga beberapa kecamatan yang prosentase PDRB-nya menyumbang lebih dari 10% setiap tahunnya, antara lain Kecamatan Sidoarjo, Taman dan Sedati (hasil analisis data Sidoarjo Dalam Angka; 2012). Berdasarkan penjabaran permasalahan yang sedang terjadi dalam Kabupaten Sidoarjo inilah maka perlu adanya suatu studi untuk mengetahui gambaran tentang karakteristik, pola dan struktur kesenjangan ekonomi berdasarkan tipologi wilayah peri urban di Kabupaten Sidoarjo. Karakteristik pola maupun struktur dari daerah peri urban inilah yang nanti akan diteliti lebih lanjut, apakah daerah yang semakin menuju ke karakteristik urban menunjukkan tingkat kesenjangan semakin tinggi, ataukah malah semakin menjadi urban suatu daerah maka semakin kecil nilai kesenjangannya. A. Tipologi Peri Urban II. URAIAN PENELITIAN a. Pengertian Tipologi Peri Urban Menurut Webster dalam Desrainy (2010) menyatakan bahwa area peri-urban merupakan area yang memiliki

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) kombinasi karakteristik perdesaan dan karakteristik perkotaan. Fenomena timbulnya area ini dikenal dengan Peri-Urbanisasi. Wehrwein dan Balk dalam Koesparmadi (2005), mengatakan bahwa rural-urban fringe secara geografis adalah suatu no mans lands. Suburbia atau dalam bahasa latinnya suburbis (di bawah tembok kota) hingga sekarang secara spatial berlokasi di agricultural hinterland, tetapi pola tata guna lahannya terus mengalami perubahan. Densitas penduduk terus meningkat dan harga tanah naik terus. Adapun secara ekologis suburbia adalah kawasan dimana terjadi invasi (menyerbu masuknya orang baru). b. Penyebab Tumbuhnya Tipologi Peri Urban Perluasan kota dan masuknya penduduk kota ke daerah pinggiran telah banyak mengubah tata guna lahan di daerah pinggiran terutama yang langsung berbatasan dengan kota. Banyak daerah hijau yang telah berubah menjadi permukiman dan bangunan lainnya (Bintarto, 1983). Hal ini menyebabkan terjadinya proses densifikasi permukiman di daerah pinggiran kota. Whynne Hammond dalam Koesparmadi (2005) mengemukakan lima alasan tumbuhnya pinggiran kota, sebagai berikut : Peningkatan pelayanan transportasi kota. Pertumbuhan penduduk. Meningkatnya taraf hidup masyarakat. Gerakan pendirian bangunan pada masyarakat. Dorongan dari hakikat manusia sendiri. c. Karakteristik Wilayah Peri Urban Dirjen Penataan Ruang, (2006), mengklasifikasikan wilayah Peri urban berdasarkan penggunaan lahan serta fungsi kegiatan ekonominya menjadi tiga tipologi antara lain: Predominantly Urban = kawasan yang didominasi kondisi dan kegiatan berciri perkotaan. Semi Urban = kawasan ini adalah wilayah transisi dari perdesaan ke perkotaan. Potential Urban = adalah kawasan yang pada saat ini ciri utamanya masih rural. Berikut ini akan ditunjukkan tabel kriteria kawasan pinggiran kota berdasarkan Dirjen Penataan Ruang. Tipologi Predominantly Urban Tabel 2.1. Kriteria Kawasan Pinggiran kota Karakteristik Pinggiran 1. Perumahan berkepadatan tinggi 2. Lahan untuk perdagangan dan jasa 3. Industri ringan/ manufaktur 4. Kegiatannya lebih berciri urban 5. Akses ke kota inti relative baik 6. Tercipta karena telah ada kota-kota atau permukiman sebelumnya di kawasan ini Semi Urban 1. Perumahan hunian berkepadatan campuran tinggi dan rendah 2. Terdapat perukiman berskala kecil maupuun besar dengan kepadatan campuran antara kepadatan tinggi dan rendah Tipologi Potential Urban Karakteristik Pinggiran 3. Kegiatannya masih rural 4. Sebagian besar penggunaan lahan masih berupa pertanian dan ladang 5. Industri berorientasi pada tenaga kerja 6. Guna lahan campuran antara rural dan urban 7. Akses ke kota inti terbatas 1. Ciri utamanya masih berkarakteristik rural tetapi memiliki peluang untuk menjadi urban 2. Tidak berbatasan langsung dengan kota inti 3. Tersedia aksesibilitas berupa jaringan jalan atau kereta api melalui kawasan 4. Harga lahan masih cenderung rendah 5. Kepadatan masih rendah, kegiatan cenderung ke pertanian dan perkebunan serta masih banyak lahan belum terbangun 6. Akses ke kota inti terbatas dan hampir tidak ada Sumber : Metropolitan di Indonesia (Dirjen Penataan Ruang, 2006) B. Kesenjangan Wilayah a. Pengertian Kesenjangan Wilayah Menurut Mudrajad Kuncoro dalam Damarjati (2010) kesenjangan mengacu pada standar hidup relatif dari seluruh masyarakat. Sebab kesenjangan antar wilayah yaitu adanya perbedaan faktor anugerah awal (endowment faktor). Perbedaan inilah yang menyebabkan tingkat pembangunan di berbagai wilayah dan daerah berbeda-beda, sehingga menimbulkan gap atau jurang kesejahteraan di berbagai wilayah tersebut. Ketimpangan pembangunan antar daerah dengan pusat dan antar daerah dengan daerah lain adalah merupakan suatu yang wajar, karena adanya perbedaan dalam sumber daya dan awal pelaksanaan pembangunan antar daerah (Williamson, 1997). b. Faktor Penyebab Kesenjangan Wilayah Menurut Anwar dalam Faisal (2011), beberapa hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan yang menyebabkan ketimpangan (kesenjangan), diantaranya adalah: Perbedaan karakteristik limpahan sumber daya alam. Perbedaan demografi. Perbedaan kemampuan sumber daya manusia. Perbedaan potensi lokasi. Perbedaan dari aspek aksesibilitas dan kekuasaan dalam pengambilan keputusan. Perbedaan dari aspek potensi pasar. Di Indonesia faktor-faktor penyebab terjadinya ketipangan ekonomi antar provinsi atau wilayah. menurut Tambunan dalam Faisal (2011), diantaranya adalah: Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah. Alokasi invetasi. Tingkat mobolitas faktor produksi yang rendah antar daerah. Perbedaan sumber daya alam antar provinsi. Pembangunan ekonomi didaerah yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingakan dengan daerah yang miskin sumber daya alam. Perbedaan kondisi demografis antar wilayah. Kurang lancarnya perdagangan antar provinsi.

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) c. Macam-macam Kesenjangan Wilayah Kesenjangan wilayah atau yang biasa disebut dengan ketimpangan wilayah memliki berbagai jenis dan bentuk yang berbeda-beda disetiap wilayah. Menurut Handayani (2006), berbagai ketimpangan suatu wilayah dapat dibedakan menjadi lima bentuk, antara lain: Ketimpangan Ekonomi Ketimpangan Pengeluaran Konsumsi Ketimpangan Investasi Kesenjangan Sosial Ketidakmerataan dan Kemiskinan III. HASIL DAN DISKUSI Dalam penelitian kali ini dilakukan dengan menggunakan tiga alat analisis untuk dapat menentukan kesenjangan ekonomi berdasarkan tipologi peri urban di Kabupaten Sidoarjo. Berikut hasil dan pembahasan dari setiap analisis: A. Penentuan Tipologi Peri Urban Analisis yang digunakan untuk dapat mentipologikan 18 kecamatan di Kabupaten Sidoarjo menjadi tipologi peri urban antara lain predominantly urban,semi urban dan potential urban adalah dengan menggunakan analisis Cluster. Hasil analisis cluster pada 18 kecamatan di Kabupaten Sidoarjo terjadi perbedaan anggota tiap kelompok disetiap tahun penelitiannya. Pengelompokan ini dilakukan dengan menggunakan variabel kepadatan terbangun, proporsi guna lahan permukiman dan industri, jarak tempuh ke pusat kota (Surabaya), proporsi penyediaan fasilitas pendidikan, air dan listrik, kepadatan penduduk, proporsi tenaga kerja pertanian dan non pertanian, PDRB perkapita, pertumbuhan PDRB dan proporsi keluarga prasejahtera. Variabel ini didapatkan dari penelaahan tinjauan pustaka, penelitian terdahulu dan dengan menggunakan analisis uji asumsi klasik dalam analisis cluster. Berikut akan ditunjukkan tabel keanggotaan kelompok disetiap tahun perencanaan di Kabupaten Sidoarjo. Tabel 3.1. Keanggotaan cluster di Tahun 2006, 2007 dan 2009 di Kabupaten Sidoarjo Cluster Tahun 2006 Sidoarjo Taman Waru Gedangan 2007 Sidoarjo Krian Taman Waru Gedangan Sukodono Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Buduran Candi Tanggulangin Krian Porong Krembung Tulangan Balongbendo Wonoayu Tarik Prambon Sukodono Buduran Candi Krembung Tulangan Tanggulangin Balongbendo Jabon Sedati Porong Jabon 2009 Sidoarjo Taman Waru Gedangan Sumber : Hasil Analisis, 2012 Wonoayu Tarik Prambon Sedati Krian Balongbendo Buduran Candi Tanggulangin Sukodono Porong Krembung Tulangan Wonoayu Tarik Prambon Jabon Sedati Karakteristik setiap kluster yang telah ditemukan adalah sebagai berikut : Predominantly Urban : Merupakan suatu kecamatan yang memiliki karakteristik kepadatan penduduk dan terbangun tinggi, prosentase untuk lahan permukiman dan industri cenderung tinggi. Jarak tempuh dari kota inti (Surabaya) dengan kelompok ini sangatlah dekat. Prosentase pekerja disektor non pertanian sangat besar jika dibandingkan dengan pekerja pada sekor pertanian. PDRB perkapita sangat tinggi dengan prosentase keluarga pra sejahtera yang sangat sedikit. Jumlah migrasi masuk semakin tahun semakin meningkat. Ketersediaan sarana pendidikan, prasarana listrik dan air sangat baik dan mudah untuk ditemukan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi ditahun. Semi Urban : Merupakan suatu kecamatan yang memiliki karakteristik kepadatan penduduk dan terbangun sedang, prosentase untuk lahan permukiman dan industri sedang. Jarak tempuh dari kota inti (Surabaya) dengan kelompok ini cukup dekat. Prosentase pekerja disektor non pertanian dan pertanian hampir seimbang. PDRB perkapita sedang dengan prosentase keluarga pra sejahtera yang sedang. Jumlah migrasi masuk sedang. Ketersediaan sarana pendidikan, prasarana listrik dan air cukup mudah untuk ditemukan dalam kluster ini. Serta pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Potential Urban : Merupakan suatu kecamatan yang memiliki karakteristik kepadatan penduduk dan terbangun rendah, prosentase untuk lahan permukiman dan industri sangat sedikit. Jarak tempuh dari kota inti (Surabaya) dengan kelompok ini cukup jauh. Prosentase pekerja disektor non pertanian lebih sedikit jika dibandingkan dengan prosentase pekerja disektor pertanian. PDRB perkapita cukup rendah dengan prosentase keluarga pra sejahtera yang sangat tinggi. Jumlah migrasi masuk sangat sedikit. Ketersediaan sarana pendidikan, prasarana listrik dan air cukup sulit untuk ditemukan dalam kluster ini. Dengan pertumbuhan ekonomi yang kurang pesat. B. Penilaian Kesenjangan Ekonomi berdasarkan tipologi peri urban Untuk menganalisis nilai kesenjangan berdasarkan karakteristik ekonomi di Kabupaten Sidoarjo tipologi peri

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) urban yang telah terbentuk dilakukan dengan menggunakan Indeks Entropi Theil. Adapun rumus perhitungan sebagai berikut: 18 I ( y) yj / Y Log yj / Y / xj / X Grafik 3.2. Nilai Kesenjangan Ekonomi di Kabupaten Sidoarjo 2006, 2007 dan (2) i Dimana : I(y) = Indeks Ketimpangan Entropi Theil yj = PDRB per kapita kecamatan i Y = rata-rata PDRB per kapita di Kabupaten Sidoarjo xj = jumlah penduduk Kecamatan - i X = jumlah penduduk Kabupaten Sidoarjo Berikut akan ditunjukkan hasil perhitungan nilai kesenjangan ekonomi disetiap tipologi di Kabupaten Sidoarjo Grafik 3.1. Nilai Kesenjangan Ekonomi di Kabupaten Sidoarjo Berdasarkan Tipologi Peri Urban Tahun 2006, 2007 dan Predominantly Urban 2007 Semi Urban 2009 Potential Urban Sumber :Hasil Analisis, 2012 Dari hasil perhitungan nilai kesenjangan dengan menggunakan indeks Entropi Theil terlihat bahwa dari tahun 2006 hingga tahun 2009 terlihat karektersitik kesenjangan ekonomi dimasing-masing tipologi. Tipologi semi urban memiliki kesenjangan ekonomi yang lebih tinggi dari pada tipologi lainnya. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan yang sangat mencolok antar wilayah dalam satu tipologi tersebut. Terdapat beberapa kecamatan yang karakteristik ruralnya masih sangat tinggi, tetapi beberapa kecamatan lainnya memiliki karakteristik urban yang lebih besar. Hal ini dapat mempengaruhi besarnya PDRB perkapita yang notabenenya merupakan salah satu variabel utama dalam penilaian kesenjangan perekonomian. Untuk lebih memperkuat penilaian kesenjangan ekonomi antar tipologi wilayah peri urban dilakukanlah perhitungan kesenjangan ekonomi di Kabupaten Sidoarjo secara keseluruhan dengan menggunakan indeks enthropi theil Indeks Theil Sumber :Hasil Analisis, 2012 Nilai kesenjangan ekonomi di Kabupaten Sidoarjo dari tahun 2006 hingga tahun 2010 sekitar 1,3. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan ekonomi untuk kabupaten Sidoarjo yang merupakan daerah heterogen lebih besar dari pada nilai kesenjangan ekonomi antar tipologi yang memiliki nilai tertinggi 1,11. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil analisis nilai kesenjangan ekonomi antar tipologi masih dapat ditoleransi. Dari sini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa wilayah yang semikin cenderung berkarakteristik Semi Urban atau suatu wilayah yang memiliki karakteristik urban dan rural cenderung memiliki kesenjangan ekonomi yang semakin besar. Sedangkan untuk wilayah yang memiliki kecenderungan berkarakteristik rural memiliki nilai kesenjangan ekonomi yang semakin kecil. C. Penetuan Faktor Yang Mempengaruhi Kesenjangan Ekonomi Analisis yang akan digunakan untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya kesenjangan ekonomi antar Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo adalah dengan menggunakan teknik analisis Multivariate Correlation. Variable yang mempengaruhi kesenjangan ekonomi berdasarkan hasil analisis Multivariate Correlation adalah variable yang memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05, Variable yang mempengaruhi nilai kesenjnagan ekonomi antar tipologi di Kabupaten Sidoarjo antara lain : Produktivitas Primer : memiliki hubungan positif dengan tingkat korelasi sebesar 0,784. Hal ini berarti, peningkatan produktivitas primer disuatu wilayah dapat meningkatkan kesenjangan ekonomi antar tipologi peri urban di Kabupaten Sidoarjo. Begitu pula sebaliknya, jika terjadi penurunan produktivitas primer akan dapat menurunkan nilai kesenjangan ekonomi. Lulusan SD, SMP, SMA dan SMK : memiliki hubungan positif dengan tingkat korelasi sebesar 0,677 ; 0,877; 0,676 dan 0,786. Hal ini berarti, peningkatan jumlah lulusan SD dalam hal ini yang berarti peningkatan kualitas sumber daya manusia juga diiringi dengan peningkatan nilai kesenjangan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Panjang Jalan dengan Kondisi Baik dan rusak :memiliki hubungan korelasi yang positif dengan tingkat korelasi sebesar 0,712 dan 0,91. Hal ini berarti, semakin banyak

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) panjang jalan yang dalam kondisi baik dan rusak di suatu wilayah akan dapat meningkatkan kesenjangan ekonomi antar tipologi peri urban di Kabupaten Sidoarjo. Begitu pula sebaliknya. Berdasarkan penjelasan diatas dapat terlihat bahwa terdapat beberapa variable yang dapat mempengaruhi besar kecilnya nilai kesenjangan antar tipologi peri urban di Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan tingkat korelasi antara variabel dengan nilai kesenjangan dapat terlihat bahwa variabel yang sangat mempegaruhi nilai kesenjangan ekonomi antar tipologi peri urban di Kabupaten Sidoarjo adalah variabel panjang jalan dengan kondisi baik dan rusak, besarnya produktivitas disektor primer serta penambahan kualitas sumber daya manusia. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : Tipologi wilayah peri urban di Kabupaten Sidoarjo dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu Predominantly Urban, Semi Urban dan Potential Urban. Tetapi, tipologi dari peri urban ini setiap tahun selalu mengalami perubahan, antara lain : Predominantly Urban : kecamatan Sidoarjo, Taman, Waru dan Gedangan Semi Urban : Kecamatan Porong, Krembung, Tulangan, Balongbendo, Wonoayu, Tarik, Prambon, Sukodono, Buduran, Candi, Tanggulangin dan Kecamatan Krian. Potential Urban : Kecamatan Jabon dan Sedati. DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Pusat Statistika Sidoarjo (BPS) (2009) Kabupaten Sidoarjo dalam angka 2010, Sidoarjo [2] Bintarto, R, (1983), Interaksi Kota Desa dan Permasalahannya, Toko Buku Ghalia Indonesia, Yogyakarta [3] Damarjati, Annisa Ganis, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesenjangan Pendapatan di Proponsi Jawa Tengah, S,T tugas akhir, Universitas Diponegoro [4] Desrainy, L, (2011), Karakteristik Wilayah Peri- Urban pada Metropolitan Jabodetabekpunjur, S,T tugas akhir, Institut Teknologi Bandung [5] Dirjen Penataan Ruang (2006) Metropolitan di Indonesia, Indonesia [6] Faisal, B, (2011), Analisis Disparitas Pembangunan Antar Wilayah Di Provinsi Sumatera Selatan, M,T thesis, Institut Pertanian Bogor [7] Handayani, Fitri Ami, (2006), Analisis Kesenjangan Wilayah di GERBANGKERTASUSILA ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan, S,T tugas akhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember [8] Koesparmadi, dkk, (2005), Peri Urban Sebagai Perhatian Kualitas Hidup: Jurnal DinamikaPeriurban, Vol,I, Halaman 2 [9] Meiriya, N, (2011), Pola Pengendalian Perkembangan Kawasan Mega- Urbanisasi Gerbangkertasusila Plus, S,T tugas akhir Institut Teknologi Sepuluh Nopember [10] Rosul, M (2008): Urban Sprawl (Pemekaran Kota) diakses tanggal 6 Oktober 2011, [11] Williamson, J.G. (1997) Industrialization, Inequality and Economic Growth. Edward Elgar Publishing Limited, Cheltenham, Glos, UK. Berdasarkan hasil analisis kesenjangan ekonomi dengan menggunakan metode analisis indeks Entropi Theil dapat terlihat bawa wilayah semi Urban cenderung memiliki kesenjangan perekonomian yang tinggi untuk setiap tahun penelitian. Dari sini dapat terlihat bahwa wilayah yang menunjukkan karakteristik urban dan rural maka kesenjangan perekonomian antar wilayah pun semakin tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan perekonomian antar tipologi wilayah peri urban di Kabupaten Sidoarjo adalah panjang jalan dengan kondisi baik dan rusak, besarnya produktivitas disektor primer serta penambahan kualitas sumber daya manusia. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis Vely Kukinul Siswanto mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah tugas akhir, Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic. Rer.Reg. dosen pembimbing mata kuliah thesis, Ibu Dr.Ir.Rima Dewi, M.I.P dan Bapak Putu Gde Ariastita ST. MT. yang telah banyak membantu memberikan bimbingan, masukan dan nasehat selama penyusunan penelitian ini.

Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-197 Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo Sisca Henlita, Ketut Dewi Martha

Lebih terperinci

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc Oleh : CUCU HAYATI NRP. 3606 100 018 Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian di Sidoarjo

Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian di Sidoarjo JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (26) 2337-352 (23-928X Print) F-47 Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO Veny Rachmawati 1), Rachmat Boedisantoso 2) dan Joni Hermana 3) 1,2,3) Environmental

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN SIDOARJO TAHUN SKRIPSI

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN SIDOARJO TAHUN SKRIPSI ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2003-2008 SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : FANDI SOFYAN 06.630.053 ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Penentuan Tipologi Kesenjangan Wilayah di Kabupaten Lamongan Berdasarkan Aspek Ekonomi dan Sosial

Penentuan Tipologi Kesenjangan Wilayah di Kabupaten Lamongan Berdasarkan Aspek Ekonomi dan Sosial JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No.2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-125 Penentuan Tipologi Kesenjangan Wilayah di Kabupaten Lamongan Berdasarkan Aspek Ekonomi dan Sosial Yeni Ratnasari, Eko Budi

Lebih terperinci

Model Perkembangan Perumahan di Wilayah Peri Urban Kota Surabaya (Studi Kasus : Kabupaten Sidoarjo)

Model Perkembangan Perumahan di Wilayah Peri Urban Kota Surabaya (Studi Kasus : Kabupaten Sidoarjo) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Model Perkembangan Perumahan di Wilayah Peri Urban Kota Surabaya (Studi Kasus : Kabupaten Sidoarjo) I Dewa Made Frendika Septanaya, Putu Gde Ariastita Program

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Semburan lumpur Lapindo terjadi di area pengeboran sumur Banjar Panji 1 yang dioperasikan oleh Lapindo Brantas Incorporation (LBI), yang berlokasi di desa Renokenongo,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: C-27

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: C-27 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 C-27 Model Perkembangan Perumahan di Wilayah Peri Urban Kota Surabaya (Studi Kasus : Kabupaten Sidoarjo) I Dewa Made Frendika Septanaya dan Putu Gde

Lebih terperinci

NASKAH PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI ANGGOTA DPRD KABUPATEN SIDOARJO 2019

NASKAH PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI ANGGOTA DPRD KABUPATEN SIDOARJO 2019 NASKAH PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN SIDOARJO 2019 A. DASAR HUKUM PENATAAN Meliputi: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum; 2. Peraturan KPU Nomor 16 Tahun 2017

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI

Lebih terperinci

DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO

DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO Judul : Dampak Pertumbuhan Industri Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Sidoarjo SKPD : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo Kerjasama Dengan : - Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : Penelitian

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang :

Lebih terperinci

URUSAN DESENTRALISASI

URUSAN DESENTRALISASI BAB III URUSAN DESENTRALISASI 1. Ringkasan Urusan Desentralisasi Setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan tanggap terhadap perubahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo adalah kabupaten sekaligus kota yang terletak di Propinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo adalah kabupaten sekaligus kota yang terletak di Propinsi Jawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Objek Sidoarjo adalah kabupaten sekaligus kota yang terletak di Propinsi Jawa Timur. Secara geografis, berbatasan dengan kota Surabaya,

Lebih terperinci

NASKAH PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI ANGGOTA DPRD KABUPATEN SIDOARJO PEMILU 2019

NASKAH PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI ANGGOTA DPRD KABUPATEN SIDOARJO PEMILU 2019 NASKAH PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI ANGGOTA DPRD KABUPATEN SIDOARJO PEMILU 2019 Jl. Raya Cemengkalang No. 1 Sidoarjo Telp. 031-8956691, 8956692 Fax. 031-8054345 Website : kpud-sidoarjokab.go.id

Lebih terperinci

PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI WILAYAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA

PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI WILAYAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI WILAYAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA Wahyu Endy Pratista 1, Putu GdeAriastita 2 Program

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PBB DAN TINJAUAN PERANAN PBB SEBAGAI PAJAK DAERAH

BAB 4 ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PBB DAN TINJAUAN PERANAN PBB SEBAGAI PAJAK DAERAH BAB 4 ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PBB DAN TINJAUAN PERANAN PBB SEBAGAI PAJAK DAERAH Bab ini merupakan inti dari penulisan tesis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Keseluruhan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, semakin membuka kesempatan yang cukup luas bagi daerah untuk mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab,

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggal 29 Mei 2006 di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur menjadi sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Tanggal 29 Mei 2006 di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur menjadi sejarah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggal 29 Mei 2006 di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur menjadi sejarah penting karena peristiwa keluarnya gas dan lumpur panas dari dalam tanah dengan suhu 100 C yang

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi BAB VI PENUTUP Pada bab terakhir ini dipaparkan beberapa hal sebagai bagian penutup, yakni mengenai temuan studi, kesimpulan, rekomendasi, kelemahan studi serta saran studi lanjutan. VI.1. Temuan Studi

Lebih terperinci

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010 PENENTUAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI KABUPATEN SIDOARJO Oleh : Mochamad Luqman Fenda Dosen Pembimbing: Bapak Putu Gde Ariastita, ST.MT Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya

Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-172 Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya Patrica Bela Barbara dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

Pengembangan Daerah Tertinggal di Kabupaten Sampang

Pengembangan Daerah Tertinggal di Kabupaten Sampang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 C -38 Pengembangan Daerah Tertinggal di Kabupaten Ovi Resia Arianti Putri dan Eko Budi Santoso. Program Studi Perencanan Wilayah dan Kota, Fakultas

Lebih terperinci

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 C-33 Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Ajeng Nugrahaning Dewanti dan

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013 sebanyak 41.287 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013 sebanyak 6 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN RANGKING PENGGUNAAN LAHAN

ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN RANGKING PENGGUNAAN LAHAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN RANGKING PENGGUNAAN LAHAN Anita Theresia Kurniawati * dan Misbahul Munir Jurusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya *e-mail: anitateku@yahoo.com

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi Daerah sebagai wujud dari sistem demokrasi dan desentralisasi merupakan landasan dalam pelaksanaan strategi pembangunan yang berkeadilan, merata, dan inklusif. Kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG (Studi Kasus Seluruh Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo)

ANALISIS DAYA DUKUNG WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG (Studi Kasus Seluruh Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo) ANALISIS DAYA DUKUNG WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG (Studi Kasus Seluruh Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo) JURNAL ILMIAH Disusun oleh: Arief Zuchrizal Madjid 0810213047 JURUSAN ILMU

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 63 TAHUN 2015

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 63 TAHUN 2015 BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SIDOARJO

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 61 TAHUN 2014

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 61 TAHUN 2014 BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SIDOARJO

Lebih terperinci

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal Yennita Hana Ridwan dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) Kesesuaian Lahan Perikanan berdasarkan Faktor-Faktor Daya Dukung Fisik di Kabupaten Sidoarjo Anugrah Dimas Susetyo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-148 Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran Dira Arumsani dan Adjie Pamungkas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses. pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses. pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah tersebut yang paling besar adalah masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian dengan menitikberatkan permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai obyek penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Penerapan desentralisasi di Indonesia sejak tahun 1998 menuntut daerah untuk mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki secara arif dan bijaksana agar peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Okto Dasa Matra Suharjo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-186 Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani di Kecamatan Wongsorejo,

Lebih terperinci

BAB III SETTING PENELITIAN. Timur. Ibu kotanya adalah Sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo adalah Kabupaten

BAB III SETTING PENELITIAN. Timur. Ibu kotanya adalah Sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo adalah Kabupaten BAB III SETTING PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Sidoarjo adalah salah satu Kabupaten di provinsi Jawa Timur. Ibu kotanya adalah Sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pada kota-kota metropolitan, perkembangan sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan meluasnya kegiatan ekonomi perkotaan. Tingginya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

2.4 Kerangka Teori dan Pertanyaan Penelitian... 47

2.4 Kerangka Teori dan Pertanyaan Penelitian... 47 DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL (UNDERDEVELOPMENT REGION) DI KABUPATEN SAMPANG

PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL (UNDERDEVELOPMENT REGION) DI KABUPATEN SAMPANG JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL (UNDERDEVELOPMENT REGION) DI KABUPATEN SAMPANG Ovi Resia Arianti Putri, Eko Budi Santoso. Program Studi Perencanan Wilayah

Lebih terperinci

KETIMPANGAN PERTUMBUHAN PENDAPATAN DAERAH PEMEKARAN KABUPATEN PASAMAN DAN KABUPATEN PASAMAN BARAT. Latifa Hanum 1) ABSTRACTS

KETIMPANGAN PERTUMBUHAN PENDAPATAN DAERAH PEMEKARAN KABUPATEN PASAMAN DAN KABUPATEN PASAMAN BARAT. Latifa Hanum 1) ABSTRACTS JURNAL PENELITIAN LUMBUNG, Vol. 15, No. 2, Juli 2016 KETIMPANGAN PERTUMBUHAN PENDAPATAN DAERAH PEMEKARAN KABUPATEN PASAMAN DAN KABUPATEN PASAMAN BARAT Latifa Hanum 1) ABSTRACTS Based on UU No.38/2003,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Ketimpangan Ekonomi Antar Wilayah Ketimpangan ekonomi antar wilayah merupaka ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi

Lebih terperinci

Faktor Penentu Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan Di Kabupaten Sidoarjo melalui Pengembangan Ekonomi Lokal

Faktor Penentu Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan Di Kabupaten Sidoarjo melalui Pengembangan Ekonomi Lokal JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (205) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) C-76 Faktor Penentu Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan Di Kabupaten Sidoarjo melalui Pengembangan Ekonomi Lokal Sayyidatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, meratakan pembagian

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah Ani Satul Fitriyati dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan pendekatan regional dalam menganalisis karakteristik daerah yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan,

Lebih terperinci

PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-290 PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Eta Rahayu dan Eko Budi Santoso

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PROFIL DAERAH KABUPATEN SIDOARJO BERBASIS WEB

SISTEM INFORMASI PROFIL DAERAH KABUPATEN SIDOARJO BERBASIS WEB SISTEM INFORMASI PROFIL DAERAH KABUPATEN SIDOARJO BERBASIS WEB Hani Nurhayati Teknik Informatika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Abstrak - Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD) adalah suatu sistem informasi

Lebih terperinci

Tipologi Kecamatan Tertinggal di Kabupaten Lombok Tengah

Tipologi Kecamatan Tertinggal di Kabupaten Lombok Tengah JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-119 Tipologi Kecamatan Tertinggal di Kabupaten Lombok Tengah Baiq Septi Maulida Sa ad dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

Kata kunci : jumlah alumni KKD, opini audit BPK, kinerja pembangunan daerah.

Kata kunci : jumlah alumni KKD, opini audit BPK, kinerja pembangunan daerah. HERTANTI SHITA DEWI. Kinerja Pembangunan Daerah : Suatu Evaluasi terhadap Kursus Keuangan Daerah. Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI dan BAMBANG JUANDA. Sejak diberlakukan otonomi daerah di bidang keuangan,

Lebih terperinci

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : YUSUP SETIADI L2D 002 447 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

5 DISPARITAS REGIONAL DAN KONSENTRASI INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA BARAT

5 DISPARITAS REGIONAL DAN KONSENTRASI INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA BARAT 5 DISPARITAS REGIONAL DAN KONSENTRASI INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA BARAT Ketimpangan pembangunan antar wilayah merupakan sesuatu yang wajar pada awal proses pembangunan baru dimulai terutama di negara berkembang

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 55 TAHUN 2013

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 55 TAHUN 2013 , 4 ' BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 55 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SIDOARJO TAHUN

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 23373539 (23019271 Print) 1 Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh Adinda Putri Siagian dan Eko Budi

Lebih terperinci

S K R I P S I. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : RIZATUL FAZRIYAH NPM :

S K R I P S I. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : RIZATUL FAZRIYAH NPM : PERAN DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM KEBERSIHAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus di Desa Janti, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo) S K R I P S I Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PENDAPATAN ASLI DAERAH, PAJAK DAERAH DAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB 3 GAMBARAN UMUM PENDAPATAN ASLI DAERAH, PAJAK DAERAH DAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN SIDOARJO BAB 3 GAMBARAN UMUM PENDAPATAN ASLI DAERAH, PAJAK DAERAH DAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN SIDOARJO Sebelum memasuki pembahasan mengenai peranan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Lebih terperinci

DAMPAK KEBERADAAN PERMUKIMAN SOLO BARU TERHADAP KONDISI EKONOMI, SOSIAL DAN FISIK PERMUKIMAN SEKITARNYA

DAMPAK KEBERADAAN PERMUKIMAN SOLO BARU TERHADAP KONDISI EKONOMI, SOSIAL DAN FISIK PERMUKIMAN SEKITARNYA DAMPAK KEBERADAAN PERMUKIMAN SOLO BARU TERHADAP KONDISI EKONOMI, SOSIAL DAN FISIK PERMUKIMAN SEKITARNYA TUGAS AKHIR Oleh : Hari Adi Agus Setyawan L2D 098 434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perkembangan yang luar biasa. Perkembangan yang dimaksud terlihat pada aspek ekonomi dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses yang terintgrasi dan komprehensif

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses yang terintgrasi dan komprehensif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terintgrasi dan komprehensif dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Di samping mengandalkan pertumbuhan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan C12 Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan Ellen Deviana Arisadi dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN

Lebih terperinci

ANALISIS DISPARITAS REGIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KASUS DI KOTA BATU TAHUN ) Alfiana Mauliddiyah. Abstract

ANALISIS DISPARITAS REGIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KASUS DI KOTA BATU TAHUN ) Alfiana Mauliddiyah. Abstract ANALISIS DISPARITAS REGIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KASUS DI KOTA BATU TAHUN 22-212) Alfiana Mauliddiyah Abstract The Purpose of economic development in Batu city basically are to realize the prosperous

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi telah menjadi kekuatan utama (driving force) di balik

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi telah menjadi kekuatan utama (driving force) di balik A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Industrialisasi telah menjadi kekuatan utama (driving force) di balik urbanisasi yang cepat di kawasan Asia sejak dasawarsa 1980an. Berbeda dalam kasus industri berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketimpangan distribusi pendapatan memang dapat terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketimpangan distribusi pendapatan memang dapat terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena ketimpangan distribusi pendapatan memang dapat terjadi di negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Hubungan antara ketimpangan dan pembangunan sejatinya

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No.2, (2015) ISSN: ( Print) C-133

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No.2, (2015) ISSN: ( Print) C-133 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No.2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-133 Kriteria Zona Industri Pendukung Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Tuban Naya Cinantya Drestalita dan Dian Rahmawati

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO KEPUTUSAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 188/ / /2012 TENTANG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO KEPUTUSAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 188/ / /2012 TENTANG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO KEPUTUSAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 188/ /404.1.3.2/2012 TENTANG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa informasi publik

Lebih terperinci

Petunjuk Pelaksanaan Pemutakhiran Data Kemiskinan Daerah (DKD) Kabupaten Sidoarjo Tahun 2015

Petunjuk Pelaksanaan Pemutakhiran Data Kemiskinan Daerah (DKD) Kabupaten Sidoarjo Tahun 2015 1 Pemerintah Kabupaten Sidoarjo KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-nya akhirnya Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Pemutakhiran Data Kemiskinan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 71 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan dan Tingkat Perkembangan Wilayah Adanya ketimpangan (disparitas) pembangunan antarwilayah di Indonesia salah satunya ditandai dengan adanya wilayah-wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses perubahan struktural di Indonesia dapat ditandai dengan: (1) menurunnya pangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses perubahan struktural di Indonesia dapat ditandai dengan: (1) menurunnya pangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi Indonesia telah berhasil menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berlangsung secara terus

Lebih terperinci

Identifikasi Kemampuan Pelayanan Ekonomi dan Aksesibilitas Pusat Kegiatan Lokal Ngasem di Kabupaten Kediri

Identifikasi Kemampuan Pelayanan Ekonomi dan Aksesibilitas Pusat Kegiatan Lokal Ngasem di Kabupaten Kediri JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-17 Identifikasi Kemampuan Pelayanan Ekonomi dan Aksesibilitas Pusat Kegiatan Lokal Ngasem di Kabupaten Kediri Rifki Alvian Syafi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan nasional merupakan gambaran umum yang memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies) dalam rangka menyeimbangkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan : 57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan pembahasan terhadap Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan : 1. Pada periode pengamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1996, United Nations Centre for Human Programme (UNCHS/UN-HABITAT) untuk pertama kalinya mengembangkan Global Urban Indicator Program (GUIP). GUIP merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi. Judul : Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Biaya Infrastruktur, dan Investasi Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan Melalui Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali Nama : Diah Pradnyadewi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga paradigma kebijakan pembangunan nasional sebaiknya diintegrasikan dengan strategi pembangunan

Lebih terperinci

Penentuan Prioritas Pengembangan KAPET DAS KAKAB Di Kabupaten Barito Selatan

Penentuan Prioritas Pengembangan KAPET DAS KAKAB Di Kabupaten Barito Selatan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-158 Penentuan Prioritas Pengembangan KAPET DAS KAKAB Di Kabupaten Barito Selatan Andrea Yuandiney dan Eko Budi Santoso Program

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dipecahkan terutama melalui mekanisme efek rembesan ke bawah (trickle down

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dipecahkan terutama melalui mekanisme efek rembesan ke bawah (trickle down BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada mulanya pembangunan selalu diidentikkan dengan upaya peningkatan pendapatan per kapita atau populer disebut sebagai strategi pertumbuhan ekonomi (Kuncoro, 2010:

Lebih terperinci

Analisis Cluster dalam Mengidentifikasi Tipe Kawasan Berdasarkan Karakteristik Timbulan Sampah Rumah Tangga di Perkotaan Kabupaten Jember

Analisis Cluster dalam Mengidentifikasi Tipe Kawasan Berdasarkan Karakteristik Timbulan Sampah Rumah Tangga di Perkotaan Kabupaten Jember JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisis Cluster dalam Mengidentifikasi Tipe Berdasarkan Karakteristik Timbulan Sampah Rumah Tangga di Perkotaan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proses pembangunan di Indonesia terus bergulir dan ekspansi pemanfaatan ruang terus berlanjut. Sejalan dengan ini maka pengembangan lahan terus terjadi dan akan berhadapan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pembangunan dan Pergeseran Paradigma Pembangunan Menurut Rustiadi et al. (2009) proses pembangunan dapat diartikan sebagai upaya yang sistematis dan berkesinambungan untuk

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. 1. Berdasarkan Tipologi Klassen periode 1984-2012, maka ada 8 (delapan) daerah yang termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal,

Lebih terperinci

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: HENDRA WIJAYA L2D 307 014 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 i ABSTRAK

Lebih terperinci

Perencanaan dan Penataan Menara Telekomunikasi Seluler Bersama di Kabupaten Sidoarjo Menggunakan MapInfo

Perencanaan dan Penataan Menara Telekomunikasi Seluler Bersama di Kabupaten Sidoarjo Menggunakan MapInfo JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Perencanaan dan Penataan Menara Telekomunikasi Seluler Bersama di Kabupaten Sidoarjo Menggunakan MapInfo Ervin Tri Sasongko Achmad Mauludiyanto Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di suatu wilayah mengalami peningkatan setiap tahunnya yang dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari kelahiran-kematian, migrasi dan urbanisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena global. Permasalahan ketimpangan bukan lagi menjadi persoalan pada negara dunia ketiga saja. Kesenjangan

Lebih terperinci

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-255 Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar Ngakan Gede Ananda Prawira

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci