KESALAHAN PADA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG SISWA SMPK I HARAPAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESALAHAN PADA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG SISWA SMPK I HARAPAN"

Transkripsi

1 KESALAHAN PADA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG SISWA SMPK I HARAPAN Jackline Octarina Pandan College Jl. Cok Agung Tresna No.15 Griya Alamanda No.7 Renon jackline2610@gmail.com I Nengah Sudipa 1 Suparwa 2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai kesalahan (eror) dan jenis eror yang terjadi pada siswa kelas VII SMPK I Harapan dalam mempelajari bahasa Jepang. Analisis pada penelitian ini menggunakan teori eror yang dikemukakan oleh Richard (1974: ). Data yang digunakan pada penelitian ini adalah kalimat yang disusun oleh siswa kelas VII selama proses pembelajaran bahasa Jepang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan banyak kesalahan pada penggunaan kosakata dalam menyusun kalimat. Kesalahan dalam menempatkan kosakata lebih banyak dilakukan karena kesalahan menggunakan kelas kata partikel. Kesalahan yang terjadi disebabkan perbedaan fungsi partikel pada bahasa Jepang dengan fungsi partikel pada bahasa ibu siswa. Kesalahan yang dilakukan lebih banyak eror intralingual daripada eror interlingual. Ditemukan 9 eror intralingual dan 1 eror interlingual. Eror intralingual terjadi karena kesulitan terdapat pada bahasa yang dipelajari. Eror interlingual terjadi karena adanya pengaruh dari bahasa ibu si pembelajar bahasa. Selain itu, ditinjau dari struktur bahasa ditemukan eror gramatikal dan eror leksikal. Eror gramatikal lebih banyak ditemukan daripada eror leksikal. Eror gramatikal terjadi karena kesulitan menggunakan partikel dalam kalimat. Eror leksikal terjadi karena kesalahan menggunakan konjugasi. 1

2 Kata kunci : eror interlingual, eror intralingual ABSTRACT This research aimed to know types of errors which was faced by the seven grade students of SMPK I Harapan in learning Japanese language. This study was analyzed by theory of error by Richard(1974: ). The method used in this study was qualitative descriptive method. The sentences during the learning process by seven grade students is the data of research. Based on the data research, it was found that there were more errors by using words on the sentence. The errors occurs by using particles. This matter occurs because of Japanese particles function different from the students mother tongue s. Moreover, there were more intralingual errors done by the students than interlingual error. It was found 9 intralingual errors and 1 interlingual error. Intralingual error caused by the structural of Japanese language. Interlingual error caused by interference the students mother tongue. In addition to that based on the language structured, it was found that there were many grammatical errors faced by the students. Gramatical errors were faced because the problem of using particle on the sentence. Lexical error was faced because improper of using conjuction. Key words : interlingual error, intralingual error PENDAHULUAN Sebelum manusia mampu berbahasa, manusia telah melalui suatu proses untuk mendapatkan fragmen-fragmen, sehingga ia dapat berbahasa. Proses tersebut dikenal dengan istilah pemerolehan/akusisi bahasa (language acquisition). Manusia dapat memeroleh bahasa dikarenakan pada otak manusia terdapat bagian-bagian yang berkenaan dengan pengontrolan pendengaran, ujaran, penglihatan, dan alat ujar (Chaer, 2003:116). Dardjowidjojo (2005:225) menyatakan bahwa pemerolehan 2

3 bahasa merupakan proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu ia belajar bahasa ibunya (native language). Istilah pemerolehan bahasa lebih dikaitkan pada bahasa pertama atau bahasa ibu, karena pemerolehan sifatnya natural/alamiah. Oleh karena itu, terminologi pemerolehan bahasa pertama (FLA) berbeda dengan pemerolehan bahasa kedua (SLA). Pemerolehan bahasa kedua menekankan bagaimana pembelajar mempelajari sebuah bahasa lain setelah ia memeroleh bahasa ibunya. Pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing telah banyak dilakukan dalam sistem pembelajaran di sekolah. Demikian halnya dengan pembelajaran bahasa Jepang pada jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP). Pembelajaran bahasa asing tersebut memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk belajar bahasa asing (berkaitan dengan penelitian ini bahasa Jepang). Dalam pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing memahami gramatika merupakan unsur yang penting dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Di dalam gramatika memuat aturanaturan atau kaidah-kaidah suatu bahasa. Pada proses pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing tidak jarang ditemukan terjadinya kesalahan. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat disebabkan oleh ketidakpahaman siswa akan gramatika dan adanya pengaruh dari bahasa pertama yang telah dikuasai oleh siswa. Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa, secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah bahasa. 3

4 Adanya permasalahan mengenai kesalahan dalam menempatkan kosakata pada penyusunan kalimat oleh siswa kelas VII SMPK I Harapan dalam pembelajaran bahasa Jepang menjadi dasar untuk penelitian ini dilaksanakan. METODE PENELITIAN Penelitian mengenai penguasaan kosakata bahasa Jepang ini bersifat kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan kondisi alamiah dengan menggunakan metode simak yang didukung dengan teknik lanjutan, yaitu teknik simak bebas libat cakap. Data yang disimak dengan teknik ini berwujud data tertulis. Data diambil melalui lembar kerja yang dikerjakan siswa di kelas tanpa di bawa ke rumah dengan asumsi untuk melihat secara langsung kemampuan siswa. Lembar kerja terdiri atas beberapa jenis soal antara lain, melengkapi bagian yang kosong dengan kosakata yang tepat, menyusun kalimat yang benar dengan kosakata yang tersedia dan menerjemahkan soal ke dalam bahasa Jepang atau bahasa Indonesia. Data yang diperoleh melalui hasil tes siswa kemudian dicatat. Selanjutnya data yang telah terkumpul dikelompokkan berdasarkan kategori kosakata dan kategori kesalahan yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Tahapan analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode agih atau metode distribusional. Metode agih memiliki teknik dasar, yaitu teknik bagi unsur langsung (Sudaryanto, 1993:31). Dalam penelitian ini digunakan untuk membagi kalimat menjadi kata demi kata. Dengan demikian, data yang terkumpulkan 4

5 akan dianalisis dengan teknik bagi unsur langsung kemudian dikelompokkan sesuai kategori kosakata. Untuk data kesalahan atau eror yang terjadi selama pembelajaran juga dikelompokkan berdasarkan jenis eror. Setelah mengetahui jenis eror, baik interlangual maupun intralingual dilakukan pengelompokkan kembali berdasarkan gramatika bahasa Jepang. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan pembelajaran bahasa Jepang dilakukan wawancara dengan guru pengampu bahasa Jepang. Metode penyajian hasil analisis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu metode formal dan informal. Penerapan metode formal pada penelitian ditunjukkan untuk menggambarkan kalimat yang dipecah menjadi bagian-bagian berupa kata dalam bentuk diagram pohon, sedangkan metode informal berupa deskripsi mengenai jawaban atas rumusan masalah. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut akan disajikan beberapa data yang telah diteliti. Selanjutnya data akan dipaparkan disertakan analisis kesalahan yang terjadi pada penyusunan data. Data akan dibagi ke dalam dua jenis soal seperti menyusun kata menjadi data yang benar dan menerjemahkan data menjadi data bahasa Jepang atau bahasa Indonesia. Contoh data menyusun kata menjadi kalimat yang benar : 1) Sore wa Yamada san kaban no desu. itu Par Yamada-SP tas Par V.bantu Itu tas Yamada 5

6 Sore wa kaban no Yamada san desu. itu Par tas Par Yamada-SP V.bantu Itu Yamada tas Kesalahan pada data pertama di atas terletak pada susunan data. Partikel no diletakkan tidak tepat di antara nomina kaban dan desu. Partikel no berfungsi untuk menghubungkan nomina dan nomina. Selain itu, partikel no umumnya menyatakan kepemilikan. Pada data di atas partikel no seharusnya terletak di antara nomina Yamada san dan nomina kaban yang diikuti desu. Pada data kedua di atas juga terjadi kesalahan dalam susunan kata. Susunan awal data sore wa sudah dalam susunan yang tepat. Akan tetapi, selanjutnya diikuti nomina kaban dan partikel no yang diikuti oleh nomina Yamada san, kemudian di akhiri desu. Partikel no terletak di antara kaban dan Yamada san. Jika dilihat dari strukturnya, partikel no tepat diletakkan di antara nomina dan nomina. Penggunaan partikel no menerapkan kaidah MD (menerangkan diterangkan) yang berlaku dalam bahasa Jepang. Data sore wa kaban no Yamada san desu merupakan data dengan susunan kata yang tidak tepat. Kaban no Yamada san disusun terbalik, seharusnya Yamada san no kaban. Jika data disusun berdasarkan gramatika bahasa Jepang akan menjadi sore wa Yamada san no kaban desu. Pada data pertama jenis kesalahan terjadi karena kesulitan dari bahasa Jepang. Hal ini ditunjukkan dari susunan partikel no pada data tersebut. Bahasa Jepang merupakan bahasa yang memiliki partikel yang cukup banyak sesuai dengan fungsi 6

7 masing-masing. Dengan demikian, kesalahan data pertama di atas termasuk eror intralingual. Pada data kedua kesalahan yang terjadi karena ada pengaruh dari bahasa ibu. Hal ini ditunjukkan pada susunan data sore wa kaban no Yamada san desu. Data tersebut bermakna itu tas Yamada. Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa pola frasa bahasa Jepang adalah MD (Yamada san no kaban), sedangkan data tersebut memiliki pola DM (kaban no Yamada san). Jika diartikan kaban no Yamada san memiliki makna tas Yamada, tetapi susunannya salah. Susunan kaban no Yamada san merupakan pengaruh dari bahasa ibu yang bermakna tas Yamada. Untuk mendapatkan makna yang tepat tas Yamada susunan yang tepat adalah Yamada san no kaban. Dengan demikian, kesalahan data di atas dapat digolongkan ke dalam eror interlingual yakni karena adanya pengaruh bahasa pertama. Jika ditinjau dari gramatika bahasa Jepang, kesalahan kedua data di atas termasuk eror gramatikal. Struktur kalimat yang benar dari data di atas adalah sebagai berikut. Sore wa Yamada san no kaban desu. itu Par Yamada-SP Par tas V.bantu Itu tas kepunyaanyamada 2) Sore wa Satou san monosashi no dewa arimasen. itu Par Satou-SP penggaris Par V.bantu Itu bukan penggaris Satou Data di atas menunjukkan kesalahan yang sama seperti data sebelumnya (data nomor 1), yaitu kesalahan dalam susunan menempatkan kosakata. Kesalahan tersebut 7

8 ditunjukkan dalam penempatan partikel no. Data Sore wa Satou san monosashi no dewa arimasen, partikel no seharusnya terletak di antara nomina Satousan dan nomina monosashi yang diakhiri dengan dewa arimasen. Struktur partikel no pada data terletak di antara nomina dan nomina. Pada frasa Satou san no monosashi, partikel no berfungsi untuk menyatakan kepemilikan penggaris oleh Satou. Partikel no yang diletakkan sebelum desu tidak sesuai dengan struktur sintaksis. Data di atas akan memiliki makna jika tersusun sesuai dengan struktur yang benar. Susunan yang benar dari data di atas adalah sebagai berikut. Sore wa Satou san no monosashi dewa arimasen. itu Par Satou-SP Par penggaris V.bantu Itu bukan penggaris kepunyaan Satou Kesalahan yang terjadi pada data di atas karena kurang memahami struktur dari partikel no dalam kalimat. Kesalahan di atas dapat digolongkan ke dalam eror intralingual. Eror tersebut terjadi karena kesulitan terletak pada bahasa yang sedang dipelajari, yaitu bahasa Jepang. Selain itu, eror dalam susunan partikel no di atas digolongkan sebagai eror gramatikal. 3) Are wa Yamamura san keshigomu no desu. itu (jauh) Par Yamamura-SP penghapus Par V.bantu Itu (jauh) penghapus Yamamura Data di atas menunjukkan kesalahan penempatan partikel no. Partikel no pada data di atas diletakkan di antara nomina keshigomu dan desu. Partikel no seharusnya ditempatkan di antara nomina dan nomina. Pada data di atas, seharusnya partikel no diletakkan di antara nomina Yamamura san dan keshigomu. Jika partikel no 8

9 diletakkan diantara Yamamura san dan keshigomu akan menyatakan makna penghapus milik Yamamura. Dengan demikian jika susunan partikel no di antara Yamamura san dan keshigomu, susunan datanya akan menjadi sebagai berikut. Are wa Yamamura san no keshigomu desu. itu (jauh) Par Yamamura-SP Par penghapus V.bantu itu(jauh) penghapus kepunyaan Yamamura Kesalahan data di atas merupakan kesalahan penempatan partikel no. Kesalahan tersebut termasuk eror intralingual. Eror intralingual merupakan eror yang terjadi karena kesulitan pada bahasa yang dipelajari. Jika dilihat dari gramatika bahasa Jepang, eror yang terjadi termasuk eror gramatikal. 4) Sore wa Yamashita san hon no desu. itu Par Yamashita-SP buku Par V.bantu Itu buku Yamashita Pada data di atas terdapat kesalahan pada susunan salah satu unsurnya, yaitu partikel no. Letak partikel no seharusnya pada posisi setelah nomina Yamashita san yang diikuti dengan nomina hon, kemudian diakhiri dengan desu. Dengan susunan yang demikian akan dihasilkan kalimat sebagai berikut. Sore wa Yamashita san no hon desu. itu Par Yamashita-SP Par buku V.bantu Itu buku kepunyaanyamashita Data tersebut bermakna itu buku Yamashita. Kesalahan di atas dapat digolongkan ke dalam eror intralingual. Eror dalam susunan partikel no di atas dapat digolongkan sebagai eror gramatikal. 5) Sore wa jisho dare no desu ka. 9

10 itu Par kamus siapa Par V.bantu Par Itu siapa kamus? Data di atas memiliki kesalahan pada susunan kata dare no. Struktur kalimat tanya pada bahasa Jepang adalah ~ + wa + kata tanya + desu ka. Pada data di atas penempatan kata tanya berada di depan sebelum nomina. Akan tetapi, data di atas sebaliknya. Kata dare seharusnya berada di depan nomina jisho yang diikuti dengan partikel no. Setelah partikel no diletakkan nomina jisho dan diikuti desu ka. Susunan data di atas tidak mewujudkan makna sesuai, karena tidak sesuai kaidah yang berlaku dalam bahasa Jepang. Susunan yang benar untuk data di atas adalah sebagai berikut. Sore wa dare no jisho desu ka. itu Par siapa Par kamus V.bantu Par Itu kamus kepunyaan siapa? Kesalahan yang terjadi pada data di atas karena adanya pengaruh bahasa Indonesia. Penggunaan kata tanya dare menerapkan sistem MD. Pada bahasa Indonesia menerapkan frase DM sehingga frase tersebut menjadi jisho dare no kamus siapa. Dalam bahasa Jepang susunannya adalah dare no jisho. Kesalahan di atas dapat digolongkan ke dalam eror interlingual. Eror dalam menempatkan dare no dikelompokkan dalam eror gramatikal. Contoh data menerjemahkan kalimat menjadi kalimat bahasa Jepang atau bahasa Indonesia : 6) Gomibako wa shita no hon ga arimasu. tempat sampah Par bawah Par buku Par ada Tempat sampah di bawah ada buku 10

11 Gomibako no shita ga hon ni arimasu. tempat sampah Par bawah Par buku Par ada Bawah tempat sampah di buku Pada data pertama di atas kesalahan yang tejadi terletak pada susunan partikel. Data di atas berasal dari bahasa Indonesia di bawah tempat sampah ada buku. Pada data pertama partikel wa terletak di antara nomina gomibako dan shita. Letak partikel di antara kedua nomina tidak tepat. Seharusnya partikel yang tepat di antara gomibako dan shita adalah partikel no. Selanjutnya setelah kosakata shita seharusnya diletakkan partikel ni. Partikel ni pada data ini berfungsi untuk menunjukkan posisi atau letak suatu benda. Setelah partikel ni diikuti oleh hon ga arimasu. Data kedua juga memiliki kesalahan pada susunan partikel dalam data. Di antara nomina gomibako dan shita terdapat partikel wa. Partikel wa tidak tepat di antara nomina tersebut. Partikel yang tepat diletakkan di antara nomina gomibako dan shita adalah no. Kesalahan partikel yang selanjutnya terletak di antara nomina shita dan hon. Di antara kedua nomina tersebut dihubungkan dengan partikel no. Partikel no tidak tepat diletakkan di posisi tersebut. Kata shita memiliki arti bawah yang menunjukkan posisi suatu benda. Dalam bahasa Jepang pemarkah posisi (dalam konteks ini postposisi) ditandai dengan partikel ni. Partikel yang seharusnya berada di antara nomina shita dan hon adalah ni. Susunan yang tepat data di atas sebagai berikut. Gomibako no shita ni hon ga arimasu. tempat sampah Par bawah Par buku Par ada Di bawah tempat sampah ada buku 11

12 Penggunaan banyak partikel menyebabkan terjadinya kesalahan seperti yang diperlihatkan data di atas. Kesalahan penempatan partikel ini disebabkan karena dalam bahasa Indonesia tidak terdapat partikel-partikel dengan fungsi yang sama. Dapat disimpulkan bahwa kesalahan terjadi karena sulitnya bahasa Jepang. Dengan demikian, kesalahan tersebut termasuk eror intralingual. Selain itu, kesalahan penempatan partikel tersebut digolongkan ke dalam eror gramatikal. 7) Tanjoubi wa Fujiki san no kugatsu hatsuka desu. ulang tahun Par Fujiki-SP Par September tanggal 20 V.bantu Fujiki September tanggal 20 ulang tahun Data di atas disusun dengan kurang tepat. Kata tanjoubi seharusnya diletakkan pada posisi Fujiki san. Kata Fujiki san diletakkan pada posisi paling depan. Di antara kata Fujiki san dan tanjoubi diletakkan partikel no. Fungsi dari partikel no adalah menghubungkan nomina dan nomina. Setelah kata tanjoubi diletakkan partikel wa, kemudian diikuti kata kugatsu hatsuka desu. Dengan demikian penyusunan data yang benar di atas adalah sebagai berikut. Fujiki san no tanjoubi wa kugatsu hatsuka desu. Fujiki Par ulang tahun Par September tanggal 20 Ulang tahun Fujiki tanggal 20 September Kesalahan penempatan kosakata di atas tergolong dalam eror intralingual. Selain itu, ditinjau dari gramatika bahasa Jepang, kekeliruan tersebut termasuk dalam eror gramatikal. 8) Watashi no tanjoubi wa ichigatsu juuichi nichi desu. saya Par ulang tahun Par bulan depan tanggal 1 V.bantu 12

13 Ulang tahun saya tanggal 1 bulan depan Kesalahan yang terdapat pada data di atas adalah pilihan kata dalam menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Data bahasa Jepang watashi no tanjoubi wa ichigatsu juuichi nichi desu diterjemahkan menjadi ulang tahun bulan depan tanggal 1. Data di atas memiliki inti nomina. Jika diterjemahkan setiap kosakata akan diketahui makna yang sebenarnya. Watashi dalam bahasa Indonesia adalah saya, tanjoubi adalah ulang tahun, ichigatsu dan juuichi nichi adalah bulan Januari dan tanggal 11. Partikel wa pada data tersebut merupakan pemarkah topik. Selain itu, partikel no berfungsi untuk menghubungkan nomina dan nomina. Dengan memperhatikan dan melihat arti dari kosakata data di atas seharusnya diterjemahkan menjadi sebagai berikut. Watashi no tanjoubi wa ichigatsu juuichi nichi desu. saya Par ulang tahun Par bulan Januari tanggal 11 V.bantu Ulang tahun saya tanggal 11 Januari Kesalahan data di atas termasuk eror intralingual. Jika ditinjau dari kesalahan pemilihan kata, kesalahan data di atas termasuk eror leksikal. 9) Are wa Tanaka san no udedokei desu ka. itu (jauh) Par Tanaka-SP Par jam tangan V.bantu Par Itu (jauh) jam tangan kepunyaan Tanaka Data bahasa Jepang di atas diterjemahkan dengan kurang tepat. Data bahasa Jepang di atas merupakan kalimat interrogative atau kalimat tanya, sedangkan kalimat Indonesia yang merupakan hasil penerjemahan data tersebut berupa kalimat 13

14 declarative atau kalimat pernyataan. Data are wa Tanaka san no udedokei desu ka seharusnya diterjemahkan menjadi sebagai berikut. Are wa Tanaka san no udedokei desu ka. itu (jauh) Par Tanaka-SP Par jam tangan V.bantu Par Apakah itu jam tangan kepunyaantanaka?. Kesalahan data di atas merupakan kesalahan yang terjadi karena adanya kesulitan pada bahasa Jepang. Kesalahan tersebut termasuk eror intralingual. Berdasarkan gramatika bahasa Jepang, kesalahan data di atas termasuk eror leksikal. 10) Kemarin tanggal lima Mei. kinou itsuka go gatsu Go gatsu kinou itsuka desu Data di atas merupakan kalimat dalam bahasa Indonesia yang seharusnya diubah ke dalam bahasa Jepang. Sebelumnya menerjemahkan kalimat tersebut perlu untuk melihat kosakata yang membangun kalimat tersebut. Kata kemarin dalam bahasa Jepang adalah kinou, tanggal 5 Mei adalah go gatsu itsuka. Sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Jepang kalimat di atas seharusnya diterjemahkan menjadi sebagai berikut. Kinou wa go gatsu itsuka desu. kemarin Par bulan Mei tanggal lima Kemarin tanggal 5 Mei Kesalahan data di atas terletak pada susunan kosakata yang membangun konstruksi tersebut. Kosakata yang membangun kalimat telah dikuasai dengan baik. Akan tetapi, penempatan kosakata dalam konstruksi tersebut tidak sesuai dengan 14

15 kaidah bahasa Jepang. Kesalahan di atas termasuk eror intralingual. Dari segi gramatika bahasa Jepang, kesalahan di atas termasuk eror gramatikal. SIMPULAN Selama proses pembelajaran bahasa Jepang yang dilakukan siswa kelas VII SMPK I Harapan ditemukan adanya kesalahan-kesalahan yang berlainan antar para siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Richards (1974: ) bahwa kesalahan pada siswa dibagi atas eror interlingual dan eror intralingual. Kesalahan yang ditemukan didominasi eror intralingual. Eror intralingual merupakan kesalahan yang terjadi karena kesulitan terdapat pada bahasa yang sedang dipelajari. Pada siswa kelas VII kesulitan yang paling utama adalah penggunaan partikel pada bahasa Jepang. Fungsi partikel dalam bahasa Jepang dan partikel dalam bahasa Indonesia memiliki perbedaan yang dapat dikatakan sangat jauh. Oleh karena itu, ditemukan kesalahan yang karena pengaruh bahasa pertama. Pendekatan dengan bahasa pertama tersebut menyebabkan terjadinya eror interlingual. Dari segi gramatika bahasa Jepang juga dapat ditemukan kesalahan-kesalahan yang digolongkan menjadi eror leksikal dan eror gramatikal. Eror leksikal ditemukan terjadi lebih sedikit dibandingkan eror gramatikal. Eror gramatikal cenderung lebih banyak terjadi. Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya pengaruh bahasa pertama. 15

16 SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat disampaikan saran kepada pihak guru sekolah. Pemahaman terhadap gramatika bahasa yang sedang dipelajari perlu ditingkatkan. Selain itu, penguasaan kosakata pada siswa yang mempelajari bahasa asing juga harus ditingkatkan Penelitian ini masih memiliki banyak ruang yang dapat diteliti, antara lain meneliti dengan membandingkan dari variabel usia dan jenis kelamin. Dari segi ruang lingkup ilmu bahasa penelitian masih bisa dilakukan berupa kesalahan pengucapan dalam kalimat atau dengan menggunakan kalimat dalam bentuk ujaran (lisan). Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi peneliti-peneliti yang meneliti erologi bahasa. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta : PT RINEKA CIPTA Dhardjowidjojo, Soenjono Psikolinguistk Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Ishida, Toshiko Nihongo Kyoojuho : TaiV.bantuukan Shoten Moleong, Lexy.J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Richard, Jack Eror Analysis. London : Longman Group Limited Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta : Dutawacana University Press 16

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : VII/Ganjil (Penelitian Skripsi) : Kata Tunjuk Benda (Kono, Sono, dan Ano)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : VII/Ganjil (Penelitian Skripsi) : Kata Tunjuk Benda (Kono, Sono, dan Ano) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NAMA SEKOLAH MATA PELAJARAN KELAS/SEMESTER TOPIK ALOKASI WAKTU : SMP Laboratorium UPI : Bahasa Jepang : VII/Ganjil (Penelitian Skripsi) : Kata Tunjuk Benda (Kono, Sono,

Lebih terperinci

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) Doretha Amaya Dhori 1, Wahyudi Rahmat², Ria Satini² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO

FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO Ni Kadek Nomi Dwi Antari Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

JENIS, STRUKTUR, SERTA VARIASI TERJEMAHAN HATSUWA DAN DENTATSU NO MODARITI DALAM NOVEL KOGOERU KIBA KARYA ASA NONAMI

JENIS, STRUKTUR, SERTA VARIASI TERJEMAHAN HATSUWA DAN DENTATSU NO MODARITI DALAM NOVEL KOGOERU KIBA KARYA ASA NONAMI JENIS, STRUKTUR, SERTA VARIASI TERJEMAHAN HATSUWA DAN DENTATSU NO MODARITI DALAM NOVEL KOGOERU KIBA KARYA ASA NONAMI Sarah Mayung Sarungallo Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA JEPANG TULIS MAHASISWA SASTRA JEPANG UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA JEPANG TULIS MAHASISWA SASTRA JEPANG UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA JEPANG TULIS MAHASISWA SASTRA JEPANG UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Mhd. Pujiono Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

VERBAL CLAUSAL STRUCTURE IN INDONESIAN AND JAPANESE: CONTRASTIVE ANALYSIS

VERBAL CLAUSAL STRUCTURE IN INDONESIAN AND JAPANESE: CONTRASTIVE ANALYSIS STRUKTUR KLAUSA VERBAL DALAM BAHASA INDONESIA DAN BAHASA JEPANG: SUATU ANALISIS KONTRASTIF Wahya, Nani Sunarni, Endah Purnamasari Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600 ABSTRAK

Lebih terperinci

Penguasaan Kelas Kata Bahasa Indonesia. Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 18 Padang. Sri Fajarini. Mahasiswa Universitas Andalas)

Penguasaan Kelas Kata Bahasa Indonesia. Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 18 Padang. Sri Fajarini. Mahasiswa Universitas Andalas) Penguasaan Kelas Kata Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 18 Padang Sri Fajarini Mahasiswa Universitas Andalas) Abstract: This study explains and describes mastery of the Indonesian language

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A KARAKTERISTIK PENGGUNAAN BAHASA INDONESI SEBAGAI BAHASA IBU PADA ANAK USIA 2-6 TAHUN DI PERUMAHAN GRIYA MAYANG PERMAI, KECAMATAAN GATAK, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang yang dapat berdiri sendiri dan dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang yang dapat berdiri sendiri dan dipakai untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Verba dalam bahasa Jepang disebut dengan 働詞 doushi. Doushi termasuk salah satu yoogen dalam kelas kata bahasa Jepang. Menurut Sudjianto (2007:149), verba merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula ada bahasa tanpa masyarakat, karena bahasa merupakan alat penghubung

BAB I PENDAHULUAN. pula ada bahasa tanpa masyarakat, karena bahasa merupakan alat penghubung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Badudu (1989:3), bukan hal yang baru lagi jika dikatakan bahwa bahasa dan masyarakat merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Tidak mungkin ada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya dituntut untuk memiliki kemampuan lebih baik dalam memahami bahasa asing tersebut dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial, manusia saling berinteraksi satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial, manusia saling berinteraksi satu sama lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial, manusia saling berinteraksi satu sama lain dengan bahasa sebagai alat komunikasi. Setiap bangsa di dunia memiliki bahasa yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Oleh RASMIAYU

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Astri Saraswati, Martono, Syambasril Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNTAN, Pontianak

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

FENOMENA EROLOGI JEPANG-INDONESIA PADA MAHASISWA BAHASA JEPANG TAHAP MENENGAH DI UNIVERSITAS INDONESIA

FENOMENA EROLOGI JEPANG-INDONESIA PADA MAHASISWA BAHASA JEPANG TAHAP MENENGAH DI UNIVERSITAS INDONESIA MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 8, NO. 1, APRIL 2004 FENOMENA EROLOGI JEPANG-INDONESIA PADA MAHASISWA BAHASA JEPANG TAHAP MENENGAH DI UNIVERSITAS INDONESIA Sheddy N. Tjandra Program Studi Jepang, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu media bagi pembelajar bahasa Jepang di Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan memperdalam bahasa Jepang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi fonologi, gramatikal, dan semantik kemampuan seorang anak dalam memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

Lebih terperinci

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang Oleh: Murliaty 1, Erizal Gani 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik tertentu seperti huruf yang dipakainya, kosakata, sistem pengucapan,

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik tertentu seperti huruf yang dipakainya, kosakata, sistem pengucapan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dilihat dari aspek-aspek kebahasaannya, bahasa Jepang memiliki karakteristik tertentu seperti huruf yang dipakainya, kosakata, sistem pengucapan, gramatika,

Lebih terperinci

TEORI KRASHEN SEBAGAI SOLUSI PEMECAHAN MASALAH KEMAMPUAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DI INDONESIA

TEORI KRASHEN SEBAGAI SOLUSI PEMECAHAN MASALAH KEMAMPUAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DI INDONESIA TEORI KRASHEN SEBAGAI SOLUSI PEMECAHAN MASALAH KEMAMPUAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DI INDONESIA Firma Pradesta Amanah Firma.pradesta@gmail.com Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa, manusia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang membantu mereka untuk berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi dengan seperangkat kemampuan untuk berbahasa. Seorang anak menggunakan bahasa pertamanya untuk

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA INDONESIA PADA WH- QUESTIONS KARANGAN DIALOG BAHASA INGGRIS MAHASISWA SEMESTER V SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG

INTERFERENSI BAHASA INDONESIA PADA WH- QUESTIONS KARANGAN DIALOG BAHASA INGGRIS MAHASISWA SEMESTER V SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG INTERFERENSI BAHASA INDONESIA PADA WH- QUESTIONS KARANGAN DIALOG BAHASA INGGRIS MAHASISWA SEMESTER V SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG Tesis untuk memeroleh Gelar Magister pada Program Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Umumnya pembelajar bahasa Jepang adalah siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan tingkat perguruan tinggi. Namun saat ini siswa tingkat Sekolah Menengah

Lebih terperinci

RISKI EKA AFRIANTI NIM

RISKI EKA AFRIANTI NIM ANALISIS KESALAHAN FRASE PADA KARANGAN NARASI MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI ARTIKEL E-JOURNAL diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

E-ISSN Volume 1, No. 1, Februari 2016 ISSN

E-ISSN Volume 1, No. 1, Februari 2016 ISSN E-ISSN 2503-0329 Volume 1, No. 1, Februari 2016 ISSN 2502-5864 62 PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA ANAK TK NEGERI PEMBINA USIA 4 TAHUN Hasan Suaedi FKIP UM Jember Jalan Karimata 49 Jember Kode Pos 68121 JawaTimur

Lebih terperinci

KemampuanMemahami Makna Kata Siswa PAUD Cempaka Putih Kelas A di Desa Banyuputih

KemampuanMemahami Makna Kata Siswa PAUD Cempaka Putih Kelas A di Desa Banyuputih 1 KemampuanMemahami Makna Kata Siswa PAUD Cempaka Putih Kelas A di Desa Banyuputih (The Ability to Understanding the word Grade A Students of PAUD Cempaka Putih in Banyuputih) Hasni Nur Fariqoh, Muji,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling berinteraksi dan berkomunikasi antara satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahasa sebagai alat komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem lambang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI PADANG Risa Marjuniati ), Marsis ), Hj. Syofiani ) ) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ) Dosen

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT 1 CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN Dina Oktavia¹, Putri Dian Afrinda², Risa Yulisna² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengolahan data, sampai pada tahap pengambilan kesimpulan, disesuaikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengolahan data, sampai pada tahap pengambilan kesimpulan, disesuaikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang digunakan dalam kegiatan penelitian mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi akan berlangsung

Lebih terperinci

AMBIGUITAS FRASA NOMINA PADA JUDUL ARTIKEL SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS SEPTEMBER-OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI

AMBIGUITAS FRASA NOMINA PADA JUDUL ARTIKEL SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS SEPTEMBER-OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI AMBIGUITAS FRASA NOMINA PADA JUDUL ARTIKEL SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS SEPTEMBER-OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara

BAB I P E N D A H U L U A N. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara kolektif sosial. Secara individual, bahasa

Lebih terperinci

ABSTRAK MAKNA IDIOM BAHASA JEPANG: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI

ABSTRAK MAKNA IDIOM BAHASA JEPANG: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI ABSTRAK MAKNA IDIOM BAHASA JEPANG: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI Tesis ini membahas mengenai makna idiom bahasa Jepang. Idiom bahasa Jepang yang digunakan dibatasi pada idiom yang memakai nama anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa-bahasa di dunia sangat banyak, dan para penuturnya juga terdiri dari berbagai suku bangsa atau etnis yang berbeda-beda. Oleh sebab itu setiap bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan bahasa sebagai alat komunikasi. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi, maka yang berada di sekitar manusia

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TUTURAN MAHASISWA DALAM SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI MAHASISWA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TUTURAN MAHASISWA DALAM SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI MAHASISWA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TUTURAN MAHASISWA DALAM SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI MAHASISWA Ika Wahyu Prasetya 33, Parto 34, Rusdhianti Wuryaningrum 35 Abstract : his research is motivated by one of the speak

Lebih terperinci

Introductory Japanese. SESSION 3 and SESSION 4

Introductory Japanese. SESSION 3 and SESSION 4 Introductory Japanese SESSION 3 and SESSION 4 Pelajaran hari ini Meneruskan percakapan/ekspresi sehari hari Tata bahasa tingkat pemula (introductory): he (e), ni, de, wo (o) Tambahan: Daftar kata benda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua faktor utama yang menyebabkan terjadinya kesulitan-kesulitan pada pembelajar BIPA. Faktor pertama adalah ciri khas bahasa sasaran. Walaupun bahasabahasa di

Lebih terperinci

Menyetujui Komisi Pe imbing. Prof. M. Silitonga. Ph.D Ketua '\,\ -- ~ "

Menyetujui Komisi Pe imbing. Prof. M. Silitonga. Ph.D Ketua '\,\ -- ~ Judul Penelitian Nama NIM Program Studi Analisis Kesalahan Sintaksis Bahasa Indonesia Siswa Sekolah Dasar Di Kabupaten Karo Dalam Mengarang NILASARI 983109015 Linguistik Menyetujui Komisi Pe imbing l Prof.

Lebih terperinci

METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA

METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA Bagaimana belajar bahasa kedua dilihat dari kemunculan metode yang dikategorikan sebagai metode tradisional? 7/19/11 Tadkiroatun Musfiroh 1 LIMA DIMENSI METODE BELAJAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan maksud yang tersimpan di dalam pikirannya kepada orang lain. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar orang menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi dengan Negara lain di seluruh dunia. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas-tugas tersebut. Tetapi kalau memahami masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas-tugas tersebut. Tetapi kalau memahami masalah-masalah BAB I PENDAHULUAN.1. Latar Belakang Masalah Dalam tugas sehari-hari, baik sebagai guru bahasa, sebagai penerjemah, sebagai pengarang, sebagai penyusun kamus, sebagai wartawan, atau sebagai apapun yang

Lebih terperinci

Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education

Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education ISSN : 2252-4797 Volume 2 No. 2 - Tahun 2013 Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education Pemerolehan bahasa kanak-kanak akibat pengaruh film kartun (suatu tinjauan psikolinguistik)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Manusia menggunakan kata-kata dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Manusia menggunakan kata-kata dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya komunikasi manusia bisa saling berinteraksi. Salah satu alat komunikasi manusia

Lebih terperinci

PERBANDINGAN FUNGSI DAN MAKNA FUKUSHI YANG DALAM NOVEL BOTCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI

PERBANDINGAN FUNGSI DAN MAKNA FUKUSHI YANG DALAM NOVEL BOTCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI PERBANDINGAN FUNGSI DAN MAKNA FUKUSHI YANG DALAM NOVEL BOTCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI Oleh Ni Luh Gede Suriasih 1001705002 Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana Abstract

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang digunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang digunakan dalam kegiatan penelitian secara teratur dan sistematis, mulai dari tahap perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.

Lebih terperinci

BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA JODOUSHI {~NAKEREBANARAI}, {~BEKIDA} DAN {~ZARU O ENAI } DALAM NOVEL TOBU GA GOTOKU VOLUME 1-10 KARYA RYOUTAROU SHIBA.

BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA JODOUSHI {~NAKEREBANARAI}, {~BEKIDA} DAN {~ZARU O ENAI } DALAM NOVEL TOBU GA GOTOKU VOLUME 1-10 KARYA RYOUTAROU SHIBA. 1 BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA JODOUSHI {~NAKEREBANARAI}, {~BEKIDA} DAN {~ZARU O ENAI } DALAM NOVEL TOBU GA GOTOKU VOLUME 1-10 KARYA RYOUTAROU SHIBA Oleh : Ni Wayan Rusprianti 1001705026 Program Studi Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesalahan dalam berbahasa lumrah terjadi dalam proses belajar bahasa, karena dengan adanya kesalahan pembelajar berusaha untuk mengerti dan memahami apa yang

Lebih terperinci

Absract. Key words: students result of learning, expository learning strategy, contextual teaching learning strategy. Abstrak

Absract. Key words: students result of learning, expository learning strategy, contextual teaching learning strategy. Abstrak PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI DAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA SUB KONSEP SPERMATOPHYTA (Studi Eksperimen di Kelas X MIA SMA

Lebih terperinci

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN 1 KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Putu Sosiawan Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstrak The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat yang

Lebih terperinci

Oktorita Kissanti Rahayu

Oktorita Kissanti Rahayu PEMAKAIAN KONJUNGSI PADA BAHASA PERCAKAPAN ANAK USIA 7-9 TAHUN DI DESA PABELAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

KESALAHAN LEKSIKAL DALAM BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V: SEBUAH KAJIAN ERROR ANALYSIS. Ida Bagus Gde Nova Winarta STIBA SARASWATI DENPASAR

KESALAHAN LEKSIKAL DALAM BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V: SEBUAH KAJIAN ERROR ANALYSIS. Ida Bagus Gde Nova Winarta STIBA SARASWATI DENPASAR KESALAHAN LEKSIKAL DALAM BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V: SEBUAH KAJIAN ERROR ANALYSIS Ida Bagus Gde Nova Winarta STIBA SARASWATI DENPASAR ABSTRACT This research was entitled Lexical Errors

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel (1998:

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel (1998: BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif karena data penelitian berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Wihartini, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Wihartini, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Joshi termasuk ke dalam Fuzokugo yang dipakai setelah suatu kata untuk menunjukkan hubungan dengan kata lain untuk menambah arti kata tersebut agar lebih jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia telah dikodratkan oleh penciptanya untuk hidup berkomunikasi, salah satu bentuk komunikasi adalah dengan bahasa. Bahasa merupakan ungkapan manusia yang

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

Edisi Vol.13/XXI/Maret 2009 Tanggal cetak : Senin, 08 Februari 2010 Kolom : Catatan Riset

Edisi Vol.13/XXI/Maret 2009 Tanggal cetak : Senin, 08 Februari 2010 Kolom : Catatan Riset 1 / 7 2010/02/08 17:59 INOVASI Online Website : http://io.ppi-jepang.org Email : redaksi@io.ppi-jepang.org CETAK TUTUP Edisi Vol.13/XXI/Maret 2009 Tanggal cetak : Senin, 08 Februari 2010 Kolom : Catatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN 1 LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN PKM-PENELITIAN Oleh : Nur Arifin 2111412068 2012 Yuni Puspita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan sesama manusia,.mengatur

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH MOMON PRATAMA NPM.

PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH MOMON PRATAMA NPM. PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH MOMON PRATAMA NPM. 09080103 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

PENDEKATAN ALAMIAH DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TINGKAT SEKOLAH DASAR

PENDEKATAN ALAMIAH DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TINGKAT SEKOLAH DASAR PENDEKATAN ALAMIAH DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TINGKAT SEKOLAH DASAR Oleh Salmah Naelofaria Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Email : s.naelofaria@gmail.com Abstrak Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Robert Sibarani (1997: 65) mengemukakan, bahwa bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh masyarakat sebagai alat komunikasi. Setiap

Lebih terperinci

2016 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METOD E COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) D ALAM MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT BAHASA JEPANG

2016 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METOD E COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) D ALAM MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT BAHASA JEPANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antarnegara, sehingga wajib dikuasai oleh pembelajar bahasa. Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. antarnegara, sehingga wajib dikuasai oleh pembelajar bahasa. Bahasa Inggris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini manusia dituntut untuk menguasai ketrampilan berbahasa terutama berbahasa asing. Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pertamanya untuk tujuan tertentu. Salah satu bahasa asing yang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pertamanya untuk tujuan tertentu. Salah satu bahasa asing yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Banyak orang mempelajari bahasa asing selain bahasa ibu atau bahasa pertamanya untuk tujuan tertentu. Salah satu bahasa asing yang dipelajari adalah bahasa Jepang.

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT DEKLARATIF DAN KALIMAT INTEROGATIF DALAM TALK SHOW MATA NAJWA DI YOUTUBE UNGGAHAN JANUARI 2017

ANALISIS KALIMAT DEKLARATIF DAN KALIMAT INTEROGATIF DALAM TALK SHOW MATA NAJWA DI YOUTUBE UNGGAHAN JANUARI 2017 ANALISIS KALIMAT DEKLARATIF DAN KALIMAT INTEROGATIF DALAM TALK SHOW MATA NAJWA DI YOUTUBE UNGGAHAN JANUARI 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh manusia untuk menyampaikan pendapat dan maksud yang tersimpan di dalam pikiran ketika berada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa nasionalnnya. (Sudjianto dan Dahidi Ahmad, 2009: 11). Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. bahasa nasionalnnya. (Sudjianto dan Dahidi Ahmad, 2009: 11). Dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jepang adalah bahasa yang unik, apabila kita melihat para penuturnya, tidak ada masyarakat negara lain yang menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa nasionalnnya.

Lebih terperinci

FRASA ADJEKTIVA BAHASA JEPANG: ANALISIS X-BAR

FRASA ADJEKTIVA BAHASA JEPANG: ANALISIS X-BAR FRASA ADJEKTIVA BAHASA JEPANG: ANALISIS X-BAR Puti Novianti Aristia Magister Linguistik, Universitas Sumatera Utara Jl. A. Hakim no. 1 Kampus USU Medan 20155 Email: putiaristia@yahoo.com Abstract: The

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan fokus penelitian ini, penutur Indonesia memerlukan ketrampilan

BAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan fokus penelitian ini, penutur Indonesia memerlukan ketrampilan 38 BAB III METODE PENELITIAN Untuk mendapatkan ketrampilan pragmatik dalam bahasa kedua, penutur Indonesia memerlukan pemahaman lebih dalam mengenai struktur bahasa dan pola penggunaan bahasa kedua dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh

Lebih terperinci

ERROR ANALYSIS ON NARRATIVE PARAGRAPHS OF THE SIXTH GRADE STUDENTS OF MA ARIF INNOVATIVE ELEMENTARY SCHOOL THESIS

ERROR ANALYSIS ON NARRATIVE PARAGRAPHS OF THE SIXTH GRADE STUDENTS OF MA ARIF INNOVATIVE ELEMENTARY SCHOOL THESIS ERROR ANALYSIS ON NARRATIVE PARAGRAPHS OF THE SIXTH GRADE STUDENTS OF MA ARIF INNOVATIVE ELEMENTARY SCHOOL THESIS BY RIZKA AHDA NIM 0710330035 STUDY PROGRAM OF ENGLISH DEPARTMENT OF LANGUAGES AND LITERATURES

Lebih terperinci

PENGAJARAN TATA BAHASA BAHASA JEPANG TINGKAT MADYA DENGAN PENDEKATAN ALAMIAH

PENGAJARAN TATA BAHASA BAHASA JEPANG TINGKAT MADYA DENGAN PENDEKATAN ALAMIAH PENGAJARAN TATA BAHASA BAHASA JEPANG TINGKAT MADYA DENGAN PENDEKATAN ALAMIAH Fachril Subhandian Program Studi Jepang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia fachril.subhandian@gmail.com

Lebih terperinci

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE Pelesapan Fungsi. (Satya Dwi) 128 PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE Oleh: Satya Dwi Nur Rahmanto,

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh NURMALA

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh NURMALA ANALISIS PELAFALAN BUNYI BAHASA PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DESA TAJUR BIRU KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL Oleh NURMALA NIM 110388201081 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah percakapan, pemahaman tentang implikatur mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah percakapan, pemahaman tentang implikatur mutlak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah percakapan, pemahaman tentang implikatur mutlak diperlukan untuk dapat memahami makna tersirat suatu ujaran. Konsep mengenai implikatur ini dipakai untuk

Lebih terperinci

ANALISIS FRASE NOMINAL BAHASA JEPANG BERDASARKAN TEORI X BAR (SUATU KAJIAN SINTAKSIS)

ANALISIS FRASE NOMINAL BAHASA JEPANG BERDASARKAN TEORI X BAR (SUATU KAJIAN SINTAKSIS) ANALISIS FRASE NOMINAL BAHASA JEPANG BERDASARKAN TEORI X BAR (SUATU KAJIAN SINTAKSIS) Oleh Mhd. Pujiono Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya USU Abstrak Penelitian ini membahas tentang frase nominal

Lebih terperinci

METODE KONTEMPORER. v RESPON FISIK TOTAL v PENGAJARAN BAHASA KOMUNIKATIF v PENDEKATAN ALAMIAH

METODE KONTEMPORER. v RESPON FISIK TOTAL v PENGAJARAN BAHASA KOMUNIKATIF v PENDEKATAN ALAMIAH METODE KONTEMPORER v RESPON FISIK TOTAL v PENGAJARAN BAHASA KOMUNIKATIF v PENDEKATAN ALAMIAH METODE RESPON FISIK TOTAL (TOTAL PYYSICAL RESPONSE) ü Total Phisical Respons atau TPR ditemukan James Asher

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muthi Afifah,2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muthi Afifah,2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut hasil penelitian The Japan Foundation tahun 2006 tentang kelembagaan bahasa Jepang di dunia diketahui bahwa Indonesia menduduki peringkat IV di dunia dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif. Metode deskriptif digunakan bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk

III. METODE PENELITIAN. deskriptif. Metode deskriptif digunakan bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk interferensi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia. Manusia dapat mengungkapkan buah pikirannya, perasaannya,

Lebih terperinci

PENERAPAN ACCELERATED LEARNING DENGAN TEKNIK MENGAJUKAN PERTANYAAN YANG DITEMPELKAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMA N 1 KEC.

PENERAPAN ACCELERATED LEARNING DENGAN TEKNIK MENGAJUKAN PERTANYAAN YANG DITEMPELKAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMA N 1 KEC. PENERAPAN ACCELERATED LEARNING DENGAN TEKNIK MENGAJUKAN PERTANYAAN YANG DITEMPELKAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMA N 1 KEC. SULIKI Annisa Mardhatillah 1 1 Jurusan Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Partikel dalam bahasa Jepang disebut joshi. Joshi adalah kelas kata yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Partikel dalam bahasa Jepang disebut joshi. Joshi adalah kelas kata yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Partikel dalam bahasa Jepang disebut joshi. Joshi adalah kelas kata yang termasuk fuzokugo (kelas kata yang tidak dapat berdiri sendiri) dipakai setelah suatu kata

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian secara teratur dan sistematis, mulai dari tahap perencanaan,

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KATA YANG MENUNJUKKAN TEMPAT DAN ARAH DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA *

PEMAHAMAN KATA YANG MENUNJUKKAN TEMPAT DAN ARAH DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA * PEMAHAMAN KATA YANG MENUNJUKKAN TEMPAT DAN ARAH DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA * Dewi Kania Izmayanti Staf Pengajar Jurusan Bahasa Jepang Universitas Bung Hatta, Padang idewikania@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi kita memerlukan bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi kita memerlukan bahasa. Bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi kita memerlukan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, melalui bahasa manusia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan reseptif (decode) merupakan proses yang berlangsung pada pendengar yang menerima kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna yang disampaikan oleh

Lebih terperinci