TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA NEGERI 15 PADANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA NEGERI 15 PADANG"

Transkripsi

1 TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA NEGERI 15 PADANG Febrina Riska Putri, S.S., M.Pd. 1) Program Pascasarjana, Universitas Negeri Padang, Abstrak Tindak tutur berdampak terhadap keterlibatan dan motivasi siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru semestinya melakukan tindak tutur yang variatif. Namun dalam kenyataannya, tindak tutur yang dilakukan guru didominasi oleh tindak tutur direktif. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif guru terhadap tindak tutur direktif guru pada Negeri 15 Padang. Objek penelitian ini adalah tindak tutur guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah tiga orang guru yang mengajar bahasa Indonesia di kelas X, XI, dan XII di SMA Negeri 15 Padang. Data penelitian dikumpulkan dengan pengamatan, perekaman, dan pencatatan dengan langkah analisis data: (1) mentranskripsikan hasil rekaman, (2) reduksi data sesuai dengan kebutuhan pertanyaan penelitian, (3) interpretasi data, dan (4) penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Bentuk tindak tutur direktif guru dalam Negeri 15 Padang berupa menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang. Yang dominan dilakukan guru adalah tindak tutur menyuruh. Kata Kunci: tindak tutur, direktif, pembelajaran, bahasa indonesia Abstract Speech acts exerts an influence upon the students involvement and motivation in the learning process. The teachers commonly applied a wide range of speech acts. They, however, were dominated by direct speech acts. This research was designed for (1) describing the speech acts forms used by the direct speech acts in the learning process of Indonesian Language at Senior High School 15 Padang. The object of the research was the teachers and the students direct speech acts used in the learning process. The subject of the research was three teachers teaching Indonesian Language in class X, XI and XII of SMA Negeri 15 Padang. The data of the research was collected through observation, recording and note-taking. The data obtained then was analyzed by (1) transcribing the data, (2) reducing the data, (3) interpreting the data and (4) drawing conclusion. The result of the research indicated that (1) the direct speech acts used by the teachers in the learning process of Indonesian Language at SMA Negeri 15 Padang were in the form of ordering, requesting, and demanding, suggesting and challenging. The most frequently used was ordering speech acts. Keywords: speech act, direct speech, learning, Indonesian Language PENDAHULUAN Berbicara merupakan suatu keterampilan dalam menyampaikan pesan kepada orang lain secara lisan. Kegiatan berbicara yang melibatkan penutur dan petutur ini disebut juga sebagai percakapan. Kedudukan kegiatan berbicara ini sangat penting dalam segala aktivitas manusia karena hal ini tidak terlepas dari fungsi manusia sebagai makhluk sosial yang melakukan percakapan dalam membentuk interaksi antarindividu dalam pemeliharaan hubungan sosial di masyarakat. Penggunaan bahasa secara lisan menuntut adanya jalinan komunikasi antara penutur dengan petutur. Pembelajaran di kelas merupakan salah satu peristiwa tutur yang dapat diamati. Peristiwa tutur ini melibatkan peran aktif guru dan siswa dalam berinteraksi. Seorang guru diharapkan

2 dapat menyampaikan idenya secara singkat, jelas, lengkap dan benar, serta tertata, sedangkan siswa diharapkan dapat berkomunikasi dengan baik sebagai respons terhadap apa yang disampaikan oleh guru. Kualitas, kuantitas, relevansi, dan kejelasan pesan akan terganggu jika guru dan siswa kurang memperhatikan hal tersebut. Hal ini akan berakibat tidak maksimalnya komunikasi yang dilakukan sehingga interaksi menjadi kurang efektif. Tindak tutur yang dilakukan oleh guru dan siswa dapat digunakan sebagai salah satu tolok ukur keefektifan komunikasi dalam pembelajaran. Salah satu indikator keefektifan komunikasi dalam pembelajaran adalah terjadinya komunikasi multiarah, yakni komunikasi yang melibatkan partisipasi siswa dan guru serta siswa dengan siswa lain. Apabila dalam pembelajaran tidak atau sedikit ditemukan penggunaan tindak tutur oleh siswa, hal itu menunjukkan bahwa para siswa bertindak pasif. Pembelajaran yang demikian biasanya didominasi oleh guru. Sebaliknya, apabila dalam pembelajaran ditemukan berbagai variasi tindak tutur yang dilakukan oleh siswa dan guru, hal itu menunjukkan bahwa para siswa dan guru bertindak aktif. Interaksi kelas dinilai sebagai peristiwa komunikasi yang khusus. Kekhususan interaksi kelas terwujud dalam tindak tutur yang dilakukan oleh peserta tutur (guru dan siswa) yang khas. Kegiatan bertutur di kelas berbeda dengan kegiatan bertutur di masyarakat secara alamiah. Di kelas terdapat tata krama tersendiri dalam hal komunikasi. Misalnya, di kelas tidak akan terjadi tindak tutur mengumpat atau membentak. Tindak tutur ini tidak akan dapat diterima oleh guru dan siswa di sekolah. SMA Negeri 15 Padang merupakan salah satu SMA Negeri yang ada di Kota Padang. SMA Negeri 15 Padang beralamat di Kubang Limau Manih, kecamatan Pauh. Lokasi ini berada di pinggir kota Padang. Siswa dan guru di sekolah ini kebanyakan berasal dari sekitar daerah tersebut. Pada pengamatan awal ditemukan adanya kecenderungan komunikasi satu arah dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Siswa banyak mendengarkan guru menerangkan, sesekali menjawab dan melaksanakan apa yang diperintahkan guru dalam pembelajaran. Dilihat dari jenis tindak tutur yang digunakan, guru menggunakan tindak tutur yang cukup variatif. Namun, peristiwa tutur dalam pembelajaran bahasa Indonesia tersebut didominasi oleh tindak tutur yang menuntut siswa melakukan apa yang disampaikan guru atau disebut juga tindak tutur direktif. Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah di atas, masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan Apa sajakah jenis tindak tutur direktif guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang?. Sesuai dengan masalah penelitian tersebut dirumuskan tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan jenis tindak tutur direktif guru pada pembelajaran bahasa Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindak tutur sebagai salah satu objek kajian pragmatik, jenis tindak tutur, tindak tutur direktif, fungsi tindak tutur direktif, kesantunan berbahasa, strategi bertutur, konteks situasi tutur, pesan dalam tindak tutur (implikatur), stimulus dan respons dalam pembelajaran, serta pembelajaran bahasa Indonesia. Tindak tutur adalah salah satu konsep pragmatik yang menghasilkan tindak sosial. Tindak tutur disertai dengan melakukan sesuatu seperti berjanji, memberi nasihat. Austin (dalam Ibrahim, 1993:106) berpendapat bahwa sesungguhnya sebagian ujaran bukanlah pernyataan atau pertanyaan tentang informasi tertentu, tetapi ujaran itu merupakan tindakan (action). Sejalan dengan pendapat tersebut, Yule (2006:82) mengungkapkan bahwa tindak tutur merupakan suatu tindakan yang ditampilkan melalui ujaran dalam proses komunikasi.

3 Chaer (1995:65) dan Suwito (1983:33) memaknai tindak tutur sebagai gejala individual yang bersifat psikologis dan berlangsungnya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur atau tindak bahasa (speech act) adalah bagian dari peristiwa tutur (speech event) yang merupakan fenomena aktual dalam situasi tutur (Rohmadi, 2004:7). Tindak tutur memusatkan perhatian pada cara penggunaan bahasa dalam mengomunikasikan maksud dan tujuan penutur. Makna yang dikomunikasikan tidak hanya dapat dipahami berdasarkan bahasa dalam bertutur, tetapi juga ditentukan oleh aspek komunikasi secara komprehensif, termasuk aspek situasional komunikasi. Merujuk pada pendapat di atas, tindak tutur disimpulkan sebagai suatu tindakan yang ditampilkan melalui ujaran dalam suatu proses komunikasi yang dipengaruhi oleh situasi atau konteks dalam berbicara. Austin (dalam Syahrul, 2008:29) menjelaskan tiga jenis tindakan yang berkaitan dengan tindak ujar. Tindakantindakan tersebut antara lain: a) Tindak lokusi, yaitu tindak yang menyatakan sesuatu yang mengacu pada tindak berbicara yaitu mengucapkan sesuatu makna kata atau makna kalimatnya sesuai dengan makna leksikal dan makna sintaksis kalimat. b) Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan bentuk kalimat performatif yang eksplisit, yang digunakan untuk melakukan sesuatu yang berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan. Pada hakikatnya, makna ilokusi sebuah tuturan bisa sama atau berbeda dengan lokusinya. Ilokusi suatu tuturan sangat bergantung pada maksud dan tujuan penutur mengucapkan suatu tuturan. c) Tindak perlokusi adalah pengaruh atau efek yang ditimbulkan pada pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat tersebut. Daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja diberikan oleh penutur. Misalnya, membujuk, menipu, dan lainlain. Berdasarkan maksud penutur (ilokusi), tindak tutur dikelompokkan menjadi lima (Searle dalam Gunarwan, 1994:48). Tindak tutur tersebut adalah a) tindak tutur representatif yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya. Misalnya, menyatakan, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan. b) Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam ujaran itu. Misalnya, menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, menantang. c) Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam ujaran itu. Misalnya, memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh. d) Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam ujarannya. Misalnya, berjanji bersumpah, mengancam. e) Tindak tutur deklaratif adalah tindak tutur yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal yang baru. Misalnya, memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, memberi maaf. Dari beberapa fungsi-fungsi tindak tutur yang dikemukakan di atas, jenis tindak tutur yang dikaji dalam interaksi antara guru dan siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang adalah tindak tutur direktif. Adapun jenis tindak tutur yang dijelaskan oleh Wijana dan Rohmadi (2009:28), yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Menurut Wijana dan Rohmadi (2009:28), kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Dilihat dari sudut pandang konvensional, kalimat deklaratif berfungsi memberikan infromasi, kalimat interogatif untuk menanyakan sesuatu, sedangkan kalimat

4 imperatif digunakan dalam menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan. Ketika semua jenis kalimat atau ujaran tersebut menjalankan fungsi sebagaimana fungsinya secara konvensional, maka ujaran tersebut disebut dengan tindak tutur langsung. Tindak tutur langsung dapat didefinisikan sebagai tindak tutur yang makna pemakaian kalimat atau ujarannya sesuai dengan fungsinya secara konvensional. Sebaliknya, jika kalimat yang digunakan tidak sejalan lagi dengan fungsinnya secara konvensional, maka kalimat atau ujaran tersebut disebut tindak tutur tidak langsung. Selain tindak tutur langsung dan tidak langsung, Wijana dan Rohmadi (2009:30) juga mengemukakan pembagian tindak tutur berdasarkan kesesuaian maksud pembicara dengan makna katakata yang menyusunnya, yaitu tindak tutur literal dan tidak literal. Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya (makna secara semantis), sedangkan tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur agar petutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Menurut Searle (dalam Gunarwan, 1994:48), maksud dilakukannya tindak tutur direktif adalah agar petutur melakukan suatu tindakan. Hal ini sejalan dengan pendapat Leech (1993:164) bahwa tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dirancang untuk mendorong mitra tutur melakukan sesuatu yang diinginkan penutur. Kasper (1994:26) mendefinisikan tindak tutur direktif sebagai tindakan yang dilakukan sebagai alat agar lawan tutur melakukan suatu tindakan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, tindak tutur direktif disimpulkan sebagai tindak tutur yang dimaksudkan agar petutur melakukan sesuatu tindakan sebagaimana yang diujarkan oleh penutur. Tindak tutur direktif termasuk tindak tutur yang mempunyai jenis beragam. Keberagaman jenis tindak tutur tersebut tidak lepas dari efek yang ditimbulkan antara penutur dengan petutur untuk melakukan sesuatu. Hal ini dapat dilihat dengan menuturkan pernyataan yang sopan sampai pada pernyataan kurang sopan. Bach dan Harnish (dalam Syahrul, 2008:34) membagi tindak tutur direktif atas enam, yaitu (1) kelompok permintaan meliputi meminta, memohon, mengajak, mendorong, mengundang, dan menekan, (2) kelompok pertanyaan meliputi bertanya, berinkuiri, dan menginterogasi, (3) kelompok persyaratan meliputi memerintah, mengomando, menuntut, mendikte, mengarahkan, menginstruksikan, mengatur, dan mensyaratkan, (4) kelompok larangan meliputi melarang, membatasi, (5) kelompok pengizinan meliputi memberi izin, membolehkan, mengabulkan, melepaskan, memperkenankan, memberi wewenang, dan menganugerahi, (6) kelompok nasihat meliputi menasihati, memperingatkan, mengusulkan, membimbing, menyarankan, dan mendorong. Tindak tutur direktif adalah salah satu tindak tutur yang berpotensi mengancam citra diri pelaku tutur. Keterancaman ini dapat tertuju baik kepada penutur, maupun petutur. Citra diri penutur dapat jatuh jika suruhannya atau perintahnya tidak diperhatikan oleh petutur. Di sisi lain, citra diri petutur dapat terancam karena suruhan atau permohonan yang ditujukan kepada petutur dapat bersifat membebani petutur, memaksa petutur, atau melecehkan petutur (Amir dan Ngusman, 2006:14). Berdasarkan teori di atas, tindak tutur direktif disimpulkan sebagai tindak tutur yang digunakan penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Tindak tutur direktif mencakup beberapa jenis, yaitu meminta, bertanya, melarang,

5 memerintah, menyetujui, dan menasihati. Penelitian ini menggunakan kajian teori jenis tindak tutur direktif yang digunakan Searle yang memaparkan jenis tindak tutur direktif menjadi menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang. Penjelasan pragmatik terhadap teori fungsional adalah teori yang mendefinisikan bahasa sebagai sebuah bentuk komunikasi dan yang ingin memperlihatkan bagaimana bahasa bekerja dalam sistem-sistem masyarakat manusia yang lebih besar. Istilah yang menandai hadirnya fungsionalisme itu di antaranya, maksud, tujuan, sasaran, dan rencana (Leech, 1993:72). Hal itu sesuai dengan yang dianalogikan oleh Leech terhadap jawaban pragmatik atas pertanyaan mengapa tuturan X digunakan dan bukan tuturan Y, karena tuturan X lebih sesuai dengan fungsi bahasa sebagai suatu sistem komunikasi. Menurut Grice dan Searle (dalam Leech, 1993:73), fungsi digunakan jika membahas ilokusi-ilokusi atau maknamakna dari aspek maksud. Selain itu, mereka membicarakan sifat-sifat bahasa dengan menggunakan istilah fungsi. Leech (1993:161) berpendapat bahwa situasi berbeda menuntut adanya jenis-jenis kata kerja berbeda dan derajat sopan santun yang berbeda juga. Leech membagi fungsi ilokusi menjadi empat jenis, sesuai dengan hubungan fungsi tersebut dengan tujuantujuan sosial berupa pemeliharaan perilaku yang sopan dan terhormat. Klasifikasi fungsi ilokusi menurut Leech (1993:162) antara lain kompetitif bersaing (Competitive), Menyenangkan (Convivial), bekerja Sama (Collaborative), dan bertentangan (Conflictive). Pada pengelompokkan fungsi ilokusi tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam tindak tutur, penutur jenis ilokusi yang melibatkan sopan santun ialah jenis fungsi ilokusi kompetitif (bersaing) dan konvivial (menyenangkan). Fungsi ilokusi kompetitif, sopan santunnya mempunyai sifat negatif. Sebaliknya, jenis fungsi ilokusi konvivial pada dasarnya bertata krama. Pada posisi ini, sopan santun lebih positif bentuknya dan bertujuan untuk mencari kesempatan beramah- tamah. Fungsi ilokusi kolaboratif, tidak melibatkan sopan santun karena pada fungsi ini sopan santun tidak relevan. Pada fungsi ilokusi konfliktif, unsur sopan santun tidak ada sama sekali karena fungsi ini bertujuan untuk menimbulkan kemarahan. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Data penelitian disajikan apa adanya tanpa ada rekayasa untuk menimbulkan gejala atau aspek tertentu. Penelitian kualitatif dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan status objek penelitian pada saat penelitian ini dilakukan. Dengan kata lain, penelitian kualitatif menginformasikan keadaan apa adanya tanpa rekayasa. Menurut Sudaryanto (1992:62), penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya sehingga yang dihasilkan atau dicatat berupa tafsiran bahasa yang bisa dikatakan sifatnya seperti potret yaitu paparan seperti apa adanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Nazir (1988:63) bahwa tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Dengan demikian, kegiatan penelitian deskriptif tidak hanya terbatas pada pengumpulan data, tetapi juga mencakup analisis interpretasi data. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 15 Padang yang beralamat di Jl. Limau Manih Kec. Pauh, Padang. Berdasarkan letak geografisnya, SMA Negeri 15 Padang terletak di Kubang kelurahan Limau Manih, kecamatan Pauh. Sebagian besar guru dan siswa berasal dari

6 daerah Limau Manih Ateh, Limau Manih Bawah, dan beberapa daerah di sekitarnya. Data penelitian ini adalah semua tindak tutur direktif yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan siswa dalam kelas di SMA Negeri 15 Padang. Data penelitian berupa (1) hasil pengamatan tindak tutur direktif guru bahasa Indonesia SMA Negeri 15 Padang dalam pembelajaran, (2) hasil pengamatan berupa respon siswa terhadap tindak tutur direktif guru bahasa Indonesia SMA Negeri 15 Padang dalam pembelajaran. Sumber data dalam penelitian ini ada dua. Pertama, tiga orang guru yang mengajar bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang. Ketiga guru tersebut yaitu Drs. Arsalius, Musdalifah, S.Pd., dan Syahler, S.Pd.. Kedua, responden, yaitu siswa SMA Negeri 15 Padang. Instrumen merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga mudah diolah (Arikunto, 2006:160). Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama karena penelitilah yang menentukan sumber data dan merekamnya. Sejalan dengan pendapat Sugiyono (2012:60), peneliti adalah instrumen kunci karena sebagai human instrument, peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih sumber data, melakukan pengumpulan data, mengidentifikasi data, mengklasifikasi kata, menganalisis data dan membuat kesimpulan penelitian. Instrumen penelitian pendukung penelitian ini adalah blangko isian berupa format. Jumlah tabel yang digunakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pada saat mencatat data tindak tutur direktif guru, mengidentifikasi dan mengklasifikasi semua tindak tutur direktif guru. Disamping itu, digunakan alat perekam yang berupa Sony Digital Voice Recorder, dan alat tulis untuk mendukung kelancaran proses penelitian yang dilakukan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah (1) observasi, (2) perekaman, dan (3) pencatatan. Pertama, teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu objek dalam suatu periode tertentu. Observasi dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, menentukan SMA sebagai latar penelitian. Latar penelitian dirumuskan berdasarkan tindak tutur guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Tahap kedua, peneliti mengamati dengan teknik nonpartisipatif terhadap peserta tutur dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia, peneliti tidak terlibat langsung di dalam proses interaksi. Peneliti hanya duduk pada bagian paling belakang kelas mengamati interaksi guru dan siswa dalam Negeri 15 Padang. Pengamatan dilakukan menggunakan lembar observasi yang disediakan. Hal yang diobservasi meliputi segala peristiwa, gejala, topik, waktu, respon siswa dan guru dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Peneliti duduk di bangku bagian belakang sambil melakukan perekaman dan pengamatan terhadap tindak tutur siswa dan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang. Perekaman dimaksudkan sebagai teknik pengumpulan data primer dengan cara merekam, untuk itu peneliti hadir di dalam kelas ketika guru mengajar. Perekaman dilakukan dengan menggunakan bantuan Sony Digital Voice Recorder. Alat ini dapat merekam dengan baik data verbal yang berupa tuturan guru dan siswa SMA Negeri 15 Padang yang terjadi dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas. Setelah dilakukan perekaman, hasil perekaman diklasifikasikan dan diberi kode berdasarkan waktu perekaman, pokok bahasan, kelas, waktu, nama subjek, selanjutnya rekaman tersebut ditranskripsikan.

7 Pencatatan lapangan dimaksudkan untuk mencatat gejala atau peristiwa yang tidak dapat dijaring melalui observasi dan perekaman. Pencatatan lapangan ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan observasi dan perekaman. Hasil dari pencatatan lapangan adalah catatan lapangan. Catatan lapangan dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu catatan lapangan deskriptif dan catatan lapangan reflektif (Bodgan dan Biklen, 1982:84-87). Catatan lapangan deskriptif diperoleh peneliti dengan melakukan pencatatan tentang subjek penelitian dan situasi tutur. Catatan lapangan reflektif diperoleh peneliti dengan cara melakukan pemikiran kembali atas maksud tuturan, memprediksi tuturan, dan hal-hal penting yang muncul. Dengan kata lain, catatan lapangan ini berfungsi untuk merekam data yang sebelumnya tidak terpikirkan, tetapi muncul ketika pengumpulan data berlangsung. Observasi, perekaman, dan pencatatan lapangan ini menghasilkan data kesantunan tindak tutur direktif guru dalam interaksi belajar-mengajar di SMA Negeri 15 Padang dan berbagai hal yang terkait dengan tindak tutur (data nonverbal). Data mengenai tindak tutur beserta catatan nonverbal tersebut digunakan sebagai dasar pembuatan transkripsi data. Instrumen utama bertugas untuk menyaring dan menilai data, serta menyimpulkan dan merumuskan hasil temuan (Bodgan dan Biklen, 1982). Untuk menjamin keabsahan data yang dikumpulkan, dilakukan tiga teknik yang terdiri atas (1) ketekunan pengamatan, (2) triangulasi, dan (3) kecukupan referensial (Moleong, 2007:329). Ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk mengadakan pengamatan secara teliti, rinci, dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan tindak tutur direktif guru dalam pembelajaran. Ketekunan pengamatan ini didukung dengan teknik observasi dan catatan lapangan. Ketekunan pengamatan dilakukan sejak pengumpulan data, reduksi data, sajian data, hingga verifikasi data tentang tindak tutur direktif guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Triangulasi digunakan untuk mengecek data, deskripsi data dan hasil penelitian sementara. Moleong (2007:330) mengatakan bahwa triangulasi memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data sebagai pengecekan atau pembanding data. Menurut Denzin (dalam Moleong, 2007:330), triangulasi itu memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori sebagai sesuatu yang lain di luar data. Hasil triangulasi tersebut berguna sebagai verifikasi, terutama untuk mendukung kelengkapan hasil akhir penelitian. Dalam penelitian ini, triangulasi dilakukan terhadap data hasil pengamatan tindak tutur direktif guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia, dan hasil pengamatan terhadap respons siswa. Kecukupan referensial digunakan sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data. Proses analisis dan penafsiran data selalu dilakukan dengan melibatkan dosen pembimbing sehingga didapat data yang betul-betul sesuai dengan fokus masalah. Penelitian tentang kesantunan tindak tutur direktif guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia dipandang memiliki kecukupan referensial apabila telah ditemukan hasil akhir peneliti yang menjawab fokus masalah penelitian, yakni kesantunan berbahasa dalam tindak tutur direktif guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang. Teknik analisis data penelitian ini didasarkan pada teknik interaktif (Miles dan Huberman, 1992:15-20). Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, perekaman, dan catatan lapangan. Tahapan ini menghasilkan rekaman, dan catatan lapangan tentang tindak tutur direktif guru dalam proses Negeri 15 Padang. Pertama, kegiatan analisis data dalam penelitian ini diawali dengan tahap reduksi data. Pada tahap ini dilakukan

8 proses identifikasi, klasifikasi, dan pengurutan, serta pengodean data. Proses identifikasi dilakukan terhadap tuturan guru yang menunjukkan gejala bahwa tuturan tersebut sebagai tindak tutur tertentu. Dalam hal ini tindak tutur direktif. Kedua, tahap penyajian data meliputi kegiatan penataan yang telah direduksi. Data yang tertata tersebut disajikan dalam tabel sesuai dengan masalah yang diteliti. Ketiga, penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan terhadap penafsiran data setelah disajikan. Penafsiran data didasarkan kepada analisis prinsip pragmatik. Prinsip pragmatik menekankan kepada aspek kajian konteks tuturan, tindak tutur, didukung oleh prinsip kesantunan yang digunakan sebagaimana yang sudah dibahas pada dikajian pustaka. Keempat, pengecekan ulang terhadap hasil penarikan kesimpulan atau verifikasi data, kemudian didiskusikan dengan rekan sejawat, dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Setelah dilakukan diskusi, data disusun dan dideskripsikan sebagai hasil akhir sesuai dengan masalah penelitian, yaitu kesantunan berbahasa dalam tindak tutur direktif guru pada Negeri 15 Padang. Hasil penelitian dapat dipaparkan dengan dua cara, yakni dengan menggunakan metode formal dan informal (Sudaryanto, 1993:145). Metode formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang, sedangkan metode informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa. Hasil penelitian ini dipaparkan dengan menggunakan metode informal karena hasil penelitian disajikan hanya menggunakan kata-kata atau kalimat biasa. Metode ini digunakan untuk memaparkan jenis tindak tutur direktif, prinsip kesantunan yang digunakan, dan konteks situasi penggunaan tuturan guru dalam tindak tutur direktif, serta tanggapan siswa terhadap kesantunan berbahasa dalam tindak tutur direktif guru pada Negeri 15 Padang. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah tindak tutur direktif yang teridentifikasi dari 19 peristiwa tutur ketiga orang guru bahasa Indonesia yang mengajar di SMA Negeri 15 Padang adalah sebanyak 383 tindak tutur. Klasifikasi bentuk tindak tutur sesuai dengan teori tindak tutur yang dikemukakan Searle yang terbagi menjadi lima jenis tindak tutur. Salah satunya adalah tindak tutur direktif, yaitu tindak tutur yang digunakan penutur untuk meminta petutur melakukan hal yang disebutkan dalam tindak tutur itu. Tindak tutur direktif tersebut antara lain menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang. Berdasarkan analisis data tindak tutur direktif guru diperoleh data tentang bentuk tindak tutur direktif guru dalam Negeri 15 Padang, yaitu tindak tutur direktif menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang. Tindak tutur menyuruh adalah bentuk tindak tutur direktif yang paling banyak dilakukan guru dalam pembelajaran, yaitu sebanyak 228 tindak tutur. Tindak tutur memohon ditemukan sebanyak 1 tindak tutur, tindak tutur menuntut sebanyak 75 tidak tutur, tindak tutur menyarankan ditemukan sebanyak 28 tindak tutur, dan tindak tutur menantang ditemukan sebanyak 51 tindak tutur. Masing-masing jenis tindak tutur direktif tersebut digunakan oleh guru dengan maksim kesantunan yang terdiri atas maksim kearifan, maksim penghargaan, maksim kesepakatan, dan maksim kesimpatian. Berikut ini tabel rekapitulasi yang menunjukkan tindak tutur direktif guru yang digunakan dengan prinsip kesantunan Leech.

9 Tabel 1. Tindak Tutur Direktif Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang No. Bentuk Tindak Tutur Direktif 1. Menyuruh 2. Memohon 3. Menuntut 4. Menyarankan 5. Menantang Prinsip Kesantunan kearifan (119) penghargaan (3) kesepakatan (94) kesimpatian (12) kearifan (1) kearifan (25) penghargaan (1) kesepakatan (45) kesimpatian (4) kearifan (15) kesepakatan (8) kesimpatian (5) kearifan (12) kesepakatan (39) Jenis tindak tutur direktif yang dilakukan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang meliputi (1) menyuruh, (2) memohon, (3) menuntut, (4) menyarankan, dan (5) menantang. Berikut ini diuraikan jenis tindak tutur direktif yang dilakukan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang. a. Tindak Tutur Direktif dalam Bentuk Menyuruh Bentuk tindak tutur direktif yang paling sering muncul adalah tindak tutur direktif menyuruh. Bentuk menyuruh ini digunakan penutur untuk menyuruh petutur melakukan hal yang disebutkan dalam tindak tutur itu. Dalam pembelajaran di kelas, guru menggunakan bentuk direktif ini untuk menyuruh siswa agar aktif dalam pembelajaran. Tindak tutur direktif guru yang berbentuk menyuruh dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang dapat dilihat pada contoh berikut. (1) Guru : Udah, Hari sudah! Teks laporan kegiatan. Tolong simak! Teks ada di tanganmu. Dengar ya, Nak! (006) Siswa : (membaca) (2) Guru : Di yang lapanglah, Nak! Kalau kata, cukup pakai huruf kecil aja. Nggak usah huruf besar! Dia berdiri sendiri aja. Nggak dalam konteks kalimat. (017) Siswa : (siswa melakukan perintah guru) Tindak tutur (1), (2) adalah tindak tutur menyuruh yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia kepada siswa yang sedang sibuk dengan urusan lain. Pada tindak tutur (1), guru menyuruh siswa menghentikan kegiatannya. Penanda tindak tutur menyuruh pada tindak tutur (1) ini adalah bentuk Tolong simak! Dan Dengar ya, Nak!. Tindak tutur (2) dilakukan guru terhadap siswa untuk menyuruh siswa menulis di papan tulis pada bagian yang lebih luas. Penanda tindak tutur menyuruh pada tindak tutur (2) di atas adalah bentuk di yang lapanglah. b. Tindak Tutur Direktif dalam Bentuk Memohon Tindak tutur direktif bentuk memohon paling sedikit dilakukan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang. Bentuk ini digunakan penutur untuk menyuruh

10 petutur melakukan hal yang disebutkan dalam tindak tutur yang dilakukan penutur. Dalam pembelajaran di kelas, guru menggunakan bentuk direktif ini untuk meminta siswa agar berpartipasi aktif dalam pembelajaran, termasuk dalam mengerjakan tugas. Tindak tutur direktif guru yang berbentuk memohon dalam Negeri 15 Padang dapat dilihat pada contoh berikut. (3) Guru : Tiga keping CD berarti tiga kelompok ya. Semuanya ratarata seperti itu. Nilai itu tergantung kepada apa yang kalian lakukan. Ini si Agi nampak kamu kan menyerahkan sama bapak? Kemudian dalam bentuk CD. Ini CD nya. Ndak lebih ndak kurang ini yang bapak minta pada kalian. (264) Kalau tidak, nilai tidak ada kan. Nah. Sekarang mana tugasnya? Ayo kumpulkan. Boleh kita putar. Kita tanggapi bersama nanti. Ini gunanya ditampilkan ini. Ayo, Nak! Mana, mana tugasnya? Kelompok satu mana? Tunjuk tangan! Siswa : (siswa mengangkat tangan) Tindak tutur (3) di atas adalah tindak tutur direktif memohon. Tindak tutur tersebut dilakukan oleh guru kepada siswa yang sedang belajar. Tindak tutur (3) dilakukan guru kepada siswa agar siswa segera mengumpulkan tugas yang telah disepakati sebelumnya. Penanda tindak tutur memohon pada tindak tutur (3) di atas adalah bapak minta. c. Tindak Tutur Direktif dalam Bentuk Menuntut Tindak tutur direktif menuntut cukup sering dilakukan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang. Bentuk ini digunakan penutur untuk menyuruh petutur melakukan hal yang disebutkan dalam tindak tutur yang dilakukan penutur. Dalam pembelajaran di kelas, guru menggunakan bentuk direktif ini untuk menuntut siswa agar aktif dalam pembelajaran. Tindak tutur direktif guru yang berbentuk menuntut dalam Negeri 15 Padang dapat dilihat pada contoh berikut. (4) Guru : Jadi ibuk ndak mau yang ini. (112) Siswa : Buk, kalau mode iko baa buk? (5) Guru : Ananda IPA 2, bawalah laporan kerja individu, kelompok. Bawa hari Kamis. Jangan tinggal pula bahan. (190) Hari kamis itu setelah dikumpulkan resensi, kita menjawab soal-soal dari buku ini. Siswa : Iya, Buk. Tindak tutur (4), (5) adalah tindak tutur menuntut yang dilakukan oleh guru kepada siswa yang sedang mengikut pembelajaran di kelas. Tindak tutur (4) dilakukan guru untuk menuntut siswa mengerjakan tugas seperti yang diinginkan guru. Penanda tindak tutur menuntut pada tindak tutur (4) adalah bentuk Ibuk ndak mau yang ini. Bentuk lain tindak tutur menuntut terdapat pada tindak tutur (5). Pada tindak tutur ini bentuk menuntut yang dilakukan guru kepada siswa adalah agar siswa tidak lupa membawa bahan tugas mereka pada hari yang telah ditentukan guru. Penanda tindak tutur menuntut pada tindak tutur (5) di atas adalah bawa dan jangan tinggal. d. Tindak Tutur Direktif dalam Bentuk Menyarankan Dalam melakukan tindak tutur direktif, guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang sering melakukan tindak tutur menyarankan. Bentuk ini digunakan penutur untuk menyuruh petutur melakukan hal yang disebutkan penutur

11 dalam tindak tuturnya. Dalam pembelajaran di kelas, guru menggunakan bentuk tindak tutur direktif ini agar siswa aktif dalam pembelajaran. Tindak tutur direktif guru yang berbentuk menyarankan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang dapat dilihat pada contoh berikut. (6) Guru : Kalau perlu shalat Duha seperti Yogi, biar dapat kenyamanan. Pergilah, Nak! Shalat sunat Duha. (053) Siswa : (tertawa kecil dan kembali ke tempat duduk) (7) Guru : Kalau kanai hujan, cari asoi ciek! Masuak asoi baru masuak tas! (364) Siswa : Hujan e di jalan, Pak. Tindak tutur (6), (7) contoh di atas adalah tindak tutur direktif menyarankan. Tindak tutur tersebut dilakukan oleh guru kepada siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Tindak tutur (6) dilakukan guru kepada siswa yang sedang tidak fokus pada pembelajaran. Guru menyarankan siswa untuk melakukan shalat Duha agar siswa mendapat kenyamanan seperti yang sedang dilakukan siswa lain yang bernama Yogi. Bentuk menyarankan pada tindak tutur (6) ini ditandai oleh bentuk biar dapat kenyamanan. Tindak tutur (7) adalah bentuk lain dari contoh tindak tutur menyarankan yang dilakukan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pada tindak tutur tersebut, guru menyarankan siswa untuk memasukkan buku ke dalam kantong plastik sebelum dimasukkan ke dalam tas ketika hujan agar buku tidak rusak terkena air hujan. Penanda bentuk menyarankan pada tindak tutur (7) di atas adalah masuak asoi baru masuak tas. e. Tindak Tutur Direktif dalam Bentuk Menantang Tindak tutur menantang merupakan bentuk tindak tutur direktif yang cukup sering dilakukan guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15. Bentuk ini digunakan penutur untuk menyuruh petutur melakukan hal yang disebutkan dalam tindak tutur yang dilakukan penutur. Dalam pembelajaran di kelas, guru menggunakan bentuk direktif ini untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran. Tindak tutur direktif guru yang berbentuk menantang dalam Negeri 15 Padang dapat dilihat pada contoh berikut. (8) Guru : Mimi, Eh Yosnengsih? Siswa : Udah, Buk. Guru : Gimana kalau belum? (179) (9) Guru : Siapa yang menyatakan nonfiksi, ilmiah? Jujur! (092) Yang mengatakan ini ilmiah atau nonfiksi. Siswa : Awak ilmiah buk a. Tindak tutur (8), (9) pada contoh di atas adalah bentuk tindak menantang yang dilakukan guru terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Tindak tutur (8) adalah tindak tutur menantang yang dilakukan guru kepada siswa ketika sekelompok siswa ribut dalam belajar, sementara kelompok lain sibuk menyelesaikan tugas mereka. Penanda bentuk menantang pada tindak tutur (8) adalah Gimana kalau belum?. Tindak tutur (9) juga merupakan contoh tindak tutur menantang. Pada tindak tutur tersebut, guru menantang siswa untuk menentukan jenis buku yang sedang mereka bicarakan. Bentuk menantang pada tindak tutur (9) tersebut ditandai oleh kata jujur. Pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang, guru sering melakukan tindak tutur direktif. Tindak tutur direktif yang dilakukan guru yaitu menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang. Dari kelima jenis tindak tutur direktif tersebut, yang paling banyak dilakukan guru kepada siswa adalah tindak tutur direktif menyuruh. Guru melakukan tindak tutur

12 menyuruh ini agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan temuan penelitian, bentuk tindak tutur direktif yang ditemukan adalah (1) menyuruh, (2) memohon, (3) menuntut, (4) menyarankan, dan (5) menantang. Berikut ini pembahasan hasil penelitian terhadap kesantunan berbahasa dalam tindak tutur direktif guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang yang dilakukan dengan melihat temuan penelitian. Jenis tindak tutur yang paling banyak dilakukan oleh guru dalam Negeri 15 Padang adalah tindak tutur menyuruh. Hal ini disebabkan guru memiliki peranan penting dalam peristiwa tutur, dalam hal ini pembelajaran. Guru menyuruh siswa untuk melakukan hal yang disebutkan dalam tuturan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran, seperti yang terdapat pada contoh berikut. Guru : Tolong kambangkan buku awak. Mana buku awak? Siswa : (Siswa membalik bukunya) Pada tindak tutur menyuruh di atas, guru meminta siswa untuk membuka buku bahan ajarnya agar dapat menyimak siswa lain yang sedang membaca di depan kelas. Siswa melakukan permintaan guru dengan membuka dan membalik-balik bahan ajarnya lalu disesuaikan dengan yang sedang dibaca siswa lain di depan kelas. Dalam pembelajaran, tindak tutur direktif yang dilakukan guru terhadap siswa tidak hanya dominan pada tindak tutur menyuruh. Tindak tutur memohon merupakan jenis tindak tutur direktif yang dilakukan guru agar siswa melakukan tindakan yang perintahkan guru. Tindak tutur direktif memohon ini dilakukan dengan sedikit berharap yang ditandai dengan kata bapak minta seperti yang terdapat pada contoh di bawah ini. Guru : Tiga keping CD berarti tiga kelompok ya. Semuanya rata-rata seperti itu. Nilai itu tergantung kepada apa yang kalian lakukan. Ini si Agi nampak kamu kan menyerahkan sama bapak? Kemudian dalam bentuk CD. Ini CD nya. Ndak lebih ndak kurang ini yang bapak minta pada kalian. (264) Kalau tidak, nilai tidak ada kan. Nah. Sekarang mana tugasnya? Ayo kumpulkan. Boleh kita putar. Kita tanggapi bersama nanti. Ini gunanya ditampilkan ini. Ayo, Nak! Mana, mana tugasnya? Kelompok satu mana? Tunjuk tangan! Siswa : (siswa mengangkat tangan) Tindak tutur tersebut dilakukan oleh guru kepada siswa yang sedang belajar agar siswa mau mengerjakan tugas yang telah disepakati sebelumnya. Dari jumlah tindak tutur direktif memohon yang ditemukan, yaitu satu tindak tutur, dapat dikatakan guru jarang merendahkan dirinya dihadapan siswa. Tindak tutur direktif menuntut sering dilakukan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang. Bentuk ini digunakan penutur untuk meminta petutur melakukan hal yang disebutkan dalam tindak tutur yang dilakukan penutur. Dalam pembelajaran di kelas, guru menggunakan bentuk direktif ini untuk menuntut siswa agar aktif dalam pembelajaran. Berikut ini contoh tindak tutur menuntut yang dilakukan guru dalam Negeri 15 Padang. Guru : Ananda IPA 2, bawalah laporan kerja individu, kelompok! Bawa hari Kamis! Jangan tinggal pula bahan! Hari Kamis itu setelah dikumpulkan resensi, kita menjawab soal-soal dari buku ini. Siswa : Iya, Buk. Tindak tutur di atas adalah tindak tutur direktif yang dilakukan guru agar

13 siswa tidak lupa membawa bahan tugas mereka. Tindak tutur menyarankan dilakukan guru ketika memberi saran kepada siswa, baik yang berkaitan dengan materi pelajaran, maupun tidak. Biasanya tindak tutur menyarankan ini dilakukan guru ketika siswa mengerjakan tugas dan guru menyarankan hal-hal yang dapat memudahkan siswa mengerjakan tugas. Berikut ini contoh tindak tutur menyarankan yang dilakukan guru dalam Negeri 15 Padang. Guru : Kalau perlu shalat Duha seperti Yogi, biar dapat kenyamanan. Pergilah, Nak! Shalat sunat Duha. (053) Siswa : (tertawa kecil dan kembali ke tempat duduk) Tindak tutur dilakukan guru ketika menyarankan siswa untuk melakukan shalat Duha agar siswa mendapat kenyamanan seperti yang sedang dilakukan siswa lain yang bernama Yogi. Tindak tutur direktif menantang dilakukan guru agar siswa melakukan sesuatu sesuai dengan yang diperintahkan guru. Tindak tutur menantang ini dilakukan untuk memacu siswa agar lebih giat dalam mengerjakan tugas dan lebih fokus dalam memperhatikan pelajaran. Selain itu, guru melakukan tindak tutur menantang ketika menegur siswa yang tidak memperhatikan pelajaran. Guru : Mimi, Eh Yosnengsih? Siswa : Udah, Buk. Guru : Gimana kalau belum? (179) Tindak tutur menantang ini dilakukan guru kepada siswa ketika sekelompok siswa ribut dalam belajar. Sementara itu, kelompok lain sibuk menyelesaikan tugas mereka. Penanda bentuk menantang adalah Gimana kalau belum? Tindak tutur direktif dilakukan guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang ini agar petuturnya atau siswa melakukan sesuatu sebagaimana yang dituturkan dalam tindak tuturnya. Hal ini terjadi sebagaimana yang dikemukakan Searle (dalam Gunarwan, 1994:48) bahwa tindak tutur direktif dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam ujaran itu. Tindak tutur direktif yang cenderung dilakukan guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang adalah tindak tutur direktif menyuruh. Hal ini mengindikasikan bahwa guru menguasai kelas selama pembelajaran berlangsung. SIMPULAN Setelah dilakukan analisis dan pembahasan terhadap tindak tutur direktif guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang, dapat disimpulkan bahwa jenis tindak tutur direktif yang digunakan guru dalam Negeri 15 Padang adalah menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan dan menantang. Dari kelima bentuk tindak tutur direktif tersebut, tindak tutur direktif yang cenderung dilakukan guru dalam Negeri 15 Padang adalah tindak tutur menyuruh. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada pimpinan STKIP PGRI Sumatera Barat dan Koordinator Unit MKDK-MKDU atas kesempatan mengajar yang diberikan kepada penulis. DAFTAR RUJUKAN Amir, Amril dan Ngusman Abdul Manaf Strategi Wanita Melindungi Citra Dirinya dan Citra Diri Orang Lain dalam Komunikasi Verbal: Studi di dalam Tindak tutur Direktif di dalam Bahasa Indonesia di Kalangan Anggota Kelompok Etnis Minangkabau. Laporan Penelitian. Padang: Fakultas Bahasa dan Seni, UNP.

14 Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bogdan, R.C. dan S.K. Biklen Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Toronto: Allyn and Bacon Inc. Chaer Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta. Gunarwan, Asim Pragmatik: Pandangan Mata Burung. Jakarta: Lembaga Bahasa Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University. Sugiyono Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta. Syahrul, R Pragmatik Kesantunan Berbahasa Menyibak Fenomena Bahasa Indonesia Guru dan Siswa. Padang: UNP Press. Yule, George Pragmatik. Terjemahan Indah Fajar Wahyuni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ibrahim, Abd. Syukur Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Kasper, G Politeness: The Encyclopedia of Language and Linguistics. Pergamon Press: Oxford. Leech, Geoffrey Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan M.D.D. Oka. Jakarta: UI. Miles, Matthew B. dan Huberman, A. Michael Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI. Moleong, Lexi J Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nazir, Moh Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Rohmadi, Muhammad Pragmatik Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media. Sudaryanto Metode Linguistik Bagian Pertama ke Arah

TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG LITERAL GURU PADA PEMBELAJARAN TEKS EKSPOSISI DI KELAS X IPS-3 SMA NEGERI 3 BOYOLALI

TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG LITERAL GURU PADA PEMBELAJARAN TEKS EKSPOSISI DI KELAS X IPS-3 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG LITERAL GURU PADA PEMBELAJARAN TEKS EKSPOSISI DI KELAS X IPS-3 SMA NEGERI 3 BOYOLALI (Literal Directive Speech Act in Exposition Text Learning in Class X IPS-3 SMA Negeri

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA NEGERI 15 PADANG

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA NEGERI 15 PADANG KESANTUNAN BERBAHASA DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA NEGERI 15 PADANG Febrina Riska Putri, Ngusman Abdul Manaf, Abdurahman Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR GURU DI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP N 27 PADANG (KAJIAN PRAGMATIK) ABSTRACT

TINDAK TUTUR GURU DI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP N 27 PADANG (KAJIAN PRAGMATIK) ABSTRACT TINDAK TUTUR GURU DI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP N 27 PADANG (KAJIAN PRAGMATIK) Sri Sundari 1, Wahyudi Rahmat 2, Ria Satini 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG Nensi Yuferi 1), Hasnul Fikri 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2)

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Rena Anggara 1), Marsis 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PERILAKU VERBAL GURU DALAM PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 GIANYAR

PERILAKU VERBAL GURU DALAM PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 GIANYAR PERILAKU VERBAL GURU DALAM PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 GIANYAR Ni Luh Komang Sri Majesty, I Made Sutama, Gede Gunatama Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA

Lebih terperinci

KESANTUNAN TUTURAN SISWA KEPADA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII 8 SMP NEGERI 27 PADANG ABSTRACT

KESANTUNAN TUTURAN SISWA KEPADA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII 8 SMP NEGERI 27 PADANG ABSTRACT KESANTUNAN TUTURAN SISWA KEPADA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII 8 SMP NEGERI 27 PADANG Nora Amelia¹, Putri Dian Afrinda², Wahyudi rahmat³ 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Oleh RASMIAYU

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA TERHADAP SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 6 SUNGAI PENUH DALAM PROSES PEMBELAJARAN TAHUN AJARAN 2016/2017

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA TERHADAP SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 6 SUNGAI PENUH DALAM PROSES PEMBELAJARAN TAHUN AJARAN 2016/2017 ABSTRAK TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA TERHADAP SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 6 SUNGAI PENUH DALAM PROSES PEMBELAJARAN TAHUN AJARAN 2016/2017 Kamaruddin, Aripudin, dan Teja Pratama* FKIP Universitas

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO

KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO Oleh: Nuri Gusriani 1, Atmazaki 2, Ellya Ratna 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA Oleh Septia Uswatun Hasanah Mulyanto Widodo Email: septiauswatunhasanah@gmail.com Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Dalam berkomunikasi, manusia saling menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 NARMADA. Munawir Guru SMK Negeri 1 Narmada

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 NARMADA. Munawir Guru SMK Negeri 1 Narmada TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 NARMADA Munawir Guru SMK Negeri 1 Narmada Abstrak Guru sebagai insan akademik memiliki peranan untuk menyampaikan materi

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Diajukanoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga untuk belajar mengajar merupakan tempat untuk menerima dan memberi pelajaran serta sebagai salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang representasi kekuasaan pada tindak tutur

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah 0 TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG Oleh: Winda Elmita 1, Ermanto 2, Ellya Ratna 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Jenis tindak tutur dalam iklan kampanye

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI MTs RIADHUS SHOLIHIN KOTO BARU KABUPATEN SIJUNJUNG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI MTs RIADHUS SHOLIHIN KOTO BARU KABUPATEN SIJUNJUNG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI MTs RIADHUS SHOLIHIN KOTO BARU KABUPATEN SIJUNJUNG Yossie Ana Welvi, Ermanto, Hasanuddin WS Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dalam proses pembelajaran olahraga pada siswa kelas XI SMA Negeri 2

III. METODE PENELITIAN. dalam proses pembelajaran olahraga pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 35 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Deskriptif Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk implikatur percakapan dalam proses pembelajaran olahraga pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Bandarlampung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode pada dasarnya adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk percakapan yang mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di kelas. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis BAB III METODE PENELITIAN Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis penelitian, data dan sumber data, pengembangan instrumen, prosedur pengumpulan data, dan prosedur pengolahan

Lebih terperinci

TUTURAN RESPONSIF SISWA TERHADAP TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM WACANA INTERAKSI KELAS DI SMA NEGERI 1 BATU

TUTURAN RESPONSIF SISWA TERHADAP TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM WACANA INTERAKSI KELAS DI SMA NEGERI 1 BATU TUTURAN RESPONSIF SISWA TERHADAP TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM WACANA INTERAKSI KELAS DI SMA NEGERI 1 BATU Siska Indri Febriana * Imam Suyitno Widodo Hs. E-mail: fchizka@gmail.com Universitas Negeri Malang,

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan jalan yang ditempuh peneliti dalam menuju ke pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur kerja bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Ada dua cara untuk dapat melakukan

Lebih terperinci

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia   ABSTRAK REALISASI PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN SMA MUHAMMADIYAH PURWOREJO TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMA Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Oleh Atik Kartika Nurlaksana Eko Rusminto Mulyanto Widodo Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan 1 BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Bahasa merupakan produk budaya yang paling dinamis dalam pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan pemikiran, permintaan, dan perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penulis menggunakan metode kualitatif-deskriptif di dalam penelitian ini, di

III. METODE PENELITIAN. Penulis menggunakan metode kualitatif-deskriptif di dalam penelitian ini, di III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penulis menggunakan metode kualitatif-deskriptif di dalam penelitian ini, di mana akan dibuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data yang diteliti.

Lebih terperinci

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS Ahmad Fadilahtur Rahman Guru Bahasa Indonesia SMPN 4 Situbondo Email: fadilahtur_rahman@yahoo.com Abstract: This study aimed to describe the form

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur

Lebih terperinci

KAJIAN PRAGMATIK TERHADAP TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU SMA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI KELAS

KAJIAN PRAGMATIK TERHADAP TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU SMA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI KELAS KAJIAN PRAGMATIK TERHADAP TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU SMA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI KELAS Mulyani SMA Negeri 1 Ponorogo yani71_lingua@yahoo.co.id Abstrak Tindak tutur guru memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DAN RESPON SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS IX SMP NEGERI 26 PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DAN RESPON SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS IX SMP NEGERI 26 PADANG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DAN RESPON SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS IX SMP NEGERI 26 PADANG Oleh: Melisa Eki Saputri 1, Emidar 2, Ermawati Arief 3 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan sesama anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. (SMA) Muhammadiyah 1 Karanganyar yang beralamat di Jl. Brigjen Slamet

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. (SMA) Muhammadiyah 1 Karanganyar yang beralamat di Jl. Brigjen Slamet digilib.uns.ac.id 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat atau lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 1 Karanganyar yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BENTUK, FUNGSI DAN JENIS TINDAK TUTUR DALAM KOMUNIKASI SISWA DI KELAS IX UNGGULAN SMP PGRI 3 DENPASAR. Ni Nyoman Ayu Ari Apriastuti

BENTUK, FUNGSI DAN JENIS TINDAK TUTUR DALAM KOMUNIKASI SISWA DI KELAS IX UNGGULAN SMP PGRI 3 DENPASAR. Ni Nyoman Ayu Ari Apriastuti BENTUK, FUNGSI DAN JENIS TINDAK TUTUR DALAM KOMUNIKASI SISWA DI KELAS IX UNGGULAN SMP PGRI 3 DENPASAR Ni Nyoman Ayu Ari Apriastuti Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia Email : apriastuti83@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian tertentu, berdasarkan teknik pendekatannya dapat dikaji melalui 2 cara yakni melalui metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan secara mendalam tingkat kemampuan berpikir siswa berdasarkan teori Bruner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis

Lebih terperinci

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 11 No. 2 (2016) 21 31

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 11 No. 2 (2016) 21 31 LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : 0216-7433 Vol. 11 No. 2 (2016) 21 31 KESANTUNAN DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR DI SMP ANGGREK BANJARMASIN Haswinda Harpriyanti 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesantunan dalam berbahasa di lingkungan masyarakat dan sekolah sangatlah penting, karena dengan bertutur dan berkomunikasi dengan santun dapat menjaga nilai diri sebagai

Lebih terperinci

OLEH: DENIS WAHYUNI NPM:

OLEH: DENIS WAHYUNI NPM: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF DALAM KOMUNIKASI PENJUAL DAN PEMBELI DI DEPOT SATE DAN GULE HAJI UMAR DESA SUMBEREJO KECAMATAN NGASEM KABUPATEN KEDIRI ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi

Lebih terperinci

OLEH: SURAHMAT NPM:

OLEH: SURAHMAT NPM: TINDAK TUTUR DALAMVIDEO PRAKTIK MENGAJAR (MICRO TEACHING) MAHASISWATINGKAT 3A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI ANGKATAN TAHUN 2011 ARTIKEL SKRIPSI

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER. Suci Indah Karunia

KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER. Suci Indah Karunia KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER Suci Indah Karunia Suciindah590@gmail.com Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi Pena pppp Vol.7,m,m[Type No.2 text]njnj Desember 2017 ISSN 2089-3973 PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi ABTRACT The results of this

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah media komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam berhubungan dengan dunia di luar dirinya. Hal itu berarti bahwa fungsi utama bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yg dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam proposal ini adalah pendekatan kualitatif. Yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam proposal ini adalah pendekatan kualitatif. Yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam proposal ini adalah pendekatan kualitatif. Yaitu suatu prosedur penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang kepada orang lain,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memerlukan manusia lain untuk memenuhi segala kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. 1. Pendekatan Kualitatif Pendekatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan peranan yang sangat penting, tanpa bahasa manusia tidak akan bisa sempurna dalam berinteraksi. Manusia dapat memenuhi semua kebutuhan sosialnya

Lebih terperinci

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juli 2015 IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG.

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juli 2015 IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG. IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG Oleh Lismayana Nurlaksana Eko Rusminto Siti Samhati Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail:

Lebih terperinci

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH 1. Pendahuluan KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK Ratna Zulyani Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi bagi kehidupan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA SUTRADARA HERWIN NOVIANTO, RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Sri Utami Fatimah Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian 109 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan

Lebih terperinci

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH UTAMA DALAM FILM KEHORMATAN DI BALIK KERUDUNG SUTRADARA TYA SUBIYAKTO DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA DI KELAS X SMA Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan

Lebih terperinci

Tindak Tutur Direktif Guru Perempuan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI SMA

Tindak Tutur Direktif Guru Perempuan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI SMA Tindak Tutur Direktif Guru Perempuan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI SMA Oleh: Iros Niya Wati; Nurlaksana Eko Rusminto; Bambang Riadi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh

Lebih terperinci

Pena. Vol 5 No.2 Desember 2015 ISSN

Pena. Vol 5 No.2 Desember 2015 ISSN TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN SISWA TAMAN KANAK-KANAK PERTIWI DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR Novita Carolina, Sudaryono* FKIP Universitas Jambi ABSTRACT This study is aimed to describe the types and

Lebih terperinci

KAJIAN PRAGMATIK PERCAKAPAN GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA ADVENT BALIKPAPAN

KAJIAN PRAGMATIK PERCAKAPAN GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA ADVENT BALIKPAPAN KAJIAN PRAGMATIK PERCAKAPAN GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA ADVENT BALIKPAPAN 1 Indah Ika Ratnawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Balikpapan Jl. Pupuk Raya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci