Ta mba h a n P en gh a sil a n B agi PN S d i Dae r a h

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ta mba h a n P en gh a sil a n B agi PN S d i Dae r a h"

Transkripsi

1 Ta mba h a n P en gh a sil a n B agi PN S d i Dae r a h

2 SERI MODEL TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH Tunjangan Kesejahteraan Daerah Kabupaten Solok, Kota Pekanbaru, Propinsi Gorontalo, dan Kabupaten Jembrana Komisi Pemberantasan Korupsi Direktorat Penelitian dan Pengembangan 2006 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 1i

3 Komisi Pemberantasan Korupsi Deputi Pencegahan Direktorat Penelitian dan Pengembangan TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH Tunjangan Kesejahteraan Daerah Kabupaten Solok, Kota Pekanbaru, Propinsi Gorontalo, dan Kabupaten Jembrana Tim Penyusun : Mochammad Jasin Aida Ratna Zulaiha Luthfi Ganna Sukardi Dian Patria Diterbitkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Oktober 2006 ISBN : Jl. Ir. H. Juanda No. 36 Jakarta 10110, Indonesia Telp. (021) Fax. (021) iii TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

4 Daftar Isi Halaman Daftar isi iii-iv Sambutan Dirjen BAKD-Depdagri 7 Kata Pengantar 10 Kondisi Umum 11 Manfaat Tunjangan Kesejahteraan 12 Analisis Pelaksanaan Tunjangan Kesejahteraan di empat Daerah 12 Panduan Penetapan Tambahan Penghasilan kepada PNS 14 I. Kabupaten Solok 17 Latar Belakang 17 A. Tahap Perencanaan 17 A1. Kegiatan yang Dilakukan 17 A2. Masalah yang Dihadapi 19 A3. Penyelesaian Masalah 19 B. Tahap Realisasi 19 B1. Kegiatan yang Dilakukan 19 B2. Masalah yang Dihadapi 22 C. Tahap Pelaksanaan Tunjangan Daerah 22 C1. Kegiatan yang Dilakukan 22 C2. Masalah yang Dihadapi 31 D. Pengembangan Tunjangan Daerah 31 E. Bagan Proses Penyusunan Tunjangan Daerah Kabupaten Solok 31 F. Respon Tunjangan Daerah 32 F1. Pegawai yang meningkat Pendapatannya 32 F2. Pegawai yang menurun Pendapatannya 33 II. Provinsi Gorontalo 34 Latar Belakang 34 A. Tahap Perencanaan 35 A1. Kegiatan yang Dilakukan 35 A2. Masalah yang Dihadapi 36 A3. Penyelesaian Masalah 36 B. Tahap Realisasi 36 B1. Kegiatan yang Dilakukan 36 B2. Masalah yang Dihadapi 37 B3. Penyelesaian Masalah 37 C. Tahap Pelaksanaan Tunjangan Kinerja Daerah 38 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 3iii

5 Halaman C1. Kegiatan yang Dilakukan 38 C2. Masalah yang Dihadapi 56 C3. Penyelesaian Masalah 56 D. Bagan Proses Penyusunan Tunjangan Kinerja Daerah Provinsi Gorontalo 57 D1. Tahap Konsep Tunjangan Kinerja Daerah 57 D2. Tahap Proses Penyusunan Tunjangan Kinerja Daerah 58 E. Respon Tunjangan Kinerja Daerah 59 III. Kota Pekanbaru 60 Latar Belakang 60 A. Tahap Perencanaan 60 A1. Kegiatan yang Dilakukan 60 A2. Masalah yang Dihadapi 61 A3. Penyelesaian Masalah 61 B. Tahap Realisasi 61 B1. Kegiatan yang Dilakukan B2. Masalah yang Dihadapi 63 C. Tahap Pelaksanaan Tunjangan Penghasilan dan Peningkatan Kesejahteraan 63 C1. Kegiatan yang Dilakukan 63 C2. Masalah yang Dihadapi 69 D. Pengembangan TPPK 69 E. Bagan Proses Penyusunan TPPK Kota Pekanbaru 69 F. Respon Tunjangan Penghasilan dan Peningkatan Kesejahteraan 70 IV. Kabupaten Jembrana 71 Latar Belakang 71 A. Tahap Perencanaan 72 A1. Kegiatan yang Dilakukan 72 A2. Masalah yang Dihadapi 72 B. Tahap Realisasi 72 B1. Kegiatan yang dilakukan 72 B2. Masalah yang Dihadapi 73 C. Tahap Pelaksanaan Tunjangan Daerah 73 C1. Kegiatan yang Dilakukan 73 C2. Masalah yang Dihadapi 78 D. Pengembangan Tunjangan Daerah 78 iv 4 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

6 Halaman E. Bagan Proses Penyusunan Tunjangan Daerah Kabupaten Jembrana 78 F. Respon Tunjangan Daerah 79 V. Lampiran-lampiran Keputusan Bupati Solok No.267/BUP-2004 tentang Pemberian 80 Tunjangan Daerah bagi Bupati, Wakil Bupati, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Lingungan PemerintahKabupaten Solok Tahun Anggaran Keputusan Bupati Solok No.120/BUP-2005 tentang Pemberian 84 Tunjangan Daerah bagi Bupati, Wakil Bupati, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Lingungan Pemerintah Kabupaten Solok Tahun Anggaran Keputusan Bupati Solok No.117/BUP-2006 tentang Pemberian 89 Tunjangan Daerah bagi Bupati, Wakil Bupati, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Lingungan Pemerintah Kabupaten Solok Tahun Peraturan Gubernur Gorontalo Nomor 45 Tahun 2005 tentang 93 Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) Tahun Anggaran Keputusan Walikota Pekanbaru Nomor: 30/910-DASK/ tentang Pengesahan Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK) Dinas Koperasi dan UKM Kota Pekanbaru Tahun Keputusan Walikota Pekanbaru No.15 Tahun 2006 tentang 107 Pemotongan Tunjangan Penghasilan dan Peningkatan Kesejahteraan bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Pekanbaru 4.1. Keputusan Bupati Jembrana No.45/Kepeg/2006 tentang 109 Pemberian Uang Tunjangan Kesejahteraan Berupa Tunjangan Daerah kepada Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pemerintah Kabupaten. Jembrana Tahun Anggaran 2006 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 5

7 Halaman 4.2. Keputusan Bupati Jembrana No.46/Kepeg/2006 tentang 111 Pemberian Uang Tunjangan Kesejahteraan Berupa Tunjangan Daerah kepada Pejabat Struktural di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Jembrana Tahun Anggaran Keputusan Bupati Jembrana No.47 /Kepeg/2006 tentang 113 Pemberian Uang Tunjangan Kesejahteraan Berupa Tunjangan Daerah kepada Pejabat Fungsional Auditor, Fungsional Perencana dan Fungsional Arsiparis di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Jembrana Tahun Anggaran Keputusan Bupati Jembrana No.48 /Kepeg/2006 tentang 115 Pemberian Uang Tunjangan Kesejahteraan Berupa Tunjangan Daerah kepada Staf Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Harian di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Jembrana Tahun Anggaran Keputusan Bupati Jembrana No.208 /DIKBUDPAR/ tentang Pemberian Tunjangan Tambahan Jam Mengajar dan Tugas-Tugas Tertentu dalam rangka Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar di Sekolah 4.6. Keputusan Bupati Jembrana No.356 /Kepeg/2006 tentang 121 Pemberian Uang Tunjangan Kesejahteraan Berupa Tunjangan Daerah bagi Petugas Khusus di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Jembrana Tahun Anggaran Contoh Bukti Kwitansi dari Pemegang Kas Unit Kerja ke 123 Perwakilan yang Membagikan Tunjangan Daerah di Kantor Diklat Daerah Kab. Jembrana 6 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

8 SAMBUTAN Direktur Jenderal Bina Administrasi Keuangan Daerah Departemen Dalam Negeri Kami menyambut baik atas buku yang diterbitkan oleh Direktorat Penelitian dan Pengembangan, Deputi Pencegahan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tentang Tambahan Penghasilan bagi Pegawai Negeri Sipil di Daerah dalam bentuk Tunjangan Kesejahteraan Daerah. Kami menyadari bahwa standar pemberian tunjangan di daerah saat ini masih sangat beragam. Kebijakan pemberian tunjangan cenderung menunjukkan adanya ketimpangan pendapatan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Di satu bagian yang karena sifat pekerjaan atau jabatannya, dalam satu tahunnya seorang pegawai/pejabat dapat menerima berbagai macam honor yang tidak jelas dasar hukumnya, sementara di lain bagian seorang pegawai tidak pernah menerima satu honorpun. Keadaan ini bila tidak segera ditertibkan akan menimbulkan ketidakharmonisan lingkungan kerja dan tentu akan berdampak terhadap produktifitas kerja pegawai. Kepada daerah-daerah seperti Pemerintah Kabupaten Solok, Pemerintah Kota Pekanbaru, Pemerintah Kabupaten Jembrana, dan Pemerintah Provinsi Gorontalo serta daerah lain yang terlebih dahulu melaksanakan kebijakan pemberian Tunjangan Kinerja/Kesejahteraan Daerah dengan menghapuskan berbagai macam honor tersebut tentunya Kami menyampaikan penghargaan atas inisiatif tersebut. Buku yang berisi pengalaman daerah-daerah tersebut dalam memulai pemberlakuan kebijakan Tunjangan Kinerja/Kesejahteraan Daerah ini, Kami yakini akan memberikan inspirasi kepada daerah lain untuk memulai pemberlakuan kebijakan Tunjangan Kinerja/Kesejahteraan Daerah atau dengan numenklatur baru Tambahan Pengahasilan bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah. Dengan dasar pertimbangan bahwa beberapa daerah telah mampu terlebih dahulu memulainya, tentunya tidak ada alasan bagi daerah lain untuk tidak segera mengikutinya. Kami mempercayai bahwa pada saat para penegak hukum menjalankan tugasnya secara konsisten dengan menindak tegas para pelaku korupsi, serta gencarnya desakan berbagai pihak untuk mendorong dilakukannya TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 7

9 reformasi sistem dan birokrasi untuk menghilangkan peluang bagi pegawai untuk melakukan korupsi, maka kebijakan untuk memberikan tambahan penghasilan bagi pegawai negeri sipil daerah dengan dasar hukum yang jelas dapat menjadi salah satu alternatif solusi untuk mencegah terjadinya korupsi sebagai akibat desakan pemenuhan kebutuhan hidup primer (corruption by need). Oleh karenanya kami mengharapkan agar daerah-daerah yang terlebih dahulu memberlakukan kebijakan tunjangan kinerja/kesejahteraan tersebut secara bertahap menyesuaikan kepada aturan perundangan yang baru dibidang pengelolaan keuangan daerah yakni Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai pengganti dari Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kepmendagri Nomor 29 tahun Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tersebut mengatur tentang penganggaran tambahan penghasilan bagi pegawai negeri sipil daerah dengan kriteria: a) Tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja b) Tambahan penghasilan berdasarkan tempat bertugas c) Tambahan penghasilan berdasarkan kondisi kerja d) Tambahan penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi e) Tambahan penghasilan berdasarkan prestasi kerja. Kami juga menghimbau agar daerah yang telah memberikan tunjangan ataupun yang baru akan mulai memberlakukan kebijakan ini kiranya dapat melaksanakan secara benar kedua aturan diatas, serta berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun anggaran Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap berhasilnya program ini. Semoga buku yang akan disebarluaskan ini dapat menjadi media yang memudahkan bagi daerah lain untuk memulai pemberlakuan Tunjangan Kinerja/Kesejahteraan Daerah. 8 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

10 Terima kasih, Jakarta, November 2006 Direktur Jenderal Bina Administrasi Keuangan Daerah Departemen Dalam Negeri Daeng M. Nazier TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 9

11 KATA PENGANTAR Puji Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan rachmat dan karunia-nya penyusunan model Tunjangan Kesejahteraan Daerah dalam rangka penerapan sebagian prinsip tata kelola pemerintahan yang baik telah dilaksanakan dengan baik oleh Tim Peneliti Direktorat Litbang KPK. Dalam rangka penyusunan model ini, Tim Peneliti melakukan studi dengan mengunjungi langsung obyek studi meliputi beberapa wilayah yang dipilih yaitu Pemerintah Kabupaten Solok; Pemerintah Kota Pekanbaru; Pemerintah Kabupaten Jembrana dan Pemerintah Provinsi Gorontalo. Studi dilakukan dengan pendekatan deskriptif komparatif dengan mengumpulkan informasi yang berasal dari masing-masing wilayah yang dilakukan studi. Informasi yang dihimpun dalam studi yang kemudian ditampilkan dalam bentuk model meliputi latar belakang masing-masing daerah dalam kaitannya dengan tingkat kesejahteraan pegawai, tahap perencanaan tunjangan daerah, tahap realisasi dan tahap pelaksanaan tunjangan daerah. Tanggapan pegawai terhadap pelaksanaan tunjangan daerah dan pengembangan tunjangan daerah juga diinformasikan dalam model ini. Model yang berdasarkan pengalaman 4 daerah ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan bagi daerah lain yang akan menerapkan pemberian tunjangan kesejahteraan daerah yang dikaitkan dengan kinerja pegawai, agar dalam pengambilan kebijakan dapat menghindarkan pengalaman-pengalaman yang kurang baik yang dialami oleh daerah tertentu, dan di lain pihak dapat belajar dari daerah yang telah berhasil dalam melakukan tunjangan tersebut. Kami berterima kasih kepada semua pihak, terutama kepada empat pemerintah daerah yang telah memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan studi sehingga menghasilkan model Tunjangan Kesejahteraan Daerah ini. Kami menyadari bahwa model tunjangan kesejahteraan berdasarkan pengalaman 4 daerah yang dituangkan dalam tulisan ini masih sangat banyak kekurangannya, sehingga saran dan masukan untuk penyempurnaannya sangat diharapkan. Terima kasih, Jakarta, Oktober 2006 Direktur Penelitian dan Pengembangan KPK 10 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

12 KONDISI UMUM Sistem penggajian kepegawaian sangat berkait dengan kinerja aparatur pemerintah. Tingkat gaji yang tidak memenuhi standar hidup minimal pegawai merupakan masalah sulit yang harus dituntaskan penyelesaiannya. Aparatur Pemerintah yang merasa penghasilan yang diterimanya tidak sesuai dengan kontribusi yang diberikannya dalam menjalankan tugas pokoknya tidak akan dapat secara optimal melaksanakan tugas pokoknya tersebut. Untuk itulah, beberapa pimpinan daerah yang memiliki kewenangan tertinggi dalam pemerintahannya menyadari betapa masalah ini harus dicarikan solusi yang elegan dan tuntas. Pemberian Tunjangan Kesejahteraan kepada pegawai di luar gaji tetap yang mereka terima setiap bulannya merupakan salah satu upaya mendekatkan tingkat penghasilan PNS dengan pemenuhan standar hidup minimal. Sebelum tunjangan kesejahteraan benar-benar dilaksanakan dalam satu daerah, diperlukan langkah-langkah strategis dan taktis sehingga dalam pelaksanaannya nanti tidak mendapatkan masalah. Umumnya langkahlangkah tersebut berbeda tiap daerah, tergantung kondisi dan permasalahan yang dihadapi masing-masing daerah. TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 11

13 Langkah-langkah nyata dan tahap-tahap yang dilakukan oleh daerah-daerah yang telah lebih dulu menerapkan tunjangan kesejahteraan bagi pegawainya bisa dijadikan contoh oleh daerah-daerah (kepala daerah) lain yang ingin menerapkannya. Variasi daerah yang ditampilkan memudahkan kepala daerah memilih contoh daerah mana yang paling sesuai dengan kondisi daerahnya saat ini. MANFAAT TUNJANGAN KESEJAHTERAAN 1. Pegawai merasa mendapatkan penghargaan yang layak dari pemerintah. 2. Meningkatkan motivasi kerja pegawai, terutama untuk tunjangan kesejahteraan yang dikaitkan dengan kinerja. 3. Menghilangkan istilah meja mata air dan meja air mata, atau lahan basah dan lahan kering. 4. Meningkatkan pendapatan pegawai, sehingga standart biaya hidup minimal bisa dicapai. ANALISIS PELAKSANAAN TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DI EMPAT DAERAH Konsep pemberian tunjangan kesejahteraan daerah berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan PNS daerah secara merata. Caranya adalah dengan menata ulang kebijakan pemberian tunjangan dengan menghapuskan pemberian berbagai macam honor, kemudian jumlah honor yang dihapuskan dikelola secara legal dan diberikan dalam bentuk tunjangan resmi kepada seluruh pegawai. Pemberian tunjangan kesejahteraan tersebut didasarkan kriteria tertentu misal kehadiran dan prestasi kerja. Ditinjau dari tahap perencanaan pemberlakuan kebijakan tunjangan daerah pada daerah yang diteliti, daerah umumnya sudah memulai dengan cara yang cukup terstruktur dimulai dari penetapan dasar hukum, melakukan sosialisasi secara internal, dan menghitung sumberdana. Konsep pemberian tunjangan daerah pada awalnya akan mendapat hambatan khususnya oleh pegawai pada golongan atas yang sudah terbiasa menerima berbagai macam honor, sedangkan pegawai dari eselon IV ke bawah serta pegawai fungsional yang jumlahnya lebih besar, pada umumnya menyambut positif gagasan ini. 12 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

14 Perencanaan untuk memberlakukan tunjangan daerah ini diidentifikasi merupakan inisiatif murni dari pimpinan atau setelah ada keinginan mencontoh daerah lain yang telah memulai terlebih dahulu kebijakan pemberian tunjangan kesejahteraan. Oleh karenanya dapat difahami bahwa penetapan tunjangan ini bukan merupakan tekanan dari pihak luar. Sebagaimana diidentifikasi bahwa dasar hukum yang diacu oleh daerah yang diteliti adalah Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000 dan peraturan Menteri Dalam Negeri No. 29 tahun 2002, dimana dalam pasal yang mengatur tentang tambahan penghasilan bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah tidak mewajibkan kepada daerah untuk melaksanakannya, jadi hanya memberikan rambu-rambu bagi daerah tertentu yang ingin melaksanakannya. Sehingga bagi pimpinan daerah dalam hal ini Gubernur/Bupati/Walikota yang tidak sukarela memulai untuk merintis kebijakan ini, maka kebijakan tunjangan daerah ini akan sulit terwujud. Akibatnya PNS daerah sebagian besar tetap hanya menerima gaji saja setiap bulannya. Dalam tahap pelaksanaan penetapan kebijakan pemberian tunjangan kesejahteraan daerah, sebagian daerah tidak memiliki konsep pengukuran yang baku dan tidak ada orientasi khusus pada peningkatan prestasi dan produktifitas kerja. Pada umumnya daerah yang memberikan tunjangan kesejahteraan lebih menekankan kepada azas pemerataan dan kesejahteraan semata, dengan cara mengkaitkannya dengan bukti kehadiran. Pemerintah Provinsi Gorontalo telah memulai menetapkan pengukuran yang didasarkan atas kinerja, namun aspek subyektifitas penilai menjadi lebih menonjol karena kompleksitas sifat pekerjaan yang tidak mudah untuk diseragamkan cara pengukurannya. Ditinjau dari dampak terhadap motivasi kerja pegawai, tunjangan kesejahteraan daerah justru lebih banyak membawa iklim kebersamaan PNS daerah. Rasa kecemburuan terhadap unit lain yang semula menjadi pemicu demotivasi dalam bekerja, menjadi berkurang bahkan tidak ada karena besarnya gaji dan tunjangan yang diterima pegawai di tiap unit relatif merata. Namun apabila ditinjau dari dampak motivasi pegawai untuk meraih prestasi kerja yang tinggi sebagai salah satu dampak yang diharapkan dari penetapan tunjangan kesejahteraan daerah ini, terlihat bahwa harapan tersebut belum dapat dicapai. Namun catatan absen menunjukkan bahwa tingkat kehadiran TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 13

15 pegawai meningkat dibanding dengan sebelum diberlakukannya tunjangan kesejahteraan derah. Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penyusunan tunjangan kesejahteraan daerah perlu ditetapkan suatu pengukuran yang baku dan mengarah kepada prestasi kerja, sehingga pegawai termotivasi untuk meningkatkan prestasi kerjanya. PANDUAN PENETAPAN TAMBAHAN PENGHASILAN KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH Bagi daerah yang telah menetapkan tunjangan kesejahteraan serta daerah lain yang akan memberlakukan kebijakan pemberian tunjangan kesejahteraan, maka harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Aspek hukum sebagai dasar yang dipakai dalam acuan penetapan pemberian tunjangan kesejahteraan daerah hendaknya mengacu kepada aturan perundangan yang baru di bidang pengelolaan keuangan daerah yakni Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai pengganti dari Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kepmendagri Nomor 29 tahun Agar dapat melaksanakan secara benar dari kedua aturan diatas maka daerah harus berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun anggaran Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 merupakan payung dan dasar hukum bagi Pemerintah Daerah dalam memberikan sejumlah tambahan penghasilan kepada pegawai negeri sipilnya. Dimana pada peraturan ini pasal 63 Ayat (2) berbunyi Pemerintah daerah dapat memberikan tambahan penghasilan kepada pegawai negeri sipil daerah berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan dalam pasal penjelasannya yang dimaksudkan dengan tambahan penghasilan yang diberikan kepada pegawai negeri sipil dalam rangka peningkatan 14 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

16 kesejahteraan pegawai adalah berdasarkan prestasi kerja, tempat bertugas, kondisi kerja dan kelangkaan profesi. 3. Penjabaran Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dimaksud telah diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang mengatur tentang penganggaran bagi tambahan penghasilan bagi pegawai negeri sipil daerah yang terdapat pada Lampiran A.VIII dengan Kode Rekening Belanja Daerah pada Kode Rekening bab Tambahan Penghasilan PNS dengan kriteria: a. Tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja b. Tambahan penghasilan berdasarkan tempat bertugas c. Tambahan penghasilan berdasarkan kondisi kerja d. Tambahan penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi e. Tambahan penghasilan berdasarkan prestasi kerja 4. Kepala Daerah dihimbau segera dapat menetapkan standar dan kriteria tambahan penghasilan yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Kepala Daerah sebagai penjabaran Permendagri Nomor 13 Tahun Sejalan dengan itu dalam penetapan belanja pegawai, kepala daerah diharap memperhatikan hal-hal berikut: a) Besarnya penyediaan gaji pokok/tunjangan Pegawai Negeri Sipil Daerah agar mempedomani ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2005 tentang Perubahan Ketujuh Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil; b) Penganggaran gaji dan tunjangan ketiga belas PNS dan tunjangan jabatan struktural/fungsional dan tunjangan lainnya dibayarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c) Dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan produktivitas Pegawai Negeri Sipil Daerah, khususnya bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah yang tidak menerima tunjangan jabatan struktural, tunjangan jabatan fungsional atau yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan, diberikan Tunjangan Umum setiap bulan. Besarnya Tunjangan Umum dimaksud agar berpedoman pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 tentang Tunjangan Umum Bagi Pegawai Negeri Sipil; TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 15

17 d) Penyediaan dana penyelenggaraan asuransi kesehatan yang dibebankan pada APBD agar berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2003 tentang Subsidi dan Iuran Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun serta Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 616.A/MENKES/SKB/VI/2004 Nomor 155 A Tahun 2004 tentang Tarip Pelayanan Kesehatan bagi Peserta PT. Askes (Persero) dan Anggota Keluarganya di Puskesmas dan di Rumah Sakit Daerah; e) Dalam merencanakan belanja pegawai supaya diperhitungkan accres gaji paling tinggi 2,5% yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga, dan penambahan jumlah pegawai akibat adanya mutasi; f) Pegawai Negeri Sipil Daerah yang diperbantukan pada BUMD, BUMN, atau unit usaha lainnya, pembayaran gaji dan penghasilan lainnya menjadi beban BUMD, BUMN, atau unit usaha yang bersangkutan; g) Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, Pemerintah Daerah tidak diperkenankan mengangkat pegawai honorer/ pegawai harian lepas/pegawai tidak tetap. Pemberian penghasilan bagi pegawai honorer/pegawai harian lepas/pegawai tidak tetap yang sudah ada dianggarkan menyatu dengan program kegiatan yang melibatkan pegawai dimaksud yang besarnya ditetapkan dengan keputusan kepala daerah berdasarkan asas kepatutan dan kewajaran; h) Pemberian honorarium bagi PNS supaya dibatasi dengan mempertimbangkan asas efisiensi, kepatutan dan kewajaran serta pemerataan penerimaan penghasilan, yang besarannya ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. 16 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

18 I. KABUPATEN SOLOK LATAR BELAKANG Sampai Tahun 2004, di lingkungan Pemkab. Solok terdapat istilah meja mata air dan meja air mata. Istilah ini muncul berkaitan dengan adanya unit kerja/ pegawai/pejabat yang sering terlibat dalam kegiatan proyek-proyek dan kepanitiaan. Mereka inilah yang mendapat penghasilan lebih dalam bentuk honor-honor, yang mereka sebut sebagai meja mata air. Sementara ada unit kerja/pegawai lain yang sama sekali tidak pernah terlibat dalam kegiatan proyek/kepanitiaan tersebut. Sumber pendapatan setiap bulannya hanya dari gaji dan tidak ada kelebihannya. Inilah yang mereka sebut meja air mata. Perbedaan penghasilan tersebut mengakibatkan terjadinya saling iri dan curiga antar pegawai sehingga suasana kerja menjadi tidak sehat. Terjadi penurunan kinerja pegawai yang tidak pernah menerima honor selain gaji pokok. Pegawai yang tidak pernah menerima honor dan hanya menjadi saksi bagi rekan mereka yang menerima menjadi suatu kelompok tersendiri yang kemudian secara berangsur-angsur mengurangi kontribusi mereka dalam pelaksanaan tugas yang akhirnya menghambat penyelesaian tugas pokok mereka sendiri. Bahkan apabila kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, pegawai-pegawai tersebut mulai mengganggu produktivitas pemerintah kabupaten Solok secara keseluruhan. Bupati Solok waktu itu, sangat menyadari kondisi tersebut dan berusaha mencari solusi yang paling tepat. A. TAHAP PERENCANAAN A1. Kegiatan Yang Dilakukan 1. Bupati Solok melemparkan usulan kepada Pejabat Eselon II (dalam sebuah rapat). Isi usulan tersebut adalah: 1) Menghapuskan honor-honor proyek dan kegiatan di lingkungan Pemkab. Solok. 2) Mengumpulkan honor-honor yang tersebar di seluruh dinas/badan di lingkungan pemerintah Kabupaten Solok. 3) Membagikan secara proporsional honor-honor tersebut kepada seluruh pegawai di lingkungan Pemkab. Solok dalam bentuk TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 17

19 Tunjangan Daerah 2. Pembahasan atas usul Bupati, dilakukan oleh Bupati, Wakil Bupati dan Pejabat Eselon II. Isi pembahasan meliputi: 1) Pencarian Dasar hukum pemberian tunjangan daerah (dalam bentuk Undang-undang maupun Peraturan Pemerintah). Dasar hukum ditemukan, yaitu PP No. 105 Tahun 2000, khususnya Pasal 29 ayat 2, yang berbunyi: Pegawai Negeri Sipil Daerah dapat diberikan tambahan penghasilan berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan Keuangan Daerah dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2) Penyadaran (sosialisasi) kepada pegawai di lingkungan Pemkab. Solok sehubungan dengan kerelaan dalam melepaskan honor dan diganti dengan tunjangan kesejahteraan. 3) Menghitung jumlah honor-honor di seluruh dinas/badan yang dibagikan pada tahun Pada Tahun 2004, terhitung 14,7 Miliar honor-honor yang tersebar di seluruh instansi dalam lingkungan Pemkab. Solok yang dibagikan ke sebagian kecil pegawai. 4) Melakukan pendistribusian secara proporsional nilai honor 14,7 Miliar tersebut kepada seluruh kelompok pegawai di lingkungan Pemkab. Solok. 5) Mempersiapkan dasar hukum Tunjangan Daerah Kabupaten Solok dalam bentuk SK Bupati. Waktu yang dibutuhkan dalam pembahasan Tunjangan Daerah lebih kurang 6 bulan. 3. Bupati menyampaikan usul kepada DPRD mengenai hasil pembahasan Tunjangan Daerah di Tingkat Pemerintah kabupaten untuk minta persetujuan DPRD. 4. DPRD mendiskusikan dan menyetujui usulan Bupati mengenai penetapan Tunjangan Daerah di Lingkungan Pemkab. Solok. DPRD setuju karena pada dasarnya pemberian tunjangan daerah tidak menambah anggaran pada APBD, bentuknya hanya pengalihan penggunaan saja, yang sebelumnya dalam bentuk honor menjadi tunjangan daerah. 18 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

20 A2. Masalah yang Dihadapi 1. Resistensi dari sebagian kecil pegawai pada awal ide penghapusan honor disampaikan oleh Bupati. Hal tersebut terjadi karena pegawai tersebut akan kehilangan sebagian sumber pendapatannya dengan pengganti (tunjangan daerah) yang relatif kecil bila dibandingkan dengan honor yang mereka terima sebelumnya. 2. Kurangnya pengetahuan dan bench mark dalam rangka merencanakan program tunjangan daerah, karena Kabupaten Solok merupakan salah satu pemula dalam program pemberian tunjangan kesejahteraan ini. Hal ini berakibat waktu yang dibutuhkan dalam pembahasan cukup lama. A3. Penyelesaian Masalah 1. Bupati melakukan sosialisasi secara intensif dan tegas sampai sebagian kecil pegawai (pejabat) yang semula resisten terhadap usulan penggantian honor menjadi tunjangan daerah bisa menerima secara ikhlas keputusan tersebut. 2. Melakukan kajian sendiri dengan mencari sumber-sumber data yang relevan. Dalam melakukan kajian ini, bupati terlibat langsung. B. TAHAP REALISASI B1. Kegiatan yang Dilakukan 1. Penetapan Keputusan Bupati Solok No. 267/BUP-2004, tentang Pemberian Tunjangan Daerah bagi Bupati, Wakil Bupati, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Solok Tahun Anggaran Isi Keputusan Bupati Solok No. 267/BUP-2004, dapat dilihat pada lampiran 1.1 Selanjutnya di tahun-tahun berikutnya Keputusan Bupati tersebut selalu diperbaharui. Walaupun dengan isi yang relatif sama, Keputusan Bupati tersebut sudah diperbaharui 2 kali tahun anggaran, sebagai berikut: 1) Penetapan Keputusan Bupati Solok No. 120/BUP-2005, tentang Pemberian Tunjangan Daerah bagi Bupati, Wakil Bupati, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Solok Tahun Anggaran Isi Keputusan Bupati Solok No. 120/BUP-2005 dapat dilihat pada tabel lampiran 1.2 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 19

21 2) Penetapan Keputusan Bupati Solok No. 117/BUP-2006, tentang Pemberian Tunjangan Daerah bagi Bupati, Wakil Bupati, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Solok Tahun Isi Keputusan Bupati Solok No. 117/BUP-2006 dapat dilihat pada lampiran Realisasi Keputusan Bupati Solok tentang Tunjangan Daerah ke dalam APBD Kabupaten Solok yang ditetapkan berdasarkan PeraturanBupati. - Peraturan Bupati Solok Nomor 2 Tahun 2005 tentang Sistem dan Prosedur Pelaksanaan APBD Kabupaten Solok Tahun Anggaran Peraturan Bupati Solok Nomor 3 Tahun 2006 tentang Sistem dan Prosedur Pelaksanaan APBD Kabupaten Solok Tahun Anggaran 2006 Contoh untuk tahun 2005: Peraturan Bupati Solok Nomor 2 Tahun 2005, tentang Sistem dan Prosedur Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Solok Tahun Anggaran 2005, Bab III Penatausahaan Keuangan Daerah, Bagian Pertama Belanja Pegawai/Personalia, Pasal TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

22 (1) Tunjangan Daerah dibayarkan setiap akhir bulan dengan rincian sbb: TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 21

23 (2) Tunjangan Daerah sebagaimana tercantum pada ayat (1) diatas dikaitkan dengan kehadiran PNS dan PTT, yang diatur tersendiri dengan Keputusan Bupati (3) Bagi Pejabat Struktural/Staf yang menjadi pimpinan kegiatan hanya menerima salah satu Tunjangan Daerah B2. Masalah yang Dihadapi Tidak ada masalah signifikan yang dihadapi dalam tahap realisasi ini, karena kegiatan realisasi lebih bersifat administratif C. TAHAP PELAKSANAAN TUNJANGAN DAERAH C1. Kegiatan yang Dilakukan 1. Jumlah pegawai yang menerima tunjangan daerah lebih kurang 7000 orang. Pada saat sebelum ada tunjangan daerah, jumlah pegawai yang biasa menerima honor hanya sekitar orang. 22 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

24 Kelompok Pegawai yang menerima Tunjangan Daerah Tahun di Kabupaten Solok : TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 23

25 24 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

26 2. Nilai yang diterima oleh setiap pegawai adalah berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan pada tahap perencanaan. Nilai Tunjangan Daerah Kabupaten Solok Tahun 2006 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 25

27 Khusus Sekolah dan Puskesmas di samping Tunjangan Daerah di atas juga diberikan Tunjangan Daerah pemegang kas, Pembantu Pemegang Kas : 3. Waktu Pemberian Tunjangan Daerah adalah setiap awal bulan (tanggal 1), dan merupakan bagian terpisah dari gaji bulanan. 4. Lokasi pemberian tunjangan daerah adalah di unit kerja masing-masing 5. Pelaksanaan Teknis pemberian tunjangan daerah adalah : 1) Bendahara pada tiap Unit Kerja mengambil bagian tunjangan daerah ke pemegang kas dengan tanda bukti kwitansi yang ditandatangani oleh Kepala Unit Kerja, Pemegang Kas dan Atasan Langsung. 2) Dengan kwitansi dan uang tunjangan kesejahteraan yang diterima tersebut, bendahara membagikannya kepada tiap pegawai di unit kerja masing-masing. 3) Tanda bukti penerimaan tunjangan daerah tiap pegawai adalah tandatangan pegawai yang bersangkutan pada kwitansi. Lihat contoh bukti berikut. 26 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

28 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 27

29 28 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

30 6. Syarat-syarat pemberian tunjangan daerah adalah tingkat absensi pegawai. (absensi sidik jari). Lihat tabel berikut. TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 29

31 Format isian absensi yang dikaitkan dengan besar tunjangan daerah yang akan diterima oleh setiap pegawai di Kabupaten Solok adalah sebagai berikut : 30 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

32 C2. Masalah yang Dihadapi Secara umum tidak ada masalah signifikan yang dihadapi, karena kegiatan bersifat administratif dan telah mengikuti sistem yang ditetapkan sebelumnya D. PENGEMBANGAN TUNJANGAN DAERAH Saat ini, pelaksanaan tunjangan daerah di kabupaten Solok masih didasarkan pada absensi pegawai. Dalam rangka pengembangannya, saat ini sedang dilakukan pengkajian yaitu mengkaitkan tunjangan daerah dengan kinerja pegawai. Bappeda merupakan lembaga yang bertanggungjawab dalam pengkajian dan penyusunannya. Berkaitan dengan hal tersebut, tahap yang dilakukan adalah : 1. Melakukan kajian pengukuran kinerja pegawai dari hasil literatur dan pengalaman daerah lain. Kegiatan dilakukan atas perintah bupati 2. Menyusun formula pengukuran kinerja pegawai dan mengkaitkannya dengan tunjangan daerah 3. Membahas hasilnya dengan Bupati dan Pejabat Eselon II 4. Melakukan perbaikan-perbaikan dan penyesuaian-penyesuaian 5. Menetapkan pelaksanaannya Sampai saat ini, tahap 2,3 dan 4 sedang dilakukan. Pada awalnya, pemberian tunjangan daerah yang dikaitkan dengan kinerja akan mulai dilakukan pada tahun Namun karena rumitnya cara mengukur kinerja, rencana tersebut belum terlaksana. Pembahasan masih terus dilakukan untuk menciptakan dan mensepakati formula pengukuran kinerja yang paling tepat dan bagaimana mengkaitkannya dengan tunjangan daerah. Direncanakan tahun 2006 atau 2007, sistem pemberian tunjangan daerah kabupaten Solok sudah dikaitkan dengan kinerja pegawai dan absensi. E. BAGAN PROSES PENYUSUNAN TUNJANGAN DAERAH KABUPATEN SOLOK Proses penyusunan program good governance tunjangan daerah Kabupaten Solok secara singkat digambarkan oleh bagan berikut : TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 31

33 Tahap 3 sampai saat ini belum berjalan, masih dalam proses perencanaan untuk menjalankannya. F. RESPON TUNJANGAN DAERAH F1. PEGAWAI YANG MENINGKAT PENDAPATANNYA 1. Tambahan pendapatan yang diperoleh dengan adanya tunjangan daerah sangat bernilai bagi pegawai yang bukan pejabat (pegawai non struktural). Tanpa tunjangan daerah mereka tidak pernah menerima tambahan pendapatan sebanyak yang mereka terima selama setahun (TD minimal x12= Rp ). 2. Waktu dan tatacara pemberian tunjangan daerah yang terpisah dengan gaji memudahkan pegawai mengalokasikan penggunaan tunjangan daerah tersebut (karena tidak tercampur dengan gaji). 32 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

34 3. Pegawai merasa mendapatkan penghargaan dari pemerintah daerahnya atas darma bakti yang diberikannya 4. Menghilangkan rasa iri antara pegawai yang sering mendapatkan honor proyek/kegiatan dan yang tidak pernah mendapatkan honor proyek/kegiatan. 5. Penetapan tunjangan daerah mampu meningkatkan kedisiplinan pegawai karena besar kecilnya tunjangan daerah yang diterima tergantung dari jumlah kehadiran pegawai di setiap bulannya. F2. PEGAWAI YANG MENURUN PENDAPATANNYA 1. Penggantian honor menjadi tunjangan daerah secara umum menurunkan pendapatan tahunan, bukan bulanan (karena penerimaan honor tidak pasti jadwalnya, bisa 2 bulan, 3 bulan atau 4 bulan sekali). 2. Penggantian honor menjadi tunjangan daerah memberikan kepastian tingkat pendapatan per bulannya sehingga memudahkan menentukan perencanaan ekonomi jangka pendek dan jangka panjang (kredit rumah, menyekolahkan anak, dsb). 3. Merasa berperan dalam meningkatkan pendapatan pegawai kecil karena sebagian honor yang biasa mereka terima didistribusikan kepada para pegawai kecil tersebut. 4. Merasa lebih tenang dalam bekerja karena tidak ada pegawai lain yang iri terhadap penghasilan yang mereka terima. 5. Penetapan tunjangan daerah sedikit membantu meningkatkan kedisiplinan pejabat karena tingkat kehadirannya terpantau dan terlaporkan setiap bulannya. TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 33

35 II. PROPINSI GORONTALO LATAR BELAKANG Gubernur Gorontalo dan Wakil Gubernur Gorontalo pada saat dilantik tahun 2002 menetapkan visi daerah Terwujudnya masyarakat Gorontalo yang mandiri, berbudaya enterpreneur dan bersandar pada moralitas agama dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (Renstra ). Implikasinya adalah pengembangan semangat wirausaha kepada seluruh rakyat dalam membangun daerah. Tahapan yang dilalui sebelum mewujudkan masyarakat berbudaya enterpreneur terlebih dahulu harus didukung oleh adanya aparat pemerintah yang berjiwa enterpreneur government (pemerintahan wirausaha). Semangat enterpreneur government kemudian dijabarkan dalam program kerja pemda, yang salah satu program kerja diantara tujuh program prioritas adalah bidang hukum dan kepemerintahan yang baik. Realisasinya diantaranya adalah Penataan Sumber Daya Manusia, yang mencakup: peningkatan kualitas SDM; penempatan pejabat sesuai keahliannya; dan pengkaderan SDM pemerintah yang mempunyai spirit enterpreneur, inovatif, cerdas dan memiliki dedikasi dan pengabdian tinggi. Interpretasi lanjutannya adalah pemerintahan Propinsi Gorontalo yang kompetitif, yaitu mengondisikan persaingan diantara para aparat pelayanan publik untuk bersaing berdasarkan kinerja dan harga. Kondisi pemerintahan saat ini cenderung tidak efisien dan tidak efektif dalam penyelenggaraan pemerintahan, hal ini merupakan masalah sulit yang harus dibenahi di dalam dunia pemerintahan kita dewasa ini. Banyak kalangan menilai bahwa pemerintahan di negara kita (baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah) cenderung over-head cost dalam membiayai eksekutif dan legislatif, dengan menyerap resource (sumber daya) yang sebenarnya terbatas, dan tinggal sedikit resource yang tersisa untuk kegiatan pelayanan, hal ini terlihat pada belanja publik yang tidak terlampau besar dibandingkan dengan belanja aparatur (Pernyataan Fadel Muhammad pada Gorontalo Pos). Bercermin dari hal tersebut, Gubernur Gorontalo memiliki solusi yang cukup 34 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

36 tepat dalam hal memanfaatkan anggaran yang terbatas dikaitkan dengan penghargaan dan persaingan aparat dalam kinerja dan harga. A. TAHAP PERENCANAAN A1. Kegiatan Yang Dilakukan 1. Sebagai dasar pelaksanaan kegiatan ini, Gubernur berlandaskan kepada PP Nomor 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, yang menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah dapat memberikan tambahan penghasilan berdasarkan pertimbangan objektif sesuai dengan kemampuan keuangan daerah dengan persetujuan DPRD. Tambahan penghasilan diberikan dalam rangka peningkatan kesejahteraan pegawai, berdasarkan prestasi kerja, tempat bertugas dan kelangkaan profesi. 2. Gubernur menyampaikan ide pemikiran enterpreneurship kepada wakil gubernur. Isi pemikiran adalah (Tahun 2002) : 1). mengklasifikasi pos honor-honor kegiatan dalam APBD yang biasanya diterima oleh setiap aparat mulai dari level Gubernur, Wakil Gubernur, Kepala Dinas sampai kepada staf dan tenaga kontrak/honorer pada setiap kegiatan, yang nilainya berbeda menurut level jabatan. Honor kegiatan Provinsi Gorontalo pada realisasi tahun 2003 mencapai Rp.18,7 milyar, dan usulan pada tahun 2004 mencapai Rp. 20,3 milyar. 2). mengidentifikasi perubahan pos honor tersebut menjadi bentuk Tunjangan Kinerja dengan besaran tertentu. 3. Melakukan kajian mengenai tunjangan kinerja dan pengukuran kinerja melalui studi literatur dan studi banding ( ) oleh tim teknis 4. Mempelajari kondisi keuangan daerah (APBD) dalam rangka mengukur kemampuan daerah dalam perencanaannya melaksanakan tunjangan kinerja ( ) oleh tim teknis 5. Lahir konsep tunjangan kinerja dan kajian kemampuan keuangan daerah 6. Keputusan pelaksanaan pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) per Januari tahun TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 35

37 A2. Masalah yang Dihadapi (1) Sulitnya mencari literatur dan contoh konkrit pelaksanaan pemberian tunjangan kinerja daerah di propinsi/kabupaten/kota di Indonesia (2) Adanya restriksi dari beberapa pihak yang pesimis terhadap rencana pelaksanaan tunjangan kinerja daerah A3. Penyelesaian Masalah Mencoba mengesampingkan pihak-pihak yang pesimis terhadap rencana pelaksanaan tunjangan kinerja daerah dengan terus melakukan pengkajian tunjangan kinerja B. TAHAP REALISASI B1. Kegiatan yang Dilakukan 1. Pelaksanaan Tunjangan Kinerja Daerah Tahun 2004 (Januari- Desember) Penerapan TKD pada tahun 2004 masih didasarkan atas penilaian kinerja disiplin pegawai terutama disiplin kerja yang lebih difokuskan pada kehadiran pegawai. 2. Diskusi dengan DPRD mengenai keabsahan dan dasar hukum pelaksanaan pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) Propinsi Gorontalo DPRD Provinsi Gorontalo menyetujui dan mendukung pemberian TKD kepada aparat pemprov. Gorontalo 3. Penetapan Peraturan Gubernur Gorontalo Nomor 45 Tahun 2005 tentang Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) Tahun Anggaran Isi peraturan Gubernur Gorontalo Nomor 45 Tahun 2005 dapat dilihat pada lampiran TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

38 Pemberian tunjangan kinerja daerah (TKD) tahun 2005 berdasarkan aspek disiplin, inovasi, kerjasama, pemahaman tupoksi, kecepatan kerja dan keakuratan kerja, dengan komponen penilaian 60% disiplin dan 40% prestasi kerja. 4. Realisasi Peraturan Gubernur Nomor 45 Tahun 2005 ke dalam APBD Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran Mempersiapkan dasar hukum dalam bentuk Peraturan Gubernur Gorontalo tentang Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) Tahun Anggaran Pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) tahun 2006 berdasarkan komponen penilaian 30% disiplin dan 70% prestasi kerja (inovasi, kerjasama, pemahaman tupoksi, kecepatan kerja, dan keakuratan kerja). Sambil menunggu penyusunan dasar hukum TKD Tahun Anggaran 2006 dalam bentuk peraturan gubernur, untuk sementara dasar hukum yang dipakai masih mengacu pada Peraturan Gubernur No.45 Tahun 2005 tentang Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) Tahun Anggaran Realisasi Anggaran TKD Tahun 2006 ke dalam APBD Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran Dengan berlakunya TKD, segala macam bentuk honorarium di lingkungan Pemerintah Provinsi Gorontalo untuk Pejabat Negara, PNS, dan Tenaga Kontrak ditiadakan kecuali ditentukan khusus lainnya oleh kebijakan, peraturan perundangan yang berlaku,atau oleh suatu surat keputusan dari Kepala Daerah. B2. Masalah yang Dihadapi 1. Pada awal pelaksanaan banyak mendapat tanggapan pesimis dari berbagai kalangan, bahkan di dalam lingkup pemerintah daerah sendiri. 2. Karena kebijakan baru, resiko kesalahan sangat mungkin terjadi dan bisa datang sewaktu-waktu. B3. Penyelesaian Masalah 1. Program TKD tetap dilanjutkan, sambil melakukan perbaikan sambil menjalankannya (try and error) 2. Pimpinan Daerah mengambil alih resiko demi bawahan dan demi peningkatan kinerja pemerintah 3. Dilakukan sosialisasi yang lebih intensif mengenai manfaat dan tujuan TKD kepada seluruh pegawai di lingkungan Pemprov. Gorontalo TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 37

39 C. TAHAP PELAKSANAAN TUNJANGAN KINERJA DAERAH C1. Kegiatan yang Dilakukan 1. Penerima TKD adalah: 1) PNS yang namanya tercantum dalam Daftar Gaji Bulan Desember tahun lalu dan telah memiliki uraian tugas secara tertulis 2) PNS pindahan dari provinsi/kabupaten/kota lain dalam tahun berjalan yang tidak menduduki jabatan struktural atau namanya belum termasuk dalam daftar gaji bulan desember tahun lalu tidak dapat menerima TKD 3) PNS pindahan tersebut dapat menrima TKD pada saat menduduki jabatan struktural atau anggarannya dimuat dalam APBD Perubahan 4) PNS Pusat yang bekerja di Satuan Kerja Perangkat Daerah dapat menerima TKD sepanjang yang bersangkutan tidak menerima honorarium atau penggantian lain yang sejenis dari APBN 2. Kelompok Pegawai yang menerima tunjangan kinerja daerah (TKD) di Provinsi Gorontalo adalah Gubernur, Wakil Gubernur, Sekretaris Daerah, Eselon IIA, Eselon IIB, Eselon III, Eselon IV, Staff, Tenaga Kontrak 3. Tarif dasar Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) yang diterima oleh setiap pegawai berdasarkan Peraturan Gubernur Gorontalo Nomor 45 Tahun TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

40 Tarif Dasar TKD Provinsi Gorontalo (Nilai Maksimal) 4. TKD dibayarkan selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya dari masa kinerja dengan dikenakan pajak penghasilan pasal 21 dari jumlah yang diterima. Pemberian TKD terpisah dari gaji bulanan 5. Lokasi pemberian TKD adalah di satuan kerja masing-masing 6. Pelaksanaan Teknis pemberian TKD adalah : 1) Pejabat penanggungjawab mengajukan Surat Permintaan Pembayaran Beban Tetap melalui Pemegang Kas dari masingmasing Satuan Kerja sesuai dengan prosedur yang berlaku. 2) Tanda bukti penerimaan TKD tiap pegawai adalah tandatangan pegawai yang bersangkutan pada lembar permintaan pembayaran TKD masa kinerja bulan berlaku. Berikut adalah contoh Permintaan Pembayaran TKD Masa Kinerja Bulanan TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 39

41 40 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

42 7. Komponen TKD 1) Tarif dasar TKD bagi setiap jabatan ditetapkan seperti diuraikan pada bagian C1, nomor 3. 2) Besarnya TKD untuk suatu masa kinerja dihitung atas dasar komponen disiplin dan pencapaian kinerja sesuai tugas pokok dan fungsi dari jabatan struktural, staf, dan tenaga kontrak atau peran nyata melaksanakan tugas lainnya untuk suatu Masa Kinerja sesuai dengan keputusan gubernur atau kepala satuan kerja. 3) Perhitungan bobot komponen disiplin dan pencapaian kinerja sebagai dasar penghitungan TKD, mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. 8. Tata cara perhitungan TKD 8.1.Komponen Disiplin :Contoh tahun 2005,Bobot tertinggi:60% TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 41

43 42 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH Catatan: 1. Total pengurang disiplin tahun 2004: tidak lebih dari 100% total pengurang disiplin tahun 2005: tidak lebih dari 60% total pengurang disiplin tahun 2006: tidak lebih dari 30% 2. Termasuk dalam pengertian tidak hadir dalam Hari Kinerja adalah mereka yang sedang : (1) melaksanakan perjalanan dinas tanpa Surat Tugas dari pejabat yang berwenang (2) cuti, sakit dan ijin (3) mengikuti pelatihan atau pendidikan teknis berdasarkan ijin belajar/tugas belajar yang harus meninggalkan tugas pokok dan fungsinya lebih dari 14 hari kerja. Dikecualikan untuk pendidikan dan latihan yang dibiayai dari APBD dan diadakan di Provinsi Gorontalo (4) Mengikuti pendidikan perjenjangan struktural, fungsional, serta kepemimpinan lainnya lebih dari 14 hari kerja 3. Tata Cara Penilaian Bulanan Aspek Disiplin bagi Pejabat Struktural Eselon III dan IV, Staf dan tenaga Kontrak di Lingkungan Pemerintah Pemprov Gorontalo (Modifikasi dengan Rumus ini tetap mengacu pada Keputusan Gubernur No.45 Tahun 2005)

44 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 43

45 44 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

46 Contoh format bulanan dan tahunan penilaian disiplin pegawai kontrak, staf, eselon IV dan eselon III TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 45

47 46 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

48 8.2. Komponen Kinerja : Contoh tahun 2005,Bobot tertinggi : 40% Catatan: 1. Total pengurang disiplin tahun 2005: tidak lebih dari 40% total pengurang disiplin tahun 2006: tidak lebih dari 70% 2. Daftar Isian untuk memudahkan Penentuan Indikator dan Nilainya TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 47

49 48 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

50 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 49

51 3. Langkah penentuan nilai skor dan bobot pada aspek kinerja di atas adalah : a) persentase kinerja skornya 50 telah ditentukan dalam SK Gubernur b) Jumlah skor komponen kinerja 50 tersebut (motivasi,kerjasama,dst, menurut SK Gubernur), kemudian didistribusikan ke kolom bobot yang nilainya tergantung pengaruh masing-masing elemen terhadap pencapaian kinerja, untuk menentukan hal ini digunakan analisis value chain c) Setelah itu, disusun indikator-indikator setiap komponen kinerja, (misalnya motivasi), diuraikan indikatornya apa saja, caranya dapat menggunakan pendekatan teknik brain storming yang melibatkan anggota organisasi dalam suatu unit kerja atau penentuan indikator oleh jajaran pimpinan daerah,ketentuan harus cukup obyektif d) Semua indikator elemen kinerja yang telah tersusun merupakan hasil kesepakatan anggota kelompok diskusi berdasarkan pertimbangan yang obyektif dan ilmiah,setelah setiap elemen kinerja (misalnya motivasi) telah diuraikan indikatornya, maka langkah selanjutnya adalah memberi nilai untuk masing-masing indikator penyusun setiap elemen kinerja. Nilai pada setiap indikator, tergantung pengaruh masing-masing elemen terhadap pencapaian kinerja dengan menggunakan sumbang saran yang mengacu pada pembobotan yang telah dilakukan sebelumnya dalam menentukan bobot setiap elemen kinerja dengan bantuan pendekatan value chain (sistem rantai nilai dalam organisasi) 4. Tata cara penilaian kinerja bagi penetapan TKD di lingkungan Gubernur, Wakil Gubernur, dan Sekretaris Daerah : a) sepanjang tidak ditentukan lain oleh DPRD,Gubernur dan Wakil Gubernur menerima penuh TKD b) Penilaian kinerja Sekretaris Daerah untuk pemberian TKD ditentukan berdasarkan catatan tertulis dari Gubernur/Walikota 5. Tata cara penilaian kinerja bagi penetapan TKD di lingkungan Sekretariat Daerah, Dinas, Badan, Kantor, dan Balai : a) Pejabat Penilai membuat dan menandatangani Daftar Permintaan Pembayaran TKD untuk masa kinerja dengan melampirkan perhitungan reward/bonus (TKD) yang dikenakan untuk setiap PNS dan Pegawai Kontrak b) Pejabat Penanggungjawab mensahkan reward/bonus (TKD) yang diusulkan sesuai dengan kewenangannya dan memperhatikan 50 TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

52 kebijakan yang diberikan oleh gubernur, wakil gubernur dan sekretaris daerah c) TKD untuk pejabat penanggungjawab di lingkungan Asisten, Dinas dan Badan disahkan oleh Sekretaris Daerah, di lingkungan Biro Sekretariat Daerah disahkan oleh Asisiten terkait, di lingkungan Kantor, Balai, dan UPT disahkan oleh Kepala Dinas/Badan terkait 6. Tata cara penilaian kinerja bulanan bagi pejabat struktural eselon III dan IV, Staf dan Tenaga Kontrak di Lingkungan Pemprov Gorontalo (Modifikasi dengan rumus ini tetap mengacu pada Kep. Gub. No. 45 Tahun 2005) TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH 51

TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH SERI MODEL TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH Tunjangan Kesejahteraan Daerah Kabupaten Solok, Kota Pekanbaru, Propinsi Gorontalo, dan Kabupaten Jembrana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Nipil merupakan unsur aparatur negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Nipil merupakan unsur aparatur negara untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) mempunyai peranan amat penting sebab Pegawai Negeri Nipil merupakan unsur aparatur negara untuk menyelenggararakan pemerintahan

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG TUNJANGAN KINERJA DAERAH PROVINSI PAPUA TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERl'UJR GORONTALO

GUBERl'UJR GORONTALO - 1 - GUBERl'UJR GORONTALO PERA TURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG TUNJANGAN KINERJA DAERAH (TKD) TAHUN ANGGARAN 2006 GUBERNUR GORONTALO Menimbang: a. bahwa berdasarkan penjelasan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 43 Tahun 2015 tentang Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 43 Tahun 2015 tentang Tambahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tesis ini menganalisis tentang efektivitas program tambahan penghasilan pegawai (TPP) yang diterapkan di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya di wilayah administratif

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KINERJA PNS MELALUI PERBAIKAN PENGHASILAN. Analisa TKD di Pemerintah Provinsi Gorontalo dan TPPK di Pemerintah Kota Pekanbaru

MENINGKATKAN KINERJA PNS MELALUI PERBAIKAN PENGHASILAN. Analisa TKD di Pemerintah Provinsi Gorontalo dan TPPK di Pemerintah Kota Pekanbaru MENINGKATKAN KINERJA PNS MELALUI PERBAIKAN PENGHASILAN Analisa TKD di Pemerintah Provinsi Gorontalo dan TPPK di Pemerintah Kota Pekanbaru Komisi Pemberantasan Korupsi Direktorat Penelitian Pengembangan

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 38 TAHUN 2013

WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 38 TAHUN 2013 WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG KRITERIA PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL/ CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2014 NOMOR 9 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 9 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2014 NOMOR 9 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 9 TAHUN 2014 BERITA DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2014 NOMOR 9 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL TAHUN 2014 PEMERINTAH KOTA SALATIGA TAHUN 2014

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERSYARAT BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 599 TAHUN : 2002 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP TAHUN 2016

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 28 TAHUN 2013

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 28 TAHUN 2013 PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN KONDISI KERJA KEPADA PEJABAT/ PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI RIAU TAHUN ANGGARAN 2013

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2017 KEMSOS. Tunjangan Kinerja. Juklak. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TUNJANGAN KINERJA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PENGANGKATAN KE DALAM JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR MELALUI PERPINDAHAN JABATAN DENGAN PERLAKUAN KHUSUS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-18.KP.05.02 TAHUN 2011 TENTANG SASARAN KERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 73 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 73 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 73 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG KRITERIA PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN 1 WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGISIAN JABATAN TINGGI PRATAMA APARATUR SIPIL NEGARA SECARA TERBUKA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NO. 19 2000 SERI. D PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 14 TAHUN 2000 T E N T A N G SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA KEPADA PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA KEPADA PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA SALINAN NOMOR 4/2017 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA KEPADA PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DUMAI

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DUMAI PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2011, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Le

2011, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Le BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.621, 2011 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Sasaran Kerja. Penilaian. Evaluasi. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-18.KP.05.02

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1645, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Tunjangan. Kinerja. Penghitungan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 107 TAHUN 2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 134 TAHUN 2017 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) NO. 1. Judul Undang-undang tentang Pokok- Pokok kepegawaian

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT BERDASARKAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 5, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG DIPEKERJAKAN DI LUAR PEMERINTAH KOTA MALANG

Lebih terperinci

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

G U B E R N U R SUMATERA BARAT No. Urut: 12, 215 G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN NOMOR 12 TAHUN 215 TENTANG TAMBAHAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, : a. bahwa dalam rangka memberikan motivasi dan meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KAPUAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan Anggaran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang Mengingat : a. Bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 63 Tahun : 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 63 Tahun : 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 63 Tahun : 2014 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BAUBAU SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BPKP. Auditor. Jabatan fungsional. Perpindahan Jabatan. Perlakukan Khusus. Pengangkatan.

BPKP. Auditor. Jabatan fungsional. Perpindahan Jabatan. Perlakukan Khusus. Pengangkatan. No.1365, 2014 BPKP. Auditor. Jabatan fungsional. Perpindahan Jabatan. Perlakukan Khusus. Pengangkatan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN DAERAH

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN DAERAH WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG

PERATURAN BUPATI KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 56 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN KEPADA PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 58 TAHUN 2014 T E N T A N G

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 58 TAHUN 2014 T E N T A N G SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 58 TAHUN 2014 T E N T A N G PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL SALINAN NOMOR 7, 2015 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.675, 2016 KEMENDIKBUD. Tunjangan Kinerja. Juklak. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.675, 2016 KEMENDIKBUD. Tunjangan Kinerja. Juklak. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.675, 2016 KEMENDIKBUD. Tunjangan Kinerja. Juklak. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG KETENTUAN TEKNIS

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SALINANsssSALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PEMBERIAN

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 873 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 08 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PROBOLINGGO NOMOR 10 TAHUN 1986 TENTANG

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAAR PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 124 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAAR PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 124 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAAR PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 124 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 24 Tahun : 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 24 Tahun : 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 24 Tahun : 2014 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN

Lebih terperinci

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA A. Pendahuluan Alasan/pertimbangan penggantian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 107 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 107 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 107 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG KRITERIA PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG KRITERIA PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 119 Tahun 2009 TENTANG

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 119 Tahun 2009 TENTANG Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 119 Tahun 2009 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN KINERJA DALAM PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 126 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

Republik Indonesia Nomor 4355);

Republik Indonesia Nomor 4355); GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI RIAU TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, T

2015, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.686, 2015 KEMENSOS. Tunjangan Kinerja Pegawai. Pemberian. Petunjuk Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERSYARAT BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA TAHUN ANGGARAN 2017 Lampiran

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 46 TAHUN 2008

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 46 TAHUN 2008 BUPATI GROBOGAN PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA ORGANISASI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI PEMILIHAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI PEMILIHAN UMUM SALINAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN PRESTASI KERJA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL SALINAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA PEMERINTAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH (BKD) KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA PEMILIHAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

2016, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh Belas atas Peraturan Pemer

2016, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh Belas atas Peraturan Pemer BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.473, 2016 KEMENHUB. Ujian Dinas. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN DINAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/PERMEN-KP/2017 TENTANG PELAKSANA TUGAS DAN PELAKSANA HARIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI DAN JABATAN ADMINISTRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 14 TAHUN 2000 T E N T A N G SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 14 TAHUN 2000 T E N T A N G SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWA BARAT LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NO. 19 2000 SERI. D PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 14 TAHUN 2000 T E N T A N G SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya

Walikota Tasikmalaya Walikota Tasikmalaya PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG PENDELEGASIAN PENANDATANGANAN NASKAH DINAS DI BIDANG KEPEGAWAIAN DARI WALIKOTA KEPADA WAKIL WALIKOTA DAN PEJABAT DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin P

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1235, 2016 KEMENKO-PEREKONOMIAN. Capaian Kinerja. Perhitungan. Pembayaran Tunjangan Kinerja. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERIKANAN

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERIKANAN WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 No. 10, 2008 LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.872, 2014 KEMENSOS. Tunjangan. Kinerja. Petunjuk Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 017 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 017 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 017 TAHUN 2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 08 TAHUN 2004 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO,

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 145 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 145 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 145 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BERSUJUD KABUPATEN TANAH BUMBU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BERSUJUD KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BERSUJUD KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI TANAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 44 TAHUN 2004 T E N T A N G KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

Lebih terperinci

Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI GORONTALO

Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI GORONTALO LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 15 TAHUN 2002 SERI D PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR: 8 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 03 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR %3 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR %3 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR %3 TAHUN 2013 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG DAN PEMBERIAN KUASA PENANDATANGANAN NASKAH DINAS KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 41 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 6 SERI E NOMOR SERI 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 6 SERI E NOMOR SERI 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2006 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 6 SERI E NOMOR SERI 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.761, 2015 KEMEN.LHK. Harta Kekayaan Penyelenggara Negara. ASN. Laporan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.19/MenLHK-II/2015

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 37 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 37 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 37 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEJABAT DAN APARAT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN UMUM KEPEGAWAIAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil N

2017, No Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil N No.1633, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Tunjangan Kinerja. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBAYARAN TUNJANGAN

Lebih terperinci

T BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

T BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG NOMOR 2 T BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2013 SERI E TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci