BAB II DASAR TEORI. DFTS-OFDM maupun nilai PAPR pada DFTS-OFDM yang membuat DFTS-OFDM menjadi
|
|
- Yuliana Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II DASAR TEORI Bab dua ini akan membahas tentang dasar teori. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perkembangan telekomunikasi yang berupa penjelasan mengenai Jaringan generasi ke-3 (3G), Jaringan LTE dan jaringan generasi ke-4 (4G). Kemudian penjelasan dasar mengenai OFDM yang merupakan sistem yang dipakai pada sebagian besar jaringan telekomunikasi, serta penjelasan mengenai PAPR. Seperti yang telah diutarakan pada bab sebelumnya bahwa pada paper-paper yang telah dipublikasikan masih belum didapatkan penjelasan secara mendetail baik mengenai DFTS-OFDM maupun nilai PAPR pada DFTS-OFDM yang membuat DFTS-OFDM menjadi yang paling tepat untuk digunakan untuk proses uplink pada jaringan 4G. Pada paper [1] dijelaskan tentang garis besar skema OFDM serta SC-FDMA (DFTS- OFDM) namun tidak dijelaskan secara detail mengapa DFTS-OFDM yang baik digunakan dalam transmisi uplink pada LTE, namun hanya mengatakan bahwa pada DFTS-OFDM nilai PAPR akan lebih kecil dibandingkan pada OFDM tanpa menyertakan keterangan lebih lanjut detail dari pernyataan tersebut. Kemudian pada paper berikutnya [2] menuliskan secara umum perbedaan DFTS- OFDM dengan OFDMA pada proses uplink. Pada paper tersebut juga menuliskan tentang perbandingan nilai PAPR antara keduanya berupa grafik tanpa ada penjelasan yang mendetail. 7
2 8 2.1 Perkembangan Telekomunikasi Teknologi telekomunikasi telah menjadi kebutuhan harian. Dalam satu dekade terakhir, teknologi telekomunikasi telah berevolusi dari teknologi mahal yang hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil pengguna menjadi sebuah sistem yang dapat digunakan oleh sebagian besar populasi dunia. Untuk memahami kerumitan sistem komunikasi mobile, sangatlah penting untuk memahami dari mana mereka datang dan bagaimana sistem selular berkembang. Dalam kurun waktu 10 tahun terjadi perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai penemuan atau inovasi teknologi komunikasi dan pada akhir tahun 90-an muncul teknologi 2G (Generasi Kedua). Perbedaan utama dari teknologi 1G dan 2G adalah 1G masih menggunakan sistem analog sedangkan 2G sudah menggunakan sistem digital. Dengan adanya teknologi Generasi Kedua, maka munculah teknologi selular yang baru yakni GSM, yang merupakan suatu sistem komunikasi wireless. Pada awal tahun 2000-an munculah teknologi generasi 2.5 (2.5 G) yang mempunyai kemampuan transfer data yang lebih cepat. Yang terkenal dari generasi ini adalah GPRS (General Packet Radio Service) dan EDGE (Enhanced Data rates for GSM Evolution). Suatu protokol yang mengatur cara kerja transfer data pada sistem wireless GSM. Dalam teorinya, kecepatan transfer data EDGE dapat mencapai 384 kbps. Selanjutnya setelah teknologi 3G pengembangan akan jaringan dan berbagai peralatan pendukungnya terus dilakukan hingga saat ini lahirlah teknologi LTE (Long Term Evolution).
3 Proses uplink pada Jaringan 3G Saat ini standard dari 3G UMTS menyediakan kecepatan maksimum dalam mengunduh data yaitu sebesar 384 kbps. Namun dengan banyaknya pengguna maka akan membutuhkan kecepatan transfer data yang lebih tinggi untuk mendukung layanan data yang membutuhkan laju data yang lebih tinggi. Oleh sebab itu permintaan akan kenaikan kecepatan data menjadi penting. Hal ini menghasilkan perkembangan dari teknologi 3G HSPA. Dengan peningkatan pada trafik data, para operator ingin membawa peningkatan pendapatan dari transmisi data. Keunggulan lain dari pengenalan 3G HSPA adalah dapat memasukkan pembaruan perangkat lunak ke dalam sistem. Jaringan 3G HSPA menggunakan dua protokol, yaitu untuk proses downlink menggunakan HSDPA (High Speed Downlink Packet Access) dan untuk proses uplink menggunakan HSUPA (High Speed Uplink Packet Access) yang dapat diperoleh dari 3G UMTS (Universal Mobile Telecommunication System), agar dapat menghasilkan kecepatan transfer data yang lebih tinggi. HSDPA adalah suatu teknologi terbaru dalam sistem telekomunikasi bergerak yang dikeluarkan oleh 3GPP. HSDPA mempunyai layanan berbasis paket data di WCDMA downlink data rate mencapai 14.4 Mbps dan bandwidth 5MHz. HSUPA adalah pasangan teknologi dari HSDPA, namun diaplikasikan pada proses uplink dari UE (user equipment) ke stasiun pusat (NodeB). HSUPA juga menyediakan peningkatan kecepatan yang cukup bagi para penggunanya di proses uplink. Namun HSUPA tidak menyediakan kapasitas yang sama pada proses uplink dibandingkan dengan proses downlink dikarenakan karena secara umum sebagian besar data mengalir dalam arah downlink, atau menuju UE.
4 10 Pada intinya HSUPA merupakan teknologi yang mirip dengan HSDPA. Namun tetap ada perbedaan mendasar yang membedakan keduanya, Diantaranya [3] : 1. Proses uplink pada UMTS bersifat non-orthogonal karena ortogonalitas yang sempurna tidak dapat dilakukan pada setiap UE. Sebagai akibatnya, akan banyak gangguan antara transmisi uplink pada sel-sel yang sama. 2. Pada downlink, proses buffering dialokasikan pada NodeB tunggal, sedangkan pada uplink didistribusikan dengan beberapa UE. 3. Sumber penyebaran data proses downlink adalah pada energi transmisi. Pada proses uplink, sumbernya terbatas pada level gangguan yang masih bisa ditoleransi dan ini tergantung pada energi transmisi dari berbagai UE. HSUPA terdiri dari 2 teknologi dasar yang juga dipakai oleh HSDPA, yaitu scheduling dan hybrid ARQ [4] : 1. Scheduling Proses scheduling pada HSUPA sangat diperlukan untuk dapat mengatur kapan dan di laju data manakah UE diperbolehkan untuk memancarkan. Semakin tinggi laju data yang digunakan oleh terminal, maka harus semakin tinggi energi terminal yang diterima di NodeB agar dapat mempertahankan E b /N 0 yang diperlukan untuk kesuksesan proses demodulasi. Dengan meningkatan energi pancaran, UE akan dapat memancarkan laju data yang lebih tinggi. Namun dikarenakan uplink pada 3G bersifat non-orthogonal, energi yang diterima dari satu UE menghadirkan pula gangguan untuk terminal lain. Oleh karena itu, sumber daya yang dipakai bersama untuk HSUPA adalah jumlah gangguan yang
5 11 masih dapat ditoleransi. Bila level gangguan terlalu tinggi, beberapa proses pengiriman data di sel tertentu, kanal pengaturan dan pengiriman pada proses uplink yang tidak terjadwal mungkin tidak dapat diterima semestinya. Sebaliknya, level gangguan yang terlalu rendah mengindikasikan jika UE dan kapasitas sistem tidak dimanfaatkan dengan baik. Oleh sebab itu, HSUPA bergantung pada scheduler untuk memberikan data dengan izin pengiriman kepada pengguna untuk dipakai sebagai laju data tinggi tanpa melebihi batas toleransi maksimum level gangguan dalam sel. Pada HSUPA, data yang akan dikirim bertempat di UE. Di saat yang sama, scheduler yang terletak di NodeB mengatur aktivitas pengiriman yang berbeda-beda dalam sel. Oleh karena itu, mekanisme komunikasi antara keputusan scheduling untuk UE dan untuk menyediakan informasi balik dari UE ke scheduler sangat dibutuhkan. Kerangka scheduling dalam HSUPA terdiri dari dua bagian penting, yaitu scheduling grants yang dikirim oleh NodeB scheduler untuk mengatur pengiriman data pada UE dan scheduling request yang dikirim oleh UE ke sumber yang meminta. Scheduling grant mengatur batas maksimum yang diperbolehkan untuk dipakai terminal E-DCH ke pilot power ratio, pemberian yang besar mengizinkan terminal memakai laju data yang lebih tinggi, namun juga membawa lebih banyak gangguan dalam sel. Berdasarkan pengukuran level gangguan, scheduler mengatur scheduling di masing-msing terminal untuk mempertahankan level gangguan sesuai target yang diinginkan.
6 12 Di HSDPA, pengguna tunggal akan dialamatkan pada masing-masing TTI. Namun untuk HSUPA strategi scheduling mengatur beberapa pengguna yang dialamatkan secara paralel, alasannya adalah terminal tunggal tidak dapat memanfaatkan kapasitasnya secara penuh. Selain permasalahan pada terminal, gangguan antar sel juga harus dapat ditanggulangi. Walaupun scheduler memperbolehkan UE untuk mengirim data pada laju data tinggi berdasarkan level gangguan dalam sel yang dapat diterima, hal ini dapat menyebabkan gangguan yang tidak dapat diterima oleh sel-sel tetangga. Oleh karena itu dalam soft handover, serving cells bertanggung jawab dalam proses scheduling. Kemudian UE bertugas mengawasi informasi scheduling dari seluruh sel. Keuntungan dalam menggunakan Fast scheduling adalah ia mengizinkan pengisian koneksi yang lebih mudah. Sejumlah besar pengguna dapat dimasukkan dalam sistem serta mekanisme scheduling dapat menangani beberapa pengguna yang membutuhkan pengiriman data secara bersamaan. Namun bila hal ini menimbulkan level gangguan yang tidak dapat ditoleransi oleh sistem, maka scheduler akan secara cepat bertindak dan membatasi laju data yang mungkin dipakai. Tanpa fast scheduling kendali pengisian harus lebih dapat menjaga batas dalam sistem bilamana beberapa pengguna mengirimkan data secara terus menerus. 2. Hybrid ARQ dengan perpaduan lunak Penggunaan Hybrid ARQ dengan perpaduan lunak digunakan untuk menahan kemungkinan kesalahan pengiriman data. Untuk setiap blok pengiriman yang diterima pada proses uplink, bit tunggal dikirim dari
7 13 NodeB menuju UE untuk mengindikasikan kesuksesan decoding atau untuk meminta pengiriman ulang dari kesalahan yang diterima oleh blok pengiriman. Hybrid ARQ dapat dimanfaatkan tidak hanya sebagai penahan terhadap gangguan yang tiba-tiba, namun juga untuk meningkatkan efisiensi jaringan, kapasitas dan jangkauan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Perkembangan teknologi telekomunikasi sangat pesat. Teknologi telekomunikasi seluler saat ini mulai bergerak secara kolektif dari 3G menuju 4G. LTE (Long Term Evolution) adalah sebuah nama baru dari layanan yang mempunyai kemampuan tinggi dalam sistem komunikasi bergerak (mobile). Hal ini merupakan langkah menuju generasi ke-4 (4G) dari teknologi radio yang dirancang untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan jaringan telepon mobile, hal tersebut dapat terlihat dari arsitektur LTE yang lebih sederhana dari teknologi sebelumnya, penggunaan OFDM, antena cerdas (MIMO), serta beberapa teknologi pendukung lainnya. Banyak yang menyebut LTE sebagai 4G, namun tak sedikit pula yang menyebut LTE Release 10 atau LTE-Advance sebagai 4G, dengan peluncuran perdana LTE Release 8 yang lebih dikenal dengan 3.9G LTE sebagai kandidat 4G Teknologi LTE biasanya disebut sebagai teknologi 4G, namun kenyataannya LTE yang direalisasikan saat ini belum memenuhi standar dari teknologi 4G yang sesungguhnya, itulah sebabnya LTE yang ada saat
8 14 ini masih disebut sebagai generasi 3.9G. Meskipun begitu, pada teknologi ini telah terdapat beberapa perubahan dibandingkan dari teknologi sebelumnya, baik dalam hal teknis maupun aplikasinya. Dari sisi teknis, perubahan yang dapat dilihat adalah adanya arsitektur yang lebih sederhana dari teknologi sebelumnya, penggunaan antena cerdas (MIMO), OFDM, dan lain-lain. Dari sisi aplikasi, user dapat menikmati layanan LTE baik voice maupun data, semua komunikasi telah full IP, sehingga dapat menguntungkan user dari segi harga. Jaringan LTE mampu mentransformasikan pengalaman pengguna telekomunikasi, memperbarui layanan mobile broadband ke tingkatan baru sehingga kegiatan mobile seperti browsing internet, mengirim , video sharing, serta aplikasi lain akan sangat mudah diakses tanpa ada interverensi atau keterlambatan. LTE memiliki Radio Access Network sendiri yang bernama E- UTRAN. Jaringan intinya disebut Evolved Packet Core (EPC). EPC bersifat all-ip dan mudah berinterkoneksi dengan jaringan IP lainnya, termasuk WiFi, WiMAX, dan XDSL. Untuk menghubungkan UE dengan E-UTRAN digunakan enb (e-nodeb). Pada GSM enb ini adalah NodeB atau BTS, namun pada LTE enb terdapat penambahan fungsi dimana beberapa fungsi BSC (Base Station Controller) juga dilakukan oleh enb tersebut.
9 15 Dalam rangka memenuhi persyaratan dari IMT Advanced tentang 4G, maka LTE mempunyai beberapa persyaratan seperti di bawah ini [1] : 1. Peak data rate LTE diharapkan untuk memiliki data rate sebesar 100 Mbps untuk downlink, dan 50 Mbps untuk uplink dengan alokasi spectrum bandwidth 20 Mbps. Pada standard 4G, 100 Mbps adalah data rate untuk suatu handset yang bergerak terhadap base station. 2. Mobilitas E-UTRAN harus dioptimalkan untuk kecepatan rendah dari 0-15km/jam. 3. Spektrum E-UTRA dapat beroperasi pada alokasi spektrum yang berbeda-beda, termasuk diantaranya adalah 1.25 MHz, 1.6 MHz, 2.5 MHz, 5 MHz,10 MHz, 15 MHz, dan 20 MHz baik pada uplink maupun downlink. 4. Dapat mencapai 200 pengguna aktif dalam 1 sel (5 MHz). 5. User-plane latency kurang dari 5ms. 6. Pilihan spektrum frekuensi yang dapat disesuaikan dengan jaringan saat ini yaitu band GSM, CDMA, UMTS (450, 700, 850, 900, 1700, 1800, 1900, 2100, 2500 MHz) 7. Mendukung operasi FDD (Frequency Division Duplex) maupun TDD (Time Division Duplex). 8. Antena MIMO (Multiple In Multiple Out) sudah terstandarisasi.
10 Proses uplink pada LTE Proses uplink berdasar pada transmisi OFDM yang berbeda dengan proses downlink dimana pada saat uplink memungkinkan efisiensi penguat terminal yang lebih tinggi. Penggunaan DFTS-OFDM pada LTE uplink adalah karena pada DFTS-OFDM memungkinkan terjadinya pemisahan orthogonal pada pengiriman data. Pemisahan orthogonal itu sendiri berguna untuk menanggulangi gangguan antara pengiriman data dari terminal yang berbeda dalam satu sel. Pada proses uplink bila mengalokasikan bandwidth yang amat besar untuk proses transmisi dari terminal tunggal bukanlah merupakan cara yang efisien. Dalam situasi ini, terminal dapat dialokasikan dari sebagian spectrum yang tersedia hanya dan terminal lain dapat dijadwalkan untuk mengirimkan data secara parallel dari bagian spectrum yang tersisa. Dengan kata lain pengiriman data pada proses uplink memungkinkan bekerja pada TDMA maupun FDMA Proses uplink pada Jaringan 4G Discrete Fourier Transform-spread OFDM (DFTS-OFDM) adalah suatu teknik multiple access baru yang digunakan untuk uplink pada LTE juga pada jaringan 4G. Teknik ini dapat pula dikatakan sebagai pengembangan dari OFDM yang telah ada sebelumnya. Hanya saja pada DFTS-OFDM terdapat penambahan proses DFT pada transmitter. Seperti yang telah diketahui bahwa untuk memperoleh kapasitas yang besar, maka kondisi kanal-kanal yang ada harus selalu dicatat dalam setiap keputusan
11 17 scheduling, atau yang sering disebut channel-dependent scheduling. Dalam penggunaan DFTS-OFDM pada tujuan pengiriman uplink, scheduler memiliki akses baik dalam domain waktu maupun domain frekuensi. Atau dengan kata lain scheduler dapat memilih pengguna dengan kondisi kanal yang terbaik. Kemungkinan channel-dependent scheduler dapat bekerja maksimal adalah saat kanal berubah secara perlahan dalam waktu. Pada Jaringan 4G, keputusan scheduling diambil sekali dalam 1 ms dan akan mengatur terminal mana yang diperbolehkan untuk mengirimkan informasi selama interval waktu yang diberikan serta sumber frekuensi mana proses pengiriman akan terjadi, termasuk laju data yang dipakai. 2.2 Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Dalam bab-bab sebelumnya telah dituliskan bahwa pada proses downlink Jaringan Generasi Ke-4 (4G) digunakan sebuah teknik transmisi yand bernama Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM). Pada subbab ini akan diterangkan secara garis besar prinsip dasar dari OFDM, sistematika OFDM serta OFDM sebagai teknik yang diterapkan pada proses downlink Jaringan 4G Prinsip Dasar OFDM OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah sebuah teknik transmisi yang menggunakan beberapa buah frekuensi (multicarrier) yang saling tegak lurus (orthogonal).
12 18 Gambar 2.1 Blok diagram OFDM [1] Dari Gambar 2.1 dapat dilihat secara jelas proses dari OFDM baik pada pengirim maupun penerima. Pada proses pengiriman terdiri dari blok-blok serial-to-paralel, modulator, IFFT dan parallel-to-serial. Deretan data yang akan ditransmisikan yaitu deretan bit-bit serial dikonversikan ke dalam bentuk paralel oleh serial-to-paralel Converter, sehingga bila bit rate semula adalah R maka bit rate di tiap jalur paralel adalah R/N dimanaa N adalah jumlah jalur paralel atau jumlah subcarrier. Prinsip konversi bit serial ke paralel akan ditunjukkan pada Gambar Gambar 2.2 Modulasi OFDM [3]
13 19 Sinyal hasil modulasi tersebut terdiri dari Nc yang merupakan modulator kompleks, dimana setiap modulator berinteraksi dengan satu OFDM subcarrier. Sehingga sinyal modulasi x(t) pada OFDM dengan interval waktu mt u t (m+1)t u adalah : (2.1) Dimana x k (t) adalah nilai k yang termodulasi oleh subcarrier dengan (m) frekuensi f k = k. f dan a k adalah simbol modulasi yang dipakai pada subcarrier ke-k selama simbol OFDM ke-m dengan interval waktu mt u t (m+1)t u. Gambar 2.2 menunjukkan bahwa pada setiap interval simbol OFDM, modulasi Nc akan ditransmisikan secara paralel. Jumlah dari subcarrier OFDM berkisar antara kurang dari ratusan hingga ribuan, dengan range subcarrier spacing antara ratusan khz turun hingga beberapa Hz saja. Penggunaan subcarrier spacing ini tergantung pada keadaan lingkungan dimana sistem itu bekerja, termasuk pemilihan frekuensi saluran radio secara maksimal dan variasi laju kanal. Sinyal OFDM hasil modulasi kemudian dialirkan ke dalam Inverse Fast Fourier Transform (IFFT) untuk mengubah sinyal dari domain frekuensi ke dalam sinyal domain waktu dengan cara mencuplik sinyal x(t) dengan laju Tss/N. Sinyal OFDM yang telah diaplikasikan ke dalam IFFT ini kemudian dikonversikan lagi ke dalam bentuk serial. Setelah disisipi cyclic prefix dengan cara menyalin bagian akhir simbol sepanjang periode CP (yang digunakan dan ditempatkan pada awal simbol), barulah data dikirim. Saat proses penerima, setelah melalui kanal maka sinyal informasi akan diterima oleh penerima. Pada gambar blok penerima teridiri dari blok-blok serialto-paralel, FFT, demodulasi dan paralel-to-serial. Penerima sinyal yang telah
14 20 dialirkan ke FFT kemudian didemodulasikan dan dikonversikan ke dalam bentuk serial oleh paralel-to-serial Converter dan akhirnya kembali menjadi bentuk data informasi. Pengertian dari Orthogonal Frequency-Division Multiplex adalah dimana dua subcarrier OFDM yang termodulasi x k1 dan x k2 yang saling tegak lurus pada interval waktu mt u t (m+1)t u, yaitu : 0 (2.2) dengan k 1 k Sistematika OFDM Pada subbab ini akan diterangkan lebuh lanjut mengenai sistematika OFDM yang meliputi demodulasi OFDM yang terjadi saat proses penerimaan data, penggunaan IFFT pada modulator begitu pula penggunaan FFT pada demodulator, serta proses penyisipan cyclic prefix Demodulasi OFDM Pada Gambar 2.3 memperlihatkan bahwa proses demodulasi pada OFDM memiliki sejumlah penghubung untuk tiap-tiap subcarrier. Orthogonalitas antara dua subcarrier seperti yang dijabarkan pada persamaan 2.2 terlihat jelas bahwa idealnya dua subcarrier OFDM tidak akan menyebabkan gangguan terhadap masing-masing subcarrier setelah proses demodulasi.
15 21 Gambar 2.3 Demodulasi OFDM [3] Pada demodulasi OFDM, penanggulangan gangguan antara subcarrier-subcarrier OFDM tidak terjadi saat pemisahan spektrum dari subcarrier yang ada. Namun orthogonalitas subcarrier-subcarrier saat struktur spesifik domain frekuensi dari OFDM tersebut berlangsung tiap-tiap subcarrier dikombinasikan dengan pemilihan secaraa teliti subcarrier spacing f bernilai sama dengan masing-masing laju simbol pada subcarrier (1/T u ) Implementasi OFDM menggunakan IFFT/FFT Pada subbab sebelumnya telah dibahas mengenai modulator (Gambar 2.2) serta demodulator (Gambar 2.3) yang dapat digunakan sebagai ilustrasi dari prinsip dasar OFDM. Proses modulasi OFDM dapat diimplementasikan dengan proses IFFT yang diikuti dengan konversi digital-to-analog, seperti pada Gambar 2.2. Secara umum, dengan memilih IFFT ukuran N yang sama dengann 2 m untuk beberapa integer m, modulasi OFDM akan menjadi efisien padaa proses implementasi radix-2 IFFT (Inverse Fast Fourier Transform).
16 22 Gambar 2.4 Modulasi OFDM dengan proses IFFT [3] Perlu diingat bahwa IDFT/IFFT sebagai implementasi dari modulator OFDM adalah salah satu pilihan dalam implementasi transmitter dan bukanlah suatu keharusan untuk digunakan di setiap access. spesifikasi radio Penyisipan Cyclic Prefix Pada sistem komunikasi, cyclic prefix memiliki definisi mengawali simbol dengan pengulangan simbol terakhir itu sendiri. Walaupun biasanya penerima akan membuang sampel dari cyclic prefix tersebut, namun cyclic prefix memiliki 2 tujuan yaitu, untuk menghilangkann ISI dari simbol sebelumnya dan sebagai pengulangan simbol yang dapat digunakan untuk proses sederhana dalam domain frekuensi, seperti equalisasi dan estimasi kanal. Agar cyclic prefix dapat beroperasi secara efektif, panjang dari cyclic prefix harus minimal sama dengan panjang dari kanal multipath. Dalam memahami orthogonalitas dari subcarrier adalah dengan mengetahui terdiri dari bahwa subcarrier yang termodulasi x k (t) pada persamaan 2.1 jumlah integer dari eksponensial kompleks selama interval proses demodulasi terintegrasi yaitu. Namun, dalam kasus kanal
17 23 time-dispersive orthogonalitas tiap subcarrier akan hilang. Alasan dari hilangnya orthogonalitas pada subcarrier tersebut adalah korelasi waktu antara jeda demodulator pada satu lintasan akan overlap dengan batasan simbol dari lintasan yang berbeda seperti pada Gambar 2.5. Oleh karena itu, pada saat kanal time-dispersive tidak hanya akan terjadi ISI dalam subcarrier tetapi juga diantara subcarrier. Gambar 2.5 Perkiraan penerimaan sinyal [5 Untuk mengatasi masalah ini dan membuat sinyal OFDM tidak sensitif terhadap penyebaran waktu pada kanal radio, maka proses transmisi OFDM menggunakan penyisipan cyclic prefix. Pada Gambar 2.6 tampak bahwa bagian terakhir dari simbol OFDM 5] dikopi dan dimasukkan ke bagian awal dari simbol OFDM tersebut. Penyisipan cyclic prefix akan meningkatkan panjang simbol OFDM dari T u menjadi T u u+t CP, dimana T CP adalah panjang cyclic prefix dengan pengurangann dari simbol OFDM itu sendiri. Dalam Gambar 2.6 bagian bawah, orthogonalitas subcarrier pada kanal time-dispersive dapat diwujudkan bila pada penerima hanya membawa simbol OFDM dengan interval waktu dan tergantung pada rentang penyebaran waktu lebih pendek dari panjang cyclic prefix. Hal ini juga membawa pengaruh pada ketidakmunculan ISI pada proses penyisipan cyclic prefix.
18 24 Gambar 2.6 Penyisipan Cyclic Prefix Penyisipan cyclic prefix ini dibawa di keluaran waktu diskrit pada pengirim IFFT. Sample terakhir N CP dari blok keluaran IFFT dengan panjang N akan dikopi dan dimasukkan ke dalam blok awal, menambah panjang blok dari N menjadi N+N CP. Pada sisi penerima, sample yang bersesuaian dibuang sebelum demodulasi OFDM, sebagai contoh : proses DFT/FFT. Kekurangan dari penyisipan cyclic prefix hanyalah sebagian kecil dari energi sinyal penerima yang dimanfaatkann oleh demodulator OFDM, sehingga mengisyaratkan adanya energi yang hilang pada proses demodulasi OFDM untuk downlink pada Jaringan 4G Sinyal yang dikirim dalam setiap slot pada saat proses downlink digambarkan oleh sebuah resource grid yang terdiri dari subcarrierr dan simbol OFDM, dengan = 6 dan = 110.
19 25 Jumlah simbol OFDM tergantung pada panjang cyclic prefix dan jarak subcarrier yang dapat dilihat pada Tabel 2.1. Setiap elemen dalam resource grid disebut resource element dengan indeks (k,l) dalam suatu slot, dimana 0,,!" #$ %1 dan '!" 0,, #() %1. Resource block digunakan untuk mendeskripsikan pemetaan dari kanal fisik tertentu ke resource element (RE). Tabel 2.1 Parameter resource block untuk downlink [1]
20 26 Gambar 2.7 Downlink Resource Grid Pada Gambar 2.7 dapat dilihat bahwa setiap resource block (RB) terdiri dari 12 subcarrier (dalam ranah frekuensi) dan 7 simbol OFDM (dalam ranah waktu) jika menggunakan cyclic prefix normal. Bandwidth subcarrier dalam ranah frekuensi adalah 15 KHz, sehingga bandwidth satu PRB adalah 180 KHz. Struktur frame diatas menggunakan struktur frame tipe 1 yaitu untuk operasi band berpasangan (FDD) dimana transmisi downlink dan uplink beroperasi pada frekuensi berbeda.
21 27 Gambar 2.8 Struktur Frame Tipe 1 [6] Pada Gambar 2.8 struktur frame tipe 1 ini radio frame 10 ms dibagi menjadi 20 slot sama sebesar 0.5 ms. Masing-masing subframe terdiri dari dua slot berturut-turut, sehingga satu radio frame terdiri dari 10 subframe [7]. Jaringan 4G juga mendukung untuk operasi TDDD yang merupakan struktur frame tipe 2 dengan struktur dasar RB dan RE tetap sama, namun dalam satu PRB sebagian subframe digunakan untuk downlink dan sisanya untuk uplink atau sebagai special frame (untuk beralih antara transmisi uplink dan downlink). Untuk struktur frame tipe 2, radio frame 10 ms terdiri dari 2.5 frame dengan panjang masing-masing 5 ms. Setiap setengah frame dibagi menjadi 5 subframe dengann panjang masing-masing 1 ms. Pada Gambar 2.9 frame yang bukan merupakan special frame dibagi menjadi 2 slot dengan panjang 0.5 ms tiap subframe. Special subframe terdiri dari DwPTS (Downlink Pilot Timeslot), GP (Guard Period), UpPTS (Uplink Pilot Timeslot). Ketiganya memiliki panjang masing-masing dengan total panjang 1 ms.
22 28 Gambar 2.9 Struktur Frame Tipe 2 [6] 2.3 Peak-to-Average Power Ratio (PAPR) Salah satu permasalahan yang penting dalam tugas akhir ini adalah mengenai Peak-to-Average Power Ratio (PAPR), dimana PAPR merupakan salah satu sebab dipilihnya sebuah sistem baru pengganti OFDM yang digunakan dalam proses uplink Jaringan 4G. Pada subbab berikut akan dijelaskan mengenai definisi PAPR secara umum dan garis besar PAPR pada OFDM Definisi PAPR PAPR adalah perbandingan antara daya puncak sinyal dengan daya rataratanya. PAPR dapat terjadi sebagai hasil superposisi dari dua atau lebih subcarrier sehingga menghasilkan nilai puncak sinyal yang sangat besar. Hal ini biasanya disebabkan oleh modulasi masing-masing subcarrier yang dilakukan dengan frekuensi yang berbeda sehingga menyebabkan beberapa subcarrier mempunyai fase koheren yang pada akhirnya akan muncul amplitude dengan level jauh lebih besar dari daya sinyalnya.
23 PAPR pada OFDM Nilai PAPR yang besar akan menyebabkan sistem membutuhkan komponen sistem yang memiliki daerah linier yang besar untuk mengakomodasi amplitudo sinyal. Sedangkan Power Amplifier (PA) adalah salah satu komponen sistem yang tidak linear. PA yang tidak linear akan menyebabkan distorsi yang sifatnya nonlinear sehingga akan muncul intermodulasi, yaitu frekuensi baru pada sinyal yang akan ditransmisikan. Intermodulasi menyebabkan terjadinya interferensi di antara subcarrier dan menyebabkan terjadinya pelebaran spektral dari sinyal keseluruhan. Secara matematis nilai PAPR dapat dirumuskan dengan [7] : *+*, - - atau *+*,. 10log (2.3) Dimana N adalah jumlah subcarrier. Dari persamaan 2.3 dapat dikatakan bahwa nilai PAPR pada sistem OFDM bersifat linear dengan jumlah subcarrier-nya. Saat N sinyal ditambahkan dengan fase sama, sinyal tersebut akan menghasilkan nilai puncak yang besarnya N kali dari daya rata-ratanya, sehingga nilai PAPR akan bertambah besar jika jumlah N diperbesar.
BAB II JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)
BAB II JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) Pada bab dua ini akan dibahas mengenai evolusi jaringan komunikasi bergerak seluler, jaringan Long Term Evolution (LTE). Lalu penjelasan mengenai dasar Orthogonal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akhir yang berjudul Discrete Fourier Transform-Spread Orthogonal Frequency Division
BAB I PENDAHULUAN Bab satu ini membahas tujuan, latar belakang masalah, dan sistematika penulisan Tugas Akhir yang berjudul Discrete Fourier Transform-Spread Orthogonal Frequency Division Multiplexing
Lebih terperinciDISCRETE FOURIER TRANSFORM-SPREAD ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING PADA JARINGAN GENERASI KEEMPAT (4G)
i DISCRETE FOURIER TRANSFORM-SPREAD ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING PADA JARINGAN GENERASI KEEMPAT (4G) Oleh: SINCERA SONIA CONCHITA NIM : 612005039 Skripsi Untuk melengkapi syarat-syarat memperoleh
Lebih terperinciTeknologi Seluler. Pertemuan XIV
Teknologi Seluler Pertemuan XIV Latar Belakang Teknologi jaringan seluler berevolusi dari analog menjadi sistem digital, dari sirkuit switching menjadi packet switching. Evolusi teknologi seluler terbagi
Lebih terperinciBAB III DISCRETE FOURIER TRANSFORM SPREAD OFDM
BAB III DISCRETE FOURIER TRANSFORM SPREAD OFDM Pada bab tiga ini akan membahas mengenai seluk beluk DFTS-OFDM baik dalam hal dasar-dasar DFTS-OFDM hingga DFTS-OFDM sebagai suatu sistem yang digunakan pada
Lebih terperinciAgus Setiadi BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI 2.1 Teknologi 3G 3G adalah singkatan dari istilah dalam bahasa Inggris: third-generation technology. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada perkembangan teknologi telepon nirkabel
Lebih terperinciTransport Channel Processing berfungsi mengubah transport blok yang dikirim dari. Processing dari MAC Layer hingga physicalchannel.
HSUPA ( High Speed Uplink Packet Access ) High-Speed Uplink Packet Access (HSUPA) adalah protokol telepon genggam 3G dalam keluarga HSPA dengan kecepatan unggah/"uplink" hingga 5.76 Mbit/s. Nama HSUPA
Lebih terperinciANDRIAN SULISTYONO LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G. Penerbit Telekomunikasikoe
ANDRIAN SULISTYONO LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G Penerbit Telekomunikasikoe LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G Oleh: Andrian Sulistyono Copyright 2012 by Andrian Sulistyono Penerbit Telekomunikasikoe
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem Modulasi Modulasi (mapping) adalah proses perubahan karakteristik dari sebuah gelombang carrier atau pembawa aliran bit informasi menjadi simbol-simbol. Proses
Lebih terperinciPengenalan Teknologi 4G
Pengenalan Teknologi 4G Trend teknologi komunikasi masa depan adalah teknologi baru yang benar-benar mengadopsi tren yang sedang berkembang, dimana komputer dapat berfungsi sebagai alat telekomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Layanan 3G komersial telah diluncurkan sejak tahun 2001 dengan menggunakan teknologi WCDMA. Kecepatan data maksimum yang dapat dicapai sebesar 2 Mbps. Walaupun demikian,
Lebih terperinciLAPISAN FISIK PADA TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI PT TELKOM R&D CENTER BANDUNG
Makalah Seminar Kerja Praktek LAPISAN FISIK PADA TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI PT TELKOM R&D CENTER BANDUNG Oleh : Yusup Rudyanto (L2F007082) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciTeknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA
Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA OVERVIEW Dalam sistem komunikasi wireless, efisiensi pemakaian lebar bidang frekuensi diusahakan diantaranya melalui teknik multiple akses, agar dalam alokasi frekuensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Konsep global information village [2]
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan komunikasi suara, data, dan multimedia melalui Internet dan perangkat-perangkat bergerak semakin bertambah pesat [1-2]. Penelitian dan pengembangan teknologi
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. Gambar 2.2. Arsitektur Jaringan LTE a. User Equipment (UE) merupakan terminal di sisi penerima
BAB II TEORI DASAR 2.1. Konsep Dasar Femtocell Arsitektur jaringan LTE berdasarkan [5] terdiri dari User Equipment (UE), Evolved UMTS Terestrial Radio Network (E-UTRAN) dan Evolved Packet Core (EPC). Gambar
Lebih terperinciMultiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes
Multiple Access Downlink Uplink Handoff Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes Base Station Fixed transceiver Frequency TDMA: Time Division Multiple Access CMDA: Code
Lebih terperinciANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING
ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING T.B. Purwanto 1, N.M.A.E.D. Wirastuti 2, I.G.A.K.D.D. Hartawan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciPerkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA
Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA TEKNOLOGI AMPS Analog mobile phone system(amps) dimulai
Lebih terperinciUniversal Mobile Telecommunication System
Universal Mobile Telecommunication System Disusun Oleh: Fikri Imam Muttaqin Kelas XII Tel 2 2010026 / 23 UMTS merupakan salah satau evolusi generasi ketiga (3G) dari jaringan mobile. Air interface yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis teknologi telekomunikasi yang mutakhir saat ini yaitu
Lebih terperinciTeknologi Komunikasi Data Seluler. Adri Priadana ilkomadri.com
Teknologi Komunikasi Data Seluler Adri Priadana ilkomadri.com Telepon Seluler Telepon seluler adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional
Lebih terperinciEVALUASI PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK
EVALUASI PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK Josia Ezra1), Arfianto Fahmi2), Linda Meylani3) 1), 2), 3) School of Electrical
Lebih terperinciOFDM : Orthogonal Frequency Division Multiplexing
OFDM : Orthogonal Frequency Division Multiplexing I. Pendahuluan OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah sebuah teknik transmisi yang menggunakan beberapa buah frekuensi yang saling tegak
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Komunikasi Bergerak Perkembangan sistem komunikasi dunia semakin marak dengan teknologiteknologi baru yang memudahkan manusia untuk berkomunikasi dimanapun, dengan siapapun dan
Lebih terperinci1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia telekomunikasi saat ini sangatlah pesat, kebutuhkan jaringan handal yang mampu mengirim data berkecepatan tinggi dan mendukung fitur layanan yang
Lebih terperinciBAB IV. PAPR pada Discrete Fourier Transform Spread-Orthogonal. Division Multiplexing
BAB IV PAPR pada Discrete Fourier Transform Spread-Orthogonal Division Multiplexing Bab empat ini membahas tentang PAPR (Peak to Average Power Ratio) yang merupakan salah satu penyebab digunakannya DFTS-OFDM
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Teknologi Long Term Evolution (LTE) 2.1.1 Umum Layanan mobile broadband terus berkembang seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat dalam beraktivitas serta kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan wireless menjadi salah satu sarana yang paling banyak dimanfaatkan dalam sistem komunikasi. Untuk menciptakan jaringan wireless yang mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori
1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Layanan komunikasi dimasa mendatang akan semakin pesat dan membutuhkan data rate yang semakin tinggi. Setiap kenaikan laju data informasi, bandwith yang dibutuhkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. telekomunikasi berkisar 300 KHz 30 GHz. Alokasi rentang frekuensi ini disebut
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Frekuensi merupakan sumber daya yang disediakan oleh alam dan penggunaannya terbatas. Rentang frekuensi yang digunakan dalam dunia telekomunikasi berkisar 300 KHz 30
Lebih terperinciDEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011
TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA MIMO-OFDM DENGAN MODULASI ADAPTIF PADA LONG TERM EVOLUTION DALAM ARAH DOWNLINK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendididikan sarjana (S-1)
Lebih terperinci6.2. Time Division Multiple Access (TDMA)
6.2. Time Division Multiple Access (TDMA) Pada sistem FDMA, domain frekuensi di bagi menjadi beberapa pita non-overlaping, oleh karena itu setiap pesan pengguna dapat dikirim menggunakan band yang ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat, waktu, dan kondisi diam atau bergerak menyebabakan perkembangan telekomunikasi nirkabel (wireless)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi nirkabel mulai dari generasi 1 yaitu AMPS (Advance Mobile Phone
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem komunikasi mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama sistem komunikasi nirkabel. Hal ini dikarenakan tuntutan masyarakat akan kebutuhan komunikasi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Telekomunikasi data mobile saat ini sangat diminati oleh masyarakat karena mereka dapat dengan mudah mengakses data dimana saja dan kapan saja. Untuk mengimbangi kebutuhan
Lebih terperincioleh Ivan Farrell Setiono NIM :
METODE CLIPPING FILTERING, METODE SELECTIVE MAPPING, DAN METODE PARTIAL TRANSMIT SEQUENCE UNTUK MENGURANGI NILAI PEAK TO AVERAGE POWER RATIO (PAPR) DALAM SISTEM OFDM oleh Ivan Farrell Setiono NIM : 612010002
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan akan komunikasi nirkabel sangat pesat. Gedung-gedung perkantoran, perumahan-perumahan, daerah-daerah pusat perbelanjaan menuntut akan
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC
BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC 3.1 Pemodelan Sistem Gambar 13.1 Sistem transmisi MIMO-OFDM dengan AMC Dalam skripsi ini, pembuatan simulasi dilakukan pada sistem end-to-end sederhana yang dikhususkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat, waktu, dan kondisi (statis dan bergerak) menyebabkan telekomunikasi nirkabel (wireless) berkembang
Lebih terperinciSISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS???
SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS??? KELOMPOK 4 1.BAYU HADI PUTRA 2. BONDAN WICAKSANA 3.DENI ANGGARA PENGENALAN TEKNOLOGI 2G DAN 3G Bergantinya teknologi seiring majunya teknologi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi yang sangat pesat, maka sistem komunikasi wireless digital dituntut untuk menyediakan layanan data
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu cara berpikir yang di mulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data baik dari buku-buku panduan maupun studi lapangan, melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Radio Over Fiber (RoF) merupakan teknologi dimana sinyal microwave (listrik) didistribusikan menggunakan media dan komponen optik. Sinyal listrik digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin tingginya pertumbuhan pengguna telepon seluler/smartphone dewasa ini menyebabkan pertumbuhan pengguna layanan data menjadi semakin tinggi, pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 1 I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak pertama kali diperkenalkan hingga tiga puluh tahun perkembangannya, teknologi seluler telah melakukan banyak perubahan besar. Sejarah mencatat perkembangan
Lebih terperinciARSITEKTUR DAN KONSEP RADIO ACCESS
Makalah Seminar Kerja Praktek ARSITEKTUR DAN KONSEP RADIO ACCESS PADA LONG TERM EVOLUTION (LTE) Oleh : Yunda Kumala Nasution (L2F007081) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstrak
Lebih terperinciPengertian dan Macam Sinyal Internet
Pengertian dan Macam Sinyal Internet Rizki Regina Ulfauziah Just_regina@yahoo.com Abstrak Ilmu Teknologi di dunia ini sangat luas dan akan akan terus berkembang, salah satunya yaitu pada Sinyal atau Jaringan.
Lebih terperinciEvolusi Teknologi Wireless Seluler menuju HSDPA
27 Evolusi Teknologi Wireless Seluler menuju HSDPA Rahmad Hidayat Manajemen Telekomunikasi, Universitas Mercu Buana Abstrak Teknologi data dalam keluarga GSM meliputi GPRS, EDGE, UMTS/WCDMA dan HSDPA.
Lebih terperinci3.6.3 X2 Handover Network Simulator Modul Jaringan LTE Pada Network Simulator BAB IV RANCANGAN PENELITIAN
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii INTISARI... xiii ABSTRACT... xiv BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciAnalisa Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Berbasis Perangkat Lunak
Analisa Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Berbasis Perangkat Lunak Kusuma Abdillah, dan Ir Yoedy Moegiharto, MT Politeknik Elektro Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh November
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Long Term Evolution (LTE) 2.1.1. Pendahuluan LTE merupakan pengembangan standard teknologi 3GPP dengan menggunakan skema multiple access OFDMA pada sisi downlink dan SC-FDMA
Lebih terperinciApa perbedaan antara teknik multiplex dan teknik multiple access??
Teknik multiplex untuk menyalurkan banyak kanal ke dalam sebuah medium transmisi yang sama. Teknik Multiple Akses merupakan penggunaan medium transmisi yang sama oleh banyak user secara simultan. Apa perbedaan
Lebih terperinciSimulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN. Warta Qudri /
Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN Warta Qudri / 0122140 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof.Drg.Suria Sumantri, MPH 65, Bandung, Indonesia, Email : jo_sakato@yahoo.com ABSTRAK Kombinasi
Lebih terperinciWIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER
WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER Arsitektur jaringan seluler dibagi menjadi yaitu: 1. Generasi Kedua terdiri atas: SISTEM DECT (DIGITAL ENHANCED CORDLESS TELECOMMUNICATION) adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan teknologi komunikasi seluler generasi ke 2 (2G) berbasis Time Division Multiple Access (TDMA) seperti Global System For Mobile Communication (GSM), generasi
Lebih terperinciBAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULAR UTRA-TDD
BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULAR UTRA-TDD 2.1 UTRA-TDD UMTS (Universal Mobile Telecommunication System) adalah sistem yang pertama kali dikembangkan oleh ETSI (European Telecommunications Standard
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi selular semakin berkembang, diawali dengan munculnya teknologi 1G (AMPS), 2G yang dikenal dengan GSM, dan 3G yang mulai berkembang di Indonesia
Lebih terperinciPERBANDINGAN KINERJA ANTARA OFDM DAN OFCDM PADA TEKNOLOGI WiMAX
PERBANDINGAN KINERJA ANTARA OFDM DAN OFCDM PADA TEKNOLOGI WiMAX Dian Ratih Utami, Ali Hanafiah Rambe, ST., MT. Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Lebih terperinciBAB II ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) (multicarrier) yang saling tegak lurus (orthogonal). Pada prinsipnya, teknik OFDM
BAB II ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEING (OFDM) 21 Umum OFDM merupakan sebuah teknik transmisi dengan beberapa frekuensi (multicarrier) yang saling tegak lurus (orthogonal) Pada prinsipnya, teknik
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)
1 ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX) Siska Dyah Susanti 1, Ir. Erfan Achmad Dahlan, MT. 2, M. Fauzan Edy Purnomo. ST.,
Lebih terperinciFitur Utama OFDM dan OFDMA. bagi Jaringan Komunikasi Broadband
Fitur Utama OFDM dan OFDMA bagi Jaringan Komunikasi Broadband Oleh : Rahmad Hidayat ABSTRAK OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) dan OFDMA (Orthogonal Frequency Division Multiple Access) memiliki
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori Teknologi Radio Over Fiber
BAB II DASAR TEORI 2. 1 Teknologi Radio Over Fiber Teknologi ROF adalah sebuah teknologi dimana sinyal microwave (elektrik) didistribusikan oleh komponen dan teknik optik [8]. Sistem ROF terdiri dari CU
Lebih terperinciIEEE g Sarah Setya Andini, TE Teguh Budi Rahardjo TE Eko Nugraha TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta
IEEE 802.11g Sarah Setya Andini, 31431 TE Teguh Budi Rahardjo 31455-TE Eko Nugraha 31976-TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta 5.1 PREVIEW Wi-Fi (atau Wi- fi, WiFi, Wifi, wifi) merupakan kependekan
Lebih terperinciBAB 2 TEKNOLOGI DAN TREN PERTUMBUHAN WCDMA/HSPA
BAB 2 TEKNOLOGI DAN TREN PERTUMBUHAN WCDMA/HSPA Telekomunikasi nirkabel yang dikenal dengan istilah seluler merupakan suatu cara dalam pertukaran informasi antara penggunanya dengan tidak terpaku pada
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN SIMULASI
BAB IV PEMODELAN SIMULASI Pada tugas akhir ini akan dilakukan beberapa jenis simulasi yang bertujuan untuk mengetahui kinerja dari sebagian sistem Mobile WiMAX dengan menggunakan model kanal SUI. Parameter-parameter
Lebih terperinciPertemuan ke 5. Wireless Application Protocol
Pertemuan ke 5 Wireless Application Protocol WAP Wireless Application Protocol disingkat WAP adalah sebuah protokol atau sebuah teknik messaging service yang memungkinkan sebuah telepon genggam digital
Lebih terperinci: ANALIS PENERAPAN TEKNOLOGI JARINGAN LTE 4G DI INDONESIA PENULIS : FADHLI FAUZI, GEVIN SEPRIA HERLI, HANRIAS HS
JUDUL : ANALIS PENERAPAN TEKNOLOGI JARINGAN LTE 4G DI INDONESIA PENULIS : FADHLI FAUZI, GEVIN SEPRIA HERLI, HANRIAS HS NAMA JURUSAN, KAMPUS : JURUSAN MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, INSTITUT
Lebih terperinciHandbook Edisi Bahasa Indonesia
4G Handbook Edisi Bahasa Indonesia Industry Outlook Overview Data on 2G & 3G Frequency Spectrum on 4G 4G OFDMA & SC-FDMA 4G LTE SAE Heterogeneus Network 4G LTE Planning with Atoll 4G LTE Drivetest Collaborator
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN PITA FREKUENSI RADIO 800 MHz UNTUK KEPERLUAN PENYELENGGARAAN JARINGAN BERGERAK SELULER DENGAN
Lebih terperinciKOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T
Multiplexing Multiplexing adalah suatu teknik mengirimkan lebih dari satu (banyak) informasi melalui satu saluran. Tujuan utamanya adalah untuk menghemat jumlah saluran fisik misalnya kabel, pemancar &
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada pengerjaan Tugas Akhir ini penelitian dilakukan menggunakan bahasa pemograman matlab R2008b. Untuk mendapatkan koefisien respon impuls kanal harus mengikuti metodologi
Lebih terperinciPERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING
Widya Teknika Vol.19 No. 1 Maret 2011 ISSN 1411 0660 : 34 39 PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Dedi Usman Effendy 1) Abstrak Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebutuhan akan berkomunikasi dimana dan kapan saja merupakan sebuah tuntutan manusia yang dinamis pada saat ini. Salah satu kebutuhan tersebut adalah komunikasi data
Lebih terperinciSTUDI OFDM PADA KOMUNIKASI DIGITAL PITA LEBAR
STUDI OFDM PADA KOMUNIKASI DIGITAL PITA LEBAR M. Iwan Wahyuddin Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Komunikasi dan Informatika, Universitas Nasional Jl. Raya Sawo Manila, Pejaten No. 61, Jakarta
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Awal penggunaan dari sistem komunikasi bergerak dimulai pada awal tahun 1970-an.
BAB II DASAR TEORI 2.1 Perkembangan Sistem Komunikasi Bergerak Awal penggunaan dari sistem komunikasi bergerak dimulai pada awal tahun 1970-an. Dan untuk mengakomodasi kebutuhan user akan jenis layanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka Pada Penelitian Terkait Tugas akhir ini mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dimana beberapa penelitian tersebut membahas manajemen
Lebih terperinciANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI JARINGAN UPLINK 4G-LTE DENGAN METODE INNERLOOP POWER CONTROL DI PT TELKOMSEL
ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI JARINGAN UPLINK 4G-LTE DENGAN METODE INNERLOOP POWER CONTROL DI PT TELKOMSEL Indah Ayu Lestari 1*, Ali Nurdin 1, Asriyadi 1 1 Program Studi Teknik Telekomunikasi, Jurusan
Lebih terperinciHome Networking. Muhammad Riza Hilmi, ST.
Home Networking Muhammad Riza Hilmi, ST. saya@rizahilmi.com http://learn.rizahilmi.com Pengertian Jaringan adalah dua komputer atau lebih yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya menggunakan media
Lebih terperinciDAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data
DAFTAR ISTILAH ACK (acknowledgement ) : Indikasi bahwa sebuah data yang terkirim telah diterima dengan baik Adaptive Modulation and Coding (AMC) Access Grant Channel (AGCH) arrival rate for SMS message
Lebih terperinciKEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp & Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penggunaan Spektrum Frekuensi [1]
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, sistem komunikasi nirkabel (wireless) sedang berkembang sangat pesat dalam dunia telekomunikasi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah user (pengguna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG TDMA (Time Divison Multiple Access) merupakan metode pengembangan dari FDMA yakni setiap kanal frekuensi masih dibagi dalam slot waktu sekitar 10 ms. Data pada setiap
Lebih terperinciBAB I PROTOKOL KOMUNIKASI
BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI Komunikasi adalah suatu pengalihan informasi dan pengertian diantara bagian individu, dan suatu proses pengiriman dari lambang- lambang antar pribadi dengan makna-makna yang dikaitkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Sistem standar 3G yang dipakai di Indonesia menggunakan teknologi WCDMA ( Wide Code Division Multiple Access ) dimana dengan teknologi ini memungkinkan kecepatan data mencapai 384
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi yang semakin pesat di berbagai belahan dunia, membuat semua orang ingin berkomunikasi tanpa terbatasi adanya jarak dan kecepatan. Saat ini manusia
Lebih terperinciPENGARUH FREQUENCY SELECTIVITY PADA SINGLE CARRIER FREQUENCY DIVISION MULTIPLE ACCESS (SC-FDMA) Endah Budi Purnomowati, Rudy Yuwono, Muthia Rahma 1
PENGARUH FREQUENCY SELECTIVITY PADA SINGLE CARRIER FREQUENCY DIVISION MULTIPLE ACCESS (SC-FDMA) Endah Budi Purnomowati, Rudy Yuwono, Muthia Rahma 1 Abstrak: Single Carrier Frequency Division Multiple Access
Lebih terperinciTEKNOLOGI SELULER ( GSM )
TEKNOLOGI SELULER ( GSM ) GSM (Global System for Mobile communication) adalah suatu teknologi yang digunakan dalam komunikasi mobile dengan teknik digital. Sebagai teknologi yang dapat dikatakan cukup
Lebih terperinciBAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik
BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) 2.1 Pengenalan CDMA CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik akses jamak (multiple access) yang memisahkan percakapan dalam domain
Lebih terperinciPERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI SUBSCRIBER STATION BERBASIS STANDAR TEKNOLOGI LONG-TERM EVOLUTION
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI BERBASIS STANDAR TEKNOLOGI LONG-TERM EVOLUTION
Lebih terperinciWireless Technology atau teknologi nirkabel, atau lebih sering disingkat wireless adalah teknologi elektronika yang beroperasi tanpa kabel.
Pengantar Teknologi Nirkabel: Telepon Selular (Ponsel) Wireless Technology atau teknologi nirkabel, atau lebih sering disingkat wireless adalah teknologi elektronika yang beroperasi tanpa kabel. Wireless
Lebih terperinciMAKALAH KOMUNIKASI DIGITAL
MAKALAH KOMUNIKASI DIGITAL OLEH : 1.RAHMAT JALANI (D41110014) 2.MUH REZA ADRIAN (D41110256) 3.LORA GALA P (D41110284) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciRadio Resource Management dalam Multihop Cellular Network dengan menerapkan Resource Reuse Partition menuju teknologi LTE Advanced
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 A-31 Radio Resource Management dalam Multihop Cellular Network dengan menerapkan Resource Reuse Partition menuju teknologi LTE Advanced Theresia
Lebih terperinciTTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Multiple Access
TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Multiple Access S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom Oleh: Linda Meylani Agus D. Prasetyo Tujuan Pembelajaran Memahami konsep multiple access.
Lebih terperinciTUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G
TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun oleh : Nama : Dyan Tri
Lebih terperinciDAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRAK. i ABSTRACT.. ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI.. v DAFTAR TABEL.. viii DAFTAR GAMBAR...
ABSTRAK Perkembangan teknologi komunikasi berupa sistem komunikasi bergerak bukanlah hal yang baru dalam masyarakat di jaman sekarang ini. Kebutuhan akan pertukaran informasi saat ini semakin meningkat,
Lebih terperinciKinerja Sinyal Referensi Long Block dan Short Block pada Single Carrier Frequency Division Multiple Access (SC-FDMA) Uplink Long Term Evolution (LTE)
Kinerja Sinyal Referensi Long Block dan Short Block pada Single Carrier Frequency Division Multiple Access (SC-FDMA) Uplink Long Term Evolution (LTE) Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini kami memberikan informasi mengenai latar belakang UMTS dalam bentuk arsitektur jaringan dan protokol stack yang digunakan. 2.1 Arsitektur Jaringan UMTS Universal Mobile
Lebih terperinciI. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.
I. Pembahasan 1. Frequency Reuse Frequency Reuse adalah penggunaan ulang sebuah frekuensi pada suatu sel, dimana frekuensi tersebut sebelumnya sudah digunakan pada satu atau beberapa sel lainnya. Jarak
Lebih terperinciKajian Implementasi Standar Long-Term Evolution (LTE) pada Sistem Komunikasi Taktis Militer
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 A-117 Kajian Implementasi Standar Long-Term Evolution (LTE) pada Sistem Komunikasi Taktis Militer Aris Pradana, Gamantyo Hendrantoro, dan Devy
Lebih terperinciBAB II TEORI PENUNJANG
BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Dasar-Dasar Jaringan GSM 2.1.1 Pengertian GSM Global System for Mobile Communication disingkat GSM adalah sebuah teknologi komunikasi selular yang bersifat digital. Teknologi
Lebih terperinci