HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tepung Bonggol Pisang Bonggol pisang merupakan salah satu bahan pangan yang berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka memenuhi peningkatan kebutuhan pangan terutama sumber karbohidrat. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981) menyatakan bahwa kandungan karbohidrat bonggol pisang cukup tinggi yaitu sekitar karbohidrat 11,6%, dan serat kasar 5%, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dan serat. Umumnya semua jenis bonggol pisang dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk pangan (Widyasari, 2004 dikutip Riana, 2005). Bonggol pisang kepok (Musa paradisiaca var forma tipica) dan pisang batu (Musa brachycarpa) lebih mudah didapat dibandingkan dengan jenis lainnya tanpa pemeliharaan khusus dan umur panennya singkat. Satu bonggol pisang memiliki berat rata-rata kg, sedangkan umur panen buah pisang sekitar 8-12 bulan setelah masa tanam. Gambar bonggol pisang batu disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Bonggol Pisang Batu (Dokumentasi Pribadi, 2011) 6 FTIP001653/018

2 7 Tanaman pisang yang telah dipanen, bonggolnya tidak akan bertunas kembali, sehingga apabila tanaman tidak produktif lagi, tanaman akan ditebang dan bonggol pisangnya akan dibiarkan saja membusuk menjadi limbah pertanian yang tidak memiliki nilai ekonomis. Komposisi kimia bonggol pisang segar dan kering dapat dilihat Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kimia Bonggol Pisang Segar dan Kering dalam 100 g Bonggol Pisang Komponen Kimia Segar Kering (Kal) (g) (g) (g) 43 0,6 11, ,4 66,2 (mg) (mg) (mg) , ,0 Vitamin: Vitamin A (mg) Vitamin B (mg) 0,01 0, Kalori Protein Lemak Karbohidrat Mineral: Kalsium Fosfor Zat besi Vitamin C Air (mg) (%) Sumber : Direktoriat Gizi, Departemen Kesehatan RI (1981) dikutip Emininta (2011) Berdasarkan komposisi kimia tersebut, tidaklah salah jika bonggol pisang dimanfaatkan sebagai bahan pangan sumber karbohidrat dan mineral yang cukup baik untuk kesehatan tubuh, baik bagi manusia maupun ternak. Nilai tambah bonggol pisang dapat ditingkatkan dengan pengolahan bonggol pisang menjadi tepung. Tepung bonggol pisang merupakan bentuk olahan bonggol pisang setengah jadi yang FTIP001653/019

3 8 dibuat dengan menggiling bonggol pisang yang telah dikeringkan. Pengolahan bonggol pisang menjadi tepung selain dapat menambah nilai ekonomis, juga mempunyai daya tahan simpan yang relatif lama dibandingkan dengan bonggol pisang segarnya sehingga lebih mudah diolah menjadi berbagai produk pangan. Menurut Ardiyanto (2008), tepung bonggol pisang adalah butiran halus yang lolos ayakan 80 mesh yang dihasilkan dari proses penggilingan gaplek bonggol pisang. Komposisi kimia dan fisik tepung bonggol pisang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Fisikokimia Tepung Bonggol Pisang dalam 100 g Bahan Karakteristik Kimia 1. Kadar Air (%) 2. Kadar abu (%) 3. Kadar Serat (%) 4. Kadar Amilosa (%) 5. Kadar Pati (%) 6. Rasio Amilosa Dalam Pati (%) 7. Rasio Amilopektin Dalam Pati (%) Fisik 1. Suhu Awal Tergelatinisasi (0C) 2. Absorbansi Air (g/g) 3. Modulus Kehalusan 4. Derajat putih (%) 5. Rendemen (%) 6. Visikositas Puncak 7. Visikositas Balik 8. Konsistensi Amilografi Komposisi 7,12** 6,10** 52,9180** 8,8325* 74,99** 36,5343* 63,4657* 70,5* 0,2183* 1,19** 36,13** 11,39* 520** 260** 257** Sumber : * Ardiyanto (2008) ** Prameswari (2008) Berdasarkan hasil penelitian Prameswari (2008), kandungan pati dan serat pada tepung bonggol pisang cukup tinggi sehingga baik digunakan untuk produk FTIP001653/020

4 9 olahan pangan sumber karbohidrat. Tepung bonggol pisang batu memiliki karakteristik fisikokimia yang baik yaitu memiliki waktu gelatinisasi yang cepat 40,5 menit pada suhu 70,50 C, viskositas puncak 520 BU (Brabender Unit), viskositas balik 260 BU, dan konsistensi amilografi 257 BU serta kandungan amilopektin 63,465%. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tepung bonggol pisang batu sesuai untuk produk semi basah seperti mie, cookies, biskuit dan makanan sarapan seperti flakes. Karbohidrat dalam tepung bonggol pisang batu juga mengandung oligosakarida. Menurut Winarno (1992), oligosakarida adalah polimer dengan derajat polimerisasi 2 sampai 10 dan biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakrida dalam tepung bonggol pisang tidak dapat dicerna oleh usus manusia, namun dapat digunakan oleh bakteri dalam usus besar seperti Bifidobacterium, Eubacterium dan Lactobacillus; sehingga jumlah bakteri baik dalam usus besar dapat dipertahankan. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi kesehatan pencernaan manusia Probiotik Probiotik yang berasal dari kata probios yang berarti kehidupan adalah pangan yang mengandung mikroorganisme hidup secara aktif meningkatkan kesehatan dengan cara memperbaiki keseimbangan flora usus jika dikonsumsi dalam keadaan hidup dengan jumlah yang memadai (Hidayat, et.al, 2006). Jenis- jenis bakteri yang digunakan pada probiotik antara lain: Lactobacilli, Streptococcus, dan Bifidobacteria. Manfaat bakteri tersebut adalah untuk menekan tumbuhnya bakteri penyebab pantogen, meningkatkan imunitas, kesehatan FTIP001653/021

5 10 pencernaan dan penyerapan gizi, serta untuk sintesis vitamin. Konsumsi bakteri probiotik bersama dengan produk makanan termasuk susu dan olahan susu seperti yoghurt dapat mengimbangi tingkat keasaman pada lambung dan memberi kesempatan pada bakteri probiotik untuk bertahan hidup sampai usus besar (Bahar, 2008). Berbagai macam tipe probiotik dan bakteri probiotik yang umumnya digunakan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Tipe-tipe Produk Probiotik dan Bakteri Probiotik yang Digunakan Probiotik Produk - produk susu fermentasi (yoghurt, buttermilk, susu asidofilus, dan lain-lain ) Pangan yang disuplementasi (susu pasteurisasi, minuman-minuman) Pharmaceuticals (tablets, kapsul, granula Produk-produk health food ( cairan, kapsul, bubuk.) Bakteri (yang umumnya digunakan) L. bulgaricus S. thermophilus L. acidophilus L. casaei Bifidobacteria spp. L. reuteri L. bulgaricus S. thermophilus L. acidophilus Bifidobacteria spp. L. reuteri L. bulgaricus L. acidophilus Bifidobacteria spp. L. acidophilus Bifidobacteria spp. Lactobacillus spp. Sumber : Hidayat, et.al (2006) Menurut Hidayat, et.al (2006), probiotik yang efektif sebaiknya memenuhi beberapa kriteria, seperti: memberikan efek yang menguntungkan pada host, tidak patogenik dan tidak toksik, mengandung sejumlah besar sel hidup, mampu bertahan dan melakukan kegiatan metabolisme dalam usus, tetap hidup selama penyimpanan FTIP001653/022

6 11 dan waktu yang digunakan, mempunyai sifat sensori yang baik dan dapat diisolasi dari host. Strain probiotik bersifat antibakteri patogen karena adanya senyawa antimikroba yang dihasilkan (Saarele, et.al, 2000 dikutip Surono, 2004). Selain antimikroba, probiotik juga berkompetisi terhadap reseptor pelekatan pada permukaan saluran usus. Ketika bakteri probitotik terikat pada mukosa usus, bakteri patogen tidak dapat melekat pada mukosa usus sehingga mengurangi terjadinya infeksi usus dengan demikian terjadinya peningkatan sistem imun dari tubuh. Menurut Surono (2004), mekanisme probiotik dalam memperbaiki dan menstimulir sistem imun adalah dengan meningkatkan aktivitas makrofag, meningkatkan kandungan antibodi, memfasilitasi transpor antigen, dan membantu perbaikan mukosa Prebiotik Prebiotik berbeda dengan probiotik yang merupakan mikroorganisme hidup, dimana prebiotik sebenarnya merupakan karbohidrat yang tidak dicerna oleh tubuh. Prebiotik ini menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas bakteri yang menguntungkan pada usus manusia (Hidayat, et.al, 2006). Prebiotik secara alami terdapat pada tanaman, misalnya pada umbi dahlia, bawang merah, bawang putih, asparagus, kedelai, ubi jalar, dan juga pada susu. Jumlah dan jenisnya tergantung pada varietas tanaman. Menurut Muchtadi (2010), bahan pangan yang dapat digolongkan ke dalam prebiotik adalah karbohidrat golongan oligosakarida yang tidak dapat dicerna, yaitu oligosakarida yang tahan FTIP001653/023

7 12 terhadap proses hidrolisis pada bagian atas usus tetapi dapat dihidrolisis dan difermentasi dalam usus besar seperti inulin, olifruktosa, frukto-oligosakarida (FOS) dan galakto-oligosakarida (GOS). Menurut Hidayat, et.al (2006), prebiotik dapat berfungsi sebagai antikarsinogenik, antimikrobal, aktivitas hipolipidemik, dan glukosa-mudalator, memperbaiki aktivitas dalam penyerapan mineral dan mengatur keseimbangan sehingga mencegah osteoporosis. Bahan prebiotik juga dapat ditambahkan atau dikonsumsi bersama dengan makanan yang mengandung bakteri probiotik. Prebiotik ini dapat memberikan nutrisi bagi probiotik. Dampak positifnya, jumlah bakteri menjadi banyak sehingga ketika dikonsumsi kuantitas dan kualitas dari probiotik dapat dipertahankan. Menurut Muchtadi (2010), keuntungan lain yang diperoleh dari konsumsi prebiotik adalah perbaikan komposisi mikroflora usus besar, perbaikan fungsi lambung (bowel), peningkatan penyerapan kalsium, serta mungkin perbaikan metabolisme lipida Yoghurt Sinbiotik Yoghurt merupakan produk yang diperoleh dari susu yang telah dipasteurisasi kemudian difermentasi dengan bakteri L. bulgaricus dan S. thermophilus sampai diperoleh keasaman, bau, dan rasa yang khas tanpa adanya penambahan bahan yang diizinkan. Mikroorganisme yang terdapat dalam yoghurt bekerja secara simbiosis mutualisme, dimana keduanya akan bekerjasama untuk membentuk cita rasa yoghurt (Badan Standarisasi Nasional, 1992). S. thermophilus tumbuh terlebih dahulu yang menghasilkan asam asetat, asam laktat, asetat dehid dan asam format. Adanya asam FTIP001653/024

8 13 format menurunkan ph 6,6-6,7 menjadi ph 4,0-4,5, sehingga dalam keadaan asam L. bulgaricus tumbuh. L. bulgaricus menghasilkan asam amino valin, histidin, dan glisin yang dibutuhkan S. thermophilus. Teknologi pengolahan yoghurt kini telah menghasilkan suatu produk olahan baru yaitu yoghurt sinbiotik. Istilah sinbiotik berasal dari kata sinergis dan digunakan pada produk yang mengandung probiotik dan prebiotik (Surono, 2004). Perbedaan yoghurt sinbiotik dengan yoghurt lainnya terletak pada kandungan bakteri dan adanya substrat dalam yoghurt sinbiotik. Pada yoghurt sinbiotik terkandung bakteri probiotik yang juga terdapat dalam saluran pencernaan manusia dan adanya bahan prebiotik yang menjadi substrat bagi probiotik. Pada yoghurt sinbiotik bonggol pisang batu, bahan yang menjadi prebiotik adalah tepung bonggol pisang batu, dimana di dalamnya terkandung oligosakarida yang tidak dapat dicerna, sedangkan probiotik yang digunakan adalah bakteri L. acidophillus. Bakteri tersebut bersama dengan bakteri lainnya yaitu S. thermophillus dan L. bulgaricus akan mendapat asupan prebiotik dari tepung bonggol pisang batu dan akan memfermentasi susu menjadi yoghurt sinbiotik bonggol pisang batu. Bahan dasar pembuatan yoghurt adalah susu segar yang telah dipasteurisasi. Penggunaan susu segar juga dapat ditambahkan dengan menggunakan susu full cream atau menggunakan sari kacang kedelai. Menurut Emininta (2011) susu bubuk full cream ditambahkan untuk meningkatkan kadar padatan dan meningkatkan cita rasa pada yoghurt sinbiotik. Selanjutnya dikatakan bahwa pada yoghurt sinbiotik bonggol pisang batu, perbandingan terbaik antara susu full cream dengan tepung bonggol pisang batu yaitu dengan perbandingan 2,5:1 (b/v). Karakteristik kimia total asam FTIP001653/025

9 14 titrasi 0,996%, ph 4,075, total padatan terlarut 8,58, visikositas 1525,83 m.pas, kadar lemak 3,6 %, kadar protein 3,71 %, kadar serat pangan 2,06%, total bakteri asam laktat 6x107cfu/ml. Karakteristik warna, aroma, rasa,tekstur, kekentalan, dan kenampakan keseluruhan yang disukai panelis. Proses pembuatan yoghurt sinbiotik bonggol pisang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut : Susu Segar Susu bubuk full cream : tepung bonggol pisang batu (2,5 : 1(b/v)) Pencampuran Pateurisasi T= 780C ± 20C; t= 30 menit Pendinginan T= 400C ± 20C Starter 4% (S. thermophilis, L. bulgaricus dan L. achidophillus) Inokulasi Inkubasi T= 420C; t= 5jam Pendinginan T= 40C± 20C Yoghurt Sinbiotik Bonggol Pisang Batu Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Yoghurt Sinbiotik Pisang Batu (Emininta, 2011) FTIP001653/026

10 15 Tahapan pembuatan yoghurt sinbiotik adalah sebagai berikut : 1. Pencampuran Pencampuran dilakukan antara susu segar dengan perbandingan susu full cream dan tepung bonggol pisang batu. Kekentalan yoghurt dipengaruhi oleh kadar padatan dari susu, dan dapat ditingkatkan dengan menambahkan susu full cream. Susu full cream pada pencampuran selain meningkatkan kadar padatan, juga dapat menambah cita rasa, sedangkan tepung bonggol pisang berfungsi sebagai bahan prebiotik. (Emininta, 2011) 2. Pasteurisasi Susu Pasteurisasi susu sebelum inokulasi dilakukan pada suhu 780C selama 30 menit. Tujuan dari pasteurisasi susu menurut Rahman (1992) adalah sebagai berikut : a. Agar susu relatif steril untuk pertumbuhan starter secara optimum. b. Penguapan sebagian air agar terbentuk media yang lebih sesuai untuk pertumbuhan starter laktat yang bersifat mikroaerofilik. c. Memecahkan beberapa komponen susu, dan d. Denaturasi dan koagulasi albumin serta globulin susu 3. Pendinginan Susu Susu yang telah dipasteurisasi harus didinginkan sampai suhu antra C, bertujuan untuk memberikan suhu yang baik bagi pertumbuhan bakteri. Susu yang masih terlalu panas pada saat inokulasi kultur yoghurt dapat rusak sehingga viabilitasnya rendah, begitu sebaliknya apabila suhu terlalu rendah maka kultur kurang aktif untuk melakukan fermentasi. Oleh karena itu, diperlukan suhu yang tepat pada saat susu diinokulasi dengan starter (Helferich dan Westhoff 1980). FTIP001653/027

11 16 4. Inokulasi Starter Setelah didinginkan, starter diinokulasikan ke dalam susu dimana banyaknya tergantung pada jumlah susu yang digunakan. Starter yang digunakan adalah mother culture yang mengandung tiga jenis bakteri yaitu L. bulgaricus, S. thermophillus, dan L. achidophillus. 5. Inkubasi Inkubasi merupakan proses penyimpanan produk pada suhu dan waktu tertentu sesuai kondisi pertumbuhan optimum bakteri sehingga menghasilkan yoghurt dengan karakteristik yang diinginkan. Inkubasi dilakukan segera setelah starter diinokulasikan ke dalam susu. Pada yoghurt sinbiotik, inkubasi dilakukan 420C selama 5 jam. 6. Pendinginan yoghurt Pendinginan yoghurt dilakukan setelah inkubasi selesai dilakukan. Pendinginan dilakukan agar yoghurt tetap awet dan untuk mencegah terjadinya fermentasi lebih lanjut dari bakteri. Yoghurt yang telah jadi harus diturunkan di bawah 100C dan suhu ini dipertahankan sampai konsumsi, (Tamime dan Robinson, 1999) dikutip Fathir, 2010). Hal ini dilakukan untuk mencegah reaksi kimia dan biologi pada susu yang disebabkan oleh aktivitas metabolisme starter dan mikroba yang mengkonsumsi yoghurt. 2.5 Sistem Imunitas Tubuh Kondisi sistem kekebalan tubuh atau sistem imunitas tubuh menentukan kualitas hidup. Dalam tubuh yang sehat terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat. FTIP001653/028

12 17 Sistem pertahanan tubuh secara garis besar terbagi menjadi dua berdasarkan mekanisme responnya, yaitu respons imun alami (innate Immunity) dan imun spesifik (adaptive Immunity). Respons imun alami (innate Immunity) dimana respon mencegah invasi benda-benda asing melalui kulit, mukosa, dan permukaan tubuh, yang dikenal juga sebagai yang respons imun non spesifik. Respons imun spesifik (adaptive Immunity) dimana respon untuk memproses benda asing. (Surono, 2004) Sel darah putih yang bertanggung jawab terhadap respon imun adalah limfosit. Limfosit memiliki reseptor yang mengenali antigen spesifik, dan teraktivasi pada saat antigen hadir dan terikat pada permukaannya. Setelah teraktivasi limfosit mengendap pada imun humoral atau seluler. Sistem imun humoral menghasilkan antibodi. Antibodi yang disebut juga immunoglobulin, dihasilkan sebagai respons adanya antigen dalam tubuh, dan secara spesifik terikat dengan antigen yang distimulinya. Reaksi antigen-antibodi melindungi tubuh dari dari berbagai efek negatif seperti mikroba dan benda-benda asing lainnya. (Surono, 2004) Kemampuan sistem imun mukosal berperan baik secara immunogenik maupun tolerogenik untuk menjaga tubuh terhadap infeksi dan peradangan usus. Mekanisme bakteri asam laktat probiotik menginduksi respon imun mukosa yang tepat tanpa efek samping. Bakteri asam laktat melakukan kontak dengan sistem imun yang berada pada mukosa saluran usus melalui sel M atau sel folikel epitelum dari Preyer s patches atau melalui sel epithel saluran usus halus atau usus besar. (Perdigon, dkk 2000 dikutip Surono, 2004) Peyer s patches adalah suatu daerah yang berbentuk oval, terdapat dalam usus kecil yang tidak mengandung villi, dimana didalamnya terdapat kumpulan limfosit FTIP001653/029

13 18 dan makrofag. Limfosit-limfosit ini akan membentuk cluster dalam bentuk nodule sebesar 2 sampai 3 milimeter diameternya, yang disebut nodule lymphe. Terdapat 20 sampai 30 nodule lymphe didalam peyer s Patches, sehingga banyak pakar menyebutkan bahwa usus kecil merupakan organ imunitas terbesar dalam tubuh (Winarno, et.al, 2003). Gambar dari peyer s patches dan nodule lymphe dapat dilihat pada Gambar 3 Gambar 3. Penampang Peyer s Patches dan Nodule Lymphe (Boston University, 2009) Bakteri asam laktat dan probiotik terbukti menstimulir sistem imun pada orang sehat maupun yang sakit. Sistem imun ini melibatkan berbagai sel termasuk makrofag, sel T, sel B, granuloside (neutrofil, basofil, dan eosinofil), seluruh sel tersebut membentuk jaringan kerjasama yang kuat menghasilkan sistem kekebalan tubuh. Probiotik mampu menstimulir sistem imun, akibat adanya senyawa peptidoglikan dan lipopolisakarida dalam dinding selnya. Komponen dinding sel bakteri probiotik yang dikenal sebagai muramil peptida dapat memacu sistem imun. FTIP001653/030

14 19 Berbagai jenis riset mengenai probiotik, khususnya respons imun telah dilakukan baik secara in vivo, yaitu dengan menggunakan hewan percobaan, maupun secara klinis (Surono, 2004). Fruktooligosakarida (FOS) diantara oligosakarida alami, merupakan produk yang saat ini diakui dan digunakan sebagai bahan pangan yang memenuhi kriteria sebagai prebiotik (Soedarto, 2008). Dengan berkembangnya penelitian mengenai fungsi FOS, diketahui bahwa FOS sebagai substrat bakteri probiotik menyebabkan percepatan pertumbuhan bakteri ini. Metabolit-metabolit yang dihasilkan berfungsi sebagai penjaga kesehatan usus halus dan kolon, terutama melalui mekanisme antagonisme dengan bakteri patogen, metabolit asam lemak rantai pendek (ALRP), dan peningkatan respons imun pada usus halus (Zakaria, 2003 dikutip Supriadi, 2003). Usus halus merupakan daerah rentan terhadap infeksi dan gangguan senyawa karsinogenik dan senyawa toksik lainnya. Jumlah mikroflora usus halus lebih terbatas dibandingkan dengan mikroflora pada kolon, sehingga diperlukannya asupan bahan pangan dari luar yang dapat melindungi usus halus. Mikroflora yang dapat menghasilkan metabolit seperti yang dihasilkan oleh bakteri probiotik merupakan mikroorganisme yang diharapkan mengkolonisasi usus halus. Usus halus merupakan pusat lokasi sistem imun sistem pencernaan, yang merupakan bagian sistem imun tubuh yang terbesar. Bakteri yang mengkoloni usus halus diharapkan dapat memacu respon imun saluran pencernaan sehingga menjaga kesehatan tubuh secara utuh (Zakaria, 2003 dikutip Supriadi, 2003). FTIP001653/031

15 Sel Darah Putih Sel darah putih (leukosit) adalah sel yang membentuk komponen darah, berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoeboid, dan dapat menembus dinding kapiler/ diapedesis. Dalam keadaan normal terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam satu liter darah manusia yang sehat ( sekitar sel per tetes) (Wikipedia, 2010). Leukosit ada dua macam jenis yaitu yang mengandung granula dalam sitoplasma (granulosit) dan tanpa granula (agranulosit). Leukosit terdiri dari 75% sel granulosit dan 25% agranulosit yang terbentuk dari sumsum tulang belakang (Baratawidjaya, 1994 dikutip Zairisman, 2006). Kelompok agranulosit meliputi sel limfosit dan monosit, sedangkan basofil, neutrofil, dan eosinofil termasuk ke dalam kelompok granulosit (bergranula) (Roitt, 1994 dikutip Zairisman, 2006). Jangka hidup dari leukosit belum diketahui secara pasti, namun sekitar 3-12 hari untuk leukosit granulosit, dan sedikit lama untuk agranulosit (Williams, 1987 dikutip Alamsyah, 2009). Persentase normal tipe sel darah putih disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Persentase Normal Tipe Sel Darah Putih Tipe Sel Darah Putih Neutrofil Eosinofil Basofil Limfosit Monosit Persentase 62% 2,3% 0,4% 30% 5,3% Sumber : Gayton (1987) dikutip Zairisman (2006) FTIP001653/032

16 21 Berikut ini adalah tipe sel darah putih : Neutrofil Neutrofil memiliki fungsi untuk membantu melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan jamur serta mencerna benda asing sisa-sisa peradangan. Neutrofil memiliki diameter antara µm. jumlahnya sekitar 50-70% dari total sel darah putih. Granula yang dimiliki neutrofil berwarna merah namun hanya sedikit di seluruh sitoplasma, dengan jumlah nukleus terdiri dari tiga lobe atau lebih dimana masing-masing lobe hanya dihubungkan oleh filamen sehingga terlihat seperti terpisah (Sartika, 2008). Bentuk neutrofil pada Gambar 4. Neutrofil Lobe Gambar 4. Neutrofil (Sartika, 2008) Eosinofil Eosinofil memiliki fungsi untuk membunuh parasit, merusak sel kanker dan berperan dalam respon alergi. Jumlah eosinofil dalam sel putih yaitu sekitar 2-4%, dimana diameternya sama dengan diameter neutrofil yaitu µm. Jumlah nukleusnya terdiri dari dua lobe yang keduanya juga terhubung oleh filamen. Granula eosinofil berwarna merah kekuningan, dalam sitoplasma jumlahnya sedikit sehingga FTIP001653/033

17 22 nukleus masih dapat dilihat jelas (Sartika, 2008). Bentuk eosinofil disajikan pada Gambar 5. Eosinofil Lobe Gambar 5 Eosinofil (Sartika, 2008) Basofil Basofil memiliki peran dalam respon alergi, diameter lebih kecil dari mesofil, yaitu sekitar 9-10 µm, jumlahnya 1% dari total sel darah putih. Granula basofil berwarna merah kebiruan, dalam sel jumlahnya sangat banyak hampir menutupi semua sel, sehingga nukleus yang lobe dua dan terhubung oleh filamen tidak dapat dilihat jelas (Sartika, 2008). Bentuk basofil disajikan pada Gambar 6. Lobe Basofil Gambar 6. Basofil (Sartika, 2008) FTIP001653/034

18 23 Limfosit Limfosit adalah sel darah putih yang mampu menghasilkan respon imun spesifik terhadap berbagai jenis antigen yang berbeda. Limfosit merupakan sel kunci dalam proses repon imun spesifik, mengenali antigen melalui reseptor antigen dan mampu membedakannya dari komponen tubuhnya sendiri (Kuby, 1992 dikutip Zairisman, 2006). Limfosit memiliki fungsi yang memberikan perlindungan terhadap infeksi virus, dapat menemukan dan merusak beberpa sel kanker, serta membentuk sel-sel yang menghasilkan antibodi dan sel plasma. Nukleusnya berbentuk bulat hampir memenhi sel atau dengan kata lain hanya ada satu lobe. Jumlahnya sekitar 20-40% dalam sel darah putih, dengan diameter 8-10 µm (Sartika, 2008). Bentuk limfosit disajikan pada Gambar 7. Limfosit Lobe Gambar 7. Limfosit (Sartika, 2008) Monosit Monosit memiliki fungsi untuk menerima sel-sel yang mati atau yang rusak dan memberikan perlawanan imunologi terhadap berbagai organisme penyebab FTIP001653/035

19 24 infeksi. Nukleusnya terdiri dari dua lobe yang bersatu; jumlah monosit 3-8% dalam sel darah putih dengan diameter antara µm (Sartika, 2008). Bentuk monosit disajikan pada Gambar 8. Lobe Monosit Gambar 8. Monosit (Sartika, 2008) Pengujian In vivo Pengujian secara in vivo adalah pengujian yang dilakukan dengan menggunakan hewan percobaan untuk mengetahui metabolisme suatu senyawa di dalam tubuh. Hewan percobaan yang digunakan pada percobaan secara in vivo harus dari jenis mamalia, karena hasilnya dapat diterapkan pada manusia. Ciri-ciri hewan mamalia adalah hewan yang menyusui anaknya, berambut, berdarah panas, mempunyai empat ruang jantung, dan melahirkan anak (Retnomurti, 2008). Beberapa hewan mamalia yang biasa digunakan sebagai hewan percobaan misalnya mencit, tikus, marmut, kelinci, babi, hamster, monyet, dan anjing. Lima macam galur tikus putih (Albino rat) antara lain Long Evans, Osborine, Sherman, Sparague Dawley, dan Wistar. Albino Rat sangat baik digunakan sebagai hewan percobaan karena nokturnal (aktif pada malam hari, tidur di siang hari), tidak FTIP001653/036

20 25 mempunyai kantung empedu, tidak muntah, dan tidak berhenti tumbuh meskipun setelah 100 hari pertumbuhan berkurang. Hewan yang digunakan harus benar-benar bebas dari mikroba (germ-free), bebas dari semua mikroba pantogen, bebas dari mikroba pantogen tertentu, dan tidak diperlakukan khusus terhadap mikroorganisme lingkungannya (Retnomurti, 2008). Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakan untuk dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dan skala penelitian serta pengamatan laboratorium (Malole dan Pramono, 1989, dikutip Retnomurti, 2008). Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis atau keturunanan dan lingkungan yang memadai pengelolaannya, disamping faktor ekonomi, mudah tidaknya diperoleh, dan mampu memeberikan reaksi biologis (Retnomurti, 2008). Tikus putih (Albino rat) merupakan salah satu hewan percobaan yang sering digunakan dalam penelitian. Jenis tikus yang sering digunakan adalah spesies tikus Rattus norvegicus. Tikus percobaan ini memiliki sifat lebih tenang dan cenderung tidak menggigit, dapat mentolerir untuk berkumpul dalam jumlah yang lebih besar, berkembang biak lebih awal dan memproduksi lebih banyak keturunan, dan memiliki ukuran otak, hati, ginjal, kelenjar adrenal, dan hati yang lebih kecil (Isroi, 2010). Sistem taksonomi tikus putih sebagai berikut: filum Chordata, kelas Mammaliis, ordo Rodentia, famili Muridae, sub famili Murinae, genus Rattus, spesies Rattus norvegicus (Wikipedia, 2011). FTIP001653/037

21 26 Strain atau galur tikus pada dasarnya bermacam-macam, namun yang sering digunakan adalah tikus putih galur Wistar. Jenis galur ini dikembangkan di Institut Wistar pada tahun 1906 untuk digunakan dalam biologi dan penelitian medis. Galur ini juga merupakan galur tikus pertama yang dikembangkan sebagai hewan percobaan. Ciri-ciri dari tikus galur Wistar ini adalah mata merah, berbulu putih, kepala lebar, telinga panjang, dan memiliki ekor panjang yang selalu kurang dari panjang tubuhnya. Galur tikus Sprague Dawley dan Long-Evans dikembangkan dari tikus galus Wistar. Tikus Wistar lebih aktif daripada jenis lain seperti tikus Sprague Dawley (Isroi, 2010). Data biologis dari Rattus norvegicus sebagaimana tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Data Biologis Rattus norvegicus Kegiatan/ Siklus Jumlah/Waktu Lama Hidup 2 3,5 tahun Usia pubertas jantan hari Usia pubertas betina hari Usia kedewasaan sosial hari Lama kehamilan hari Umur disapih hari Konsumsi makanan sehari-hari 5g/100g berat badan Konsumsi air sehari-hari 8-11 ml/100g berat badan Sumber : Isroi (2010) Kebutuhan gizi hewan selama percobaan harus dipenuhi antara lain kebutuhan karbohidrat, lemak atau minyak, protein, vitamin, mineral dan air. Pemberian FTIP001653/038

22 27 makanan dan minuman dilakukan secara berlebih (ad libitum). Makanan yang diberikan haruslah berkualitas baik untuk menjamin tingkat pertumbuhan dan pembiakan yang normal dan membantu menjaga keseimbangan gizi hewan percobaan (Retnomurti, 2008). Kondisi kandang dan ruangan yang digunakan juga mempengaruhi kondisi hewan percobaan selain makanan dan minuman. Suhu, kelembapan, cahaya, dan kebisingan harus sesuai dengan kebutuhan hidup hewan (Siregar dkk, 1991 dikutip Retnomurti, 2008). Hewan percobaan membutuhkan masa adaptasi terhadap lingkungan percobaan selama 7 hari. FTIP001653/039

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yoghurt adalah poduk koagulasi susu yang dihasilkan melalui proses fermentasi bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus dan Strepcoccus thermophilus, dengan atau tanpa

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG III. KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pikiran Pangan fungsional mendapat nilai tertinggi kedua berdasarkan hasil penilaian konsumen terhadap pangan berdasarkan kepentingannya (Astawan, 2010),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Hampir semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita terdapat dalam susu. Susunan nilai gizi yang sempurna ini

Lebih terperinci

Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, jumlah kasus gizi

Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, jumlah kasus gizi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Status gizi merupakan salah satu penentu kualitas kesehatan manusia. Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, jumlah kasus gizi buruk pada tahun 2007

Lebih terperinci

bermanfaat bagi kesehatan manusia. Di dalam es krim yoghurt dapat

bermanfaat bagi kesehatan manusia. Di dalam es krim yoghurt dapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Badan Standarisasi Nasional (1995), es krim adalah jenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau dari campuran susu, lemak hewani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Subhanahu wa Ta ala menciptakan segala sesuatu tanpa sia-sia,

BAB I PENDAHULUAN. Allah Subhanahu wa Ta ala menciptakan segala sesuatu tanpa sia-sia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Allah Subhanahu wa Ta ala menciptakan segala sesuatu tanpa sia-sia, terdapat banyak pelajaran yang dapat diambil dari segala ciptaannya. Sekecilkecilnya makhluk ciptaannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolostrum sapi adalah susu awal hasil sekresi dari kelenjar ambing induk sapi betina selama 1-7 hari setelah proses kelahiran anak sapi (Gopal dan Gill, 2000). Kolostrum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolostrum sapi adalah susu hasil sekresi dari kelenjar ambing induk sapi betina selama 1-7 hari setelah proses kelahiran anak sapi (Gopal dan Gill, 2000). Kolostrum

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, dan (6) Hipotesis Penelitian.

Lebih terperinci

merupakan salah satu produk pangan yang cukup digemari oleh masyarakat lokal seperti umbi-umbian dan kacang-kacangan. Penggunaan bahan baku yang

merupakan salah satu produk pangan yang cukup digemari oleh masyarakat lokal seperti umbi-umbian dan kacang-kacangan. Penggunaan bahan baku yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk pangan siap santap berupa makanan cair atau berupa bubur instan merupakan salah satu produk pangan yang cukup digemari oleh masyarakat sekarang. Saat ini produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Yogurt adalah bahan makanan yang terbuat dari susu yang

I. PENDAHULUAN. Yogurt adalah bahan makanan yang terbuat dari susu yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogurt adalah bahan makanan yang terbuat dari susu yang difermentasikan oleh bakteri asam laktat. Yogurt mempunyai rasa yang unik yaitu mempunyai rasa asam dan memiliki

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Jumlah Leukosit Data perhitungan terhadap jumlah leukosit pada tikus yang diberikan dari perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 6. Rata-rata leukosit pada tikus dari perlakuan

Lebih terperinci

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang AgroinovasI Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang Pisang kaya akan karbohidrat dan mempunyai kandungan gizi yang baik yaitu vitamin (provitamin A, B dan C) dan mineral

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu adalah cairan yang dihasilkan dari sekresi kelenjar mammae hewan mamalia yang fungsi utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi anak hewan yang baru lahir.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat sangat memperhatikan pentingnya pengaruh makanan dan

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat sangat memperhatikan pentingnya pengaruh makanan dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat sangat memperhatikan pentingnya pengaruh makanan dan minuman terhadap kesehatan, sehingga memicu berkembangnya produk-produk pangan yang memiliki

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010).

I. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah salah satu jenis sereal yang dikonsumsi hampir satu setengah populasi manusia dan kira-kira 95% diproduksi di Asia (Bhattacharjee, dkk., 2002). Terdapat beberapa

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Percobaan Percobaan pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2011 dan percobaan utama yaitu in vivo telah dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi produk pangan hasil fermentasi semakin meningkat seiring berkembangnya bioteknologi. Produk-produk fermentasi dapat berbahan dari produk hewani maupun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan Penelitian, Kerangka pemikiran, Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan rumah tangga sangat penting dalam memantau. rumah tangga yang mengalami masalah kekurangan pangan secara terus

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan rumah tangga sangat penting dalam memantau. rumah tangga yang mengalami masalah kekurangan pangan secara terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketahanan pangan rumah tangga sangat penting dalam memantau rumah tangga yang mengalami masalah kekurangan pangan secara terus menerus. Suryana (2004) menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogurt merupakan produk semi solid yang dibuat dari susu standarisasi dengan penambahan aktivitas simbiosis bakteri asam laktat (BAL), yaitu Streptococcous thermophilus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Salah satu jamur yang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini banyak sekali minuman fermentasi yang dijual dipasaran, salah satunya yoghurt. Yoghurt mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan susu segar sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali dijual olahan susu fermentasi, salah satunya adalah yoghurt. Yoghurt memiliki nilai gizi yang lebih besar daripada susu segar karena terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Yoghurt merupakan minuman yang dibuat dari susu sapi dengan cara fermentasi oleh mikroorganisme. Yoghurt telah dikenal selama ribuan tahun dan menarik banyak perhatian dalam beberapa tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Yoghurt adalah suatu produk olahan yang merupakan fermentasi dari susu yang telah lama dikenal dan memiliki rasa asam yang spesifik. Yoghurt dapat dibuat dari susu

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG vii DAFTAR ISI ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga mempunyai fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh (Khomsan, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga mempunyai fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh (Khomsan, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pangan sehat maka tuntutan konsumen terhadap bahan pangan juga mulai bergeser. Bahan pangan yang saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak abad II sebelum Masehi susu kedelai sudah dibuat di negara Cina, dan kemudian berkembang ke Jepang. Setelah Perang Dunia II baru berkembang ke Asia Tenggara.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PKM-P. Oleh:

LAPORAN AKHIR PKM-P. Oleh: LAPORAN AKHIR PKM-P Formulasi dan Daya Terima Susu Fermentasi yang Ditambahkan Ganyong (Canna edulis. Kerr) sebagai Minuman Sinbiotik Serta Daya Hambatnya Terhadap Pertumbuhan E.coli. Oleh: Babang Yusup

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon.

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon. 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya peningkatan konsumsi masyarakat akan daging dan bergesernya pola konsumsi masyarakat dari mengkonsumsi daging segar menjadi daging olahan siap konsumsi menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diversifikasi produk olahan kelapa yang cukup potensial salah satunya adalah

I. PENDAHULUAN. Diversifikasi produk olahan kelapa yang cukup potensial salah satunya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan Masalah Diversifikasi produk olahan kelapa yang cukup potensial salah satunya adalah pengembangan santan menjadi minuman susu kelapa. Santan kelapa sebagai bahan baku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogurt adalah pangan fungsional yang menarik minat banyak masyarakat untuk mengkonsumsi dan mengembangkannya. Yogurt yang saat ini banyak dikembangkan berbahan dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Itik Bali Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena badannya yang tegak saat berjalan mirip dengan burung penguin (Rasyaf,1992).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada dinding-dinding alveoli dalam pundi susu hewan yang sedang menyusui anaknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe merupakan produk pangan khas Indonesia berbahan kedelai yang diolah melalui fermentasi kapang Rhizopus oligosporus. Tempe sangat familiar dikalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) sehat adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) sehat adalah suatu keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) sehat adalah suatu keadaan sejahtera yang meliput fisik, mental,dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan dalam firman-nya dalam surat al-baqarah ayat 168 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan dalam firman-nya dalam surat al-baqarah ayat 168 sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk mengkonsumsi makanan yang halal lagi baik dari rizqi yang terdapat di bumi. Hal tersebut telah dijelaskan dalam firman-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya status ekonomi masyarakat dan banyaknya iklan produk-produk pangan menyebabkan perubahan pola konsumsi pangan seseorang. Salah satunya jenis komoditas pangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usus halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan dan absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat banyak villi. Pada permukaan

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhan pangan yang tercermin dalam ketahanan pangan. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat seiring dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang merupakan buah-buahan dengan jenis yang banyak di Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok dan masih banyak lagi. Menurut Kementrian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Permintaan daging

Lebih terperinci

5.1 Total Bakteri Probiotik

5.1 Total Bakteri Probiotik V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Total Bakteri Probiotik Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri L. acidophilus pada perbandingan tepung bonggol pisang batu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang kedelai (Glycine max) yang diolah melalui proses fermentasi oleh kapang. Secara umum,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekatul tidak banyak dikenal di masyarakat perkotaan, khususnya anak muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari beras yang terlepas saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein,

PENDAHULUAN. mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, berbagai vitamin, dan mineral (Widodo,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA Muhammad Saeful Afwan 123020103 Pembimbing Utama (Ir. H. Thomas Gozali,

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG DAFTAR PUSTAKA Alamsyah, A.F. 2009. Gambaran Darah Mencit (Mus musculusalbinus) pada Proses Persembuhan Luka yang Diberi Salep Fraksi Etil Asetat dan Fraksi Air Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.). Skripsi.

Lebih terperinci

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman, peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat, kebutuhan produk pangan sumber protein terus meningkat. Produk

Lebih terperinci

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan Pembuatan Yogurt 1. Pendahuluan Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya yaitu bakteri asam laktat. Melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Itik merupakan salah satu unggas penting yang diternakkan di Indonesia. Ternak ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dengan produk yang dihasilkannya. Produk yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Produk pangan yang memiliki kandungan gizi dan. kesehatan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi sekaligus

PENDAHULUAN. Latar Belakang Produk pangan yang memiliki kandungan gizi dan. kesehatan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi sekaligus PENDAHULUAN Latar Belakang Produk pangan yang memiliki kandungan gizi dan manfaat kesehatan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi sekaligus mampu menunjang aktivitas manusia. Produksi produk pangan

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Whey Whey adalah hasil dari pembuatan keju secara tradisional ataupun modern dalam jumlah banyak yaitu ± 83% dari volume susu yang digunakan. Pembuatan semihard cheese dan soft

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah daging dan menduduki peringkat teratas sebagai salah satu sumber protein hewani yang paling banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di Indonesia produk pangan hasil fermentasi semakin meningkat seiring berkembangnya bioteknologi. Hasil olahan fermentasi yang sudah banyak diketahui oleh masyarakat

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan gizi dan bertambahnya tingkat pendapatan mayarakat, menyebabkan permintaan bahan pangan yang

Lebih terperinci

Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani

Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani Agro inovasi Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jl. Ragunan No.29 Pasar Minggu Jakarta Selatan www.litbang.deptan.go.id 2 AgroinovasI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil olahan fermentasi sudah banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. Salah satu yang populer

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya adalah untuk menghasilkan daging yang banyak dengan kecepatan pertumbuhan yang sangat pesat. Ayam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yoghurt merupakan salah satu bentuk produk minuman hasil pengolahan susu yang memanfaatkan mikroba dalam proses fermentasi susu segar menjadi bentuk produk emulsi

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI STARTER TERHADAP KUALITAS KEFIR SUSU SAPI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI PENURUN KADAR KOLESTEROL DARAH MENCIT (Mus musculus)

PENGARUH KONSENTRASI STARTER TERHADAP KUALITAS KEFIR SUSU SAPI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI PENURUN KADAR KOLESTEROL DARAH MENCIT (Mus musculus) PENGARUH KONSENTRASI STARTER TERHADAP KUALITAS KEFIR SUSU SAPI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI PENURUN KADAR KOLESTEROL DARAH MENCIT (Mus musculus) Irfatun Nihayah Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Beras diperoleh dari butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekam), merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagian besar butir beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Santoso (2009) menyatakan bahwa yoghurt merupakan produk susu. yang difermentasi. Fermentasi susu merupakan bentuk pengolahan susu

BAB I PENDAHULUAN. Santoso (2009) menyatakan bahwa yoghurt merupakan produk susu. yang difermentasi. Fermentasi susu merupakan bentuk pengolahan susu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Santoso (2009) menyatakan bahwa yoghurt merupakan produk susu yang difermentasi. Fermentasi susu merupakan bentuk pengolahan susu dengan prinsip perlakuan ph dengan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI LABORATORIUM Volume 3 Nomor 2 Tahun 2014

JURNAL TEKNOLOGI LABORATORIUM Volume 3 Nomor 2 Tahun 2014 Pengaruh Penambahan Bakteri Probiotik yang Dipacu dengan Prebiotik Ubi Jalar Terhadap Penurunan Jumlah Bakteri Shigella dysenteriae Secara In Vitro Safitri Nur Rahmi 1, R. Fx. Saptono Putro 2, Suyana 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iles dan merupakan tanaman lokal Indonesia yang banyak tumbuh di hutan. Porang

BAB I PENDAHULUAN. iles dan merupakan tanaman lokal Indonesia yang banyak tumbuh di hutan. Porang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Porang (Amorphophallus oncophyllus) termasuk salah satu jenis tanaman iles iles dan merupakan tanaman lokal Indonesia yang banyak tumbuh di hutan. Porang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk fermentasi. Proses fermentasi mampu meningkatkan nilai gizi

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk fermentasi. Proses fermentasi mampu meningkatkan nilai gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan konsumsi pangan tidak lagi hanya memikirkan tentang cita rasa, harga dan tampilan makanan tetapi juga mulai memperhatikan nilai gizi. Konsumen mulai beralih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Merah Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah atau kacang jogo ini mempunyai nama ilmiah yang sama dengan kacang buncis, yaitu Phaseolus vulgaris

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Probiotik merupakan organisme hidup yang mampu memberikan efek yang menguntungkan kesehatan hostnya apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup (FAO/WHO, 200; FAO/WHO, 2002;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio.

I. PENDAHULUAN. Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Durian Lay (Durio kutejensis) atau dikenal juga dengan sebutan Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio. Buah durian lay tergolong

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Peneltian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat digemari oleh masyarakat di dunia pada umumnya. Beberapa negara

BAB I PENDAHULUAN. sangat digemari oleh masyarakat di dunia pada umumnya. Beberapa negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu jenis buah yang sangat digemari oleh masyarakat di dunia pada umumnya. Beberapa negara seperti di Negara-negara Afrika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah yang salah satunya disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan nama sapi Grati. Bentuk dan sifat sapi PFH sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan nama sapi Grati. Bentuk dan sifat sapi PFH sebagian besar 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) merupakan sapi hasil persilangan antara bangsa-bangsa sapi asli Indonesia (Jawa dan Madura)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koya adalah bubuk atau serbuk gurih yang digunakan sebagai taburan pelengkap makanan (Handayani dan Marwanti, 2011). Bubuk koya ini pada umumnya sering ditambahkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) berasal dari Amerika Tengah, pada tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia (Rukmana, 2001). Ubi jalar (Ipomoea

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. produksi pisang selalu menempati posisi pertama (Badan Pusat Statistik, 200 3). Jenis pisang di

II.TINJAUAN PUSTAKA. produksi pisang selalu menempati posisi pertama (Badan Pusat Statistik, 200 3). Jenis pisang di II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Limbah Perkebunan Pisang di Riau 2.1.1 Pisang (Musa paradisiaca) Pisang merupakan salah satu komoditas buah unggulan Indonesia dengan luas panen dan produksi pisang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Kita mengenal tempe, oncom, kecap, tahu, yang dibuat

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Probiotik Lily dan Stillwell memperkenalkan istilah probiotik pada tahun 1965 untuk nama bahan yang dihasilkan oleh mikroba yang mendorong pertumbuhan mikroba lain (FAO/WHO,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup adalah bangsa itik yang berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini sering disebut sebagai itik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman jagung (Zea mays) merupakan salah satu bahan makanan alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, jagung juga

Lebih terperinci

Gambar 1. Mencit Putih (M. musculus)

Gambar 1. Mencit Putih (M. musculus) TINJAUAN PUSTAKA Mencit (Mus musculus) Mencit (Mus musculus) merupakan hewan mamalia hasil domestikasi dari mencit liar yang paling umum digunakan sebagai hewan percobaan pada laboratorium, yaitu sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan vitamin A dalam tubuh berkurang dengan gejala awal kurang dapat melihat pada malam hari (rabun senja).

Lebih terperinci