KATA PENGANTAR. Lamongan,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Lamongan,"

Transkripsi

1 i

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani, kesehatan rohani, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kegiatan kajian Kajian Tingkat kesadaran Masyarakat Lamongan terhadap Air Bersih, Pembuangan sampah ke Sungai dan Penyebab Pencemaran Air di Kabupaten Lamongan. Kegiatan Kajian dan Penyusunan laporan ini dapat kami selesaikan sudah barang tentu tidak lepas bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan ini. Akhirnya semoga laporan hasil kajian ini dapat bermanfaat sebagaimana yang diharapkan terutama sebagai bahan masukan atau bahan dasar dalam menyusun dan pengambilan kebijakan di Kabupaten Lamongan. Lamongan, Peneliti i

3 KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillah ke hadlirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, kami telah dapat menerbitkan buku dengan judul Kajian Tingkat kesadaran Masyarakat Lamongan terhadap Air Bersih, Pembuangan sampah ke Sungai dan Penyebab Pencemaran Air di Kabupaten Lamongan adalah merupakan kerjasama antara Kantor Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Lamongan dengan CV. Tapak Intan. Dalam era reformasi ini, informasi merupakan kebutuhan utama sebagai bahan perencanaan dan evaluasi terhadap hasil hasil Pembangunan Daerah, maka untuk keseimbangan penyajiannya di tahun tahun mendatang perlu ditingkatkan baik kualitas maupun akurasi datanya. Informasi yang disajikan dalam buku ini semoga bermanfaat tidak hanya bagi Instansi Pemerintah, tetapi berguna bagi masyarakat, para peneliti, Mahasiswa termasuk kalangan Swasta. Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu terlaksananya pembuatan buku ini. Lamongan, Nopember 2014 KEPALA KANTOR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN Drs. SUPARNO, M.Si Pembina Tk. I NIP ii

4 ABSTRAK Tingkat Kesadaran Masyarakat Lamongan Terhadap Air Bersih, Pembuangan Sampah ke Sungai dan Penyebab Pencemaran Air Untuk mewujudkan tujuan pembangunan milenium di Kabupaten Lamongan Pemerintah Daerah menyiapkan data data kondisi Air Bersih yang merupakan kebutuhan dasar hidup masyarakat. Pemerintah Kabupaten Lamongan melalui Kajian Tingkat Kesadaran Masyarakat Lamongan Terhadap Air Bersih, Pembuangan Sampah ke Sungai dan Penyebab Pencemaran Air ingin memberikan layanan akses air minum yang berkualitas bagi masyarakat. Pencemaran Air Bersih dan Sanitasi diharapkan segera dapat terdeteksi dari awal. Air permukaan di Kabupaten Lamongan sebagian tertampung di waduk-waduk, rawa, embung dan sebagian lagi mengalir melalui sungai-sungai. Kabupaten Lamongan dilewati oleh 3 buah sungai besar, yaitu Sungai Bengawan Solo sepanjang ± 68 Km dengan debit rata rata 531,61 m3/bulan (debit maksimum 1.758,46 m3 dan debit minimum 19,58 m3) yang bermata air di Waduk Gajah Mungkur (Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah), Kali Blawi sepanjang ± 27 Km dan Kali Lamong sepanjang ± 65 Km yang bermata air di Kabupaten Lamongan. Dari data dan kondisi inilah besar kemungkinan pencemaran Air akan terjadi, baik diakibatkan karena alam atau perilaku masyarakat. Mengingat air permukaan sangat rentan pencemaran apabila kesadaran masyarakat terhadap lingkungan masih kurang disamping penataan sarana dan prasarana tempat pembuangan dan pengolahan limbah rumah tangga maupun industri yang tidak memenuhi standart. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui informasi dan data tingkat kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi kebutuhan air bersih setiap hari, pengelolaan sumber daya air dan tersedianya pelayanan air bersih, perilaku dalam membuang sampah dan limbahnya serta bagaimana masyarakat ikut memelihara, menjaga dan mengelola lingkungan. Metode Kajian yang digunakan adalah : a). Metode angket, b ). Metode Observasi dan Wawancara langsung dengan masyarakat, Instansi terkait atau lembaga terkait, c ). Metode Dokumentasi yaitu mengambil data skunder yang sudah ada di Instansi terkait. Kesimpulan : a). Keterbatasan penyediaan air baku masyarakat yang berkualitas mempengaruhi kesehatan masyarakat, produktivitas ekonomi dan kualitas kehidupan masyarakat. Rendahnya kualitas air baku terjadi karena Pencemaran Lingkungan, termasuk pencemaran air yang disebabkan oleh limbah bahan buangan organik, limbah bahan buangan anorganik dan limbah bahan buangan zat kimia ; b). Membuang sampah sembarangan ke Sungai yang dapat membuat aliran Sungai menjadi mampet (tersumbat) dan limbah lainnya iii

5 yang menjadikan air kotor, keruh, berubah warna yang menimbulkan bau tak sedap, sehingga terjadilah Pencemaran Air. Hal ini terjadi karenan akibat aktivitas atau tindakan manusia sendiri yang tidak mempedulikan lingkungan yang ada. c). Peran masyarakat sangat penting dalam memelihara, menjaga dan mengelola ketersediaan sumber daya air secara terus menerus dan berkualitas adalah menggugah kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah dan limbah lainnya sembarangan ke sungai. Dan disisi lain ketersediaan pelayanan air bersih yang murah, terjangkau dan berkelanjutan oleh Pemerintah, dalam hal ini PDAM perlu mendapat perhatian. d). Penyediaan air baku masyarakat yang berkualitas akan mempengaruhi kesehatan masyarakat, produktivitas ekonomi dan kualitas kehidupan masyarakat. Perlunya menjaga kualitas air baku agar tidak terjadi Pencemaran Lingkungan, termasuk pencemaran air yang disebabkan oleh limbah bahan buangan organik, limbah bahan buangan anorganik dan limbah bahan buangan zat kimia; e). Agar Sumber daya air yang ada dapat tersedia secara berkelanjutan dan berkualitas, perlu dipelihara, dijaga dan dikelola dengan baik ; f). Perbaikan sarana dan prasarana air bersih akan menunjang peningkatan kebutuhan air bersih dan kualitas hidup masyarakat; g).; Memelihara, menjaga dan mengelola lingkungan adalah bagian dari upaya mencegah pencemaran air, termasuk pencemaran lingkungan dari dampak negative pembuangan sampah, limbah organik dan limbah zat kimia. h). Pengelolaan air baku dan Sumber daya air yang ada dengan didukung pembangunan Sarana air bersih dan Air Minum melalui penyediaan sumur bor, pompa dan perpipaan serta SR/HU, pembangunan IPA (Instalasi Pengolahan Air) yang berbasis lingkungan bagi desa yang mengalami kekurangan air baku dan sumber daya air serta bagi desa yang belum terjangkau sarana dan prasarana air bersih dan air minum; i). Mohon adanya pengelolaan limbah cair secara terpadu oleh masyarakat yang didukung pemerintah Kabupaten Lamongan dengan pembangunan sumur resapan, pengadaan degister biogas ternak agar tidak terjadi pencemaran; j). Pengembangan Media Promosi baik cetak maupun elektronik untuk menyampaikan pesan bahwa menjaga lingkungan dari sampah agar tidak terjadi pencemaran sangat penting; k). Peningkatan Penyuluhan / sosialisasi ke masyarakat untuk berperan aktif terhadap lingkungan yang sehat serta munculnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah, dan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai perlu dilakukan terus; l). Perlunya pembangunan IPAL komunal di Wilayah Kota Lamongan perencanaan pembuatan resapan air Biopori. iv

6 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... I KATA PENGANTAR... II ABSTRAK... III DAFTAR ISI... V BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG B. DASAR HUKUM C. RUMUSAN MASALAH... 4 D. TUJUAN... 4 E. MANFAAT... 4 F. RUANG LINGKUP KEGIATAN... 5 G. LINGKUP WILAYAH... 5 BAB II... 6 TINJAUAN PUSTAKA... 6 A. PENGERTIAN AIR DAN AIR BERSIH... 6 B. SUMBER AIR BAKU... 6 C. PENYEDIAAN SUMBER AIR BAKU... 8 D. MASALAH SAMPAH... 9 E. PENCEMARAN AIR F. UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGGULANGAN MASALAH PENCEMARAN AIR BAB III METODE KAJIAN A. JENIS KAJIAN B. WAKTU DAN LOKASI KAJIAN C. POPULASI KAJIAN D. SUMBER DATA E. TEKNIK PENGUMPILAN DATA F. ANALISA DATA BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN B. POTENSI SUMBER AIR BAKU C. POTENSI SUMBER DAYA AIR DAN KEBERADAAN SUNGAI KALI DAN TELAGA D. PENGELOLAAN SUMBER AIR E. TINGKAT KESADARAN MASYARAKAT F. PENGELOLAAN SAMPAH v

7 BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN B. SARAN C. REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA vi

8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium, atau MDGs) mengandung delapan tujuan sebagai respon atas permasalahan perkembangan global, dengan target pencapaian pada tahun Tujuan Pembangunan Milenium terdapat dalam Deklarasi Milenium yang diadopsi oleh 189 negara dan ditandatangi oleh 147 kepala Negara dan pemerintahan pada UN Millennium Summit yang diadakan di bulan September tahun Delapan butir MGDs terdiri dari 21 target kuantitatif dan dapat diukur oleh 60 indikator. Salah satu target MDGs adalah mengurangi hingga setengahnya jumlah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar, dengan indikator: Proporsi dari populasi yang menggunakan sumber air minum berkualitas Proporsi dari populasi yang menggunakan sarana sanitasi berkualitas MDGs mencanangkan pada 2015 sebanyak 77,2% persen penduduk Indonesia ditargetkan telah memiliki akses air minum yang layak dan minimal 59.1 persen penduduk Indonesia di Kota dan Desa sudah memperoleh pelayanan Air Bersih dan sanitasi yang memadai (Status Millenium Development Goal Indonesia 2009). Secara nasional, Indonesia telah mencapai target ini, tetapi cakupan ini belum merata dan belum menggambarkan kualitas yang sebenarnya mengenai fasilitas tersebut. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kondisi ini, antara lain disebabkan lemahnya perencanaan pembangunan air bersih dan sanitasi, yang ditandai dengan pembangunan air bersih dan sanitasi tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan, serta kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan milenium di Kabupaten Lamongan Pemerintah Daerah menyiapkan data-data kondisi Air Bersih yang merupakan kebutuhan dasar hidup masyarakat. Pemerintah Kabupaten Lamongan melalui Kajian Tingkat Kesadaran Penyebab Pencemaran Air ingin memberikan layanan akses air minum yang Masyarakat Lamongan Terhadap Air Bersih, Pembuangan Sampah ke Sungai dan Penyebab Pencemaran Air ingin memberikan layanan akses air minum yang berkualitas bagi masyarakat. Pencemaran Air Bersih dan Sanitasi diharapkan segera dapat terdeteksi dari awal. Kondisi ini sangat memungkinkan terjadi akibat pencemaran Air Bersih yang diakibatkan adanya limbah 1

9 dan perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Mengingat dari keberadaan air di Kabupaten Lamongan didominasi oleh air permukaan, dimana pada saat musim penghujan dijumpai dalam jumlah yang melimpah hingga mengakibatkan bencana banjir di beberapa wilayah. Air permukaan di Kabupaten Lamongan sebagian tertampung di waduk-waduk, rawa, embung dan sebagian lagi mengalir melalui sungai-sungai. Kabupaten Lamongan dilewati oleh 3 buah sungai besar, yaitu Sungai Bengawan Solo sepanjang ± 68 Km dengan debit rata rata 531,61 m3/bulan (debit maksimum 1.758,46 m3 dan debit minimum 19,58 m3) yang bermata air di Waduk Gajah Mungkur (Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah), Kali Blawi sepanjang ± 27 Km dan Kali Lamong sepanjang ± 65 Km yang bermata air di Kabupaten Lamongan. Dari data dan kondisi inilah besar kemungkinan pencemaran Air akan terjadi, baik diakibatkan karena alam atau perilaku masyarakat. Mengingat air permukaan sangat rentan pencemaran apabila kesadaran masyarakat terhadap lingkungan masih kurang disamping penataan sarana dan prasarana tempat pembuangan dan pengolahan limbah rumah tangga maupun industri yang tidak memenuhi standart. Kajian Tingkat Kesadaran Masyarakat Lamongan Terhadap Air Bersih, Pembuangan Sampah ke Sungai dan Penyebab Pencemaran Air adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten. Survey ini bertujuan untuk mengetahui kondisi Air Bersih dan sarana Air Bersih, serta perilaku masyarakat yang dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran Air di Kabupaten Lamongan, hasil data primer survey sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi Air Bersih di Kabupaten Lamongan dan akan digunakan untuk perencanaan pembangunan infrastruktur yang terkait air bersih, irigasi atau yang lainnya. Selain melengkapi data primer tentang kondisi Air Bersih di Kabupaten Lamongan yang dianggap kurang memadai, data yang dihasilkan nantinya dapat digunakan sebagai data untuk memberi motivasi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat di Kabupaten Lamongan tentang perilaku yang baik dalam hal mempertahankan kondisi sumber air sekaligus sanitasi serta higinitas yang ideal. Diharapkan dengan studi Kajian Tingkat Kesadaran Masyarakat Lamongan Terhadap Air Bersih, Pembuangan Sampah ke Sungai dan Penyebab Pencemaran Air ini dapat membuka lebar ruang dialog tentang isu-isu air bersih serta sanitasi dan higinitas di antara semua stakeholder pengambil keputusan termasuk masyarakat. Selain itu hasil survey dapat digunakan untuk memetakan area/wilayah yang terjadi pencemaran di Kabupaten Lamongan. 2

10 B. Dasar Hukum. 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air; 2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum; 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan; 10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman; 11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 tahun 2010 tentang Badan Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri; 12. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2005 dan Nomor 1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten Kota Sehat; 13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan; 14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat; 15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air & Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Jawa Timur; 16. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 11 Tahun 1983 tentang Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban Dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Lamongan; 17. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pengendalian dan Pelestarian ; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 55 Tahun 2000 tentang Penetapan Kawasan Lindung; 3

11 19. Peraturan Bupati Lamongan Nomor 46 tahun 2011 tentang Tata Cara Ijin Pembuangan Limbah Cair di Kabupaten Lamongan; 20. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 10 tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah di Kabupaten Lamongan; 21. Peraturan Bupati Lamongan Nomor 14A Tahun 2006 tentang Pengembangan dan Pengelolaan Hutan Kota. 22. Peraturan Bupati Lamongan Nomor 67 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pencemaran Air; 23. Keputusan Bupati Lamongan Nomor 188/250/Kep/ /2009 tentang Strategi sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Kabupaten Lamongan; 24. Keputusan Bupati Lamongan Nomor 188/344/Kep/ /2012 tentang Tim Pembina Pasar Sehat Kab Lamongan; C. Rumusan Masalah Melihat latar belakang masalah tersebut, maka disampaikan sebagai berikut : perumusan masalah dapat 1. Bagaimana tingkat kesadaran masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersih dan pengelolaan sumber daya air, 2. Bagaimana tingkat perilaku masyarakat dalam membuang sampah, 3. Bagaimana tingkat kesadaran masyarakat dalam ikut serta memelihara, menjaga dan mengelola lingkungan, D. Tujuan Dari rumusan masalah tersebut diatas, maka Kajian Tingkat Kesadaran Masyarakat Lamongan Terhadap Air Bersih, Pembuangan Sampah ke Sungai dan Penyebab Pencemaran Air Tahun 2014 ini bertujuan untuk mengetahui informasi dan data tingkat kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi kebutuhan air bersih setiap hari, pengelolaan sumber daya air dan tersedianya pelayanan air bersih, perilaku dalam membuang sampah dan limbahnya serta bagaimana masyarakat ikut memelihara, menjaga dan mengelola lingkungan. E. Manfaat 1. Sebagai tindak lanjut dari program Kabupaten Lamongan yang menginginkan adanya masyarakat yang sehat melalui penyediaan air baku dan air bersih yang memenuhi 4

12 standart kesehatan yang berkelanjutan, perilaku hidup bersih dan sehat serta pengelolaan lingkungan yang baik; 2. Sebagai tindak lanjut pelaksanaan program kegiatan pada Kantor Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Lamongan yang sudah tertuang dalam Peraturan Bupati Lamongan Nomor 47 Tahun 2013 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lamongan Tahun Anggaran 2014 ; 3. Untuk merumuskan pengembangan peningkatan penyediaan air baku dan air bersih, pengelolaan sampah dan pengelolaan lingkungan; 4. Hasil Kajian ini dapat dimanfaatkan oleh pengambil kebijakan dalam rangka peningkatan sarana dan prasarana air baku, air bersih dan sanitasi secara terpadu lintas sektor dan lembaga. F. Ruang Lingkup Kegiatan Lingkup kegiatan kajian yang akan dilaksanakan meliputi: 1. Melakukan kajian terhadap Kondisi Air dan Prilaku Masyarakat. 2. Melakukan identifikasi data berbagai kebijakan pembangunan prasarana air baku, air minum dan sanitasi; 3. Mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan prasarana air baku, air minum dan sanitasi yang mencakup aspek pengaturan, kelembagaan, dan teknis. 4. Mengidentifikasi aspek keterpaduan penyelenggaraan pelayanan air baku, air minum, dan sanitasi; 5. Melakukan studi kasus di lapangan dan pengumpulan informasi dari pihak-pihak terkait; 6. Melakukan analisis terhadap temuan di lapangan; 7. Merumuskan kebijakan dan strategi; 8. Melakukan diskusi dengan pihak terkait untuk mendapat masukan; 9. Perumusan akhir rekomendasi kebijakan dan strategi. G. Lingkup Wilayah Kegiatan Kajian ini dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lamongan dengan menggunakan sampling. 5

13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Air dan Air Bersih Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara, sekitar tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air. Selain itu air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transfortasi dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air, kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana (Budiman, 2007) Adapun pengertian air menurut Permenkes RI nomor 416/Menkes/IX/1990 tentang persyaratan dan pengawasan kualitas air mengatakan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Sedangkan air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. (Depkes RI, 2000 ) Air bersih merupakan suatu alat pemenuhan kebutuhan yang sangat berguna dalam kehidupan. Menurut kegunaannya, air dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu air yang digunakan untuk air minum secara langsung (tanpa harus diolah terlebih dahulu), air baku untuk diolah sebagai air minum dan kebutuhan rumah tangga, air untuk keperluan perikanan dan peternakan, dan air untuk keperluan pertanian sekaligus usaha perkotaan, industri dan pembangkit listrik. Dari keempat kegunaan air tersebut, yang dapat disebut dengan kebutuhan air bersih adalah air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga (Gabriel, 2000). B. Sumber Air Baku Sumber air baku memegang peranan yang sangat penting dalam industri air minum. Air baku atau raw water merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan dan pengolahan air bersih. Sekarang apa yang disebut dengan air baku. Berdasar SNI 6773:2008 tentang Spesifikasi unit paket Instalasi pengolahan air dan SNI 6774:2008 tentang Tata cara 6

14 perencanaan unit paket instalasi pengolahan air pada bagian Istilah dan Definisi yang disebut dengan Air Baku adalah : Air yang berasal dari sumber air pemukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. Sumber air baku bisa berasal dari sungai, danau, sumur air dalam, mata air dan bisa juga dibuat dengan cara membendung air buangan atau air laut. Evaluasi dan pemilihan sumber air yang layak harus berdasar dari ketentuan berikut : 1. Kualitas dan kuantitas air yang diperlukan 2. Kondisi iklim 3. Tingkat kesulitan pada pembangunan intake 4. Tingkat keselamatan operator 5. Ketersediaan biaya minimum operasional dan pemeliharaan untuk IPA 6. Kemungkinan terkontaminasinya sumber air pada masa yang akan datang. Dalam jumlah yang kecil, air bawah tanah, termasuk air yang dikumpulkan dengan cara rembesan, bisa dipertimbangkan sebagai sebuah sumber air. Kualitas air bawah tanah secara umum sangat baik bagi air permukaan dan dibeberapa tempat yang memiliki musim dingin bisa memanfaatkan salju sebagai sumber air. Hal ini bisa menghemat biaya operasional dan pemeliharaan karena secara umum kualitas air bawah tanah sangat baik sebagai air baku. Khusus untuk air bawah tanah yang diambil dengan cara pengeboran tentunya melalui perijinan. Hal ini untuk mencegah terjadinya eksploitasi secara besar-besaran. Akibat dari ekploitasi secara besar-besaran bisa mengakibatkan kekosongan air dibawah tanah karena tidak seimbangnya antara air yang masuk dengan air yang diambil, sehingga menyebabkan pondasi bangunan yang berada diatasnya bisa turun atau settlement seperti yang terjadi dibeberapa gedung di Jakarta, juga bisa mengakibatkan intrusi air laut yang masuk merembes menggantikan air tanah tersebut, akibatnya air menjadi asin dan tidak layak pakai. Disebutkan diatas bahwa tidak semua air baku bisa diolah, oleh karena itu dibuatlah ketentuan sebagai standar kualitas air baku yang bisa diolah. Dalam SNI 6773:2008 bagian Persyaratan Teknis kualitas air baku yang bisa diolah oleh Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) adalah : 1. Kekeruhan, maximum 600 NTU (nephelometric turbidity unit) atau 400 mg/l SiO2 2. Kandungan warna asli (appearent colour) tidak melebihi dari 100 Pt Co dan warna sementara mengikuti kekeruhan air baku. 7

15 3. Unsur-unsur lainnya memenuhi syarat baku air baku sesuai PP No. 82 tahun 2000 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 4. Dalam hal air sungai daerah tertentu mempunyai kandungan warna, besi dan atau bahan organic melebihi syarat tersebut diatas tetapi kekeruhan rendah (<50 NTU) maka digunakan IPA system DAF (Dissolved Air Flotation) atau system lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara garis besar dapat dikatakan air bersumber dari : 1. Laut yang disebut air laut 2. Darat yang disebut air tanah 3. Udara yang disebut air hujan Dari ketiga sumber air diatas, yang dapat menjadi sarana air bersih yang biasa digunakan oleh masyarakat pada umumnya untuk kehidupan sehari-hari adalah air tanah dan air hujan karena untuk menggunakan air laut harus melalui proses desalinasi terlebih dahulu dan biaya proses desalinasi masih sangat mahal. Air tanah disebut juga air tawar karena tidak terasa asin. Berdasarkan lokasinya, air tanah dapat dibedakan menjadi air permukaan tanah dan air jauh dari permukaan tanah. Air permukaan tanah adalah air yang dapat kita temukan tanpa harus melakukan penggalian terlebih dahulu, seperti sungai, rawa-rawa, danau,dll. Kesemuanya ini tergantung kepada curah hujan. Air jauh dari permukaan tanah merupakan air yang tersimpan di dalam lapisan tanah, seperti air sumur gali dan air sumur bor (Gabriel, 2000). C. Penyediaan Sumber Air Baku Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya harus memenuhi standar yang berlaku. Dalam hal air bersih, sudah merupakan praktek umum bahwa dalam menetapkan kualitas dan karakteristik dikaitkan dengan suatu baku mutu air tertentu (standar kualitas air). Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang karakteristik air baku, seringkali diperlukan pengukuran sifat-sifat air atau biasa disebut parameter kualitas air, yang beraneka ragam. Formulasi-formulasi yang dikemukakan dalam angka-angka standar tentu saja memerlukan penilaian yang kritis dalam menetapkan sifat-sifat dari tiap parameter kualitas air. Standar kualitas air adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan sifat-sifat fisik, kimia, radioaktif maupun bakteriologis yang menunjukkan persyaratan kualitas air tersebut. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, air menurut kegunaannya digolongkan menjadi : 8

16 Kelas I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas III : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. D. Masalah Sampah Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari berbagai kegiatan yang bila dikaji lebih dalam semua kegiatan tersebut pasti menemukan suatu permasalahan.salah satunya adalah permasalahan mengenai sampah. Sampah pada dasarnya memang telah menjadi sebuah masalah yang sangat kompleks, dimana sampah dari yang kita konsumsi baik itu organik atau non-organik telah menhasilkan sutu perbincangan baru tentang dampaknya terhadap hubungan beberapa aspek misalnya saja aspek sosial. Dapat dibayangkan apabila masyarakat yang sangat membutuhkan udara bersih menjadi sangat terjepit dengan kebutuhan pokoknya tersebut hanya gara-gara sampah. Bagaimana tidak sampah menyebabkannya yaitu udara yang dulunya bersih kini menjadi tercemar oleh berbagai macam sampah sehingga kesejahteraan masyarakat menjadi terganggu. Sampah yang tadinya merupakan hanya sekedar permasalahan dari lingkungan menjadi salah satu persoalan sosial dimana yang dipersoalkan adalah faktor-faktor kesejahteraan masyarakat dan berbagai dampak lainnya. Untuk itu perlu diketahui dan dipahami bagaimana sampah telah menjadi suatu permasalahan mendasar yang dialami oleh manusia. Untuk mengatasi permasalahan sampah, rasanya tidak bisa diselesaikan sendiri, baik oleh Pemerintah maupun masyarakat. Spirit utama dari UU 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah secara revolusioner mengubah paradigma pengelolaan sampah dari end of pipe menjadi reduce at souces and resources recycle. Dengan paradigma baru tersebut, pengelolaan sampah harus bertumpu pada, pertama, pembatasan (timbulan) sampah sejak dari sumbernya karena jika tidak terkelola baik, sampah berpotensi menjadi polutan yang membahayakan lingkungan dan manusia. Kedua, pemanfaatan sampah sebagai sumber daya atau sumber energi sehingga dapat mendatangkan manfaat yang lebih banyak, barang yang menimbulkan sampah, terutama 9

17 bila secara alami proses penguraian sampah sulit dilaksanakan dan produsen bertanggung jawab membiayai seluruh proses pengelolaan sampah yang bersumber dari produksinya. E. Pencemaran Air Dalam lingkungan air bersih tidak selalu tersedia secara instan, terkadang kita juga menemukan air yang berwarna keruh dan berbau sering kali bercampur dengan benda-benda seperti sampah kaleng,plastic dan sampah organik. Air yang demikian bisa disebut air kotor atau disebut pula air yang terpolusi. Darimana polutan itu bersal. Bagi kita, khususnya masyarakat pedesaan, sungai adalah sumber air bersih sehari-hari. Sumber polutan dapat berasal dari mana-mana. Contohnya limbah-limbah industri dibuang dialirkan ke sungai. Semua akhirnya bermuara di sungai dan pencemaran polutan air ini dapat merugikan manusia dan lingkungan. Pencemaran dapat diartikan sebagai suatu perubahan keadaan disuatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Perubahan ini membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya. Pencemaran air adalah suatu peristiwa masuknya zat, energy,unsure atau komponen lainnya kedalam air sehingga menyebabkan kualitas air yang terganggu. Secara fisiografis wilayah Kabupaten Lamongan bagian utara dan selatan termasuk dalam Zone Rembang (van Bemmelen, 1949) yang disusun oleh endapan paparan yang kaya akan unsur karbonatan, sedangkan wilayah bagian tengah termasuk zone Randublatung yang kenampakan permukaannya merupakan dataran rendah, namun sebetulnya merupakan suatu depresi (cekungan) yang tertutup oleh endapan hasil pelapukan dan erosi dari batuan yang lebih tua pada Zone Kendeng dan Rembang. Sejarah geologi Kabupaten Lamongan diperkirakan dimulai kurang lebih 37 juta Tahun yang lalu (Kala Oligosen). Saat itu wilayah Kabupaten Lamongan masih berupa lautan (bagian dari Cekungan Jawa Timur). Selanjutnya terjadi proses sedimentasi secara berurutan ke atas berupa penghamparan batuan sedimentasi laut yang kaya unsur karbonatan. Proses ini berlangsung hingga kurang lebih 19 juta Tahun (hingga Kala Polisen). Pada kurang lebih 1,8 juta Tahun yang lalu terjadi aktifitas tektonik (Orogenesa Plio- Pleistosen) yang menyebabkan terangkatnya Kabupaten Lamongan muncul ke permukaan laut. Dari sejarah geologi di atas secara umum Kabupaten Lamongan merupakan dataran rendah, hal inilah yang mudah terjadi adanya genangan. Terlebih Kabupaten Lamongan dilewati oleh 3 buah sungai besar, yaitu Sungai Bengawan Solo, Kali Blawi dan Kali Lamong 10

18 yang bermata air di Kabupaten Lamongan. Dari kondisi ini Kabupaten Lamongan Rentan terhadap pencemaran air baku di sungai baik dari adanya pembuangan sampah yang terbawa dari daerah hulu atau pembuangan sampah dari kurang sadarnya masyarakat Lamongan sendiri. Kondisi ini sangat memungkinkan terjadi pencemaran Air yang diakibatkan adanya limbah dan perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan terutama pembuangan sampah ke sungai. Mengingat dari keberadaan air di Kabupaten Lamongan didominasi oleh air permukaan, dimana pada saat musim penghujan dijumpai dalam jumlah yang melimpah hingga mengakibatkan bencana banjir di beberapa wilayah. Dari kondisi pencemaran ini yang menjadi salah satu pemicu pencemaran air baku di Kabupaten Lamongan. F. Upaya Pencegahan dan Penggulangan Masalah Pencemaran Air 1. Upaya Pencegahan Upaya Pencegahan terjadinya pencemaran lebih baik daripada upaya penanggulangan terhadap pencemaran yang telah terjadi. Pada dasarnya untuk melakukan upaya pencegahan yaitu : 1. Secara Administratif Upaya pencegahan secara administratif adalah dengan cara mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang berhubungan dengan lingkungan hidup oleh pemerintah; 2. Secara Edukatif Upaya ini dilakukan dengan memberikan penyuluah terhadap masyarakat akan pentingnya lingkungan dan betapa bahayanya pencemaran lingkungan, serta melalui jalur-jalu pendidikan formal atau non formal; 3. Secara Teknologis Upaya ini dengan mewajibkan pabrik atau perusahaan untuk memiliki unit pengolahan limbah dan wajib mengolah sendiri sebelum limbah dibuang ke lingkungan pabrik atau perusahaan sehingga menjadi zat tidak berbahaya bagi lingkungan. Kita berperilaku terpuji dan santun terhadap lingkungan dengan menjaga, memelihara dan mengelolah air dari bahaya pencemaran lingkungan adalah salah satu bentuk wujud nyata yang bisa kita lakukan guna kelangsungan hidup bersama. 2. Upaya Penanggulangan Pencemaran Air Dalam menyikapi permasalahan pencemaran air, maka dalam rangka upaya penanggulangan pencamaran air dilingkungan kita : 1. Sadar akan kelangsungan ketersediaan air dengan tidak merusak atau mengeksploitasi 11

19 sumber mata air agar tidak tercemar, 2. Tidak membuang sampah ke sungai, membuang sampah pada tempatnya dan mengolah sampah; 3. Mengurangi intensitas limbah rumah tangga; 4. Melakakukan sanitasi yang baik dan bersih agar sumber-sumber air bersih lainnya tidak tercemar. 5. Masyarakat yang berperilaku hidup sehat terhadap lingkungan agar dapat menghindari pencemaran air dari aktivitas atau kegiatan sehari-hari, karena pencemaran yang diakibatkan oleh kegiatan masyarakat sehari-hari menjadi salah satu penyebab pencemaran yang paling besar. 12

20 BAB III METODE KAJIAN A. Jenis Kajian Jenis Kajian yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode kajian untuk mendapatkan data yang diperlukan sesuai masalah kajian. Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variable yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek kajian itu berdasarkan apa yang terjadi, terutama pada data tentang kesadaran masyarakat terhadap pembuangan sampah dan kondisi air bersih. Kajian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Lamongan dengan mengambil obyek secara sample dari keterwakilan kondisi seluruh masyarakat Kabupaten Lamongan. B. Waktu dan Lokasi Kajian Kajian dilaksanakan bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober Untuk menentukan lokasi kajian diawali dengan penentuan criteria utama penetapan Klaster untuk dijadikan dasar pemilihan lokasi kajian. Adapun Lokasi Kajian Tingkat Kesadaran Masyarakat Lamongan Terhadap Air Bersih, Pembuangan Sampah ke Sungai dan Penyebab Pencemaran Air ini dipilih di 10 (Sebelas) Wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Kalitengah, Kecamatan Babat, Kecamatan Turi, Kecamatan Brondong, Kecamatan Paciran, Kecamatan Lamongan, Kecamatan Karangbinangun, Kecamatan Mantup, Kecamatan Karanggeneng, Kecamatan Deket, Kecamatan Pucuk. C. Populasi Kajian Populasi dalam Kajian Tingkat Kesadaran Masyarakat Lamongan Terhadap Air Bersih, Pembuangan Sampah ke Sungai dan Penyebab Pencemaran Air ini didasarkan pada Kriteria Utama penetapan Klaster adalah sebagai berikut : 1. Kepadatan Penduduk dan angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representative menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera tingkat 1 dengan formula sebagai berikut : Angka Kemiskinan = ( Pra KS KS 1) x100% KK 13

21 2. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat, 3. Daerah terkena banjir dan dinilai mengganggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, dan lamanya surut. Dalam Kajian ini untuk pengambilan data dilakukan melalui kuisioner yang melibatkan masyarakat secara sampling, dengan jumlah sampling 20 KK dimasing-masing desa/kelurahan di wilayah studi / kajian. Klastering Wilayah Kabupaten Lamongan akan menghasilkan klaster sebagai berikut : KLASTER 0 Tabel 1. Kategori Klaster Berdasarkan Kriteria indikasi lingkungan berisiko pencemaran. Wilayah Kecamatan/Desa/Kelurahan dari Kabupaten Lamongan yang tidak memenuhi semua kriteria utama maupun kriteria tambahan KLASTER 1 Wilayah Kecamatan/Desa/Kelurahan yang memenuhi minimal 1 kri teria indikasi lingkungan berisiko terjadi pencemaran air KLASTER 2 Wilayah Kecamatan/Desa/Kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko terjadi pencemaran air KLASTER 3 Wilayah Kecamatan/Desa/Kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko terjadi pencemaran air KLASTER 4 Wilayah Kecamatan/Desa/Kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko terjadi pencemaran air Berdasarkan metode studi Kajian Tingkat Kesadaran Masyarakat Lamongan Terhadap Air Bersih, Pembuangan Sampah ke Sungai dan Penyebab Pencemaran Air yang dijelaskan diatas dalam penentuan klaster di Kabupaten Lamongan yang akan melaksanakan Studi Kajian Tingkat Kesadaran Masyarakat Lamongan dari hasil pelaksanaan studi Kajian Tingkat Kesadaran Masyarakat Lamongan Terhadap Air Bersih, Pembuangan Sampah ke 14

22 Sungai dan Penyebab Pencemaran Air di Kabupaten Lamongan dilakukan dalam dua tahap, yaitu : A. Tahap 1, klastering pada tingkat Kecamatan, dilakukan oleh Tim Kajian Tingkat Kesadaran Masyarakat Lamongan Terhadap Air Bersih, Pembuangan Sampah ke Sungai dan Penyebab Pencemaran Air Kabupaten Lamongan berdasarkan kriteria utama untuk menunjukkan indikasi awal lingkungan beresiko tingkat kecamatan B. Tahap II, klastering pada tingkat Desa/Kelurahan, dilakukan oleh Tim Kajian Tingkat Kesadaran Masyarakat Lamongan Terhadap Air Bersih, Pembuangan Sampah ke Sungai dan Penyebab Pencemaran Air Kabupaten Lamongan bersama kecamatan, berdasarkan Kriteria Utama (kriteria utama penetapan klaster) untuk menunjukkan indikasi awal lingkungan yang kemungkinan besar terdapat pencemaran air di tingkat Desa/Kelurahan, hasilnya dari kedua tahap tersebut seperti terlihat dalam Tabel 4. Tabel 2. Data Jumlah Penduduk Kabupaten Lamongan No Kecamatan Luas (Ha) Jumlah Penduduk Tahun Sukorame Bluluk Ngimbang Sambeng Mantup Kembangbahu Sugio Kedungpring Modo Babat Pucuk Sukodadi KK Miskin Kepadata n Penduduk

23 13 Lamongan Tikung Sarirejo Deket Glagah Karangbinangun Turi Kalitengah Karanggeneng Sekaran Maduran Laren Solokuro Paciran Brondong Jumlah Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka 2010 dan Hasil Perhitungan Tabel 3. Klastering Untuk Wilayah Study Kajian Tingkat Kesadaran Masyarakat Lamongan Terhadap Air Bersih, Pembuangan Sampah ke Sungai dan Penyebab Pencemaran Air Di Kabupaten Lamongan Score Kemiskinan Score Kepadatan Indikator Kecamatan/ Desa DAS Genangan Total Klaster Sukorame Bluluk Ngimbang Sambeng

24 Mantup Kembangbahu Sugio Kedungpring Modo Babat Pucuk Sukodadi Lamongan Tikung Sarirejo Deket Glagah Karangbinangun Turi Kalitengah Karanggeneng Sekaran Maduran Laren Solokuro Paciran Brondong Setelah dikompilasi hasil klastering pada tingkat kecamatan dan kelurahan dari jumlah 27 kecamatan yang ada di Kabupaten Lamongan, terdapat 2 kecamatan yang masuk dalam Klaster 0, terdapat 6 kecamatan tergolong dalam klaster 1, terdapat 9 kecamatan dalam klaster 2, terdapat 9 kecamatan dalam klaster 3, dan 1 kecamatan dari seluruh kecamatan di Kabupaten Lamongan yang tergolong dalam klaster 4. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 6. (Tabel 4. Hasil Kompilasi Klastering Wilayah Survey Kabupaten Lamongan Nomer KLUSTER 0 KLUSTER 1 KLUSTER 2 KLUSTER 3 KLUSTER 1 Mantup Sukorame Sugio Kembangbahu Babad 2 Solokuro Bluluk Modo Kedungpring 3 Ngimbang Tikung Pucuk 4 Sambeng Deket Sukodadi 5 Sarirejo Glagah Karangbinangun 4 17

25 6 Lamongan Kalitengah Turi 7 Sekaran Karanggeneng 8 Maduran Laren 9 Paciran Brondong 10 Tabel 5. Hasil Klastering kelurahan untuk penentuan area studi Kajian Tingkat Kesadaran Masyarakat Lamongan Terhadap Air Bersih, Pembuangan Sampah ke Sungai dan Penyebab Pencemaran Air Kabupaten Lamongan Tipe Kluster Jumlah Total Sampel Desa/kel. Target Desa/kel. Proporsi kluster % kluster % kluster % kluster % kluster % Jml % Hasil Perhitungan dan Analisa Tabel 6. Hasil Kompilasi Area Survey Kajian Tingkat Kesadaran Masyarakat Lamongan Terhadap Air Bersih, Pembuangan Sampah ke Sungai dan Penyebab Pencemaran Air % Nomer KLUSTER 0 KLUSTER 1 KLUSTER 2 KLUSTER 3 KLUSTER 4 1 Mantup Lamongan Kalitengah Pucuk Babat 2 Sukodadi 3 Karangbinangun 4 Turi 5 Karanggeneng 6 Laren 7 Brondong 18

26 Gambar 1. Area Survei Kajian Tingkat Kesadaran Masyarakat Lamongan Terhadap Air, Pembuangan Sampah ke Sungai dan Penyebab Pencemaran Air berdasarkan Klastering Kabupaten Lamongan D. Sumber Data 1. Data Primer, yaitu data yang diambil diperoleh langsung dilapangan dan dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden masyarakat. 2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari Instansi atau lembaga terkait dengan kajian ini. E. Teknik Pengumpilan Data 1. Metode Angket, yaitu mengambil data dengan cara memberikan/menyebarkan angket kepada responden dengan pertanyaan-pertanyaan dan pilihan jawaban yang tersedia secara bertingkat/stratifikasi, 2. Metode Observasi dan wawancara langsung dengan masyarakat, Instansi atau lembaga yang berkompeten, 3. Metode Dokumentasi, yaitu mengambil data sekunder yang sudah ada di Instansi atau lembaga terkait. 19

27 F. Analisa Data Tujuan dari analisa adalah untuk mereduksi data agar dapat dikerjakan, dimanfaatkan dan dipahami sedemikian rupa sehingga berhasil menyimpulkan suatu yang menonjol yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam kajian. Pada kajian ini menggunakan analisa secara diskripsi kualitatif yaitu dengan cara menggambarkan atau mendiskripsikan data yang diperoleh sesuai dengan latar ilmiah yang disampaikan dalam bentuk apa adanya. Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah melakukan tabulasi data yang diperoleh dari responden maupun dari Instansi atau lembaga terkait dengan kajian ini. Setelah dilakukan tabulasi, langkah selanjutnya adalah melakukan analisa data untuk menjawab tujuan kajian, digunakan analisis kualitatif. 20

28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lamongan Luas dan Batas Wilayah Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,80 Km² setara Ha atau % dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur dengan panjang garis pantai sepanjang 47 Km. Batas wilayah administratif Kabupaten Lamongan adalah : Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Gresik Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban. Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Lamongan secara geografis terletak pada 6º sampai dengan 7º 23 6 Lintang Selatan dan diantara garis bujur timur sampai bujur timur. Wilayah Kabupaten Lamongan dibelah oleh Sungai Bengawan Solo, dan secara garis besar daratannya dibedakan menjadi tiga karakteristik yaitu : Bagian Tengah Selatan merupakan dataran rendah yang relatif subur yang membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Deket, Tikung, Sugio, Sarirejo dan Kembangbahu Bagian Selatan dan Utara merupakan pegunungan kapur berbatu batu dengan kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran, dan Solokoro. Bagian Tengah Utara merupakan daerah Bonorowo yang merupakan daerah rawan banjir. Kawasan ini meliputi Kecamatan Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun dan Glagah. 21

29 Kondisi Topografi Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian wilayah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri dari dataran rendah dan berawa dengan ketinggian 0-25 m dengan luas 50,17% dari luas Kabupaten Lamongan, daratan ketinggian m seluas 45,68% dan sisanya 4,15% merupakan daratan dengan ketinggian di atas 100 m dari permukaan air laut. Kondisi Geologi Secara fisiografis wilayah Kabupaten Lamongan bagian utara dan selatan termasuk dalam Zone Rembang (van Bemmelen, 1949) yang disusun oleh endapan paparan yang kaya akan unsur karbonatan, sedangkan wilayah bagian tengah termasuk zone Randublatung yang kenampakan permukaannya merupakan dataran rendah, namun sebetulnya merupakan suatu depresi (cekungan) yang tertutup oleh endapan hasil pelapukan dan erosi dari batuan yang lebih tua pada Zone Kendeng dan Rembang. Sejarah geologi Kabupaten Lamongan diperkirakan dimulai kurang lebih 37 juta Tahun yang lalu (Kala Oligosen). Saat itu wilayah Kabupaten Lamongan masih berupa lautan (bagian dari Cekungan Jawa Timur). Selanjutnya terjadi proses sedimentasi secara berurutan ke atas berupa penghamparan batuan sedimentasi laut yang kaya unsur karbonatan. Proses ini berlangsung hingga kurang lebih 19 juta Tahun (hingga Kala Polisen). Pada kurang lebih 1,8 juta Tahun yang lalu terjadi aktifitas tektonik (Orogenesa Plio- Pleistosen)yang menyebabkan terangkatnya Kabupaten Lamongan muncul ke permukaan laut. B. Potensi Sumber Air Baku Secara umum keberadaan air di Kabupaten Lamongan didominasi oleh air permukaan, dimana pada saat musim penghujan dijumpai dalam jumlah yang melimpah hingga mengakibatkan bencana banjir namun sebaliknya pada saat musim kemarau disebagian besar wilayah Kabupaten Lamongan relatif berkurang. Ketersediaan air permukaan ini sebagian tertampung di waduk-waduk, rawa, embung dan sebagian lagi mengalir melalui sungai-sungai. Kabupaten Lamongan dilewati oleh 3 buah sungai besar, yaitu Sungai Bengawan Solo sepanjang ± 68 Km dengan debit rata rata 531,61 m3/bulan (debit maksimum 1.758,46 m3 dan debit minimum 19,58 m3) yang bermata air di Waduk Gajah Mungkur (Kabupaten Wonogiri, 22

30 Jawa Tengah), Kali Blawi sepanjang ± 27 Km dan Kali Lamong sepanjang ± 65 Km yang bermata air di Kabupaten Lamongan. Wilayah Kabupaten Lamongan mempunyai morfologi yang relatif datar bahkan pada beberapa wilayah banyak dijumpai cekungan cekungan yang saat ini berupa rawa. Di beberapa daerah masih terdapat area dengan keadaan genangan yang berlangsung periodik selama setengah bulan sampai dengan tiga bulan pada musim kemarau. Masalah potensi sumber air baku, kajian ini mempelajari kelangkaan yang dialami rumah tangga dalam rentang waktu satu bulan terakhir. Kelangkaan diukur dari tidak tersedianya air dari sumber air baku utama rumah tangga atau tidak biasa digunakannya air yang keluar dari sumber air baku utama. Data ini diperoleh dari pengakuan verbal responden. 1. Data Survey tentang masalah potensi Air dalam satu tahun Kecamatan Kalitengah Data volume sumber air yang digunakan kadang mengalami penurunan volume pasokan dan penurunan kualitas, dalam frekuensi tertentu dari kajian ini dapat diperoleh hasil penurunan volume pasokan (20 %) dengan memperhatikan diagram berikut. Kemudian kondisi penurunan kualitas sumber air di Kecamatan kalitengah hampir tidak pernah terjadi pada frekuensi yang sering, hanya pernah terjadi beberapa kali dalam setahun (17 %) Apakah pernah mengalami menurunnya volume pasokan air yang dikonsumsi Apakah pernah mengalami munurunnya kualitas air yang dikonsumsi Tidak pernah Satu kali dalam setahun Beberapa kali dalam setahun 0 0 Sekali atau lebih dalam sebulan 0 0 Gambar 1. Kelangkaan Sumber Air Kecamatan Kalitengah 23

31 2. Data Survey tentang masalah potensi Air dalam satu tahun Kecamatan Babat Data volume sumber air yang digunakan di wilayah Kecamatan Babat kadang mengalami penurunan volume pasokan dan penurunan kualitas dan terjadi beberapa kali dalam setahun, dari kajian ini dapat diperoleh hasil penurunan volume pasokan (27 %). Kemudian kondisi penurunan kualitas sumber air ini terjadi beberapa kali dalam setahun (13 %) Apakah pernah mengalami menurunnya volume pasokan air yang dikonsumsi Apakah pernah mengalami munurunnya kualitas air yang dikonsumsi Tidak pernah Satu kali dalam setahun Beberapa kali dalam setahun 0 0 Sekali atau lebih dalam sebulan 0 0 Gambar 2. Kelangkaan Sumber Air Kecamatan Babat 3. Data Survey tentang masalah potensi Air dalam satu tahun Kecamatan Turi Data volume sumber air yang digunakan tidak pernah mengalami penurunan volume pasokan dan penurunan kualitas Apakah pernah mengalami menurunnya volume pasokan air yang dikonsumsi Apakah pernah mengalami munurunnya kualitas air yang dikonsumsi Tidak pernah Satu kali dalam setahun 0 0 Beberapa kali dalam setahun 0 0 Sekali atau lebih dalam sebulan 0 0 Gambar 3. Kelangkaan Sumber Air Kecamatan Turi 24

32 4. Data Survey tentang masalah potensi Air dalam satu tahun Kecamatan Brondong Data volume sumber air yang digunakan sering mengalami penurunan volume pasokan, dalam kajian ini dapat diperoleh hasil penurunan volume pasokan (87 %) dengan memperhatikan diagram berikut. Kemudian kondisi penurunan kualitas sumber air di Kecamatan Brondong hampir tidak pernah terjadi pada frekuensi yang sering, hanya pernah terjadi beberapa kali dalam setahun (7 %) Apakah pernah mengalami menurunnya volume pasokan air yang dikonsumsi Apakah pernah mengalami munurunnya kualitas air yang dikonsumsi Tidak pernah Satu kali dalam setahun 87 7 Beberapa kali dalam setahun 0 0 Sekali atau lebih dalam sebulan 0 0 Gambar 4. Kelangkaan Sumber Air Kecamatan Brondong 5. Data Survey tentang masalah potensi Air dalam satu tahun Kecamatan Paciran Data volume sumber air yang digunakan sering mengalami penurunan volume pasokan dan penurunan kualitas, dalam frekuensi tertentu dari kajian ini dapat diperoleh hasil penurunan volume pasokan (53 %) dengan memperhatikan diagram berikut. Kemudian kondisi penurunan kualitas sumber air di Kecamatan Paciran hampir tidak pernah terjadi pada frekuensi yang sering, hanya pernah terjadi beberapa kali dalam setahun (7 %). 25

33 Tidak pernah Satu kali dalam setahun 53 7 Beberapa kali dalam setahun Sekali atau lebih dalam sebulan Apakah pernah mengalami menurunnya volume pasokan air yang dikonsumsi Apakah pernah mengalami munurunnya kualitas air yang dikonsumsi Gambar 5. Kelangkaan Sumber Air Kecamatan Paciran 6. Data Survey tentang masalah potensi Air dalam satu tahun Kecamatan Lamongan Data volume sumber air yang digunakan kadang mengalami penurunan volume pasokan dan penurunan kualitas, dalam frekuensi tertentu dari kajian ini dapat diperoleh hasil penurunan volume pasokan (27 %) terjadi sekali dalam setahun dan (4 %) terjadi beberapa dalam setahun. Kemudian kondisi penurunan kualitas sumber air di Kecamatan Lamongan hampir tidak pernah terjadi pada frekuensi yang sering, hanya pernah terjadi sekali dalam setahun (13 %) dan terjadi beberapa kali dalam setahun (7 %). Dapat dilihat di tabel berikut. 26

34 Tidak pernah Satu kali dalam setahun Beberapa kali dalam setahun Sekali atau lebih dalam sebulan Apakah pernah mengalami menurunnya volume pasokan air yang dikonsumsi Apakah pernah mengalami munurunnya kualitas air yang dikonsumsi Gambar 6. Kelangkaan Sumber Air Kecamatan Lamongan 7. Data Survey tentang masalah potensi Air dalam satu tahun Kecamatan Karangbinangun Data di Kecamatan Karangbinangun volume sumber air yang digunakan terkadang mengalami penurunan volume pasokan dan penurunan kualitas, dalam frekuensi tertentu dari kajian ini dapat diperoleh hasil penurunan volume pasokan (13 %) dengan memperhatikan diagram berikut. Kemudian kondisi penurunan kualitas sumber air hampir tidak pernah terjadi pada frekuensi yang sering, hanya pernah terjadi sekali dalam setahun (13 %) Tidak pernah Satu kali dalam setahun Beberapa kali dalam setahun Sekali atau lebih dalam sebulan Apakah pernah mengalami menurunnya volume pasokan air yang dikonsumsi Apakah pernah mengalami munurunnya kualitas air yang dikonsumsi

35 Gambar 7. Kelangkaan Sumber Air Kecamatan Karangbinangun 8. Data Survey tentang masalah potensi Air dalam satu tahun Kecamatan Mantup Data volume sumber air yang digunakan sering mengalami penurunan volume pasokan dan penurunan kualitas, dalam frekuensi tertentu dari kajian ini dapat diperoleh hasil penurunan volume pasokan (53 %) dengan memperhatikan diagram berikut. Kemudian kondisi penurunan kualitas sumber air di Kecamatan Mantup hampir tidak pernah terjadi pada frekuensi yang sering, hanya pernah terjadi sekali dalam setahun (7 %) Apakah pernah mengalami menurunnya volume pasokan air yang dikonsumsi Apakah pernah mengalami munurunnya kualitas air yang dikonsumsi Tidak pernah Satu kali dalam setahun 53 7 Beberapa kali dalam setahun 0 0 Sekali atau lebih dalam sebulan 0 0 Gambar 8. Kelangkaan Sumber Air Kecamatan Mantup 9. Data Survey tentang masalah potensi Air dalam satu tahun Kecamatan Karanggeneng Data volume sumber air yang digunakan dalam waktu sekali dalam setahun mengalami penurunan volume pasokan dan penurunan kualitas, dalam frekuensi tertentu dari kajian ini dapat diperoleh hasil penurunan volume pasokan (20 %) dengan memperhatikan diagram berikut. Kemudian kondisi penurunan kualitas sumber air hampir tidak pernah terjadi pada frekuensi yang sering (20 %). 28

36 Apakah pernah mengalami menurunnya volume pasokan air yang dikonsumsi Apakah pernah mengalami munurunnya kualitas air yang dikonsumsi Tidak pernah Satu kali dalam setahun Beberapa kali dalam setahun 0 0 Sekali atau lebih dalam sebulan 0 0 Gambar 9. Kelangkaan Sumber Air Kecamatan Karanggeneng 10. Data Survey tentang masalah potensi Air dalam satu tahun Kecamatan Deket Data volume sumber air yang digunakan tidak pernah mengalami penurunan volume pasokan dan penurunan kualitas air baku Tidak pernah Satu kali dalam setahun 0 0 Beberapa kali dalam setahun Sekali atau lebih dalam sebulan Apakah pernah mengalami menurunnya volume pasokan air yang Apakah pernah mengalami munurunnya kualitas air yang dikonsumsi Gambar 10. Kelangkaan Sumber Air Kecamatan Deket Melalui kajian ini juga dilakukan pengamatan kondisi sumber air terhadap kelangkaan, sumber air tercemar serta letak tempat penampungan dan pembuangan tinja. Bahwa sesuai kriteria peletakan septik tank harus lebih dari 10 m dari sumber air. Pada 29

37 gambar di bawah ini dari hasil keseluruhan Di Kabupaten Lamongan sumber air tercemar tidak mengkhawatirkan dan kelangkaan air hanya 6 % rata rata terjadi pada musim kemarau bulan Oktober-Nopember. Kemudian untuk peletakan penampungan tinja rumah tangga dengan sumber air penduduk 18 % kurang dari 10 m, hal ini tidak diketahui oleh penduduk dan tidak pernah diukur sebelum pembangunannya. 100% 99% 93% 80% 82% 60% 40% 20% 0% 1% 6% 18% Ya Sumber air tercemar Kelangkaan air Pencemaran karena SPAL Tidak Gambar 11. Hasil Pengamatan Kelangkaan Sumber Air, Sumber Air Tercemar dan Pencemaran Karena SPAL di Kabupaten Lamongan C. Potensi Sumber Daya Air dan Keberadaan Sungai Kali dan Telaga Potensi sumber daya air Baku dipengaruhi suhu dan curah hujan. Keadaan iklim di Kabupaten Lamongan merupakan iklim tropis yang dapat dibedakan atas 2 (dua) musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan pada bulan 2-5 hujan relatif rendah. Rata-rata curah hujan pada Tahun 2004 dari hasil pemantauan stasiun pengamatan hujan tercatat sebanyak mm dan hari hujan tercatat 72 hari. Kabupaten Lamongan dilewati oleh 3 buah sungai besar, yaitu Sungai Bengawan Solo sepanjang ± 68 Km dengan debit rata-rata 531,61 m3/bulan (debit maksimum 1.758,46 m3 dan debit minimum 19,58 m3) dan mata air dari Sungai Bengawan Solo ini terletak di Provinsi Jawa Tengah, Kali Blawi sepanjang ± 33 Km dan Kali Lamong sepanjang ± 32 Km yang bermata air di Kabupaten Lamongan. 30

38 Tabel 7. Daerah Aliran Sungai (DAS) Di Kabupaten Lamongan Ketersediaan Tampungan Air di Kabupaten Lamongan No. Nama Waduk & DAS Luas (Ha) Volume Tampungan (1000 m3) Kapasitas Efektif (1000 m3) Debit (m3/ dt) 1 Gondang 23, , Prijetan 9, , Gempol 125 1, , Balunggonggang , , Geman 80 1, , Bowo 47,5 16, , Rowo Bulu 225 2, , Rowo Cungkup 300 4, , Paprit 13 65, , Sentir 61 7, , Rancang Tuwiri 64 1, Rande 96 4, , Delikguno 47 1, Takeran Legoh 57 5, , Rowo Sekaran 557 2, , Manyar 300 3, ,

39 No. Nama Waduk & DAS Luas (Ha) Volume Tampungan (1000 m3) Kapasitas Efektif (1000 m3) Debit (m3/ dt) 19 Bogo Sogo 78 1, , Jabung , , Kalen 44 11, , Kaliombo 46, , Kwanon 110 1, , Lowayu 1, , Makamsantri 60, , Meduran 77, , Lopang Canggah 4, , Sumurgun 1, , Sepanji 2, , Kuripan 4, , Karangasem Caling 1, , Lembeyan 6 1, , Kedungdowo 10 2, , Takeran Jumlah 425, , Sungai Bengawan Solo dari Babat- Konang Glagah Kali Lamong

40 D. Pengelolaan Sumber Air Pengelolaan sumber air di Kabupaten Lamongan meliputi: a. Optimalisasi sistem prasarana dan sarana air bersih, yang meliputi optimalisasi jaringan pipa transmisi, produksi dan distribusi serta bangunan-bangunan penunjang seperti reservoir dan lain-lain. b. Mengurangi kebocoran/kehilangan air menuju ke tingkat 20%. c. Menambah kapasitas/ supply air baku dengan melakukan studi tentang air bawah tanah maupun air permukaan dengan membangun sumur bor, pompa, perpipaan serta SR/HU. d. Mengembangkan cakupan pelayanan dengan menambah sarana dan prasarana air bersih. e. Pembangunan IPA (Instalasi Pengolahan Air) f. Pemberdayaan Masyarakat melalui program HIPPAMS, WSLIC-2 (Water Sanitation Low Income Community) serta Program PAMSIMAS II di tahun 2014 ini. Dari data Hippams Banyu Urip Kabupaten Lamongan di dapat untuk daerah yang sudah mendapat akses sarana air bersih melalui pengelolaan dengan sistem perpipaan, baik PDAM atau Hippams dan sistem yang lain ada pada tabel di bawah ini : Tabel 8. Akses Air Bersih dan Sistem Pengelolaan air Bersih Kabupaten Lamongan Pelayanan Sumber Air/ Sistem Pengelolaan No Kecamatan Jumlah KK Hippams PDAM Telaga Sungai Sumur PAH Mata Air PJT Lainnya 1 Sukorame Bluluk Ngimbang Sambeng Mantup Kembangbahu Sugio Kedungpring Modo 33

41 Babat Pucuk Sukodadi Lamongan Sarirejo Tikung Deket Glagah Karangbinangun Turi Kalitengah Karanggeneng Sekaran Maduran Laren Solokuro Paciran Brondong Jumlah Prosentase 25,95 6,07 12,01 1,39 50,42 1,59 0,41 0,57 1,59 Sumber : Pendataan Air Bersih dan Sanitasi Kabupaten Lamongan Dari hasil survey didapatkan data bahwa responden banyak menggunakan sumber air dari air PDAM, SAB Hippams, SPT, sumur gali, Sungai dan mata air sebagai keperluan berbagai aktivitas sehari hari di Kabupaten Lamongan. Kemudian yang kedua adalah sumber air dari air kemasan dan air isi ulang, sekitar rata-rata 20%-25% penduduk responden menggunakannya untuk berbagai keperluan terutama untuk minum. Pada umumnya sumber air di Kabupaten Lamongan kualitas dan kuantitasnya cukup memadai. Tabel di bawah ini 34

42 merupakan sumber air yang di gunakan responden. 120 Minum Tidak Air Botol Kemas Air Isi Ulang Hippa ms/pd AM HU PDAM KU Hippa ms Minum Tidak Minum Ya Masak Tidak Masak Ya Cuci Piring Tidak Cuci Piring Ya Cuci Pakaian Tidak Cuci Pakaian Ya Gosok Gigi Tidak Gosok Gigi Ya SPT Sumur Terlind ungi Sumur Tak Terlind Mata Air Terlind Mata Air Tak Terlind Air Hujan Air Sungai Waduk Minum Ya Masak Tidak Masak Ya Cuci Piring Tidak Cuci Piring Ya Cuci Pakaian Tidak Cuci Pakaian Ya Gosok Gigi Tidak Gosok Gigi Ya Gambar 12. Data Penggunaan Sumber Air Bersih Kemudian dari hasil survey mengenai sumber air didapatkan data bahwa dari sistem yang ada, ada beberapa yang keberfungsiaanya kurang maksimal, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 9. Data Hasil Pengamatan Keberfungsian sistem Air Bersih 1. Air Sistem Perpipaan - Tidak 58 38% berfungsi/mengalir (Pengelola SAB) Ya 96 62% 2. Air Sistem Perpipaan - berfungsi (Pengguna) Tidak % Ya 16 10% 3. Air sumur gali yg terlindungi kondisi baik Tidak % Ya 51 33% Dari data data di atas baik data pelayanan akses air bersih dengan sistemnya dan data primer terkait keberfungsian sarana merupakan gambaran pengelolaan masyarakat terhadap sarana air bersih. Sehingga dalam menciptakan dan memberikan akses air bersih yang 35

43 maksimal di masyarakat maka perlu adanya pengembangan dan perbaikan sitem pengelolaan, karena dari data survey kondisi fisik dan non fisik diperlukan peningkatan pengelolaan agar sarana dapat berfungsi secara maksimal. E. Tingkat Kesadaran Masyarakat Individu hanya berfikir untuk diri sendiri (egois) kebanyakan individu berfikir apatis ( acuh tidak acuh ) terhadap lingkungan sekitar. Padahal begitu banyak cara yang dapat di lakukan bila memang ada rasa kepeduliaan dalam membangun segalanya agar lebih baik. Dan berbagai cara telah digaungkan tetapi masih sedikit individu yang memiliki sifat kepeduliaan itu. Dikarenakan hal tersebut untuk menjalankan perubahan dan menyampaikan aspirasi dalam kesadaan untuk lingkungan tersebut tertutup jalannya/sulit. Di masa sekarang, tidak ada yang tidak mungkin, para ahli pun mengembangakan dan memberi inisiatif-inisiatif yang jitu dalam menjaga kebersihan, contohnya : Daur ulang. Tidak heran sekarang banyak toko-toko yang menjual alat daur ulang karena kepedulian terhadap lingkungan dan apalagi dapat menghasilkan. Namun dalam hal ini semuanya berjalan lebih baik apabila dilakukan beberapa kegiatan yang akhirnya bisa menyadarkan masyarakat betapa pentingnya kebersihan, betapa pentingnya dampak positif jika membuang sampah sembarangan dan betapa indahnya sebuah kota apabila kota tersebut indah, bersih, nyaman dan segar. Pembuatan aktivitas penyuluhan tentang pendaurulang sampah adalah hal yang baik dalam memberikan contoh konkret. Penyuluhan yang di maksud bisa dengan mengadakan seminar yang berisi materi untuk membuka hati individu dalam menyadarkan arti kebersihan yang di ketahui bahwa individu masyarakat di kota ini sangatlah minim. Tetapi bukan dengan seminar saja penyuluhan itu bdapat dilakukan, bisa dengan berkomunikasi dengan penduduk di daerah-daerah yang tingkat kebersihannya masih begitu rendah. Daur ulang biasanya menggunakan barangbarang bekas yang masih dapat dipakai untuk membuat sesuatu yang bisa dipergunakan kembali, dari hasil data lapangan masyarakat yang melakukan pengelolaan sampah di tahun 2014 ada 60%.Sehingga dengan kata lain bukan hanya membuka lapangan kerja tetapi hal ini dapat menambah kekreatifitasan yang lebih. Dalam Kajian ini dari data hasil wawancara masyarakat Kabupaten Lamongan sudah memulai sikap yang apabila ada individu membuang sampah tidak pada tempatnya ada rasa malu dan bersalah saat membuangnya, meskipun dari data lapangan didapatkan data di tahun 36

44 2014 masyarakat yang membuang sampah sembarangan ada 20 % dan masyarakat yang didaerah aliran sungai masih membuang sampah ke sungai sebesar 20%. Tetapi bisa dikatakan bahwa prosentase dari tahun ke tahun tingkat kesadaran masyarakat terhadap pembuangan sampah ke sungai ada peningkatan termasuk pengelolaan sampah yang benar. Dalam analisa data masalah ini diketahui bahwa masyarakat Kabupaten Lamongan sudah ada kesadaran terhadap bahayanya pembuangan sampah tidak pada tempatnya. Data survey menunjukkan bahwa masyarakat sudah melakukan pemilahan dan pengolahan sampah meskipun belum seluruhnya. Daur ulang yang dilakukan masyarakat dipilih dari barangbarang bekas yang masih dapat dipakai untuk membuat sesuatu yang bisa dipergunakan kembali, dari hasil data lapangan masyarakat yang melakukan pengelolaan sampah di tahun 2014 ada 72% dan masyarakat yang masih melakukan pembuangan sampah sembarangan ada 28 %. Tetapi bisa dikatakan bahwa prosentase dari tahun ke tahun tingkat kesadaran masyarakat terhadap pembuangan sampah ke sungai ada peningkatan termasuk pengelolaan sampah yang benar. Apakah anda melakukan Tidak pernah 43 28% pemilahan/pemisahan sampah di rumah sebelum Kadangkadang 70 45% dibuang? Sering 6 4% Selalu 35 23% Tabel 10. Kesadran Masyarakat melakukan pengeloaan Sampah Dari data survey di atas menyatakan bahwa masyarakat yang peduli terhadap sampah untuk dikelola baik dari segi kesehatan maupun manfaat lebih tinggi prosentasenya dari pada yang belum peduli, sehingga dari data ini diketahui bahwa masyarakat Kabupaten Lamongan sudah ada kesadaran terhadap pembuangan sampah tidak pada tempatnya. Gambar di bawah ini merupakan hasil data survey tentang perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. 37

45 Gambar 13. Kesadaran Masyarakat melakukan pengeloaan Sampah Kemudian masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah rumah tangga dari hasil wawancara dengan responden terdapat, yakni sekitar 55% sampah rumah tangga dikelola dengan cara dibuang di galian dan dibakar. Sebagian besar rumah tangga belum melakukan pemilahan sampah sebelum dibuang, jadi antara sampah organic dan non organic masih tercampur begitu saja. Usaha pemilahan sampah seharusnya dilakukan secara konsisten dimulai dari tingkat rumah tangga sampai system pengangkutan ke TPS. Begitu juga peranan pemulung sebagai bentuk partisipasi masyarakat juga diberikan pengertian akan pentingnya pemilahan sampah. Sehingga dapat dilakukan system pengolahan dan perlakuan yang tepat terhadap sampah. Sampah organic dapat dimanfaatkan sebagai kompos dengan teknik pengomposan. Gambar di bawah ini menunjukkan prosentase kesadaran masyarakat yang mengelola sampahnya serta membuang limbahnya. Bagaimana cara mengelola sampah? Dibuang dan dikubur di lobang galian Dibuang dlm lubang galian dan dibakar 30% 5% 55% Dijadikan makanan binatang Dikumpulkan dlm keranjang sampah permanen Langsung dibakar 6% 5% 0% 0% Dibuang ke sungai/danau/laut Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan Gambar 14. Kesadaran Masyarakat melakukan pengeloaan Sampah 38

46 Kemana air limbah bekas cuci peralatan minum/makan dan masak 10% 2% 0% 37% Ke sungai/kanal/kolam/se lokan Ke jalan, halaman, kebun Saluran terbuka 48% 3% Lubang galian Pipa saluran pembuangan kotoran (SPAL) Tidak tahu Gambar 15. Kesadaran Masyarakat melakukan pengeloaan Limbah Gambar 16. Kesadaran Masyarakat merencanakan jarak pembuangan limbah dengan sumber ai F. Pengelolaan Sampah Sampah dan Limbah Cair Rumah Tangga memberi dampak yng cukup besar terhadap pencemaran air apabila pengolahannya tidak memenuhi standart yang dianjurkan. Kondisi umum penanganan limbah cair rumah tangga di Kabupaten Lamongan adalah mempergunakan sistem setempat (onsite system) berupa septic tank. Limbah cair rumah tangga terdiri dari grey water dan black water, dan idealnya perhitungan standar pemakaian air harus direncanakan di awal sehingga limbah tidak akan berdampak terhadap kondisi air dan sanitasi masyarakat. Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak 39

KEADAAN SAMPAI DENGAN BULAN 02 NOPEMBER 2012. Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Produksi (ton)

KEADAAN SAMPAI DENGAN BULAN 02 NOPEMBER 2012. Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Produksi (ton) Komoditi : Padi REALISASI PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2012 KABUPATEN LAMONGAN 1 Sukorame 1.896 6,03 11.431 1.342 6,03 8.091 - - - 3.238 6,03 19.522 2 Bluluk 2.975 6,61 19.671 1.842 6,61 12.179

Lebih terperinci

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN PREVIEW III TUGAS AKHIR PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita, ST., MT. Merisa Kurniasari 3610100038

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Paparan Data 4.1.1 Latar Belakang Instansi/Perusahaan Kabupaten Lamongan adalah salah satu wilayah yang mempunyai peranan cukup penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Lamongan GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN

Pemerintah Kabupaten Lamongan GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN II GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN 2.1 ASPEK GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS 2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah 2.1.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,80

Lebih terperinci

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN 1975-1982 Untuk mengawali kajian mengenai kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat kota Lamongan, digambarkan terlebih dahulu gambaran

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2035

ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2035 ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2035 Imam Arifa illah Syaiful Huda, Melly Heidy Suwargany, Diyah Sari Anjarika Fakultas Geografi UGM Email: faillah.arif@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2016 KABUPATEN LAMONGAN

PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2016 KABUPATEN LAMONGAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2016 KABUPATEN LAMONGAN Komoditi : Padi Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember No Panen Rerata 1 Sukorame 1.928 67,30 12.975 1.512 63,14

Lebih terperinci

FORMULASI PERHITUNGAN CAPAIAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN LAMONGAN

FORMULASI PERHITUNGAN CAPAIAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN LAMONGAN FORMULASI PERHITUNGAN CAPAIAN KINERJA 1. Peningkatan Populasi = 2. Peningkatan Produksi Daging = 3. Peningkatan Produksi Telur = 4. Peningkatan Konsumsi Daging = 5. Peningkatan Konsumsi Telur = Jml. Populasi

Lebih terperinci

Oleh : Nanda Gayuk Candy DosenPembimbing : Bapak Adjie Pamungkas, ST. M. Dev. Plg. Phd.

Oleh : Nanda Gayuk Candy DosenPembimbing : Bapak Adjie Pamungkas, ST. M. Dev. Plg. Phd. PENENTUAN ALTERNATIF LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN SORGUM DI KABUPATEN LAMONGAN Oleh : Nanda Gayuk Candy 3609 100 011 DosenPembimbing : Bapak Adjie Pamungkas, ST. M. Dev. Plg. Phd. Prodi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan 2016

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan 2016 Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup LEMBAR PERNYATAAN Bersama ini saya Bupati Lamongan menyatakan bahwa Isu Prioritas Lingkungan Hidup Daerah yang tertuang dalam Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air merupakan sumber kehidupan manusia. Ketersediaan air yang aman untuk dikonsumsi adalah sangat penting dan merupakan kebutuhan dasar bagi semua manusia di bumi.

Lebih terperinci

TINJAUAN LINGKUP EKSTERNAL

TINJAUAN LINGKUP EKSTERNAL 2.1. KONDISI WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Lamongan, merupakan wilayah kabupaten yang berada di bagian Utara dari wilayah Propinsi Jawa Timur. Terletak diantara koordinat

Lebih terperinci

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 C-33 Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Ajeng Nugrahaning Dewanti dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan dan mahluk termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan pokok untuk semua makhluk hidup tanpa terkecuali, dengan demikian keberadaannya sangat vital dipermukaan bumi ini. Terdapat kira-kira

Lebih terperinci

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA Sejalan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk kota Jakarta, hal ini berdampak langsung terhadap meningkatnya kebutuhan air bersih. Dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PERUNTUKAN AIR DAN PENGELOLAAN KUALITAS AIR SUNGAI PEMALI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR PENYEDIAAN AIR SEBAGAI KEBUTUHAN DASAR MANUSIA Oleh : Mardayeli Danhas, ST, M. Si Staf Bidang Bina Teknik Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2. 1 Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1 Karakteristik Lokasi Wilayah Luas dan Batas Wilayah Administrasi Luas wilayah Kabupaten Lamongan adalah 1.812,8 km², atau menempati

Lebih terperinci

PENDAHULUAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

PENDAHULUAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah dilatar-belakangi oleh berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan penduduk, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dinamika

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG 1 SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia Merupakan negara kepulauan dan dua pertiga bagian wilayah indonesia berupa perairan. Namun demikian, Indonesia juga tidak lepas dari masalah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

RENCANA POLA RUANG V - 1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA POLA RUANG V - 1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN RENCANA POLA RUANG Rencana pola ruang Kabupaten Lamongan secara garis besar diwujudkan dalam rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pola ruang kawasan ini ditekankan pada kesesuaian fungsi wilayah

Lebih terperinci

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat

Lebih terperinci

Arahan Pengembangan Ekonomi Kabupaten Lamongan Berdasarkan Sektor Unggulan (Studi Kasus: Sektor Pertanian)

Arahan Pengembangan Ekonomi Kabupaten Lamongan Berdasarkan Sektor Unggulan (Studi Kasus: Sektor Pertanian) JURNAL TEKNIK POMITS Vol.3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-136 Arahan Pengembangan Ekonomi Kabupaten Lamongan Berdasarkan Sektor Unggulan (Studi Kasus: Sektor Pertanian) Dewi Karina

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk kepentingan lainnya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Kelurahan Mangunharjo dan Kelurahan Mangkang Wetan) T U G A S A K H I R Oleh : LYSA DEWI

Lebih terperinci

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen pokok dan mendasar dalam memenuhi kebutuhan seluruh makhluk hidup di bumi. Menurut Indarto (2012) : Air adalah substansi yang paling melimpah

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) 1 Pendahuluan Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dijumpai

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1 1.1 Latar Belakang. Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium, atau MDGs) mengandung delapan tujuan sebagai respon atas permasalahan perkembangan global, dengan target pencapaian pada tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN, PENGAWASAN DAN PENGUJIAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa air merupakan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG Nelya Eka Susanti, Akhmad Faruq Hamdani Universitas Kanjuruhan Malang nelyaeka@unikama.ac.id, hamdani_af@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dublin,

Lebih terperinci

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d). TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 14 Informasi Geologi Untuk Penentuan Lokasi TPA UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 1. Melaksanakan k pengelolaan l sampah dan memfasilitasi i penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam, dari daratan sampai pegunungan serta lautan. Keragaman ini dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong

BAB I PENDAHULUAN. Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cakupan batas DAS Lamong berada di wilayah Kabupaten Lamongan, Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong yang membentang dari Lamongan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD 4.1.Perumusan Mitigasi, Adaptasi dan Alternatif 4.1.1. Program Program yang Dirumuskan Pada umumnya program-programpada RPJMD Provinsi Jawa Barat memiliki nilai

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Lamongan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Lamongan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Lamongan Tahun 2013 sebanyak 189.223 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Lamongan Tahun 2013 sebanyak 17 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUNTUKAN AIR DAN PENGELOLAAN KUALITAS AIR SUNGAI TUNTANG DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Permasalahan Pembangunan Berdasarkan gambaran kondisi umum daerah yang telah disajikan pada Bab sebelumnya, maka dapat diketahui beberapa permasalahan yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat terutama di wilayah perkotaan menimbulkan dampak yang sangat serius terhadap penurunan daya dukung lingkungan. Dampak

Lebih terperinci

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN Sub Sektor Air Limbah Program Penyusunan Master Plan Air Limbah Latar Belakang Dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal dari perencanaan. Dokumen ini sangat diperlukan

Lebih terperinci

Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. KEBIJAKAN PERIZINAN BIDANG SUMBER DAYA AIR PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI (MK) NOMOR 85/PUU-XI/2013 ATAS UJI MATERI UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR (Bagian 1) Oleh: R.D Ambarwati,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa air tanah mempunyai

Lebih terperinci

Penentuan Tipologi Kesenjangan Wilayah di Kabupaten Lamongan Berdasarkan Aspek Ekonomi dan Sosial

Penentuan Tipologi Kesenjangan Wilayah di Kabupaten Lamongan Berdasarkan Aspek Ekonomi dan Sosial JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No.2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-125 Penentuan Tipologi Kesenjangan Wilayah di Kabupaten Lamongan Berdasarkan Aspek Ekonomi dan Sosial Yeni Ratnasari, Eko Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hubungan antara manusia dengan lingkungan adalah sirkuler. Perubahan pada lingkungan pada gilirannya akan mempengaruhi manusia. Interaksi antara manusia dengan lingkungannya

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pesisir adalah wilayah bertemunya daratan dan laut, dengan dua karakteristik yang berbeda. Bergabungnya kedua karakteristik tersebut membuat kawasan pesisir memiliki

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH CAIR BAGI USAHA MIKRO BATIK DENGAN INSTALASI PENGOLAH AIR LIMBAH KOMUNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.

Lebih terperinci

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN A. Ketampakan Lingkungan Alam dan Buatan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG Menimbang NOMOR 02 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KABUPATEN TABALONG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DAFTAR ISI BAB I KETENTUAN UMUM... 2 BAB II LANDASAN PENGELOLAAN AIR TANAH... 3 Bagian Kesatu Umum... 3 Bagian Kedua Kebijakan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Pembangunan daerah agar dapat berhasil sesuai dengan tujuannya harus tanggap terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat. Kondisi tersebut menyangkut beberapa masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, seperti untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dan kebutuhan lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Permukiman Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. Permukiman perlu ditata agar dapat berkelanjutan dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT AIR LIMBAH Analisa SWOT sub sektor air limbah domestik Lingkungan Mendukung (+), O Internal Lemah (-) W Internal Kuat (+) S Diversifikasi Terpusat (+2, -5) Lingkungan tidak

Lebih terperinci

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia. Dalam sistem tata lingkungan, air merupakan unsur utama. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 KELOMPOK KERJA (POKJA) SANITASI KOTA BONTANG BAB I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian

Lebih terperinci