Rinawati Kasrin, 2 Yuhendri Putra, 3 Junios. *

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rinawati Kasrin, 2 Yuhendri Putra, 3 Junios. *"

Transkripsi

1 Perbedaan Efektifitas Terapi Warna Merah Dan Senam Otak Terhadap Memori Jangka Pendek Pada Lansia Dengan Dimensia Di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Di Sicincin Tahun ,* Rinawati Kasrin, 2 Yuhendri Putra, 3 Junios 1,2,3 STIKes Prima Nusantara Bukittinggi * rinawatikasririn@yahoo.com ABSTRAK Lanjut usia yang berusia diatas 60 tahun berisiko terkena penyakit demensia. Demensia merupakan gangguan intelektual yang menghambat fungsi kerja dan sosial seperti perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuankemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal atau ide baru. Survei awal yang dilakukan pada 6 responden didaapatkan hasil 5 orang (83,33%), dari 6 lansia mengalami Dimensia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektifitas terapi warna merah dan senam otak terhadap memori jangka pendek pada lansia dengan demensia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih di Sicincin tahun Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Quasyeksperimen Non Equivalent Control Group. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah sebanyak 110 lansia dan banyak sampel 32 responden di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih, Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Penelitian ini menggunakan teknik analisis univariat dengan observasi eksperimental melalui ratarata dan analisis bivariat dengan uji independent ttest secara komputerisasi. Hasil uji statistik didapatkan p value =0.056 > (α = 0.05) yang bearti p > α. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pemberian terapi warna merah dan senam otak terhadap memori jangka pendek pada lansia dengan demensia dengan kata lain pemberian terapi warna merah dan senam otak samasama efektif terhadap peningkatan memori jangka pendek dan disarankan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi PSTW Sabai Nan Aluih di Sicincin dan menerapkan terapi warna merah dan latihan senam otak sebagai suatu program dalam rencana kegiatan. Kata Kunci : Lansia, Demensia, Warna Merah, Senam Otak ABSTRACT Elderly aged over 60 years at risk of developing dementia. Dementia is an intellectual disorders that inhibit the function of labor and social changes in anatomical, physiological, and biochemical in the body, setbacks else happens is cognitive abilities such like to forget, deterioration of orientation to time, space, place, and not easily accept new things or ideas new. Initial survey conducted in six respondents available result 5 people (83.33%), from 6 Dementia elderly experience. This research aims to determine differences in the effectiveness of red color therapy and exercise the brain to shortterm memory in elderly people with dementia in Social Institution Tresna Werdha Sabai Nan Aluih in Sicincin This research was a quantitative research quasyexperimental design "NonEquivalent Control Group", In this research, the population was 110 elderly and samples of 32 respondents in Tresna Werdha Social Institution Sabai Nan Aluih with sampling technique is purposive sampling. This research using univariate analysis techniques with experimental observations through the median and bivariate analysis with independent T Test is computerized. Statistical test results obtained p value = > (α = 0.05), which shall mean p> α. It can be concluded that there are no differences in therapy red and exercise the brain to shortterm memory in the elderly with dementia and suggested this study can provide information for PSTW Sabai Nan Aluih in Sicincin and apply the therapy red and exercises the brain as a program in the plan activities. Keywords: Elderly, Dementia, Red, Gymnastics Brain Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 1 Januari

2 PENDAHULUAN Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan pemeliharaan serta kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif. (Maryam dkk, 2008). Lanjut usia merupakan suatu anugerah menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya, pasti akan dialami oleh seseorang bila ia panjang umur. Di Indonesia, istilah untuk kelompok usia ini belum baku, orang memiliki sebutan yang berbedabeda. Ada yang menggunakan istilah usia lanjut ada pula lanjut usia (S. Tamher, 2011), Selain itu, pada lansia juga terjadi penuaan. Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terusmenerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejalagejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama di perut dan panggul. Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuankemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal atau ide baru (Maryam dkk, Semua itu dikoordinasikan oleh otak sebagai pusat koordinasi di kehidupan sesorang manusia. Begitu pentingnya sehingga seseorang belum dapat dikatakan meninggal dunia sebelum otak berhenti berfungsi. Otak selain sebagai pengatur kehidupan, juga berfungsi sebagai pusat kecerdasan seperti pada kemampuan untuk mengingat, memusatkan perhatian, bahasa, motivasi, emosi, pengambilan keputusan bahkan sebagai pusat kesadaran. Otak akan menyimpan segala informasi yang kita dapatkan melalui panca indra selama proses mengingat, berbeda pada lansia 75 tahun yang menunjukan kemunduran sebesar 2045% dalam kecepatan menulis tangan, memasang kancing, dan memotong dengan pisau. Selain itu kondisi lain yang berubah adalah melambatnya proses informasi, menurunnya daya ingat jangka pendek. namun demikian, banyak lansia tetap mempertahankan fungsi intelektual dengan baik sampai mereka berusia 80 tahun (Aisyah, 2009). Fungsi intelektual yang mengalami kemunduran biasanya berupa gangguan memori sehingga bisa mengganggu kehidupan seharihari (Setiawan, 2014). Penurunan daya ingat disebut juga dengan dimensia, Demensia merupakan gangguan intelektual yang menghambat fungsi kerja dan sosial. Perubahan kognitif akan menurunkan kemampuan lansia untuk melakukan kegiatan harian (Potter. Perry 2011). Fungsi kognitif yang dipengaruhi pada Demensia terutama intelegensia umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, konsentrasi, dan kemampuan sosial (Ibrahim, 2011). Dimensia ditandai dengan adanya gangguan mengingat jangka pendek dan mempelajari halhal baru, gangguan kelancaran berbicara (sulit menyebutkan nama benda dan mencari katakata untuk diungkapkan), keliru mengenai tempatwaktuorang atau benda, sulit hitung menghitung, tidak mampu lagi mebuat rencana, mengatur kegiatan, mengatur kegiatan, mengambil keputusan dan lainlain (Susanto, 2014). Keberhasilan pembangunan yang dicapai suatu bangsa terlihat dari peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup (UHH). Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk di Indonesia meningkatkan UHH di Indonesia. Laporan BPS (badan pusat statistik) pada tahun 2000 di indonesia mencapai 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia pada tahun 2000 mencapai 7,18%). Angka ini terus meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (persentase penduduk lansia mencapai 7,56%) dan pada tahun 2011 UHH di Indonesia meningkat menjadi 69,95 tahun (dengan persentase penduduk lansia mencapai 7,58%). Laporan PBB memprediksikan UHH di Indonesia pada tahun mencapai 77,6 tahun (dengan persentase lansia di Indonesia mencapai 28,68%) (Dewi, 2014). Pertambahan jumlah lansia di Indonesia, dalam kurun waktu tahun , tergolong tercepat di dunia sebesar 41,4 %, suatu angka yang paling tinggi diseluruh dunia (Kompas 25 Agustus 2014). Jumlah sekarang 16 juta dan akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau sebesar 11,37 %. Penduduk dan angka ini merupakan peringkat keempat dunia dibawah Cina, India dan Amerika serikat. Di wilayah Asia Pasifik, Jumlah lanjut usia akan meningkat dengan pesat dari 410 juta tahun 2007 menjadi 733 juta pada 2025, dan diperkirakan menjadi 1,3 miliar pada tahun 2050 (Badan Pusat Statistik, 2010). Undangundang nomor 36 Tahun 2009 pasal 138 ayat1 menetapkan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat kemanusiaan. Ayat 2 menetapkan bahwa pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Memori atau ingatan merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan di panggil kembali. Pada dasarnya, menurut Jansen, ingatan adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari makhluk lain. Ingatan member manusia titiktitik rujukan pada masa lalu dan perkiraan pada masa depan. Sebelum informasi yang Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 1 Januari

3 akan disimpan dalam jangka waktu yang lama akan melalui tahapan memori jangka pendek (H. Mahmud, 2011). Kehilangan informasi yang tersimpan dalam memori jangka pendek memeiliki karakteristik yang sama pada kehilangan informasi yang tersimpan di memori jangka panjang. Faktor yang mempengaruhi memori ada banyak hal antara lain perhatian, interval waktu penyandian, strategi peningkatan memori, emosi atau juga faktor lain seperti stimulus yang dapat meningkatkan melalui panca indra seperti gambar, suara, sentuhan, rasa atau bahkan bau (Bhinnety, 2009). Menurut Turana (2011) besarnya peran visual, dari seseorang yang bisa menangkap tujuh juta warna berbeda sehingga memberikan efek perubahan fisiologis karena warna mempunyai kekuatan untuk tubuh meskipun bukan obat, tetapi warna bisa membantu proses penyembuhan sebuah penyakit lewat gelombang atau vibrasinya. Warna diserap oleh mata, kulit, tengkorak seperti medan energi magnet untuk tubuh atau aura dan energi warna mempengaruhi tubuh pada semua tingkatan baik fisik, spiritual dan emosional. Pengindraan warna dimulai pada sel kerucut dalam retina. Ada tiga kelompok utama sel kerucut yang bereaksi sangat kuat terhadap warna tertentu dari cahaya. Selsel ini dikelompokkan sebagai selsel kerucut biru, hijau dan merah. Warna merah, biru dan hijau, yang membuat sel kerucut itu bereaksi adalah tiga warna primer yang ada di alam. Dengan rangsangan sel kerucut yang sensitif terhadap ketiga warna ini (Guyton, 2006). Mata sebagai indra penglihatan yang menerima rangsangan berkasberkas cahaya pada retina dengan perentara serabut optikus, dimana serabutserabutnya memiliki tangkai otak dan membentuk saluran optik dan bertemu ditangkai hipofise. Reseptor penglihatan dimata berkaitan langsung ke area limbik melalui nervus optikus yang berada didekat otak bagian depan (Guyton, 2006). Menurut alfa dan magda, area limbik tersebut memiliki kaitan khusus pada wilayah otak yang langsung mempengaruhi lebih dari proses utama pada tubuh seseorang seperti mengatur detak jantung, tekanan darah, ketegangan otot, dan temperatur kulit, sehingga meningkatkan perfoma kognitif. Disamping itu warna merah juga merangsang hipotalamus sehingga meningkatkan kemampuan belajar dan memori (Guyton, 2006). Selain terapi warna merah, Senam otak merupakan salah satu bentuk terapi non farmakologis yang sangat penting dilakukan dalam rangka peningkatan daya ingat dan konsentrasi, mengurangi ganguan psikologis seperti depresi, ansientas, agitasi, delusi, halusinasi dan insomnia. Latihan kognitif yakni memberikan stimulasi kognitif seperti berdiskusi tentang topik aktual, mengisi tekateki, main catur, mendengarkan musik nostalgia dan berkesenian, senam otak dapat membantu mempertahankan kemampuan kognitif yang masih ada. Latihan tersebut dapat membantu daya ingat dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Selain itu pemberian latihan juga dapat membantu mempertahankan kualitas hidup demensia dengan memanfaatkan kemampuan yang masih ada seoptimal mungkin. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan terus menstimulasi otak. Saat ini mulai diperkenalkan brain gym atau olahraga/senam otak (Dennison, 2008). Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14 april 2015 dengan jumlah lansia 110 orang, dari 110 orang lansia 6 yang diwawancarai dengan memakai format MMSE. Hasil dari wawancara didapatkan 5 orang (83,33%), dari 6 lansia mengalami Dimensia di PSTW Sabai Nan Aluih di Sicincin dan untuk meningkatkan daya ingat lansia di PSTW Sabai Nan Aluih di Sicincin sering dilakukan latihan senam otak minimal 2x seminggu. Sedangkan di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar dengan jumlah 70 orang, didapatkan data dari petugas bahwa pada lansia ada latihan senam otak 1x seminggu untuk meningkatkan daya ingat. Penurunan daya ingat dan kecerdasan akibat penyusutan otak dapat ditingkatkan dengan melakukan terapi warna merah dan senam otak yang berguna untuk menjaga agar fungsi otak dan menstimulasi otak sehingga dapat berfungsi dengan baik (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Hal ini menandakan kejadian penurunan daya ingat di PSTW Sabai Nan Aluih di Sicincin terus meningkat dari tahun ke tahun. Usaha pencegahan terjadinya penurunan daya ingat harus dilakukan di PSTW Sabai Nan Aluih di Sicincin agar angka kejadian penurunan daya ingat tidak terus meningkat di tempat tersebut. SUBJEK DAN METODE PENILITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui segala gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu (Nursalam, 2011). Penelitian ini dilakukan pada tanggal 719 september Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia di PSTW sabai nan aluih sicincin yaitu sebanyak 110 lansia. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 1 Januari

4 Memori Jangka Pendek Lansia Sebelum Diberikan Terapi Warna Merah dan Senam Otak Pada Lansia Dengan Dimensia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih di Sicincin tahun 2015 Tabel 1 Ratarata Memori Jangka Pendek Lansia Sebelum Diberikan Terapi Warna Merah Pada Lansia Dengan Demensia Memori jangka pendek lansia f % Ringan Sedang Total Tabel 2 Ratarata Memori Jangka Pendek Lansia Sebelum Diberikan Senam Otak Pada Lansia Dengan Demensia Memori jangka pendek lansia f % Ringan Sedang Total kehilangan pasangan hidup untuk berbagi yang menambah perubahan pada psikologis yang bisa menyebabkan terjadinya demensia (Maryam dkk, 2008). Hal ini sejalan dengan penelitian Rochmi (2010) bahwa strees dapat menyebabkan demensia karena kondisi pikiran yang penuh beban dan tekanan akan mengganggu otak untuk bekerja. terjadinya penurunan fungsi kognitif sebelum dilakukan terapi warna merah dan senam otak pada lansia di panti sosial tresna werdha sabai nan aluih sicincin disebabkan karena dua faktor yaitu stres dan penuaan karena hal ini dapat dilihat dari ratarata responden stres dalam menghadapi usia lanjutnya, dimana lansia merindukan keluarga yang datang untuk menjenguknya di panti, ketidak cocokan dengan penghuni panti yang lain hal ini menimbulkan stress pada lansia ditambah dengan kehilangan pasangan hidup untuk berbagi yang menambah perubahan pada psikologis yang bisa menyebabkan terjadinya demensia dan berumur 7476 tahun. Memori Jangka Pendek Lansia Sesudah Diberikan Terapi Warna Merah Pada Lansia Dengan Dimensia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih di Sicincin tahun 2015 Tabel 3 Ratarata Memori Jangka Pendek Lansia Sesudah Diberikan Terapi Warna Merah Pada Lansia Dengan Demensia Memori jangka pendek lansia f % Berdasarkan tabel 1 deketahui bahwa dari 16 responden terdapat 11 responden (68.8%) yang memiliki dimensia sedang sedangkan tabel 2 diketahui bahwa dari 16 responden terdapat 14 responden (87.5%) yang memiliki dimensia sedang. Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejalagejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama di perut dan panggul. Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuankemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal atau ide baru. Kondisi lain pada lansia di panti sosial tresna werdha sabai nan aluih berkaitan dengan stres dalam menghadapi usia lanjutnya, dimana lansia merindukan keluarga yang datang untuk menjenguknya di panti, ketidak cocokan dengan penghuni panti yang lain hal ini menimbulkan stress pada lansia ditambah dengan Ringan Sedang Total Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa dari 16 responden terdapat 15 responden (93.8%) yang memiliki dimensia ringan. Peningkatan memori jangka pendek pada lansia sesudah diberikan terapi warna merah disebabkan rangsangan warna merah terhadap sistem saraf otak yang menimbulkan efek secara fisik atau psikologis. Pengindraan warna dimulai pada sel kerucut dalam retina. Ada tiga kelompok utama sel kerucut yang bereaksi sangat kuat terhadap warna tertentu dari cahaya. Selsel ini dikelompokkan sebagai selsel kerucut biru, hijau dan merah. Warna merah, biru dan hijau, yang membuat sel kerucut itu bereaksi adalah tiga warna primer yang ada di alam. Dengan rangsangan sel kerucut yang sensitif terhadap ketiga warna ini (Guyton, 2006). Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 1 Januari

5 Berawal dari mata sebagai indra penglihatan yang menerima rangsangan berkasberkas cahaya pada retina dengan perantara serabut optikus, dimana serabutserabutnya memiliki tangkai otak dan membentuk saluran optik dan bertemu ditangkai hipofise. Reseptor penglihatan dimata berkaitan langsung ke area limbik melalui nervus optikus yang berada didekat otak bagian depan. Menurut alfa dan magda, area limbik tersebut memiliki kaitan khusus pada wilayah otak yang langsung mempengaruhi lebih dari proses utama pada tubuh seseorang seperti mengatur detak jantung, tekanan darah, ketegangan otot, dan temperatur kulit, sehingga meningkatkan perfoma kognitif. Disamping itu warna merah juga merangsang hipotalamus sehingga meningkatkan kemampuan belajar dan memori (Guyton, 2006). Hasil penelitian Rachmat Susanto dengan judul Pengaruh Paparan Warna Terhadap Memori Jangka Pendek Penderita Hipertensi Primer didapatkan hasil pengaruh warna hijau terhadap short term memory dengan nilai p 0,001 meningkatkan retensi sebaesar 18,4% dan hsil tidak bermakna pada warna merah dan biru dengan masingmasing p 0,243 dan 0,831 dengan peningkatan memori jangka pendek sebesar 2,3% dan 0,1%. Terapi warna merah tidak akan bermakna meningkatkan memori jangka pendek jika lansia mengalami hipertensi. terjadinya peningkatan fungsi kognitif dari kategori sedang menjadi ringan sesudah dilakukan terapi warna merah pada lansia dengan dimensia di panti sosial tresna werdha, disebabkan karena lansia serius melakukan terapi warna merah yang mana terapi warna merah bisa merangsang retina, sehingga menyebabkan sensasi warna yang baik untuk kegiatan fisik dan untuk menunjukan kepercayaan serta dapat merangsang saraf simpatik sistem yang bisa meningkatkan kesiapan seseorang. Warna merah juga berfungsi untuk memberi energi, menambah keberanian, ketegasan, menstimulasi meningkatkan kemampuan otak, membangkitkan ketajaman mental, konsentrasi, daya ingat sehingga lansia mampu meningkatkan kemampuan kognitif. Memori Jangka Pendek Lansia Sesudah Diberikan Senam Otak Pada Lansia Dengan Dimensia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih di Sicincin tahun 2015 Tabel 4 Ratarata Memori Jangka Pendek Lansia Sesudah Diberikan Senam Otak Pada Lansia Dengan Demensia Memori jangka pendek lansia f % Ringan Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa dari 16 responden terdapat 16 responden (100%) yang memiliki dimensia ringan. Teori Dennison (2008) bahwa senam otak dilakukan memalui 3 dimensi, yakni lateralisasi komunikasi (dimensia otak kiri dan kanan), pemfokusan pemahaman (dimensia otak muka dan belakang), dan pemusatan peraturan (dimensi otak atas dan bawah). Lateralisasi komunikasi bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan belajar. Gerakan yang diperlukan adalah gerakan menyilang yaitu gerakan untuk merangsang agar kedua belahan otak bekerja secara bersamaan serta membuka bagian otak yang terhambat atau tertutup. Gerakan ini menyangkut mendengar, melihat, menulis, bergerak dan siikap positif. Pemfokusan pemahaman bisa dilakukan dengan gerakan peregangan secara bebas seperti gerakan olengan pinggul dan pengisian energi. Gerakan ini membantu kesiapan dan berkonsentrasi, mengerti dan memahami. Untuk dimensi pemusatan pengaturan akan membuat orang lebih tenang nyaman dan berfikir positif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Guslinda, dkk dengan judul pengaruh senam otak terhadap fungsi kognitif pada lansia dengan dimensia, didapatkan bahwa dari 12 orang responden lebih dari separoh (75%) responden pada kelompok intervensi mengalami peningkatan fungsi kognitif menjadi normal (tidak ada gangguan fungsi kognitif) pada lansia dengan dimensiahal ini hampir sama dengan penelitian festi (2010), juga didapatkan hasil bahwa lebih dari separoh (70%) responden, dari 10 orang responden mengalami peningkatan fungsi kognitif. peningkatan fungsi kognitif dari kategori sedang menjadi ringan sesudah dilakukan senam otak pada lansia dengan dimensia di panti sosial tresna werdha, disebabkan karena gerakan senam otak (brain gym) secara benar dan teratur sesuai dengan gerakan yang telah ditetapkan dengan frekuensi latihan 2 kali seminggu selama 1520 menit selama 2 minggu dan stimulus dari senam otak dapat merangsang kedua belahan otak untuk bekerja atau lebih aktif lagi. Analisa Bivariat Efektifitas Pemberian Terapi Warna Merah Dan Senam Otak Terhadap Memori Jangka Pendek Pada Lansia Dengan Dimensia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih di Sicincin tahun 2015 Tabel 5 Perbedaan Efektifitas Pemberian Terapi Warna Merah Dan Senam Otak Terhadap Memori Jangka Pendek Pada Lansia Dengan Dimensia f Sig. T Sig. 2 tail Mea n diff CI 95% Low Up Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 1 Januari

6 Has il inte rve nsi Equal Varie nces assum ed Equal Varie nces not assum ed ed Dapat dilihat dari tabel 5 menunjukkan ratarata (Mean) post akhir terapi warnapost senam otak sebesar.137 dan Confidence Interval (1.897)(.272). Hasil uji statistik menggunakan uji independent ttest diporeh p value = (α=0.05), yang bearti p > α secara statistik adalah Ho diterima Ha ditolak dimana tidak ada perbedaan ratarata (Mean) yang bermakna pada memori jangka pendek pada lansia demensia sesudah (Postest) dilakukan terapi warna merah dan sesudah (Postest) dilakukan senam otak. Dengan kata lain pemberian terapi warna merah dan senam otak samasama efektif terhadap peningkatan memori jangka pendek pada lansia dengan demensia. Merah adalah warna yang paling menarik perhatian.warna merah memiliki karakteristik merangsang saraf, kelenjer adrenal (endokrin) dan saraf sensorik. Merah juga meningkatkan sirkulasi darah dan kereaktifan darah itu sendiri. Warna merah yang merangsan retina, menyebabkan sensasi warna yang baik untuk kegiatan fisik dan untuk menunjukkan kepercayaan serta dapat merangsang saraf simpatik sistem yang bisa meningkatkan kesiapan seseorang (Elvi, 2007). Warna merah juga berfungsi untuk memberi energi menambah keberanian, ketegasan, menstimulasi meningkatkan kemampuan otak, membangkitkan ketajaman mental, konsentrasi, daya ingat. Sedangkan senam otak adalah serangkaian latihan gerak sederhana yang digunakan untk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan seharihari (Dennison, 2008). Otak manusia memiliki tugas yang spesifik, dimana dalam aplikasi senam otak diapakai istilah dimensi lateralitas, dimensi pemokusan, dan dimensi pemusatan. Dengan senam otak maka ketiga dimensi otak ini akan diaktifkan secara keseluruhan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Untari dan Siti Sarifah yang berjudul Efektifitas senam cegah pikun UP Brain s Game terhadap peningkatan daya ingat pada lansia dengan responden 30 orang lansia dan hasil yang didapat p = dan nilai t = data ini dapat berarti bahwa sebuah intervensi akan memberikan pada suatu kondisi. Menurut analisa peneliti pemberian terapi warna merah dan senam otak dapat menstimulasi peningkatan memori jangka pendek pada lansia karena warna merah juga berfungsi untuk memberi energi menambah keberanian, ketegasan, menstimulasi meningkatkan kemampuan otak, membangkitkan ketajaman mental, konsentrasi, daya ingat. Mata sebagai indra penglihatan yang menerima rangsangan berkasberkas cahaya pada retina dengan perentara serabut optikus, dimana serabutserabutnya memiliki tangkai otak dan membentuk saluran optik dan bertemu ditangkai hipofise. Reseptor penglihatan dimata berkaitan langsung ke area limbik melalui nervus optikus yang berada didekat otak bagian depan. Alfa dan magda, area limbik tersebut memiliki kaitan khusus pada wilayah otak yang langsung mempengaruhi lebih dari proses utama pada tubuh seseorang seperti mengatur detak jantung, tekanan darah, ketegangan otot, dan temperatur kulit, sehingga meningkatkan perfoma kognitif. Disamping itu warna merah juga merangsang hipotalamus sehingga meningkatkan kemampuan belajar dan memori (Guyton, 2006). Sedangkan senam otak adalah serangkaian latihan gerak sederhana yang digunakan untk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan seharihari (Dennison, 2008). Otak manusia memiliki tugas yang spesifik, dimana dalam aplikasi senam otak diapakai istilah dimensi lateralitas, dimensi pemokusan, dan dimensi pemusatan. Dengan senam otak maka ketiga dimensi otak ini akan diaktifkan secara keseluruhan, dan dilihat perkembangannya dengan menggunakan format MMSE, Selama 2 minggu penelitian sampel yang didapatkan 16 orang 1 kelompok, setiap kelompok diberi perlakuan sebanyak 4 kali dalam 2 minggu didapatkan ada peningkatan pada memori jangka pendek lansia. Dengan kata lain pemberian terapi warna merah dan senam otak samasama efektif terhadap peningkatan memori jangka pendek pada lansia dengan demensia. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Ratarata memori jangka pendek lansia sebelum (Pretest) dilakukan intervensi terapi warna merah pada lansia dengan dimensia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih di Sicincin tahun 2015 adalah (18.50)(2.708), dan Ratarata ratarata memori jangka pendek lansia sebelum (Pretest) dilakukan intervensi senam otak pada lansia dengan dimensia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih di Sicincin tahun 2015 adalah (18.25)(2.569) 2. Ratarata memori jangka pendek lansia Sesudah (Postest) dilakukan intervensi terapi warna merah Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 1 Januari

7 pada lansia dengan dimensia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih di Sicincin tahun 2015 adalah (22.62)(1.408) 3. Ratarata memori jangka pendek lansia Sesudah (Postest) dilakukan intervensi senam otak pada lansia dengan dimensia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih di Sicincin tahun 2015 adalah (23.44)(1.590) 4. Tidak ada perbedaan ratarata (Mean) yang bermakna pada memori jangka pendek pada lansia demensia sesudah (Postest) dilakukan terapi warna merah dan sesudah (Postest) dilakukan senam otak. Dengan kata lain pemberian terapi warna merah dan senam otak samasama efektif terhadap peningkatan memori jangka pendek pada lansia dengan demensia. Saran disarankan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi PSTW Sabai Nan Aluih di Sicincin dan menerapkan terapi warna merah dan latihan senam otak sebagai suatu program dalam rencana kegiatan DAFTAR PUSTAKA Ali, Z. (2010). Pengantar Metode Statistik Untuk Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media Chandra, B. (2009). Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: EGC Darmojo, B. (2009). Geriatri : Ilmu Kesehatan Usia Lanjut Edisi 4. EGC Dennison, P.E. (2008). Brain Gym and Me : Merasakan Kembali Kenikmatan belajar. Jakarta Dewi, S.R.. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik / OLEH Sofia Rhosma dewi. Edisi 1. yogyakarta: Deepublish Fatma.(2010). Gizi Usia Lanjut. PT Gelora Aksara Pratama Guslinda, dkk. (2013). Pengaruh Senam Otak Terhadap Fungsi Kognitif pada Lansia Dengan Dimensia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Alui Sicincin Padang Pariaman Tahun Diakses pada 15 Maret rc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved =0CB8QFjAA&url=http%3A%2F%2Fjournal.merc ubaktijaya.ac.id%2fdownlotfile.php%3ffile%3d 1e.pdf&ei=qd9KVavbAovIuATNxYC4Bw&usg=AF QjCNGPNZ9KId8JrDbZICycJPaZ6xFoA&bvm=bv ,d.c2 E Guyton, C.A. (2006). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta : EGC Hidayat, A.A. (2008). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : salemba Medika (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : salemba Medika Huchendrorf, L.(2007). The effects of color on Memory. Di akses pada tanggal 23 juni journal.co.uk.colour therapy. Ibrahim, H. A.S. (2011). PSIKIATRI: Pemeriksaan Psikiatri, Wawancara Psikiatri, Psikopatologi Psikiatri, Terapi Gangguan Kepribadian, Mekanisme Pertahana Edisi 1. Tanggerang Keliat, B.A & dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (basic Course). Jakarta: EGC Kementerian Kesehatan RI. (2013). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan : Topik Utama Gambaran Kesehatan Lanjut Usia Di Indonesia Kushariadi. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika Mahmud, H. (2010). Psikologi Pendidikan. CV PUSTAKA SETIA Maryam, R.S. & dkk (2008). Mengenal Usia lanjut Perawatannya. Jakarta :salemba Medika Meridean, L.M. & dkk (2011). Asuhan Keperawatan Geriatrik : Diagnosis Nanda, Criteria Hasil NOC, dan Intervensi NIC. Jakarta : EGC Muttaqin, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nugroho, W.H. (2011). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik (edisi 3). Jakarta : EGC Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Nursalam. (2011).Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika Patrcia a. Potter anne G Adriana Ferderika Nggie Dripa sjabana (2011). Fundamental keperawatan 1 Edisi 7. Romi, A. (2010). Efektifitas Metode Mnemonik dalam Meningkatkan Daya Ingat Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah. Diakses tanggal 15 september Sarwono, J. (2009). Statistik Itu Indah. Yogyakarta: CV Andi Offset Setiawan, R.A. (2014). Pengaruh Senam Otak dengan Fungsi Kognitif Lansia Demensia Di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakata. Skripsi. Tidak dipublikasikan Setyoadi & Kushariyadi (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika Stanley, Mickey. (2007). Buku ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 1 Januari

8 Struthers, J. (2012). Terapi Warna Cara Praktis Menggunakan Warna Untuk Penyembuhan dan Meningkatkan Kualitas Hidup. Yogyakarta : Penerbit Kansius Sugiono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung Supardi, D.I. (2012). Pengaruh terapi warna merah terhadap daya ingat pada lansia di unit rehabilitasi sosial dewanata Cilacap Tahun Skripsi. Tidak dipublikasikan Susanto, R. (2012). Pengaruh Paparan Warna Terhadap Retensi Short Term Memory Penderita Hipertensi Primer. Diakses pada 27 Desember files/download/jks _4457.pdf Tamher, S & Noorkasiani. (2011). Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : salemba Medika Untari, I. dan Sarifa, S. (2009). Efektifitas Senam Cegah Pikun UP Brain s Game Terhadap Peningkatan Daya Ingat Pada Lansia. Diakses tanggal 19 juli Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatn Jiwa. Jakarta : EGC Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 1 Januari

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Usia lanjut atau lanjut usia merupakan kelompok usia yang mengalami peningkatan paling cepat dibanding kelompok usia lainnya. Dalam bidang kesehatan, hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tolak ukur kemajuan bangsa adalah dilihat dari usia harapan hidup penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang cukup

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya akan dialami oleh seseorang bila berumur panjang. Di Indonesia istilah untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan seseorang dengan usia lanjut yang mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh terhadap seluruh aspek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua. Periode ini merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang,

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 47 PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA Sarifah Dwi Wulan Septianti¹, Suyamto², Teguh Santoso³ 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Penurunan yang terjadi berbagai

Lebih terperinci

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018 HUBUNGAN TINGKAT DEMENSIA DENGAN KONSEP DIRI PADA LANJUT USIA DI BPLU SENJA CERAH PROVINSI SULAWESI UTARA Meiske Gusa Hendro Bidjuni Ferdinand Wowiling Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG Siti Romadoni, Aryadi, Desy Rukiyati PSIK STIKes Muhammadiyah Palembang Rumah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, lanjut usia atau lansia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun atau lebih. Menurut Departemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 62 tahun pada negara berkembang dan 79 tahun pada negara maju (WHO, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. 62 tahun pada negara berkembang dan 79 tahun pada negara maju (WHO, 2015). 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan terjadinya peningkatan usia harapan hidup (UHH) penduduk (Kemenkes RI, 2014). Usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu 1980-2025. Pada tahun 1980 penduduk lansia di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proporsi dan jumlah usia lanjut dalam populasi dunia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Proporsi dan jumlah usia lanjut dalam populasi dunia mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Proporsi dan jumlah usia lanjut dalam populasi dunia mengalami peningkat yang substansial. Hampir seluruh negara di dunia mengalami pertumbuhan populasi usia lanjut.

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP DAYA INGAT PADA LANSIA DENGAN DIMENSIA DI DESA SIDOSARI KECAMATAN KESESI KABUPATEN PEKALONGAN

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP DAYA INGAT PADA LANSIA DENGAN DIMENSIA DI DESA SIDOSARI KECAMATAN KESESI KABUPATEN PEKALONGAN PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP DAYA INGAT PADA LANSIA DENGAN DIMENSIA DI DESA SIDOSARI KECAMATAN KESESI KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) tahun 2011 menyebutkan bahwa, jumlah penduduk lanjut usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah WHO memperkirakan tahun 2025 jumlah lansia di seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar orang yang akan terus bertambah hingga 2 miliar orang di tahun 2050. Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan menjadikan lansia

Lebih terperinci

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Hipertensi, musik klasik, relaksasi autogenik

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Hipertensi, musik klasik, relaksasi autogenik PERBANDINGAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH LANSIA PENDERITA HIPERTENSI SETELAH DILAKUKAN TERAPI MUSIK KLASIK DAN RELAKSASI AUTOGENIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEMBINA PALEMBANG 1 Dewi Ismarina, 2* Herliawati,

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015 ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015 Fatma Abd Manaf 1, Andi ayumar 1, Suradi Efendi 1 1 School od Health

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan menyebabkan perubahan anatomis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 %

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 % BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari angka harapan hidup penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahterahaan lanjut

Lebih terperinci

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK TERHADAP KOGNITIF LANSIA DI BALAI PELAYANAN DAN PENYANTUNAN LANJUT USIA BENGKULU. Deltari Novitasari

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK TERHADAP KOGNITIF LANSIA DI BALAI PELAYANAN DAN PENYANTUNAN LANJUT USIA BENGKULU. Deltari Novitasari TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK TERHADAP KOGNITIF LANSIA DI BALAI PELAYANAN DAN PENYANTUNAN LANJUT USIA BENGKULU Deltari Novitasari STIKES Bhakti Husada Bengkulu Jl. Kinibalu 8 Kebun Tebeng Bengkulu Telp (0736)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini di kawasan Asia Tenggara penduduk yang berusia diatas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050.

Lebih terperinci

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)-STIMULASI SENSORI TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PASURUAN BERLOKASI DI BABAT KABUPATEN LAMONGAN Arifal Aris Dosen Prodi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami proses penuaan di dalam kehidupannya. Menurut Padila (2013), proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang di mulai sejak permulaan

Lebih terperinci

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang pp PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNANTEKANANDARAH PADA LANSIA PENDERITAHIPERTENSIDI PANTISOSIAL WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2014 Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina

Lebih terperinci

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepuasan Hidup Lansia di Kelurahan Bebel Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepuasan Hidup Lansia di Kelurahan Bebel Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepuasan Hidup Lansia di Kelurahan Bebel Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan Ika Pratiwiningrum, Siti Muawanah Aida Rusmariana, Rita Dwi Hartanti Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan merupakan cita-cita suatu bangsa dan salah satu keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan adalah meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demensia merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif pada seseorang yang bersifat progresif dan biasanya dapat memngganggu aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138) digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang. Hanya lambat cepatnya proses tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan berpengaruh pada peningkatan usia harapan hidup. Lansia dengan jumlah yang meningkat dapat berperan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PROSES PENUAAN TERHADAP TINGKAT KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT LANSIA DENGAN GANGGUAN ELIMINASI DI KELURAHAN SEWUKAN MAGELANG NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: RITA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara urutan ke-4 dengan jumlah lansia paling banyak sesudah Cina, India dan USA. Peningkatan jumlah lansia di negara maju relatif lebih cepat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduknya. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduknya. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia harapan hidup merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan di berbagai bidang, terutama bidang kesehatan. Bangsa yang sehat ditandai dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara geografis terletak di wilayah yang rawan bencana. Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, di mana saja, dan kapan saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk upaya kuratif yang dapat dilakukan untuk membantu proses penyembuhan penyakit karena lingkungan berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH KEBUTUHAN TIDUR PADA LANJUT USIA INSOMNIA

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH KEBUTUHAN TIDUR PADA LANJUT USIA INSOMNIA PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH KEBUTUHAN TIDUR PADA LANJUT USIA INSOMNIA The Effect of Progressive Muscle Relaxation to Increasing the Insomnia Elderly s Total Sleep Needs

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah kelanjutan dari usia dewasa yang merupakan proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho, 2008). Akibatnya jumlah lanjut usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah lanjut usia dihadapi oleh negara- negara di dunia, termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa beberapa wilayah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia sejak lahir dibagi dalam beberapa masa, yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa serta masa lansia. Keberhasilan pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang dalam Pembangunan Nasional, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diselenggarakan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk, berpengaruh terhadap peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat di Indonesia. Menurut laporan Perserikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh pemerintah telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum antara lain dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep diri, pola koping dan perilaku sosial (Hidayat, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. konsep diri, pola koping dan perilaku sosial (Hidayat, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

GAMBARAN DEMENSIA PADA USIA LANJUT DI UPTD RUMOH SEUJAHTERA GEUNASEH SAYANG ULEE KARENG BANDA ACEH

GAMBARAN DEMENSIA PADA USIA LANJUT DI UPTD RUMOH SEUJAHTERA GEUNASEH SAYANG ULEE KARENG BANDA ACEH GAMBARAN DEMENSIA PADA USIA LANJUT DI UPTD RUMOH SEUJAHTERA GEUNASEH SAYANG ULEE KARENG BANDA ACEH THE DESCRIPTION OF DEMENTIA IN ELEDERLY AT REGIONAL TECHNICAL IMPLEMENTATION UNIT OF RUMOH ACEH GEUNASEH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, peraikan lingkungan hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini para lansia diseluruh dunia diperkirakan berjumlah sekitar 500 juta jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun. Untuk tahun 2025 jumlah para lansia tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lanjut usia menurut Constanstinides dalam Darmojo (2004) adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Sedangkan dalam proses penuaan terjadi penurunan secara perlahan-lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang dimana telah terjadi kemuduran fisik dan psikologis secara bertahap atau yang di sebut dengan proses

Lebih terperinci

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP TINGKAT KOGNITIF LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2013

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP TINGKAT KOGNITIF LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2013 PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP TINGKAT KOGNITIF LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 213 Oleh Ria Verany, Budi Santoso, Mery Fanada Abstrak Kemunduran fisik maupun mental selalu

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFEKTIFITAS MANDI AIR HANGAT DAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA. Istiana Nurhidayati* ABSTRACT

PERBEDAAN EFEKTIFITAS MANDI AIR HANGAT DAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA. Istiana Nurhidayati* ABSTRACT PERBEDAAN EFEKTIFITAS MANDI AIR HANGAT DAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA Istiana Nurhidayati* ABSTRACT Elderly experience changes such as physical changes, psychological

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016 PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU DUSUN JELAPAN SINDUMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: INDAH RESTIANI

Lebih terperinci

DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG 1 Lisa Agustina ABSTRAK Jatuh merupakan masalah fisik yang sering

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI PSTW BUDHI LUHUR YOGYAKARTA

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI PSTW BUDHI LUHUR YOGYAKARTA EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI PSTW BUDHI LUHUR YOGYAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan upaya

Lebih terperinci

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan 3). Di Indonesia, berdasarkan access economics pty limited jumlah penderita demensia pada tahun 2005 adalah 606.100 orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi 1.016.800 orang dan pada tahun 2050 menjadi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan quasi eksperiment. Quasi eksperiment adalah penelitian yang menguji coba suatu intervensi pada sekelompok

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai. membahayakan bagi fungsi kognitif lansia.

BAB I PENDAHULUAN. Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai. membahayakan bagi fungsi kognitif lansia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai dampak yang membahayakan bagi fungsi kognitif lansia. Demensia adalah keadaan ketika seseorang mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun oleh:

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN LANSIA DATANG KE POSYANDU LANSIA DI DESA BENERWOJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN LANSIA DATANG KE POSYANDU LANSIA DI DESA BENERWOJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN JURNAL SKRIPSI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN LANSIA DATANG KE POSYANDU LANSIA DI DESA BENERWOJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN YENY PERWITOSARI 201001039 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL THEODORA MAKASSAR

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL THEODORA MAKASSAR FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL THEODORA MAKASSAR Bunga Anton 1, Nursalim 2, Sri Purnama Rauf 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Lansia mengalami proses menua (aging process) secara alami yang tidak dapat dihindari (Hawari, 2007). Namun pengaruh proses menua sering menimbulkan bermacam-macam

Lebih terperinci

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN Esri Rusminingsih, Ikmal Qoyyimah ABSTRAK Perubahan fisiologi usia lanjut

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN Ambar Winarti STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN ABSTRAK Tidur merupakan kebutuhan manusia

Lebih terperinci

IRMA MUSTIKA SARI J

IRMA MUSTIKA SARI J HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PERSONAL DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA DESA PUCANGAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH TERAPI BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA DESA PUCANGAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA DESA PUCANGAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat meraih derajat

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: ROSIANA NUR IMALLAH NIM:

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: ROSIANA NUR IMALLAH NIM: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PROSES PENUAAN TERHADAP TINGKAT KEMAMPUAN KELUARGA MERAWAT LANSIA DENGAN DEMENSIA DI KELURAHAN WARUNGBOTO YOGYAKARTA 2010 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk lansia (lanjut usia) Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414% dan hal ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena penuaan populasi (population aging) merupakan fenomena yang telah terjadi di seluruh dunia, istilah ini digunakan sebagai istilah bergesernya umur

Lebih terperinci

PERMAINAN STIMULASI OTAK MENINGKATKAN KEAKTIFAN LANSIA MENGIKUTI KEGIATAN DI PANTI WERDHA

PERMAINAN STIMULASI OTAK MENINGKATKAN KEAKTIFAN LANSIA MENGIKUTI KEGIATAN DI PANTI WERDHA PERMAINAN STIMULASI OTAK MENINGKATKAN KEAKTIFAN LANSIA MENGIKUTI KEGIATAN DI PANTI WERDHA Widayani Yuliana Stikes Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya e-mail: nanatpjj@gmail.com Abstract :. A decrease

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG 4 ABSTRAK Gangguan jiwa tidak dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering diwarnai kondisi hidup yang tidak sesuai dengan harapan. Banyak faktor yang menyebabkan seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik, dan berkesinambungan. Faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi ada dua, yaitu faktor genetik

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh: Tresna Komalasari ABSTRAK Teknik relaksasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia. Semua individu pasti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang dimana telah terjadi kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap (Hurlock, 1999). Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menua atau lanjut usia (lansia) adalah proses yang sangat alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang terkait dengan lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dibidang kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi dan peningkatan masyarakat yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan akan meningkatkan usia harapan hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 70,84 (BPS, 2016). DIY memiliki indeks angka UHH tertinggi dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. 70,84 (BPS, 2016). DIY memiliki indeks angka UHH tertinggi dibandingkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan program kesehatan di suatu negara, salah satu faktor penentunya adalah angka usia harapan hidup (UHH). Angka UHH di Indonesia mencapai 70,59 pada tahun

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE DALAM MENJALANI REHABILITASI STROKE DI RSUD BENDAN PEKALONGAN TAHUN 2013

STUDI DESKRIPTIF DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE DALAM MENJALANI REHABILITASI STROKE DI RSUD BENDAN PEKALONGAN TAHUN 2013 STUDI DESKRIPTIF DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE DALAM MENJALANI REHABILITASI STROKE DI RSUD BENDAN PEKALONGAN TAHUN 2013 Oleh : Basuki dan Urip Haryanto Abstrak Stroke dapat mengenai semua usia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah proporsi penduduk lanjut usia (lansia). Proyeksi dan data-data

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA Oleh : Diyono 1 Sriyani Mugiarsih 2 Budi Herminto 3 Abstract Background. Pain is an unpleasant sensory

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DI DESA SOBOKERTO KECAMATAN NGEMPLAK BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DI DESA SOBOKERTO KECAMATAN NGEMPLAK BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DI DESA SOBOKERTO KECAMATAN NGEMPLAK BOYOLALI Andreany Kusumowardani, Aniek Puspitosari Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 orang lansia dengan usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria

Lebih terperinci