ABSTRAK. Kata kunci: Faktor pencetus, Gastritis. Abstrack
|
|
- Suhendra Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ABSTRAK Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh pengalaman penulis yang mempunyai pola makan yang tidak teratur dan mengkonsumsi makanan yang terlalu berbumbu yang tidak nyaman pada pencernaan. Beberapa faktor pencetus gastritis adalah pola makan, rokok, stres, obat anti inflamasi non steroid, minuman beralkohol, dan kafein. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang faktor pencetus gastritis pada pasien yang berobat di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik studi dokumenter dan wawancara. Data diambil dari status pasien dengan menggunakan studi dokumentasi dan wawancara pada tanggal April Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang terdiagnosa gastritis di Puskesmas Parongpong selama periode bulan Januari-Maret 2013 dan pasien yang berobat dan diwawancarai pada tanggal April Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pencetus gastritis pada pasien yang berobat di Puskesmas Parongpong adalah sebagai berikut: pola makan tidak teratur merupakan pencetus yang sangat banyak, kafein merupakan pencetus yang banyak, rokok dan stres merupakan pencetus yang sedikit mempengaruhi, minuman beralkohol dan obat anti inflamasi nonsteroid merupakan pencetus yang sangat sedikit terhadap kejadian gastritis. Faktor pencetus yang paling dominan adalah pola makan makan tidak teratur terhadap angka kejadian gastritis sedangkan faktor pencetus yang kurang dominan adalah penggunaan obat anti inflamasi non steroid dan minuman beralkohol. Saran yang dapat penulis berikan kepada pimpinan Puskesmas Parongpong adalah perlunya memberikan penyuluhan kepada pasien untuk merubah hidup dan pola makan kearah yang lebih sehat. Untuk bidang penelitian, penulis mengharapkan adanya penelitian lanjutan tentang hubungan antara pola makan tidak teratur dengan kejadian gastritis. Kata kunci: Faktor pencetus, Gastritis Abstrack The background of the riset is motivated by the experience of the authors who have irregular eating patterns and eating foods that are too spicy and uncomfortable in digestion. Several precipitating factors are gastritis diet, smoking, stress, non-steroidal anti-inflammatory drugs, alcohol, and caffeine. The purpose of this research to gain an overview of the trigger gastritis in patients who seek treatment at the health center Parongpong West Bandung regency. The method used is descriptive method to study documentary and interview techniques. The data is taken from the patient's status using the documentation and interview study on 17 to 23 April The population in this study were all patients who were diagnosed with gastritis in Parongpong health center during the period from January to March 2013, and patients were treated and interviewed on 17 to 23 April The results showed that the trigger gastritis in patients who seek treatment at the health center Parongpong are as follows: irregular eating pattern is very much 1
2 the originator, the originator of a lot of caffeine, cigarettes and stress is a trigger that little influence, alcohol and nonsteroidal anti-inflammatory drugs is the originator of the very few on the incidence of gastritis. The most dominant trigger is irregular eating diet on the incidence of gastritis while the less dominant precipitating factor is the use of non-steroidal anti-inflammatory drugs and alcoholic beverages. Suggestion that the author can give to the health center leadership Parongpong is the need to provide counseling to patients and to change life patterns towards more healthy eating. For the field study, the authors expect any further research on the relationship between irregular diet with the incidence of gastritis. Keyword: precipitating factors, Gastritis 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengalaman peneliti dengan pola makan yang tidak teratur dan mengkonsumsi makanan yang terlalu berbumbu yang tidak nyaman pada pencernaan menyebabkan peneliti menderita gastritis. Gastritis tersebut menyebabkan rasa perih dan terbakar pada perut, mual, cegukan, sehingga menyebabkan susah tidur dan susah konsentrasi saat mengikuti pelajaran yang diberikan oleh dosen. Oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan penelitian ilmiah dengan judul: FAKTOR PENCETUS GASTRITIS PADA PASIEN DI PUSKESMAS PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang faktor pencetus gastritis pada pasien di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu: 1. Menentukan sebaran faktor pencetus gastritis pada pasien di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat. 2. Mengidentifikasi faktor pencetus gastritis manakah yang paling dominan dan tidak dominan pada pasien di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan akan berguna bagi: 1. Pimpinan Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat, sebagai bahan masukan dalam memberikan penyuluhan untuk memotivasi kepada pasien agar menjaga pola makan teratur. 2. Bidang penelitian, sebagai bahan untuk dikembangkan pada penelitian berikutnya. 2
3 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Konsep Dasar Gastritis Pengertian Gastritis Phipps et al (2003:1023) mengatakan bahwa gastritis adalah penyebaran atau respon lokal mukosa lambung terhadap cidera dan infeksi Klasifikasi Gastritis Gastritis Akut Phipps et al (2003:1023) mangatakan bahwa gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek yang diakibatkan oleh beberapa faktor seperti konsumsi alkohol, konsumsi obat-obatan, stres fisik yang parah atau trauma, terapi radiasi, makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bakteri serta mengkonsumsi zat berbahaya. Suzanne et al (2007:1204) mendefinisikan bahwa gastritis akut adalah kesalahan makan yaitu mengkonsumsi makanan pengiritasi, makanan berbumbu, makanan yang terkontaminasi dengan mikroorganisme penyebab penyakit, konsumsi alkohol, terapi radiasi serta obat-obatan Gastritis Kronis McCance dan Huether (2006:1395) mengatakan bahwa gastritis kronis cenderung terjadi pada individu usia muda yang menyebabkan penipisan dan degenerasi dinding lambung dengan berhentinya pertumbuhan sel epitelium lambung. Gastritis dibagi menjadi gastritis kronis tipe A dan tipe B. Gastritis kronis tipe A (kronik fundal) adalah degenerasi luas mukosa lambung yang terjadi pada tubuh dan fundus lambung yang dapat mengakibatkan berhentinya pertumbuhan sel lambung. Gastritis kronis tipe B (antral) pada umumnya terjadi pada antrum lambung dan rata-rata empat kali lebih sering terjadi daripada gastritis kronis tipe A. Gastritis kronis terjadi karena pengunaan obat-obatan anti steroid, alkohol dan rokok. Suzanne et al (2007:1204) menambahkan bahwa gastritis kronis adalah peradangan pada lambung yang sudah lama yang disebabkan oleh sel malignan atau benign pada lambung karena infeksi bakteri Helicobacter pylori Etiologi Gastritis Phipps et al (2003:1023) gastritis akut disebabkan oleh konsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan, stres, trauma fisik, menelan zat berbahaya, paparan radiasi dan mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri. McCance dan Suzanne et al (2007:1204) mengatakan bahwa gastritis kronis disebabkan oleh mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh mengkonsumsi makanan yang terlalu berbumbu dan mengiritasi, infeksi bakteri Helicobacter pylori, penggunaan obat anti inflamasi non steroid, adanya sel malignan dan benign pada lambung penyakit autoimun seperti anemia pernisious, faktor makanan seperti kafein, alkohol, rokok, refluks kronik dari sekresi pankreas dan cairan empedu ke dalam lambung. 3
4 Gejala Gastritis Gejala Gastritis Akut Menurut Suzanne et al (2007:1204) tanda gejala gastritis adalah rasa tak nyaman pada perut, sakit kepala, lesu, cegukan, tidak selera makan serta mual dan muntah yang bisa terjadi beberapa jam hingga beberapa hari Gejala Gastritis Kronis Menurut Suzanne et al (2007:1204) tanda dan gejala gastritis adalah tidak selera makan, rasa terbakar pada perut setelah makan, sendawa, rasa asam pada mulut. Sebagian pasien merasakan nyeri sedang pada epigastrium, nyeri saat mengkonsumsi makanan pedas dan berminyak. Gangguan penyerapan vitamin B 12 menyebabkan produksi antibodi yang mengikat vitamin dan faktor intrinsik menjadi terganggu Patofisiologi Patofisiologi Gastritis Akut Phipps et al (2003:1023) menjelaskan bahwa gastritis akut terjadi ketika mekanisme perlindungan mukosa lambung rusak dengan adanya iritasi atau hadirnya bakteri dalam lambung. Mukus lambung memberikan sedikit perlindungan terhadap cedera kimia yang terjadi di dalam lambung. Regenerasi mukosa lambung dari cidera biasanya cepat dan efisien, dan meskipun demikian kelainan biasanya sudah bisa berkurang setelah faktor iritasi diatasi. Lewis et al (2004:1021) menambahkan bahwa kesalahan mengkonsumsi makanan menyebabkan gastritis akut. Mengkonsumsi alkohol dapat memperbesar luka akut pada mukosa lambung, kerusakan sel permukaan epitel hingga kehancuran mukosa lambung, perdarahan dan edema Patofisiologi Gastritis Kronis Menurut Phipps et al (2003:1023) gastritis kronis terjadi karena penurunan sekresi asam lambung yang disebabkan oleh autoimun sel parietal. Kelenjar lambung secara bertahap berhenti bertumbuh dan mukosa lambung menjadi tipis dan memburuk. Penyakit tersebut biasanya tidak erosif dan didiagnosa melalui pemeriksaan histologi mukosa lambung. Kerusakan progresif sel parietal mengarah kepada anemia pernisious. Biasanya tidak ada tanda gejala hingga proses kerusakan terjadi. McCance dan Huether (2006:1396) mengatakan bahwa gastritis kronis tipe A terjadi penurunan fungsi mukosa lambung secara ekstensif didalam tubuh dan fundus lambung. Hilangnya sel utama dan sel parietal menyebabkan berkurangnya sekresi pepsinogen, asam hidroklorik dan faktor intrinsik. Gastritis kronis tipe B terutama melibatkan fundus dan antrum lambung. Penurunan minimal sekresi asam lambung, jumlah gastrin normal yang tinggal, dan penyerapan vitamin B 12 biasanya jarang terjadi namun kondisinya mukosa mengalami gangguan pertumbuhan serta mengalami penurunan sekresi asam lambung. 4
5 Tes Diagnostik Tes Napas Mayo (2012:4) mengatakan bahwa dokter merekomendasikan tes untuk menentukan apakah bakteri Helicobacter pylori hadir dalam tubuh penderita. Jenis tes yang dijalani tergantung pada situasi. Helicobacter pylori yang dideteksi dalam bentuk tes napas dimana pasien diberi minum segelas kecil cairan tawar yang mengandung karbon radioaktif Tes Darah Klasco (2012:2) menambahkan bahwa dokter akan memeriksa jumlah sel darah merah untuk melihat apakah penderita gastritis mengalami anemia dengan ditemukannya jumlah sel darah merah sedikit, dimana anemia dapat menyebabkan gastritis Tes Tinja Menurut Mayo (2012:4) tes tinja digunakan untuk mengetahui Helicobacter pylori pada sampel tinja seseorang yang di bawa ke laboratoruim dan diperiksa.tes ini menggunakan suatu antibody dari Helicobacter pylori untuk memastikan adanya Helicobacter pilory ada tinja Endoskopi Mayo (2012:4) menjelaskan bahwa pemeriksaan sistem pencernaan bagian atas menggunakan endoskopi. Dokter memasukkan tabung berongga yang dilengkapi dengan lensa (endoskopi) melalui tenggorokan masuk kedalam perut sampai ke usus kecil untuk mencari tanda-tanda peradangan Sinar X Annisa (2012:11) menambahkan bahwa cairan putih metalik (mengandung barium) yang ditelan oleh penderita akan melapisi saluran pencernaan dan membuat ulkus atau borok lebih terlihat saat pemeriksaan sinar-x Pengobatan Gastritis Obat Antibiotik Phipps et al (2003:1024) menjelaskan bahwa antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, meringankan gejala rasa sakit, mual dan menyembuhkan inflamasi Obat Penghalang Produksi Asam Suzanne et al (2007:1206) menambahkan bahwa protomp inhibitor mengobati luka pada mukosa lambung dan mengobati infeksi bakteri Helicobacter pylori Obat untuk Mengurangi Produksi Asam Mayo (2012:4) mengatakan bahwa asam blocker atau disebut dengan histamin berguna untuk mengurangi sekresi asam lambung yang dilepaskan ke saluran pencernaan serta mengurangi rasa sakit dan mendorong penyembuhan. 5
6 Antasida yang Menetralisir Asam Lambung Mayo (2012:4) menjelaskan bahwa antasida menetralisir asam lambung yang berlebih dan dapat mengurangi nyeri dengan cepat serta dapat meredakan mulas atau gangguan pencernaan tetapi tidak mengobati gastritis Pencegahan Menurut Kunkun (2010:2) gastritis bisa dicegah dengan menerapkan pola makan sehat: menghindari jenis makanan yang merangsang produksi asam lambung seperti kopi, minuman alkohol, anggur putih dan sari buah sitrus. Menghindari konsumsi makanan yang mengandung gas, antara lain sayuran (kol, sawi) dan buahan (nangka, pisang ambon, kedondong, buah yang dikeringkan) serta minuman bersoda, kue tart, coklat dan keju. Selain itu menghindari makanan yang mengiritasi lambung seperti makanan pedas, terlalu asam, merica, makanan terlalu berbumbu dan cuka. Olahraga teratur dan rutin serta mengontrol stres karena stres bisa meningkatkan produksi asam lambung dan akan memperparah gejala gastritis. Berhenti merokok untuk menghindari penyebab meningkatnya asam lambung dan tukak lambung, selain itu rokok bisa menyebabkan berbagai komplikasi lain seperti gangguan janin, impotensi, gangguan kehamilan dsb. 3. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan studi dokumentasi dan wawancara. Dokumen yang dipilih untuk penelitian ini adalah data semua pasien gastritis yang memenuhi kriteria penelitian dan faktor pencetus gastritis di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Untuk mendapatkan data faktor pencetus gastritis pada pasien di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat menggunakan teknik studi dokumentasi. Peneliti juga mewawancara 31 pasien yang berobat dan terdiagnosa gastritis pada tanggal April Proses Pengumpulan Data Setelah mendapat ijin dari pimpinan Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat, pada tanggal April 2013 maka peneliti mengambil data dari status pasien yang mengalami gastritis pada periode bulan Januari-Maret 2013 yang berjumlah 62 dokumen. Data-data yang dikumpulkan dari status pasien adalah faktor pencetus gastritis yaitu pola makan, merokok, penggunaan obat non steroid anti inflamasi, stres yang dialami pasien, konsumsi minuman beralkohol, dan konsumsi kafein. Selain itu peneliti juga mewawancara 31 pasien yang terdiagnosa gastritis yang datang berobat ke Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat pada tanggal April Peneliti mewawancara faktor pencetus gastritis yang dialami oleh pasien tersebut mulai dari pola makan, merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, penggunaan obat anti inflamasi non steroid, stres yang dialami pasien, serta menggunakan kafein. Wawancara tersebut menggunakan panduan wawancara yang telah disiapkan. Kemudian dari data yang terkumpul dalam bentuk cek list, tiap kasus yang memenuhi salah satu atau lebih kriteria dari salah satu faktor pencetus gastritis 6
7 akan disimpulkan kasus gastritis yang disebabkan oleh faktor tersebut. Kemudian dari seluruh kasus yang terkumpul dikelompokkan jumlah sesuai sesuai faktor penyebabnya. Angka kasus yang terakumulasi dari tiap faktor dibagi total kasus yang diteliti dan dikali 100 untuk menjadi persentase Pengolahan Data Setelah data dikumpulkan melalui studi dokumentasi dan wawancara, data diolah menggunakan rumus Kountur (2006:27). Kemudian data tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis penyebabnya untuk mengetahui berapa persentase penyebab tersebut dari seluruh pencetus gastritis yang terjadi. Selanjutnya jumlah kumpulan tiap faktor penyebab dibagikan dengan total sampel dikali dengan seratus persen. Maka nilai dari faktor pencetus disusun sesuai dengan peringkat paling tinggi sampai paling rendah. Kemudian diambil satu faktor pencetus yang nilainya paling tinggi dan paling rendah. 4. Hasil dan Analisa Data 4.1. Hasil dan Analisis Faktor pencetus gastritis di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut: pola makan tidak teratur dengan angka kejadian 88 pasien (95%), mengkonsumsi kafein ada 68 pasien (73%), Stres ada 23 pasien (25%), merokok ada 22 pasien (24%), mengkonsumsi minuman beralkohol dan penggunaan obat anti inflamasi non steroid masing-masing 15 pasien (16%). Faktor pencetus yang paling dominan adalah pola makan makan tidak teratur terhadap angka kejadian gastritis di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Pola makan tidak teratur tersebut adalah karena jadwal makan yang tidak teratur, sering terlambat makan, gemar mengkonsumsi makanan pedas dan asam. Faktor pencetus yang kurang dominan adalah penggunaan obat anti inflamasi non steroid dan merokok. Obat anti inflamasi yang digunakan oleh pasien yang berobat ke Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat adalah obat Ibuprofen. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Faktor pencetus terhadap angka kejadian gastritis di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut: pola makan tidak teratur merupakan pencetus yang sangat banyak terhadap angka kejadian gastritis. Kafein merupakan pencetus yang banyak terhadap angka kejadian gastritis. Stres dan rokok merupakan pencetus yang sedikit terhadap angka kejadian gastritis. Minuman beralkohol dan obat anti inflamasi non steroid merupakan pencetus yang sangat sedikit terhadap angka kejadian gastritis. Pola makan tidak teratur merupakan faktor pencetus yang paling dominan terhadap kejadian gastritis di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan penggunaan obat anti inflamasi non steroid dan alkohol merupakan faktor pencetus yang kurang dominan terhadap angka kejadian gastritis di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat. 7
8 5.2. Saran Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran dan sebagai bahan untuk memberikan penyuluhan dan motivasi kepada pasien yang berobat ke Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat agar menjaga pola makan teratur. Pada bidang penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya, yaitu mengenai hubungan antara pola makan tidak teratur dengan kejadian gastritis. Daftar Pustaka Annisa, A Gastritis [online]. Available: [1 Februari 2013]. Klasco, R Diagnosa Gastritis [online]. Available: Maret 2013]. Kunkun, A Gastritis [online]. Available: [24 Februari 2013]. Lewis, S.M. et al Medical-Surgical Nursing: Assesment and Management of Clinical Problems. 16 th edition. USA: Mosby. McCance, K.L. and Huether S.E Pathophisiology: The Biologic Basis For Disease in Adults and Children. 15 th edition. USA: Mosby. Mayoclinic Treatments and Drugs [online]. Available: ents-and-drugs [21 Februari 2013]. Phipps, W.J. et al Medical Surgical Nursing: Health and Ilness Perspektive. 7 th edition. USA: Mosby. Suzanne, C.S. et al Brunner and Suddarth Textbook of Medical-Surgical Nursing. 11 th edition. USA: Mosby. 8
ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN
ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN Deisy Octaviani 1 ;Ratih Pratiwi Sari 2 ;Soraya 3 Gastritis merupakan
Lebih terperinciSatuan Acara penyuluhan (SAP)
Lampiran Satuan Acara penyuluhan (SAP) A. Pelaksanaan Kegiatan a. Topik :Gastritis b. Sasaran : Pasien kelolaan (Ny.N) c. Metode : Ceramah dan Tanya jawab d. Media :Leaflet e. Waktu dan tempat : 1. Hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluran pencernaan merupakan gerbang utama masuknya zat gizi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan tubuh baik untuk melakukan metabolisme hingga aktivitas sehari-hari.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan yang belum terselesaikan, dan terjadi peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Timbulnya suatu penyakit berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah satunya gangguan pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia yang mengarah modern ditandai gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan yang dapat merangsang peningkatan asam lambung, seperti:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang paling sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak, cepat dan makan makanan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ulkus Peptikum 2.1.1 Definisi Ulkus peptikum merupakan luka terbuka dengan pinggir edema disertai indurasi dengan dasar tukak tertutup debris (Tarigan, 2009). Ulkus peptikum
Lebih terperinciHIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:
HIPONATREMIA 1. PENGERTIAN Hiponatremia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar natrium dalam darah adalah rendah abnormal. Natrium merupakan elektrolit yang membantu mengatur jumlah air di dalam
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS
ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS Konsep Medik : 1. Pengertian Gastritis berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Secara umum Gastritis
Lebih terperinciKanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari
Lebih terperinciKeluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya?
Faktor psikis atau kejiwaan seseorang bisa pula meningkatkan produksi asam lambung. Selain itu penyakit maag juga bisa disebabkan insfeksi bakteri tertentu, misalnya helicobacter pylori yang merupakan
Lebih terperinciPENGETAHUAN PASIEN DENGAN GASTRITIS TENTANG PENCEGAHAN KEKAMBUHAN GASTRITIS
PENGETAHUAN PASIEN DENGAN GASTRITIS TENTANG PENCEGAHAN KEKAMBUHAN GASTRITIS Suryono, Ratna Dwi Meilani Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri ABSTRAK Gastritis adalah suatu penyakit akibat proses inflamasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung. Banyak hal yang dapat menyebabkan gastritis. Penyebabnya paling sering adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lambung merupakan perluasan organ berongga besar berbentuk kantung dalam rongga peritoneum yang terletak di antara esofagus dan usus halus. Saat keadaan kosong, bentuk
Lebih terperinci3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah
104 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCEGAHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015 A. Karateristik 1. Umur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis merupakan radang pada jaringan dinding lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi dan ketidakteraturan dalam pola makan misalnya makan terlalu banyak
Lebih terperinciPERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA SISWA DI SMAN 1 SOOKO MOJOKERTO ROSI HERDIANTO SUBJECT: Perilaku, Gastritis, Siswa
PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA SISWA DI SMAN 1 SOOKO MOJOKERTO ROSI HERDIANTO 1212020023 SUBJECT: Perilaku, Gastritis, Siswa DESCRIPTION: Penyakit grastitis/maag memang sudah mulai dialami
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang sedang kita hadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan adalah beban ganda penyakit, yaitu disatu pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. GASTRITIS Page 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin majunya zaman, semakin pesat pula teknologi berkembang. Bagian juga dengan kreatifitas manusia, salah satunya dalam mencipta bermacam-macam makanan. Berbagai
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA PENGERTIAN Suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. (Mizieviez). ETIOLOGI 1. Faktor
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR STRES DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG Anita Puri, *, Suyanto, ** Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, ransangan, atau kombinasi halhal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk
Lebih terperinciFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN GASTRITIS PADA PASIEN GASTRITIS DI RSUD DR. PIRNGADI KOTA MEDAN
SKRIPSI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN GASTRITIS PADA PASIEN GASTRITIS DI RSUD DR. PIRNGADI KOTA MEDAN Oleh DAMAYANTI HUTAPEA 11 02 160 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
Lebih terperinciPENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI Muhammad Mudzakkir, M.Kep. Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UN PGRI Kediri muhammadmudzakkir@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pola makan disuatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor budaya, agama/kepercayaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penyakit lambung/maag sudah banyak timbul di masyarakat dengan keluhan perut yang sakit, perih, atau kembung. Namun penyakit maag tidak seperti yang diketahui
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (51 orang) adalah perempuan. Perempuan lebih mudah merasakan adanya serangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertentu, dimana jarak ini menentukan apakah seseorang dikatakan sehat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan manusia bergerak maju atau mundur dalam kontinuitas tertentu, dimana jarak ini menentukan apakah seseorang dikatakan sehat atau sakit. Asuhan keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara dunia dan mendapatkan hasil presentase dari angka kejadian diseluruh dunia, diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lambung merupakan organ yang vital bagi tubuh yang cukup rentan cidera atau terluka. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja lambung adalah asupan makanan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sukarmin (2012) gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. gangguan mual-mual, perut keras bahkan sampai muntah (Simadibrata dkk,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia adalah adanya perasaan nyeri dan tidak nyaman yang terjadi di bagian perut atas ditandai dengan rasa penuh, kembung, nyeri, beberapa gangguan mual-mual, perut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Penelitian Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat pada perut bagian atas. Menurut kriteria Roma III, dispepsia didefinisikan sebagai kumpulan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya tinja yang keras sehingga buang air besar menjadi jarang, sulit dan nyeri. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah penyakit saluran pencernaan seperti gastritis. Masyarakat pada umumnya mengenal gastritis dengan sebutan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN. memperlihatkan iregularitas mukosa. gastritis dibagi menjadi 2 macam : Penyebab terjadinya Gastritis tergantung dari typenya :
LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP MEDIK 1. DEFINISI Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yg ditemukan
Lebih terperinci3.EPIDEMIOLOGI 4. ETIOLOGI. Infeksi bakteri.
I. Konsep Dasar Penyakit 1. ASKEP PADA PASIEN GASTRITIS 2. PENGERTIAN Gastritis adalah suatu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
Lebih terperinciSistem Pencernaan Manusia
Sistem Pencernaan Manusia Sistem pencernaan pada manusia terdiri atas beberapa organ yang berawal dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Pada sistem pencernaan manusia terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat pada perut bagian atas. Menurut kriteria Roma III, dispepsia kronis didefinisikan
Lebih terperinciTips Mengatasi Susah Buang Air Besar
Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri
Lebih terperinciGAMBARAN KEJADIAN GASTRITIS DI RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA
GAMBARAN KEJADIAN GASTRITIS DI RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA Rismia Agustina, Azizah, Agianto Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Jl. A.Yani Km. 36, Banjarbaru,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merasakan sakit atau tidak enak badan pasti akan melakukan upaya untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hal terpenting dalam kehidupan adalah kesehatan. Seseorang yang merasakan sakit atau tidak enak badan pasti akan melakukan upaya untuk memperoleh kesehatannya
Lebih terperinciLesi mukosa akut lambung akibat Aspirin atau dengan istilah Aspirin gastropati merupakan kelainan mukosa akibat efek topikal yang akan diikuti oleh
V. PEMBAHASAN UMUM Lesi mukosa akut lambung akibat efek samping OAINS/Aspirin merupakan kelainan yang sering ditemukan. Prevalensi kelainan ini sekitar 70 persen sedangkan pada 30 persen kasus tidak didapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk membantu seorang pakar/ahli dalam mendiagnosa berbagai macam
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi yang sangat pesat, pada bidang kedokteran saat ini juga telah memanfatkan teknologi untuk membantu peningkatan pelayanan yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling mengangguan kesehatan dan sering dijumpai di klinik karena diagnosanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung yang paling mengangguan kesehatan dan sering dijumpai di klinik karena diagnosanya hanya berdasarkan
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN
Lebih terperinciKata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc
ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP PENGGUNAAN TABLET ZINC PADA BALITA PENDERITA DIARE DI PUSKESMAS S.PARMAN BANJARMASIN Chairunnisa 1 ; Noor Aisyah 2 ; Soraya 3 Diare merupakan salah satu masalah
Lebih terperinciLembar Persetujuan Menjadi Responden. Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana
Lebih terperinciINTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA
INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA Ruli Yanti ¹; Amaliyah Wahyuni, S.Si, Apt ²; drg. Rika Ratna Puspita³
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saluran pencernaan (digestive tract) adalah tabung pencernaan yang terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus kecil, usus besar, rektum dan anus. Lambung merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah istilah yang dipakai untuk
Lebih terperinciKanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9
Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat mencapai suatu keseimbangan atau suatu keadaan
Lebih terperinciKomplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi
Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS GULAI BANCAH KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2011
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS GULAI BANCAH KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2011 Rahmi Kurnia Gustin ABSTRAK Gatritis merupakan salah satu masalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ansietas 2.1.1. Definisi Kecemasan atau ansietas adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan
Lebih terperinciDewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM, M.Kes 2)
HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN BERISIKO GASTRITIS DAN STRESS DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA WANITA USIA 20-44 TAHUN YANG BEROBAT DI PUSKESMAS CILEMBANG TAHUN 2012 Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA. PADA KELUARGA Tn. H KHUSUSNYA Tn. H DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN: GASTRITIS DI WILAYAH PUSKESMAS GROGOL I
0 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA Tn. H KHUSUSNYA Tn. H DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN: GASTRITIS DI WILAYAH PUSKESMAS GROGOL I KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar
Lebih terperinciABSTRAK HUBUNGAN FREKUENSI MAKAN TERHADAP GEJALA MAAG PADA MAHASISWA AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN
ABSTRAK HUBUNGAN FREKUENSI MAKAN TERHADAP GEJALA MAAG PADA MAHASISWA AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN Nordin 1 ; Aditya M.P.P 2 ;Yugo Susanto 3 Menurut data dari World Health Organization (WHO) bahwa Indonesia
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN TIMBULNYA GASTRITIS PADA PASIEN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MEDICAL CENTER (UMC)
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN TIMBULNYA GASTRITIS PADA PASIEN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MEDICAL CENTER (UMC) Correlation Between Diet With Gastritic Incidence On Patient In Medical Center Of Muhammadiyah
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2. Parotitis. Diare. Apendisitis. Konstipasi
SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2 1. Kelainan yang terjadi karena ada sisa makanan di usus buntu, sehingga lama kelamaan terjadi peradangan adalah... Parotitis
Lebih terperinciSMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Salah satu ciri mahluk hidup adalah membutuhkan makan (nutrisi). Tahukah kamu, apa yang
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN SINDROMA DISPEPSIA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI I KARYA PENGGAWA KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN 2013
JURNAL KESEHATAN HOLISTIK Vol 8, No 2, April 2014 : 94-98 HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN SINDROMA DISPEPSIA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI I KARYA PENGGAWA KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN 2013 Rohani 1, M. Ricko
Lebih terperinciEVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK (Peptic Ulcer Disease) DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB TAHUN 2015
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK (Peptic Ulcer Disease) DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB TAHUN 2015 EVALUATION OF PEPTIC ULCER MEDICATION USE IN PATIENTS WITH PEPTIC ULCER
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ULKUS PEPTIKUM
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ULKUS PEPTIKUM ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ULKUS PEPTIKUM A.PENGERTIAN Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa lambung terputus dan meluas sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ulkus didefinisikan sebagai defek pada mukosa saluran pencernaan yang mengenai lapisan mukosa hingga submukosa atau lebih. Ulkus mungkin terjadi pada seluruh saluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tukak lambung merupakan salah satu bentuk tukak peptik yang ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, tukak lambung menjadi suatu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat dan dalam kondisi yang parah dapat menjadi penyebab kematian. Tukak lambung merupakan
Lebih terperinciKata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Asam Mefenamat, Pasien Poli Gigi
ABSTRAK GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN POLI GIGI TENTANG PENGGUNAAN TABLET ASAM MEFENAMAT 500 Mg DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN Nurlailiani 1 ;Muhammad Arsyad 2 ;Maria Ulfah 3 Penyakit gigi
Lebih terperinciDiabetes tipe 2 Pelajari gejalanya
Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengobatan sendiri atau swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal maupun tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT STRESS DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI PUSKESMAS PAKUAN BARU JAMBI
HUBUNGAN TINGKAT STRESS DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI PUSKESMAS PAKUAN BARU JAMBI Merita 1, Wilpi Inda Sapitri 2, Irawati Sukandar 3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi 1,2,3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradangan pada mukosa lambung. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis atau lebih dikenal dengan istilah maag merupakan suatu keadaan peradangan pada mukosa lambung. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu rasa tidak nyaman
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR. R.
HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR. R. KOESMA TUBAN ( Relationship Between Diet with the Incidence Of Gastritis At Patients
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. diserahkan oleh apoteker di apotek (Asti dan Indah, 2004). The International
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Swamedikasi Swamedikasi adalah suatu pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan obatobatan yang dijual bebas
Lebih terperinciWASPADAI BAHAYA ASAM KUAT DALAM PRODUK YANG DIGUNAKAN DI RUMAH TANGGA
WASPADAI BAHAYA ASAM KUAT DALAM PRODUK YANG DIGUNAKAN DI RUMAH TANGGA Asam merupakan bahan yang sangat akrab dan mudah dijumpai dalam kehidupan kita. Asam merupakan suatu zat yang mempunyai rumus kimia
Lebih terperinciKehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013
Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan khususnya sebagai generasi penerus bangsa tidak luput dari aktifitas yang tinggi. Oleh sebab itu, mahasiswa diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang berfungsi untuk digunakan sebagai diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KEAMANAN OBAT YANG DIBERIKAN PADA IBU HAMIL BERDASARKAN RESEP PERIODE JANUARI MARET 2013 DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN.
ABSTRAK GAMBARAN KEAMANAN OBAT YANG DIBERIKAN PADA IBU HAMIL BERDASARKAN RESEP PERIODE JANUARI MARET 2013 DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN. Sri Yuliana 1 ;Muhammad Arsyad 2 ;Rony 3 Kesalahan pada
Lebih terperinciKanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap
Lebih terperinciObat Penyakit Diabetes & Cara Mendiagnosis Gastroparesis
Obat Penyakit Diabetes & Cara Mendiagnosis Gastroparesis Bagaimana Mendiagnosis Gastroparesis? Apakah Obat Penyakit Diabetes Berperan Penting? Diagnosis gastroparesis akan dikonfirmasi melalui satu atau
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
Lebih terperinciUniversitas Tribhuwana Tunggadewi Malang ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENGKONSUMSI MINUMAN KERAS (ALKOHOL) DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA REMAJA AKHIR (18-21 TAHUN) DI ASRAMA PUTRA PAPUA KOTA MALANG Ari Wahyudi 1), Farida Halis Dyah Kusuma 2), Mia
Lebih terperinciLanny Helfiani Murdiana¹ Program Studi Diploma III Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Bandung
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN DENGAN KEKAMBUHAN GASTRITIS PADA PASIEN GASTRITIS DI POLI PENYAKIT DALAM INSTALASI RAWAT JALAN RSAU DR. M. SALAMUN KOTA BANDUNG TAHUN 24 Lanny Helfiani Murdiana¹ Program
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID
ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi
Lebih terperinciAPA ITU REMATIK...??? Rematik adalah penyakit peradangan. pada sendi yang bersifat menahun. atau kronis yang menyebabkan. perubahan dari bentuk sendi
KELOMPOK G AKLIMA, S.Kep ISMARDI, S.Kep MAYLINDA, S.Kep MILA YUSNA, S.Kep ANDRIE FAUZY, S.Kep AZRIYANI NURMAN, S.Kep FITRIANTI NURDIN, S.Kep PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciPenyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio
Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTRITIS
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTRITIS A. PENGERTIAN Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat akut, dengan kerusakan Erosive karena permukaan hanya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Almatsier tahun 2004, dispepsia merupakan istilah yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Dispepsia Menurut Almatsier tahun 2004, dispepsia merupakan istilah yang menunjukkan rasa nyeri atau tidak menyenangkan pada bagian atas perut. Kata dispepsia berasal
Lebih terperinciKata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta
ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN ANGKA KEJADIAN BATUK KRONIK PADA ANAK YANG BEROBAT KE SEORANG DOKTER PRAKTEK SWASTA PERIODE SEPTEMBER OKTOBER 2011 Devlin Alfiana, 2011. Pembimbing I :
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA DISPEPSIA DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
KARAKTERISTIK PENDERITA DISPEPSIA DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO Joko Setyono 1, Agus Prastowo 2, dan Saryono 3 1 )Lecturer of Medical study program, Soedirman University 2) Nutrisionis,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang memiliki efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang bekerja secara perifer. Obat ini digunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.
7 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan lunak rongga mulut dilindungi oleh mukosa yang merupakan lapisan terluar rongga mulut. Mukosa melindungi jaringan dibawahnya dari kerusakan dan masuknya mikroorganisme
Lebih terperinci