Puspa Darwinawati Amin dan Dyah Setyaningrum

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Puspa Darwinawati Amin dan Dyah Setyaningrum"

Transkripsi

1 1 ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA/KABUPATEN DI INDONESIA TERHADAP PP 24 TAHUN 2005 UNTUK TAHUN ANGGARAN Puspa Darwinawati Amin dan Dyah Setyaningrum Universitas Indonesia Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kepatuhan pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) PP 24 Tahun 2005 di Indonesia selama tahun Penelitian ini menggunakan metode skoring checklist yang komponennya disesuaikan dengan isi SAP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengungkapan LKPD dari sebesar 38% di tahun 2006 menjadi 54% di tahun Pos yang paling meningkat kepatuhannya setelah 5 tahun terakhir adalah analisis terkait pengungkapan kebijakan fiskal dan asumsi makro. Hal ini diduga karena BPK mewajibkan pelaporan secara lengkap untuk memenuhi proses audit. Kebijakan fiskal dan asumsi makro merupakan pos yang paling diperhatikan masyarakat sebagai pengguna laporan keuangan. Kata kunci: tingkat pengungkapan, akuntansi pemerintah daerah, standar akuntansi pemerintah. Abstract: This thesis analyze the disclosure compliance of local government financial reports of regencies in Indonesia for the period of against Government Accounting Standard Regulation PP 24 Year of This study used scoring method through checklist, which the checklist components adapted to PP 24 year of The standard effective after 4 years implemented (2008). The result shows in 2006 LKPD compliance only 38% and increased to 54% in Fiscal policy and macro assumptions are the section that increase most, it s because BPK urgency for LKPDs to deliver a complete statement to get through the audit process and because mostly citizens concern only on this section. keywords: disclosure, compliance, local government accounting, government accounting standard.

2 2 1. Latar Belakang Setelah memasuki era reformasi, pola pikir masyarakat Indonesia menjadi lebih terbuka dan menginginkan pembangunan yang adil dan berimbang. Oleh karenanya kini Indonesia telah menerapkan sistem otonomi daerah. Menurut UU No 32 tahun 2004, otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan masyarakat setempat sesuai aturan perundangan. Karena itu, kini Pemerintah Daerah harus mengatur dan mengurus sendiri segala urusan pemerintahannya demi kemajuan daerah. Untuk memastikan peningkatan kinerja setiap daerah, perlu dilakukan kontrol atas berbagai kebijakan yang diterapkan. Upaya mewujudkan transparasi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara yaitu dengan menyampaikan laporan keuangan yang mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan secara umum. Oleh karena itu pada tahun 2005, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Untuk menjamin kualitas laporan keuangan tersebut, laporan keuangan yang telah disusun oleh Pemerintah Daerah akan diperiksa oleh suatu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), sebelum diserahkan kepada Pemerintah Pusat. Pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK dilakukan sebagai bentuk pemenuhan atas dorongan kebutuhan akan fungsi pengawasan, sehingga aktivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah diharapkan dapat berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan sesuai dengan kepentingan masyarakat. Berdasar PP 24 Tahun 2005, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diwajibkan melaporkan transaksi dan menjelaskan lebih lanjut pada Catatan atas Laporan Keuangan yang formatnya disesuaikan dengan SAP. Pengungkapan wajib laporan keuangan daerah sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan di Indonesia masih rendah. Lesmana (2010) menyatakan dalam penelitiannya bahwa rata-rata nilai pengungkapan wajib sebesar 22%, dengan nilai tertinggi sebesar 39% dan terendah 13%. Dan Mandasari (2009) dalam Lesmana (2010) menyatakan nilai pengungkapan wajibnya sebesar 52,57%. Hal ini berarti masih banyak kota ataupun kabupaten yang belum mengerti pentingnya pelaporan laporan keuangan yang sesuai dengan standar.

3 3 Penelitian mengenai tingkat kepatuhan daerah telah dilakukan oleh Martani dan Liestiani (2008), menggunakan pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan berfokus pada tingkat pengungkapan LKPD tahun 2006 dengan metode scoring pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat dan klasifikasi Pemerintah Daerah tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan. Tetapi, kekayaan, kompleksitas pemerintahan dan jumlah temuan audit mempengaruhi tingkat pengungkapan. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Martani dan Liestiani (2008), penelitian ini masih menggunakan pengungkapan wajib dan berfokus pada tingkat pengungkapan LKPD dengan metode scoring pada catatan atas laporan keuangan (CaLK). Bedanya, penelitian ini menggunakan laporan keuangan seluruh LKPD Indonesia dan penelitian dilakukan selama lima tahun berjalannya SAP, Tinjauan Teoritis 2.1 Keuangan Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. PP 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menjelaskan tentang penatausahaan dan pertanggung jawaban pelaksanaan anggaran bahwa laporan keuangan harus mewujudkan transparasi dan akuntabilitas. Salah satu cara untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara adalah dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan Pemerintah Daerah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar yang berlaku, dalam hal ini adalah Standar Akuntansi Pemerintahan. 2.2 Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah Kerangka Konseptual Standar Akuntansi Pemerintahan PP 24 Tahun 2005 paragraf 19, menjelaskan bahwa CaLK meliputi penjelasan naratif ataupun rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas. CaLK juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang

4 4 diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan didalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar, seperti kewajiban kontijensi dan komitmen lainnya. Secara umum catatan atas laporan keuangan harus mengungkapkan hal berikut: Informasi tentang kebijakan fiskal/ keuangan, ekonomi makro, pencapaian target undangundang APBN/ perda APBD, disertai kendala dan hambatan yang dihadapi untuk pencapaian target; Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan dengan membandingkan output dengan input untuk melihat efisiensi program, mengukur kinerja dengan membandingkan hasil dengan targetnya, beserta dengan menguraikan strategi dan sumber daya; Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi dan kejadian penting lainnya; Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh standar akuntansi pemerintahan yang belum disajikan pada lembar muka laporan keuangan; Mengungkapkan informasi untuk pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas; Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan pada lembar muka laporan keuangan. 2.3 Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tujuan Pemeriksaan (Audit) oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK- RI) tersebut adalah memberikan opini atau pernyataan profesional pemeriksa atas tingkat kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Opini audit ini diharapkan dapat mendorong Pemerintah Daerah untuk memberikan kinerja yang lebih baik, lebih transparan, partisipatif dan bertanggung-jawab. Pemeriksaan BPK-RI ditekankan kepada pengujian atas bukti mendukung penyajian saldo akun dalam neraca dan Laporan Realisasi Anggaran (LRA), pengujian transaksi pada LRA dan Laporan Arus Kas (LAK), penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan, pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan, pengujian atas pengungkapan informasi keuangan pada Catatan atas

5 5 Laporan Keuangan (CaLK), dan penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. 2.4 Penelitian Sebelumnya Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Ingram (1984) dalam penelitiannya menyebutkan bebarapa faktor yang mempengaruhi kualitas pengungkapan, yaitu: koalisi pemilih (masyarakat) yang mendorong peningkatan permintaan akan informasi, kekuatan administrasi, dan insentif manajemen yang terdiri dari kekayaan negara, profesionalisme dan kompleksitas pemerintah. Hasil penelitian menemukan bukti bahwa koalisi pemilih, kekuasaan administratif dan insentif menejemen secara signifikan menjelaskan hubungan positif dengan kualitas pengungkapan. Liestiani (2008) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan dan menggunakan temuan audit dan nilai temuan sebagai salah satu yang mempengaruhi pengungkapan. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah memiliki hubungan positif dengan jumlah temuan audit. Sebaliknya, nilai temuan memiliki hubungan negatif dengan pengungkapan laporan keuangan daerah. Dalam penelitian yang dilakukan Lesmana, faktor yang mempengaruhi pengungkapan dilihat dari segi karakteristik Pemerintah Daerah. Lesmana (2010) dalam penelitiannya menggunakan ukuran Pemerintah, kewajiban, pendapatan transfer, umur Pemerintah Daerah, jumlah satuan kerja perangkat daerah dan rasio kemandirian keuangan daerah. Hasil penelitian tersebut menunjukan umur pemerintah dan rasio kemandirian berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan. Namun untuk ukuran Pemerintah Daerah, kewajiban, pendapatan transfer dan jumlah satuan kerja tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan. 3. Metodologi Penelitian 3.1 Metode Skoring Dalam penelitian ini metode penelitian yaitu dengan menggunakan skoring SAP PP 24 Tahun 2005 dan wawancara dengan beberapa pakar akuntansi pemerintahan. Metode skoring

6 6 yang digunakan adalah dengan checklist yang komponennya telah disesuaikan dengan susunan wajib dan aturan CaLK pada SAP PP 24 tahun 2005 untuk melihat tingkat kepatuhan Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah. Data yang digunakan dalam checklist adalah seluruh LKPD yang telah diaudit BPK selama tahun 2006 dan Metode pengukuran penelitian serupa dengan yang digunakan Botosan (1997), Fitriany (2000) dan juga Kemala (2007). Tahapan skoring sebagai berikut: 1. Memberi nilai untuk setiap pengungkapan dari checklist SAP untuk satu item pengungkapan yang disajikan diberi bobot 1 (satu), artinya semakin jelas pengungkapannya semakin banyak nilai yang dikumpulkan. Pilihan jawaban ada 3 poin yaitu ya, tidak, dan NA. Kriteria pengisian jawaban checklist LKPD dapat dilihat dalam table 3.1 berikut: Tabel 3.1 Kriteria Jawaban Checklist kriteria jawaban YA TIDAK N/A Keterangan Nilai yang disajikan dalam laporan keuangan, di narasikan dan diberi penjelasan rincian penghitungannya. Kebijakan yang dianut oleh pemerintah daerah sesuai dengan kebijakan yang diwajibkan oleh SAP. Penyajian informasi yang diwajibkan SAP dijelaskan secara lengkap dalam CaLK atau laporan keuangan Nilai yang disajikan dalam laporan keuangan, tidak di narasikan dan tidak dijelaskan rincian penghitungannya. Kebijakan yang dianut oleh pemerintah daerah tidak sesuai dengan metode yang diwajibkan oleh SAP. Penyajian informasi yang diwajibkan SAP tidak dijelaskan dalam CaLK atau laporan keuangan. Dalam laporan keuangan tidak terdapat akun yang disebutkan dalam checklist Tidak ada penjelasan seputar kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah. 2. Mencocokkan setiap penjelasan checklist dengan isi CaLK. 3. Menjumlahkan nilai tersebut berdasarkan setiap jawaban: ya, tidak, dan N/A. Total seluruh jawaban harus sebanyak 264 poin. 264 poin yang disusun adalah berdasarkan pedoman yang harus berurutan dalam membuat LKPD dalam PP 24 tahun 2005.

7 7 3.2 Metode Pemilihan Sampel Data yang digunakan adalah seluruh data dari LKPD Indonesia di tahun 2006 hingga tahun Namun tidak semua LKPD bisa dianalisis karena adanya keterbatasan data. LKPD yang digunakan dipilih dari LKPD yang lengkap melampirkan laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, dan CaLK. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat di tabel 3-2. Tabel 3-2 Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah LKPD Indonesia (LKPD yang tidak tersedia) (data yang hanya berupa data audit BPK) (LKPD yang tidak memiliki CaLK) LKPD sampel persentase sampel 74% 77% 69% 78% 73% Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan Liestiani (2008), hanya menggunakan sampel 30% dari total LKPD Indonesia, yaitu 100 dari 433 LKPD untuk tahun Penelitian kali ini menggunakan sampel yang lebih banyak, yaitu 74% dari total seluruh Pemerintahan Daerah tingkat kota/kabupaten Indonesia pertahunnya dan penelitian digunakan selama 5 tahun berjalan, yaitu Penelitian ini sudah lebih baik dari sebelumnya karena objek penelitian yang digunakan hampir seluruh populasi sampel. Penelitian ini dilakukan untuk melihat kesadaran akan kepatuhan pembuatan laporan keuangan sesuai dengan standar sejak tahun kedua diberlakukan SAP hingga 5 tahun selanjutnya, yaitu tahun 2006 hingga tahun 2010.

8 8 4. Analisis dan Pembahasan 4.1 Hasil Checklist Hasil checklist berdasarkan metode skoring dapat dilihat dalam gambar 4-1: Gambar 4-1 Hasil Checklist Pertahun Dalam Gambar 4-1 terlihat pergerakan trend kepatuhan penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Di tahun 2006, CaLK yang disajikan sesuai dengan SAP hanya sebesar 38% dan 36% isinya tidak mengikuti standar yang ada. Keadaan berubah setelah 6 tahun SAP disahkan, dimana di tahun 2010 Pemerintah Daerah sudah mulai memahami SAP dan mengimplementasikan dengan sesuai kedalam laporan keuangannya, dimana YA mencapai 54% dan TIDAK dari tahun 2008 hingga 2010 konstan 26%. Tidak bukan karena menggunakan basis yang menyalahi aturan berlaku. Tidak disini merupakan pos CaLK bagian belanja yang tidak mengikuti klasifikasi yang dianjurkan SAP, tapi mengikuti aturan Permendagri 13 tahun Klasifikasi yang digunakan adalah belanja langsung dan tidak langsung, bukan diklasifikasikan berdasarkan fungsi. Semula di tahun 2006, dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang tersedia ada 28 yang tidak membuat CaLK hingga akhirnya mulai 2009 semua Pemerintah Daerah telah membuat CaLK. Hal yang memengaruhi peningkatan laporan keuangan adalah peringatan yang diberikan oleh BPK. Laporan keuangan yang diproses diaudit hanyalah LKPD yang lengkap

9 9 komponennya. Untuk memenuhi kriteria yang diajukan BPK maka LKPD harus menyajikan Neraca, LRA, Laporan Arus Kas, dan CaLK secara lengkap agar Laporan Keuangannya dapat diaudit. Selain itu muncul tiga Surat Edaran Menteri Dalam Negeri (SE MENDAGRI) terkait dengan Akuntansi Keuangan Daerah. SE tersebut adalah SE No.900/316/BAKD tahun 2007 tentang Pedoman Sistem dan Prosedur Penataan dan Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah; SE No.900/743/BAKD tahun 2007 tentang Modul Akuntansi Pemerintah Daerah; SE No.900/079/2008 tentang Pedoman Penyusunan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah. SE tersebut mulai muncul di tahun 2007 yang nyatanya sangat mempengaruhi kepatuhan dalam pelaporan. Terlihat peningkatan yang cukup jauh dari 2007 ke 2008 (gambar 4-1), dikarenakan pengaruh SE ini. Dengan adanya SE baru tentang Akuntansi Keuangan Daerah memudahkan Pemerintah Daerah dalam memahami proses penyajian Laporan Keuangan, sebab dalam PP 24 Tahun 2005 tidak dijelaskan penjelasan lebih lanjut dari setiap pos. BPK juga kerap melakukan sosialisasi kepada kepatuhan pelaporan keuangan, terlebih setelah muncul SE yang terkait dengan Akuntansi Keuangan Daerah. Sosialisasi yang dilakukan ada dua, yaitu sosialisasi secara sentral dan evaluasi langsung oleh BPK. Sosialisasi sentral dilakukan dengan cara mengumpulkan seluruh perwakilan setiap Pemerintah Daerah untuk dijelaskan mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan dan aturan baru yang ada. Tidak hanya sebatas sosialisasi secara sentral, evaluasi langsung juga dilakukan oleh BPK. Untuk memastikan laporan keuangan yang dihasilkan baik, maka BPK turun ke daerah untuk melakukan pembinaan langsung. Pembinaan yang dilakukan terkait dengan temuan BPK, memberi arahan kepada Pemerintah Daerah agar tidak mengulang kesalahan pelaporan yang sama. Informasi terkait kepatuhan LKPD ini diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa ahli dibidang pemerintahan. 4.2 Kondisi Pengungkapan LKPD a. Penyajian informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Peraturan Daerah APBD. Sebelum membahas isi utama laporan keuangan (Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, dan Laporan Arus Kas) berdasarkan aturan SAP PP 24 tahun 2005, LKPD harus memberi pengantar

10 10 berupa penyajian informasi terkait kebijakan dan target daerah. Penjelasan poin awal CaLK, dijelaskan dalam checklist bagian A yang dibagi menjadi 4 bagian yaitu pengungkapan kewajiban fikal/keuangan, penjelasan asumsi ekonomi makro, pencapaian target, dan hambatan kendala dalam pencapaian target. Berikut hasil checklist bagian A yang digambarkan dalam gambar 4-2: Gambar 4-2 Hasil Checklist Bagian A Di tahun 2006, hampir semua kota/ kabupaten tidak menyajikan informasi di awal dan langsung menjelaskan ikhtisar pencapaian atau langsung menjelaskan infomasi kebijakan akuntansinya. Hanya beberapa kota/ kabupaten yang menyajikan informasi fiskal dan keuangan. Di tahun 2007, informasi bagian A sudah mulai dibuat oleh sebagian LKPD. Terlihat dengan meningkatnya persentase ya. Mulai konstan dilaporkan untuk CaLK bagian A ketika memasuki tahun 2008 hingga Untuk sisi kebijakan makro, tahun 2006 belum disajikan oleh LKPD. Hal ini karena di awal penerapan SAP PP 24 Tahun 2005, BPK masih menerima beberapa laporan keuangan yang belum menyajikan CaLK lengkap dalam proses auditnya. Memasuki tahun 2007, beberapa LKPD hanya menjelaskan asumsi yang digunakan dan tidak membandingkan perbedaan asumsi makro yang digunakan sebelumnya. Hal ini kemungkinan karena di tahun sebelumnya masih belum dilakukan pengukuran asumsi makro pada laporan keuangan, sehingga belum adanya tolak ukur untuk membandingkan asumsi yang digunakan sebelumnya dengan asumsi periode sekarang. Terjadi juga pada rincian penjelasan perbandingan kebijakan fiskal tahun berjalan dengan tahun sebelumnya.

11 11 Hambatan dan kendala pencapaian sudah mulai lebih sering dijelaskan di tahun 2007 jika dibandingkan dengan penyajian CaLK ditahun Mulai tahun 2007 tingkat kepatuhan dalam menyajikan bagian awal CaLK lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2006, meskipun belum meningkat secara kualitas tapi sudah meningkat secara kuantitas. CaLK bagian A sudah mulai kerap digunakan setelah memasuki tahun 2008 karena urgensi pelaporan yang diwajibkan BPK agar dapat diaudit. Memasuki tahun 2008, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sudah mulai mengimplementasikan SAP dengan tepat dan terus berlanjut hingga tahun Pemerintah Daerah sudah mulai memahami pelaporan keuangan yang sesuai standar karena sudah munculnya SE tentang Akuntansi Pemerintah Daerah dan karena adanya urgensi dari BPK dalam menyajikan Laporan Keuangan yang lengkap. Penyajian informasi kebijakan fiskal, asumsi makro, dan pencapaian target peraturan telah disajikan oleh seluruh LKPD Indonesia mulai tahun 2008 hingga b. Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan berisi perbandingan input output untuk melihat efisiensi program yang dilakukan, mengukur kinerja program, dan memberi uraian strategi dan sumber daya yang digunakan. Berikut hasil skoring checklist bagian B dapat dilihat dalam gambar 4-3: Gambar 4-3 Hasil Checklist bagian B LKPD tahun 2006 dalam menyajikan bagian B sama halnya dengan bagian A (penjelasan kebijakan fiskal, asumsi makro, pencapaian target peraturan APBD, dan hambatan kendala pencapaian target), dimana hampir semua kota/kabupaten tidak membuat rincian CaLK bagian

12 12 ini, dan langsung memberi penjelasan pada kebijakan akuntansi keuangan. Rincian iktisar pencapaian ada tiga yaitu perbandingan input output, pengukuran kinerja program, dan uraian strategi beserta sumber daya yang digunakan. Hanya saja, seluruh LKPD yang melaporkan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan dalam CaLKnya tidak ada yang membuat penjelasan perbandingan input dan output untuk melihat efisiensi program. Seluruhnya hanya menjelaskan dua bagian lainnya saja yaitu pengukuran kinerja dan uraian strategi beserta sumber daya yang digunakan dalam program. Memasuki 2007 isi rincian ikhtisar pencapaian sudah mulai lengkap dijelaskan. Dalam penyajian CaLK setelah munculnya SE Mendagri tentang Akuntansi Keuangan Daerah di tahun 2007, ikhtisar pencapaian kinerja keuangan telah dijelaskan dengan lengkap ketiga poinnya. Di tahun 2008 hingga 2010 hampir seluruh LKPD yang menyajikan bagian B telah menjelaskan ketiga komponen ikhtisar pencapaian. c. Dasar penyajian laporan keuangan dan pengungkapan kebijakan akuntansi keuangan. Bagian ini memiliki penjelasan terbanyak karena berisi rincian isi Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, dan Laporan Arus Keuangan. Di tahun 2006, hampir seluruh laporan keuangan yang membuat CaLK hanya mengungkapkan catatan atas bagian ini saja sehingga dapat masuk dalam penelitian. Berikut hasil checklist bagian C selama tahun 2006 hingga 2010 dapat dilihat di gambar 4-4: Gambar 4-4 Hasil Checklist bagian C

13 13 Meskipun isi penjelasan CaLK bagian ini dilaporkan, ada pos yang perlakuannya masih belum mengikuti aturan SAP PP 24 Tahun Berikut penjelasannya: Penjelasan pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntasi tidak dijelaskan oleh seluruh LKPD di tahun Penjelasan yang diberikan LKPD di tahun 2006 untuk bagian C hanyalah penjelasan dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, dan Laporan Arus Kas. Begitu juga memasuki tahun 2007 hingga tahun 2010, penjelasan pertimbangan pemilihan kebijakan akuntansi masih tidak disajikan. Penjelasan CaLK seputar entitas laporan berdasar PP 24 tahun selama tahun 2006 tidak disajikan oleh seluruh LKPD. Di tahun 2006, sifat operasi dan jumlah unit entitas akuntansi yang dibawahi juga dijelaskan oleh beberapa daerah. Akan tetapi tidak ada yang menjelaskan perundangan yang dijadikan kegiatan operasi entitas. Tahun 2007, LKPD Indonesia sudah lebih banyak yang menyajikan bagian penjelasan domisili dan bentuk hukum entitas. Tapi meskipun jumlahnya sudah meningkat, komponen penjelasan entitas laporan tidak secara lengkap dijelaskan empat poin isinya. Tahun 2008 juga komponen penjelasan entitas laporan tidak secara lengkap dijelaskan empat poin isinya. Di 2009 hingga 2010 sudah ada beberapa yang menampilkan secara lengkap empat poin isi entitas pelaporan, tapi sebagian besar masih belum menjelaskan secara lengkap empat poin yang ada. Di tahun 2006, hanya sedikit LKPD telah menyajikan basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan. Memasuki tahun 2007, LKPD sudah mulai menyajikan jenis basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan. Dan terus meningkat jumlah pelaporannya memasuki 2008 hingga Basis pengakuan dan pengukuran yang harus disajikan adalah kesesuaian basis yang digunakan terhadap SAP dalam penilaian setiap pos. Tahun 2006, LKPD sudah menyajikan basis pengakuan dan pengukuran dalam CaLKnya, tapi masih belum menjelaskan secara rinci basis dari setiap pos yang ada, hanya memberi keterangan sebagian pos, dan mulai merinci di Tahun 2006 masih terdapat beberapa pemerintah daerah yang tidak menggunakan basis sesuai dengan SAP sehingga poin Tidak masih banyak ditemui. Kepatuhan pada basis inilah yang membuat poin tidak berkurang dan poin ya meningkat di tahun Di tahun 2008 hingga 2010,

14 14 LKPD telah menjelaskan basis dan metode setiap pos sesuai dengan basis yang diwajibkan oleh SAP PP 24 tahun LKPD Indonesia di tahun 2006 masih banyak yang belum menjabarkan lebih rinci pos laporan keuangan. Dalam pencatatannya di laporan keuangan, LKPD Indonesia banyak menuliskan hanya berupa kas dan setara kas, tidak dirinci lebih dalam, begitu juga halnya dengan beberapa akun lainnya. Hal ini karena standar yang digunakan masih baru sehingga belum dapat diimplementasikan secara sepenuhnya. Tahun 2007 telah menjelaskan lebih rinci dan mulai dibedakan klasifikasi pos. Pengklasifikasian yang lebih mendetail terus berlanjut hingga tahun Banyaknya NA dalam penjelasan pos laporan keuangan bukan karena entitas tidak mengungkapkan adanya suatu transaksi dalam laporan keuangan, tetapi karena transaksi pos memang tidak pernah terjadi. Berdasarkan SAP PP 24 Tahun 2005, aset tetap harus dijelaskan rincian setiap jenis asset disertai dengan penjelasan penambahan dan pelepasan aset tersebut. Perlakuan beberapa kota/kabupaten di tahun 2006 dan 2007 hanya memisahkan aset tetap berdasarkan jenis dan tidak menampilkan tabel atau rincian penambahan/pelepasan aset. Mulai tahun 2008 hingga tahun 2010 seluruh LKPD sudah menampilkan rincian asetnya secara berurutan dan lengkap disertai dengan penambahan dan pengurangannya, juga tambahan informasi lain seputar aset tetap. Pencatatan belanja berdasar penjelasan pada PSAP 02 paragraf 34, belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Permendagri No 13 Tahun 2006 menjelaskan bahwa klasifikasi belanja berdasarkan belanja langsung dan tidak langsung. Seluruh LKPD di tahun 2006 hingga 2010 mengklasifikasikan belanja sesuai dengan Permendagri 13 Tahun Pencatatan berbeda yang dilakukan oleh seluruh daerah tidak dapat dikategorikan melanggar Standar Akuntansi Pemerintahan. Tapi dalam checklist ini, seluruh belanja yang berbeda dengan SAP 24 tahun 2005 tetap dikategorikan sebagai tidak karena checklist dibuat berdasarkan aturan SAP PP 24 Tahun Poin selanjutnya dalam penjelasan CaLK bagian kebijakan akuntansi adalah kebijakan akuntansi berkaitan dalam masa transisi SAP dan kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami LKPD. Di tahun 2006 keterangan ini tidak dilaporkan

15 15 oleh seluruh LKPD. Mulai 2007 hingga 2010 sudah mulai dijelaskan oleh beberapa LKPD. d. Pengungkapan Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan SAP yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan. Informasi yang dimaksud dalam bagian ini adalah informasi mengenai kontijensi dan komitmen lainnya yang belum disajikan di awal. Pos ini tidak diwajibkan muncul dalam CaLK, hanya saja perlu di laporkan jika ada. Sehingga peningkatan atau berkurangnya poin Ya, Tidak, dan NA tidak memengaruhi tingkat kepatuhan dalam pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah. e. Pengungkapan-pengungkapan lain. Pengungkapan lainnya harus disajikan dalam CaLK laporan keuangan pemerintahan daerah. Pengungkapan ini diharuskan dilaporkan jika ada kejadian bersangkutan muncul, jika tidak maka tidak perlu membuat CaLK bagian pengungkapan lain. Oleh karena itu jarang diungkapkan oleh LKPD hingga Urgensi Pengungkapan LKPD Informasi yang diperlukan dan dibutuhkan oleh tiap pengguna laporan keuangan berbeda tergantung tujuan masing-masing. Ada beberapa pos yang menjadi perhatian pengguna laporan keuangan tergantung kebutuhannya. Kelompok utama pengguna laporan keuangan berdasarkan penjelasan Kerangka Konseptual (KK) SAP adalah: 1. Masyarakat Hal pertama yang dicari oleh masyarakat dalam membaca laporan keuangan pemerintahan daerah adalah opini BPK. Sebab jika hasil pemeriksaan menghasilkan opini yang baik, maka pandangan masyarakat akan positif pada Pemerintahan Daerah tersebut. Untuk komponen laporan keuangannya, masyarakat yang menggunakan Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah akan fokus menilai isi CaLK bagian A. Kebijakan fiskal, masyarakat setempat memerhatikan kebijakan apa saja yang dilakukan dalam meningkatkan pendapatan daerahnya beserta penggunaan pembiayaan yang dilakukan, beserta apa yang dijadikan asumsi indikator makro yang digunakan.

16 16 2. Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa; Salah satu cara pencegahan terjadinya korupsi adalah pengembangan akuntansi yang baik oleh Pemerintah (Pope, 2003) yaitu salah satunya dengan menampilkan laporan keuangan berstandar. Untuk Wakil Rakyat, Lembaga Pengawas dan Lembaga Pemeriksa, seluruh isi laporan keuangan menjadi perhatian utama. CaLK menjadi bahan penilaian lembaga dalam melihat upaya apa saja yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melihat aspek apa saja yang lebih diutamakan daerah. Dengan adanya laporan keuangan yang jelas dan rinci dapat meminimalkan terjadinya pelaporan anggaran fiktif atau kesesuaian ajuan anggaran dengan tujuan pembangunan.lembaga pengawas dan lembaga pemeriksa fokus pada semua aspek pada laporan keuangan, baik CaLK maupun isi laporan lainnya. Karena jika laporan keuangan yang telah diawasi dan diperiksa hasilnya baik, maka akan memengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan pengguna laporan keuangan lainnya. 3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman; Untuk memastikan dana yang diberikan memang dibutuhkan dan tidak disalahgunakan, hal pertama yang disorot oleh para pemberi dana adalah opini BPK. Jika opininya baik, maka pemberi dana akan lebih memercayai dana yang diberikan akan dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerah. Bagian kewajiban beserta penjelasannya adalah pos yang paling diperhatikan oleh para pemberi pinjaman. Sebab, pemberi pinjaman ingin memastikan bahwa dana yang dipinjam akan dikembalikan tepat waktu. 4. Pemerintah Pusat dan Daerah; Pemerintah Pusat sebagai sentral pemerintahan, lebih fokus pada CaLK tentang kebijakan yang diambil dan asumsi yang digunakan beserta hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target. Dengan begitu Pemerintah bisa berupaya memberi bantuan dalam melancarkan berbagai hambatan yang ditemui dalam rangka proses pembangunan. Pemerintah Daerah diharapkan mendorong kepatuhan daerahnya dalam menerapkan regulasi SAP. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Panggah (2012), umur administratif Pemerintah Daerah dan dukungan Pimpinan Pemerintah Daerah berpengaruh positif pada opini audit. Pemerintah Daerah diharapkan lebih mendukung kepatuhan regulasi agar didapatnya opini yang lebih baik.

17 17 5. Kesimpulan Selama tahun 2006 hingga 2010, kepatuhan atas pengungkapan LKPD berdasarkan CaLK terus meningkat. Keefektifan penerapan SAP mulai konstan sejak memasuki tahun anggaran 2008, dimana seluruh LKPD telah menerapkan semua aturan SAP dengan tepat. Munculnya Surat Edaran Mendagri terkait Akuntansi Daerah merupakan faktor yang memicu peningkatan kepatuhan ketika memasuki tahun 2008 hingga SE tersebut adalah SE No.900/316/BAKD tahun 2007 tentang Pedoman Sistem dan Prosedur Penataan dan Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah; SE No.900/743/BAKD tahun 2007 tentang Modul Akuntansi Pemerintah Daerah; SE No.900/079/2008 tentang Pedoman Penyusunan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah. Hal ini disebabkan karena komponen SAP PP 24 Tahun 2005 yang sebelumnya masih sulit dipahami Pemerintah Daerah, telah dijelaskan lebih rinci dan mendalam didalam Surat Edaran ini. Pos yang paling meningkat dalam CaLK LKPD Indonesia selama tahun adalah penjelasan terkait kebijakan fiskal dan ekonomi makro. Kebijakan fiskal dan ekonomi makro merupakan pos yang paling diperhatikan masyarakat, karena kebijakan yang diambil selama tahun berjalan menyangkut peningkatan kesejahteraan daerah tersebut. Selain itu BPK juga mewajibkan LKPD yang disajikan lengkap komponennya agar dapat diaudit. Daftar Referensi: Botosan, Christine A Disclosure Level and the Cost of Equity Capital. The Accounting Review. Vol 72. No 3. Pp Ingram, R. W. Spring Economic incentives and the choice of state government accounting practices. Journal of Accounting Research Lesmana, Sigit Indra Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib Di Indonesia. Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Liestiani, A. (2008). Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota di Indonesia Untuk Tahun Anggaran Depok: Skripsi Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

18 18 Martani, Dwi dan Liestiani, Annisa Pengungkapan of Local Government Financial Statement in Indonesia. Accounting Department. University of Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 Pope, J Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem Integritas Nasional. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Jakarta: Pemerintah Indonesia. Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Pemerintah Indonesia. Republik Indonesia. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Pemerintah Indonesia. Republik Indonesia. (2010). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Pemerintah Indonesia. Standar Akuntansi Pemerintah PP 24 Tahun Sinar Grafika SE No.900/316/BAKD Tahun 2007 tentang Pedoman Sistem dan Prosedur Penataan dan Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Jakarta: Pemerintah Indonesia. SE No.900/743/BAKD tahun 2007 tentang Modul Akuntansi Pemerintah Daerah. Jakarta: Pemerintah Indonesia. SE No.900/079/2008 tentang Pedoman Penyusunan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah. Jakarta: Pemerintah Indonesia. Wicaksono, Panggah Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Opini dan Temuan Audit BPK Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

19 19

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memasuki era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang otonomi daerah yang didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendelegasikan sebagian wewenang untuk pengelolaan keuangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. mendelegasikan sebagian wewenang untuk pengelolaan keuangan kepada daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik tidak bisa dilepaskan dari peran pemerintah, mengingat pemerintah merupakan entitas sektor publik yang paling besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya prinsip transparansi dan akuntabilitas. Berdasarkan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya prinsip transparansi dan akuntabilitas. Berdasarkan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah membawa perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan daerah khususnya dalam proses penganggaran dan manajeman keuangan daerah salah satunya prinsip

Lebih terperinci

2. Klasifikasi Belanja a). Jenis Belanja - Belanja operasi dirinci menjadi belanja pegawai, belanja barang 3 = membuat klasifikasi dengan lengkap

2. Klasifikasi Belanja a). Jenis Belanja - Belanja operasi dirinci menjadi belanja pegawai, belanja barang 3 = membuat klasifikasi dengan lengkap LAMPIRAN KETERANGAN PEMBOBOTAN PENGUKURAN TINGKAT KEPATUHAN Detail kategori Laporan Realisasi Anggaran: 1. Klasifikasi Pendapatan - Pendapatan asli daerah 3 = memenuhi ketiga klasifikasi - Transfer yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv DAFTAR ISI Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv Bab I Pendahuluan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2015... 1 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah mengarahkan Pemerintah Indonesia menuju gerbang kemandirian dalam mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik atau sering disebut dengan Good

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH. 1

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH.  1 TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH http://www.ksap.org/ 1 I. PENDAHULUAN Berdasarkan undang-undang pemerintah daerah wajib menyusun Laporan

Lebih terperinci

L A P O R A N K E U A N G A N T A H U N BAB

L A P O R A N K E U A N G A N T A H U N BAB BAB 1 P E N D A H U L U A N Latar Belakang Maksud dan Tujuan Dasar Penyusunan Metode Penyusunan PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pemerintah Daerah dihadapkan pada suatu keadaan dimana pelaksanaan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya yang menerapkan sistem sentralisasi dimana segala kekuasan dan

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya yang menerapkan sistem sentralisasi dimana segala kekuasan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara kesatuan menerapkan sistem pemerintahan daerah berupa sistem desentralisasi atau otonomi daerah. Sejak reformasi tahun 1998 Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbaikan dalam pengelolaan keuangan negara masih terus berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No.17

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance Government) telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Lebih terperinci

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP)

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP) KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP) Latar Belakang Terbitnya SAP Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan Pengakuan, pengukuran dan Penyajian/pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak berlakunya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, setiap pengelola keuangan daerah harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi Bab 1 PENDAHULUAN Bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah yang diteliti dan dikerucutkan dalam bentuk rumusan permasalahan. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN.

I. PENDAHULUAN. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 DAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2013 www.inilah.com I. PENDAHULUAN Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Keuangan Negara Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa

Lebih terperinci

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Maksud penyusunan Laporan Keuangan Dinas Dikpora Provinsi NTB adalah untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -------------------------------------------------------- - Tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pemerintahan Daerah Dalam arti luas : Pemerintahan adalah perbuatan pemerintah yang dilakukan oleh badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk BAB I PENDAHULUAN Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian dan kontribusi penelitian.

Lebih terperinci

Lampiran I. Pokok-pokok Perbedaan Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Kas Menuju Akrual dengan Akuntansi Berbasis Akrual

Lampiran I. Pokok-pokok Perbedaan Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Kas Menuju Akrual dengan Akuntansi Berbasis Akrual Lampiran I Pokok-pokok Perbedaan Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Kas Menuju dengan Akuntansi Berbasis Kas Menuju 5. Penyusutan Aset Tetap Tidak diuraikan dalam kerangka konseptual 6. Entitas Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan akuntansi di Indonesia, khususnya sektor publik berjalan sangat lambat. Sampai dengan tahun 2004 Indonesia masih menggunakan sistem pencatatan single-entry.

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH ANALISA LAPORAN KEUANGAN

TUGAS MAKALAH ANALISA LAPORAN KEUANGAN TUGAS MAKALAH ANALISA LAPORAN KEUANGAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisa laporan keuangan Nama : Febri Jaya Rizki Nim :1210307038 VI/MKS/A Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

Lebih terperinci

Daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan. keuangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada

Daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan. keuangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengelolaan Keuangan Daerah Berdasarkan Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemerintah Daerah Sebagai Entitas Pelaporan Dan Entitas Akuntansi bahwa: Dalam pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (2005:19) menyatakan entitas pelaporan keuangan adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Daerah 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Laporan keuangan SKPD merupakan suatu hasil dari proses pengidentifikasian,

Lebih terperinci

UU no 17 tahun 2003 tentang keuangan negara UU no 1 tahun 2004 perbendaharaan negara UU no15 tahun 2004 tentang PPTKN UU no 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi tata kelola pemerintah. Khususnya mengenai aset tetap, hal ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. reformasi tata kelola pemerintah. Khususnya mengenai aset tetap, hal ini sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbaikan dalam pengungkapan terkait akun dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah/Pusat (LKPD/LKPP) telah menjadi bagian penting dari agenda reformasi tata kelola

Lebih terperinci

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG Sumber gambar span.depkeu.go.id I. PENDAHULUAN Reformasi keuangan negara di Indonesia yang ditandai dengan lahirnya paket

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Keuangan Pemerintah Daerah Indonesia mengalami perubahan yang signifikan dalam hubungan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan negara mensyaratkan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum UU No.17 tahu 2003, pengelolaan keuangan negara dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum UU No.17 tahu 2003, pengelolaan keuangan negara dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebelum UU No.17 tahu 2003, pengelolaan keuangan negara dilakukan dengan pencatatan tunggal (single entry), dengan menggunakan Cash basis. Sehingga tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, pemerintah Indonesia berusaha untuk mewujudkan tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, pemerintah Indonesia berusaha untuk mewujudkan tata kelola 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memajukan pembangunan masyarakat yang makmur dan sejahtera, pemerintah Indonesia berusaha untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan laporan keuangan, yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 40/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI Pemerintah Kabupaten Pemalang @2014 BUPATI PEMALANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori entitas yang dikemukakan oleh Paton menyatakan bahwa organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori entitas yang dikemukakan oleh Paton menyatakan bahwa organisasi 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Entitas Teori entitas yang dikemukakan oleh Paton menyatakan bahwa organisasi dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertuang dalam pasal 32 ayat (1) yang berbunyi: UU No. 17 Tahun 2003 juga mengamanatkan setiap instansi pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertuang dalam pasal 32 ayat (1) yang berbunyi: UU No. 17 Tahun 2003 juga mengamanatkan setiap instansi pemerintah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara merupakan awal dalam perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam pasal 32

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI PMK 76 /PMK.05/2008 tentang PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENIMBANG (a) dalam rangka pelaksanaan pengembangan dan penerapan sistem akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas. pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas. pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian pertanggungjawaban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntabilitas laporan keuangan merupakan syarat terciptanya penyelenggaraan pemerintah yang baik, demokratis amanah. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan 24 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan 2.1.1.1 Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 pasal 1 ayat (3) tentang standar akuntansi

Lebih terperinci

AKUNTANSI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PUBLIK (SEBUAH TANTANGAN) OLEH : ABDUL HAFIZ TANJUNG,

AKUNTANSI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PUBLIK (SEBUAH TANTANGAN) OLEH : ABDUL HAFIZ TANJUNG, AKUNTANSI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PUBLIK (SEBUAH TANTANGAN) OLEH : ABDUL HAFIZ TANJUNG, SE.,M.Si.,Ak. (Dosen Universitas Nasional Pasim) PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia telah melakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan 88 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1 Kesimpulan Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan Lampung dari laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan partisipan yang memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era otonomi terjadi pergeseran wewenang dan tanggung jawab dalam pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi daerah memberikan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN TAHUN 2014

LAPORAN KEUANGAN DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN Jl. Letjend. S. Parman No. 23 Tep./Fax : (281) 89111 Purbalingga 53317 LAPORAN KEUANGAN DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan A.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan akuntansi di instansi-instansi pemerintahan di Indonesia sudah mulai menjadi keharusan dan tuntutan jaman seiring dengan tuntutan reformasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang selanjutnya telah digantikan oleh Undang- Undang Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018 GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG GUBERNUR

Lebih terperinci

PELAKSANAAN EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH

PELAKSANAAN EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

STRATEGI PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2015

STRATEGI PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2015 KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA STRATEGI PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2015 oleh: DIREKTUR PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TANGGAL CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne

2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne No.532, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Likuidasi Entitas Akuntansi. Entitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaporan keuangan membantu memenuhi kewajiban pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaporan keuangan membantu memenuhi kewajiban pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaporan keuangan membantu memenuhi kewajiban pemerintah untuk menjadi akuntabel secara publik. Untuk pelaporan keuangan kepada masyarakat, hanya dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah berdasarkan azas otonomi. Regulasi yang mendasari otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. daerah berdasarkan azas otonomi. Regulasi yang mendasari otonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tahun 1999, Indonesia telah menyelenggarakan pemerintahan daerah berdasarkan azas otonomi. Regulasi yang mendasari otonomi daerah tersebut ialah Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Demak, dkk. (2014) tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Demak, dkk. (2014) tentang 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai rujukan penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Demak, dkk. (2014) tentang

Lebih terperinci

EVALUASI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA SURABAYA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 71 TAHUN 2010

EVALUASI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA SURABAYA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 71 TAHUN 2010 1 EVALUASI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA SURABAYA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 71 TAHUN 2010 Wasik Nista Rintiani Universitas Negeri Surabaya Wawa.ciek@gmail.com Abstract Government

Lebih terperinci

BAB III AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

BAB III AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH BAB III AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH A. KETENTUAN UMUM Dalam Bab ini yang dimaksud dengan: 1. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah dan desentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara. Awalnya, para pendiri Negara ini percaya bentuk terbaik untuk masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara. Awalnya, para pendiri Negara ini percaya bentuk terbaik untuk masyarakat BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini, Indonesia memasuki era baru sehubungan bentuk negara. Awalnya, para pendiri Negara ini percaya bentuk terbaik untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 tidak hanya dibidang Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi ini dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun 2003 2004 pemerintah melakukan perombakan peraturan keuangan Negara, Pemerintah bersama dengan DPR mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB XVIII CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB XVIII CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB XVIII CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Setiap Entitas pelaporan diharuskan menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) sebagai bagian yang terpisahkan dari Laporan Keuangan untuk tujuan umum. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu atau berita apa pun semakin mudah diketahui oleh masyarakat di sudut-sudut terpencil

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA

ANALISIS PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA EXECUTIVE SUMMARY ANALISIS PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA (Studi Kasus pada Provinsi Jawa Barat dan Banten) Venti Eka Satya, S.E., MSi.,

Lebih terperinci

Regulasi & Standar Akuntansi SEKTOR PUBLIK. Agus Widarsono, SE.,M.Si, Ak

Regulasi & Standar Akuntansi SEKTOR PUBLIK. Agus Widarsono, SE.,M.Si, Ak Regulasi & Standar Akuntansi SEKTOR PUBLIK KEBUTUHAN REGULASI DAN STANDAR DI SEKTOR PUBLIK INFORMASI MEWUJUDKAN TRANSPARANSI AKUNTABILITAS PUBLIK KEBUTUHAN REGULASI DAN STANDAR DI SEKTOR PUBLIK ORGANISASI

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN LAMPIRAN B.V : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 05 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan

Lebih terperinci

-1- CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

-1- CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN -1- LAMPIRAN IX PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENDAHULUAN 1. Tujuan Tujuan kebijakan akuntansi

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH. RSUD Dr. MOEWARDI. Jl. Kol. Sutarto 132 Telp Fax Surakarta CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH. RSUD Dr. MOEWARDI. Jl. Kol. Sutarto 132 Telp Fax Surakarta CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RSUD Dr. MOEWARDI Jl. Kol. Sutarto 132 Telp. 634634 Fax. 637412 Surakarta 57126 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi politik di tanah air. Walaupun masih dalam batas-batas tertentu, perubahan ini

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi politik di tanah air. Walaupun masih dalam batas-batas tertentu, perubahan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi 1998 telah membawa perubahan yang signifikan dalam kehidupan ekonomi politik di tanah air. Walaupun masih dalam batas-batas tertentu, perubahan ini sedikit

Lebih terperinci

BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN

BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN A. UMUM Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan gabungan dari seluruh laporan keuangan PPKD dan laporan keuangan SKPD menjadi satu laporan keuangan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 25, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan keuangannya sesuai dengan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti ingin memilki tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata kelola tersebut perlunya sistem

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 04 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 04 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 04 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TUJUAN Tujuan Pernyataan Standar Catatan atas Laporan Keuangan adalah mengatur penyajian dan pengungkapan yang diperlukan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN 154 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Volume 9 Nomor 2, Desember 2012 ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN Dyah Setyaningrum Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, yang selama ini menganut sistem sentralistik berubah menjadi sistem desentralistik

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Berbasis Kas dan Akuntansi Berbasis Akrual

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Berbasis Kas dan Akuntansi Berbasis Akrual BAB. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuntansi Berbasis Kas dan Akuntansi Berbasis Akrual 2.1.1. Akuntansi Berbasis Kas. Akuntansi berbasis kas menurut Bastian (2001) adalah mengakui dan mencatat transaksi keuangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA of PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 0 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal ayat () Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini reformasi pengelolaan keuangan negara masih terus dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan agar amanat yang tertuang dalam pasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri dari ribuan pulau dengan budaya, sosial dan kondisi perekonomian yang berbeda antar masing-masing daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kewajiban penyelenggaraan Pemerintahan Daerah telah diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah termasuk dalam hal pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk menyelengggarakan pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dalam penyusunan laporan keuangan serta tujuan dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kualitatif 1. Laporan Keuangan Laporan Keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan disusun dan disediakan sebagai sarana informasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR Proses Pelaporan Keuangan Urutan siklus akuntansi menurut Indra Bastian (2005) adalah sebagai berikut:

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR Proses Pelaporan Keuangan Urutan siklus akuntansi menurut Indra Bastian (2005) adalah sebagai berikut: 9 BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. Proses Pelaporan Keuangan Urutan siklus akuntansi menurut Indra Bastian (2005) adalah sebagai berikut: a. pencatatan bukti-bukti pembukuan dalam buku jurnal. Transaksi yang

Lebih terperinci

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH LAMPIRAN A : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH A. PENDAHULUAN TUJUAN 1. Kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK RI diamanatkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK RI diamanatkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah (LKPD) merupakan suatu upaya nyata mewujudkan transparansi dan akuntabilitas di lingkungan pemerintah. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desentralisasi adalah salah satu sistem administrasi pemerintahan, dalam banyak hal tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu negara. Sejarah mencatat desentralisasi

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 04 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 04 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN LAMPIRAN VI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL 13 JUNI 2005 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 04 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Paragraf-paragraf yang ditulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah satu reformasi yang dilakukan adalah peralihan akuntansi pemerintah yang berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi seluruh lapisan masyarakat, dan tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 11-B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci