2.1 ELEKTROKARDIOGRAF (EKG)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2.1 ELEKTROKARDIOGRAF (EKG)"

Transkripsi

1 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini dibahas mengenai teori yang mendukung dalam pembuatan Proyek Akhir. Materi yang akan di bahas adalah elektrokardiograf, operational amplifier, filter, mikrokontroler, Wi-Fi, dan I to V converter. 2.1 ELEKTROKARDIOGRAF (EKG) Elektrokardiograf (EKG) adalah sebuah alat kesehatan yang digunakan untuk mendeteksi sinyal potensial listrik pada jantung manusia. EKG merupakan salah satu bentuk pemeriksaan laboratorium yang membantu dalam mendiagnosis penyakit jantung, dan juga sebagai metoda untuk mempelajari kerja otot jantung sehingga dapat membantu diagnosis abnormalitas jantung atau perubahan fungsi jantung. [7] Gelombang EKG Gelombang EKG biasanya direkam pada kertas grafik seperti terlihat pada Gambar 2.1. Pada gambar tersebut terdapat dua jenis kotak, yaitu kotak besar yang bergaris tebal dan kotak kecil yang bergaris tipis. Kotak kecil mempunyai ukuran 1mm x 1mm dan kotak besar mempunyai ukuran 5mm x 5mm. Dalam EKG ada dua variabel yang digunakan, yaitu variabel waktu dan variabel tegangan. Variabel waktu dinyatakan dalam sumbu mendatar (horizontal) dan variabel tegangan dalam sumbu tegak (vertical). Skala untuk variabel waktu adalah 0,04s/mm atau 25mm/s. Skala untuk tegangan adalah 0,1mv/mm atau 10mm/mV. [6]

2 Gambar 2.1 Kertas Rekaman Sinyal EKG [6] Tiap siklus gelombang EKG terdiri atas beberapa gelombang yang diberi nama berdasarkan definisi sebagai berikut: A. Gelombang P Gelombang P merupakan defleksi positif pertama sebelum kompleks QRS interval PR yang diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan defleksi garis isoelektrik berikutnya. Interval ini adalah waktu yang diperlukan impuls listrik dikonduksikan melalui atrium dan simpul AV sampai mulai timbul depolarisasi ventrikel. [6] B. Kompleks QRS Kompleks QRS terdiri atas tiga gelombang yaitu gelombang Q, R, dan S. Gelombang Q adalah defleksi negatif pertama sesudah interval PR. Gelombang R adalah defleksi positif pertama sesudah gelombang P. Gelombang S adalah defleksi negatif yang menyertai gelombang R. Pengukuran kompleks QRS di mulai dari permulaan gelombang Q atau gelombang R jika gelombang Q tidak ada sampai gelombang S mencapai garis isoelektrik atau tempat dimana gelombang S akan mencapai garis isoelektrik jika garis ini tidak melengkung ke dalam segmen ST. Segment ST adalah bagian garis yang berlanjut dari ujung gelombang S sampai permulaan gelombang T. C. Gelombang T Gelombang T adalah defleksi (bisa positif atau negatif) yang mengiringi segment ST. [6] 8

3 Untuk pembacaan gelombang EKG dapat dilakukan oleh para ahli di bidang medis atau dokter ahli jantung, sehingga tidak terjadi kesalahan ketika mendiagnosa penyakit jantung dari bentuk sinyal EKG Titik-Titik Sadapan Rekaman EKG diperoleh dengan pemasangan elektroda-elektroda di kulit pada tempat-tempat tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat penting diperhatikan karena penempatan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda. Terdapat 3 jenis sandapan (lead) pada EKG, yaitu : A. Sadapan Precordial Sadapan Precordial merupakan sadapan V 1, V 2, V 3, V 4, V 5, dan V 6 yang ditempatkan secara langsung di dada. Gamabr 2.2 Sadapan Precordial [10] 1. Sadapan V 1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum. 2. Sadapan V 2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum. 3. Sadapan V 3 ditempatkan di antara sadapan V 2 dan V Sadapan V 4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea (sekalipun detak apeks berpindah). 5. Sadapan V 5 ditempatkan secara mendatar dengan V 4 di linea axillaris anterior. 6. Sadapan V 6 ditempatkan secara mendatar dengan V 4 dan V 5 di linea midaxillaris. 9

4 B. Sadapan Bipolar Sadapan Bipolar atau sering disebut sadapan Einthoven adalah sadapan yang merekam perbedaan potensial dari dua elektroda yang ditandai dengan angka romawi I, II dan III. Sandapan I Sandapan II Sandapan III : Merekam perbedaan potensial antara tangan kanan (RA) yang bermuatan negatif (-) dan tangan kiri yang bermuatan positif (+). : Merekam perbedaan potensial antara tangan kanan yang bermuatan (-) dengan kaki kiri (LF) yang bermuatan (+) : Merekam perbedaan potensial antara tangan kiri (LA) yang bermuatan (-) dan kaki kiri yang bermuatan (+). Gambar 2.3 Sadapan Bipolar [10] 10

5 C. Sandapan Unipolar Gambar 2.4 Sandapan Unipolar [10] avr : Merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA) yang bermuatan (+) dengan elektroda yang bermuatan negatif (-) gabungan tangan kiri dan kaki kiri yang membentuk elektroda indifiren. avl : Merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) yang bermuatan (+) dengan elektroda yang bermuatan negatif (-) gabungan tangan kanan dan kaki kiri yang membentuk elektroda indifiren. avf : Merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) yang bermuatan (+) dengan elektroda yang bermuatan (-) dari gabungan tangan kanan dan kaki kiri yang membentuk elektroda indifiren. Bila digabungkan dari ketiga sandapan yang ada di atas, maka akan tampak seperti pada Gambar 2.5 di bawah ini yang biasa disebut sebagai sandapan lengkap dua belas lead atau ECG 12 LEAD. 11

6 Gambar 2.5 Sadapan Lengkap 12 Lead [10] Pada Gambar 2.5 tampak Sandapan Precordial dengan lead V 1, V 2, V 3, V 4, V 5, V 6 Sandapan Bipolar dengan lead I, lead II, lead III, dan Sandapan Unipolar dengan lead avr, avl, avf [10] Elektroda EKG Fungsi dasar dari elektroda adalah untuk menangkap sinyal listrik jantung dari tubuh dengan dipasangkan pada bagian titk-titik sadapan yang sesuai. Elektroda ini dipakai dengan menggunakan interface jelly electrode-electrolyte sehingga mengurai efek dari noise akibat pergerakan badan atau gesekan antara elektroda dengan kulit. Dengan menggunakan elektroda Ag/AgCl yang dapat mengurangi noise frekuensi rendah pada sinyal EKG yang terjadi karena pergerakan atau gesekan dengan kulit. Gambar 2.6 menampilkan bentuk dari elektroda disposable yang biasa di pakai pada bagian dada dan punggung. Gambar 2.6 Elektroda Disposable [9] Selain jenis elektroda disposable, terdapat juga jenis elektroda yang di pakai dibagian pergelangan tangan dan kaki. Jenis elektroda yang digunakan 12

7 untuk menyadap sinyal EKG di pergelangan tangan dan kaki adalah jenis limb clamp seperti terlihat pada Gambar 2.7 dibawah ini. Gambar 2.7 Limb Clamp Elektroda [7] 2.2 OPERASIONAL AMPLIFIER Operational Amplifier atau di singkat Op-Amp merupakan salah satu komponen elektronika analog yang sering digunakan dalam berbagai aplikasi rangkaian elektronika. Aplikasi Op-Amp yang paling sering dipakai antara lain yaitu rangkaian inverting, non inverting, integrator, dan differentiator. Op-Amp ideal pada dasarnya adalah sebuah penguat diferential yang memiliki dua input. Input Op-Amp ada yang dinamakan input inverting dan non inverting. Op-Amp ideal memiliki penguatan open loop yang tak terhingga besarnya. Penguatan yang sangat besar ini membuat Op-Amp menjadi tidak stabil dan penguatannya menjadi tidak terukur (infinite). Maka dari itu diperlukan rangkaian negatif feedback sehingga Op-Amp dapat dirangkai menjadi penguat dengan nilai penguatan yang terukur (finite). Supply Voltage + Inverting Input - Output Non Inverting Input + Supply Voltage - Gambar 2.8 Operasional Amlpifier Penguat operasional banyak digunakan dalam berbagai aplikasi karena beberapa keunggulan yang dimilikinya, seperti penguatan yang tinggi, impedansi 13

8 input yang tinggi, impedansi output yang rendah, dan lain sebagainya. Karakteristik dari Op-Amp ideal adalah sebagai berikut: 1. Penguatan tegangan lingkar terbuka (open-loop voltage gain) A VOL = 2. Tegangan ofset output (output offset voltage) V OO = 0 Volt 3. Impedansi input (input impedance) Z I = Ω 4. Impedansi output (output Impedance) Z O = 0 Ω 5. Lebar pita (band width) BW = Hz 6. Waktu tanggapan (respon time) = 0 Detik 7. Karakteristik tidak berubah dengan suhu Penguat Penjumlah (Summing Amplifier) Rangkaian penguat penjumlah (summing amplifier) berfungsi menjumlahkan sinyal-sinyal input-nya. Besar tegangan output dari rangkaian summing amplifier adalah jumlah semua tegangan input dikalikan dengan besar penguatannya. Gambar 2.9. memperlihatkan konfigurasi dari rangkaian summing amplifier dengan tiga sinyal input. Vin 1 VCC Vin 2 Vin 3 Rin 1 Rin 2 Rin Output Ri Rf Gambar 2.9 Rangkaian Summing Amplifier Tiga Input Besar tegangan output dari rangkaian summing amplifier dapat dituliskan pada Persamaan 2.1 berikut: Vo = ( (V in1 + V in2 + V in3 ) (2.1) Penguat Biopotensial Aktivitas listrik dari sel-sel yang ada di dalam tubuh menimbulkan sinyal listrik yang disebut sinyal biopotensial. Untuk mengambil sinyal bipotensial digunakan transduser yang disebut elektroda. Elektroda berfungsi sebagai kopling dan antarmuka antara sistem kelistrikan di dalam tubuh dan sistem kelistrikan di 14

9 luar tubuh. Output dari transduser sudah berupa tegangan listrik, tetapi level-nya masih relatif kecil sehingga masih belum bisa digunakan untuk menggerakkan bagian output suatu instrumen medic. Untuk memperbesar sinyal biopotensial tersebut diperlukan suatu penguat yang memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya sebagai berikut: Berupa penguat differential dengan CMRR yang tinggi. Mempunyai impedansi input yang besar. Penguatannya dapat diatur dengan mudah tanpa mempengaruhi nilai CMRR. [3] Rangkaian Penguat Differential Penguat differential mempunyai kemampuan menghilangkan sinyal mode common sehingga dapat mengurangi pengaruh noise atau interferensi yang menganggu sinyal input-nya. Noise atau interferensi yang menganggu sinyal input dapat dikurangi pengaruhnya dengan cara memasukkan noise ke dalam penguat differential dalam bentuk mode common, sementara sinyal input-nya dimasukkan ke penguat dalam bentuk mode differential. Dengan demikian, sinyal input akan diperkuat dengan penguatan mode differential yang nilainya relatif besar, sedangkan noise akan diperkuat dengan penguatan mode common yang nilainya relatif kecil. Pada saat keluar dari penguat differential, sinyal input mempunyai nilai yang jauh lebih besar dibanding dengan noise sehingga pengaruh noise tersebut dapat diabaikan. [1] Karena sifatnya yang dapat mengurangi sinyal noise, maka penguat differential dapat digunakan untuk penguat sinyal EKG. Rangkaian penguat differential diperlihatkan seperti pada Gambar R5 Vx V 2D - R6 V 1D + R3 Vo R4 Gambar 2.10 Penguat Differential 15

10 Hubungan antara tegangan output dan tegangan input penguat differential dapat diuraikan sebagai berikut. Dengan menganggap Op-Amp tersebut ideal, maka persamaan arus simpul pada terminal input negatif dapat dituliskan seperti pada Persamaan 2.2 dibawah ini: = (2.2) Persamaan ini dapat diatur kembali menjadi seperti Persamaan 2.3 dibawah ini: - Vx ) = (2.3) Tegangan pada simpul input positif sama dengan tegangan pada simpul input negatif yaitu V X yang dapat diperoleh dengan menggunakan prinsip rangkaian pembagi tegangan seperti pada Persamaan 3.4 berikut ini: Vx = V 1D (2.4) Substitusi Persamaan (2.3) dengan Persamaan (2.4) menghasilkan Persamaan 2.5 sebagai berikut: V 1D ( ) = (2.5) Maka nilai Vo akan diperoleh seperti pada Persamaan 2.6: Vo = (V 1D - V 2D ) (2.6) Bila rangkaian penguat differential dalam keadaan setimbang, yaitu dengan membuat seperti Perssamaan 2.7: = 1 (2.7) Maka diperoleh tegangan output rangkaian penguat differential seperti pada Persamaan 2.8: Vo = (V 1D V 2D ) (2.8) Persamaan (2.8) memperlihatkan penguat akan memperkuat sinyal mode differential (selisih tegangan pada inputnya) dengan penguatan sebesar R5/R6 dan memperkuat sinyal mode common (rata-rata tegangan pada inputnya) dengan penguatan yang kecil (idealnya sama dengan nol). Dengan demikian, hanya sinyal 16

11 mode differential saja yang muncul pada output penguat, sedangkan sinyal mode common-nya telah dihilangkan. Penguat differential juga memiliki kekurangan, yaitu impedansi input-nya relatif kecil dan nilai penguatannya sulit diubah tanpa mempengaruhi kemampuannya dalam menghilangkan sinyal mode common. Impedansi input yang tinggi diperlukan untuk mengurangi pengaruh pembebanan pada sinyal output elektroda. Karena adanya pembebanan maka sinyal input akan menjadi hilang. Untuk mengatasi hal ini maka di depan penguat differential ditambahkan sebuah rangkaian penguat penyangga Rangkaian Penguat Penyangga Rangkaian penguat penyangga yang digunakan harus mempunyai impedansi input yang besar dan menggunakan konfigurasi penguat differential. Agar memiliki impedansi input yang sangat besar, maka digunakan penguat noninverting, dan supaya bersifat differential maka digunakan dua buah penguat noninverting yang digabung menjadi satu [1]. Rangkaian penguat penyangga seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.11 V2 Non-Inverting Amplifier + - V 2D R1 R2 VA R1 R2 V1 - + Non-Inverting Amplifier V 1D Gambar 2.11 Rangkaian Penguat Penyangga Untuk Penguat Differential Analisis rangkaian penguat penyangga dapat diuraikan sebagai berikut. Dengan menganggap Op-Amp tersebut ideal maka persamaan arus pada simpul input negatif Op-Amp yang atas dapat dituliskan seperti pada Persamaan 2.9: 17

12 = (2.9) Bila diatur persamaan 2.9 maka akan diperoleh Persamaan 2.10: V 2D = V 2 V A (2.10) Dengan cara yang serupa maka untuk rangkaian Op-Amp yang bagian bawah akan diperoleh seperti pada Persamaan 2.11: V 1D = V 1 V A (2.11) Persamaan (2.10) dan (2.11) merupakan tegangan output pada tiap-tiap terminal output Op-Amp penguat penyangga. Dengan menggabungkan rangkaian penguat differential dan rangkaian penguat penyangga, maka akan diperoleh sebuah penguat differential yang mempunyai impedansi input yang sangat besar dan nilai penguatannya dapat diubah dengan mudah tanpa mempengaruhi kemampunannya dalam menghilangkan sinyal mode common. Gabungan kedua rangkaian penguat ini dapat disebut sebagai penguat instrumentasi (instrumentation amplifier). Rangkaian penguat instrumentasi terlihat pada Gambar 2.12 dibawah ini: Non-Inverting Amplifier V2 + - R6 R5 R2 R1 R1 - + Differensial Amplifier Vo R2 - V1 + R3 R4 Non-Inverting Amplifier Gambar 2.12 Rangkaian Penguat Instrumentasi 18

13 Analisis rangkaian penguat instrumentasi dalam Gambar 2.11 dapat dilakukan sebagai berikut. Tegangan output penguat tersebut dapat diperoleh dari substitusi Persamaan (2.8) dengan Persamaan (2.10) dan (2.11), yang menghasilkan Persaam 2.12 dibawah ini: Vo = [ V 1 V A ( V 2 V A )] (2.12) Bila disederhanakan Persamaan 2.12 diatas maka akan menjadi Persamaan 2.13: Vo = ( )(V 1 V 2 ) = (1+ )(V 1 V 2 ) (2.13) Dua resistansi R 1 yang terhubung seri tersebut dapat digantikan dengan sebuah resistansi tunggal, misalnya menjadi RG dengan: RG = 2R 1 atau: R 1 = RG/2 sehingga Persamaan 2.13 dapat dituliskan kembali menjadi seperti pada Persamaan 2.14 berikut ini: Vo = (1+ )(V 1 -V 2 ) = (1+ )(V 1 -V 2 ) (2.14) Dari Persamaan (2.14) terlihat bahwa tegangan output penguat instrumentasi merupakan hasil penguatan terhadap selisih tegangan pada input penguat penyangga, dan nilai penguatan dapat diubah dengan mengubah perbandingan antara 2R 2 dan RG. [5] 2.3 FILTER Filter adalah suatu rangkaian yang dapat memilih sinyal listrik berdasarkan pada batasan frekuensi dari filter tersebut. Filter akan melewatkan gelombang atau sinyal listrik pada batasan frekuensi tertentu sehingga apabila terdapat sinyal atau gelombang listrik dengan frekuensi yang lain (tidak sesuai dengan spesifikasi filter), maka sinyal tersebut tidak akan dilewatkan. Rangkaian filter dapat diaplikasikan secara luas, baik untuk menyaring sinyal pada frekuensi rendah, frekuensi audio, frekuensi tinggi, atau pada frekuensi-frekuensi tertentu saja. Untuk menyaring sinyal dengan frekuensi tinggi, biasanya digunakan filter pasif LRC dimana komponennya terdiri dari induktor (L), resistor (R), dan kapasitor (C). 19

14 Untuk menyaring sinyal listrik pada rentang frekuensi yang rendah diantara 1Hz- 1MHz dibutuhkan nilai komponen induktor yang besar, sehingga dalam produksi filter dengan frekuensi rendah secara komersial sulit untuk dilakukan. Pada kasus ini filter aktif dapat menjadi solusi penting. Rangkaian filter aktif menggunakan komponen Op-Amp (operational amplifier) yang dikombinasikan dengan beberapa komponen pasif resistor dan kapasitor sehingga dapat memberikan kinerja filter pada frekuensi rendah sebaik filter LRC. Filter dapat diklafisikasikan menjadi dua yaitu filter analog dan digital. Filter analog di rancang untuk memproses sinyal analog, sedang filter digital di rancang untuk memproses sinyal analog dengan menggunakan teknik digital. Salah satu jenis filter yang digunakan pada pembuatan proyek akhir ini adalah low pass filter. Low pass filter adalah filter yang dapat meloloskan frekuensi yang berada dibawah frekuensi cut off (fc) dan meredam frekuensi diatas frekuensi cut off-nya. Frekuensi cut off dari low pass filter RC dapat dihitung dengan Persamaan 2.15 berikut ini: fc = (2.15) Rangkaian low pass filter RC dan karakteristiknya seperti terilihat pada Gambar 2.13 berikut ini: Vo (V) R -3dB V I C V O fc F (Hz) Gambar 2.13 Rangkaian Filter Low Pass dan karkteristik frekuensinya Rangkaian low pass filter RC memiliki penguatan yang konstan hingga pada frekuensi pole tertentu. Penguatan mulai menurun seiring dengan naiknya frekuensi. Pada saat penguatan menurun, rangkaian ini memiliki karakteristik sebagai integrator. Pada Gambar 2.13 diatas memperlihatkan frekuensi respon dari low pass filter orde pertama. Persamaan fungsi transfer untuk respon frekuensi low pass filter seperti pada Persamaan 2.16: 20

15 V o = (2.16) Fungsi transfer ini terberbagai atas tiga bagian, yaitu: Bila f << 1/2π RC, V o /V i = 1 atau 0 db dan sudut phasa 0 Bila f = ½ π RC, V o /V i = 0,707 θ -45 atau -3 db Bila f >> 1/2 π RC, V o /V i = (1/2 π RC) (1/1) θ -90, dimana penguatan menurun bersamaan dengan kenaikan frekuensi, pada bagian ini low pass filter berfungsi sebagai integrator. 2.4 MIKROKONTROLER Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer fungsional yang dikemas dalam sebuah chip dengan ukuran mini dan didalamya terintgrasi sebuah prosesor, memori (RAM, flash memori, dll), dan peripheral input/output. Mikrokontroler merupakan komputer dalam bentuk chip yang digunakan untuk mengontrol peralatan elektronik yang menekankan efisiensi dan efektifitas biaya. Mikrokontroler bisa juga disebut sebagai pengendali kecil, karena cara kerjanya yaitu membaca dan menulis data serta mempunyai input dan output yang dikendalikan oleh program yang dapat ditulis dan dihapus dengan cara khusus di dalam memorinya, dimana sebuah sistem elektronik yang sebelumnya banyak memerlukan komponen-komponen pendukung seperti IC TTL dan CMOS dapat direduksi atau diperkecil dan akhirnya menjadi sistem yang terpusat serta dikendalikan oleh mikrokontroler Sejarah Mikrokontroler Mikrokontroler pertama kali dikenalkan oleh Texas Instrument dengan seri TMS 1000 pada tahun 1974 yang merupakan mikrokontroler 4 bit pertama. Mikrokontroler ini mulai dibuat sejak Mikrokontroler ini merupakan mikrokomputer dalam sebuah chip, lengkap dengan RAM dan ROM. Kemudian pada tahun 1976 Intel mengeluarkan mikrokontroler yang sekarang menjadi populer dengan nama 8748 yang merupakan mikrokontroler 8 bit keluarga MCS

16 2.4.2 Manfaat Mikrokontroler Mikrokonktroler digunakan dalam produk dan alat-alat kontrol yang dikendalikan secara otomatis. Penggunaan mikrokontroler jauh lebih praktis dengan ukuran yang lebih kecil, biaya yang murah, dan konsumsi daya yang rendah dibandingkan dengan menggunakan mikroprosesor yang memerlukan memori, dan peripheral input / output yang terpisah, maka mikrokontroler jauh lehih unggul dibandingkan dengan mikroprosesor. Dengan dibuatnya mikrokontroler, segala proses kontrol elektronik menjadi lebih ekonomis. Keuntungan menggunakan mikrokontroler adalah: 1. Sistem elektronik akan menjadi lebih ringkas. 2. Rancang bangun sistem elektronik akan lebih cepat karena sebagian besar dari sistem adalah perangkat lunak yang mudah dimodifikasi. 3. Pencarian gangguan lebih mudah ditelusuri karena sistemnya yang kompak. [14] Agar sebuah mikrokontroler dapat berfungsi, maka mikrokontroler tersebut memerlukan komponen eksternal yang disebut dengan sistem minimum. Untuk membuat sistem minimum, paling minimal dibutuhkan sistem clock dan reset. Walaupun pada beberapa mikrokontroler sudah menyediakan sistem clock internal, sehingga tanpa rangkaian eksternal pun mikrokontroler sudah dapat dioperasikan Keluarga Mikrokontroler Berdasarkan perbedaan arsitekturnya, mikrokontroler terbagi menjadi dua jenis yaitu RISC dan CISC. Pembagian ini dibedakan berdasarkan pada kompleksitas instruksi-instruksinya. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1. RISC merupakan kependekan dari Reduced Instruction Set Computer. Mikrokontroler dengan arsitektur ini memiliki instruksi yang terbatas, tetapi memiliki fasilitas yang lebih banyak. 2. CISC merupakan kependekan dari Complex Instruction Set Computer. Mikrokontroler dengan arsitektur ini memiliki instruksi lebih lengkap tapi dengan fasilitas secukupnya. [14] 22

17 Selain dari jenis arsitektur, mikrokontroler juga dibedakan berdasarkan keluarga-keluarga. Perbedaannya dari setiap keluarga adalah sebagai berikut: 1. Keluarga MCS51 Mikrokonktroler ini termasuk dalam keluarga mikrokonktroler dengan arsitektur CISC. Sebagian besar instruksinya dieksekusi dalam 12 siklus clock. Mikrokontroler ini awalnya dirancang untuk aplikasi mikrokontroler chip tunggal, sebuah mode perluasan yang memungkinkan menggunakan ROM external 64KB dan RAM external 64KB yang diberikan alamat dengan cara jalur pemilihan chip yang terpisah untuk akses program dan memori data. Salah satu jenis dari keluarga MCS51 adalah Kemampuan dari mikrokontroler 8051 adalah mengizinkan operasi logika boolean tingkatan-bit dapat dilakukan secara langsung dan secara efisien dalam register internal dan RAM. Karena itulah MCS51 digunakan dalam rancangan awal PLC (Programmable Logic Control). [14] 2. AVR Mikrokonktroler Alv and Vegard s Risc processor atau disingkat AVR merupakan mikrokonktroler dengan arsitektur RISC 8 bit. Karena RISC inilah sebagian besar kode instruksinya dikemas dalam satu siklus clock. AVR adalah jenis mikrokontroler yang paling sering dipakai dalam bidang elektronika dan instrumentasi. Secara umum AVR dapat dikelompokkan dalam 4 kelas. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral dan fungsinya. Keempat kelas tersebut adalah keluarga ATTiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega dan AT86RFxx. [14] 3. PIC Mikrokontroler PIC merupakan kependekan dari Programmable Interface Controller. Tetapi pada perkembangannya berubah menjadi Programmable Intelligent Computer. PIC termasuk keluarga mikrokonktroler berarsitektur CISC yang dibuat oleh Microchip Technology. Awalnya dikembangkan oleh Divisi 23

18 Microelektronic General Instruments dengan nama PIC1640, dengan pemograman melalui hubungan serial pada komputer. [14] ADC Mikrokontroler Salah satu fasilitas dari IC mikrokontroler adalah memiliki converter analog ke digital (ADC). ADC mikrokontroler yang berfungsi untuk mengubah data analog menjadi data digital agar data analog tersebut dapat diolah oleh mikrokontroler. ADC mikrokontroler memiliki 2 karakter prinsip yaitu kecepatan sampling dan resolusi. Kecepatan sampling suatu ADC menyatakan seberapa sering sinyal analog dikonversikan ke bentuk sinyal digital pada selang waktu tertentu. Kecepatan sampling biasanya dinyatakan dalam sample per second (SPS). [13] Ada dua jenis konversi pada ADC mikrokontroler, yaitu yang pertama mode konversi tunggal (single conversion). Dalam mode ini konversi dilakukan untuk sekali pembacaan sampel tegangan input. Konversi dimulai ketika bit ADSC di-set dan bit ini tetap di-set sampai satu kali konversi selesai, setelah itu bit ini otomatis di clear CPU. Sedangkan mode yang kedua yaitu mode konversi kontinyu (free running). Dalam mode ini konversi dilakukan secara terus menerus (ADC membaca sampel tegangan input lalu dikonversi dan hasilnya ditampung di register ADCH dan ADCL secara terus menerus) [12] 2.5 Wi-Fi Wi-Fi merupakan kependekan dari Wireless Fidelity, yang memiliki pengertian sekumpulan standar yang digunakan untuk jaringan lokal nirkabel (Wireless Local Area Network-WLAN) yang didasarkan pada spesifikasi IEEE [11] Awalnya Wi-Fi ditujukan untuk penggunaan perangkat nirkabel dan Jaringan Area Lokal (LAN), namun saat ini lebih banyak digunakan untuk mengakses internet. Hal ini memungkinan seseorang dengan komputer dengan kartu nirkabel (wireless card) atau personal digital assistant (PDA) untuk terhubung dengan internet dengan menggunakan titik akses (atau dikenal dengan hotspot) terdekat. [11] 24

19 Wi-Fi dirancang berdasarkan spesifikasi IEEE Sekarang ini ada empat variasi dari , yaitu: A a B b C g D n Spesifikasi b merupakan produk pertama Wi-Fi. Variasi g dan n merupakan pengembangan dari produk sebelumnya. Berikut ini diberikan penjelasan spesifikasi Wireless Fidelity (Wi-Fi). A a IEEE a adalah sebuah teknologi jaringan nirkabel yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari standar IEEE yang asli, namun bekerja pada bandwidth 5.8 GHz dengan kecepatan maksimum hingga 54 Mbps. Metode transmisi yang digunakan adalah Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) yang mengizinkan pentransmisian data secara paralel di dalam subfrekuensi. Penggunaan OFDM memiliki keunggulan resistansi terhadap interferensi dengan gelombang lain dan tentunya peningkatan throughput. B b IEEE b merupakan pengembangan dari standar IEEE yang asli, yang bertujuan untuk meningkatkan kecepatan hingga 5.5 Mbps atau 11 Mbps tapi tetap menggunakan frekuensi 2.45 GHz. Dikenal juga dengan IEEE HR. Pada praktiknya kecepatan maksimum yang dapat diraih oleh standar IEEE b mencapai 5,9 Mbps pada protokol TCP, dan 7.1 Mbps pada protokol UDP. Standard ini sempat diterima oleh pemakai di dunia dan masih bertahan sampai saat ini. Tetapi sistem b bekerja pada band yang cukup kacau dan mudah terganggu seperti gangguan pada Cordless dan frekuensi microwave yang dapat menganggu pada daya jangkaunya. Standard b hanya memiliki kemampuan tranmisi standard dengan kecepatan 11Mbps atau rata rata 5 Mbps yang dirasakan lambat, menggandakan (turbo mode) kemampuan wireless selain lebih mahal tetapi tetap tidak mampu menandingi kemampuan tipe a dan g. 25

20 C g IEEE g adalah sebuah standar jaringan nirkabel yang bekerja pada frekuensi 2,45 GHz dan menggunakan metode modulasi OFDM g yang dipublikasikan pada bulan Juni 2003 mampu mencapai kecepatan hingga 54 Mbps pada pita frekuensi 2,45 GHz, sama seperti halnya IEEE dan IEEE b. Standar ini menggunakan modulasi sinyal OFDM sehingga lebih resistan terhadap interferensi dari gelombang lainnya. [2] D n n didasarkan pada standar 802,11 sebelumnya dengan menambahkan multiple-input multiple-output (MIMO) dan 40 MHz ke lapisan saluran fisik (PHY), dan frame agregasi ke MAC layer. MIMO adalah teknologi yang menggunakan beberapa antena untuk menyelesaikan informasi lebih lanjut secara koheren dari pada menggunakan satu antena. Dua manfaat penting MIMO adalah menyediakan keragaman antenna dan spasial multiplexing untuk n. Kemampuan lain teknologi MIMO adalah menyediakan Spatial Division Multiplexing (SDM). SDM secara spasial multiplexer beberapa stream data independent di-transfer secara serentak dalam satu saluran spektral bandwidth. MIMO SDM dapat meningkatkan throughput data seperti jumlah dari pemecahan stream data spatial yang ditingkatkan. Setiap aliran spasial membutuhkan antena yang terpisah baik pada pemancar dan penerima. Di samping itu, teknologi MIMO memerlukan rantai frekuensi radio yang terpisah dan analog-ke-digital converter untuk masing-masing antena MIMO yang merubah biaya pelaksanaan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan sistem non-mimo. Untuk spesifikasi Wi-Fi seperti pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Spesifikasi Wi-Fi Spesifikasi Kecepatan Frekuensi Band Cocok dengan a 54 Mbps ~2.4 GHz a b 11 Mbps ~2.4 GHz b g 54 Mbps ~2.4 GHz b, g n 100 Mbps ~5 GHz b, g, n 26

21 2.6 I TO V CONVERTER Converter arus ke tegangan merupakan rangkaian untuk mengubah arus listrik menjadi tegangan, bila terjadi perubahan arus maka tegangan juga akan berubah. Untuk membuat rangkaian pengkonversi arus ke tegangan dapat menggunakan komponen pasif resistor. Sesuai dengan hukum Ohm bahwa besar arus listrik yang mengalir dalam sebuah konduktor berbanding lurus dengan besar tegangannya. Atau dapat dituliskan dalam Persamaan 2.17 sebagai berikut: V= I R (2.17) Dimana V = Tegangan I = Besar kuat arus R = Resistansi konduktor Berdasarkan persamaan diatas, maka dapat digambarkan kurva perbandingan arus dan tegangan sebagai berikut: Current (A) Resistance (Ω) Voltage (V) Gambar 2.14 Perbandingan Arus Terhadap Tegangan 27

22 Gambar 2.15 Rangkaian Konverter Arus Ke Tegangan Besar tegangan pada beban akan sama dengan besar hambatan beban dikalikan dengan arus beban, dan besar tegangan pada resistansi sama dengan besar arus resistansi dikalikan dengan besar hambatan resistansi. Jadi bila arus sumber turun, maka tegangan pada beban juga akan turun. 28

Percobaan 2 I. Judul Percobaan Sistem Kendali Digital Berbasis Mikrokontroler

Percobaan 2 I. Judul Percobaan Sistem Kendali Digital Berbasis Mikrokontroler Percobaan 2 I. Judul Percobaan Sistem Kendali Digital Berbasis Mikrokontroler II. Tujuan Percobaan 1. Mahasiswa memahami pemrograman dasar mikrokontroler 2. Mahasiswa memahami fungsi dan prinsip kerja

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, pembuatan alat dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Medan Magnet Medan Magnet, dalam ilmu Fisika, adalah suatu medan yang dibentuk dengan menggerakan muatan listrik (arus listrik) yang menyebabkan munculnya gaya di muatan listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) 1.2 Alat Alat Yang Digunakan Kit praktikum karakteristik opamp Voltmeter DC Sumber daya searah ( DC

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi 1 OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi Operasional Amplifier (OP-AMP) 2 Operasi Amplifier adalah suatu penguat linier dengan penguatan tinggi. Simbol 3 Terminal-terminal luar di samping power

Lebih terperinci

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING 2.1 Pendahuluan Signal Conditioning ialah operasi untuk mengkonversi sinyal ke dalam bentuk yang cocok untuk interface dengan elemen lain dalam sistem kontrol. Process

Lebih terperinci

Bab III. Operational Amplifier

Bab III. Operational Amplifier Bab III Operational Amplifier 30 3.1. Masalah Interfacing Interfacing sebagai cara untuk menggabungkan antara setiap komponen sensor dengan pengontrol. Dalam diagram blok terlihat hanya berupa garis saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang pesat mempermudah manusia dalam mencapai kebutuhan hidup. Hal tersebut telah merambah segala bidang termasuk dalam bidang kedokteran.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran resistivitas dikhususkan pada bahan yang bebentuk silinder. Rancangan alat ukur ini dibuat untuk mengukur tegangan dan arus

Lebih terperinci

TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu:

TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu: TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu: Menggunakan rumus-rumus dalam rangkaian elektronika untuk menganalisis rangkaian pengkondisi sinyal pasif Menggunakan kaidah, hukum, dan rumus

Lebih terperinci

1. Input Device (Alat Masukan) Adalah perangkat keras komputer yang berfungsi sebagai alat untuk memasukan data atau perintah ke dalam komputer

1. Input Device (Alat Masukan) Adalah perangkat keras komputer yang berfungsi sebagai alat untuk memasukan data atau perintah ke dalam komputer Komputer terapan jaringan adalah sekelompok komputer rekayasa (terapan) yang saling berhubungan antara satu dengan lainnya menggunakan protokol komunikasi melalui media komunikasi sehingga dapat saling

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUATAN BIOPOTENSIAL DENGAN REDUKSI INTERFERENSI GANGGUAN

ANALISIS PENGUATAN BIOPOTENSIAL DENGAN REDUKSI INTERFERENSI GANGGUAN ANALISIS PENGUATAN BIOPOTENSIAL DENGAN REDUKSI INTERFERENSI GANGGUAN Oleh: Moh. Imam Afandi * Abstrak Telah dilakukan analisis penguatan biopotensial dengan reduksi interferensi gangguan sinyal pada sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

BABII TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BABII TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2 2.1 Tinjauan Pustaka Adapun pembuatan modem akustik untuk komunikasi bawah air memang sudah banyak dikembangkan di universitas-universitas di Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan ini adalah untuk menentukan spesifikasi kerja alat yang akan direalisasikan melalui suatu pendekatan analisa perhitungan, analisa

Lebih terperinci

Penguat Oprasional FE UDINUS

Penguat Oprasional FE UDINUS Minggu ke -8 8 Maret 2013 Penguat Oprasional FE UDINUS 2 RANGKAIAN PENGUAT DIFERENSIAL Rangkaian Penguat Diferensial Rangkaian Penguat Instrumentasi 3 Rangkaian Penguat Diferensial R1 R2 V1 - Vout V2 R1

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN 3.1 Perancangan Sistem Perancangan mixer audio digital terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : Perancangan rangkaian timer ( timer circuit ) Perancangan rangkaian low

Lebih terperinci

IEEE n. Mariza Azhar, Gotama Edo Priambodo, Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

IEEE n. Mariza Azhar, Gotama Edo Priambodo, Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta IEEE 802.11n Mariza Azhar, 31522 Gotama Edo Priambodo, 31807 Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta 1. Pengertian IEEE 802.11n IEEE 802.11n-2009 adalah sebuah perubahan standar jaringan nirkabel 802,11-2.007

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN SISTEM PENDETEKSI ARITMIA MENGGUNAKAN NEURAL NETWORK. Andri Iswanto

TUGAS AKHIR PERANCANGAN SISTEM PENDETEKSI ARITMIA MENGGUNAKAN NEURAL NETWORK. Andri Iswanto TUGAS AKHIR PERANCANGAN SISTEM PENDETEKSI ARITMIA MENGGUNAKAN NEURAL NETWORK Andri Iswanto 2208 100 531 Dosen Pembimbing : Dr. Tri Arief Sardjono ST.,MT. Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang sangat vital, karena jantung

I. PENDAHULUAN. Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang sangat vital, karena jantung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang sangat vital, karena jantung berfungsi untuk memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Jika terjadi gangguan pada jantung

Lebih terperinci

Penguat Inverting dan Non Inverting

Penguat Inverting dan Non Inverting 1. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian op-amp sebagai penguat inverting dan non inverting. 2. Mengamati fungsi kerja dari masing-masing penguat 3. Mahasiswa dapat menghitung penguatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. MOSFET MOSFET atau Metal Oxyde Semiconductor Field Effect Transistor merupakan salah satu jenis transistor efek medan (FET). MOSFET memiliki tiga pin yaitu gerbang (gate), penguras

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu:

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu: BAB II DASAR TEORI 2.1 Instrumentasi Pengukuran Dalam hal ini, instrumentasi merupakan alat bantu yang digunakan dalam pengukuran dan kontrol pada proses industri. Sedangkan pengukuran merupakan suatu

Lebih terperinci

Modul VIII Filter Aktif

Modul VIII Filter Aktif Modul VIII Filter Aktif. Tujuan Praktikum Praktikan dapat mengetahui fungsi dan kegunaan dari sebuah filter. Praktikan dapat mengetahui karakteristik sebuah filter. Praktikan dapat membuat suatu filter

Lebih terperinci

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER 1. Tujuan Memahami op-amp sebagai penguat inverting dan non-inverting Memahami op-amp sebagai differensiator dan integrator Memahami op-amp sebagai penguat jumlah 2. Alat

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012)

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Digital Signal Processing Pada masa sekarang ini, pengolahan sinyal secara digital yang merupakan alternatif dalam pengolahan sinyal analog telah diterapkan begitu luas. Dari

Lebih terperinci

Gambar 2.1. simbol op amp

Gambar 2.1. simbol op amp BAB II. PENGUAT OP AMP II.1. Pengenalan Op Amp Penguat Op Amp (Operating Amplifier) adalah chip IC yang digunakan sebagai penguat sinyal yang nilai penguatannya dapat dikontrol melalui penggunaan resistor

Lebih terperinci

BAB II. PENJELASAN MENGENAI System-on-a-Chip (SoC) C8051F Pengenalan Mikrokontroler

BAB II. PENJELASAN MENGENAI System-on-a-Chip (SoC) C8051F Pengenalan Mikrokontroler BAB II PENJELASAN MENGENAI System-on-a-Chip (SoC) C8051F005 2.1 Pengenalan Mikrokontroler Mikroprosesor adalah sebuah proses komputer pada sebuah IC (Intergrated Circuit) yang di dalamnya terdapat aritmatika,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin 4 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori mengenai perangkatperangkat pendukung baik perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengukuran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 205 dan tempat pelaksanaan penelitian ini di Laboratorium Elektronika Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembuluh darah secara teratur dan berulang. Letak jantung berada di sebelah kiri

I. PENDAHULUAN. pembuluh darah secara teratur dan berulang. Letak jantung berada di sebelah kiri I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jantung merupakan salah satu rongga organ berotot yang memompa darah ke pembuluh darah secara teratur dan berulang. Letak jantung berada di sebelah kiri bagian dada diantara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mikrokontroler ATmega8535 Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR (Alf and Vegard s Risc Processor) yang diproduksi oleh Atmel Corporation.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Untai Hard Clipping Aktif

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Untai Hard Clipping Aktif BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang mendasari perancangan sistem alat efek gitar drive analog dengan sistem pengontrol digital. Pada alat efek gitar drive analog dengan sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam merencanakan suatu system.

BAB II LANDASAN TEORI. pada itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam merencanakan suatu system. BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari pada itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam merencanakan suatu system. Dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di BAB III TEORI PENUNJANG 3.1. Microcontroller ATmega8 Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di dalamnya terkandung sebuah inti proccesor, memori (sejumlah kecil RAM, memori

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer).

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer). BAB II DASAR TEORI Bab ini menjelaskan konsep dan teori dasar yang mendukung perancangan dan realisasi sistem. Penjelasan ini meliputi mikrokontroler AVR, perangkat sensor, radio frequency, RTC (Real Time

Lebih terperinci

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut:

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut: BAB III PERANCANGAN Pada bab ini berisi perancangan pedoman praktikum dan perancangan pengujian pedoman praktikum dengan menggunakan current feedback op-amp. 3.. Perancangan pedoman praktikum Pada pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan Alat Simulasi Pembangkit Sinyal Jantung, berupa perangkat keras (hardware) dan perangkat

Lebih terperinci

PERTEMUAN PENGANTAR MIKROKONTROLER

PERTEMUAN PENGANTAR MIKROKONTROLER PERTEMUAN PENGANTAR MIKROKONTROLER Pendahuluan Pengertian Rangkaian Analog Rangkaian Digital Rangkaian Analog Jenis rangkaian elektronika yang dapat memproses signal yang bersifat kontinyu. Perubahan signal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di laboratorium Terpadu Teknik Elektro

III. METODE PENELITIAN. Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di laboratorium Terpadu Teknik Elektro III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di laboratorium Terpadu Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung pada bulan Desember 2013 sampai

Lebih terperinci

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL Pengkondisian sinyal merupakan suatu konversi sinyal menjadi bentuk yang lebih sesuai yang merupakan antarmuka dengan elemen-elemen lain dalam suatu kontrol proses.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dwi Harjono, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dwi Harjono, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia memiliki potensi sumber daya alamnya yang kaya akan mineral. Perkembangan sektor industri memacu pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Diagram Blok Sistem Blok diagram dibawah ini menjelaskan bahwa ketika juri dari salah satu bahkan ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat

Lebih terperinci

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA & INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA, INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Riwayat Revisi Rev. 07-06-2017

Lebih terperinci

Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan

Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan Kalau perlu mendesain sinyal level meter, histeresis pengatur suhu, osilator, pembangkit sinyal, penguat audio, penguat

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN 2.1. C-V Meter Karakteristik kapasitansi-tegangan (C-V characteristic) biasa digunakan untuk mengetahui karakteristik suatu

Lebih terperinci

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER 52150802 (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 KONSEP AKUISISI DATA DAN KONVERSI PENGERTIAN Akuisisi data adalah pengukuran sinyal elektrik dari transduser dan peralatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI NAMA : REZA GALIH SATRIAJI NOMOR MHS : 37623 HARI PRAKTIKUM : SENIN TANGGAL PRAKTIKUM : 3 Desember 2012 LABORATORIUM

Lebih terperinci

Lampiran A. Praktikum Current Feedback OP-AMP. Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate)

Lampiran A. Praktikum Current Feedback OP-AMP. Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate) Lampiran A Praktikum Current Feedback OP-AMP Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate) Waktu : 3 jam (praktikum dan pembuatan laporan) dipersiapkan oleh: Reinhard A. TUJUAN Menganalisa

Lebih terperinci

STANDARISASI FREKUENSI

STANDARISASI FREKUENSI STANDARISASI FREKUENSI WLAN-WIFI Muhammad Riza Hilmi, ST. saya@rizahilmi.com http://learn.rizahilmi.com Alasan Mengapa Perlu Standarisasi Teknologi yang dibuat secara masal. Pembuat hardware yang berbeda

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Filter Secara umum, filter berfungsi untuk memisahkan atau menggabungkan sinyal informasi yang berbeda frekuensinya. Mengingat bahwa pita spektrum elektromagnetik adalah

Lebih terperinci

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Elektronika Dasar yang diampu oleh Drs. Agus Danawan, M.Si Disusun oleh Anisa Fitri Mandagi

Lebih terperinci

Perancangan Simulator EKG (Elektronik Kardiogra) Menggunakan Software Proteus 8.0

Perancangan Simulator EKG (Elektronik Kardiogra) Menggunakan Software Proteus 8.0 Perancangan Simulator EKG (Elektronik Kardiogra) Menggunakan Software Proteus 8.0 Suroso Andrianto dan Laela Sakinah Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Multimedia Cendekia Abditama Tangerang, Indonesia

Lebih terperinci

Ditulis pada Rabu, 20 September :47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan, elektromedis

Ditulis pada Rabu, 20 September :47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan, elektromedis - V1 di garis parasternal kanan sejajar dengan ICS 4 berwarna merah Elektrokardiografi (EKG) Ditulis pada Rabu, 20 September 2017 08:47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan BAB II DASAR TEORI 2. 1 Suara Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan amplitude tertentu melalui media perantara yang dihantarkannya seperti media air, udara maupun benda

Lebih terperinci

BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog

BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog DIKTAT KULIAH Elektronika Industri & Otomasi (IE-204) BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha JURUSAN

Lebih terperinci

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER)

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER) LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER) A. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dan karakteristik rangkaian ADC 8 Bit. 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian ADC

Lebih terperinci

BABV INSTRUMEN PENGUAT

BABV INSTRUMEN PENGUAT BABV INSTRUMEN PENGUAT Operasional Amplifier (Op-Amp) merupakan rangkaian terpadu (IC) linier yang hampir setiap hari terlibat dalam pemakaian peralatan elektronik yang semakin bertambah di berbagai bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengecek alat EKG. Penulis membandingakan dengan alat simulator pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengecek alat EKG. Penulis membandingakan dengan alat simulator pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian penulis saat dilaboratorium pada 21 desember 2016 bertempat di RS PKU Muhammadiyah bahwasannya, alat simulator pasien pada

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang perancangan dan realisasi sistem dari setiap modul yang dibuat. Blok Diagram alat yang dibuat ditunjukkan oleh Gambar 3.. Penguat

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS

ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS (PEMROSESAN SINYAL ANALOG MENGGUNAKAN PENGUAT OPERASIONAL) A. PENDAHULUAN Sinyal keluaran dari sebuah tranduser atau sensor sangat kecil hampir mendekati

Lebih terperinci

JOBSHEET 9 BAND PASS FILTER

JOBSHEET 9 BAND PASS FILTER JOBSHEET 9 BAND PASS FILTER A. TUJUAN 1. Mahasiswa diharapkan mampu mengerti tentang pengertian, prinsip kerja dan karakteristik band pass filter 2. Mahasiswa dapat merancang, merakit, menguji rangkaian

Lebih terperinci

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, , 56 Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Antara Output LM 35 dengan Termometer No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0,25 25 0 2 0,26 26 0 3 0,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0,29 28 1 6

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 13 (ADC 2 Bit) I. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dan karakteristik rangkaian ADC 2 Bit. 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian ADC 2 Bit dengan

Lebih terperinci

ADC dan DAC Rudi Susanto

ADC dan DAC Rudi Susanto ADC dan DAC Rudi Susanto Analog To Digital Converter Sinyal Analog : sinyal kontinyu atau diskontinyu yang didasarkan pada waktu. Sinyal analog dapat dihasilkan oleh alam atau buatan. Contoh sinyal analog

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan sistem dan realisasi perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang mendukung alat secara keseluruhan.

Lebih terperinci

OPERATIONAL AMPLIFIERS

OPERATIONAL AMPLIFIERS OPERATIONAL AMPLIFIERS DASAR OP-AMP Simbol dan Terminal Gambar 1a: Simbol Gambar 1b: Simbol dengan dc supply Standar operasi amplifier (op-amp) memiliki; a) V out adalah tegangan output, b) V adalah tegangan

Lebih terperinci

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller Tanu Dwitama, Daniel Sutopo P. Politeknik Batam Parkway Street, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia E-mail: tanudwitama@yahoo.co.id, daniel@polibatam.ac.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEOI Simulator ECG adalah sinyal tiruan aktifitas jantung yang banyak digunakan baik oleh tenaga medis maupun teknisi lainya yang berkaitan dengan penggunaan alat perekam aktifitas listrik

Lebih terperinci

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier)

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier) P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier) 1 TUJUAN Memahami prinsip kerja Operational Amplifier.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya 10 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sensor TGS 2610 2.1.1 Gambaran umum Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran gas. Sensor ini merupakan suatu semikonduktor oksida-logam,

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol)

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrokontroler Mikrokontroler merupakan keseluruhan sistem komputer yang dikemas menjadi sebuah chip di mana di dalamnya sudah terdapat Mikroprosesor, I/O Pendukung, Memori

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perang ataupun sebagai bagian dari sistem navigasi pada kapal [1].

II. TINJAUAN PUSTAKA. perang ataupun sebagai bagian dari sistem navigasi pada kapal [1]. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Radio Detecting and Ranging (Radar) Radio Detecting and Ranging (Radar) adalah perangkat yang digunakan untuk menentukan posisi, bentuk, dan arah pergerakan dari suatu objek yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk memperoleh transmisi yang efisien dan handal. Pemodulasi yang merepresentasikan pesan yang akan dikirim, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. alat pendeteksi frekuensi detak jantung. Langkah langkah untuk merealisasikan

BAB III METODE PENELITIAN. alat pendeteksi frekuensi detak jantung. Langkah langkah untuk merealisasikan BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, akan dilakukan beberapa langkah untuk membuat alat pendeteksi frekuensi detak jantung. Langkah langkah untuk merealisasikan alat pendeteksi frekuensi detak

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Alat Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 3.1. Sinyal masukan carrier recovery yang berasal

Lebih terperinci

Telemonitoring Elektrokardiografi Portabel. Portable Electrocardiograph Telemonitoring

Telemonitoring Elektrokardiografi Portabel. Portable Electrocardiograph Telemonitoring 19 Telemonitoring Elektrokardiografi Portabel Portable Electrocardiograph Telemonitoring Uriep Suriepto, Jana Utama Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipati ukur No 112, Bandung Email : riepshean@yahoo.com

Lebih terperinci

PROCEEDING. sepeti program untuk mengaktifkan dan PENERAPAN AUTOMATIC BUILDING SYSTEM DI PPNS. menonaktifkan AC, program untuk counter

PROCEEDING. sepeti program untuk mengaktifkan dan PENERAPAN AUTOMATIC BUILDING SYSTEM DI PPNS. menonaktifkan AC, program untuk counter PROCEEDING PENERAPAN AUTOMATIC BUILDING SYSTEM DI PPNS (Sub Judul:MONITORING SISTIM PENGKONDISIAN UDARA DI LABORATORIUM REPARASI LISTRIK) Dengan meningkatnya dan semakin kompleknya persoalan penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat dewasa ini,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat dewasa ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat dewasa ini, Perkembangan teknologi berbasis mikrokontroler terjadi dengan sangat pesat dan cepat. Kemajuan

Lebih terperinci

BAB III STUDI KOMPONEN. tugas akhir ini, termasuk fungsi beserta alasan dalam pemilihan komponen. 2. Sudah memiliki Kecepatan kerja yang cepat

BAB III STUDI KOMPONEN. tugas akhir ini, termasuk fungsi beserta alasan dalam pemilihan komponen. 2. Sudah memiliki Kecepatan kerja yang cepat BAB III STUDI KOMPONEN Bab ini menjelaskan mengenai komponen apa saja yang digunakan dalam tugas akhir ini, termasuk fungsi beserta alasan dalam pemilihan komponen. 3.1 Mikrokontroler Perancangan sistem

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Jenis Mikrokontroler AVR dan spesifikasinya Flash adalah suatu jenis Read Only Memory yang biasanya diisi dengan program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [10]. Dengan pengujian hanya terbatas pada remaja dan didapatkan hasil rata-rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [10]. Dengan pengujian hanya terbatas pada remaja dan didapatkan hasil rata-rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebelumnya pernah dilakukan penelitian terkait dengan alat uji kekuatan gigit oleh Noviyani Agus dari Poltekkes Surabaya pada tahun 2006 dengan judul penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP TUJUAN Mempelajari penggunaan operational amplifier Mempelajari rangkaian rangkaian standar operational amplifier PERSIAPAN Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Strain Gauge

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Strain Gauge BAB II DASAR TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan diuraikan dasar - dasar penunjang yang diperlukan untuk merealisasikan alat

Lebih terperinci

FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT

FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT Nama : Andyka Bangun Wicaksono NRP : 22 2 111 050 23 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sistem. Blok diagram sistem dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini.

BAB III METODE PENELITIAN. sistem. Blok diagram sistem dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Blok Sistem Perancangan sistem EKG ini dimulai dengan perancangan blok diagram sistem. Blok diagram sistem dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini. Perangkat keras

Lebih terperinci

Desain dan Realisasi Perangkat Elektrokardiograf Berbasis PC Menggunakan Sound Card

Desain dan Realisasi Perangkat Elektrokardiograf Berbasis PC Menggunakan Sound Card Desain dan Realisasi Perangkat Elektrokardiograf Berbasis PC Menggunakan Sound Card Ibnu Yudha Setiadi 1, Achmad Rizal 2, Rita Magdalena 3 Jurusan Teknik Elektro STT Telkom Jalan Telekomunikasi 1, Dayeuh

Lebih terperinci

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK MODUL - 04 Op Amp Yuri Yogaswara, Asri Setyaningrum 90216301 Program Studi Magister Pengajaran Fisika Institut Teknologi Bandung yogaswarayuri@gmail.com ABSTRAK Pada percobaan praktikum Op Amp ini digunakan

Lebih terperinci

CONVERSION. 1. Analog To Digital Converter 2. Digital To Analog Converter 3. Voltage to Frequency 4. Current To Pneumatic

CONVERSION. 1. Analog To Digital Converter 2. Digital To Analog Converter 3. Voltage to Frequency 4. Current To Pneumatic CONVERSION 1. Analog To Digital Converter 2. Digital To Analog Converter 3. Voltage to Frequency 4. Current To Pneumatic Analog To Digital Converter Spesifikasi umum ADC : ADC tersedia dalam kemasan IC

Lebih terperinci

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) + PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OPAMP) Penguat operasional atau Operational Amplifier (OPAMP) yaitu sebuah penguat tegangan DC yang memiliki 2 masukan diferensial. OPAMP pada dasarnya merupakan sebuah

Lebih terperinci