5/13/2013. Tujuan. Penentuan Biaya Proses Untuk Kecacatan Normal dan Abnormal. Pengertian Kecacatan,Pengerjaan Ulang, dan Produk Sisa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5/13/2013. Tujuan. Penentuan Biaya Proses Untuk Kecacatan Normal dan Abnormal. Pengertian Kecacatan,Pengerjaan Ulang, dan Produk Sisa"

Transkripsi

1 Tujuan Penentuan Biaya Proses Untuk Kecacatan Normal dan Abnormal Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung Membedakan antara Kecacatan, pengerjaan ulang dan sisa Menjelaskan prosedur akuntansi untuk kecacatan normal dan abnormal Menghitung kecacatan pada penentuan biaya proses menggunakan metode rata-rata tertimbang, FIFO, dan Standar Pengertian Kecacatan,Pengerjaan Ulang, dan Produk Sisa Produk Cacat unit produksi (apakah sudah selesai secara penuh atau sebagian) yang tidak memehuni standar/tidak dapat diterima. Pengerjaan Ulang (Rework) unit produksi yang tidak memenuhi standar/tidak dapat diterima, kemudian diperbaiki dan dijual sebagai unit jadi yang dapat diterima. Produk Sisa (Scrap) bahan yang tersisa saat membuat suatu produk. Sisa memiliki nilai jual yang sangat rendah dibandingkan nilai jual produk. Beberapa jumlah kecacatan, pengerjaan ulang dan produk sisa tidak bisa dipisahkan dari banyak proses produksi. Contoh dalam produksi semikonduktor sangatlah rumit, sehingga sangat mungkin terdapat produk yang cacat, dan biasanya unit yang cacat tidak bisa dikerjakan ulang. Sebagai contoh dari kecacatan dan pengerjaan ulang yang timbul pada produksi alat-alat mesin yang berkualitas tinggi yang sangat presisi yang dibuat untuk memenuhi standar, tapi hanya pada biaya yang masih dapat dipertimbangkan. Perhitungan kecacatan ditujukan untuk menetapkan besarnya biaya kecacatan dan untuk membedakan jenis kecacatan. Untuk mengelola, mengendalikan dan mengurangi biaya kecacatan, perusahan perlu menyoroti pada biaya ini, bukannya tidak menghiraukannya dari biaya barang yang diproduksi. BEBERAPA JENIS KECACATAN CACAT NORMAL Cacat yang tidak dapat dihindarkan dalam proses produksi tertentu yang muncul walaupun dibawah kondisi operasi yang efisien. CACAT ABNORMAL Cacat yang tidak akan timbul dibawah kondisi operasi yang efisien. Kecacatan bukan merupakan hal yan lazim dalam proses produksi tertentu. Cacat Abnormal biasanya dianggap dapatdihindarkandan dapatdikendalikan. Kehilangan Unit Normal Unit yang hilang dapat terjadi karena penguapan, penyusutan, hasil di bawah standar. Pada umumnya, sifat operasi perusahaan akan menyebabkan kerugian NORMAL atau yang tidak dapat dielakkan. Jika kerugian seperti itu dianggap berada dalam batas toleransi yang normal untuk kesalahan manusia dan kesalahan mesin, maka biaya unit yang hilang tidak akan disajikan sebagai unsur biaya tersendiri tetapi dibebankan ke unit utuh yang tersisa LT Sarvia/

2 Kehilangan Unit Abnormal Pada kenyataannya, beberapa proses menghasilkan kebijakan cacat nol. Dalam kasus demikian, setiap kehilangan dianggap sesuatu yang abnormal. Contoh : Baju bolong, produk tidak sesuai standar, produk dicuri, kemasan produk sobek. Disini, prosedur yang digunakan kembali mencakup perhitungan biaya yang didasarkan pada produksi ekuivalen untuk unit-unit yang utuh ditambah unit yang hilang. Ilustrasi Cacat Normal dan Abnormal Mendoza Plastic yang membuat rangka plastik untuk komputer i-mac menggunakan peleburan injeksi plastik. Di bulan oktober 2002, Mendoza mengeluarkan biaya $ untuk memproduksi unit tapi kemudian hanya menghasilkan unit yang bagus dan 500 unit yang cacat. Mendoza tidak memiliki persediaan awal dan tidak ada persediaan akhir pada bulan itu. Dari 500 unit cacat, 400 diantaranya cacat karena ketidak mampuan mesin peleburan injeksi memproduksi 100% rangka yang bagus sepanjang waktu. Jadi unit ini cacat walaupun telah menjalankan mesin dengan hati-hati dan dengan efisien. 100 unit sisa cacat karena kerusakan mesin dan kesalahan operator. LT Sarvia/ Cacat Normal Cacat Normal 400 unit yang cacat karena keterbatasan mesin peleburan injeksi dan kondisi operasi yang efisien merupakan cacat yang normal. Biaya cacat normal biasanya dimasukkan sebagai komponen dari biaya unit bagus yang diproduksi karena unit yang bagus tidak dapat dibuat tanpa membuat juga beberapa unit yang cacat. Biaya perunit yang diproduksi adalah $30 ($ unit) Biaya cacat NORMAL adalah $ ($30 perunit x 400 unit). Biaya unit bagus yang diproduksi adalah $ biaya dari unit bagus itu sendiri adalah $ ($30 perunit x unit yang bagus), ditambah $ biaya kecacatan normal. Jadi biaya perunit yang bagus adalah $30,60 ($ unit) Tingkat cacat normal dihitung dengan membagi unit cacat normal dengan total unit bagus yang selesai, bukan total unit aktual yang dimulai di proses produksi. Terlihat bahwa Pada Mendoza Plastic, tingkat cacat normal adalah = 0,02 (2%), bukan = 0,0195 (1,95%). Mengapa? Karena cacat normal adalah cacat yang berhubungan dengan unit bagus yang diproduksi. Cacat Abnormal Di Mendoza, kerugian dari cacat abnormal adalah $3.000 ($30 perunit x 100 unit). Contoh Lain : TOYOTA Toyota memikirkan proses produksi mereka secara strategis. Mereka tidak melakukan proses produksi begitu saja. Lebih dari itu mereka dengan konstan merancang ulang produk dan memperbaiki proses untuk menurunkan cacat normal. Tujuannya adalah zero defect yang berarti mereka memperlakukan semua kecacatan sebagai abnormal. 2

3 SISTEM PENENTUAN BIAYA PROSES DAN KECACATAN Unit yang cacat abnormal harus dihitung dan dicatat secara terpisah. Unit cacat normal dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan unit output (fisik maupun ekuivalen) CONTOH 2 : MENGHITUNG SELURUH KECACATAN Chipmakers Inc, produsen chip komputer untuk televisi. Semua bahan langsung ditambahkan di awal proses. Untuk menyoroti isu yang timbul dengan cacat normal, kami mengasumsikan tidak ada persediaan awal dan terfokus hanya kepada biaya bahan langsung. Di Mei 2003, $ bahan langsung dimasukkan ke dalam produksi. Data produksi untuk Mei 2003 mengindikasikan unit dimulai, unit bagus di selesaikan, dan 1,000 unit cacat (semuanya cacat normal). Akhir pekerjaandalam-proses adalah 4000 unit- setiap unit 100 % selesai untuk biaya bahan langsung. Kecacatan terdeteksi diakhir penyelesaian proses. Kecacatan diasumsikan muncul diakhir proses dan unit yang cacat diasumsikan telah 100% selesai berkaitan dengan bahan langsung. Menghitung dan Membagi Biaya Unit Bahan Langsung Tabel 1 Mengakui Unit Cacat saat menghitung output diunit ekuivalen Biaya yang akan dihitung $ / Dibagi Biaya per $27 Pembagian biaya Unit bagus yang diselesaikan (5.000 x $27) $ Ditambah Kecacatan normal (1.000 x $27) $ Biaya unit bagus yang dipindahkan keluar $ Pekerjaan-dalam-proses akhir : (4.000 x $27) $ Terhitung $ Contoh 3 Perusahaan Anzio memproduksi peti kayu daur ulang pada Departemen Pembentukannya. Bahan langsung untuk produk ini ditambahkan pada permulaan siklus produksi. Biaya konversi ditambahkan secara berkala selama produksi. Beberapa unit produk ini cacat sebagai hasil dari kerusakan, yang hanya dapat dideteksi saat inspeksi dari unit jadi. Biasanya unit cacat sebesar 10 % dari unit output bagus yang telah selesai, yaitu untuk setiap 10 unit bagus diproduksi, terdapat 1 unit kecacatan normal. Ringkasan data untuk Juli 2003 adalah : Contoh 2 (2) Tabel 2 Unit Fisik untuk Juli 2003 Pekerjaan-dalam-proses, persediaan awal (1 Juli) Bahan langsung (100 % selesai) BahanKonversi (60 % selesai) Dimulai selama Juli Diselesaikan dan dipindahkan keluar di bulan Juli Pekerjaan-dalam-proses, persediaan akhir (31 Juli) Bahan langsung (100 % selesai) Bahan Konversi (50 % selesai) unit unit unit bagus unit Prosedur 5 langkah pada Bab sebelumnya hanya memerlukan sedikit modifikasi untuk mengakomodasi kecacatan Langkah 1 : Ringkas Aliran Unit Fisik Ouput. Identifikasi unit dengan kecacatan normal dan abnormal. Kecacatan = ( awal unit + unit dimulai) (Unit bagus yang dipiindahkan + akhir unit) Kecacatan = ( ) ( ) Kecacatan = Kecacatan = unit Biaya untuk Juli 2003 Pekerjaan-dalam-proses, persediaan awal Bahan langsung (1.500 x $8/unit) Bahan Konversi (900 x $10/unit) $ Penambahan biaya bahan langsung selama Juli Penambahan biaya konversi selama Juli Biaya yang akan dihitung $ Cacat normal 10 % dari unit output yang bagus yaitu 700 unit. Cacat Abnormal = Kecacatan Kecacatan Normal Cacat Abnormal = Cacat Abnormal = 300 3

4 Prosedur 5 langkah pada Bab sebelumnya hanya memerlukan sedikit modifikasi untuk mengakomodasi kecacatan Langkah 2 : Hitung Output dalam Unit Ekuivalen. Langkah 3 : Hitung Biaya Unit Ekuivalen. Langkah 4 : Ringkas Biaya yang akan dihitung. Langkah 5 : Bagikan Biaya ke unit yang selesai, dan unit yang cacat dan ke unit pada akhir pekerjaan-dalam-proses. 3 Metoda Penentuan Biaya 1. Metoda Rata-rata Tertimbang dan Kecacatan 2. Metoda FIFO dan Kecacatan 3. Metoda Penentuan Biaya Standar dan Kecacatan (Tidak dibahas) Metoda Rata-rata Tertimbang Sistem Penentuan Biaya Proses dengan Kecacatan departemen pembentukan Anzio Company Juli 2003 Tabel 3 (Panel A) langkah 1 Unit Fisik Bahan langsung Biaya konversi Pekerjaan-dalam-proses, awal Dimulai selama perode sekarang Yang akan dihitung Unit Bagus diselesaikan dan dipindahkan keluar periode ini Kecacatan normal a 700 (700 x 100%; 700 x 100%) Kecacatan abnormal b 300 (300 x 100%; 300 x 100%) Pekerjaan-dalam-proses, akhir c (2.000 x 100%; x 50%) Terhitung Pekerjaan Selesai Metoda Rata-rata Tertimbang Tabel 3 (Panel B) Biaya Produksi Biaya Bahan langsung konversi Langkah 3 Pekerjaan-dalam-proses, awal ($) Penambahan biaya di perode sekarang ($) Biaya yang terjadi Dibagi dari pekerjaan selesai Biaya pekerjaan selesai ($) 8,85 10,9 Langkah 4 Biaya yang akan dihitung a kecacatan normal adalah 10 % dari unit yang bagus yang dipindahkan keluar ; 10 % x = 700 unit. Tingkat penyelesaian di dept ini : bahan langsung 100% dan biayakonversi100% b kecacatan abnormal = total kecacatan - kecacatan normal = = 300 unit. Tingkat penyelesaian di dept ini :bahan langsung 100% dan biaya konversi 100% c Tingkat penyelesaian di dept ini :bahan langsung 100% dan biaya konversi 50% Tabel 3 (Panel C) Biaya Produksi Bahan langsung Biaya konversi Langkah 5 Penentuan biaya Unit bagus yang selesai dan dipindahkan keluar (7.000) unit Biaya sebelum ditambah kecacatan normal ($) (7.000d x$8,85) (7.000 d x$10,9) Kecacatan normal, 700 unit (700d x$8,85) (700 d x$10,9) (A) biaya unit bagus yang selesai dan dipindahkan (B)Kecacatan abnormal, 300 unit (300d x$8,85) (300 d x$10,9) Pekerjaan-dalam-proses, akhir (2.000 unit) Bahan langsung (2.000 d x$8,85) Biaya konversi (1.000 d x$10,9) (C) pekerjaan-dalam-proses, akhir (A)+(B)+(C) biaya terhitung d bahan langsung dan biaya konversi yang terhitung di panel A Metoda FIFO Sistem Penentuan Biaya Proses dengan Kecacatan departemen pembentukan Anzio Company Juli 2003 Tabel 4 (Panel A) langkah 1 Unit Fisik Bahan langsung Biaya konversi Pekerjaan-dalam-proses, awal Dimulai selama perode sekarang Yang akan dihitung Unit Bagus diselesaikan dan dipindahkan keluar periode ini Dari awal pekerjaan-dalam-proses a [1.500 x (100% - 100%); x (100% - 60%)] Dimulai dan diselesaikan b [5.500 x 100%; x 100%] Kecacatan normal c 700 (700 x 100%; 700 x 100%) Kecacatan abnormal d 300 (300 x 100%; 300 x 100%) Pekerjaan-dalam-proses, akhir e (2.000 x 100%; x 50%) Terhitung Pekerjaan Selesai

5 Metoda FIFO Sistem Penentuan Biaya Proses dengan Kecacatan departemen pembentukan Anzio Company Juli 2003 a Tingkat penyelesaian di dept ini : bahan langsung 100% dan biaya konversi 60% b unit fisik selesai dan dipindahkan dikurangi unit fisik selesai dan dipindahkan yang berasal dari persediaan awal pekerjaan-dalam-proses c Kecacatan normal adalah 10% dari unit bagus yg dipindahkan keluar : 10%x7.000=700 unit. Tingkat penyelesaian dari kecacatan normal di dept ini : bahan langsung 100% dan biaya konversi 100% d Kecacatan abnormal= total kecacatan - kecacatan normal = = 300 unit. Tingkat penyelesaian dari kecacatan abnormal di dept ini : bahan langsung 100%, biaya konversi 100% e Tingkat penyelesaian di dept ini : bahan langsung 100%, biaya konversi 50% Tabel 4 (Panel B) Metoda FIFO Biaya Biaya Produksi Bahan langsung konversi Langkah 3 Pekerjaan-dalam-proses, awal ($) Penambahan biaya di perode sekarang ($) Dibagi dari pekerjaan selesai Biaya pekerjaan selesai ($) 9 11 Langkah 4 Biaya yang akan dihitung Tabel 4 (Panel C) Biaya Biaya Produksi Bahan langsung konversi Langkah 5 Penentuan biaya Unit bagus yang selesai dan dipindahkan keluar (7.000) unit Pekerjaan-dalam-proses, awal (1.500 unit) Penambahan bahan langsung di periode ini 0 0 f x $9 Penambahan biaya konversi di periode ini f x $11 dari persediaan awal sebelum kecacatan normal Dimulai dan selesai sebelum kecacatan normal (5.500 unit) f x $ f x $ Kecacatan normal, 700 unit ( x$9) (700 d x$11) (A) biaya unit bagus yang selesai dan dipindahkan (B)Kecacatan abnormal, 300 unit (300 d x$9) (300 d x$11) Pekerjaan-dalam-proses, akhir (2.000 unit) Bahan langsung (2.000 f x$9) Biaya konversi (1.000 f x$11) (C) pekerjaan-dalam-proses, akhir (A)+(B)+(C) biaya terhitung f bahan langsung dan biaya konversi yang terhitung di panel A ARUS PRODUK Produk dapat bergerak di perusahaan dengan berbagai cara. Ada tiga bentuk arus produk yang berkaitan dengan metode harga pokok proses yaitu arus berurutan, sejajar dan selektif. LT Sarvia/ Arus produk berurutan (sequential product flow) Dalam arus produk berurutan setiap produk diproses melalui rangkaian langkah yang sama. Bahan yang diolah di departemen I kemudian dipindahkan ke departemen berikutnya. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut : Bahan Departemen I Departemen II Barang Jadi 2. Arus produk sejajar (parallel product flow) Dalam arus produk sejajar, bagian tertentu dari pekerjaan dilaksanakan secara serentak atau bersamaan, kemudian bersama-sama ditransfer sebagai input ke proses penyelesaian/berikutnya dan akhirnya diteruskan ke Barang Jadi. Misal Sebuah perusahaan dengan 5 Departemen, maka arus produk dapat digambarkan sbb : LT Sarvia/ LT Sarvia/

6 2. Arus produk sejajar (parallel product flow) Departemen I Departemen III Departemen II Departemen IV Departemen V Barang Jadi 3. Arus produk selektif (selective product flow) Dalam arus produk selektif, produk bergerak melalui Departemen yang berbeda-beda di pabrik, sesuai dengan produk akhir yang diinginkan. Misal : Sebuah perusahaan dengan 3 departemen dengan 1 departemen packing, maka arus produk dapat digambarkan sbb : LT Sarvia/ LT Sarvia/ Arus produk selektif (selective product flow) Departemen I Departemen II Departemen Packing Barang Jadi Departemen III LT Sarvia/

Penentuan Biaya Proses

Penentuan Biaya Proses Penentuan Proses Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung Penentuan Proses Dimana setiap proses membentuk dasar bagi sistem penentuan biaya. Perbedaan

Lebih terperinci

Penentuan Biaya Proses. Penentuan Biaya Proses. Perhitungan Berdasarkan Proses 5/1/2012

Penentuan Biaya Proses. Penentuan Biaya Proses. Perhitungan Berdasarkan Proses 5/1/2012 Penentuan Proses Penentuan Proses Dimana setiap proses membentuk dasar bagi sistem penentuan biaya. Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung Perbedaan

Lebih terperinci

PROCESS COSTING (Biaya Berdasarkan Proses)

PROCESS COSTING (Biaya Berdasarkan Proses) PROCESS COSTING (Biaya Berdasarkan Proses) 1. Pengertian Process Costing 2. Arus Biaya dalam Process Costing 3. Perhitungan Unit Ekuivalen Produksi 4. Laporan Produksi Muniya Alteza Konsep Dasar Process

Lebih terperinci

PRODUK HILANG & PRODUK RUSAK (For E- Learning Akuntansi Biaya)

PRODUK HILANG & PRODUK RUSAK (For E- Learning Akuntansi Biaya) PRODUK HILANG & PRODUK RUSAK (For E- Learning Akuntansi Biaya) A. PRODUK HILANG DALAM PENGOLAHAN Dua metode perlakuan produk hilang dalam proses 1. Produk hilang terjadi awal proses Karakteristik pengaruhnya

Lebih terperinci

BAB 3 BEBAN POKOK PRODUKSI PROSES (PROCESS COSTING)

BAB 3 BEBAN POKOK PRODUKSI PROSES (PROCESS COSTING) BAB 3 BEBAN POKOK PRODUKSI PROSES (PROCESS COSTING) Penekanan Akuntansi Berdasarkan Proses Ilustrasi Akuntansi Berdasarkan Proses Laporan Beban pokok produksi Berdasarkan Proses 81 BEBAN POKOK PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB VI METODE HARGA POKOK PROSES II: Pengaruh tambahan bahan dan unit hilang dalam proses produksi

BAB VI METODE HARGA POKOK PROSES II: Pengaruh tambahan bahan dan unit hilang dalam proses produksi BAB VI METODE HARGA POKOK PROSES II: Pengaruh tambahan bahan dan unit hilang dalam proses produksi PENGARUH TAMBAHAN BAHAN BAKU Tambahan bahan baku pada departemen setelah departemen I dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dengan menggunakan teori-teori yang relevan sebagai dasar analisis, penulis menarik kesimpulan

Lebih terperinci

PENENTUAN BIAYA PROSES: AKUNTANSI KERUGIAN PRODUKSI

PENENTUAN BIAYA PROSES: AKUNTANSI KERUGIAN PRODUKSI Pert 9-10 PENENTUAN BIAYA PROSES: AKUNTANSI KERUGIAN PRODUKSI Team Teaching Universitas Islam Malang 2015 AKUNTANSI SISA BAHAN Sisa bahan (scrap material) meliputi bahan yang tersisa dari proses produksi

Lebih terperinci

JOB COSTING. Rangka Bangun Kalkulasi Biaya. Rangka Bangun Kalkulasi Biaya. Rangka Bangun Kalkulasi Biaya 3/1/2012. Contents

JOB COSTING. Rangka Bangun Kalkulasi Biaya. Rangka Bangun Kalkulasi Biaya. Rangka Bangun Kalkulasi Biaya 3/1/2012. Contents Contents JOB COSTING 1 2 Rangka Bangun Job Costing Dan Process Costing Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung 3 4 Langkah Pendekatan Job Costing

Lebih terperinci

Modul ke: AKUNTANSI BIAYA. Just In-Time dan Backflushing. Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM. Program Studi AKUNTANSI.

Modul ke: AKUNTANSI BIAYA. Just In-Time dan Backflushing. Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM. Program Studi AKUNTANSI. Modul ke: AKUNTANSI BIAYA Just In-Time dan Backflushing Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Modul Perbedaan Sistim Produksi Just-In-Time dan Sistem Produksi

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya PROCESS COSTING II. Diah Iskandar SE., M.Si dan Lawe Anasta, SE., M.S.,Ak. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi

Akuntansi Biaya PROCESS COSTING II. Diah Iskandar SE., M.Si dan Lawe Anasta, SE., M.S.,Ak. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi Modul ke: Akuntansi Biaya PROCESS COSTING II Fakultas FEB Diah Iskandar SE., M.Si dan Lawe Anasta, SE., M.S.,Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PROCESS COSTING ADANYA PERSEDIAAN BARANG DALAM

Lebih terperinci

STUDI PENYUSUTAN PRODUK HASIL INJEKSI PLASTIK DENGAN SALURAN PENDINGIN LURUS DAN TANPA SALURAN PENDINGIN

STUDI PENYUSUTAN PRODUK HASIL INJEKSI PLASTIK DENGAN SALURAN PENDINGIN LURUS DAN TANPA SALURAN PENDINGIN TUGAS AKHIR STUDI PENYUSUTAN PRODUK HASIL INJEKSI PLASTIK DENGAN SALURAN PENDINGIN LURUS DAN TANPA SALURAN PENDINGIN Tugas Akhir ini disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PENYUSUNAN ANGGARAN

DASAR-DASAR PENYUSUNAN ANGGARAN DASAR-DASAR PENYUSUNAN ANGGARAN I. Anggaran: Rencana kegiatan perusahaan dimasa yang akan datang, yang dinyatakan secara kuantitatif,biasanya dalam satuan uang. II. Manfaat Anggaran. 1. Anggaran membuat

Lebih terperinci

Analisis Variansi (1) OUTLINE 3/14/2012

Analisis Variansi (1) OUTLINE 3/14/2012 Analisis i (1) Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung IE-401 Analisis dan Estimasi Biaya 1 OUTLINE Kegunaan varians bagi manajemen. Perbedaan

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHANBATU

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHANBATU SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHANBATU GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Judul Mata Kuliah Kode/ SKS Deskripsi Singkat : Akuntansi Biaya : MKKB- 306 / 3 SKS : Mata kuliah Akuntansi Biaya merupakan

Lebih terperinci

Clara Susilawati,MSi

Clara Susilawati,MSi Clara Susilawati,MSi Harga pokok proses digunakan untuk mengumpulkan harga pokok produk oleh perusahaan yang mempunyai produk homogen yang diproses melalui satu departemen atau lebih. Kegiatan produksi

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Activity Based Costing

Pertemuan 3 Activity Based Costing 1 Pertemuan 3 Activity Based Costing A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan.

Lebih terperinci

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan. Biaya per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas dari produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas dari produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan ditentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas dari produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan ditentukan berdasarkan ukuran-ukuran dan karakteristik tertentu. Suatu produk dikatakan berkualitas baik

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING. Material, Labor, FOH, ABC. SOAL /QUIS : Joint product, Riaty Handayani, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

COST ACCOUNTING. Material, Labor, FOH, ABC. SOAL /QUIS : Joint product, Riaty Handayani, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis COST ACCOUNTING SOAL /QUIS : Joint product, Material, Labor, FOH, ABC Riaty Handayani, SE., M.Ak. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id L 8-2 Perhitungan biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Produk yang dikatakan berkualitas adalah produk yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Maka dari itu setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menghasilkan produk berupa

Lebih terperinci

Overhead Pabrik : Anggaran, Aktual dan Pembebanan (Factory Overhead : Planned, Actual and Applied) Ekonomi dan Bisnis Akuntansi

Overhead Pabrik : Anggaran, Aktual dan Pembebanan (Factory Overhead : Planned, Actual and Applied) Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Akuntansi Biaya Modul ke: Overhead Pabrik : Anggaran, Aktual dan Pembebanan (Factory Overhead : Planned, Actual and Applied) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

Kalkulasi Biaya Produk Sampingan dan Produk Gabungan. Elty Sarvia Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung

Kalkulasi Biaya Produk Sampingan dan Produk Gabungan. Elty Sarvia Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung IE-401 Analisis dan Estimasi Biaya Kalkulasi Biaya Sampingan dan Gabungan Elty Sarvia Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung Klasifikasi 1. Utama 2. Gabungan (Joint

Lebih terperinci

METODE HARGA POKOK PROSES - LANJUTAN

METODE HARGA POKOK PROSES - LANJUTAN METODE HARGA POKOK PROSES - LANJUTAN PERSEDIAAN PRODUK DALAM PROSES AWAL Produk dalam proses pada akhir periode (PDP Akhir) akan menjadi produk dalam proses pada awal periode berikutnya (PDP Awal). Perhitungan

Lebih terperinci

Latihan Soal Akuntansi Biaya & Praktek (1)

Latihan Soal Akuntansi Biaya & Praktek (1) Latihan Soal Akuntansi Biaya & Praktek (1) Pertemuan 1 1. Manakah yang termasuk jenis biaya jika digolongkan berdasarkan Tendensi Perubahannya terhadap Kegiatan atau Volume.. a. Biaya Pemasaran b. Biaya

Lebih terperinci

Ada 2 metode yang umum digunakan dalam akumulasi biaya, yaitu : 1. Metode Akumulasi Biaya Pesanan. 2. Metode Akumulasi Biaya Proses.

Ada 2 metode yang umum digunakan dalam akumulasi biaya, yaitu : 1. Metode Akumulasi Biaya Pesanan. 2. Metode Akumulasi Biaya Proses. MEET 4 BIAYA BAHAN Masalah yang dihadapi manajemen yang berhubungan dengan bahan adalah keterlambatan tersedianya bahan akan mempengaruhi kelancaran kegiatan produksi. Sedangkan persediaan bahan yang terlalu

Lebih terperinci

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN 1 MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN Kinerja lingkungan dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap posisi keuangan perusahan. Hal ini juga menunjukkan perlunya informasi biaya lingkungan yang memadai. Bagi

Lebih terperinci

BAB VI METODE HARGA POKOK PROSES

BAB VI METODE HARGA POKOK PROSES BAB VI METODE HARGA POKOK PROSES Pengumpulan biaya produksi tergantung karakteristik perusahaan dalam melakukan proses produksi : Perusahaan yang berproduksi atas dasar pesanan : pengumpulan biaya produksi

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality

Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality Petunjuk Sitasi: Mudiastuti, R. D., & Hermawan, A. (2017). Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan 81 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan dalam Bab IV dan dikaitkan dengan rumusan masalah pada Bab I, maka dapat dihasilkan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

ZERO DEFECT & AUTONOMOUS DEFECT CONTROL

ZERO DEFECT & AUTONOMOUS DEFECT CONTROL MODUL 08 - ZERO DEFECT DAN AUTONOMOUS DEFECT CONTROL Zero Defect Zero defect sangat penting dalam manufaktur, karena mengurangi jumlah inspektur yang diperlukan, tanpa mengurangi kualitas inspeksi. Dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE HARGA POKOK PROSES PADA PERUSAHAAN SOUN CAP KETELA MAS TAMBAK. Dwi Suprajitno.

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE HARGA POKOK PROSES PADA PERUSAHAAN SOUN CAP KETELA MAS TAMBAK. Dwi Suprajitno. ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE HARGA POKOK PROSES PADA PERUSAHAAN SOUN CAP KETELA MAS TAMBAK. Dwi Suprajitno Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan harga

Lebih terperinci

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Langkah Tindakan Persamaan Hasil 1 Proses apa yang ingin diketahui? Produk kacang garing 2 Berapa jumlah Standart inventory (safety stock )?

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1. Pengertian Sistem Menurut James A. Hall (2011 : 6) Sistem adalah kelompok dari dua orang atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan

Lebih terperinci

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011 Tujuan Pembelajaran Menjelaskan proses produksi secara umum dan keterkaitannya dengan pemilihan sistem harga pokok produksi Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi dan Kebijakan 2.1.1 Pengertian Evaluasi dan Kebijakan Pengertian evaluasi menurut Syahrul dan Nizar (2000:58) adalah sebagai berikut: Penilaian atau proses penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi,

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN DAN BIAYA PRODUKSI SERTA PENGEMBANGAN KERANGKA SISTEM PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN DAN BIAYA PRODUKSI SERTA PENGEMBANGAN KERANGKA SISTEM PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PERANCANGAN DAN PENGUJIAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN DAN BIAYA PRODUKSI SERTA PENGEMBANGAN KERANGKA SISTEM PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI ( Studi Kasus pada PT "X", suatu perusahaan swasta nasional produsen

Lebih terperinci

JUST IN TIME AND BACKFLUSHING

JUST IN TIME AND BACKFLUSHING Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis COST ACCOUNTING JUST IN TIME AND BACKFLUSHING Riaty Handayani, SE., M.Ak. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id JUST IN TIME Just-In-Time (JIT) adalah filosofi

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Sejarah singkat perusahaan Didirikan pada tahun 1951 yang terletak di Tanggerang, Banten. PT Gajah Tunggal Tbk. memulai usaha produksinya dengan ban sepeda. Sejak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang menggunakan informasi tersebut. Definisi ini mengandung dua pengertian,

BAB II LANDASAN TEORI. yang menggunakan informasi tersebut. Definisi ini mengandung dua pengertian, BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Menurut Soemarso (2002:3), pengertian akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur, dan malaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan

Lebih terperinci

Jumlah Permintaan AAC Block Tipe 600x200x75 mm dan 600x200x100 mm Periode Juni - Desember 2013

Jumlah Permintaan AAC Block Tipe 600x200x75 mm dan 600x200x100 mm Periode Juni - Desember 2013 (Pcs) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latarbelakang Perkembangan teknologi industri yang pesat menjadi salah satu hal yang memacu perusahaan manufaktur terus menerus meningkatkan hasil produksinya. Setiap perusahaan

Lebih terperinci

Selamat belajar dan sukses selalu!

Selamat belajar dan sukses selalu! ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Akuntansi Biaya mempunyai bobot 3 satuan kredit semester (3 sks), dengan menggunakan Buku Materi Pokok (BMP) Akuntansi Biaya (EKMA4315). Muatan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Dari penelitian menerangkan bahwa, Perancangan kerja merupakan suatu disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prosedur dan prinsip

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam sebuah sistem kerja yang terdiri dari berbagai rangkaian mesin,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam sebuah sistem kerja yang terdiri dari berbagai rangkaian mesin, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam sebuah sistem kerja yang terdiri dari berbagai rangkaian mesin, dibutuhkan ketepatan dalam keseluruhan sistem kerjanya, baik ketepatan waktu kerja, pemasangan

Lebih terperinci

Abstrak. Sakijo 1, Abdullah Merjani 2

Abstrak. Sakijo 1, Abdullah Merjani 2 Peningkatan Produktivitas dengan Peubahan Lay Out Line di Departemen Step Motor PT.Japan Servo Batam Sakijo 1, Abdullah Merjani 2 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2, Staf

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Factory Overhead: Planned, Actual and Applied. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1

Akuntansi Biaya. Factory Overhead: Planned, Actual and Applied. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1 Akuntansi Biaya Modul ke: Factory Overhead: Planned, Actual and Applied Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Manajemen S1 www.mercubuana.ac.id Karakteristik Overhead Pabrik Overhead Pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada cepatnya perubahan selera konsumen terhadap suatu produk. Oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada cepatnya perubahan selera konsumen terhadap suatu produk. Oleh sebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi saat ini, persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik di pasar nasional maupun di pasar internasional. Meningkatnya persaingan bisnis

Lebih terperinci

AKUNTANSI BIAYA. Overhead Pabrik : Anggaran, Aktual, dan Pembebanan. VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

AKUNTANSI BIAYA. Overhead Pabrik : Anggaran, Aktual, dan Pembebanan. VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI Modul ke: AKUNTANSI BIAYA Overhead Pabrik : Anggaran, Aktual, dan Pembebanan. Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Modul 1. Definisi overhead pabrik dan

Lebih terperinci

= $ = $9 = $4 = 50% = $3

= $ = $9 = $4 = 50% = $3 BERBAGAI TARIF OVERHEAD L124 Nazareth Company mengestimasikan biaya overhead sebesar $225.000 untuk tahun depan. Estimasi unit yang akan diproduksi adalah sebesar 25.000 unit, dengan biaya bahan baku sebesar

Lebih terperinci

Modul ke: AKUNTANSI BIAYA SISTEM BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA. Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM. Program Studi AKUNTANSI.

Modul ke: AKUNTANSI BIAYA SISTEM BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA. Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM. Program Studi AKUNTANSI. Modul ke: AKUNTANSI BIAYA SISTEM BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Modul Modul menjelaskan arus biaya dalam perusahaan manufaktur,

Lebih terperinci

QUESTIONNAIRE UNTUK MENGETAHUI GAMBARAN SINGKAT PERUSAHAAN. 1. PT. Arindo Garmentama bergerak dibidang apa?

QUESTIONNAIRE UNTUK MENGETAHUI GAMBARAN SINGKAT PERUSAHAAN. 1. PT. Arindo Garmentama bergerak dibidang apa? QUESTIONNAIRE UNTUK MENGETAHUI GAMBARAN SINGKAT PERUSAHAAN 1. PT. Arindo Garmentama bergerak dibidang apa? 2. Apakah perkembangan usaha perusahaan terus meningkat? 3. Apakah lokasi perusahaan mendukung

Lebih terperinci

Bab V Kesimpulan dan Saran 93 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dengan

Bab V Kesimpulan dan Saran 93 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dengan Bab V Kesimpulan dan Saran 93 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dengan menggunakan teori-teori yang relevan sebagai dasar analisis,

Lebih terperinci

Tabel I.1 Jumlah Permintaan Produk PT. Nikkatsu Electric Works Tahun (Sumber : Data PT. Nikkatsu Electric Works)

Tabel I.1 Jumlah Permintaan Produk PT. Nikkatsu Electric Works Tahun (Sumber : Data PT. Nikkatsu Electric Works) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perusahaan yang menjadikan kualitas sebagai strategi bersaing akan mempunyai keunggulan terhadap pesaingnya dalam menguasai pasar karena tidak semua perusahaan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya era globalisasi menyebabkan peningkatan persaingan di berbagai bidang salah satunya dalam bidang industri air minum dalam kemasan, dimana industri

Lebih terperinci

HARGA POKOK PROSES LANJUTAN

HARGA POKOK PROSES LANJUTAN HARGA POKOK PROSES LANJUTAN PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG MEMPERHITUNGKAN PRODUK DALAM PROSES (PDP) AWAL DI DEPARTEMEN PERTAMA DAN DEPARTEMEN LANJUTAN Dalam proses produksi, kadang-kadang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Percetakan merupakan proses industri untuk memproduksi salinan dari kata-kata dan gambar secara massal dengan menggunakan mesin cetak dengan berbagai ukuran untuk memenuhi

Lebih terperinci

The Cost of Quality and Accounting for Production Losses. Spoiled Goods Defective Goods

The Cost of Quality and Accounting for Production Losses. Spoiled Goods Defective Goods The Cost of Quality and Accounting for Production Losses Spoiled Goods Defective Goods Produk Rusak dan Produk Cacat dalam Job Costing dan Process Costing The Cost of Quality. is not only the cost of obtaining

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mesin pompa air adalah alat yang digunakan manusia sebagai alat memindahkan cairan (fluida) dari suatu tempat ke tempat yang lain, melalui media pipa (saluran) dengan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Nama Mata Kuliah : Akuntansi Biaya Kode Mata Kuliah : AKU506 Jumlah SKS : 3

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Nama Mata Kuliah : Akuntansi Biaya Kode Mata Kuliah : AKU506 Jumlah SKS : 3 : 1 (satu) KONSEP DASAR AKUNTANSI BIAYA Mahasiswa dapat menjelaskan kembali: 1. Pengertian akuntansi biaya 2. kedudukan akuntansi biaya dalam disiplin ilmu akuntansi 3. biaya dalam laporan keuangan berbagai

Lebih terperinci

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Darsini Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl.

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK DAN PALLET RACKING SYSTEM SEBAGAI PENDUKUNG PENGENDALIAN BARANG DI GUDANG PRODUK JADI (Studi Kasus PT. Tiara Kurnia Malang)

PERANCANGAN TATA LETAK DAN PALLET RACKING SYSTEM SEBAGAI PENDUKUNG PENGENDALIAN BARANG DI GUDANG PRODUK JADI (Studi Kasus PT. Tiara Kurnia Malang) PERANCANGAN TATA LETAK DAN PALLET RACKING SYSTEM SEBAGAI PENDUKUNG PENGENDALIAN BARANG DI GUDANG PRODUK JADI (Studi Kasus PT. Tiara Kurnia Malang) LAYOUT AND PALLET RACKING SYSTEM DESIGN FOR SUPPORTING

Lebih terperinci

TUGAS PRAKTIKUM SISTEM CERDAS

TUGAS PRAKTIKUM SISTEM CERDAS TUGAS PRAKTIKUM SISTEM CERDAS Modul III Penerapan Logika Fuzzy Dengan Matlab Tanggal 17 November 2015 Disusun Oleh : Fahmi Ahmad Husaeni (201302025) Dosen Pengampu : E. Agung Nugroho S.T, M.T Program Studi

Lebih terperinci

Investigasi Kualitas Produk Pisau Potong di PT. X

Investigasi Kualitas Produk Pisau Potong di PT. X Investigasi Kualitas Produk Pisau Potong di PT. X I Wayan Sukania, Willy Thamrin Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Jakarta Email: iwayansukania@tarumanagara.ac.id Abstrak PT X merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan macam-macam langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. 3.1 Studi Literatur Studi literatur merupakan tahapan penyusunan landasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER)

BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER) BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER) Elektronika Daya ALMTDRS 2014 KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai dasar prinsip kerja chopper penaik tegangan (step-up),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aplikasi logam dalam industri manufaktur sangat luas. Logam dapat dimanfaatkan sebagai bahan perakit suatu produk hingga dalam proses packaging. Pembuatan

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN LEG SHIELD YAMAHA MIO J DI PT. SANLY INDUSTRIES

PROSES PEMBUATAN LEG SHIELD YAMAHA MIO J DI PT. SANLY INDUSTRIES PROSES PEMBUATAN LEG SHIELD YAMAHA MIO J DI PT. SANLY INDUSTRIES Nama : Muhammad Bambang Wijanarko NPM : 24411785 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Iwan Setyawan, ST., MT Latar Belakang Leg Shield merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan global pada umumnya setiap perusahaan mengharapakan keberhasilan dalam menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Konsumen

Lebih terperinci

Biaya Overhead Pabrik

Biaya Overhead Pabrik Dosen: Christian Ramos K COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Biaya Overhead Pabrik REFERENSI: Hongren, Charles T., Cost Accounting, Prentice Hall (BOOK) Vanderbeck, Principles of Cost Accounting, Cengage

Lebih terperinci

Bab 7 Biaya Mutu (The Cost of Quality) dan Akuntansi untuk Kehilangan dalam Proses Produksi (Accounting for Production Losses)

Bab 7 Biaya Mutu (The Cost of Quality) dan Akuntansi untuk Kehilangan dalam Proses Produksi (Accounting for Production Losses) Bab 7 Biaya Mutu (The Cost of Quality) dan Akuntansi untuk Kehilangan dalam Proses Produksi (Accounting for Production Losses) Biaya Mutu Sampai batas tertentu, biaya mutu seringkali disalah artikan. Biaya

Lebih terperinci

Perusahaan dan produksi

Perusahaan dan produksi Teori Produksi : Perusahaan dan Produksi Sayifullah sayiful1@gmail.com Materi Presentasi Perusahaan dan produksi Klasifikasi input Jangka pendek Vs jangka panjang Fungsi Produksi Produksi dgn satu input

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. I

LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. I Contoh Soal : PT. NONA dalam pengumpulan harga pokoknya menggunakan metode harga pokok proses. Perusahaan ini menghasilkan satu macam barang yang diproses melalui dua departemen produksi. Berikur ini data

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan di PT Liza Christina Garment Industry dan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktiva Tetap Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, dalam buku Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomer 16 tentang Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain paragraf 5 tahun

Lebih terperinci

Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016

Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016 Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016 Biaya per unit: arti penting dan cara menghitung (contd.) UNIT COST: Definition

Lebih terperinci

M A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri ( )

M A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri ( ) M A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri (4411216140) Universitas Pancasila Jakarta Jl.Srengseng Sawah, Jagakarsa Jakarta Selatan 12640 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIFITAS: PENGUKURAN, PELAPORAN DAN PENGENDALIAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIFITAS: PENGUKURAN, PELAPORAN DAN PENGENDALIAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIFITAS: PENGUKURAN, PELAPORAN DAN PENGENDALIAN HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Definisi Kualitas Kualitas adalah ukuran relatif dari kebaikan. Mendefinisikan kualitas

Lebih terperinci

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang)

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Debora Anne Y. A., Desy Gunawan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada PT. Kakao Mas Gemilang dan pengambilan data dilakukan pada department teknik dan produksi. 3.2. Pelaksanaan Penelitian

Lebih terperinci

Analisa Varian Biaya Overhead Pabrik. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra

Analisa Varian Biaya Overhead Pabrik. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra Analisa Varian Biaya Overhead Pabrik Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra Biaya overhead pabrik (BOP): semua biaya pendukung proses manufacturing di luar biaya bahan baku

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pendekatan Six Sigma yang digunakan dalam peningkatan produktivitas terdiri dari 5 (lima) fase yang disebut DMAIC (Define, Measure, Analize, Improve

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi adalah kumpulan unit-unit pengambilan keputusan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi adalah kumpulan unit-unit pengambilan keputusan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Organisasi adalah kumpulan unit-unit pengambilan keputusan untuk mewujudkan tujuan-tujuan. Sebagai sistem, setiap organisasi menerima masukanmasukan dan

Lebih terperinci

BAB XI METODE HARGA POKOK PROSES BAGIAN II

BAB XI METODE HARGA POKOK PROSES BAGIAN II SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AKUNTANSI BAB XI METODE HARGA POKOK PROSES BAGIAN II Drs. Heri Yanto, MBA, PhD Niswah Baroroh, SE, M.Si Kuat Waluyojati, SE, M.Si KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Cost System and Cost Accumulation. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis

Akuntansi Biaya. Cost System and Cost Accumulation. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Akuntansi Biaya Modul ke: Cost System and Cost Accumulation Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id Bahasan Flows of Costs

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perdagangan global menyebabkan setiap perusahaan dituntut untuk menekan biaya produksi dengan melakukan proses produktivitas dan efisiensi pada proses

Lebih terperinci

AKUNTANSI BIAYA PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN JOB ORDER COSTING (BAB 5) VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

AKUNTANSI BIAYA PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN JOB ORDER COSTING (BAB 5) VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI Modul ke: AKUNTANSI BIAYA PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN JOB ORDER COSTING (BAB 5) Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Modul Modul berisi materi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut diadakan karena. kebutuhan informasi terhadap biaya produksi secara rinci.

BAB II LANDASAN TEORI. pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut diadakan karena. kebutuhan informasi terhadap biaya produksi secara rinci. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Biaya dan Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan cabang akuntansi, yang berasal dari pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut

Lebih terperinci

STATISTIKA NONPARAMETRIK (3)

STATISTIKA NONPARAMETRIK (3) 6.UJI KOLMOGOROV SMIRNOV STATISTIKA NONPARAMETRIK (3) Untuk menguji apakah data berdistribusi tertentu. Ekivalen dengan Uji ( Goodness Of Fit ) dalam Statistik Uji Parametrik. Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas

Lebih terperinci

Bab 5. Sistem Harga Pokok Proses-FIFO. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011

Bab 5. Sistem Harga Pokok Proses-FIFO. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011 Bab 5. Sistem Harga Pokok Proses-FIFO Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011 Tujuan Pembelajaran 1.Menjelaskan metode FIFO dan perbedaannya dengan metode weighted average

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah Flow Chart Pemecahan Masalah adalah sebagai berikut : Gambar 3.1 Flowchart Pemecahan Masalah Penjelasan langkah-langkah flow diagram

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Produksi 2.1.1 Pengertian Manajemen Kata manajemen sudah sangat dikenal di masyarakat. Manajemen juga mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan sistem produksi yaitu

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Merupakan gambaran urutan kerja yang dilakukan dalam melakukan pengamatan dan pengolahan dalam penelitian di pabrik. Urutan kerja ini membantu

Lebih terperinci