BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan segala potensi sumberdaya alamnya, baik yang berasal dari hasil tambang, minyak bumi, gas, air, sinar matahari dan udara. Namun pemanfaatan sumberdaya alam sebagai sumber energi masih berorientasi terhadap pemanfaatan sumber energi dari bahan bakar fosil. Selain menimbulkan permasalahan lingkungan, bahan bakar fosil tidak dapat digunakan secara berkelanjutan karena suatu saat bahan bakar tersebut akan habis. Salah satu energi terbarukan dan ramah lingkungan yang berpotensi untuk dikembangkan adalah energi angin. Angin dengan jumlah yang berlimpah dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif selain dari sumber energi berbahan bakar fosil. Selain jumlahnya yang berlimpah, pemanfaatan angin sebagai sumber energi alternatif merupakan sumber energi yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Dengan topografi Indonesia yang memiliki garis pantai terpanjang ke empat di dunia, hal ini merupakan potensi besar untuk dilakukan pemanfaatan dan pengembangan energi angin. Sebagai salah satu negara yang belum banyak memanfaatkan energi angin untuk pembangkit listrik, hal ini dikarenakan karakteristik angin di Indonesia yang cenderung berkecepatan rendah dengan rata-rata sekitar 3 m/s sampai 12 m/s. Namun, karakteristik kecepatan angin yang rendah tersebut masih dapat dimanfaatkan dengan menggunakan turbin angin kecepatan rendah berskala kecil dengan bilah berdiameter 1m-3m (Buhl, 2009). Dengan desain dan konstuksi yang sesuai maka energi angin tersebut dapat dimanfaatkan dengan optimal sehingga dapat diterapkan di seluruh wilayah garis pantai di Indonesia. Energi angin merupakan faktor yang sangat penting dalam membangun wind farm. Target lokasi pembangunan wind farm sebaiknya memiliki laporan tahunan kecepatan angin, dengan nilai kecepatan minimum ± mph (American Wind Energy Association, 2000). Bila data ini tidak ada dapat menggunakan data laporan tahunan kecepatan angin pada daerah sekitar. Dalam pemanfaatan energi angin diperlukan turbin angin sebagai alat pengkonversi dari energi angin ke energi listrik atau mekanik untuk keperluan lain. Seiring dengan berkembangnya teknologi, turbin angin mulai banyak digunakan sebagai pembangkit listrik. Namun dalam penerapannya, teknologi tersebut belum dapat diterapkan secara optimal seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air maupun Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Pemanfaatan turbin angin terus berkembang mengingat di masa mendatang manusia akan terus mencari energi alternatif lainnya, selain itu bahan bakar fosil tidak dapat dimanfaatkan secara terus menerus dan semakin lama akan habis. Turbin angin dikelompokkan menjadi dua jenis berdasarkan arah orientasi porosnya, yaitu Vertical Axis Wind Turbine (VAWT) dan Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT). Dua jenis turbin angin ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masingmasing (Jha, 2011). Selain dipengaruhi oleh jenis turbin, dalam memanfaatkan energi angin juga dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah perancangan bilah untuk turbin angin yang meliputi ukuran (jari-jari rotor), penampang airfoil, panjang chord, dan sudut pitch bilah (Piggot, 2001). Desain turbin angin telah banyak dikembangkan guna menambah efisiensi dan memaksimalisasi proses konversi energi. Tentunya desain turbin angin tersebut dirancang untuk kebutuhan tertentu pada penggunaannya. Pada proposal ini dirancang dan didesain turbin angin yang disesuaikan dengan kondisi kecepatan angin di Indonesia untuk kebutuhan efisiensi penangkapan angin yang maksimum, sehingga dengan menggunakan 1

2 kolektor pada desain kincir angin ini diharapkan dapat memaksimalkan tangkapan angin dalam jumlah yang banyak. Pada proposal ini kami juga berusaha membuat desain turbin angin yang disesuaikan dengan kondisi kecepatan angin di Indonesia dan tahan terhadap kondisi cuaca buruk, dengan memperhatikan faktor-faktor yang telah dipaparkan. Bahan utama untuk pembuatan sudu pada desain turbin angin Wind Turbine Collector Portable kami memakai bahan fiberglass dengan rangka besi ditengahnya sebagai bahan penyusun sudu atau rotor. Kami menggunakan bahan fiberglass sebagai sudu karena bahan tersebut sangat kuat dan ringan sehingga turbin dapat berputar dengan maksimal. Dengan adanya tambahan desain kolektor pada bagian utama kincir angin dapat menangkap angin dalam jumlah yang banyak karena pergerakan angin yang dipusatkan dan mencorong pada satu titik. Desain sudu yang digunakan dari bahan fiberglass diharapkan dapat berputar maksimal, dengan bobot fiberglass yang tidak begitu berat yang dapat dikombinasikan pula dengan besi sebagai kerangka. Bahan fiberglass dengan desain yang telah dirancang dapat meringankan beban sudu sehingga dapat berputar lebih kencang. Teknologi kincir angin yang telah ada hingga saat ini yaitu kincir angin dengan desain yang besar dan masih banyak yang belum dapat dipindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan mudah. Oleh karena itu, kami mendesain kincir angin dengan tower yang dapat dengan mudah dipindahkan, sehingga tidak digunakan desain pondasi. Pada desain yang telah dirancang digunakan empat tiang penyangga untuk mempermudah penegakan tower. Sehingga kincir angin portable ini dapat dipindahtempatkan dari satu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan efisien waktu Tujuan dan Manfaat Tujuan Perancangan dan desain kincir angin portable ini bertujuan untuk: 1. Untuk mendapatkan jenis, bahan, dan desain kincir angin yang sesuai untuk pemanfaatan energi angin di Indonesia. 2. Untuk dapat mengkonversi energi angin menjadi energi listrik. 3. Untuk dapat mendapatkan daya sebesar mungkin dengan pemilihan desain wind turbin yang tepat Manfaat Manfaat perancangan dan desain kincir angin portable ini adalah: 1. Dapat diketahui jenis, bahan, dan desain kincir angin yang sesuai untuk pemanfaatan energi angin di Indonesia. 2. Dapat memanfaatkan energi angin di Indonesia yang selama ini masih kurang dalam penerapannnya. 3. Dapat menghasilkan energi listrik dari pengkonversian energi angin. Sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar.. 2

3 BAB II DASAR PEMILIHAN JENIS TURBIN DAN KOMPONEN SISTEM 2.1. Dasar Pemilihan Jenis Turbin Dalam perancangan desain turbin angin ini, digunakan jenis turbin Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT). Pemilihan jenis turbin Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) didasarkan untuk mempermudah gerak angin mencorong menuju titik pusat kincir. Kelebihan jenis tersebut adalah poros sudu atau rotor utama dan generator listrik Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) berada di puncak tiang penyangga sehingga dapat menangkap angin dalam jumlah maksimal yaitu dengan posisi sudu atau rotor utama dan generator berada beberapa meter di atas tanah Dasar Komponen Sistem a) Komponen Sudu Bahan utama sudu terbuat dari fiberglass dengan rangka besi pada bagian dalamnya. Kedua bahan tersebut dikombinasikan untuk memperkuat rangka pembentukan sudu. Selain itu, pemilihan bahan fiberglass sebagai komponen utama pembentuk sudu ialah karena bahannya yang ringan dan dapat dikombinasikan dengan besi sebagai penguat rangka, sehingga diharapkan sudu dapat berputar dengan maksimal Pada perancangan ini digunakan 5 buah sudu, yang bertujuan untuk memaksimalkan tangkapan angin. Pemilihan jumlah 5 sudu tersebut disesuaikan dengan kondisi rata-rata kecepatan angin di wilayah pantai di Indonesia yang rata-rata kecepatannya 3m/s 7m/s. Hal ini dikarenakan rated wind speed-nya tercapai pada putaran rotor dengan jumlah banyak (5 sudu) dan kecepatan angin yang tidak terlalu tinggi. Desain kami menggunakan sudu dengan bagian tengah- bagian yang berada pada poros- datar dan ujung sudu membentuk lengkungan setengah lingkaran sehingga gaya dorong dan gaya angkat yang diberikan oleh angin dapat maksimal. Penerapan lengkungan ini juga bertujuan untuk memperbesar paparan angin terhadap sudu dan memperbesar gaya angkat yang diberikan oleh angin. Luasan sudu yang lebih besar juga dapat bermanfaat pada kasus kecepatan angin yang rendah. Dimana lebih besar luas penampang sudu maka semakin banyak angin yang di terima dan semakin besar gaya angkat yang terjadi. Sehingga pada perancangan kami menggunakan 5 buah sudu yang disesuaikan dengan keliling lingkaran, yang bertujuan untuk memaksimalkan jumlah tangkapan angin yang diterima oleh sudu. b) Kompenen Rumah Transmisi Sistem transmisi yang digunakan pada perancangan ini terdiri dari 4 bagian utama, yaitu ada main shaft, main bearing, gear box, dan generator. Sistem transmisi ini di tempatkan dalam suatu rumah transmisi yang bagian atapnya terbuat dari fiber, dengan alas penopangnya terbuat dari kayu dan penutup samping rumah transmisi terbuat dari besi. Pemilihan fiber sebagai bahan pada bagian atap rumah transmisi tersebut bertujuan untuk menghindari panas, mencegah terjadinya kerusakan dini akibat cuaca maupun gangguan hewan pada generator yang ditempatkan di dalam Rumah Transmisi. Sedangkan bahan kayu sebagai alas dipilih untuk mencegah terjadinya pemuaian akibat panas, hal tersebut karena generator yang akan ditempatkan diatas kayu tersebut dapat menghasilkan panas. 3

4 Penutup Sistem Transmisi berbahan dasar besi. Bahan besi tersebut dipilih untuk mencegah terjadinya kerusakan bagian dalam generator akibat factor gangguan dari luar, seperti jika terjadi hujan dan gangguan oleh hewan. c) Komponen Generator Generator yang digunakan adalah generator DC dengan perputaran maksimal 2000rpm, arus maksimal 500W dan tegangan maksimal 12V. Digunakannya generator 2000rpm karena penggunaan transmisi dengan perbandingan 1:3. Dengan asumsi ketika angin dengan kecepatan minimum rata-rata yaitu 4 m/s maka generator yang dihasilkan mencapai 1221,82 rpm. Sedangkan kecepatan angin maksimum dapat mencapai 8,7 m/s, sehingga generator yang dihasilkan dapat mencapai maksimum 1993,1 rpm. d) Komponen Kolektor Kolektor berbahan dasar fiberglass yang telah dibentuk sesuai desain dengan bentuk yang mencorong guna penangkapan angin yang lebih maksimal. Bahan fiberglass dipilih karena masih memiliki fleksibilas sehingga dapat memungkinkan pergerakan untuk penangkapan angina yang mengikuti arah putaran angin. Selain itu, fiberglass dipilih untuk mencegah terjadinya pemuaian ketika panas diterima oleh kolektor yang ditempatkan diatas tower. e) Sistem Kendali Pergerakan angin yang tidak konstan membutuhkan alat yang bernama kontroler. Kontroler yang digunakan adalah MPPT (Maximum Power Poin Tracking). MPPT merupakan sebuah sistem elektronik yang dioperasikan pada sebuah panel photovoltaic (PV) sehingga panel photovoltaic bisa menghasilkan power maksimum. MPPT berfungsi untuk mengontrol arus dan tegangan yang masuk serta arus dan tegangan yang keluar. MPPT dihubungan dengan generator DC, beban ( Berupa lampu DC 10W), dan baterai. Ketika baterai kosong MPPT akan secara otomatis menyalurkan daya dari generator ke batrai, ketika baterai penuh maka daya yang masuk dari generator akan disalurkan pada beban. Pada kincir angin kami memakai MPPT dengan tegangan input kisaran tegangan 14-28V, atau 24-60V, dan arus debesar 300W, 500W atau 1000W. Sedangkan output maksimalnya sebesar 500W dan 60V. f) Transmisi Transmisi yang kami gunakan adalah gear yang terbuat dari logam. Perbandingan antara shaft speed dan perputaran generator adalah 3:1. Artinya pada perputran 1x shaft speed terjadi 3x perputaran pada generator. Pemakaian perbandingan 3:1 dikarenakan generator yang kami gunakan memiliki peputaran maksimal 2000 rpm. Diasumsikan jika Vmax yang akan terjadi adalah 8,7m/s dan Vmin yang terjadi adalah 4m/s, maka dapat dilihat tabel sebagai berikut : Tabel 1.Transmisi Asumsi Kecpatan Kecepatan (V) Shaft Speed Peputaran Generator Vmin 4 m/s 76,364 rpm 1221,82 rpm Vmax 8,7 m/s 664,367 rpm 1993,1 rpm g) Ekor Ekor berfungsi sebagai pembelok turbin angin, sehingga kolektor dan turbin angin akan mengikut arah datangnya angin. Ekor yang kami gunakan terbuat dari plastik yang 4

5 kaku dengan luas 2 meter. Pemilihan luas 2 meter dikarenakan adanya kolektor yang besar sehingga harus dimbangi dengan ekor yang besar pula. h) Baterai Baterai yang kami gunakan adalah 3 Deep Cycle Battery 110Ah 12V dengan ukuran P x L x T adalah 30,4 x 16,5 x 20,8 cm. Baterai deep-cycle dirancang teratur untuk menjangkau sebagian besar kemampuannya. i) Komponen Tower Tower di desain dengan menggunakan empat kaki penyangga. Adapun empat kaki penyangga tersebut dibuat untuk mempermudah apabila ingin dilakukan pemindahan wind turbine dari suatu tempat ke tempat lainnya. Bahan utama kaki penyangga tower terbuat dari pipa besi, guna menyangga tower agar dapat menopang lebih kuat. Selain itu, dipasang dua kerangka besi pejal yang menyilang diantara keempat kaki tersebut untuk menopang berdirinya besi lebih maksimal dan dapat di lepas. Pada bagian tower desain Wind Turbine Collector Portable ini tidak digunakan pondasi, hal tersebut untuk mempermudah pemindahan alat dari satu tempat ke tempat lainnya 5

6 BAB III PERANCANGAN DESAIN DAN PEMBUATAN KOMPONEN SISTEM 3.1. Perancangan dan Perhitungan Turbin Angin Perancangan Desain Turbin Angin Desain kincir angin dibuat dengan perangkat lunak AutoCad Turbin dirancang dengan desain tambahan berupa kolektor yang terbuat dari fiberglass yang berfungsi untuk memaksimalisasi penangkapan angina. Selain itu, posisi rotor dan generator berada beberapa meter diatas tanah, tepatnya diatas tower. Sehingga disebut juga dengan Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) Perhitungan Desain Daya Mekanik yang dihasilkan oleh turbin angin adalah sebagai berikut : Dimana : P = Daya mekanik (Watt) Cp = Power Coefficient (0,25) diambil lebih rendah dari Cp maksimum pada grafik Cp vs Tip Speed Ratio (Energy Primer : Solar,Water, Wind and Biofuels, hal. 126) ρ = Massa jenis udara kering = 1,221 kg/m 3 cara mencari massa jenis udara kering sebagai berikut : 6

7 P = 1 atm (tekanan atmosfer standar) = 1,01325 x 10 5 Pa R = 287 J/kg.K T = misal diambil 25 o C = 273, = 298,15 K 5 P 1,01325x10 ρ = = = 1,221 kg/m 3 RT 287x298,15 v = kecepatan angin dalam m/s r = jari-jari turbin angin dalam meter π = 3, Karena pada sebuah sistem transmisi serta generator tidaklah mungkin memiliki efisiensi 100%, maka diasumsikan bahwa efisiensi transmisi sekitar 80% dan efisiensi generator 90%. Maka dengan memasukkan variabel-variabel diatas didapatkan persamaan untuk penghitungan daya teoritis adalah sebagai berikut : P=. Cp. ρ. v. π. r. ηtransmisi. η generator 2 P = 0, v 3. r 2 Dari persamaan diatas dapat dihitung daya teoritis keluaran Turbin Angin dengan variasi jari-jari sudu dan variasi kecepatan angin. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut jika menggunakan jari-jari (r) 0,5 meter: Tabel 2. Daya No. V (m/s) Daya (Watt) , , , , , , , , , ,263 Dengan asumsi bahwa masa aktif turbin angin adalah 18 jam per hari, dari data diatas dapat disimpulkan bahwa jika jari-jari sudu yang digunakan 0,5 meter pada kecepatan angin 4 m/s dapat dihasilkan 99,378 Watt.hour/day, pada kecepatan angin 4,5 m/s dihasilkan 141,498 Watt.hour/day, pada kecepatan angin 5 m/s dihasilkan 194,094 Watt.hour/day, dan pada kecepatan angin 5,5 m/s dihasilkan 258,336 Watt.hour/day. Daya yang dihasilkan oleh kincir angin setiap harinya di Pantai Baru yang merupakan lokasi pemasangan kincir angin dengan kecepatan angin rata-rata antara 4 m/s sampai dengan 5,5 m/s dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Total Daya per Hari Kecepatan Angin Daya (m/s) (Watt) Daya per Hari (Watt.hour/day) 4 5,521 99,378 4,5 7, ,498 7

8 5 10, ,094 5,5 14, ,336 Berikut adalah perhitungan untuk menentukan shaft speed (rpm) dan torsinya: 60. λ. v Shaftspeed = π. D Dimana : λ = Tip Speed Ratio v = Kecepatan Angin (m/s) π = 3,14 D = Diameter Sudu Kincir (m) Sedangkan untuk mendapatkan Tip Speed Ratio persamaannya sebagai berikut ini : 80 B= 2 λ λ = 80 B Dimana B adalah jumlah sudu turbin angin. Pada perhitungan ini turbin angin yang akan dibuat menggunakan sudu dengan jumlah 5 buah. Sehingga perhitungannya sebagai berikut : λ = λ = 80 B 80 5 λ = 16 λ = λ. v Shaftspeed = π. D Shaftspeed = v π. D v Shaftspeed = 76, 364 D Tabel 4. Shaft Speed Kecepatan Angin Shaft Speed (rpm) 4 305,456 4,5 343, ,82 5,5 420,002 8

9 Perhitungan Torsi kincir angin adalah sebagai berikut: P P T = ω = πdn Dimana : T = torsi (N) ω = kecepatan sudut D = diameter turbin angin N = jumlah putaran per sekon Dengan memasukkan persamaaaan daya maka diperoleh persaman torsi sebagai berikut : Untuk memperkirakan Starting Torque (Torsi awal) dipergunakan persamaan sebagai berikut : v 2.r 3 Torque= λ Dimana : λ = Tip speed ratio desain v = Kecepatan angin (m/s) D = Diameter sudu kincir (meter) r = Jari-jari sudu kincir (meter) Hasil perhitungannya sebagai berikut : Tabel 5. Torsi Kincir Angin Kecepatan Angin (m/s) Torsi (N) 4 0,50 4,5 0,63 5 0,78 5,5 0, Desain dan Pembuatan Komponen Sistem Kincir Angin Sudu Desain sudu berbahan fiberglass dengan komponen besi di dalamnya dapat dilihat pada gambar. 9

10 Gambar 1.1. Sudu Keterangan : g = 20 cm h = 40 cm Pembuatan komponen sudu dapat dilihat pada diagram alir berikut: Sudu dibuat dari fiberglass yang telah dikombinasikan dengan resin dengan terlebih dahulu membentuk rangka seperti bentuk yang diinginkan, yaitu setengah lingkaran. Sudu yang terbuat dari lapisan fiberglass tersebut kemudian disisipkan komponen besi sebagai rangka dasar yang diletakkan di bagian belakang fiberglass. Sudu di pasang pada komponen utama kincir angin yang diletakkan diatas tower. 10

11 Transmisi Desain transmisi dapat dilihat pada gambar. Gambar 1.2. Transmisi Keterangan: Gear yang digunakan dengan perbandingan 3:1 Pembuatan transmisi dapat dilihat pada diagram alir berikut : Sistem transmisi yang digunakan pada perancangan ini terdiri dari 4 bagian utama, yaitu ada main shaft, main bearing, gear box, dan generator. Sistem transmisi ini di tempatkan dalam suatu rumah transmisi yang bagian atapnya terbuat dari fiberglass, dengan alas penopangnya terbuat dari kayu dan penutup samping rumah transmisi terbuat dari besi. Perbandingan antara perputaran turbin dengan generator adalah 1 : Kolektor Desain kolektor terlihat seperti pada gambar. 11

12 Gambar 1.3. Kolektor Keterangan : k = 50 cm l = 100 cm m = 200 cm Pembuatan kolektor dapat dilihat pada diagram alir berikut: 12

13 Kolektor terbuat dari bahan fiberglass yang telah dicampur dengan resin. Fiberglass dibentuk pada kerangka seperti yang dirancang pada desain. Fiberglass kemudian dilakukan pencampuran dengan resin dan bahan lainnya sehingga dapat membentuk kerangka kolektor dengan menggunakan besi sebagai rangka sementara. Kolektor kemudian dipasang pada bagian utama kincir angina yaitu sudu dan rotor Generator Generator dapat dilihat seperti pada gambar. Gambar 1.4. Generator Spesifikasi generator: Generator yang digunakan yaitu generator DC dengan perputaran maksimal 2000 rpm. Tegangan yang dihasilkan yaitu 6 hingga 120 volt. Arus yang dihasilkan yaitu maksimal 500 watt. 13

14 Tower dan Pondasi Tower dan Pondasi dapat dilihat seperti pada gambar. Gambar 1.5. Tower dan Pondasi Keterangan : q = 50 cm r = 412 cm s = 400 cm Pembuatan tower dapat dilihat pada diagram alir berikut: 14

15 Tower terbuat dari kerangka besi silinder. Tower dibuat dengan dua kerangka utama. Bagian kerangka paling atas didesain untuk pemasangan kabel. Bagian bawah tower didesain untuk menegakkan rotor dan generator. Pada bagian bawah tower dipasang dua kerangka besi pejal sebagai penghubung antar empat tower dengan bentuk menyilang. Dua kerangka besi pejal tersebut juga berfungsi sebagai pemberat agar tidak goyah terpapar angin dan dua kerangka besi pejal tersebut dapat di lepas jika ingin memindahkan kincir angin Sistem Kendali Sistem Kendali dapat dilihat seperti pada gambar. Gambar 1.6. Sistem kendali Kontroler yang digunakan adalah MPPT (Maximum Power Poin Tracking). MPPT merupakan sebuah sistem elektronik yang dioperasikan pada sebuah panel photovoltaic (PV) sehingga panel photovoltaic bisa menghasilkan power maksimum. MPPT berfungsi untuk mengontrol arus dan tegangan yang masuk serta arus dan tegangan yang keluar Metode Pembuatan Komponen Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Dengan mengkaji percobaan secara kuantitatif, pembuatan komponen turbin didasarkan pada pengolahan data-data yang diambil sebelum merancang turbin. 15

16 BAB IV REKAPITULASI BIAYA Tabel 6. Komponen Kepala / Utama Kincir No. Bagian Kincir Bahan Banyaknya Biaya Persatuan (Rp.) 1. Rotor / Sudu, Kolektor, Rumah Transmisi Rangka besi (0.5 m) Biaya Total (Rp.) 5 batang Fiber glass 7 m Resin bening 2 kg Gel Coat 1 kg Katalis 100 cc Erosil 1 ons Pigmen 1 ons Mirror Glaze / Wax 2. Poros Besi pejal silinder 3. Outer Ring Ring besi dan gotri 1 kaleng Besi pejal 2 batang unit set Generator Generator 1 unit Transmisi Gear dan besi silinder 6. Ekor Batang Alumunium siku (3m) 1 set batang Ekor Kipas Plastik 1 m Mur, baut Mur, baut 1 bungkus Kawat Kawat 1 roll Kawat las Kawat las 1 bungkus (5 kg) Lem besi dan kayu alteco 5 bungkus Total Rp , - 16

17 Tabel 7. Komponen Instrumentasi No. Bagian Kincir Bahan Banyaknya Biaya Persatuan (Rp.) Biaya Total (Rp.) 1. Kontroller MPPT 1 unit Lampu DC 10W Lampu DC 10W 3. Kontak listrik Kontak listrik 1 unit unit Baterai Batrai 3unit Kabel Kabel 1 roll Timah timah 1 roll Total Rp Tabel 8. Komponen Penyangga atau Mekanis No. Bagian Kincir Bahan Banyaknya Biaya Persatuan (Rp.) 1. Tower/ Kaki Pipa Besi 2. Tiang Penghubung kaki 3. Dudukan sebagai poros (6 m) Besi Pejal (2 m) Besi silinder (D= 50 cm dan tebal= 30cm) Biaya Total (Rp.) 4 batang batang unit Total Rp Tabel 9. Biaya total keseluruhan No. Nama Bagian Biaya Total (Rp.) 1. Komponen Kepala / Utama Kincir Komponen Instrumentasi Komponen Penyangga atau mekanis Total Rp

18 BAB V PENUTUP Indonesia merupakan salah satu Negara yang sangat berpotensi sumberdaya anginnya. Pemanfaatan energi angin menjadi konversi bentuk lainnya diperlukan kincir angin sebagai converter energi. Desain kincir angin telah mengalami perkembangan guna efisiensi dan meningkatkan kuantitas serta kualitas tangkapan angin. Wind Turbine Collector Portable didesain dan dirancang dengan model Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) dengan mempertimbangkan kondisi angin dan topografi di Indonesia. Dengan tambahan desain kolektor serta model portable yang dapat meningkatkan efisiensi pemindahan alat, Wind Turbine Collector Portable dirancang untuk tangkapan angin dengan kuantitas maksimum dan dapat diaplikasikan sesuai dengan topografi wilayah di Indonesia, terutama daerah pesisir pantai di Yogyakarta. Komponen utama pada bagian sudu kincir yang berjumlah 5 buah sudu ini adalah fiberglass dengan kerangka besi, untuk mempermudah dan mempercepat pergerakan sudu oleh angin. Dengan menggunakan 5 buah sudu, melalui perhitungan secara sistematis dapat dihasilkan Tip Speed Ratio sebesar 4 dan Shaft Speed sebesar 305,456 rpm. Pada desain tambahan kolektor yang juga berbahan utama fiberglass, tidak digunakan rangka besi agar mempermudah tangkapan angina melalui fleksibilitas gerak kolektor. Rumah transmisi dengan bahan utama pada atapnya yaitu fiberglass, pada bagian alasnya berbahan utama kayu, untuk mencegah terjadinya pemuaian dan korosif. Sedangkan untuk penutupnya berbahan besi untuk memperkuat penegakan rangka rumah transmisi. Pada rumah transmisi dirangkai gear dan generator dengan rpm Transmisi yang digunakan yaitu transmisi 1:3. Sedangkan generator yang digunakan yaitu generator dengan perputaran maksimal 2000 rpm. Tegangan yang dihasilkan yaitu 6 hingga 120 volt. Arus yang dihasilkan yaitu 400 sampai dengan 700 watt. Tower dan pondasi di desain dengan menggunakan empat kaki penyangga. Adapun empat kaki penyangga tersebut dibuat untuk mempermudah apabila ingin dilakukan pemindahan wind turbine dari suatu tempat ke tempat lainnya. Selain itu, tidak digunakan pondasi dalam desain Wind Turbine Collector ini untuk mempermudah pemindahan alat. Diantara keempat kaki penyangga yang terbuat dari bahan besi tersebut, dibuat kerangka penyangga menyilang antar kaki penyangga sebanyak dua batang yang terbuat dari bahan besi yang dapat dilepas. Sehingga dapat mempermudah pemindahan alat secara fleksibel. 18

19 DAFTAR PUSTAKA American Wind Energy Association Petunjuk Pemasangan dan Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin diakses pada 19 Oktober 2013 Daryanto, Y., F. A. Yohanes dan F. Hasim, 2005, Potensi, Peluang dan Tantangan Energi Angin di Indonesia, BPPT Tangerang. Buhl, M Wind Turbine Airfoils. National renewable Energy Laboratory. [online] October 15, [cited: January 20, 2011] Jha, A.R Wind Turbine Technology. New York : CRC Press, matsubi W A grade micro grid tie inverter for home system MPPT function. (diakses tanggal 20 Oktober 2013) Piggot, Hugh Wind Power Workshop. s.l. : Centre for Alternative Technology Publication, Sutrisno, Joko Energi Alternatif. Jakarta: Penerbit Erlangga. Windsun Deep Cycle Battery FAQ. (diakses tanggal 20 Oktober 2013) 19

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3. 29 BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN 3.1 Konsep Perancangan Sistem Adapun blok diagram secara keseluruhan dari sistem keseluruhan yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1.

Lebih terperinci

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENGARUH VARIASI JUMLAH STAGE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS TIPE- L Krisna Slamet Rasyid, Sudarno, Wawan Trisnadi

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT Novi Caroko 1,a, Wahyudi 1,b, Aditya Ivanda 1,c Universitas

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE

STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE (VAWT) SKALA KECIL ( Citra Resmi, Ir.Sarwono, MM, Ridho Hantoro, ST, MT) Jurusan Teknik Fisika FTI ITS Surabaya Kampus ITS

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem serta realisasi perangkat keras pada perancangan skripsi ini. 3.1. Gambaran Alat Alat yang akan direalisasikan adalah sebuah alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis meggunakan metode eksperimental dengan pendekatan kuantitatif yaitu melakukan pengamatan untuk mencari data penelitian

Lebih terperinci

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal A. Pendahuluan Angin merupakan sumberdaya alam yang tidak akan habis.berbeda dengan sumber daya alam yang berasal dari fosil seperti gas dan minyak. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pengambilan dan Pengolahan Data Berdasarkan pembelajaran mengenai pembangkit energi tenaga angin yang telah ada maka berdasar dengan fungsi dan kegunaan maka dapat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Prinsip Kerja Turbin Angin Prinsip kerja dari turbin angin adalah mengubah energi mekanis dari angin menjadi energi putar pada kincir. Lalu putaran kincir digunakan untuk memutar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. : Airfoil Clark Y Flat Bottom. : Bolam lampu 360 Watt

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. : Airfoil Clark Y Flat Bottom. : Bolam lampu 360 Watt BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi kincir angin Jenis kincir angin Kapasitas generator Jumlah blade Jenis blade Diameter kincir angin Tinggi tiang kincir angin Variasi sudut blade Beban Spesifikasi

Lebih terperinci

= x 125% = 200 x 125 % = 250 Watt

= x 125% = 200 x 125 % = 250 Watt BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan 4.1.1. Dasar Pemilihan Jenis Kincir Angin Kincir angin merupakan salah satu jenis energi terbarukan yang ramah lingkungan yang dapat dipakai untuk memasok

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012 STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012 Nur Aklis, H mim Syafi i, Yunika Cahyo Prastiko, Bima Mega Sukmana Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angin Angin adalah gerakan udara yang terjadi di atas permukaan bumi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, ketinggian dan temperatur. Semakin besar

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin

BAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin BAB I LANDASAN TEORI 1.1 Fenomena angin Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan lebih tinggi ke tempat yang bertekanan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS 4.1 Pengujian Turbin Angin Turbin angin yang telah dirancang, dibuat, dan dirakit perlu diuji untuk mengetahui kinerja turbin angin tersebut. Pengujian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN. Nama : M. Beny Djaufani ( ) Ardhians A. W. ( Benny Kurnia ( Iqbally M.

PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN. Nama : M. Beny Djaufani ( ) Ardhians A. W. ( Benny Kurnia ( Iqbally M. PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN Nama : M. Beny Djaufani (11-2009-035) Ardhians A. W. (11-2009-0 Benny Kurnia (11-2009-0 Iqbally M. (11-2009-0 Pengertian PLTB Pembangkit Listrik Tenaga Angin atau sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energi angin merupakan salah satu sumber daya yang berlimpah, ramah lingkungan dan bersifat renewable sehingga berpotensi untuk dikembangkan. Secara keseluruhan potensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Kincir Angin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis kincir angin Kapasitas generator Jumlah blade Jenis blade Diameter kincir angin Tinggi tiang kincir angin Variasi sudut blade Beban Spesifikasi

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL Soebyakto Dosen Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal E-mail : soebyakto@gmail.com ABSTRAK Tenaga angin sering disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain daya angin, daya turbin angin, TSR (Tip Speed Ratio), aspect ratio, overlap ratio, BHP (Break Horse

Lebih terperinci

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Bambang Arip Dwiyantoro*, Vivien Suphandani dan Rahman Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Strata-1 Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK Ahmad Farid 1, Mustaqim 2, Hadi Wibowo 3 1,2,3 Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal Abstrak Kota Tegal dikenal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN 4.1 Pengambilan data Pengambilan data dilakukan pada tanggal 11 Desember 212 di Laboratorium Proses Produksi dengan data sebagai berikut : 1. Kecepatan angin (v) = 3

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1.Bahan Perancangan BAB III PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem pembangkit listrik Turbin Impuls menggunakan boiler mini yang sudah dirancang dengan anometer dan berfungsi sebagai pemasukan energi

Lebih terperinci

Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator

Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator (PMSG) menggunakan Switch Mode Rectifier (SMR) Armaditya T.M.S. 2210 105 019 Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin BAB DASAR TEORI.1 Energi Angin Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga zat tersebut mempunyai pengaruh pada keadaan sekitarnya. Menurut mediumnya dikenal banyak jenis energi.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN 4.1 Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan pada tanggal 11 Desember 2012 Januari 2013 di Laboratorium Proses Produksi dengan data sebagai berikut : 1. Kecepatan

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pengujian

Bab IV Analisis dan Pengujian Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH)

PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH) Dinamika Teknik Mesin, Volume No. Juli 01 Kade Wiratama, Mara, Edsona: Pengaruh PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH) I Kade Wiratama,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE ALUMINIUM TIPE FALCON TERHADAP UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbines (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE ALUMINIUM TIPE FALCON TERHADAP UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbines (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT ENGARUH ARIASI SUDUT BLADE ALUMINIUM TIE FALCON TERHADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbines (HAWT) DENGAN KAASITAS 500 WATT Erwin ratama 1,a,Novi Caroko 1,b, Wahyudi 1,c, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia, merupakan bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari seiring dengan pesatnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Turbin Cross Flow Tanpa Sudu Pengarah Pengujian turbin angin tanpa sudu pengarah dijadikan sebagai dasar untuk membandingkan efisiensi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU Muhammad Suprapto Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam Kalimantan MAB Jl. Adhyaksa No.2 Kayutangi Banjarmasin Email : Muhammadsuprapto13@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Literatur Beberapa penelitian yang telah melakukan penelitian terkait ilmu yang menyangkut tentang turbin angin, antara lain: Bambang setioko (2007), Kenaikan harga BBM

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMEN TURBIN ANGIN POROS HORIZONTAL TIPE KERUCUT TERPANCUNG DENGAN VARIASI SUDUT SUDU UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

KAJI EKSPERIMEN TURBIN ANGIN POROS HORIZONTAL TIPE KERUCUT TERPANCUNG DENGAN VARIASI SUDUT SUDU UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN KAJI EKSPERIMEN TURBIN ANGIN POROS HORIZONTAL TIPE KERUCUT TERPANCUNG DENGAN VARIASI SUDUT SUDU UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN Bono Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto,

Lebih terperinci

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0012 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL

ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL Yeni Yusuf Tonglolangi Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Mesin, UKI Toraja email: yeni.y.tonglolangi@gmail.com Abstrak Pola

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PROFIL DAN JUMLAH SUDU PADA VARIASI KECEPATAN ANGIN TERHADAP DAYA DAN PUTARAN TURBIN ANGIN SAVONIUS MENGGUNAKAN SUDU PENGARAH DENGAN LUAS SAPUAN ROTOR 0,90 M 2 SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

PERANCANGAN TURBIN ANGIN TIPE SAVONIUS L SUMBU VERTIKAL. Hendra Darmawan Penulis, Program Studi Teknik Elektro, FT UMRAH,

PERANCANGAN TURBIN ANGIN TIPE SAVONIUS L SUMBU VERTIKAL. Hendra Darmawan Penulis, Program Studi Teknik Elektro, FT UMRAH, PERANCANGAN TURBIN ANGIN TIPE SAVONIUS L SUMBU VERTIKAL Hendra Darmawan Penulis, Program Studi Teknik Elektro, FT UMRAH, hendradarmawan11@gmail.com Ibnu Kahfi Bachtiar ST, M.Sc Dosen Pembimbing, Program

Lebih terperinci

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA).

BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA). BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.

Lebih terperinci

PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS

PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS Sefta Risdiara 1), Chalilillah Rangkuti 2) 1 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan

Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan Agus Sifa a, Casiman S b, Habib Rizqon H c a Jurusan Teknik Mesin,Politeknik Indramayu,Indramayu

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS UNTUK SISTEM PENERANGAN PERAHU NELAYAN

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS UNTUK SISTEM PENERANGAN PERAHU NELAYAN Abstrak RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS UNTUK SISTEM PENERANGAN PERAHU NELAYAN Putri Chairany, Sugiyanto Diploma Teknik Mesin, Sekolah Vokasi, U G M putri.chairany@gmail.com, putri.chairany@ugm.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya konsumsi bahan bakar khususnya bahan bakar fosil sangat mempengaruhi peningkatan harga jual bahan bakar tersebut. Sehingga pemerintah berupaya mencari

Lebih terperinci

UNJUK KERJA TURBIN ANGIN SAVONIUS DUA TINGKAT EMPAT SUDU LENGKUNG L

UNJUK KERJA TURBIN ANGIN SAVONIUS DUA TINGKAT EMPAT SUDU LENGKUNG L SNTMUT - 1 ISBN: 97--71-- UNJUK KERJA TURBIN ANGIN SAVONIUS DUA TINGKAT EMPAT SUDU LENGKUNG L Syamsul Bahri W 1), Taufan Arif Adlie 1), Hamdani ) 1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Samudra

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TORI

BAB II LANDASAN TORI BAB II LANDASAN TORI Proses perancangan suatu alat ataupun yang mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori teori yang berhubungan dengan alat yang dibuat perlu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya penelitian, alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian, apa saja yang menjadi variable dalam penelitian,

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Pemodelan Sistem Turbin Angin. menggunakan software MATLAB SIMULINK. Turbin Angin Tersusun

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Pemodelan Sistem Turbin Angin. menggunakan software MATLAB SIMULINK. Turbin Angin Tersusun 54 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Pemodelan Sistem Turbin Angin Pada penelitian ini Sistem Turbin Angin dibuat dengan menggunakan software MATLAB SIMULINK. Turbin Angin Tersusun atas turbin angin yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pompa Sentrifugal 2.1.1. Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu mesin kinetis yang mengubah energi mekanik menjadi energi fluida menggunakan

Lebih terperinci

SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SKALA KECIL PADA BANGUNAN BERTINGKAT

SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SKALA KECIL PADA BANGUNAN BERTINGKAT SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SKALA KECIL PADA BANGUNAN BERTINGKAT Ibrahim Nawawi 1), Bagus Fatkhurrozi 2) 1 Fakultas Teknik, Universitas Tidar email: ibn.elektro@yahoo.com 2 Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi

START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi PENGGAMBARAN MODEL Pemilihan Pitch Propeller (0,2 ; 0,4 ; 0,6) SIMULASI CFD -Variasi

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 8 bulan, dimulai bulan Agustus 2010 sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu (1)

Lebih terperinci

SEKILAS TEK.MESIN 1994 FT, 2010 FST

SEKILAS TEK.MESIN 1994 FT, 2010 FST SEKILAS TEK.MESIN FST,UNDANA 1994 FT, 2010 FST Konversi Energi Konstruksi Perancangan Rekayasa Material Dosen 21 orang Aktif : (S1=5, S2=13) Sementara study (S2=2, S3=1) Mahasiswa = 198 org Alumni = 164

Lebih terperinci

Karakterisasi Turbin Angin Poros Horizontal Dengan Variasi Bingkai Sudu Flat Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Karakterisasi Turbin Angin Poros Horizontal Dengan Variasi Bingkai Sudu Flat Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin Karakterisasi Turbin Angin Poros Horizontal Dengan Variasi Bingkai Sudu Flat Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin Bono, Gatot Suwoto, Margana, Sunarwo Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl.

Lebih terperinci

Prestasi Kincir Angin Savonius dengan Penambahan Buffle

Prestasi Kincir Angin Savonius dengan Penambahan Buffle Prestasi Kincir Angin Savonius dengan Penambahan Buffle Halim Widya Kusuma 1,*, Rengga Dwi Cahya Hidayat 1, Muh Hamdani 1, 1 1 Teknik Mesin S1, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Energi Angin Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga zat tersebut mempunyai pengaruh pada keadaan sekitarnya. Menurut mediumnya dikenal banyak jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk energi yang lain. Saat ini kebutuhan energi, khususnya energi listrik terus meningkat dengan pesat,

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL KINERJA TURBIN ANGIN VERTIKAL MULTIBLADE TIPE SUDU CURVED PLATE PROFILE DILENGKAPI RUMAH ROTOR DAN EKOR SEBAGAI PENGARAH ANGIN

KAJI EKSPERIMENTAL KINERJA TURBIN ANGIN VERTIKAL MULTIBLADE TIPE SUDU CURVED PLATE PROFILE DILENGKAPI RUMAH ROTOR DAN EKOR SEBAGAI PENGARAH ANGIN B.. Kaji eksperimental kinerja turbin angin vertikal multiblade tipe... (Yusuf D. Herlambang ) KAJI EKSPERIMENTAL KINERJA TURBIN ANGIN VERTIKAL MULTIBLADE TIPE SUDU CURVED PLATE PROFILE DILENGKAPI RUMAH

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012 DESAIN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DENGAN TURBIN HORISONTAL DAN GENERATOR MAGNET PERMANEN TIPE AXIAL KECEPATAN RENDAH Hasyim Asy ari 1, Aris Budiman 2, Wahyu Setiyawan 3 1,2,3) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN KINCIR ANGIN TIPE AXIAL SEBAGAI PEMBANGKIT TENAGA LISRIK

PERANCANGAN KINCIR ANGIN TIPE AXIAL SEBAGAI PEMBANGKIT TENAGA LISRIK PERANCANGAN KINCIR ANGIN TIPE AXIAL SEBAGAI PEMBANGKIT TENAGA LISRIK NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi ABSTRAK Ketergantungan pembangkit listrik terhadap sumber energi seperti solar, gas alam dan batubara yang hampir mencapai 75%, mendorong dikembangkannya energi terbarukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Vertical Axis Wind Turbine Tipe Savonius dengan Variasi Jumlah Fin pada Sudu

Studi Eksperimental Vertical Axis Wind Turbine Tipe Savonius dengan Variasi Jumlah Fin pada Sudu JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Studi Eksperimental Vertical Axis Wind Turbine Tipe Savonius dengan Variasi Jumlah Fin pada Sudu Ola Dwi Sandra Hasan, Ridho Hantoro, Gunawan Nugroho.

Lebih terperinci

Moch. Arif Afifuddin Ir. Sarwono, MM. Ridho Hantoro, ST., MT. Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2010

Moch. Arif Afifuddin Ir. Sarwono, MM. Ridho Hantoro, ST., MT. Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2010 STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI VERTICAL AXIS WIND TURBINE (VAWT) DENGAN VARIASI DESAIN TURBIN Moch. Arif Afifuddin Ir. Sarwono, MM. Ridho Hantoro, ST., MT. Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

PERANCANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU

PERANCANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. Mei 05; 4-46 ERANANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU Supriyo rogram Studi Teknik Konversi Energi oliteknik Negeri Semarang Jl. rof. H. Sudarto, S.H.,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JUMLAH BLADE TERHADAP AERODINAMIK PERFORMAN PADA RANCANGAN KINCIR ANGIN 300 Watt

PENGARUH VARIASI JUMLAH BLADE TERHADAP AERODINAMIK PERFORMAN PADA RANCANGAN KINCIR ANGIN 300 Watt Dinamika Teknik Mesin, Volume 4 No. 2 Juli 2014 jumlah Blade Sayoga, Wiratama, Mara, Agus Dwi Catur: Pengaruh Variasi PENGARUH VARIASI JUMLAH BLADE TERHADAP AERODINAMIK PERFORMAN PADA RANCANGAN KINCIR

Lebih terperinci

PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI

PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ALVI SYUKRI 090421064 PROGRAM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA MINI POWER STATION : NANOHIDRO BIDANG KEGIATAN: PKM-KARSA CIPTA

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA MINI POWER STATION : NANOHIDRO BIDANG KEGIATAN: PKM-KARSA CIPTA 81 LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA MINI POWER STATION : NANOHIDRO BIDANG KEGIATAN: PKM-KARSA CIPTA Diusulkan Oleh: Edyanto G24100019/2010 Resti Salmayenti G24100046/2010 Dewi Sulistyowati G24100059/2010

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN SAVONIUS 200 WATT

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN SAVONIUS 200 WATT Seminar SENATIK Nasional Vol. II, 26 Teknologi November Informasi 2016, ISSN: dan 2528-1666 Kedirgantaraan (SENATIK) Vol. II, 26 November 2016, ISSN: 2528-1666 KoE- 71 RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN SAVONIUS

Lebih terperinci

OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU

OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU Optimasi Daya Turbin Angin Savonius dengan Variasi Celah (Farid) OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU Ahmad Farid Prodi. Teknik Mesin, Universitas Pancasakti

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat

Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No., (05) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) G-0 Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat Agus Suhartoko, Tony Bambang Musriyadi, Irfan Syarif Arief Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISA PUTARAN RODA GIGI PADA KINCIR AIR TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN GENERATOR MINI DC

ANALISA PUTARAN RODA GIGI PADA KINCIR AIR TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN GENERATOR MINI DC ANALISA PUTARAN RODA GIGI PADA KINCIR AIR TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN GENERATOR MINI DC Sugeng Triyanto Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Kata kunci : Putaran,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TURBIN HELIKS ALIRAN DATAR TIPE L C500

RANCANG BANGUN TURBIN HELIKS ALIRAN DATAR TIPE L C500 Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 RANCANG BANGUN TURBIN HELIKS ALIRAN DATAR TIPE L C500 1 Novrinaldi, 2 Aidil Haryanto, dan 3 Umi Hanifah 1,2,3 Balai Besar Pengembangan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 4415 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Vertical Axis Wind Turbine Tipe Savonius dengan Variasi Jumlah Fin pada Sudu

Studi Eksperimental Vertical Axis Wind Turbine Tipe Savonius dengan Variasi Jumlah Fin pada Sudu JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) B-350 Studi Eksperimental Vertical Axis Wind Turbine Tipe Savonius dengan Variasi Jumlah Fin pada Sudu Ola Dwi Sandra Hasan, Ridho Hantoro,

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, penggunaan sumber energi fosil tak pelak lagi merupakan sumber energi utama yang digunakan oleh umat manusia. Dalam penggunaan energi nasional di tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Proses perancangan suatu alat ataupun mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam pendesainan dan ukuran. Teori teori yang berhubungan dengan alat yang dibuat perlu

Lebih terperinci

Pembangkit Listrik Tenaga Angin dengan Memanfaatkan Kecepatan Angin Rendah

Pembangkit Listrik Tenaga Angin dengan Memanfaatkan Kecepatan Angin Rendah Pembangkit Listrik Tenaga Angin dengan Memanfaatkan Kecepatan Angin Rendah Ayub Subandi Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia * ayub.subandi@email.unikom.ac.id

Lebih terperinci

Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin

Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018) ANALISA PENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN LEBAR SUDU TERHADAP EFISIENSI TURBIN ANGIN SAVONIUS U Bayu Dwiyan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Turbin Angin Bila terdapat suatu mesin dengan sudu berputar yang dapat mengonversikan energi kinetik angin menjadi energi mekanik maka disebut juga turbin angin. Jika energi

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Pembebanan Pada Poros Utama Turbin Angin Terhadap Putaran, Daya Listrik, dan Kinerja Turbin Angin Golden Blade

Pengaruh Variasi Pembebanan Pada Poros Utama Turbin Angin Terhadap Putaran, Daya Listrik, dan Kinerja Turbin Angin Golden Blade Pengaruh Variasi Pembebanan Pada Poros Utama Turbin Angin Terhadap Putaran, Daya Listrik, dan Kinerja Turbin Angin Golden Blade Bella Rukmana *, Sapto Wiratno Satoto, Wowo Rossbandrio Batam Polytechnics

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2

Lebih terperinci

Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018)

Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018) Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018) ANALISA PENGARUH JUMLAH SUDU DAN LAJU ALIRAN TERHADAP PERFORMA TURBIN KAPLAN Ari Rachmad Afandi 421204156

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Angin Energi angin yang kita kenal merupakan bentuk tidak langsung dari energi matahari karena angin terjadi oleh adanya pemanasan yang tidak merata yang terjadi pada

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TIPE SAVONIUS JENIS SPLIT S DENGAN SISTEM MAGNETIC LEVITATION SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

KAJI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TIPE SAVONIUS JENIS SPLIT S DENGAN SISTEM MAGNETIC LEVITATION SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF KAJI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TIPE SAVONIUS JENIS SPLIT S DENGAN SISTEM MAGNETIC LEVITATION SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF Miftahur Rahmat 1,Kaidir 1,Edi Septe S 1 1 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN PELTON MINI BERTEKANAN 7 BAR DENGAN DIAMETER RODA TURBIN 68 MM DAN JUMLAH SUDU 12

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN PELTON MINI BERTEKANAN 7 BAR DENGAN DIAMETER RODA TURBIN 68 MM DAN JUMLAH SUDU 12 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN PELTON MINI BERTEKANAN 7 BAR DENGAN DIAMETER RODA TURBIN 68 MM DAN JUMLAH SUDU 12 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik DONALD SUPRI

Lebih terperinci

Energi angin (Wind Energy) Hasbullah, S.Pd., MT

Energi angin (Wind Energy) Hasbullah, S.Pd., MT Energi angin (Wind Energy) Hasbullah, S.Pd., MT Dasar Energi Angin Semua energi yang dapat diperbaharui dan berasal dari Matahari. (kecuali.panas bumi) Matahari meradiasi 1,74 x 1.014 kilowatt jam energi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN BAB III METODOLOGI PENGUKURAN Kincir angin merupakan salah satu mesin konversi energi yang dapat merubah energi kinetic dari gerakan angin menjadi energi listrik. Energi ini dibangkitkan oleh generator

Lebih terperinci

Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut

Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut Dinamika Teknik Mesin 6 (2016) 107-112 Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut I.B. Alit*, Nurchayati, S.H. Pamuji Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN Sulistyo Atmadi Ahmad Jamaludln Fltroh Peneliti Pusat Teknologi Dirgantara Terapan, LAPAN ABSTRACT A method for determining

Lebih terperinci