Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten Tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten Tahun"

Transkripsi

1 1

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat dengan Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Sumber Daya Air dan Permukiman Provinsi Banten disusun sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 7 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mengamanatkan bahwa setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diwajibkan menyusun Rencana Kerja sebagai acuan dalam penyelenggaraan pembangunan Daerah, baik untuk jangka menengah (lima tahunan) maupun jangka pendek (tahunan). Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Renstra SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD yang disusun dengan berpedoman pada RPJMD dan bersifat indikatif, dimana dalam penyusunannya memiliki tahapan sebagai berikut: a. persiapan penyusunan Renstra SKPD; b. penyusunan rancangan Renstra SKPD; c. penyusunan rancangan akhir Renstra SKPD; dan d. penetapan Renstra SKPD 2

3 Dokumen Renstra memiliki keterkaitan dengan dokumen perencanaan pembangunan lainnya. Bentuk keterkaitan antara Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten Tahun dengan dokumen perencanaan lainnya adalah sebagai berikut : 1. Hubungan Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Banten. a) Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten menyiapkan Rancangan Awal (Draft) Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten Tahun dengan berpedoman pada Rancangan Awal RPJMD Provinsi Banten; b) Rancangan Awal (Draft) Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten Tahun menjadi input dalam memuktahirkan Rancangan Awal RPJMD Provinsi Banten Tahun menjadi Rancangan RPJMD Provinsi Banten; c) Pada tahap akhir, Rancangan Akhir RPJMD Provinsi Banten yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah dijadikan pedoman bagi Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten dalam menetapkan Rancangan Akhir Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten Tahun dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten tentang Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten Tahun Hubungan Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten dengan Rencana Kerja (Renja) Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten. a) Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten menyiapkan Rancangan Awal (Draft) Renja (Rencana Kerja) Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten dengan berpedoman pada Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Banten dan mengacu pada Renstra Dinas Sumber Daya Air dan 3

4 Pemukiman Provinsi Banten Tahun melalui Forum SKPD se-provinsi Banten Urusan Sumber Daya Air dan Pemukiman; b) Rancangan Awal Renja SKPD Provinsi Banten termasuk Renja Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman menjadi input bagi BAPPEDA Provinsi Banten untuk melakukan finalisasi Rancangan Awal RKPD Provinsi Banten menjadi Rancangan RKPD Provinsi Banten; c) Rancangan Akhir RKPD Provinsi Banten digunakan sebagai pedoman dan acuan bagi SKPD Provinsi Banten dalam pemuktahiran Rancangan Renja SKPD menjadi Rancangan Akhir Renja SKPD termasuk Rancangan Akhir Renja SKPD Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten; d) Pada tahap akhir Rancangan Akhir RKPD Provinsi Banten ditetapkan dengan Peraturan Gubernur dengan berpedoman pada Peraturan Gubernur tentang RKPD Provinsi Banten, maka SKPD Provinsi Banten menetapkan Rancangan Akhir Renja SKPD menjadi Rencana Kerja (RENJA) SKPD termasuk RENJA Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pada dasarnya mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan nasional menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. Guna melaksanakan hal tersebut maka pemerintah daerah dalam membuat perencanaan pembangunan mengeluarkan 6 (enam) jenis dokumen perencanaan dan penganggaran yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra- SKPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja SKPD (Renja-SKPD). Dari segi waktu dokumen tersebut dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu dokumen perencanaan jangka panjang (20 tahun) terdiri dari RPJPD 4

5 dan RTRWP, perencanaan jangka menengah (5 tahun) terdiri dari RPJMD dan Renstra-SKPD, serta jangka pendek (1 tahun) terdiri dari RKPD dan Renja-SKPD. Keterkaitan Renstra dengan dokumen perencanaan lainnya, dapat diilustrasikan sebagai berikut : 1. Visi 2. Misi 3. Arah Pembangunan Daerah RPJMD 1. Isu Strategis 2. Visi 3. Misi Tujuan Sasaran 4. Strategi dan Kebijakan 5. Program* 6. Indikasi Kegiatan* RENSTRA - SKPD 1.Isu Strategis 2. Visi 3. Misi Tujuan Sasaran 4. Strategi dan Kebijakan 5. Program* RKPD 1. Mengadopsi Komponen 1 s/d 5 pada RPJMD 2. Kegiatan* (Berpedoman pada indikasi kegiatan dalam RPJMD) KETERANGAN : Keterkaitan antar Dokumen Perencanaan Keterkaitan antar Komponen Dokumen Mempedomani Perencanaan RENJA - SKPD 1. Mengadopsi Komponen 1 s/d 5 pada RENSTRA-SKPD 2. Kegiatan* (Berpedoman pada indikasi kegiatan dalam Renstra- SKPD) Mempedomani Perumusan Saling Mempengaruhi Keselarasan Rumusan * Rumusan Yang Ditekankan Gambar 1. 1 Keterkaitan Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten dengan Dokumen Perencanaan Lainnya RPJMD Provinsi Banten Tahun yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah terpilih, dalam penyusunannya berpedoman pada RPJPD dengan memperhatikan RPJMN. 5

6 RPJMD selanjutnya dijabarkan dalam RKPD dan menjadi pedoman bagi SKPD dalam menyusun Renstra SKPD, Renja SKPD dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD. RKPD dan RKA-SKPD inilah yang selanjutnya disusun menjadi Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) setiap tahunnya. Dokumen RPJMD juga diacu dalam penyusunan RPJMD Kabupaten/ Kota dan berfungsi dalam pengendalian dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan untuk periode 5 (lima) tahun mendatang. Adapun Keterkaitan antara dokumen perencanaan dapat diilustrasikan sebagai berikut: Gambar 1. 2 Keterkaitan Antar Dokumen Perencanaan 1.2. LANDASAN HUKUM Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten Tahun disusun berlandaskan pada peraturan perundang - undangan sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten; 2. Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 6

7 4. Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undangundang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah; 8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan; 9. Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang; 11. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; 12. Undang-Undang No. 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan; 13. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 18. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 7

8 20. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Tahun ; 21. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi; 22. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah; 23. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung; 24. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 25. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan; 26. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda; 27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 28. Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 29. KepmenPAN No. KEP/135/M.PAN/9/2004 tentang Pedoman Umum Evaluasi LAKIP; 30. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2007 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah; 31. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 6 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi Banten; 32. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Banten Tahun ; 33. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten ; 8

9 34. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Banten; 35. Peraturan Gubernur Banten Nomor 14 Tahun 2013 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Banten MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan Tujuan dari penyusunan Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten Tahun , adalah sebagai berikut : 1. Menetapkan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten berdasarkan tugas dan fungsinya Periode ; 2. Menetapkan Program dan Indikasi Kegiatan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten berdasarkan tugas dan fungsinya untuk periode ; 3. Memberikan acuan dan pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Tahunan (RENJA) Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten berdasarkan RPJMD Provinsi Banten dilihat dari kebutuhan daerah di bidang Sumber Daya Air dan Pemukiman untuk periode ; 4. Memberikan dasar dalam pengendalian dan evaluasi Rencana Kerja (RENJA) Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten berdasarkan penilaian tingkat keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaan kegiatan kegiatan tahunan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten. Evaluasi kinerja kegiatan dilakukan dengan menilai tingkat pencapaian terhadap setiap indikator kinerja kegiatan SISTEMATIKA PENULISAN Rencana Strategis Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten Tahun disusun dengan sistematika penulisan dan garis besar isi sebagai berikut : 9

10 BAB I PENDAHULUAN Mengemukakan secara ringkas latar belakang dari penyusunan Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman, landasan hukum dan pedoman-pedoman yang dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan perencanaan dan penyelenggaraan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman, Maksud dan Tujuan dari Penyusunan Renstra dan sistematika penulisan berupa susunan garis besar isi dokumen. BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PEMUKIMAN Memuat informasi tentang peran (tugas dan fungsi) Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, mengulas secara ringkas apa saja sumber daya yang dimiliki Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya, mengemukakan capaian-capaian penting yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan Renstra periode sebelumnya, mengemukakan capaian program prioritas yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya, dan mengulas hambatan-hambatan utama yang masih dihadapi dan dinilai perlu diatasi melalui Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Tahun BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian ini dikemukakan permasalahan-permasalahan pelayanan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman beserta faktorfaktor yang mempengaruhinya, mengemukakan apa saja tugas dan fungsi Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman yang terkait dengan visi, misi, serta program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih. Selanjutnya dipaparkan apa saja faktor-faktor 10

11 penghambat dan pendorong pelayanan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman yang dapat mempengaruhi pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah tersebut dari sasaran jangka menengah Renstra Kementerian Pekerjaan Umum ataupun ditinjau dari implikasi RTRW dan KLHS sehingga diperoleh informasi tentang apa saja isu strategis yang akan ditangani melalui Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman tahun BAB IV BAB V BAB VI VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Dikemukakan rumusan pernyataan visi dan misi, rumusan pernyataan tujuan dan sasaran jangka menengah serta rumusan pernyataan strategi dan kebijakan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman dalam lima tahun mendatang. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif. INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Dikemukakan indikator kinerja yang secara langsung menunjukkan kinerja yang akan dicapai Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman dalam lima tahun mendatang sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD. 11

12 BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PEMUKIMAN 2.1. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Banten, untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih dan terstruktur, sistematik, terorganisir, transparan dan akuntabel diperlukan organisasi perangkat daerah Pemerintah Provinsi Banten yang bersinergi dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah Kab/ Kota dalam melayani masyarakat. Perangkat Daerah merupakan unsur pembantu Gubernur dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah. Dinas Daerah adalah unsur pelaksana otonomi daerah. Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten merupakan salah satu Dinas Daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Banten. Dalam hal menjalankan tugasnya, Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten mengacu pada Peraturan Gubernur Banten Nomor 14 Tahun 2013 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Banten. Terkait dengan tugas dan fungsi, di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota, 12

13 telah ditetapkan secara lebih spesifik tentang mandat yang diberikan kepada Dinas Sumber Daya Air dan Permukiman yang terbagi ke dalam 2 (dua) bidang utama, yaitu urusan bidang Pekerjaan Umum dan urusan bidang Perumahan yang selanjutnya dibagi lagi ke dalam sub-sub bidang urusan. Penyusunan Renstra ini, disamping berdasarkan pada tugas dan fungsi Dinas Sumber Daya Air dan Permukiman Provinsi Banten, juga berlandaskan pada pemetaan kondisi lingkungan serta isu-isu strategis yang terus berkembang serta mengacu pada arah kebijakan yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) maupun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Susunan Renstra dimulai dengan pemaparan tentang kondisi dan tantangan penyelenggaraan bidang Sumber Daya Air dan pemukiman; visi, misi, tujuan dan sasaran Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman; strategi penyelenggaraan infrastruktur sumber daya air dan permukiman; serta program dan kegiatan. Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Permukiman Provinsi Banten ini selanjutnya akan menjadi acuan dalam penyusunan rencana aksi masingmasing Bidang/ Balai/ Sekretariat di lingkungan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten serta Rencana Kerja dan Anggaran Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten tahun Berdasarkan Undang-Undang sektor Pekerjaan Umum yang terdiri atas Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, penyelenggaraan bidang pekerjaan umum dan bidang perumahan telah dimandatkan secara tegas oleh ketentuan peraturan 13

14 perundang-undangan tersebut dan peraturan pelaksanaannya yang menjadi turunan dari Undang-Undang di atas. Gambar 2.1 Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten Tugas dan Fungsi Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten adalah sebagai berikut : a. Tugas Pokok Tugas pokok Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten adalah Melaksanakan penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di Bidang Pekerjaan Umum yang meliputi Sub Bidang Sumber Daya Air, Sub Bidang Perumahan Pemukiman dan Bangunan Gedung, serta merumuskan/menyusun kebijakan, pembinaan teknis, perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pelaksanaan pembangunan lintas kabupaten/kota. b. Fungsi Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Dinas Sumber daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 14

15 1. Perumusan kebijakan teknis Bidang Pekerjaan Umum yang meliputi Sub Bidang Sumber Daya Air, Sub Bidang Perumahan Permukiman dan Bangunan Gedung; 2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum Bidang Pekerjaan Umum yang meliputi Sub Bidang Sumber Daya Air, Sub Bidang Perumahan Permukiman dan Bangunan Gedung; 3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas Bidang Pekerjaan Umum yang meliputi Sub Bidang Sumber Daya Air, Sub Bidang Perumahan Permukiman dan Bangunan Gedung; 4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh gubernur sesuai Bidang Pekerjaan Umum yang meliputi Sub Bidang Sumber Daya Air, Sub Bidang Perumahan Permukiman dan Bangunan Gedung; 5. Pembinaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Dinas; 6. Pertanggungjawaban kegiatan dinas kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah;dan 7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsi. 8. Perumusan kebijakan teknis Bidang Pekerjaan Umum yang meliputi Sub Bidang Sumber Daya Air, Sub Bidang Perumahan Permukiman dan Bangunan Gedung; 9. Perumusan kebijakan teknis Bidang Pekerjaan Umum yang meliputi Sub Bidang Sumber Daya Air, Sub Bidang Perumahan Permukiman dan Bangunan Gedung; 10. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum Bidang Pekerjaan Umum yang meliputi Sub Bidang Sumber Daya Air, Sub Bidang Perumahan Permukiman dan Bangunan Gedung; 11. Pembinaan dan pelaksanaan tugas Bidang Pekerjaan Umum yang meliputi Sub Bidang Sumber Daya Air, Sub Bidang Perumahan Permukiman dan Bangunan Gedung; 12. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh gubernur sesuai Bidang Pekerjaan Umum yang meliputi Sub Bidang Sumber Daya Air, Sub Bidang Perumahan Permukiman dan Bangunan Gedung; 15

16 13. Pembinaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Dinas; 14. Pertanggungjawaban kegiatan dinas kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah;dan 15. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsi. Sesuai dengan yang tercantum di dalam Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Banten, Kedudukan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten adalah sebagai berikut (Pasal 46): a) Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang Sumber Daya Air dan Pemukiman. b) Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Kemudian dijelaskan dalam Pasal 47, bahwa Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan di bidang Sumber Daya Air dan Pemukiman. Sedangkan, pada Pasal 48 dijelaskan Susunan organisasi Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan : 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub Bagian Keuangan; 3. Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan. c. Bidang Bina Teknik, membawahkan: 1. Seksi Data dan Informasi; 2. Seksi Perencanaan Teknis; 3. Seksi Pengawasan Teknis. d. Bidang Sungai, membawahkan: 1. Seksi Sungai, Danau dan Waduk; 16

17 2. Seksi Rawa dan Pantai; 3. Seksi Penanggulangan Bencana. e. Bidang Irigasi, membawahkan: 1. Seksi Pengembangan Irigasi; 2. Seksi Pengujian Air; 3. Seksi Rehabilitasi Irigasi. f. Bidang Perumahan dan Pemukiman, membawahkan: 1. Seksi Perumahan dan Pemukiman; 2. Seksi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan; 3. Seksi Tata Bangunan. g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional. Struktur Organisasi Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten dapat digambarkan sebagai berikut: 17

18 LAMPIRAN VIII PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 3 Tahun 2012 TANGGAL : 8 Agustus 2012 KELOMPOK JABATAN SEKRETARIS SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN KEPALA BAGAN STRUKTUR SUB BAGIAN KEUANGAN SUB BAGIAN PROGRAM, BIDANG BINA TEKNIK 18

19 Uraian Tugas dan Fungsi Satuan Organisasi 1. Kepala Dinas 1. Tugas pokok Kepala Dinas : Membantu Gubernur melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembatuan di bidang sumber daya air dan pemukiman. 2. Fungsi Kepala Dinas : a. Penyusunan rencana strategis dinas berdasarkan rencana strategis pemerintah daerah; b. Perumusan kebijakan teknis dibidang sumber daya air dan pemukiman sesuai rencana strategis dinas; c. Pelaksanaan dan koordinasi kegiatan dinas; d. Pembinaan, penyelenggaraan dan koordinasi bidang Bina Teknik; e. Pembinaan, penyelenggaraan dan koordinasi bidang Sungai; f. Pembinaan, penyelenggaraan dan koordinasi bidang Irigasi g. Pembinaan, penyelenggaraan dan koordinasi bidang Perumahan dan Pemukiman; h. Pembinaan, pengembangan dan penyelenggaraan Administrasi Ketatausahaan Dinas; I Pembinaan Unit Pelaksana Teknis ( UPT) Dinas Lingkup Dinas; j. Pembinaan terhadap Jabatan Fungsional; 3. Tugas Kepala Dinas : a. Menyusun rencana strategis Dinas; 19

20 b. Menyusun rencana kerja Dinas; c. Merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi penyusunan program dan kegiatan sesuai dengan tugasnya; d. Memimpin, membina dan mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan dinas; e. Menyelenggarakan koordinasi kegiatan dinas dengan unit kerja terkait; f. Melaksanakan pengawasan, evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dinas ; g. Melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi dalam pelaksanaan tugas; h. Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan fungsinya. 2. Sekretaris Dinas 1. Tugas pokok Sekretaris Dinas : Membantu Kepala Dinas melaksanakan perumusan rencana program dan kegiatan, mengkoordinasikan, monitoring, urusan administrasi umum dan kepegawaian, keuangan serta perencanaan evaluasi dan pelaporan. 2. Fungsi Sekretaris Dinas : a. Penyusunan rencana program dan kegiatan sesuai dengan bidang tugasnya; b. Perumusan kebijakan, pedoman, standarisasi, koordinasi, pembinaan dan pengembangan administrasi umum dan kepegawaian, keuangan serta evaluasi dan pelaporan; 20

21 c. Perumusan pengaturan, pembinaan, pengembangan pelaksanaan administrasi umum dan kepegawaian, keuangan serta evaluasi dan pelaporan; d. Pelaksanaan evaluasi, supervisi dan pelaporan kebijakan strandarisasi program administrasi umum dan kepegawaian, keuangan serta evaluasi dan pelaporan; e. Penyiapan data dan bahan urusan adminstrasi umum dan kepegawaian, keuangan serta evaluasi dan pelaporan; f. Pengelolaan urusan administrasi umum dan kepegawaian, keuangan, penyusnan program evaluasi dan pelaporan; g. Pelaksanaan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya. 3. Tugas Sekretaris Dinas : a. Menyusun rencana kerja kesekretariatan Dinas; b. Menyiapkan bahan kebijakan, pedoman, standarisasi, pelayanan administrasi umum dan kepegawaian, keuangan serta evaluasi dan pelaporan; c. Menyiapkan bahan pembinaan dan pengembangan adminsitrasi umum dan kepegawaian, keuangan serta evaluasi dan pelaporan; d. Menyiapkan bahan administrasi umum dan kepegawaian, keuangan, evaluasi dan pelaporan; e. Menyiapkan bahan program dan kegiatan adminsitrasi umum dan kepegawaian, keuangan serta evaluasi dan pelaporan; f. Meyiapkan bahan program dan kegiatan kesekretariatan, perlengkapan, kerumahtanggaaan, perpustakaan, kehumasan dan penyusunan program; g. Menyiapkan bahan kegiatan pengelolaan keuangan; 21

22 h. Menyiapkan bahan administrasi kepegawaian dinas; i. Melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi dalam pelaksanaan tugas; j. Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan fungsinyan; k. Melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 1. Tugas Pokok Kepala Sub-Bagian Umum dan Kepegawaian : Membantu Sekretaris dalam melaksanakan penyiapan administrasi surat menyurat, kearsipan, perlengkapan, rumah tangga, kepustakaan, kehumasan, administrasi kepegawaian dan pengelolaan inventaris barang dan aset Dinas. 2. Tugas Kepala Sub-Bagian Umum dan Kepegawaian : a. Menyusun rencana kerja sub bagian; b. Melaksanakan administrasi ketatausahaan Dinas; c. Melaksanakan urusan rumah tangga Dinas; d. Melaksanakan kegiatan kearsipan dan pengelolaan kepustakaan; e. Melaksanakan penyusunan rencana kebutuhan barang Dinas; f. Melaksanakan pengelolaan inventaris barang dan aset Dinas; g. Melaksanakan pengelolaan kebersihan, ketertiban dan keamanan kantor serta lingkungannya; h. Melaksanakan fungsi kehumasan; i. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan dan administrasi kepegawaian lingkup dinas; j. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya. 22

23 2.2. Kepala Sub Bagian Keuangan 1. Tugas Pokok Kepala Sub Bagian Keuangan Membantu Sekretaris dalam melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana anggaran, pembukuan, verifikasi dan perbendaharaan dinas. 2. Tugas Kepala Sub-Bagian Keuangan : a. Menyusun rencana kerja sub bagian; b. Melaksanakan penyiapan rencana anggaran kas kegiatan di lingkungan dinas; c. Melaksanakan penyiapan bahan pembayaran dan pengeluaran anggaran belanja dinas dari sumber APBD maupun APBN; d. Melaksanakan kegiatan perbendaharaan dalam rangka pembiayaan kegiatan dinas sesuai anggaran yang telah ditetapkan; e. Melaksanakan pembayaran gaji pegawai sesuai dengan ketentuan yang berlaku; f. Melaksanakan pembukuan penerimaan dan pengeluaran keuangan; g. Melaksanakan administrasi pemungutan, pelaporan dan penyetoran pajak- pajak; h. Melaksankan penyiapan data, perhitungan anggaran dan belanja dinas; i. Menyusun laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dinas; j. Melaksanakan pengaawasan administrasi kebendaharawanan lingkup dinas; k. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya. 23

24 2.3. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan 1. Tugas Pokok Kepala Sub-Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan: Membantu Sekretaris dalam melaksanakan penyiapan perumusan program dan kegiatan, evaluasi dan pelaporan. 2. Tugas Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan : a. Menyusun rencana kerja sub bagian; b. Melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana strategis ( Renstra) Dinas; c. Melaksankan penyiapan bahan rencana anggaran belanja dinas dari sumber APBN maupun APBD; d. Melaksanakan penyiapan bahan program dan kegiatan dinas; e. Melaksanakan penyiapan bahan pengumpulan indikator keberhasilan kegiatan dinas; f. Melaksanakan penyusunan rencana kerja tahunan kedalam program kegiatan; g. Melaksanakan fasilitasi program dan kegiatan Dinas dari Pemerintah Pusat untuk Provinsi dan kabupaten/ kota; h. Melaksanakan penyiapan bahan petunjuk pelaksanaan kegiatan dinas; i. Melaksanakan penyiapan bahan dalam rangka mendukung dan membantu penyelenggaraaan kegiatan Dinas; j. Melaksanakan pengelolaan dan pelaporan pelaksanaan pembangunan yang bersumber dari dana APBD maupun APBN; 24

25 k. Melaksanakan penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan pembangunan yang bersumber dari dana APBD dan APBN ke Kabupeten / Kota; l. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya. 3. Kepala Bidang Bina Teknik a. Tugas Pokok Kepala Bidang Bina Teknik : Membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan pembinaan, koordinasi, evaluasi dan perumusan teknis operasional. b. Fungsi Kepala Bidang Bina Teknik : a. Perumusan kebijakan teknis operasional pengolahan data dan informasi, perencanaan teknis, dan pengawasan teknis; b. Penyusunan pedoman pengaturan standarisasi data dan informasi, perencanaan teknis dan pengawasan teknis; c. Pembinaan, pengembangan, pengolahan data dan informasi, perencanaan teknis dan pengawasan teknis; d. Pengkoordinasian dan sinkronisasi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data dan informasi, perencaaan teknis dan pengawasan teknis; e. Pelaksanaan kegiatan pengolahan data dan informasi, perencanaan teknis dan pengawasan teknis; f. Pelaksanaan evaluasi, supervisi dan pelaporan kebijakan teknis operasional pengolahan data dan informasi, perencanaan teknis dan pengawasan teknis; c. Tugas Kepala Bidang Bina Teknik : a. Menyusun rencana kerja bidang; 25

26 b. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis operasional pengolahan data dan informasi, perencanaan teknis dan pengawasan teknis; c. Menyiapkan bahan pembinaan dan pengembangan pengolahan data dan informasi, perencanaan teknis dan pengawasan teknis; d. Menyiapkan bahan pengendalian teknis program pengolahan data dan informasi, perencanaan teknis dan pengawasan teknis; e. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan pembinaan dan pengendalian teknis program pengolahan data dan informasi, perencanaan teknis dan pengawasan teknis; f. Melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi dalam pelaksanaan tugas; g. Menyiapkan bahan dokumen perijinan pemanfaatan ruang dan pemanfaatan sumber daya air; h. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya Kepala Seksi Data dan Informasi (1) Tugas Pokok Kepala Seksi Data dan Informasi Membantu Kepala Bidang Bina Teknisk dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional kegiatan dibidang data dan informasi. (2) Tugas Kepala Seksi Data dan Infomasi : a. Menyusun rencana kerja seksi; b. Melaksanakan pengolahan data dan informasi; c. Melaksanakan penyiapan bahan system informasi bidang sumber daya air dan pemukiman; d. Melaksanakan penyiapan bahan implementasi kebijakan teknis dibidang data dan informasi; 26

27 e. Melaksanakan penyiapan bahan rencana kebutuhan dan pengadaan data dan informasi; f. Melaksanakan penyiapan bahan fasilitasi penyelenggaraan pengolahan data dan informasi; g. Melaksanakan pengolahan data dan informasi sebagai bahan kebijakan teknis retribusi pemanfaatan sumber daya air; h. Melaksanakan penyiapan bahan dokumen perijinan pemanfaatan ruang dan pemanfaatan sumber daya air; i. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya Kepala Seksi Perencanaan Teknis (1) Tugas Pokok Kepala Seksi Perencanaan Teknis ; Membantu kepala bidang Bina Teknik dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional kegiatan perencanaan teknis; 2. Tugas Kepala Seksi Perencanaan Teknis: a. Menyusun rencana kerja seksi; b. Melaksanakan pengolahan data perencanaan teknis; c. Melaksanakan penyiapan bahan rumusan implemetasi kebijakan teknis; d. Melaksanakan penyiapan bahan untuk keperluan perencanaan teknis sumber daya air, perumahan pemukiman dan bangunan gedung; e. Melaksanakan perencanaan pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi sumber daya air, perumahan pemukiman dan bangunan gedung; 27

28 f. Melakasanakan penyiapan bahan pembinaan dan petunjuk teknis perencanaan sumber daya air, perumahan pemukiman dan bangunan gedung; g. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya Kepala Seksi Pengawasan Teknis (1) Tugas Pokok Kepala Seksi Pengawasan Teknis : Membantu Kepala Bidang Bina Teknik dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional kegiatan pengawasan teknis. (2) Tugas Kepala Seksi Pengawasan Teknis: a. Menyusun rencana kerja Seksi; b. Melaksanakan pengawasan teknis; c. Melaksanakan penyiapan bahan untuk keperluan pengawasan teknis sumber daya air, perumahan permukiman dan bangunan gedung; d. Melaksanakan pengawasan pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi sumber daya air, perumahan permukiman dan bangunan gedung; e. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan dan petunjuk teknis pengawasan teknis sumber daya air, perumahan pemukiman dan bangunan gedung; f. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya. 4. Kepala Bidang Sungai 1. Tugas Pokok Kepala Bidang Sungai Membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan pembinaan, koordinasi, evaluasi dan perumusan kebijakan teknis operasional bidang sungai. 28

29 2. Fungsi Kepala Bidang Sungai : a. Perumusan kebijakan teknis operasional bidang sungai, situ, danau, waduk,rawa, pantai dan penanggulangan bencana; b. Pembinaan, pengembangan dan pelaksanaan pengelolaan sungai, situ, danau, waduk, rawa, pantai dan penanggulangan bencana; c. Pengkoordinasikan dan sinkronisasi kegiatan bidang sungai, situ, danau, waduk, rawa, pantai dan penanggulangan bencana; d. Pelaksanaan program dan kegiatan bidang sungai, situ, danau, waduk, rawa, pantai dan penanggulangan bencana; e. Pelaksanaan evaluasi dan supervisi kegiatan bidang sungai, situ, danau, waduk, rawa, pantai dan penanggulangan bencana. 3. Tugas Kepala Bidang Sungai: a. Menyusun rencana kerja Bidang; b. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis operasional bidang sungai, situ, danau, waduk, rawa, pantai dan penanggulangan banecana; c. Menyiapkan penyelenggaraan pembinaan pengelolaan sungai, situ, danau, waduk, rawa, pantai dan penanggulangan bencana; d. Menyiapkan kegiatan pendayagunaan sungai, situ, danau, waduk, rawa, pantai dan penanggulangan bencana; e. Menyiapkan pengendalian teknis kegiatan, pendayagunaan sungai, situ, danau, waduk, rawa, pantai dan penganggulangan bencana; f. Menyiapkan rencana kebutuhan penanggulangan bencana; g. Melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi dalam pelaksanaan tugas; h. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya. 29

30 4.1. Kepala Seksi Sungai, Danau dan Waduk (1) Tugas Pokok Kepala Seksi Sungai, Danau dan Waduk. Membantu Kepala Bidang Sungai dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional kegiatan pengelolaan sungai, situ, danau dan waduk; (2) Tugas Kepala Seksi Sungai, Danau dan Waduk. a. Menyusun rencana kerja Seksi; b. Melaksanakan pemutakhiran data sungai, danau dan waduk; c. Melaksanakan penyiapan bahan rumusan kebijakan teknis pengelolaan sungai, situ, danau dan waduk; d. Melaksanakan pembinaan pengelolaan sungai, situ, danau dan waduk; e. Melaksanakan pengelolaan sungai, situ, danau dan waduk; f. Melaksanakan inventarisasi sungai, situ, danau dan waduk; g. Melaksanakan penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan; h. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya Kepala Seksi Rawa dan Pantai (1) Tugas Pokok Kepala Seksi Rawa dan Pantai Membantu Kepala Bidang Sungai dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional kegiatan pengelolaan rawa dan pantai; (2) Tugas Kepala Seksi Rawa dan Pantai a. Menyusun rencana kerja Seksi; b. Melaksanakan pemutakhiran data rawa, muara dan pantai; c. Melaksanakan penyiapan bahan rumusan kebijakan teknis pengelolaan rawa, muara dan pantai; 30

31 d. Melaksanakan pembinaan pengelolaan rawa, muara dan pantai; e. Melaksanakan pengelolaan rawa, muara dan pantai; f. Melaksanakan inventarisasi rawa, muara dan pantai; g. Melaksanakan penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan; h. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya Kepala Seksi Penanggulangan Bencana (1) Tugas Pokok Kepala Seksi Penanggulangan Bencana Membantu Kepala Bidang Sungai dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional kegiatan penanggulangan bencana. (2) Tugas Kepala Seksi Penanggulangan Bencana a. Menyusun rencana kerja seksi; b. Melaksanakan pemutakhiran data daerah rawan banjir dan kekeringan; c. Melaksanakan penyiapan bahan rumusan kebijakan teknis penanggulangan bencana; d. Melaksanakan penyelenggaraan pembinaan teknis penanggulangan bencana, daerah rawan banjir dan kekeringan; e. Melaksanakan pengolahan data daerah rawan banjir dan kekeringan; f. Melaksanakan penyiapan rencana kebutuhan penanggulangan bencana; g. Melaksanakan fasilitasi teknis penanggulangan bencana; h. Melaksanakan penanggulangan bencana, rawan banjir dan kekeringan; i. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya. 31

32 5. Kepala Bidang Irigasi a. Tugas Pokok Kepala Bidang Irigasi: Membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan pembinaan, koordinasi, evaluasi dan perumusan kebijakan teknis operasional dibidang irigasi. b. Fungsi Kepala Bidang Irigasi: a. Perumusan kebijakan teknis operasional bidang pembangunan dan rehabilitasi, pengujian air dan kelembagaan; b. Penyusunan pedoman pengaturan standarisasi pembangunan dan rehabilitasi, pengujian air, pengembangan irigasi dan kelembagaan; c. Pembinaan, pengembangan dan pelaksanaan pembangunan dan rehabilitasi, pengujian air, pengembangan irigasi dan kelembagaan; d. Pengkoordinasikan dan sinkronisasi kegiatan bidang pembangunan dan rehabilitasi, pengujian air, pengembangan irigasi dan kelembagaan; e. Pelaksanaan program dan kegiatan bidang pembangunan dan rehabilitasi, pengujian air, pengembangan irigasi dan kelembagan; f. Pelaksanaan evaluasi, supervisi dan pelaporan kebijakan standarisasi program dan kegiatan bidang pembangunan dan rehabilitasi, pengujian air, pengembangan irigasi dan kelembagaan; c. Tugas Kepala Bidang Irigasi : a. Menyusun rencana kerja Bidang; b. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis operasional bidang pengelolaan, pengendalian pembangunan dan 32

33 rehabilitasi, pengujian air, pengembangan irigasi dan kelembagaan; c. Menyelenggarakan pembinaan, pengelolaan, pengendalian pembangunan dan rehabilitasi, pengujian air pengembangan irigasi dan kelembagaan; d. Menyiapkan bahan pengendalian teknis program pengelolaan, pengendalian pembangunan dan rehabiltasi, pengujian air, pengembangan irigasi dan kelembagaan; e. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan pembinaan dan pengendalian teknis pembangunan dan rehabilitasi, pengujian air, pengembangan irigasi dan kelembagaan; f. Menyiapkan bahan fasilitasi pengembangan dan pengelolaan system irigasi; g. Melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi dalam pelaksanaan tugas; h. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya; 5.1. Kepala Seksi Rehabilitasi Irigasi 1. Tugas Pokok Kepala Seksi Rehabilitasi Irigasi Membantu Kepala Bidang Irigasi dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional kegiatan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi. 2. Tugas Kepala Seksi Rehabilitasi Irigasi a. Menyusun rencana kerja Seksi; b. Melaksanakan pemutakhiran data jaringan irigasi; c. Melaksanakan pengolahan data pembangunan dan rehabiltasi jaringan irigasi; d. Melaksanakan penyiapan bahan rumusan kebijakan teknis pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi; 33

34 e. Melaksanakan pembinaan pengelolaan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi; f. Melaksanakan pengelolaan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi; g. Melaksanakan inventarisasi pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi; h. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan kegiatan; i. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya Kepala Seksi Pengujian Air (1) Tugas Pokok Kepala Seksi Pengujian Air: Membantu Kepala Bidang Irigasi dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional kegiatan pengujian air. (2) Tugas Kepala Seksi Pengujian Air: a. Menyusun rencana kerja; b. Melaksanakan pengolahan data pengujian air; c. Melaksanakan penyiapan bahan rumusan kebijakan teknis pemeriksaan dan pengujian air; d. Melaksanakan pembinaan pengelolaan pemeriksaan dan pengujian air; e. Melaksanakan uji mutu kualitas air sesuai strandar dan spesifikasi teknis; f. Melaksanakan pengelolaan pemeriksaan dan pengujian air; g. Melaksanakan inventarisasi pemeriksaan dan pengujian air; h. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan kegiatan; i. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya. 34

35 5.3. Kepala Seksi Pengembangan Irigasi (1) Tugas Pokok Kepala Seksi Pengembangan Irigasi : Membantu Kepala Bidang Irigasi dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional kegiatan kelembagaan sumber daya air. (2) Tugas Kepala Seksi pengembangan Irigasi : a. Menyusun rencan kerja Seksi; b. Melaksanakan pembinaan pengelolaan pengembangan irigasi; c. Melaksanakan penetapan bahan perumusan kebijakan teknis pengembangan irigasi; d. Melaksanakan pemutakhiran, pengelolaan, inventarisasi data pengembangan irigasi; e. Memfasilitasi koordinasi antar sector dalam penyusunan dan pelaksanaan regulasi pengelolaan sumber daya air; f. Memfasilitasi identifikasi kebutuhan produk regulasi pengelolaan sumber daya air dari pemangku kepentingan; g. Pembinaan, pembentukan, pemantauan dan evaluasi lembaga pengelolaan dan wadah koordinasi sumber daya air; h. Pelaksanaan bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan; i. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya. 6. Kepala Bidang Perumahan dan Pemukiman a. Tugas Pokok Kepala Bidang Perumahan dan Pemukiman : Membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan pembinaan, koordinasi, evaluasi dan perumusan kebijakan teknis operasional bidang perumahan dan permukiman. 35

36 b. Fungsi Kepala Bidang Perumahan dan Pemukiman a. Perumusan kebijakan teknis operasional bidang permukiman, lingkungan, air bersih dan tata bangunan; b. Penyusunan program pengaturan standarisasi bidang permukiman, lingkungan, air bersih dan tata bangunan; c. Pembinaan, pengembangan, pelaksanaan penataan permukiman, lingkungan, air bersih dan tata bangunan; d. Pengkoordinasian, sinkronisasi kegiatan bidang permukiman, lingkungan, air bersih dan tata bangunan; e. Pelaksanaan program dan kegiatan bidang permukiman, lingkungan, air bersih dan tata bangunan; f. Pelaksanaan evaluasi, supervisi kegiatan bidang permukiman, lingkungan, air bersih dan tata bangunan; c. Tugas Kepala Bidang Perumahan dan Pemukiman : a. Menyusun rencana kerja bidang; b. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis operasional bidang permukiman, lingkungan, air bersih dan tata bangunan; c. Menyelenggarakan pembinaan, pengelolaan, penataan permukiman, lingkungan, air bersih dan tata bangunan; d. Melaksanakan pengendalian teknis program pengelolaan, penataan permukiman, lingkungan, air bersih dan tata bangunan; e. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan pembinaan, pengendalian teknis program permukiman, lingkungan, air bersih dan tata bangunan; f. Melaksanakan pemetaan permukiman, lingkungan, air bersih dan tata bangunan; g. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya. 36

37 6.1 Kepala Seksi Perumahan dan Pemukiman 1 Tugas Pokok Kepala Seksi Perumahan dan Pemukiman : Membantu Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional kegiatan permukiman dan pemukiman. 2. Tugas Kepala Seksi Perumahan dan Pemukiman : a. Menyusun rencana kerja Seksi; b. Melaksanakan pemutakhiran data perumahan dan pemukiman; c. Menginventarisasi data perumahan dan pemukiman; d. Melaksanakan penyiapan bahan rumusan kebijakan teknis perumahan dan pemukiman; e. Menyiapkan bahan strategi pembangunan perumahan dan pemukiman; f. Melaksanakan pembinaan penataan perumahan dan pemukiman; g. Melaksanakan percepatan pembangunan perumahan dan pemukiman skala provinsi; h. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan; i. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya. 6.2 Kepala Seksi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 1. Tugas Pokok Kepala Seksi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan : Membantu Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional kegiatan pengelolaan air minum dan penyehatan lingkungan; 37

38 2. Tugas Kepala Seksi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan : a. Menyusun rencana kerja Seksi; b. Melaksanakan pemutakhiran data air minum dan penyehatan lingkungan; c. Melaksanakan penyiapan bahan rumusan kebijakan teknis kerjasama dan kemitraan dengan swasta dan lembaga lainnya dalam bidang air bersih dan penyehatan lingkungan pada kawasan tertentu dan kawasan strategis tertentu dan lintas kabupaten/kota; d. Melaksanakan pengelolaan air minum dan penyehatan lingkungan; e. Melaksanakan pembinaan teknis pengelolaan air minum dan penyehatan lingkungan; f. Melaksanakan fasilitasi sarana dan prasarana air minum dan penyehatan lingkungan untuk daerah bencana dan rawan air skala provinsi; g. Melaksanakan supervisi kegiatan pembangunan penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan penyehatan lingkungan dikawasan tertentu dan kawasan strategis tertentu lintas kabupaten/kota; h. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya; 6.3 Kepala Seksi Tata Bangunan 1. Tugas Pokok Kepala Seksi Tata Bangunan: Membantu Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional kegiatan Tata Bangunan. 2. Tugas Kepala Seksi Tata Bangunan: a. Menyusun rencana kerja Seksi; 38

39 b. Melaksanakan pemutakhiran data tata bangunan dan lingkungan; c. Melaksanakan penyiapan bahan rumusan kebijakan teknis dan strategi penataan Tata Bangunan; d. Melaksanakan pengawasan dan penertiban pelestarian bangungan gedung yang dilindungi dan dilestarikan; e. Menyelenggarakan bangunan gedung dan lingkungan serta rumah negara yang menjadi aset pemerintah Provinsi; f. Melaksanakan penyiapan bahan model bangunan gedung; g. Melaksanakan penyiapan bahan fasilitasi penataan pembangunan gedung dan rumah Negara; h. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya; 7. Kepala Balai Unit Pelaksana Teknis ( UPT) Wilayah Sungai Cidanau - Ciujung 1. Tugas Pokok Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Ciujung - Cidanau: Melaksanakan kegiatan teknis operasional Dinas dibidang pengelolaan sumber daya air wilayah sungai ciujung-cidanau. 2. Fungsi Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Ciujung - Cidanau: a. Penyusun rencana teknis operasional Balai; b. Pelaksanaan kebijakan teknis bidang pengelolaan sumber daya air; c. Pelaksanaan layanan kepada masyarakat dibidang sumber daya air; d. Pelaksanaan oprasi dan pemeliharaan, perbaikan sarana dan prasarana sumber daya air; e. Pelaksanaan pemantauan, pengendalian dan penanganan darurat banjir; f. Pelaksanaan upaya pelestarian air dan sumber air; 39

40 g. Pelaksanaan pemantauan dan pelaporan pemanfaatan sumber daya air; h. Pelaksanaan pemantauan kualitas air; i. Pelaksanaan koordinasi, kerjasama dan fasilitas pengelolaan sumber daya air; j. Pelayanan sistem informasi pengelolaan sumber daya air; k. Pelayanan penunjang penyelenggaraan tugas Dinas; l. Pengelolaan ketatausahaan Balai; m. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. 3. Tugas Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Ciujung - Cidanau: a. Menyusun rencana kerja balai; b. Menyusun dan menetapkan rencana teknis porasional Balai; c. Menyelenggarakan pembinaan, pengendalian dan pengawasan penyelenggaraan kegiatan Balai; d. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait; e. Mengarahkan tugas bawahan sesuai dengan tugasnya baik secara lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas; f. Mengkordinasikan dan memfasilitasi kegiatan pada Balai; g. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Balai; h. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi kerja pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia sebagai cerminan penilaian kinerja; i. Menyusun dan penyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan; j. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan; k. Membuat Rekomendasi teknis perijinan pemanfaatan air permukaan dan pemakaian tanah Negara milik pengairan sesuai kewenangan; 40

41 l. Menyelenggarakan pelayanan pelaksanaan kegiatan sistem infomasi sumber daya air meliputi pengumpulan data, pemeliharaan serta pengendalian dan pengamanan sarana dan prasarana sumber daya air berdasarkan rencana kegiatan yang telah ditetapkan; m. Menyelenggarakan pemantauan kualitas air; n. Menyelenggarakan pemantauan banjir dan kekeringan; o. Meyelenggarakan upaya pelestarian air dan sumber daya air; p. Menyusun dan mengusulkan Rencana Kebutuhan Barang Unit ( RKBU ) dilingkungan Balai; q. Mengusulkan pemanfaatan, penghapusan dan pemindahan barang milik Balai; r. Mengusulkan Pejabat pengurus dan penyimpan barang pada Balai; s. Menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat di bidang sumber daya air; t. Menyusun dan menetapkan Daftar Urut Kepangkatan ( DUK ) dilingkungan Balai; u. Melaksanakan kebijakan teknis dalam pengelolaan adminitrasi kepegawean di lingkungan Balai; v. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 7.1 Kepala Sub Bagian Tata Usaha 1. Tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha : Melaksanakan penyiapan bahan koordinasi perencanaan, evaluasi dan pelaporan serta pengelolaan keuangan dan umum yang meliputi kegiatan kepegawaian, tata naskah dinas, kearsipan, pengelolaan barang, rumah tangga dan humas serta perjalanan dinas. 41

42 2. Fungsi Kepala Sub Bagian Tata Usaha : a. Penyiapan bahan, pengolahan data dan penyusunan rencana kegiatan dibidangnya; b. Penyiapan bahan dan koordinasi, pengolahan data penyusunan program kerja Balai; c. Penyiapan bahan administrasi dan koordinasi penyusunan pelaporan keuangan Balai; d. Penyiapan bahan pengelolaan administrasi kepegawaian Balai; e. Penyiapan bahan pengelolaan perlengkapan, tata naskah dinas, kearsipan, rumah tangga, kehumasan dan perjalanan dinas, dilingkungan Balai; f. Penyiapan bahan rencana kebutuhan, pengadaan dan pemeliharaan inventaris Balai; g. Penyiapan bahan penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan program dilingkungan Balai; h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai. 3. Tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha : a. Menyusun rencana kerja Sub Bagian Tata Usaha; b. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait; c. Mengarahkan tugas bawahan sesuai dengan tugasnya baik secara lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas; d. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi kerja pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia sebagai cerminan penilaian kinerja; e. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan penyusunan pelaporan Balai; f. Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan; g. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan; h. Melaksanakan evaluasi pelaksanakaan kegiatan; 42

43 i. Melaksanakan administrasi pengelolaan kepegawaian Balai berdasarkan sistem admistrasi kepegawaian; j. Melaksanakan pengelolaan admistrasi keuangan Balai berdasarkan pedoman yang telah ditetapkan; k. Menyiapkan dan mengkoordinasi bahan pembinaan disiplin pegawai; l. Menyusun Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU) di lingkungan Balai; m. Menyiapkan bahan pengelolaan perlengkapan di lingkungan Balai; n. Menyiapkan usulan pejabat pengurus dan penyimpan barang; o. Pengelola penatausahaan dan penyusunan dokumen administrasi; p. Memberikan dukungan administrasi dan menyiapkan Surat Perintah Tugas berdasarkan penunjukan kepala Balai; q. Mengelola naskah dinas dan kearsipan; r. Melaksanakan sistem informasi inventarisasi Balai; s. Memelihara, merawat dan menata lingkungan kantor; t. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Balai sesuai tugas dan fungsinya. 7.2 Kepala Seksi Pemanfaatan Air 1. Tugas Kepala Seksi Pemanfaatan Air: Melaksanakan kegiatan teknis operasi dan pemeliharaan Hidrologi, perijinan, pemantauan banjir dan kekeringan. 2. Fungsi Kepala Seksi Pemanfaatan Air: a. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana hidrologi agar tetap berfungsi dengan baik; b. Pelaksanaan rekomendasi teknis perijinan pemanfaatan air permukaan dan pemakaian tanah Nagara milik pengairan sesuai kewenangan; 43

44 c. Pelaksanaan kegiatan sistem informasi hidrologi, hidrometri, banjir dan kekeringan; d. Pelaksanaan koordinasi, kerjasama pengelolaan sumber daya air dengan instansi terkait untuk kelancaran tugas pengeloaan sumber daya air; e. pelaksanaan pengambilan sampel air; f. pelaksanaan pemantauan banjir dan kekeringan; g. pelaksanaan alokasi air; h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai. 3. Tugas Kepala Seksi Pemanfaatan Air: a. Menyusun rencana kerja Seksi Pemanfaatan Air; b. Melaksanakan koordinasi dengan instasi terkait; c. Mengarahkan tugas bawahan sesuai dengan tugasnya baik secara lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas; d. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi kerja pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia sebagi cerminan penilaian kinerja; e. Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan; f. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan; g. Melaksanakan evaluasi pelaksaanaan kegiatan; h. Melaksanakan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana hidrologi meliputi pos duga air, pos curah hujan, klimatologi dan radio komunikasi; i. Melaksanakan survey, menyiapkan data untuk bahan rekomendasi teknis perijinan pemanfaatan air permukaan dan pemakaian tanah negara milik pengairan sesuai kewenangan; j. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan pemeliharaan data sistem informasi hidrologi, hidrometri, banjir, kekeringan dan perijinan; 44

45 k. Menyiapkan bahan koordinasi, kerjasama pengelolahan hidrologi, alokasi air, banjir dan kekeringan dengan instansi terkait; l. Melaksanakan pemantauan dan pengambilan sampel air sebagai bahan pendukung perijinan; m. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi banjir dan kekeringan; n. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi hasil kegiatan alokasi air; o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Balai sesuai tugas dan fungsinya. 7.3 Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan 1. Tugas Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan: Melaksanakan kegiatan teknis operasi dan pemeliharaan jaringan sumber daya air dan pemantauan inventarisasi/ kondisi dan fungsi prasarana sumber daya air. 2. Fungsi Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan: a. Pelaksanaan oprasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana sumber daya air yang telah dibangun agar tetap dalam kondisi yang baik untuk mengoptimalkan pelayanan, pemanfaatan, pelestarian sumber air dan meningkatkan produktifitas masyarakat pengguna air; b. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai. 3. Tugas Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan: a. Menyusun rencana kerja Seksi Operasi dan pemeliharaan; b. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait; c. Mengarahkan tugas bawahan sesuai dengan tugasnya baik secara lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas; 45

46 d. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi kerja pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia sebagai cerminan penilaian kerja; e. Menysun dan menyampaikan laporkan pelaksanaan tugas kepada atasan; f. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan; g. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan kegiatan; h. Melaksanakan pelayanan pelaksanaan kegiatan sistem informasi sumber daya air meliputi jaringan irigasi, pola tanam, sarana dan prasarana sumber daya air; i. Melaksanakan upaya pelestarian sumber daya air dan irigasi meliputi pemeliharaan situ dan jaringan irigasi; j. Melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dibidang sumber daya air dan pembinaan teknis terhadap gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air serta Perkumpulan Petani Pemakai Air; k. Melaksanakan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana sumber daya air meliputi pelumasan pintu-pintu air, pengangkatan sampah, pengangkatan endapan lumpur, babatan rumput dan perbaikan darurat; l. Melaksanakan pengisian blangko-blangko operasi dan pemeliharaan untuk kebutuhan pola tanam; m. Melaksanakan survey penulusuran, inventarisasi kondisi jaringan irigasi dan fungsi prasarana sumber daya air untuk menyusun angka kebutuhan nyata pemeliharaan irigasi; n. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Balai sesuai tugas dan fungsinya. 46

47 8. Kapala Balai Unit Pelaksana Teknis ( UPT) Wilayah Sungai Cidurian Cisadane. 1. Tugas Pokok Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Ciujung - Cidanau: Melaksanakan kegiatan teknis operasional Dinas dibidang pengelolaan sumber daya air wilayah sungai ciujung-cidanau 2. Fungsi Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Ciujung - Cidanau: a. Penyusun rencana teknis operasional Balai; b. Pelaksanaan kebijakan teknis bidang pengelolaan sumber daya air; c. Pelaksanaan layanan kepada masyarakat dibidang sumber daya air; d. Pelaksanaan oprasi dan pemeliharaan, perbaikan sarana dan prasarana sumber daya air; e. Pelaksanaan pemantauan, pengendalian dan penanganan darurat banjir; f. Pelaksanaan upaya pelestarian air dan sumber air; g. Pelaksanaan pemantauan dan pelaporan pemanfaatan sumber daya air; h. Pelaksanaan pemantauan kualitas air; i. Pelaksanaan koordinasi, kerjasama dan fasilitas pengelolaan sumber daya air; j. Pelayanan sistem informasi pengelolaan sumber daya air; k. Pelayanan penunjang penyelenggaraan tugas Dinas; l. Pengelolaan ketatausahaan Balai; m. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. 47

48 3. Tugas Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Ciujung - Cidanau: a. Menyusun rencana kerja balai; b. Menyusun dan menetapkan rencana teknis porasional Balai; c. Menyelenggarakan pembinaan, pengendalian dan pengawasan penyelenggaraan kegiatan Balai; d. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait; e. Mengarahkan tugas bawahan sesuai dengan tugasnya baik secara lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas; f. Mengkordinasikan dan memfasilitasi kegiatan pada Balai; g. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Balai; h. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi kerja pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia sebagai cerminan penilaian kinerja; i. Menyusun dan penyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan; j. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan; k. Membuat Rekomendasi teknis perijinan pemanfaatan air permukaan dan pemakaian tanah Negara milik pengairan sesuai kewenangan; l. Menyelenggarakan pelayanan pelaksanaan kegiatan sistem infomasi sumber daya air meliputi pengumpulan data, pemeliharaan serta pengendalian dan pengamanan sarana dan prasarana sumber daya air berdasarkan rencana kegiatan yang telah ditetapkan; m. Menyelenggarakan pemantauan kualitas air; n. Menyelenggarakan pemantauan banjir dan kekeringan; o. Meyelenggarakan upaya pelestarian air dan sumber daya air; p. Menyusun dan mengusulkan Rencana Kebutuhan Barang Unit ( RKBU ) dilingkungan Balai; 48

49 q. Mengusulkan pemanfaatan, penghapusan dan pemindahan barang milik Balai; r. Mengusulkan Pejabat pengurus dan penyimpan barang pada Balai; s. Menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat di bidang sumber daya air; t. Menyusun dan menetapkan Daftar Urut Kepangkatan ( DUK ) dilingkungan Balai; u. Melaksanakan kebijakan teknis dalam pengelolaan adminitrasi kepegawean di lingkungan Balai; v. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 8.1 Kepala Sub Bagian Tata Usaha 1. Tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha : Melaksanakan penyiapan bahan koordinasi perencanaan, evaluasi dan pelaporan serta pengelolaan keuangan dan umum yang meliputi kegiatan kepegawaian, tata naskah dinas, kearsipan, pengelolaan barang, rumah tangga dan humas serta perjalanan dinas. 2. Fungsi Kepala Sub Bagian Tata Usaha : a. Penyiapan bahan, pengolahan data dan penyusunan rencana kegiatan dibidangnya; b. Penyiapan bahan dan koordinasi, pengolahan data penyusunan program kerja Balai; c. Penyiapan bahan administrasi dan koordinasi penyusunan pelaporan keuangan Balai; d. Penyiapan bahan pengelolaan administrasi kepegawaian Balai; e. Penyiapan bahan pengelolaan perlengkapan, tata naskah dinas, kearsipan, rumah tangga, kehumasan dan perjalanan dinas, dilingkungan Balai; 49

50 f. Penyiapan bahan rencana kebutuhan, pengadaan dan pemeliharaan inventaris Balai; g. Penyiapan bahan penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan program dilingkungan Balai; h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai. 3. Tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha : a. Menyusun rencana kerja Sub Bagian Tata Usaha; b. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait; c. Mengarahkan tugas bawahan sesuai dengan tugasnya baik secara lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas; d. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi kerja pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia sebagai cerminan penilaian kinerja; e. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan penyusunan pelaporan Balai; f. Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan; g. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan; h. Melaksanakan evaluasi pelaksanakaan kegiatan; i. Melaksanakan administrasi pengelolaan kepegawaian Balai berdasarkan sistem admistrasi kepegawaian; j. Melaksanakan pengelolaan admistrasi keuangan Balai berdasarkan pedoman yang telah ditetapkan; k. Menyiapkan dan mengkoordinasi bahan pembinaan disiplin pegawai; l. Menyusun Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU) di lingkungan Balai; m. Menyiapkan bahan pengelolaan perlengkapan di lingkungan Balai; n. Menyiapkan usulan pejabat pengurus dan penyimpan barang; 50

51 o. Pengelola penatausahaan dan penyusunan dokumen administrasi; p. Memberikan dukungan administrasi dan menyiapkan Surat Perintah Tugas berdasarkan penunjukan kepala Balai; q. Mengelola naskah dinas dan kearsipan; r. Melaksanakan sistem informasi inventarisasi Balai; s. Memelihara, merawat dan menata lingkungan kantor; t. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Balai sesuai tugas dan fungsinya. 8.2 Kepala Seksi Pemanfaatan Air 1. Tugas Kepala Seksi Pemanfaatan Air: Melaksanakan kegiatan teknis operasi dan pemeliharaan Hidrologi, perijinan, pemantauan banjir dan kekeringan. 2. Fungsi Kepala Seksi Pemanfaatan Air: a. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana hidrologi agar tetap berfungsi dengan baik; b. Pelaksanaan rekomendasi teknis perijinan pemanfaatan air permukaan dan pemakaian tanah Nagara milik pengairan sesuai kewenangan; c. Pelaksanaan kegiatan sistem informasi hidrologi, hidrometri, banjir dan kekeringan; d. Pelaksanaan koordinasi, kerjasama pengelolaan sumber daya air dengan instansi terkait untuk kelancaran tugas pengeloaan sumber daya air; e. pelaksanaan pengambilan sampel air; f. pelaksanaan pemantauan banjir dan kekeringan; g. pelaksanaan alokasi air; h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai. 51

52 3. Tugas Kepala Seksi Pemanfaatan Air: a. Menyusun rencana kerja Seksi Pemanfaatan Air; b. Melaksanakan koordinasi dengan instasi terkait; c. Mengarahkan tugas bawahan sesuai dengan tugasnya baik secara lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas; d. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi kerja pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia sebagi cerminan penilaian kinerja; e. Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan; f. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan; g. Melaksanakan evaluasi pelaksaanaan kegiatan; h. Melaksanakan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana hidrologi meliputi pos duga air, pos curah hujan, klimatologi dan radio komunikasi; i. Melaksanakan survey, menyiapkan data untuk bahan rekomendasi teknis perijinan pemanfaatan air permukaan dan pemakaian tanah negara milik pengairan sesuai kewenangan; j. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan pemeliharaan data sistem informasi hidrologi, hidrometri, banjir, kekeringan dan perijinan; k. Menyiapkan bahan koordinasi, kerjasama pengelolahan hidrologi, alokasi air, banjir dan kekeringan dengan instansi terkait; l. Melaksanakan pemantauan dan pengambilan sampel air sebagai bahan pendukung perijinan; m. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi banjir dan kekeringan; n. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi hasil kegiatan alokasi air; o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Balai sesuai tugas dan fungsinya. 52

53 8.3 Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan 1. Tugas Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan: Melaksanakan kegiatan teknis operasi dan pemeliharaan jaringan sumber daya air dan pemantauan inventarisasi/ kondisi dan fungsi prasarana sumber daya air. 2. Fungsi Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan: a. Pelaksanaan oprasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana sumber daya air yang telah dibangun agar tetap dalam kondisi yang baik untuk mengoptimalkan pelayanan, pemanfaatan, pelestarian sumber air dan meningkatkan produktifitas masyarakat pengguna air; b. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai. 3. Tugas Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan: a. Menyusun rencana kerja Seksi Operasi dan pemeliharaan; b. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait; c. Mengarahkan tugas bawahan sesuai dengan tugasnya baik secara lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas; d. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi kerja pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia sebagai cerminan penilaian kerja; e. Menyusun dan menyampaikan laporkan pelaksanaan tugas kepada atasan; f. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan; g. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan kegiatan; h. Melaksanakan pelayanan pelaksanaan kegiatan sistem informasi sumber daya air meliputi jaringan irigasi, pola tanam, sarana dan prasarana sumber daya air; 53

54 i. Melaksanakan upaya pelestarian sumber daya air dan irigasi meliputi pemeliharaan situ dan jaringan irigasi; j. Melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dibidang sumber daya air dan pembinaan teknis terhadap gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air serta Perkumpulan Petani Pemakai Air; k. Melaksanakan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana sumber daya air meliputi pelumasan pintu-pintu air, pengangkatan sampah, pengangkatan endapan lumpur, babatan rumput dan perbaikan darurat; l. Melaksanakan pengisian blangko-blangko operasi dan pemeliharaan untuk kebutuhan pola tanam; m. Melaksanakan survey penulusuran, inventarisasi kondisi jaringan irigasi dan fungsi prasarana sumber daya air untuk menyusun angka kebutuhan nyata pemeliharaan irigasi; n. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Balai sesuai tugas dan fungsinya. 9. Kepala Balai Unit Pelaksana Teknis ( UPT) Wilayah Sungai Ciliman Cisawarna. 1. Tugas Pokok Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Ciliman - Cisawarna: Melaksanakan kegiatan teknis operasional Dinas dibidang pengelolaan sumber daya air wilayah sungai Ciliman Cisawarna 2. Fungsi Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Ciliman - Cisawarna: a. Penyusun rencana teknis operasional Balai; b. Pelaksanaan kebijakan teknis bidang pengelolaan sumber daya air; 54

55 c. Pelaksanaan layanan kepada masyarakat dibidang sumber daya air; d. Pelaksanaan oprasi dan pemeliharaan, perbaikan sarana dan prasarana sumber daya air; e. Pelaksanaan penanggulangan banjir dan pengendalian sumber daya air; f. Pelaksanaan upaya pelestarian air dan sumber air; g. Pelaksanaan pemantauan dan pelaporan pemanfaatan sumber daya air; h. Pelaksanaan pemantauan kualitas air; i. Pelaksanaan koordinasi, kerjasama dan fasilitas pengelolaan sumber daya air; j. Pelayanan sistem informasi pengelolaan sumber daya air; k. Pelayanan penunjang penyelenggaraan tugas Dinas; l. Pengelolaan ketatausahaan Balai; m. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. 3. Tugas Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Ciliman - Cisawarna: a. Menyusun rencana kerja balai; b. Menyusun dan menetapkan rencana teknis porasional Balai; c. Menyelenggarakan pembinaan, pengendalian dan pengawasan penyelenggaraan kegiatan Balai; d. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait; e. Mengarahkan tugas bawahan sesuai dengan tugasnya baik secara lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas; f. Mengkordinasikan dan memfasilitasi kegiatan pada Balai; g. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Balai; 55

56 h. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi kerja pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia sebagai cerminan penilaian kinerja; i. Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan; j. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan; k. Membuat Rekomendasi teknis perijinan pemanfaatan air permukaan dan pemakaian tanah Negara milik pengairan sesuai kewenangan; l. Menyelenggarakan pelayanan pelaksanaan kegiatan sistem infomasi sumber daya air meliputi pengumpulan data, pemeliharaan serta pengendalian dan pengamanan sarana dan prasarana sumber daya air berdasarkan rencana kegiatan yang telah ditetapkan; m. Menyelenggarakan pemantauan kualitas air; n. Menyelenggarakan pemantauan banjir dan kekeringan; o. Meyelenggarakan upaya pelestarian air dan sumber daya air; p. Menyusun dan mengusulkan Rencana Kebutuhan Barang Unit ( RKBU ) dilingkungan Balai; q. Mengusulkan pemanfaatan, penghapusan dan pemindahan barang milik Balai; r. Mengusulkan Pejabat pengurus dan penyimpan barang pada Balai; s. Menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat di bidang sumber daya air; t. Menyusun dan menetapkan Daftar Urut Kepangkatan ( DUK ) dilingkungan Balai; u. Melaksanakan kebijakan teknis dalam pengelolaan adminitrasi kepegawean di lingkungan Balai; v. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 56

57 9.1 Kepala Sub Bagian Tata Usaha 1. Tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha : Melaksanakan penyiapan bahan koordinasi perencanaan, evaluasi dan pelaporan serta pengelolaan keuangan dan umum yang meliputi kegiatan kepegawaian, tata naskah dinas, kearsipan, pengelolaan barang, rumah tangga dan humas serta perjalanan dinas. 2. Fungsi Kepala Sub Bagian Tata Usaha : a. Penyiapan bahan, pengolahan data dan penyusunan rencana kegiatan dibidangnya; b. Penyiapan bahan dan koordinasi, pengolahan data penyusunan program kerja Balai; c. Penyiapan bahan administrasi dan koordinasi penyusunan pelaporan keuangan Balai; d. Penyiapan bahan pengelolaan administrasi kepegawaian Balai; e. Penyiapan bahan pengelolaan perlengkapan, tata naskah dinas, kearsipan, rumah tangga, kehumasan dan perjalanan dinas, dilingkungan Balai; f. Penyiapan bahan rencana kebutuhan, pengadaan dan pemeliharaan inventaris Balai; g. Penyiapan bahan penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan program dilingkungan Balai; h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai. 3. Tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha : a. Menyusun rencana kerja Sub Bagian Tata Usaha; b. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait; c. Mengarahkan tugas bawahan sesuai dengan tugasnya baik secara lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas; 57

58 d. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi kerja pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia sebagai cerminan penilaian kinerja; e. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan penyusunan pelaporan Balai; f. Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan; g. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan; h. Melaksanakan evaluasi pelaksanakaan kegiatan; i. Melaksanakan administrasi pengelolaan kepegawaian Balai berdasarkan sistem admistrasi kepegawaian; j. Melaksanakan pengelolaan admistrasi keuangan Balai berdasarkan pedoman yang telah ditetapkan; k. Menyiapkan dan mengkoordinasi bahan pembinaan disiplin pegawai; l. Menyusun Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU) di lingkungan Balai; m. Menyiapkan bahan pengelolaan perlengkapan di lingkungan Balai; n. Menyiapkan usulan pejabat pengurus dan penyimpan barang; o. Pengelola penatausahaan dan penyusunan dokumen administrasi; p. Memberikan dukungan administrasi dan menyiapkan Surat Perintah Tugas berdasarkan penunjukan kepala Balai; q. Mengelola naskah dinas dan kearsipan; r. Melaksanakan sistem informasi inventarisasi Balai; s. Memelihara, merawat dan menata lingkungan kantor; t. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Balai sesuai tugas dan fungsinya. 58

59 9.2 Kepala Seksi Pemanfaatan Air 1. Tugas Kepala Seksi Pemanfaatan Air: Melaksanakan kegiatan teknis operasi dan pemeliharaan Hidrologi, perijinan, pemantauan banjir dan kekeringan. 2. Fungsi Kepala Seksi Pemanfaatan Air: a. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana hidrologi agar tetap berfungsi dengan baik; b. Pelaksanaan rekomendasi teknis perijinan pemanfaatan air permukaan dan pemakaian tanah Nagara milik pengairan sesuai kewenangan; c. Pelaksanaan kegiatan sistem informasi hidrologi, hidrometri, banjir dan kekeringan; d. Pelaksanaan koordinasi, kerjasama pengelolaan sumber daya air dengan instansi terkait untuk kelancaran tugas pengeloaan sumber daya air; e. pelaksanaan pengambilan sampel air; f. pelaksanaan pemantauan banjir dan kekeringan; g. pelaksanaan alokasi air; h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai. 3. Tugas Kepala Seksi Pemanfaatan Air: a. Menyusun rencana kerja Seksi Pemanfaatan Air; b. Melaksanakan koordinasi dengan instasi terkait; c. Mengarahkan tugas bawahan sesuai dengan tugasnya baik secara lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas; d. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi kerja pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia sebagi cerminan penilaian kinerja; e. Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan; 59

60 f. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan; g. Melaksanakan evaluasi pelaksaanaan kegiatan; h. Melaksanakan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana hidrologi meliputi pos duga air, pos curah hujan, klimatologi dan radio komunikasi; i. Melaksanakan survey, menyiapkan data untuk bahan rekomendasi teknis perijinan pemanfaatan air permukaan dan pemakaian tanah negara milik pengairan sesuai kewenangan; j. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan pemeliharaan data sistem informasi hidrologi, hidrometri, banjir, kekeringan dan perijinan; k. Menyiapkan bahan koordinasi, kerjasama pengelolahan hidrologi, alokasi air, banjir dan kekeringan dengan instansi terkait; l. Melaksanakan pemantauan dan pengambilan sampel air sebagai bahan pendukung perijinan; m. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi banjir dan kekeringan; n. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi hasil kegiatan alokasi air; o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Balai sesuai tugas dan fungsinya. 9.3 Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan 1. Tugas Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan: Melaksanakan kegiatan teknis operasi dan pemeliharaan jaringan sumber daya air dan pemantauan inventarisasi/ kondisi dan fungsi prasarana sumber daya air. 2. Fungsi Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan: a. Pelaksanaan oprasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana sumber daya air yang telah dibangun agar tetap dalam kondisi yang baik untuk mengoptimalkan pelayanan, pemanfaatan, 60

61 pelestarian sumber air dan meningkatkan produktifitas masyarakat pengguna air; b. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai. 3. Tugas Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan: a. Menysun rencana kerja Seksi Operasi dan pemeliharaan; b. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait; c. Mengarahkan tugas bawahan sesuai dengan tugasnya baik secara lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas; d. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi kerja pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia sebagai cerminan penilaian kerja; e. Menyusun dan menyampaikan laporkan pelaksanaan tugas kepada atasan; f. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan; g. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan kegiatan; h. Melaksanakan pelayanan pelaksanaan kegiatan sistem informasi sumber daya air meliputi jaringan irigasi, pola tanam, sarana dan prasarana sumber daya air; i. Melaksanakan upaya pelestarian sumber daya air dan irigasi meliputi pemeliharaan situ dan jaringan irigasi; j. Melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dibidang sumber daya air dan pembinaan teknis terhadap gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air serta Perkumpulan Petani Pemakai Air; k. Melaksanakan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana sumber daya air meliputi pelumasan pintu-pintu air, pengangkatan sampah, pengangkatan endapan lumpur, babatan rumput dan perbaikan darurat; l. Melaksanakan pengisian blangko-blangko operasi dan pemeliharaan untuk kebutuhan pola tanam; 61

62 m. Melaksanakan survey penulusuran, inventarisasi kondisi jaringan irigasi dan fungsi prasarana sumber daya air untuk menyusun angka kebutuhan nyata pemeliharaan irigasi; n. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Balai sesuai tugas dan fungsinya. 2.2 SUMBER DAYA Sumber Daya Manusia Sampai dengan Oktober 2013, jumlah personil Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ada di Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman adalah sebanyak 129 Orang. Data pegawai (PNS) di lingkungan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten, berdasarkan jenjang pendidikannya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 1.1. Data Pegawai Dinas SDA dan Perkim Provinsi Banten Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Jumlah (Org) Sekolah Dasar (SD) 1 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 3 (SLTP) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 18 Sarjana Muda 13 Diploma IV 2 Sarjana Strata Sarjana Strata Sarjana Strata -3 1 Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa, sekitar 48,00 % personil PNS di Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten didominasi oleh personil yang berbasis pendidikan S1. Untuk menghadapi tantangan kedepan, Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi terus melakukan upaya 62

63 pembinaan pegawai melalui kursus-kursus, diklat-diklat teknis, serta kesempatan belajar program beasiswa yang ditawarkan oleh pemerintah. Kesemuanya ini dilakukan dalam upaya peningkatan profesionalisme sumber daya manusia khususnya bidang Sumber Daya Air dan Pemukiman. Sedangkan, apabila dilihat berdasarkan jenjang kepangkatan/ golongan dapat dirinci sebagai berikut : Tabel 1.2. Data Pegawai Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten (PNS) Berdasarkan Jenjang Kepangkatan Pangkat/ Golongan Jumlah (Org) Pembina/ Gol. IV 9 Penata/ Gol. III 94 Pengatur/ Gol. II 21 Juru/ Gol. I Inventarisasi Asset Upaya inventarisasi dan pengamanan aset milik pemerintah daerah provinsi Banten terus dilakukan, khususnya yang terkait dengan aset-aset Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman antara tahun Jenis aset yang dapat diinventarisasi dapat dilihat dalam Lampiran. Kewenangan penyelenggaraan bidang pekerjaan umum dan pemukiman saat ini sebagian berada di tingkat Nasional dan sebagian telah menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. Hal tersebut, sesuai dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa bidang pekerjaan umum adalah salah satu urusan pemerintahan yang bersifat concurrent atau dilaksanakan bersama oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota, dalam penyelenggaraan kewenangan Pemerintah 63

64 di bidang pekerjaan umum, terdapat urusan yang akan dilaksanakan sendiri, yang sebagian dapat didekonsentrasikan untuk kegiatan yang bersifat non fisik, atau yang dapat ditugas-pembantuankan untuk kegiatan yang bersifat fisik, khususnya untuk subbidang Sumber Daya Air, Bina Marga, dan bidang Penataan Ruang. Sebagaimana telah digariskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota, maka Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten dalam periode akan lebih banyak menangani aspek pengaturan, pembinaan, dan pengawasan (TURBINWAS), sedangkan aspek pembangunan akan lebih banyak bersifat sebagai stimulan, kewenangannya bersifat strategis provinsi (kawasan), pemenuhan dan pencapaian SPM bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan kawasan Pemukiman serta secara administratif merupakan daerah lintas Kabupaten/ kota. Namun demikian, tetap terdapat hubungan keterkaitan (inter-relasi) dan ketergantungan (interdependensi) dalam pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi domain masing-masing sebagai satu kesatuan sistem. Kewenangan dalam aspek pembangunan terlihat antara lain pada penanganan pengembangan/ pembangunan/ peningkatan/ rehabilitasi/ pengelolaan/ konservasi sumber daya air /jaringan irigasi/ rawa/ pengendalian banjir dan pengamanan pantai serta penyediaan dan pengelolaan air baku lintas kabupaten/ kota/ skala provinsi (Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air). Khusus sub bidang Cipta Karya/ pemukiman, pada prinsipnya hampir semua lingkup tugas pelaksanaan pembangunan pada subbidang ini merupakan tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota sebagaimana diamanatkan oleh Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah Provinsi melaksanakan tugas-tugas TURBINWAS yang merupakan lintas kabupaten/ kota dan fasilitasi penyelenggaraan pembangunan yang bersifat concurrent atas permintaan daerah kabupaten/ kota dalam upaya pencapaian 64

65 sasaran secara bersama-sama antara pembangunan nasional dan provinsi dan Standar Pelayanan Minimum (SPM) KINERJA PELAYANAN Tingkat capaian kinerja Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten berdasarkan sasaran/ target Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten periode sebelumnya (Periode Tahun ) dapat disajikan sebagai berikut: 65

66 NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi SKPD Target Renstra SKPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada Tahun ke (1) (2) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) I 1 Ketahanan Pangan Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jaringan Irigasi (km) 42,65 59,91 53,92 45,83 36,66 42,65 59,91 62,40 31,57 22,05 100,00% 100,00% 115,73% 68,88% 60,14% II 1 2 Konservasi SDA Pembangunan Embung dan Bangunan Penampung Air Lainnya dan Pengadaan Lahan Pengairan (ha) Pemeliharaan dan Rehabilitasi embung dan Bangunan Penampung Air Lainnya (ha) 14,00 6,00 5,00 20,00 1,00 9,00 11,50 20,00 7,14% 150,00% 230,00% - 1,00 1,50 1,00 2,50 4,42 1,00 2,00-1,50 100,00% 133,33% 0,00% 60,00% III 1 2 Pengendalian daya rusak air Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bantaran dan Tanggul Sungai (km) Pembangunan Prasarana Pengaman Pantai (km) 0,73 1,15 1,02 3,50 5,00 0,73 1,15 1,04 2,03 4,70 100,00% 100,26% 102,35% 58,00% 94,00% 0,08-0,20 0,30 0,50 0, ,80 1,50 100,00% 0,00% 266,67% 300,00% IV Penyediaan Infrastruktur Pedesaan dan Perkotaan Penyediaan Prasarana dan Sarana Air Bersih (paket) Pembangunan/ Peningkatan Infrastruktur (desa/ kel) Peningkatan Prasarana Lingkungan Pendukung Desa Binaan (P2WKSS) (desa/ kel) Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong Keciptakaryaan (paket) Pembangunan Jalan Akses Sentra Produksi Kaw asan Pusat Pertumbuhan (desa/ kel) 4,00 13,00 15,00 20,00 25,00 4,00 13,00 15,00 17,00 71,00 100,00% 100,00% 100,00% 85,00% 284,00% 36,00 34,00 34,00 34,00 16,00 36,00-140,00-100,00% 0,00% 411,76% - 19,00 14,00 14,00 14,00 12,00 19,00 22,00 24,00 38,00 100,00% 157,14% 171,43% 271,43% 3,00-2,00 3,00 4,00 2,00-6,00 2,00 3,00 66,67% 300,00% 66,67% 75,00% 46,00 42,00 42,00 42,00 46,00 94,00 55,00 89,00 100,00% 223,81% 130,95% 211,90% V 1 Penyelesaian Pembangunan Gedung Kantor di KP3B Pembangunan Gedung Kantor di KP3B 8,00 9,00 2,00 8,00 4,00 2,00 100,00% 44,44% 100,00% VI 1 Pembangunan Gedung Kantor Pembangunan Gedung Kantor 4,00 2,00 5,00 4,00 4,00 2,00 9,00 5,00 100,00% 100,00% 180,00% 125,00% Tabel 2.3 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten 66

67 Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jaringan Irigasi Pelaksanaan kegiatan telah dilakukan pada 13 Daerah Irigasi Kewenangan Provinsi sebagai berikut: Tabel 2.4 Daerah Irigasi Kewenangan Provinsi Banten Selain Daerah Irigasi (DI) kewenangan provinsi, terdapat potensi Pengembangan Daerah Irigasi (DI) Baru di Provinsi Banten yang beberapa diantaranya telah ditangani oleh Dinas Sumber Daya A ir dan Pemukiman, yaitu: 1. D.I. Cimanyangray, luas potensial 1500 Ha 2. D.I. Cikamunding I, luas potensial 1700 Ha ok 3. D.I. Cikamunding II, luas potensial 1030 Ha ok 4. D.I. Cikadueun, luas potensial 1700 Ha 5. D.I. Cibama, luas potensial 1300 Ha 6. D.I. Ciseukeut, luas potensial 1339 Ha 7. D.I. Cihara, luas potensial 1200 Ha 8. D.I. Cikalumpang, luas potensial 1050 Ha 9. D.I. Kadugenep Petir, Luas Potensial 197 Ha 10. D.I Cikarang Udik, Ha 67

68 Pembangunan Embung dan Bangunan Penampung Air Lainnya dan Pengadaan Lahan Pengairan Kegiatan yang telah dilaksanakan diantaranya adalah Pembebasan Lahan Cilemer dan Pembangunan Kolam Tandon Kronjo. Gambaran Umum Pembangunan Kolam Tandon Kronjo adalah sebagai berikut: Tabel 2.5 Pembangunan Tandon Kronjo Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bantaran dan Tanggul Sungai Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain adalah Normalisasi Sungai Sabi, Pembangunan Sudetan Cibinuangeun, Normalisasi Sungai Cilemer dan Sungai Cikawung. Beberapa detail pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bantaran dan Tanggul Sungai dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: 68

69 Tabel 2.6 Pembangunan Sudetan Cibinuangeun Gambar 2.3 Pembangunan Sudetan Cibinuangeun 69

70 Tabel 2.7 Normalisasi Sungai Cilemer Gambar 2.4 Normalisasi Sungai Cilemer 70

71 Pembangunan Prasarana Pengaman Pantai Kegiatan yang dilaksanakan antara lain pengaman pantai caringin dan Pengaman pantai karangantu Gambar 2.5 Pengaman Pantai Karang Antu Penyediaan Prasarana dan Sarana Air Bersih Dalam kegiatan ini dilakukan pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut: - Pembangunan Brochaptering, Reservoir dan perpipaan Pada Daerah Rawan Air - Pengadaan dan pemasangan Pipa Distribusi IKK Air Bersih - Penyediaan Air Bersih (sumur bor) prioritas Penanggulangan Kemiskinan Pada Kawasan Strategis Pusat Pertumbuhan - Termasuk pembangunan Kolam retensi di KP3B dan bantuan air bersih pada musim kemarau dengan Mobil Tangki Adapun pekerjaan yang telah dilaksanakan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi banten dapat digambarkan seperti yang terdapat dalam tabel berikut ini: 71

72 Tabel. 2.8 Capaian kegiatan Penyediaan Prasarana dan Sarana Air Bersih Gambar 2.6. Penyediaan Prasarana dan Sarana Air Bersih Pembangunan/ Peningkatan Infrastruktur Kegiatan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan dilaksanakan pada tahun 2009, dengan pekerjaan Pembangunan Jalan Akses Sentra Produksi Kawasan Pusat Pertumbuhan, yang bertujuan menyediakan 72

73 infrastruktur dasar menuju sentra produksi dikawasan Pusat pertumbuhan dan daerah-daerah penyangganya. Peningkatan Prasarana Lingkungan Pendukung Desa Binaan (P2WKSS) Kegiatan pembangunan Prasarana Lingkungan Kawasan Binaan dilaksanakan dengan tujuan membangun Sarana dan Prasarana Infrastruktur Kawasan Kumuh/ daerah Tertinggal dan kawasankawasan agropolitan sehingga dapat membuka akses antar Daerah/ Kawasan yang selanjutnya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.pada Tahun 2010 pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari 2 pekerjaan yaitu : 1. Peningkatan Prasarana Lingkungan Desa Binaan P2WKSS di laksanakan di 4 Kabupaten dan 4 Kota di Provinsi Banten. 2. Pembangunan Prasarana Kawasan Agropolitan Pembangunan Jalan Akses Sentra Produksi Kawasan Pusat Pertumbuhan Kegiatan Pembangunan Jalan Akses Sentra Produksi Kawasan Pusat Pertumbuhan dilaksanakan pada tahun 2010, dengan pekerjaan Pembangunan Jalan Akses Sentra Produksi Kawasan Pusat Pertumbuhan, yang bertujuan menyediakan infrastruktur dasar menuju sentra produksi dikawasan Pusat pertumbuhan dan daerah-daerah penyangganya 73

74 Tabel 2.9 Capaian Kegiatan Penyediaan Jalan Akses Sentra Produksi Kawasan Pusat Pertumbuhan tersebar pada 8 Kab/ kota, serta dukungan Prasarana untuk Kawasan Binaan Gambar 2.7 Capaian Kegiatan Penyediaan Jalan Akses Sentra Produksi Kawasan Pusat Pertumbuhan tersebar pada 8 Kab/ kota, serta dukungan Prasarana untuk Kawasan Binaan Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong Keciptakaryaan Kegiatan Pembangunan Gorong-Gorong dan Drainase Ke- Ciptakarayaan dilaksanakan pada tahun 2010, dengan pekerjaan Pembangunan Gorong-Gorong dan Drainase Ke-Ciptakaryaan dengan tujuan membangun dan memperbaiki jalar-jalur drainase yang ada di provinsi banten dengan tujuan dapat mengurai titik banjir yang ada di Provinsi Banten 74

75 Pemb.Gorong-gorong dan Drainase ke-ciptakaryaan oleh Provinsi Banten ( ): a. Saluran Pembuang / Drainase Ciceri Kesawon Kota Serang b. Saluran Pembuang / DrainaseCipocok - Kaliparung Kota Serang Gambar 2.8 Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong Keciptakaryaan Kegiatan Fasilitasi Dan Stimulus Pembangunan Lingkungan Perumahan Kurang Mampu Kegiatan Fasilitasi Dan Stimulus Pembangunan Lingkungan Perumahan Kurang Mampu dilaksanakan dengan tujuan mengatasi masalah backlog perumahan di Provinsi Banten. Program ini merupakan Pilot Project dari Dinas Sumber Daya Air dan Permukiman Provinsi Banten yang diharapkan dapat membatu/ memperbaiki tingkat kehidupan masyarakat berpenghasilan rendah. Terkait pekerjaan ini, capaian yang telah dilaksanakan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten antara lain sebagai berikut: 75

76 Tabel 2.10 Capaian Kegiatan Fasilitasi Dan Stimulus Pembangunan Lingkungan Perumahan Kurang Mampu 76

77 Gambar 2.9 Kegiatan Fasilitasi Dan Stimulus Pembangunan Lingkungan Perumahan Kurang Mampu Pembangunan Gedung Kantor di KP3B Gambar 2.10 Master Plan KP3B 77

78 Gedung-gedung yang telah dibangun di KP3B mulai Tahun 2006 hingga Tahun 2008, antara lain: Gambar Gedung kantor di KP3B Tahun

79 Pembangunan Gedung kantor di KP3B yang dilaksanakan oleh Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten antara lain: Tabel 2.11 Pembangunan Gedung kantor di KP3B 79

80 Gambar Pembangunan Gedung kantor di KP3B Pembangunan Gedung Kantor Pembangunan Gedung kantor yang dilaksanakan oleh Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten antara lain: 80

81 Tabel Pembangunan Gedung kantor Gambar Pembangunan Gedung kantor 81

82 Interpretasikan potensi dan permasalahan pelayanan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten ditinjau dari kinerja pelayanan periode Tahun berdasarkan hal-hal sebagai berikut: e. Ada/ tidaknya kesenjangan/ gap pelayanan, Secara garis besar, kinerja pelayanan pada periode Tahun tidak banyak terjadi kesenjangan, dapat digambarkan dari indikator dan kegiatan-kegiatan berikut ini: - Dalam mendukung ketahanan pangan melalui kegiatan Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jaringan Irigasi terlihat rasio yang cukup rendah pada capaian pelayanan rencana dan realisasinya, hal ini dikarenakan pada akhir periode pelayanan terdapat usulan baru yang perlu diprioritaskan yang merupakan pembangunan di luar pekerjaan yang direncanakan dalam target Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Tahun , misalnya Pembangunan Bendung pada Daerah Irigasi Cihara di Kabupaten Lebak sebanyak 1 unit, sehingga target km dalam Renstra tidak dapat tercapai sebagaimana yang direncanakan; - Dalam mendukung konservasi Sumber Daya Air, khususnya dalam pengadaan lahan pengairan terjadi gap pelayanan yang cukup tinggi yang tidak sesuai dengan rencana, yaitu tidak terlaksananya pengadaan lahan untuk Kolam Tandon Pontang dan untuk Pengendalian Banjir Sungai Cilemer; - Pengendalian daya rusak air, tidak terjadi kesenjangan yang signifikan; - Penyediaan Infrastruktur Pedesaan dan Perkotaan, tidak ditemukan gap pelayanan bahkan realisasi telah melebihi rencana yang ditargetkan; - Penyelesaian Pembangunan Gedung Kantor di KP3B, masih tersisa beberapa Pembangunan Gedung Kantor, diantaranya pekerjaan Gedung Kantor SKPD Terpadu yang rencana pelaksanaannya tertunda karena menggunakan sistem Multiyears. Tetapi, dalam rangka peningkatan kapasitas lembaga pemerintah daerah melalui penyediaan sarana - prasarana aparatur pemerintah yang memadai, Pembangunan 82

83 Gedung Kantor di KP3B sudah hampir pada puncaknya dan sebagian besar SKPD sudah memiliki ruang yang memadai sebagai tempat untuk bekerja. - Pembangunan Gedung Kantor, tidak terjadi kesenjangan yang signifikan. f. Pelayanan yang targetnya telah tercapai Target pelayanan yang telah tercapai pada periode Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Tahun antara lain: - Dalam mendukung konservasi Sumber Daya Air, yaitu dengan melaksanakan Pembangunan Embung Kronjo di Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang pada Tahun yang memiliki volume tampungan m3. Embung Kronjo ini dibangun untuk dapat digunakan sebagai cadangan air 2 bulan saat musim kemarau, sebagai tampungan air untuk pengairan serta dapat meningkatkan muka air permukaan serta mengairi irigasi dengan Q intake = 1,1 m 3 / dt. - Dalam pengendalian daya rusak air, yaitu dengan adanya sinergitas dan kerja sama antara Pemerintah Kabupaten/ Kota, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat dalam melaksanakan Pembangunan Sudetan Cibinuangeun sepanjang 2,855 km di Kecamatan Malimping, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak pada Tahun dengan manfaat yang diharapkan dapat mencegah terjadinya banjir yang memutus jalan nasional & desa serta menggenangi pemukiman penduduk hingga mengurangi kerusakan areal pertanian seluas Ha akibat banjir. Selain itu, mulai Tahun 2009, dilakukan penanganan banjir Sungai Cilemer berupa pembangunan tanggul sepanjang 20,6 km untuk mencegah meluapnya banjir ke KK di wilayah permukiman dan ha areal persawahan, perkebunan dan ladang di 3 Kecamatan yaitu Kec. Patia, Pagelaran dan Sukaresmi yang pembangunannya diperkirakan akan selesai pada Tahun Penyediaan Infrastruktur Pedesaan dan Perkotaan terus dilaksanakan terutama untuk mendukung peningkatan kawasan demi kesejahteraan 83

84 masyarakat, diantaranya kawasan sentra produksi, kawasan agropolitan, kawasan P2WKSS, kawasan Minapolitan, Kawasan pesisir dan Kawasan Desa Tertinggal, dukungan untuk target MDG s pada Air Bersih dan Sanitasi serta dukungan untuk target SPM pada Perumahan Layak Huni. Meskipun masih banyak yang harus dilaksanakan untuk mensejahterakan masyarakat Banten, target pencapaian Renstra Tahun untuk penyediaan Infrastruktur ini sudah melebihi rencana yang pernah ditargetkan. g. Pelayanan yang targetnya belum tercapai Target pelayanan yang belum tercapai pada periode Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Tahun antara lain: - Dalam mendukung Ketahanan Pangan, kegiatan Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jaringan Irigasi di 13 Daerah Irigasi kewenangan provinsi harus terus dilaksanakan dan ditingkatkan mengingat kerusakan infrastruktur irigasi banyak terjadi karena umur konstruksi, bencana alam dan kurang optimalnya kegiatan operasi dan pemeliharaan di samping rendahnya keterlibatan petani dan stakeholders lainnya dalam pengelolaan jaringan irigasi. Selain itu, dengan adanya target surplus 10 Juta Ton Beras pada Tahun 2014 membuat penanganan daerah Irigasi harus ditingkatkan. Salah satu upaya peningkatan yang ditempuh oleh Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman adalah dengan mengembangkan potensi Daerah Irigasi baru pada 10 Daerah Irigasi yaitu: Daerah Irigasi Cimanyangray; Daerah Irigasi Cikamunding I; Daerah Irigasi Cikamunding II; Daerah Irigasi Cikadueun; Daerah Irigasi. Cibama; Daerah Irigasi. Ciseukeut; Daerah Irigasi. Cihara; Daerah Irigasi. Cikalumpang; 84

85 Daerah Irigasi. Kadugenep Petir; Daerah Irigasi Cikarang Udik. - Pengadaan lahan pengairan dalam mendukung upaya konservasi Sumber Daya Air mengalami berbagai hambatan, diantaranya karena: tidak ditemukan kesepakatan harga negosiasi antara pemilik lahan dengan panitia pembebasan lahan; tidak adanya fasilitasi dari Bupati untuk pembentukan panitia pembebasan lahan; terjadinya kesepakatan harga pada akhir tahun masa anggaran, sehingga tidak dapat dilaksanakan proses pencairan dana untuk pembebasan lahan, pada akhirnya proses pembebasan lahan dilaksanakan pada anggaran tahun berikutnya. - Penyelesaian Pembangunan Gedung Kantor di KP3B, terkendala permasalahan sistem pelaksanaan (Multiyears) yang harus mendapat penetapan dari Kepala Daerah. Pada saat akan dibangun bertepatan dengan masa pergantian Kepala Daerah, sehingga pelaksanaannya harus ditunda untuk mendapatkan penetapan dari Kepala Daerah terpilih. Pengelolaan pendanaan pelayanan pada pelaksanaan Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman periode Tahun dapat digambarkan melalui tabel-tabel berikut: Uraian Anggaran pada Tahun ke (1) (2) (3) (4) (5) (6) Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung T O T A L Tabel 2.13 Target Pendanaan Pelayanan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten 85

86 Uraian Realisasi Anggaran pada Tahun ke (1) (7) (8) (9) (10) (11) Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung T O T A L Tabel 2.14 Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten Uraian Rasio antara Realisasi dan Anggaran Tahun ke Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung (1) (12) (13) (14) (15) (16) 100,00% 100,00% 97,76% 99,06% 90,51% 100,00% 100,00% 78,15% 88,85% 79,51% T O T A L Tabel 2.15 Rasio antara Realisasi dan Anggaran Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten Uraian Rata-rata Pertumbuhan Anggaran Realisasi (1) (17) (18) Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung T O T A L Tabel 2.16 Rata-rata Pertumbuhan Pendanaan Pelayanan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten 86

87 Realisasi Pendanaan (Rp. x 1000) 350,000, ,271, ,601, ,224, ,000, ,688, ,000, ,992, ,000, ,000, ,000,000 50,000,000 - Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Gambar 2.14 Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten Secara garis besar pendanaan pada Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten dapat dikatakan baik, terlihat dari anggaran yang meningkat dari tahun ke tahun, selain itu progres pelayanan program setiap tahunnya tidak banyak mengalami masalah karena masalah teknis maupun kualitas Sumber Daya Manusia yang kurang baik, tetapi disebabkan oleh masalah non teknis (bencana, terkait kewenangan, dll). Kecuali pada akhir periode pelayanan, anggaran pendanaan sedikit lebih kecil dari rencana dikarenakan adanya prioritas pengangaran Provinsi Banten untuk pembangunan infrastruktur jalan provinsi (adanya Perda Infrastruktur). STANDAR PELAYANAN MINIMAL Berkaitan dengan urusan pemerintahan yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga negara yang penyelenggaraannya diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan kepada Daerah untuk perlindungan hak konstitusional, kepentingan nasional, kesejahteraan masyarakat, serta ketentraman dan ketertiban umum khususnya mengenai Standar Pelayanan Minimal (SPM), Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten 87

88 memiliki indikator SPM dalam bidang Perumahan Rakyat sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor: 22/Permen/M/2008 tentang Standar pelayanan Minimal bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah kabupaten/ Kota. Dalam SPM bidang perumahan rakyat, Pemerintahan daerah provinsi menyelenggarakan pelayanan urusan perumahan yang terdiri dari jenis pelayanan dasar, indikator, nilai dan batas waktu pencapaian tahun a. Jenis pelayanan dasar dari SPM bidang Perumahan Rakyat meliputi: - rumah layak huni dan terjangkau; - lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas (PSU). b. Indikator dari SPM bidang Perumahan Rakyat meliputi: (i). Indikator dari rumah layak huni dan terjangkau antara lain: - cakupan ketersediaan rumah layak huni; - cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau. (ii). Indikator dari lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas (PSU) adalah cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan prasarana, sarana dan utilitas (PSU) c.nilai SPM bidang perumahan rakyat terdiri dari: (i) Indikator cakupan ketersediaan rumah layak huni sebesar 100 % (seratus persen) dan untuk indikator cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau sebesar 70 % (tujuh puluh persen). (ii) Indikator cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan prasarana, sarana dan utilitas (PSU) sebesar 100 % (seratus persen). g. Batas waktu pencapaian tahun Berdasarkan data yang berhasil dihimpun pada Tahun 2011, Target SPM bidang Perumahan Rakyat Provinsi Banten dapat digambarkan sebagai berikut: 88

89 NO I II BIDANG URUSAN DAN INDIKATOR SPM JENIS LAYANAN PERTAMA : RUMAH LAYAK HUNI DAN TERJANGKAU DAERAH PROVINSI Cakupan Rumah Layak 1 Huni (1) Cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau ( 1) Jumlah rumah layak huni di suatu wilayah provinsi pada kurun waktu tertentu Jumlah rumah di suatu wilayah provinsi pada kurun waktu tertentu Jml rumah tangga MBR yang menempati rumah layak huni dan terjangkau pada kurun waktu tertentu Jumlah rumah tangga MBR pada kurun waktu tertentu TARGET GAP STRATEGI SPM % 100% -47% 53% 70% -17% JENIS LAYANAN KEDUA : LINGKUNGAN YANG SEHAT DAN AMAN YANG DIDUKUNG DENGAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UM 2 Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) ( 2) RUMUS INDIKATOR SPM Jumlah lingkungan yang didukung PSU pada kurun waktu tertentu Jumlah lingkungan perumahan pada kurun waktu tertentu DATA BASE TAHUN % 100% 85% Sumber Data : (1) : Daftar Isian Pendataan dan Monitoring Pembangunan Perumahan Tahun 2010 (Kegiatan Dana Dekonsentrasi Kementrian Perumahan Rakyat RI) (2) : RP4D (Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman) Provinsi Banten Tabel SPM Bidang Perumahan Rakyat Provinsi Banten 89

90 Adapun target SPM pada Tahun 2025 merupakan target dari Kementerian Negera Perumahan Rakyat untuk Provinsi. Untuk pelaksanaan di Provinsi Banten, Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman akan menyesuaikan dengan kemampuan anggaran daerah. Langkah yang diambil dalam rangka mendukung target SPM ini adalah dengan melaksanakan program kegiatan antara lain sebagai berikut: 1. Fasilitasi dan Stimulasi Pembangunan Perumahan Masyarakat Kurang Mampu Kegiatan ini mulai dilaksanakan pada Tahun 2010, berupa pembangunan Jalan Lingkungan Paving blok dan drainase, Rehab Rumah, Pembuatan MCK di 8 Kabupaten/ Kota di Provinsi Banten. Hingga Tahun 2012, direncanakan akan dilaksanakan 140 unit rehab rumah. 2. Pembinaan dan Penataan Perumahan Merupakan langkah pembinaan sesuai dengan yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor: 22/Permen/M/2008 tentang Standar pelayanan Minimal bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah kabupaten/ Kota, antara lain sebagai berikut: a. Melakukan sosialisasi dan bantuan teknis kepada pemerintahan kabupaten/ kota untuk penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat untuk rumah layak huni melalui pelatihan, bimbingan teknis dan pendampingan; b. Menyiapkan regulasi terkait dengan Perencanaan Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Pemukiman (P3KP) di Provinsi Banten yang dapat dijadikan acuan bagi kebijakan dan pengendalian pembangunan dan pengembangan perumahan dan pemukiman sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman c. Melakukan pemutahiran data rumah secara berkala dari kabupaten/kota; d. Melakukan pengawasan, pengendalian, evaluasi, koordinasi serta sinkronisasi pelaksanaan kebijakan dan pelaporan penyelenggaraan pelayanan bidang perumahan rakyat untuk ketersediaan rumah layak huni kepada Menteri. 90

91 MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Keberadaan MDGs merupakan upaya untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). MDGs dicanangkan semenjak tahun 2000, dengan acuan dasar tahun 1993 dan kondisi eksisting tahun 2009, dimana pencapaian MDGs merupakan tanggung jawab bersama salah satunya sebagai upaya untuk meningkatkan keberlanjutan lingkungan. Target-target MDGs tidak bisa dicapai berdiri sendiri karena setiap tujuan MDGs memiliki satu atau beberapa target yang saling berkaitan. MDGs terdiri dari 8 Goals sebagai berikut: Goal 1 : Memberantas Kemiskinan dan Kelaparan Goal 2 : Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua Goal 3 :Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Goal 4 : Menurunkan Kematian Anak Goal 5 : Meningkatkan Kesehatan Ibu Goal 6 : Mengendalikan HIV dan Aids, Malaria dan Penyakit Menular ainn a T Goal 7 : Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup Goal 8 : Mengembangkan Kemitraan Pembangunan di Tingkat Global Adapun target MDGs Bidang Cipta Karya termasuk pada Goal 7 yaitu menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup yang terdiri dari Target-target sebagai berikut: Target 7C : Menurunkan hingga separuhnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada tahun 2015 Target 7D : 91

92 Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020 Definisi dan Indikator-indikator dalam target tersebut di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut: Gambar Target MDGs bidang Cipta Karya (Target 7c dan 7d) 92

93 (i). Sektor Air Minum DI Yogyakarta Jawa Tengah Maluku Kalimantan Barat Maluku Utara Jawa Timur Sulawesi Tenggara Nusa Tenggara Timur Kalimantan Selatan Bali Jambi Nusa Tenggara Barat Sumatera Utara Sumatera Selatan Papua Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Nasional Kalimantan Timur Sumatera Barat Kalimantan Tengah Gorontalo Riau Kep. Bangka Belitung Lampung Sulawesi Barat Jawa Barat Sulawesi Tengah Papua Aceh DKI Jakarta Bengkulu Kep. Riau Banten ,82 22,32 % 44,19 % Persentase Air Minum Layak (%) Sumber: Susenas 2011 Gambar 2.16 Capaian Air Minum Layak 93

94 Gambar 2.17 Target Capaian Air Minum Layak Provinsi Banten 94

95 (ii). Sektor Sanitasi DKI Jakarta DI Yogyakarta Bali Kep. Riau Kalimantan Timur Kep. Bangka Belitung Sulawesi Utara Banten Sulawesi Selatan Jawa Tengah Sumatera Utara Jawa Barat Nasional Riau Maluku Utara Jawa Timur Jambi Sulawesi Tenggara Kalimantan Selatan Maluku Sulawesi Tengah Nusa Tenggara Barat Papua Barat Gorontalo Kalimantan Barat Aceh Sumatera Selatan Sumatera Barat Lampung Bengkulu Sulawesi Barat Kalimantan Tengah Nusa Tenggara Timur Papua ,78 % % Sumber: Susenas 2011 Gambar 2.18 Capaian Sanitasi Layak 95

96 Gambar 2.19 Target Capaian Sanitasi Layak Provinsi Banten PERMASALAHAN Pencapaian Bidang Air Minum dan Sanitasi 1. Rendahnya cakupan pelayanan air minum & sanitasi 2. Keandalan teknis yang masih rendah 3. Lemahnya kapasitas kelembagaan 4. Keterbatasan pendanaan 5. Belum optimalnya peran serta masyarakat dan swasta 6. Lemahnya sinkronisasi peraturan 7. Penurunan kuantitas, kualitas & kontinuitas air baku 8. Pencemaran domestik dan industri KEBIJAKAN Pencapaian Bidang Air Minum dan Sanitasi 1. Peningkatan cakupan & kualitas pelayanan sistem penyediaan air minum dan sanitasi 2. Pengurangan luas genangan di kawasan-kawasan strategis 3. Peningkatan cakupan pelayanan sistem penanganan air limbah (on site/off site) 4. Diversifikasi pendanaan dari berbagai sumber 5. Pengembangan kelembagaan, peraturan, dan perundang- undangan 6. Peningkatan peran serta kemitraan dunia usaha/swasta dan masyarakat 96

97 (iii). Sektor Rumah Tangga Kumuh Terdapat permasalahan ketersediaan data acuan, sehingga Data Capaian Sektor Rumah Tangga Kumuh belum didapatkan dengan jelas, sementara dalam rangka percepatan penanganan kawasan permukiman kumuh, dilaksanakan hal-hal sebagai berikut: Gambar Strategi penanganan kawasan permukiman kumuh 97

98 2.4. TANTANGAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN PELAYANAN Memasuki era milenium ketiga dewasa ini, Indonesia dan seluruh negara di dunia memasuki era kompetisi antar negara yang ketat. Dapat dikatakan bahwa posisi dan peran suatu bangsa dalam konstelasi perekonomian dunia akan banyak ditentukan oleh daya saingnya secara relatif terhadap bangsa lain. Semakin baik daya saing suatu bangsa maka semakin diperhitungkan pula peran dan posisi bangsa tersebut serta semakin besar peluang untuk menarik investasi asing. Salah satu faktor yang menentukan daya saing nasional adalah ketersediaan dan kualitas infrastrukturnya. Bagi Provinsi Banten, infrastruktur merupakan salah satu motor pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Melalui kebijakan dan komitmen pembangunan infrastruktur yang tepat, maka hal tersebut diyakini dapat membantu mengurangi masalah kemiskinan, mengatasi persoalan kesenjangan antar-kawasan maupun antar-wilayah, memperkuat ketahanan pangan, dan mengurangi tekanan urbanisasi yang secara keseluruhan bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Banten secara keseluruhan. Pembangunan infrastruktur Sumber Daya Air dan pemukiman mempunyai manfaat langsung untuk peningkatan taraf hidup masyarakat dan kualitas lingkungan, karena semenjak tahap konstruksi telah dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekaligus menggerakkan sektor riil. Sementara pada masa layanan, berbagai multiplier ekonomi dapat dibangkitkan melalui kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur. Infrastruktur Sumber Daya Air dan pemukiman yang telah terbangun tersebut pada akhirnya juga akan dapat memperbaiki kualitas permukiman. Disamping itu, infrastruktur Sumber Daya Air dan pemukiman juga berperan sebagai pendukung kelancaran kegiatan sektor pembangunan lainnya antara lain sektor pertanian, industri, kelautan dan perikanan. Pembangunan infrastruktur Sumber Daya Air dan pemukiman karenanya 98

99 berperan sebagai stimulan dalam mendukung perkembangan ekonomi wilayah yang signifikan. Oleh karenanya, upaya pembangunan infrastruktur perlu direncanakan dengan matang sesuai dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan suatu wilayah, yang pada gilirannya akan menjadi modal penting dalam mewujudkan berbagai tujuan dan sasaran pembangunan nasional dan daerah, termasuk kaitannya dengan pencapaian sasaran-sasaran Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 mendatang. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur Sumber Daya Air dan pemukiman pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai 3 (tiga) strategic goals, yaitu: meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan. Perwujudan pembangunan infrastruktur Sumber Daya Air dan pemukiman tersebut terlihat melalui: (i) Infrastuktur sumber daya air yang berperan dalam penyimpanan dan pendistribusian air untuk keperluan domestik (rumah tangga), industri, dan pertanian guna mendukung ketahanan pangan, dan pelaksanaan konservasi sumber daya air, serta pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air; dan (ii) Infrastruktur pemukiman yang berperan dalam menyediakan pelayanan air minum dan sanitasi lingkungan, infrastruktur pemukiman di perkotaan dan perdesaan dan revitalisasi kawasan serta pengembangan kawasan agropolitan, minapolitan serta perumahan. Seluruh penyediaan infrastruktur tersebut diselenggarakan berbasiskan penataan ruang. Oleh karenanya, pembangunan infrastruktur bukan hanya harus benar-benar dirancang dan diimplementasikan secara sistematis, tetapi juga harus berkualitas supaya mampu menciptakan dan membuka peluang untuk mendapatkan keuntungan ekonomi (economic gains), menghadirkan keuntungan sosial (social benefits), meningkatkan layanan publik (public services), serta meningkatan partisipasi politik (political participation) di segenap lapisan masyarakat. Pembangunan infrastruktur Sumber Daya Air dan pemukiman juga harus selaras dan bersinergi dengan sektor-sektor lainnya sehingga mampu mendukung pengembangan wilayah dan 99

100 permukiman dalam rangka perwujudan dan pemantapan penyelenggaraan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun kedepan bagi pemerintah daerah, dunia usaha dan seluruh komponen masyarakat di Provinsi Banten. Telaahan Rencana Tata Ruang dan Pola Ruang Wilayah Provinsi Banten Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun , rencana struktur ruang Provinsi Banten jika dihubungkan dengan kebutuhan pelayanan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten dapat dilihat dalam gambar dan uraian tabel sebagai berikut: Gambar Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Banten

101 Gambar Rencana Struktur Ruang Provinsi Banten Gambar Rencana Pola Ruang Provinsi Banten 101

102 Gambar Rencana Kawasan Strategis Provinsi Gambar Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Provinsi Banten 102

103 Ketersediaan infrastruktur yang berkualitas merupakan salah satu faktor penentu daya tarik suatu kawasan/wilayah, di samping faktor kualitas lingkungan hidup, image, dan masyarakat (budaya). Sementara itu, kinerja infrastruktur merupakan faktor kunci dalam menentukan daya saing global, selain kinerja ekonomi makro, efisiensi pemerintah, dan efisiensi usaha. Dalam hal daya saing global tersebut, maka laporan dari World Economic Forum hanya menempatkan Indonesia pada peringkat ke-96 dari 134 negara yang diteliti, dimana ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai (16,4%) merupakan penyumbang kedua sebagai faktor problematik dalam melakukan usaha setelah birokrasi pemerintah yang tidak efisen (19,3%). Dengan demikian, tantangan pembangunan infrastruktur ke depan adalah bagaimana untuk terus meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang berkualitas dan kinerjanya semakin dapat diandalkan agar daya tarik dan daya saing Indonesia dalam konteks global dapat membaik. Salah satu isu strategis yang dihadapi adalah bagaimana pembangunan infrastruktur dapat membantu mengatasi besarnya kesenjangan antarkawasan di Provinsi Banten: antara Kawasan WKP I, WKP II dan WKP III, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Fenomena yang terkait adalah urbanisasi yang cukup tinggi dengan laju 4,4% per tahun akibat tingginya mobilitas penduduk. Secara teoritik, kota merupakan mesin pertumbuhan ekonomi (the engine of economic growth), sehingga proses pengembangan wilayah terjadi karena adanya perkembangan kota sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, yang lalu diikuti dengan penyebaran pertumbuhan ekonomi di kawasan sekitarnya. Tingkat urbanisasi yang relatif tinggi ini belum disertai oleh kemampuan untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk oleh urbanisasi tersebut maupun backlog yang telah ada sebelumnya. Demikian juga ketersediaan infrastruktur belum merata ke semua golongan masyarakat, terutama masyarakat miskin. Tantangan lainnya adalah berkaitan dengan penyelenggaraan otonomi daerah, berdasarkan Undang-undang Nomor 23 tahun 2000 tentang 103

104 Pembentukan Provinsi Banten, luas wilayah Provinsi Banten adalah 8.651,20 km2, yang terdiri dari 4 (empat) kabupaten, yaitukabupaten Pandeglang, Lebak, Serang, Tangerang dan 2 (dua) Kota yaitu Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Seiring dengan tuntutan dan perkembangan pembangunan, tahun telah terjadi pemekaran wilayah, dengan terbentuknya Kota Serang sebagai pemekaran dari Kabupaten Serang dan Kota Tangerang Selatan sebagai pemekaran dari Kabupaten Tangerang, sehingga saat ini jumlah kabupaten dan kota di Provinsi Banten menjadi 4 (empat) kabupaten dan 4 (empat) kota Masih tingginya Jumlah Penduduk miskin di Provinsi Banten pada maret 2011 sebesar jiwa atau sebesar 6,32% dari jumlah penduduk. Tingkat kemiskinan terbesar terdapat di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak, masing-masing sebesar 11,14 % dan 10,38 %. Mengingat kedua Kabupaten tersebut merupakan kabupaten-kabupaten yang mayoritas penduduknya bekerja disektor pertanian. Hal ini menjelaskan bahwa kemiskinan terjadi pada penduduk yang bekerja di sector informal seperti pertanian. Dari sisi ke ekonomian ketenagakerjaan pada sector pertanian terdapat 42,77 % tenaga kerja setengah pengangguran yang artinya nilai produktifitas dan pendapatan yang sangat rendah karena jam kerja dibawah normal. Rendahnya ketersediaan lapangan kerja (pengangguran terbuka 13,50 % pada tahun 2011) menjadi bagian yang juga harus diperhatikan dalam penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman. Menghadapi tantangan di atas, maka diperlukan pendekatan pembangunan yang bersifat kewilayahan dan direncanakan dengan matang sesuai dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan ekonomi dan sosial serta ketersedian infrastruktur suatu wilayah agar infrastruktur Sumber Daya Air dan permukiman dapat mendukung pengembangan ekonomi dan wilayah secara efisien dan efektif. Tantangan penyelenggaraan infrastruktur Sumber Daya Air dan permukiman ke depan juga erat terkait dengan pembangunan berkelanjutan yang menjadi bagian dari 3 (tiga) pilar pembangunan (ekonomi, sosial, dan 104

105 lingkungan) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Tantangan pembangunan berkelanjutan di Indonesia ialah: bagaimana pembangunan fisik, sosial, dan ekonomi dilakukan tanpa mengakibatkan degradasi lingkungan (menjaga kawasan dan lingkungan hunian agar tetap aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan). Isu ini di Provinsi Banten semakin penting sejalan dengan meningkatnya kesadaran ekologi yang dipicu oleh keprihatinan terhadap kerusakan lingkungan yang semakin parah dan serius dan sudah pasti apabila tidak ditangani dengan baik akan memberikan dampak yang buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekarang dan di masa mendatang. Pelayanan infrastruktur dasar di Indonesia saat ini kondisinya relatif tertinggal dibandingkan beberapa negara Asia lainnya. Pembangunan dan pengelolaan infrastruktur bidang Sumber Daya Air dan Pemukiman selama 10 tahun terakhir belum dilakukan secara baik, sebagaimana ditunjukkan oleh pendanaan infrastruktur yang masih under-investment (< 2% PDB). Anggaran pemeliharaan terbatas, demand lebih besar dari supply terutama untuk daerah-daerah cepat tumbuh, dan Standar Pelayanan Minimum (SPM) belum sepenuhnya terpenuhi. Sementara di sisi lain kesepakatan MDGs untuk memenuhi sasaran mutu pelayanan infrastruktur terutama penyediaan air bersih dan sanitasi untuk masyarakat berpenghasilan rendah sudah tidak bisa ditunda lagi. Selain itu, tidak dapat diabaikan pula berbagai kesepakatan pembangunan infratruktur bersama, seperti pada kesepakatan kerjasama ekonomi regional: APEC, AFTA, BIMP-EAGA, IMT-GT, SIJORI, Program ASEAN Highway, dan Asia Railway yang akan menuntut upaya sungguh-sungguh dari segenap pelaku pembangunan infrastruktur bidang Sumber Daya Air dan Pemukiman. Karena itu upaya untuk memobilisasi berbagai sumber pembiayaan perlu terus dilakukan dan ditingkatkan dengan mengembangkan skema pembiayaan melalui kerja sama pemerintah-swasta (KPS), bank, dan dari lembaga keuangan non bank khusus infrastruktur, serta dana preservasi jalan. 105

106 Dari sisi penyelenggaraan, banyaknya daerah pemekaran baru serta delivery system yang diterapkan, termasuk adanya tugas pembantuan dan dekonsentrasi menuntut adanya pemantapan tugas umum pemerintahan berupa pengaturan, pembinanan, pengawasan, dan fasilitasi bantuan teknis dalam dalam penguatan kapasitas kelembagaan ke-sumber Daya Air dan Pemukiman-an di daerah. Pelaksanaan pembangunan juga masih diwarnai praktik-praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) walaupun melalui kebijakan selama ini telah pula dilakukan pembenahan cukup signifikan untuk menghapus praktik-praktik tersebut. Lima tahun ke depan, dalam penyelenggaraan infrastruktur Sumber Daya Air dan permukiman, Dinas Sumber Daya Air dan Permukiman juga harus meningkatkan kesetaraan dan keadilan jender, dimana setara dapat dilihat dari akses, kontrol/kewenangan, dan kesempatan berpartisipasi sementara keadilan dilihat dari aspek manfaatnya. Upaya ini perlu didukung dengan komitmen tinggi dari seluruh jajaran pegawai Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman. Disamping itu, khususnya infrastruktur Sumber Daya Air dan permukiman yang pemanfaatannya akan dirasakan secara langsung oleh masyarakat harus dapat dirasakan secara aman dan nyaman bagi semua golongan masyarakat, termasuk golongan masyarakat dengan kebutuhan khusus (special needs) seperti lansia, anak-anak, dan difable. Dengan demikian, tantangan pembangunan Sumber Daya Air dan Permukiman ke depan adalah bagaimana untuk terus meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang berkualitas dengan kinerja yang semakin dapat diandalkan agar daya tarik dan daya saing Indonesia dalam konteks global dapat terus meningkat. Demikian pula dengan infrastruktur yang berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah diharapkan akan dapat terus mendorong percepatan peningkatan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, sekaligus mewujudkan kesejahteraan sosial dan kenyamanan lingkungan. Tantangan umum lainnya yang dihadapi dalam pembangunan infrastruktur, khusunya bidang Sumber Daya Air dan permukiman di Indonesia adalah 106

107 kendala alamiah berupa struktur wilayah geografis; disparitas dan distribusi penduduk di Jawa dan luar Jawa; menurunnya kinerja infrastruktur yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah seperti irigasi provinsi/kabupaten/kota; serta sulitnya pembebasan tanah untuk pembangunan infrastruktur yang menyebabkan terhambatnya kelancaran pembangunan pengembangan irigasi baru, pengendali banjir dan infrastruktur lainnya. 107

108 BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN Kondisi infrastruktur Sumber Daya Air dan permukiman saat ini menunjukkan tingkat yang beragam. Infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) belum optimal dalam mendukung pencapaian kinerja pembangunan bidang Dinas Sumber Daya Air secara keseluruhan, seperti kinerja layanan jaringan irigasi yang ada dalam mendukung pemenuhan produksi pangan. Seluas ha/ 304,35 km jaringan sawah beririgasi kewenangan Provinsi yang sudah terbangun dapat dikatakan berfungsi. Namun demikian, masih ada kerusakan jaringan irigasi, tercatat mencapai lebih kurang 30 %, yang banyak terjadi di daerah irigasi yang potensial menyumbang pemenuhan kebutuhan pangan nasional. Menurunnya fungsi jaringan irigasi (termasuk rawa) disebabkan oleh tingginya tingkat kerusakan karena umur konstruksi, bencana alam dan kurang optimalnya kegiatan operasi dan pemeliharaan di samping rendahnya keterlibatan petani dan stakeholders lainnya dalam pengelolaan jaringan irigasi. Selain itu, kondisi debit sungai yang airnya digunakan untuk kebutuhan irigasi sangat fluktuatif antara musim hujan dan musim kemarau. 108

109 Berkembangnya daerah permukiman dan industri telah menurunkan area resapan air dan mengancam kapasitas lingkungan dalam menyediakan air. Keandalan penyediaan air baku juga berkurang akibat menurunnya fungsi dan kapasitas tampungan air (contohnya situ situ di Tangerang seperti Situ Cipondoh, Situ Parigi dan waduk di Cilegon Waduk Krenceng,). Kondisi ini juga diperparah oleh kualitas operasi dan pemeliharaan yang rendah. Akses terhadap air baku untuk rumah tangga dan industri yang masih rendah memicu eksplorasi air tanah yang berlebihan (misalnya di Kab. Tangerang) sehingga menyebabkan land subsidence dan intrusi air laut. Dalam hal potensi daya rusak air, terjadi perluasan dampak kerusakan akibat banjir dan kekeringan (seperti banjir di wilayah Jabodetabek, wilayah Pandeglang, Cilegon, Lebak dan kekeringan di Serang dan Tangerang). Selain itu juga terdapat fenomena meluasnya kerusakan pantai akibat abrasi yang mengancam keberadaan permukiman dan pusat-pusat perekonomian di sekitarnya. 1. Kondisi Sumber Daya Air Kondisi Aktual dan kondisi Sumber Daya Air Provinsi Banten, antara lain sebagai berikut : Provinsi Banten dengan luas wilayah mencapai 9.018,64 km 2 berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 sudah mencapai jiwa. Penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak jiwa. Sex ratio penduduk Provinsi Banten adalah 105 jiwa. Dari total jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 ( jiwa), sekitar 4,48% jumlah penduduk tersebut terdistribusi di Provinsi Banten. Topografi wilayah Provinsi Banten berkisar pada ketinggian m dpl. Secara umum kondisi topografi wilayah Provinsi Banten merupakan dataran rendah yang berkisar antara m dpl yang terletak di daerah Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Pandeglang, dan sebagian besar Kabupaten Serang. Adapun daerah Lebak Tengah dan sebagian 109

110 kecil Kabupaten Pandeglang memiliki ketinggian berkisar m dpl dan daerah Lebak Timur memiliki ketinggian m. Bencana banjir dan genangan seringkali terjadi di wilayah wilayah tertentu seperti di Pandeglang dan Labuan dengan frekuensi dan intensitasnya yang cenderung meningkat. Kebutuhan air, khususnya air bersih, meningkat sementara kondisi ketersediaan air sangat beragam baik antar waktu/musim maupun antar kawasan/wilayah Provinsi Banten. Kualitas air permukaan semakin memburuk akibat meningkatnya ancaman pencemaran oleh limbah (padat dan cair) rumah tangga maupun industri yang dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu. Muka air tanah dalam dan atau dangkal terus mengalami penurunan akibat tingginya pengambilan (discharge) sementara kapasitas pengimbuhan (recharge) air tanah semakin berkurang akibat perubahan tata guna lahan yang sangat pesat. Wilayah Sungai di Provinsi Banten terbagi atas 3 (tiga) wilayah yaitu Wilayah Sungai Ciliman-Cibungur, Wilayah Sungai Cibaliung Cisawarna dan Wilayah Sungai Cidanau Ciujung Cidurian Cisadane Ciliwung Citarum. 2 (dua) wilayah sungai merupakan lintas Kabupaten/Kota dalam Provinsi, sedangkan 1 (satu) wilayah sungai merupakan lintas Provinsi. Terdapat 5 (lima) satuan Cekungan Air Tanah (CAT) di Provinsi Banten yang telah diidentifikasi, yang bersifat lintas Kabupaten maupun Kota, antara lain CAT Labuan, CAT Rawadano dan CAT Malingping dan lintas Propinsi, meliputi CAT Serang Tangerang dan CAT Jakarta. Provinsi Banten saat ini memiliki sekitar Daerah Irigasi (DI), besar maupun kecil dengan luas total ha. Berdasarkan kewenangan pengelolaannya terdiri atas 5 DI Kewenangan Pusat dengan luas total ha, 13 DI Kewenangan Provinsi dengan luas total ha dan DI kewenangan Kabupaten/Kota dengan luas total mencapai ha. Dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2006, telah terjadi penambahan areal sekitar ha atau meningkat sebesar 24,13%. 110

111 Hasil penghitungan neraca air menunjukkan bahwa terjadi defisit di sebagian besar wáter district dan menunjukkan pula bahwa ketersediaan air di beberapa wáter district tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan air didalamnya selama 12 bulan penuh. Bahkan untuk beberapa wáter districtmenunjukkan bahwa kemampuan untuk memenuhi kebutuhan air hanya dicapai 5 6 bulan saja. Bila perhitungan neraca air dilakukan berdasarkan wilayah administratif, dalam hal ini kabupaten/kota, dengan mengkonversikan water district menurut wilayah kabupaten/kota, maka neraca air pada masing-masing kabupaten/kota sangat bervariasi tergantung dari alternatif pola tanam daerah irigasi. Partisipasi masyarakat terkait Pengelolaan SDA sangat terbatas dan belum maksimal. Permasalahan yang dihadapi terkait dengan Pengelolaan Sumber Daya Air di Provinsi Banten, adalah : 1. Peningkatan alih fungsi lahan dan pelanggaran terhadap tata ruang (di hulu, di tengah, di hilir) daerah aliran sungai (DAS) yang menyebabkan gangguan terhadap sistem tata air. 2. Kerusakan daerah aliran sungai akibat tidak terkendalinya pemanfaatan ruang. 3. Penurunan kualitas air permukaan dan air tanah akibat pencemaran yang cenderung meningkat 4. Keterbatasan ketersediaan air baku untuk rumah tangga, komersial dan industri. 5. Pengambilan air tanah yang berlebihan yang telah mengakibatkan berkurangnya kuantitas air tanah, 6. Mempercepat terjadinya penurunan muka tanah (land subsidence) dan intrusi air asin baik dari laut maupun dari lapisan-lapisan dalam 7. Kurang optimalnya pengendalian banjir secara terpadu dari hulu, tengah dan hilir. 8. Terbatasnya data dan informasi terkait sumber daya air. 111

112 9. Kurangnya aksesibilitas terhadap data dan informasi terkait sumber daya air 10. Peralihan lahan perkebunan, kehutanan menjadi permukiman 11. Hutan rusak dan lahan kritis cenderung meningkat 12. Belum memadainya kondisi Sosekbud dan pengetahuan masyarakat terhadap aspek konservasi belum memadai 13. Tidak adanya keterpaduan antar lembaga pengelola Sumber Daya Air Provinsi Banten, maupun Pemerintah Pusat dan daerah sekitarnya. 14. Belum optimalnya peran masyarakat dan dunia usaha dalam membangun sinergi baik untuk melindungi maupun untuk memanfaatkan SDA yang ada. 15. Keterbatasan regulasi tentang sistem pengelolaan termasuk pembiayaan/kompensasi di antara daerah hulu & hilir untuk membiayai kegiatan-kegiatan pengelolaan SDA 16. Lahan kritis dan gundul di Kawasan hulu DAS 17. Kurang optimalnya pengairan lahan irigasi 18. Degradasi hutan 19. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dari waktu ke waktu semakin meningkat. 20. Ketersediaan air permukaan di Provinsi Banten semakin berkurang 21. Kebutuhan air semakin meningkat pada bulan kemarau. 22. Kualitas dan kuantitas pada sumber air terutama air tanah semakin menurun 23. Pengaturan perlindungan sumber air belum optimal dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air 24. Belum terkendalinya pengolahan tanah di daerah hulu. 25. Perlindungan bantaran sungai belum optimal 26. Sempadan danau atau waduk cenderung mengalami kerusakan 27. Sempadan mata air kurang mendapat perhatian 28. Potensi air berlebihan disaat musim hujan dan kekurangan ketika kemarau 29. Penggunaan air tanah tidak terkendali 112

113 Tantangan ke depan yang harus dihadapi terkait dengan Pengelolaan Sumber Daya Air di Provinsi Banten, antara lain: 1. Peningkatan jumlah penduduk yang mempengaruhi kebutuhan ruang, air bersih dan sanitasi yang sekaligus beresiko terhadap kelangsungan sumber daya air. 2. Mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim global 3. Pencapaian target Millennium Development Goals(MDGs) 4. Pengembangan manajemen SDM termasuk kelembagaan dan teknologi bidang SDA 5. Desentralisasi dan otonomi daerah 6. Potensi pencemaran air cenderung semakin meningkat akibat limah rumah tangga, pertanian dan industri 7. Pertumbuhan dan perkembangan lahan permukiman sebagai suatu keninscayaan akibat pertambahan penduduk. 8. Konversi lahan, perubahan pemanfaatan lahan, dan perkembangan lahan terbangun harus diantisipasi pengaruhnya terhadap keseimbangan tata ruang air. 113

114 114

115 Gambar 3.1 Peta Wilayah Sungai di Provinsi Banten 115

116 2. Kondisi Pemukiman Infrastruktur bidang Permukiman yang mencakup sub bidang air minum, sanitasi, pengembangan permukiman, dan penataan bangunan, lingkungan dan perumahan menunjukkan pula kondisi yang beragam. a. Air Minum Untuk sub bidang air minum, pada periode telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum sebagai turunan dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Dalam pelaksanaannya telah dirumuskan Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat, termasuk diantaranya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM), sehingga sistem penyediaan air minum yang efektif dan berkesinambungan telah memiliki rujukan strategis yang jelas. Dalam mengembangkan sistem, disamping jumlah penduduk dan kepadatannya per wilayah pengembangan, keberadaan sumber air baku potensial juga memegang peranan penting. Pemanfatan sumber air baku yang lebih dekat dengan daerah pengembangan pelayanan akan membentuk sistem yang efisien, demikian pula pendekatan penentuan wilayah pengembangan pelayanan. Berbagai cara pendekatan digunakan untuk memprediksi perkembangan suatu daerah guna mengantisipasi arah pembangunan sarana prasarana wilayah agar pemanfaatan sumber daya yang tersedia lebih efisien. Kondisi Pengembangan wilayah pelayanan sistem penyediaan air minum di beberapa Kabupaten/ Kota Provinsi Banten, dapat digambarkan antara lain sebagai berikut : Kabupaten Pandeglang Sistem jaringan air baku untuk air bersih pada rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air Kabupaten Pandeglang diarahkan pada pemanfaatan air permukaan dengan saluran masuk di sungai terdekat yang potensial. 116

117 Kriteria pemanfaatan air baku untuk air bersih secara umum adalah: a. Pemanfaatan sumber air untuk kebutuhan air minum wajib memperhatikan kelestarian lingkungan; b. Pembangunan instalasi pengolahan air minum tidak diizinkan dibangun langsung pada sumber air baku; c. Pembangunan dan pemasangan jaringan primer, sekunder dan sambungan rumah (SR) yang memanfaatkan bahu jalan wajib dilengkapi izin galian yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang; d. Pembangunan dan pemasangan jaringan primer, sekunder dan sambungan rumah (SR) yang melintasi tanah milik perorangan wajib dilengkapi pernyataan tidak keberatan dari pemilik tanah; e. Pembangunan fasilitas pendukung pengolahan air minum yang diizinkan meliputi kantor pengelolaan, bak penampungan atau reservoar, tower air, bak pengolahan air dan bangunan untuk sumber energi listrik dengan: 1) Koefesien Dasar Bangunan (KDB) Setinggi-Tingginya 30%; 2) Koefesien Lantai Bangunan (KLB) Setinggi-Tingginya 60%; 3) Sempadan Bangunan Sekurang-Kurangnya Sama Dengan Lebar Jalan Atau Sesuai Dengan Surat Keputusan Gubernur dan atau Surat Keputusan Bupati Pada Jalur-Jalur Jalan Tertentu. Pemanfaatan sumber air baku permukaan diarahkan untuk peningkatan dan pengembangan waduk serta embung di Kabupaten Pandeglang. Seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. No. Waduk/Embung Lokasi Luas (Ha) 1 Waduk Cibeuteung Peurih Kecamatan Cisata 2 2 Waduk Cikempong Kecamatan Menes Waduk Kadupayung Kecamatan Menes Waduk Gede Kecamatan Menes 3 5 Waduk Cikeudal Kecamatan Cikeudal 8 117

118 No. Waduk/Embung Lokasi Luas (Ha) 6 Waduk Sadang Kecamatan Cibaliung Waduk Batu Hideung Kecamatan Cibaliung 3 8 Waduk Cibeureum Kecamatan Saketi 2 9 Waduk Parongpong Kecamatan Menes Waduk Jami Kecamatan Menes Waduk Ciandur Kecamatan Saketi 3 12 Waduk Cukang Sadang Kecamatan Pagelaran Waduk Ciahaji Kecamatan Munjul Waduk Alaswangi Kecamatan Menes Waduk Cigambar Kecamatan Menes 5 16 Waduk Gonggong Kecamatan Cikeudal 4 17 Waduk Cicanggong Kecamatan Cimanuk Waduk Mulya Kecamatan Banjar Bendung Cibaliung Kecamatan Cikeusik 5 20 Waduk Cikoncang Kecamatan Cikeusik Waduk Rorah Haur Kecamatan Cigeulis Waduk Karang bolong Kecamatan Cigeulis 2 23 Waduk Ciheucit Kecamatan Cibaliung Embung Babakan Cibaliung Kecamatan Cibaliung Embung Cijengkol Kecamatan Cigeulis Embung Cijasi Cibaliung Kecamatan Cibaliung 0.02 Jumlah Sumber: Hasil Analisis, 2010 Tabel 3.1 Rencana Peningkatan Pengembangan Air Baku Waduk dan Embung di Kabupaten Pandeglang Rencana sistem jaringan air bersih ke kelompok pengguna terdiri atas: a. sistem perpipaan untuk kawasan perkotaan 118

119 b. pengembangan jaringan air minum dengan menggunakan sistem jaringan air secara sederhana yaitu memanfaatkan sumber air baku seperti mata air, air tanah, dan air sungai di kawasan permukiman perdesaan. No Uraian Keterangan Jumlah Kebutuhan Air / Tahun Jumlah Penduduk Jiwa Kebutuhan Domestik 125 L/Org/h Kran Umum 30% Hidran Umum 10% Kebutuhan 25% Keb. Non Domestik Domestik Kebutuhan D + ND L/h Kehilangan Air 20% Total D+ND Kebutuhan Total L/h Sumber: Hasil Analisis, 2010 Tabel 3.2 Rencana Kebutuhan Air Bersih di Kabupaten Pandeglang Tahun

120 Gambar 3.2. Peta Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air di Kabupaten Pandeglang Tahun

121 Kota Tangerang (1) Sistem penyediaan air minum meliputi: a. jaringan perpipaan; dan b. jaringan non-perpipaan. (2) Sistem penyediaan air minum jaringan perpipaan meliputi: a. pengembangan penyediaan air minum dilakukan untuk memenuhi cakupan pelayanan minimal 80 (delapan puluh) persen dari seluruh jumlah penduduk; b. pengembangan unit air baku yang memanfaatkan air permukaan bersumber sungai, situ, dan tandon, meliputi Sungai Cisadane, Saluran Induk Cisadane Timur di Kecamatan Benda dan Batuceper, Saluran Induk Tanah Tinggi, Suplesi Bendung Nerogtog Kali Angke, dan Situ Cipondoh di Kecamatan Cipondoh dan Saluran Induk Cisadane Barat dan Situ Bulakan di Kecamatan Periuk; c. pengembangan unit produksi dan sistem distribusi yang disesuaikan dengan wilayah layanan dengan mempertimbangkan optimasi ruang, efisiensi dan efektifitas pelayanan; d. pengembangan sistem penyediaan air minum dilakukan menurut tiga zona pelayanan terdiri atas: 1. Zona Riungdaperuk meliputi Kecamatan Neglasari, Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan Benda dan Kecamatan Periuk; 2. Zona Karpiladug meliputi Kecamatan Karang Tengah, Kecamatan Pinang, Kecamatan Larangan, dan Kecamatan Ciledug; dan 3. Zona Ciptawadas meliputi Kecamatan Cipondoh, Kecamatan Tangerang, Kecamatan Karawaci, dan Kecamatan Cibodas; e. pengembangan sistem penyediaan air minum sebagaimana dimaksud pada huruf d terdiri atas jaringan distribusi primer, jaringan distribusi sekunder dan jaringan retikulasi yang pengembangannya diintegrasikan dengan sistem jaringan jalan dan saluran; f. pengembangan unit pelayanan dilakukan dengan mempertimbangkan optimasi ruang, efisiensi dan efektifitas pelayanan; dan 121

122 g. pengembangan unit pengelolaan berupa bangunan gedung kantor dilakukan dengan mempertimbangkan optimasi ruang, efisensi dan efektifitas pelayanan. (3) Sistem penyediaan air minum jaringan non-perpipaan meliputi: a. sistem penyediaan air minum jaringan non-perpipaan hanya dilakukan pada wilayah yang belum terlayani oleh Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) perpipaan; b. sistem penyediaan air minum jaringan non-perpipaan dilakukan dalam bentuk individual, komunal, dan komunal khusus; dan c. sistem penyediaan air minum jaringan non-perpipaan berbentuk individual, komunal, dan komunal khusus dilakukan dengan mempertimbangkan optimasi spasial, efektifitas dan efisiensi. (4) Rencana pengembangan pelayanan jaringan air minum dilengkapi dengan peta Rencana Pengembangan Pelayanan Jaringan Air Minum Kota Tangerang. 122

123 Gambar 3.3. Peta Rencana Sistem Penyediaan Air Minum Kota Tangerang 123

124 Kota Tangerang Selatan a. Kriteria Perencanaan Kebutuhan Air Minum No. Kategori Kota Jumlah Penduduk Pemakaian Air (Jiwa) (Ltr/org/hari) 1. Metropolitan > Kota Besar Kota Sedang Kota Kecil Kecamatan Desa Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum Tabel 3.3. Standar Kriteria Desain Kebutuhan Air Minum Jumlah penduduk = Kebutuhan air domestik = 190 lt/orang/hari Kebutuhan air non domestik di-asumsikan sebesar 10% Kebutuhan air cadangan diasumsikan juga 10%. b. Skenario pengembangan Tahun 2030, tingkat layanan air minum perpipaan mencapai 80% dari total rumah tangga. Tahun 2030, standard kualitas air langsung minum (potable water) sesuai Persyaratan kualitas Air Minum dan Air Bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. : 416/MENKES/PER/IX/1990 yang terdiri dari 3 parameter : 1. Fisika : Tidak (berbau, berasa, berwarna). 2. Kimia : pemeriksaan terhadap kandungan senyawa anorganik yaitu : Ai, As, Fe, Fi, Ci, Caco3, Mn, No3, No2, Ag, So4, Cu, Zn. 3. Mikrobiologi/Bakteriologik : pemeriksaan terhadap bakteri coliform. 124

125 c. Kebutuhan penyediaan Kebutuhan penyediaan air minum baik domestic maupun non domestic sebagaimana pada table berikut ini. No Kriteria Tahun Jumlah 1,303,569 1,672,437 2,157,598 2,800,315 3,658,207 Penduduk 2 Kebutuhan Air Bersih Domestic (liter/orang/ 247,678, ,762, ,943, ,059, ,059,386 hari) Non Domestik 49,535,622 63,552,596 81,988, ,411, ,011,877 (liter/orang/ hari) Cadangan (liter/orang/ 24,767,811 31,776,298 40,994,355 53,205,994 69,505,939 hari) Total 321,981, ,091, ,926, ,677, ,577,202 Kapasitas layanan 2009 Kebutuhan tambahan sampai 2030 Sumber: Hasil Analisis, 2010 Tabel 3.4. Proyeksi Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik Tahun Kota Tangerang Selatan (Liter/hari) 125

126 Kabupaten Lebak - Cakupan layanan masih rendah (di Kab. Lebak : 7,92% dari jumlah penduduk, 39,14% dari jumlah penduduk yang ada jaringan pipa PDAM ). - Padahal Cakupan pelayanan target RPJMN tahun 2010 sebesar 62% dikarenakan Permasalahan sebagai berikut : (1) Terbatasnya jumlah Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) terbangun sehingga tidak dapat melayani beberapa kecamatan secara terintegrasi. (2) Jaringan pipa dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) masih terbatas, dari 28 kecamatan di Kabupaten Lebak baru terlayani 8 kecamatan. (3) Keterbatasan dana dalam pembiayaan perluasan jaringan air minum (4) Masih rendahnya minat masyarakat menjadi pelanggan PDAM karena terdapat alternatif sumber air lainnya. (5) Dengan sebaran penduduk yang luas dan tidak merata sehingga tidak semua wilayah di Kabuten Lebak terlayani jaringan PDAM. Secara prinsip, identifikasi kondisi pelayanan SPAM dapat dilihat melalui 5 aspek utama sebagai berikut: 1. aspek cakupan layanan, 2. aspek pendanaan, 3. aspek air baku, 4. aspek kelembagaan, dan 5. aspek pemberdayaan partisipasi stakeholder. 126

127 1. Identifikasi Kondisi Pelayanan SPAM berdasarkan Aspek Cakupan Layanan 127

128 Tabel 3.5 Identifikasi Kondisi pelayanan SPAM berdasarkan Aspek Cakupan Layanan 128

129 2.Identifikasi Kondisi Pelayanan SPAM berdasarkan Aspek Air Baku 129

130 Tabel 3.6 Identifikasi Kondisi Pelayanan SPAM berdasarkan Aspek Air Baku 130

131 3.Identifikasi Kondisi Pelayanan SPAM berdasarkan Aspek Pendanaan 131

132 Tabel Identifikasi Kondisi Pelayanan SPAM berdasarkan Aspek Pendanaan 132

133 4.Identifikasi Pelayanan SPAM Berdasarkan Aspek Kelembagaan 133

134 Tabel 3.8. Identifikasi Pelayanan SPAM Berdasarkan Aspek Kelembagaan 134

135 Tabel 3.9. Identifikasi Palayanan SPAM Berdasarkan Aspek Umum 135

136 b.persampahan Pada subbidang persampahan, Propinsi Banten dengan jumlah penduduk juta jiwa, memproduksi sampah padat ± m 3 setiap hari.terdapat kecenderungan turunnya jumlah sampah yang diproduksi penduduk dengan semakin meningkatnya kepadatan suatu wilayah. Kabupaten dan Kota Tangerang dengan kepadatan lebih dari 2000 jiwa/km 2 memproduksi sampah rata-rata sekitar 1.24 lt per kapita per hari, sebaliknya kabupaten lain dengan kepadatan penduduk yang lebih jarang menghasilkan sampah rata-rata sebesar 2,06 lt per kapita per hari. Pengelolaan sampah untuk mewujudkan kebersihan dan kesehatan lingkungan serta menjaga keindahan lingkungan baik pada lokasi sumber sampah, tempat pembuangan sementara (TPS) dan tempat pembuangan akhir (TPA) perlu dilakukan secara terpadu dan komprehensif karena tanggung jawab pengelolaan ini tidak hanya berada di pemerintah daerah (Dinas/Subdinas Kebersihan) saja, namun menjadi tanggung jawab bersama. Di daerah perkotaan sebagian kecil sampah dikumpulkan atau didaur ulang oleh pemulung seperti: plastik, kertas, kayu, dll untuk dijual dan selanjutnya dipergunakan kembali. Saat ini pengelolaan sampah yang dilakukan di Propinsi Banten masih tersentralisasi di pemerintah daerah. Pemerintah daerah pada level kabupaten/kota dalam hal ini adalah dinas atau subdinas kebersihan bertugas dalam pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dan pengelolaan sampah di TPA. Secara umum pembuangan sampah ke TPA milik kabupaten/kota di Propinsi Banten masih dengan cara ditimbun dan dibakar (open dumping), walaupun di beberapa kabupaten/kota sudah dirancang menggunakan teknologi sanitary landfill tetapi prakteknya tetap secara open dumping. Pada umumnya sistem pengelolaan atau pembuangan sampah rumah tangga di wilayah perkotaan dan pedesaan berbeda, karena di pedesaan sebagian besar sampah dapat diselesaikan dalam skala komunitas dengan cara ditimbun ke dalam tanah dan dibakar, sisanya diangkut petugas, dibuang ke sungai atau selokan dan dibuang ke sembarang tempat. Sampah di perkotaan sebagian besar diangkut oleh petugas ke lokasi pembuangan sampah sementara (TPS) untuk selanjutnya dibuang ke TPA, sedangkan sampah 136

137 yang dibuang ke sungai/selokan, dibakar dan dibuang secara sembarangan jumlahnya relatif kecil. Beberapa kegiatan yang umum dilakukan oleh masyarakat di Propinsi Banten dalam mengelola sampah yang terbentuk selain mengumpulkan dan menimbum (landfill) antara lain adalah segregasi sampah skala rumah tangga dan segregasi bahan di tempat pengolahan serta pengomposan. Sarana pengelolaan sampah yang sekarang tersedia di Provinsi Banten masih tergolong kurang dan dapat ditingkatkan lagi jumlahnya terutama untuk sarana pengangkutan agar pelayanan pengelolaan sampah dapat ditingkatkan dan lebih memadai. Permasalahan sanitasi permukiman umumnya dapat terlihat dari masih rendahnya kualitas dan tingkat pelayanan sanitasi, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya antara lain adalah: Masih rendahnya kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sanitasi, utamanya pada tahap pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sanitasi di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Hal ini belum termasuk pada keterlibatan dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan, kontribusi pendanaan atau pun lahan, dll. Masih kurangnya koordinasi antar pihak-pihak yang berkepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Selain itu kurang padu dan komprehensifnya perencanaan dan program pembangunan juga merupakan permasalahan yang menyebabkan kurang efisien dan efektifnya pembangunan sanitasi permukiman. Masih kurangnya minat dunia usaha untuk berinvestasi di sektor sanitasi. Alasan yang umum dikemukakan adalah pertimbangan ekonomis dan keuangan, peraturan dan perundangan yang belum mendukung, dll. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu terobosan di sektor sanitasi. Terobosan tersebut adalah melalui suatu strategi dan program pembangunan yang komprehensif, terintegrasi, jangka panjang, dan melibatkan berbagai pihak. Strategi ini juga harus diikuti oleh komitmen dan kerja keras semua pihak, baik di bidang pendanaan, penguatan kelembagaan & SDM, penegakan peraturan, pemilihan opsi 137

138 teknologi sanitasi yang tepat, dan peningkatan partisipasi dunia usaha dan masyarakat. Selama ini sampah menjadi masalah yang cukup mengganggu. selain masalah kesehatan, sampah juga berpotensi menjadi masalah sosial yang akut. Sampah diproduksi dan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari behaviour manusia. Berikut ini adalah isu dan permasalahan mendasar bagi pengelolaan sampah di Provinsi Banten : No Aspek Keterangan 1 Peran serta masyarakat Kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan merupakan pemicu terjadinya degradasi kualitas lingkungan perkotaan termasuk masalah kebersihan kota Masyarakat masih membuang sampah tidak pada tempatnya; ke kali, selokan, jalan, dsb. Pengelolaan sistem 3R di masyarakat sekitar masih belum bisa diterapkan dengan baik, mengingat masih belum siap kondisi sosial masyarakat yang menganggap sampah sebagai barang yang tidak berhasil guna. Retribusi pengangkutan sampah bagi sebagian masyarakat masih terlalu tinggi Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan sampah untuk kepentingan ekonomi. Bagi masyarakat yang telah melakukan upaya pengelolaan sampah, kurang mendapat dukungan dari pemerintah, bank teknis maupun non teknis Perhatian untuk sosialisasi, pembinaan, pendidikan, masyarakat sangat rendah Iklim dan birokrasi kemitraan belum kondusif dan menarik bagi swasta untuk berinvestasi Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sampah Masih rendahnya upaya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah,baik itu dalam bentuk kontrak kerja sama, dukungan pembiayaan, teknis dan 138

139 No Aspek Keterangan 2 Aspek kelembagaan, organisasi dan manajemen manajemen, maupun bentuk kerja sama lainnya Kapasitas masyarakat dan swasta sebagai mitra belum dibangun dan dikembangkan Masih kurangnya dukungan terhadap upaya komunitas masyarakat yang telah berhasil dalam pengelolaan sampah, baik itu penghargaan, dukungan pendanaan, teknis, dan manajemen, maupun bentuk dukungan lainnya Timbulnya friksi antar daerah dalam pengelolaan persampahan Kordinasi antar kabupaten/kota dalam penanganan pengelolaan sampah masih sangat kurang dan belum optimal Belum adanya system insentif dan disentif yang terkait dengan pengelolaan sampah ini bagi Pelaku Usaha Kepastian hokum, kejelasan tanggung jawab dan kewenangan pemerintah serta peran serta masyarakat dan dunia usaha sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan secara proposional, efektif dan efesien. Political Will dalam penyelesaian masalah sampah lintas daerah masih sangat minim 3 SDM Menurunnya kapasitas SDM karena banyaknya pergantian personil yang sebelumnya pernah terdidik dalam bidang persampahan melalui program training atau capacity building. Kordinasi dinas kebersihan antar kabupaten/kota masih dirasakan sangat kecil mengingat adanya isu otonomi daerah Keterbatasan SDM yang ahli di bidang persampahan 4 Anggaran Prioritas pendanaan sangat rendah dan tidak sebanding dengan kebutuhan pelayanan Menurunnya alokasi APBD untuk pengelolaan sampah Anggaran pengelolaan sampan yang rendah serta tidak transparannya konsep retribusi sampah Rendahnya investasi dunia swasta 5 Pelayanan Penurunan persentase pelayanan Perkembangan penduduk yang semakin besar, perkembangan kota/kabupaten dan 139

140 No Aspek Keterangan 6 Timbulan sampah yang semakin tinggi terbatasnya armada pengangkutan serta petugas mengakibatkan menurunnya tingkat pelayanan pengelolaan persampahan Kapasitas pengelolaan sampah di berbagai kabupaten/kota di Provinsi Banten semakin lama akan semakin besar. Upaya pemerintah kab/kota di Indonesia untuk mencari tempat pembuangan sampah yang representatif mengalami kesulitan, karena pendekatannya bukan mengolah, melainkan membuang sampah. Pada akhirnya hanya berupaya mencari lahan kosong dan kemudian berpindah lagi jika telah penuh atau dianggap tidak layak. Paradigma lama pengelolaan sampah mengandalkan proses (kumpul-angkutbuang) Kapasitas kelembagaan belum memadai (status, kewenangan, perencanaan, pengawasan, SDM, dll) Kinerja operasional pelayanan belum memenuhi standar pelayanan minimal Masih rendahnya tingkat pelayanan terhadap masyarakat, baik luas wilayah pelayanan, jumlah pelanggan, maupun jumlah sampah yang dapat ditangani Perkembangan daerah Pola hidup masyarakat Jumlah populasi terus bertambah (alami/urbanisasi) Pertumbuhan jumlah sampah berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah penduduk Meningkatnya kemampuan ekonomi, produksi dan konsumtivitas Peran masyarakat dan dunia usaha sangat rendah dalam upaya minimalisasi sampah Pemakaian/penggunaan plastik yang tidak terkendali (serba plastik) 7 TPA Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan Keterbatasan lahan TPA Secara umum pembuangan sampah ke TPA milik kabupaten/kota di Propinsi Banten masih dengan cara ditimbun dan dibakar (open dumping), walaupun di beberapa 140

141 No Aspek Keterangan kabupaten/kota sudah dirancang menggunakan teknologi sanitary landfill tetapi prakteknya tetap secara open dumping Posisi TPA yang mengakibatkan Penolakan masyarakat terhadap pembukaan lahan barn untuk TPA/TPS Perubahan Lingkungan sosial di kawasan TPA Standar TPA berwawasan lingkungan kurang dimanfaatkan dan dikesampingkan,karena membutuhkan biaya yang tinggi (retribusi tidak sebanding dengan biaya operasional dan pemeliharaan) Permasalahan penepatan TPA yang berbatasan dengan daerah lain Sarana dan prasarana di TPA yang ada (pengolah leacheat, pengomposan) tidak beroperasional di sebagian wilayah kabupaten/kota Tabel Isu dan permasalahan mendasar bagi pengelolaan sampah di Provinsi Banten Selain membutuhkan habit positif bagi setiap individu, tata kelola sampah yang lahir sebagai produk aturan menjadi sangat penting. Volume sampah yang dihasilkan dari berbagai sumber, mulai dari sampah rumah tangga hingga industri sudah sangat besar. Dalam pengelolan sampah diberikan kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab dan kewenangan pemerintah, pemerintah daerah serta peran masyarakat dan dunia usaha, sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif dan efisien. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan (sustainable) yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam UU No 18 tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Penumpukan sampah di TPA (Tempat pembuangan Akhir) adalah akibat hampir semua pemerintah daerah masih menganut paradigma lama penanganan sampah kota, yang menitik beratkan hanya pada pengangkutan dan pembuangan akhir. TPA dengan sistem lahan urug saniter yang ramah 141

142 lingkungan ternyata tidak ramah dalam aspek pembiayaan, karena membutuhkan biaya tinggi untuk investasi, konstruksi, operasi dan pemeliharaan. Perlu kita cermati bersama bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah antara lain: kepadatan dan penyebaran penduduk, karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi, karakteristik sampah, budaya sikap dan perilaku masyarakat, jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA), rencana tata ruang dan pengembangan wilayah, sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan TPA, dan ketersediaan biaya. Dan tak kalah pentingnya adalah peraturan daerah yang menjadi payung hukum tata kelola sampah. Terobosan kordinasi yang intensif antar daerah, dengan mencoba melakukan kerja sama antardaerah dalam pengelolaan sampah dirasakan merupakan upaya optimum dalam penanganan permasalahan sampah di Provinsi Banten. Political will yang ditunjukkan dengan mendatangi kota dan kabupaten sekitar untuk melakukan koordinasi dan kerjasama merupakan salah satu langkah yang membuka jalan dalam penanganan permasalahan persampahan karena penanganan sampah adalah upaya lintas daerah yang harus diselesaikan secara bersama-sama. Namun demikian, Pemerintah Provinsi Banten jelas harus menjawab dengan memberikan peran koordinasi agar secara kewilayahan pengelolaan sampah ini dapat diatasi dengan strategi kebersamaan dan terintegrasi. Keberadaan Perda memang sangatlah diperlukan dalam rangka menciptakan kepastian hukum. Kepastian hukum tersebut diharapkan mampu menjadi payung hukum bagi pemerintah daerah untuk melakukan kerjasama antarpemerintah daerah dalam pengelolaan sampah. Kerjasama sebagaimana yang dimaksud dalam bentuk kerjasama atau pembuatan usaha bersama pengelolaan sampah antar kab/kota yang berdekatan atau bertetangga. Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintah provinsi mempunyai kewenangan : menetapkan kebijakan dan strategi sesuai dengan kebijakan pemerintah ; memfasilitasi kerjasama antardaerah dalam satu provinsi, kemitraan dan jejaring pengelolaan sampah;menyelenggarakan koordinasi, pembinaan dan pengawasan kinerja kabupaten/kota dan memfasilitasi penyelesaian perselisihan pengelolaan sampah antar kabupaten/kota dalam satu provinsi. Desentralisasi pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan : mengubah sampah menjadi material baru yang memiliki 142

143 nilai ekonomis atau mengelola sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. Sudah seharusnya pemerintah mengubah pola fikir pembangunan yang lebih bernuansa atau ramah lingkungan. Konsep pengelolaan sampah terpadu sudah saatnya diterapkan, yaitu dengan meminimasi sampah dan maksimasi daur ulang dan pengomposan disertai TPA yang ramah lingkungan. Paradigma baru penanganan sampah lebih merupakan satu siklus yang sejalan dengan konsep ekologi. Energi baru yang dihasilkan dari penguraian sampah maupun proses daur ulang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Sungguh sangat membantu jika pengelolaan sampah dilakukan terdesentralisasi. Pada prinsipnya pengelolaan sampah haruslah dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya. Selama ini pengelolaan sampah di perkotaan tidak berjalan efektif dan efisien karena terpusat. Pengelolaan sampah terdesentralisasi dapat dilakukan di setiap RT atau RW, dengan cara mengubah sampah menjadi kompos. Dengan cara ini volume sampah yang diangkut ke TPA dapat dikurangi. Berdasarkan gambaran diatas dapat dijelaskan bahwa ketujuh landasan prinsipil dalam rangka optimalisasi setiap kebijakan pemerintah dalam hal persampahan dapat terealisir secara optimal sepanjang mampu berharmonisasi dan terintegrasi satu sama lainnya. Matrik permasalahan diatas menunjukan bahwa landasan kebijakan persampahan yang Pro Poor dan Partisipasi Total dapat membuka seluas-luasnya peran dan partisipasi masyarakat terutama yang berada dibawah garis kemiskinan melalui pelayanan yang lebih responsif sehingga akan menciptakan iklim kesadaran bagi masyarakat secara menyeluruh (comprehensive). Hal tersebut tentu harus ditopang oleh bentuk kebijakan yang Pro Lingkungan dimana setiap proses pembuatan dan pengimplementasian kebijakan tidak boleh dilepaskan dari pengaruhnya terhadap lingkungan sehingga tercipta kebijakan yang dapat menjaga keseimbangan antara kebutuhan penyelenggaraan persampahan dan daya dukung lingkungan. Selanjutnya landasan yang berbasis pada konsep Regionalisasi dimana setiap daerah membangun pola kerjasama strategis antar sektor dengan merumuskan mekanisme pengelolaan dan pembangunan persampahan secara terpadu. Berikutnya adalah upaya mereformasi sumberdaya manusia dan aparatur pemerintahan terkait dengan pengelolaan dan pembangunan sampah yang dimanifestasikan dalam konsep Good Corporate 143

144 governance dan Real Demand Survey yang menuntut adanya optimalisasi terhadap aparatur pemerintah dalam menerapkan prinsip kepengusahaan yang baik dan prinsip pemulihan biaya dalam penyelenggaraan dan pembangunan persampahan serta cepat tanggap dalam hal mengidentifikasi permasalahan persampahan berdasarkan kebutuhan yang nyata dilapangan. Keseluruhan konsep tersebut tentu saja akan memeberikan keadilan, kepastian, dan kemanfaatan bagi semua pihak apabila ditunjang dengan Penegakan Hukum yang konsisten dan kredibel dalam permasalahan pengelolaan dan pembangunan persampahan di negeri ini. Dari uraian di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa tidak optimalnya pengelolaan sampah di Kota dan Kabupaten yang ada di Provinsi Banten adalah diakibatkan oleh tidak optimalnya pola teknis operasional dalam pengelolaan sampah tersebut. Hal itu terjadi dikarenakan hal-hal berikut: Aspek Pembiayaan. Biaya adalah hal yang penting dalam pengelolaan sampah. Teknis dan Operasional pengelolaan sampah memerlukan biaya yang cukup agar pengelolaan dapat berlangsung secara baik secara kualitas pengelolaan maupun cakupan pelayanan. Pada saat ini anggaran untuk pengelolaan persampahan dari pemerintah maupun dari masyarakat masih sangat terbatas sehingga berdampak pada rendahnya mutu pengelolaan sampah di kota dan Kabupaten di Provinsi Banten. Aspek Peran Serta Masyarakat Peran serta masyarakat sangat diperlukan khususnya pada tahapan pengurangan, pewadahan dan pengumpulan sampah. Aspek Teknologi Teknologi yang diterapkan saat ini dirasakan masih membebani pemerintah dan masyarakat. Teknologi yang bersifat end of pipe, hanya menjadikan sampah menjadi beban dan belum dapat menjadikan pengelolaan sampah menjadi suatu yang menghasilkan pendapatan. Pengelolaan sampah yang tidak optimal akibat tiga hal di atas menjadikan terjadinya berbagai macam masalah, diantaranya: masalah estetika masalah kesehatan dan masalah lingkungan. Secara regional, sampah yang tidak dikelola dengan baik, khususnya terkait dengan 144

145 rendahnya tingkat pelayanan, akan menjadikan sampah akan dibuang secara sembarangan termasuk dibuang ke sungai. Sampah yang dibuang ke sungai, saat ini telah menjadi masalah yang yang harus dihadapi oleh pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota dan Kabupaten karena akibat yang ditimbulkannnya telah banyak merugikan masyarakat. Pada umumnya kabupaten dan kota di Provinsi Banten dialiri oleh sungai-sungai yang besar, kecuali Kota Cilegon. Sungai-sungai tersebut banyak dimanfaatkan, terutama sekali untuk keperluan masyarakat sehari-hari, dan adanya pencemaran sungai sedikit banyak akan mempengaruhi kondisi kehidupan masyarakat. Pencemaran sungai yang ada di Provinsi Banten mempengaruhi kualitas air sungai, dan pada akhirnya daya guna dan fungsi sungai akan berubah. Terdapat indikasi bahwa salah satu penyebab pencemaran tersebut adalah sampah, hal ini dapat dilihat baik secara fisik maupun dari hasil penelitan kualitas air dimana menunjukkan parameter organic telah melampaui ambang batas. Berikut disajikan beberapa dokumentasi pencemaran sampah di Sungai dan table hasil penelitian kualitas air sungai yang ada di Provinsi Banten. Gambar. 3.4 Gambar Sampah di Sungai Cibanten Serang 145

146 Gambar 3.5 Sampah Di Sungai Cisadane Kota Tangerang Gambar 3.6 Tempat Pembuangan Sampah di Pinggir Sungai Ciujung Rangkasbitung Lebak Berikut ini adalah potensi, peluang dan tantangan pengelolaan sampah di Provinsi Banten : 1. Potensi Ekonomi. Permasalahan sampah yang disebabkan pada rendahnya kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam membiayai pengelolaan sampah yang berkelanjutan sebenarnya dapat diatasi mengingat besarnya potensi ekonomi yang dimiliki oleh Provinsi Banten. Seperti diuraikan pada bab II. Provinsi Banten mempunyai pertumbuhan ekonomi di atas 5%. Pertumbuhan tersebut didorong oleh kontribusi sector industry dan jasa. Demikian juga dengan investasi sector industry 146

147 yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Potensi ekonomi tersebut dapat menjadi dorongan positif bagi pengelolaan sampah apabila pengelolaan tersebut memberi dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian penanganan sampah berkelanjutan sesungguhnya akan saling bersinergi dan saling menguntungkan. Sebagai contoh, industry manufacture dan industry pariwisata dapat memanfaatkan energy yang dihasilkan dari pengelolaan sampah berbasis recovery energy sehingga biaya pengelolaan sampahnya dapat terbayar dengan energi yang dijual kepada sector industry tersebut. Dengan demikian pengelolaan sampah akan dapat mendekati full cost recovery. 2. UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah jelas mengamanatkan kepada pemerintah beserta pihak-pihak terkait lainnya untuk proaktif dan lebih responsif terhadap permasalahan pengelolaan sampah dengan kebijakan-kebijakan yang strategis dan partisipatif bagi masyarakat. Namun, realitas yang terjadi saat ini menunjukan kontradiksi antara tindakan yang dilakukan pemerintah dengan semangat yang terkandung dalam UU No. 18 Tahun 2008, ini terindikasi dari rendahnya kesadaran aparatur pemerintahan beserta stakeholder lainnya terhadap peranannya dalam penanganan persampahan sebagai upaya mewujudkan kualitas lingkungan hidup yang baik dan berwawasan lingkungan, infektifitas instrumen hukum dalam mengarahkan pola perilaku masyarakat untuk berkoordinasi dengan pemerintah dalam penanganan sampah, serta menurunnya kualitas pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang ditandai dengan berubahnya sistem pengelolaan TPA dari sanitary landfill menjadi open dumping. Pemerintah beserta stakeholder lainnya dalam hal ini diharapkan mampu mensinergikan dan mengoptimalkan kembali kebijakan dan strategi pengelolaan sampah agar menjadi stimulus bagi masyarakat dalam mengembangkan pola perilaku yang berwawasan lingkungan, dalam artian setiap tindakan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat senantiasa didasarkan pada prinsip-prinsip pemeliharaan dan perlindungan terhadap lingkungan hidup 3. Adanya peningkatan cakupan pelayanan dari 40% pada tahun 2000 menjadi 70% pada tahun 2015 untuk mencapai total pelayanan secara nasional yang selaras dengan sasaran MDG selain memerlukan investasi, sarana dan prasarana yang cukup besar juga harus didukung juga oleh 147

148 kesiapan management dan dukungan peraturan perundangan baik di tingkat pusat maupun daerah 4. Peningkatan kelembagaan yang memungkinkan pelaksanaan pengelolaan sampah yang lebih profesional dengan dukungan SDM ahli yang memadai serta dimungkinkannya kerjasama antar kota untuk melaksanakan pola penanganan sampah regional merupakan tantangan dalam era otonomi daerah. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan dengan cara meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelola, meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan, memisahkan fungsi/unit regulator dan operator, serta mendorong penerapan sistem pengawasan dan penerapan sanksi hukum secara konsisten dalam rangka pembinaan aparat, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya. 5. Penggalian sumber dana untuk investasi biaya O/M terutama dari pihak swasta yang harus sinergi dengan penerapan pola pemulihan biaya (cost recovery) secara bertahap merupakan tantangan yang harus segera dicarikan solusin a secara win-win 6. Kondisi TPA yang sebagian besar dioperasikan secara open dumping memerlukan upaya rehabilitasi agar pencemaran lingkungan dan sumbersumber air dapat diminimalkan serta mencegah terulangnya tragedi TPA leuwigajah. Langkah pertama yang harus ditempuh adalah perlunya komitment pihak eksekutif dan legislatif dalam alokasi biaya untuk rehabilitasi TPA dan penyiapan lokasi TPA yang sesuai dengan SNI 7. Program 3R yang selama ini sulit dilaksanakan merupakan tantangan yang memerlukan kesungguhan terutama dalam masalah pendidikan dan penyuluhan. Meningkatkan pembinaan dan pemahaman masyarakat secara intensif dan berkelanjutan (sustainable) akan upaya 3R menjadi 5R (reduce, reuse, recycle, recovery, replace) terkait dengan pengelolaan dan pembangunan persampahan serta mengembangkan dan menerapakan sistem insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 5R. 8. Inovasi teknis untuk meningkatkan kualitas TPA terutama dengan pengolahan leacheate dan pemanfaatan gas landfill menjadi energi listrik dan insinerator yang ramah lingkungan dan teknologi pengolahan sampah lainnya merupakan tantangan karena selain diperlukan SDM handal juga biaya yangcukup tinggi dan studi kelayakan yang memadai. 148

149 9. Penegakan hukum atas pelanggaran pembuangan sampah merupakan tantangan aparat hukum bagaimana penerapan perda dapat dilaksanakan secara sungguh-sungguh. 10. Merevitalisasi konsep desentralisasi layanan persampahan sebagai sarana pendekatan terhadap penyelenggaraan pelayanan masyarakat dengan cara pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya dan mengedepankan peran dan partisipasi aktif dari seluruh komponen masyarakat sebagai mitra dalam pengelolaan sampah. 11. Mengembangkan pola kemitraan strategis dengan pihak swasta melalui penyederhanaan jalur birokrasi bagi pihak swasta yang berminat untuk berinvestasi dalam pengelolaan sampah. 12. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan dengan memaksimalkan pemanfaatan sarana maupun prasarana persampahan. Konsekuensi terhadap pengimplementasian prinsip-prinsip kebijakan dan strategi diatas secara konsisten, terpadu dan menyeluruh tentu saja akan memberikan pegaruh yang positif terhadap peran dan kinerja pemerintah, stakeholderterkait, dan masyarakat dalam mengatasi berbagai permasalahan terkait dengan pengelolaan sampah saat ini. Dengan konsep dan mekanisme tersebut diharapkan mampu menjadi katalisator bagi setiap komponen masyarakat agar lebih memaksimalkan peranannya dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup melalui pengelolaan dan pembangunan sampah yang berwawasan lingkungan. Dalam dokumen RTRW Provinsi Banten telah di tetapkan berbagai arahan pengembangan tempat pemrosesan akhir (TPA) Sampah yang terpadu dikelola bersama untuk kepentingan antar wilayah harus sesuai dengan persyaratan teknis yang diamanatkan oleh UU No.18/2008 tentang Pengelolaan Sampah bahwa pengelolaan TPA Regional pada tahun 2010 harus menggunakan System Sanitary Landfill. Pengembangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Regional diarahkan pada TPST Bojong Menteng di Kabupaten Serang yang nantinya dapat dimanfaatkan bekerjasama dengan Kota Serang, pengembangan TPST ini telah memenuhi syarat berdasarkan kajian site selection terhadap beberapa calon lokasi TPS, analisis berdasarkan SK SNI Dep. 149

150 PU dan SK SNI Dep. PU, kriteria dari direktorat geologi tata lingkungan. Selain itu pengembangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) lainnya diarahkan di Desa Ciangir Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang yang merupakan program kerjasama antar daerah yakni Kabupaten Tangerang Provinsi Banten dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan mengacu pada PP Nomor 50 Tahun Dewasa ini, kegiatan sehari-hari masyarakat semakin memperburuk kondisi lingkungan hidup. Jumlah konsumsi yang berlebihan dan banyaknya pembuangan sampah, merupakan penyebab utama dari semakin memburuknya kondisi lingkungan hidup. Wilayah yang dikembangkan sebagai tempat pembuangan akhir terletak di masing-masing Kabupaten dan Kota, yang digunakan sebagai pembuangan sampahnya. Untuk itu diperlukan adanya perbaikan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat yang dikelola secara bersama antar wilayah, dan upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut: Pemahaman hubungan manusia dan lingkungan hidup, dengan berperan aktif dalam mengenal alam sekitar. Anjuran untuk memilih barang kebutuhan yang dapat di recycle dan sedikit bebannya terhadap lingkungan hidup. Menggunakan energi secara efektif serta mengurangi jumlah sampah dll. Berperan aktif dalam kegiatan recycle, penghijauan, dan kegiatan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi masyarakat. Berkerjasama dengan pemerintah dan organisasi masyarakat lainnya. c. Air Limbah Dalam penanganan air limbah secara nasional pada periode , berdasarkan Laporan MDGs, pada tahun 2007 akses sanitasi layak nasional mencapai 69,3%. Ini berarti bahwa angka tersebut telah melampaui target Millennium Development Goals (MDGs) sebesar 65,5% pada tahun Saat ini 77,15% penduduk nasional sudah memiliki akses terhadap prasarana dan sarana sanitasi (90,50% di perkotaan dan 67,00% di perdesaan). Prosentase aksesibilitas jumlah keluarga terhadap sarana sanitasi dasar telah meningkat dari 77,5% 150

151 pada tahun 2004 menjadi 81,8% pada tahun 2007 di kawasan perkotaan. Sementara untuk kawasan perdesaan, jumlah keluarga yang memiliki akses terhadap sarana sanitasi dasar meningkat dari 52,2% pada tahun 2004 menjadi 60% pada tahun Namun pencapaian tersebut masih sebatas pada akses ke jamban dan toilet saja, belum pada akses fasilitas sanitasi yang berkualitas dengan kriteria fasilitas tersebut masih berfungsi dengan baik, digunakan sesuai dengan peruntukannya, dan sesuai dengan standar kesehatan maupun standar teknis yang telah ditetapkan. Tercatat dari data tahun 2007, banyaknya rumah tangga yang menggunakan tangki septik (praktek pembuangan tinja aman) sebesar 49,13%, yaitu 71,06% di perkotaan dan 32,47% di perdesaan. Sedangkan sisanya 50,86% rumah tangga melakukan praktik pembuangan tinja tidak aman (di kolam/sawah, sungai/danau/laut, lubang tanah, pantai/kebun) dengan prosentase di perkotaan 28,93% dan di perdesaan mencapai 67,54%. Dari kondisi secara keseluruhan saat ini prosentase pelayanan air limbah perkotaan terpusat baru sebesar 1% dan prosentase sistem pelayanan air limbah berbasis masyarakat telah dilakukan di 409 lokasi. d. Bangunan Gedung dan Lingkungan Secara umum, lingkungan strategis yang berpengaruh pada program pembangunan bidang penataan bangunan dan lingkungan,antara lain : a. Tuntutan sustainable development dengan pilar pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. b. Tuntutan penanganan Global Public Goods seperti pemanasan global, P&S internasional, maupun kemiskinan, yang potensial untuk dilakukan antara lain Debt Swap. c. Tuntutan penerapan Good Governance terutama melalui demokratisasi yang menuntut pelibatan masyarakat dalam proses penyelenggaraan pembangunan Bidang Pekerjaan Umum maupun 151

152 debirokratisasi yang menggeser peran pusat dari provider ke enabler sehingga lebih dominan dalam pembuatan kebijakan dan perencanaan umum, sedangkan peran Pemda, dunia usaha dan masyarakat meningkat. d. Semakin efektifnya liberalisasi perdagangan barang dan jasa (WTO), AFTA dan KESR, sehingga diperlukan peningkatan profesionalisme keahlian dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan daya saing. e. Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDG 2015 serta Protocol Kyoto dalam masalah lingkungan serta Habitat dimana pembangunan lingkungan permukiman perlu didorong sebagai upaya pengurangan kemiskinan dan kawasan kumuh. f. Perkembangan pesat teknologi INFOCOM membawa implikasi adanya Global Village dengan P&S nasional merupakan sub-sistem P&S global. Dalam hal ini dihadapi tuntutan P&S nasional harus sesuai dengan standar internasional, Shelter for All dan City Without Slums. g. Bangunan Gedung baik individual maupun berkelompok ikut mempengaruhi kualitas pemanfaatan ruang kota dan lingkungan permukiman; h. Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan prasarana dan sarana di daerah. e. Perumahan dan Kawasan Pemukiman Pembangunan dan pengembangan suatu perumahan dan kawasan permukiman tentunya sangat berkaitan erat dengan penggunanya, dalam hal ini adalah penduduk. Dengan kata lain, pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman akan mengacu kepada kepentingan penduduk yang akan menghuni dan memanfaatkannya. Jumlah total ketersediaan rumah hingga Tahun 2010 di Provinsi Banten adalah unit, dengan jumlah total terbanyak berada di Kabupaten Tangerang, sedangkan backlog 152

153 perumahan hingga Tahun 2010 adalah unit. Data mengenai ketersediaan rumah di Provinsi Banten dapat dilihat pada tabel berikut ini. NO 2 KAB/KOTA Jumlah Keluarga (KK) Jumlah Penduduk (Orang) Kebutuhan Mnimum Rumah (Unit) 4 Ketersediaan Rumah (Unit) Kekurangan Rumah/Backlog (Unit) 1 Pandeglang 2 Lebak 3 Tangerang 4 Serang 5 Tangerang 6 Cilegon 7 Serang 8 TangerangSelatan KABUPATEN KOTA TOTAL Sumber : Bappeda Provinsi Banten 2010, DSDAP Provinsi Banten 2011, Susenas BPS 2011 Tabel 3.11 Jumlah Ketersediaan Rumah di Provinsi Banten NO KAB/KOTA Jumlah Keluarga (KK) Jumlah Penduduk (Orang) Proyeksi Jumlah Penduduk tahun 2017 Proyeksi Kebutuhan Rumah Tahun Pandeglang 2 Lebak 3 Tangerang 4 Serang KABUPATEN KOTA 153

154 5 Tangerang 6 Cilegon 7 Serang 8 TangerangSelatan TOTAL Sumber : Analisa Tim Penyusunan Dokumen Perencanaan PKP Tabel 3.12 Proyeksi Jumlah Rumah di Provinsi Banten Kepadatan bangunan rumah menunjukkan jumlah unit rumah yang terdapat dalam satuan luas tertentu. Dalam hal ini, kepadatan bangunan rumah dihitung berdasarkan jumlah unit rumah di suatu kelurahan dibagi dengan luas kelurahan yang bersangkutan dalam satuan hektar. Kepadatan rata-rata bangunan rumah di Provinsi Banten adalah 3,07 unit/ha. Kepadatan bangunan tertinggi dimiliki oleh Kota Tangerang, yaitu 21,45 unit/ha, sedangkan kepadatan terendah dimiliki oleh Kabupaten Pendeglang dengan rataan hanya 1,03 unit/ha. No Kabupaten/Kota Luas Wilayah (Ha) Jumlah Rumah (unit) Kepadatan Bangunan (unit / Ha) Kabupaten 1 Pandeglang , ,03 2 Lebak , ,99 3 Tangerang , ,74 4 Serang , ,46 Kota 5 Tangerang , ,45 6 Cilegon , Serang , ,81 8 Tangerang Selatan , ,72 Total Provinsi Banten , ,02 Sumber:Provinsi Banten Dalam Angka, 2010 Tabel 3.13 Kepadatan Bangunan Rumah di Provinsi Banten Tahun

155 Kondisi fisik rumah diartikan sebagai karakteristik fisik konstruksi bangunan rumah atau dinding bangunan rumah. Sehingga, jika dibagi berdasarkan karakteristik konstruksi, maka kondisi fisik rumah dibedakan atas bangunan permanen, bangunan semi permanen dan bangunan non-permanen. Untuk tipe rumah dibagi dalam 3 kelompok besar, yaitu rumah sederhana, menengah dan mewah. Dasar pembagian kelompok ini amat relatif, karena banyaknya kemungkinan perbedaan sudut pandang dan klasifikasi. Sehingga digunakan data yang sudah terpublikasi dan tidak menimbulkan goncangan sosial dalam hal ini adalah data-data yang tercantum dalam Banten dalam angka. Kabupaten/Kota Rumah Sederhana (Unit) Tipe Rumah (Unit) Rumah Rumah Menengah Mewah (Unit) (Unit) Jumlah (1) (2) (3) (4) (7) Pandeglang Lebak Tangerang Serang Kota Tangerang Kota Cilegon Kota Serang Kota Tangsel Banten Tabel 3.14 Kondisi Fisik Bangunan Berdasarkan Tipe Rumah Jenis bangunan dibedakan atas kualitas bahan yang dipergunakan, sehingga digunakan pengelompokan berdasarkan tingkat keawetan bangunan, yaitu permanen, semi permanen dan temporer. Dengan rincian sebagai berikut: 155

156 Kabupaten/Kota Tipe Rumah (Unit) Permanen Semi Temporer Jumlah Permanen (1) Pandeglang (2) (3) (4) (6) Lebak Tangerang Serang Kota Tangerang Kota Cilegon Kota Serang Kota Tangsel Banten Tabel 3.15 Kondisi Fisik Bangunan Berdasarkan Jenis Bangunan Rumah Kepemilikan rumah terkait dengan kondisi kesejahteraan penduduk. Karena dalam kenyataannya, tidak semua KK yang menempati rumah memiliki rumah itu, karena ada yang berstatus mengontrak/sewa, rumah dinas, hingga menumpang. Data kepemilikan rumah di Provinsi Banten diperoleh dari Data Provinsi Banten Dalam Angka Tahun 2010, di Kabupaten Pandeglang dan Lebak status kepemilikan rumah hampir seluruhnya merupakan rumah milik sendiri, sedangkan di beberapa Kabupaten/Kota, % merupakan rumah milik sendiri dan sisanya sebagian besar mengontrak maupun menyewa. Untuk lebih jelasnya status kepemilikan rumah di Provinsi Banten dapat dilihat paa tabel berikut: 156

157 Status Tempat Tinggal Kabupaten/ Kota Milik Sendiri Kontra k Sewa Bebas Sewa Dinas Milik Ortu/ Saudara Lain-nya Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Pandeglang Lebak Tangerang Serang Kota Tangerang Kota Cilegon Kota Serang Kota Tangsel Banten Sumber: Bappeda Provinsi Banten 2011 Tabel 3.16 Jumlah Penguasaan Tempat Tinggal Berdasarkan Cara Perolehan Rumah Di Provinsi Banten Penggunaan lahan permukiman dimaksudkan sebagai lahan di suatu wilayah yang digunakan sebagai lahan permukiman. Data terakhir menunjukkan bahwa penggunaan lahan permukiman di Provinsi Banten yang diklasifikasikan di dalam RTRW Provinsi Banten sebagai kawasan perkotaan adalah seluas ,79 Ha atau sebesar 11,62 % dari total luas daratan Provinsi Banten. Wilayah dengan alokasi lahan untuk perukiman terluas adalah Kota Tangerang yakni seluas ,48 Ha atau 86,44 % dari luas total Kota Tangerang, sedangkan alokasi pemanfaatan lahan utuk permukiman yang terendah adalah di Kabupaten Lebak yakni hanya sekitar 7.646,60 atau hanya 2.58% dari luas total wilayah Kabupaten Lebak. 157

158 Uraian lengkap mengenai proporsi penggunaan lahan permukiman terhadap luas daratannya adalah sebagai berikut. No Kabupaten/Kota Luas (Ha) Presentasi (%) Terhadap Kabupaten Provinsi Kabupaten Kota 1 Pandeglang ,88 4,31% 11,41% 2 Lebak 7.646,60 2,58% 7,61% 3 Tangerang ,45 17,18% 17,83% 4 Serang ,46 21,61% 28,39% 5 Tangerang ,48 86,44% 11,56% 6 Cilegon 7.837,16 45,64% 7,80% 7 Serang ,25 53,97% 10,11% 8 Tangerang Selatan 5.316,51 31,86% 5,29% Total Provinsi Banten ,79 11,62 % Sumber :RTRW Provinsi Banten Tabel 3.17 Penggunaan Lahan Permukiman/Perkotaan di Provinsi Banten Tahun 2011 Pengeloaan Perumahan dan kawasan Pemukiman dilakukan untuk menyediakan tempat tinggal dan bermukim yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan yang sesuai untuk pengembangan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian nilainilai budaya adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. 158

159 a) Kriteria Pengelolaan PKP Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kawasan permukiman yang aman dari bahaya bencana alam, sehat dan mempunvai akses untuk kesempatan berusaha. Kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan pemukiman secara ruang dapat memberikan manfaat: - Ketersediaan areal pemukiman dan mendayagunakan prasarana dan sarana investasi yang ada di daerah sekitarnya; - Mendorong kegiatan lain yang ada di sekitarnya; - Tidak mengganggu fungsi lindung; - Tidak mengganggu upaya kelestarian sumber daya alam; - Meningkatkan pendapatan masyarakat; - Meningkatkan kontribusi pada pendapatan daerah dan nasional; - Meningkatkan kesempatan kerja; - Mendorong perkembangan masyarakat. b) Arahan pengelolaan PKP : Pengembangan kawasan budidaya yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman harus aman dari bahaya bencana alam, sehat, mempunyai akses untuk kesempatan berusaha dan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan ketersediaan permukiman, mendayagunakan fasilitas dan utilitas disekitarnya serta meningkatkan sarana dan prasarana perkembangan kegiatan sektor ekonomi yang ada. Pengembangan permukiman perdesaan dilakukan dengan menyediakan fasilitas dan infrastruktur secara berhirarki sesuai dengan fungsinya sebagai: pusat pelayanan antar desa, pusat pelayanan setiap desa, dan pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman Menjaga kelestarian permukiman perdesan khususnya kawasan pertanian. 159

160 Pengembangan permukiman perkotaan dilakukan dengan tetap menjaga fungsi dan hirarki kawasan perkotaan serta tetap memperhatikan proporsi kawasan terbangun terhadap ruang terbuka baik berupa ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau. Membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau Pembentukan perkotaan metropolitan, dihubungkan dengan sistem transportasi yang memadai diantaranya mass rapid transit. Pengembangan KEK untuk kegiatan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Perkembangan perkotaan menengah dilakukan dengan membentuk pelayanan wilayah yang mampu mendorong pertumbuhan wilayah sekitarnya. Permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat pelayanan skala kabupaten dan perkotaan kecamatan yang ada di kabupaten. Permukiman kawasan khusus seperti penyediaan tempat peristirahatan pada kawasan pariwisata, kawasan permukiman baru sebagai akibat perkembangan infrastruktur, kegiatan sentra ekonomi, sekitar kawasan industri, dilakukan dengan tetap memegang kaidah lingkungan hidup dan bersesuaian dengan rtrw masing-masing kabupaten/kota. Kawasan peruntukan permukiman diarahkan tersebar di setiap kabupaten/kota di provinsi banten Penentuan prioritas pemanfaatan ruang Penunjang PKP di Provinsi Banten diarahkan pada suatu upaya pengurangan keterisolasian daerah tertinggal melalui peningkatan prasarana dan sarana komunikasi dan transportasi, serta pembangunan prasarana dan sarana yang menunjang kegiatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat sehingga memiliki keterkaitan dengan daerah lainnya 160

161 Untuk lebih INFRASTRUKTUR jelasnya mengenai program prioritas pemanfaatan LANGKAH PENANGANAN ruang PKP di 1. Kabupaten Serang : Provinsi Banten dapat dilihat pada Tabel 2.13 berikut. Dermaga Penyeberangan P. Tunda Waduk Sindang Heula Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Regional Bojong Menteng Simpang susun (interchange) Cikande 2. Kota Serang : Drainase Kota Pelebaran jalan Yumaga Penataan Geometrik Simpang sebidang Kawasan Situs Banten Lama Peningkatan Status Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu Pelebaran jalan lingkar selatan/tb. Suwandi (Kebon Jahe-Kepandean) Terminal Pakupatan Perlu perbaikan dermaga dan pengadaan kapal penyeberangan P. Tunda kapasitas orang Pembebasan lahan oleh daerah, pembangunan fisik oleh pusat Perlu kesepakatan bersama pengelolaan dan Penyiapan Lahan 119,5 Ha, pembangunan fisik oleh pusat Realisasi Pembebasan lahan 8 Ha, dari kebutuhan 12 Ha Penanganan bersama sesuai urusan Penanganan bersama sesuai urusan Penanganan bersama sesuai urusan Perlu pelestarian bersama pusat dan daerah Penyiapan lahan oleh daerah, pembangunan fisik oleh pusat Penanganan bersama sesuai urusan Penanganan bersama sesuai urusan INFRASTRUKTUR 3. Kota Cilegon : Jalan Lingkar Selatan (PCI-Ciwandan) Terminal Angkutan Kota (exit Cilegon Timur) Terminal Terpadu Merak (TTM) 4. Kabupaten Pandeglang : Terminal Tipe A Kadubanen Gardu Induk Listrik untuk Kawasan Tanjung Lesung Taman Bambu Nusantara dan Taman Hutan Raya Bandara Panimbang 5. Kabupaten Lebak : Ruas Jln. Cikande Rangkasbitung Ruas Jln. Wr Gunung Gn Kencana Waduk Karian LANGKAH PENANGANAN Penanganan bersama sesuai urusan Lahan telah tersedia agar pembangunan fisik dibantu provinsi Penanganan bersama sesuai urusan Penanganan bersama sesuai urusan Lahan telah tersedia agar pembangunan dibantu provinsi dan PLN Diperlukan penanganan bersama Penanganan bersama sesuai urusan Sudah terkontrak dan perlu dukungan penertiban kelebihan muatan angkutan Penanganan secara bertahap Penyelesaian pembebasan lahan 161

162 INFRASTRUKTUR 6. Kabupaten Tangerang : Tangerang Internasional City Penanganan Banjir Abrasi Pantai Utara Tempat Pembuangan Akhir Sampah Ciangir dan KarangJati Penanganan ruas Jalan Hasyim Ashari Situ Garukgak dan Situ Patrasana 7. Kota Tangerang : Revitalisasi Situ Cipondoh Penanganan Banjir Kemacetan Lalu intas Akses jalan alternatif ke Bandara (STA 11) 8. Kota Tangerang Selatan : Revitalisasi Situ Gintung Situ Pamulang, Situ Ciledug dan Situ Parigi Penataan Jalan Siliwangi mendukung Pusat Pemerintahan Kota Tangsel Sumber : RTRW Provinsi Banten, LANGKAH PENANGANAN Pemprov telah memberikan rekomendasi Penanganan terpadu dengan Pemprov DKI Jakarta dan BKSP Jabodetabekjur Penanganan bersama sesuai urusan Penanganan bersama sesuai urusan Penanganan secara bertahap Revitalisasi situ Penanganan bersama sesuai urusan Penanganan terpadu dengan Pemprov DKI Jakarta dan BKSP Jabodetabekjur Penanganan bersama sesuai urusan Sedang dilakukan proses pembebasan lahan Payung hukum tata ruang provinsi bahwa seluruh sempadan situ merupakan kawasan lindung dan Rehabilitasi fisik dan Rencana Tata Ruang Detail telah dilakukan dan disusun oleh Pemerintah Pusat Revitalisasi situ Penanganan bersama sesuai urusan Tabel 3.18 Prioritas Pemanfaatan Ruang PKP di Provinsi Banten 162

163 Pelaku Pembangunan PKP di Provinsi Banten terdiri dari pemerintah, swasta dan masyarakat di Provinsi Banten. Pelaku pembangunan PKP tersebut dapat dibedakan menjadi pelaku internal dan pelaku eksternal PKP berdasarkan kedekatan urusan PKP dalam keseharian dan tupoksi dari masing-masing pelaku. No. List Pelaku 1. Dinas SDAP Prov. Banten 2. Dinas Teknis Perkim kab/kota se- Banten 3. Bappeda Prov. Banten 4. Bappeda kab/kota se-banten Sangat Terkait Cukup Terkait Kurang Terkait Program Peningkatan kualitas PKP, peningkatan kualitas lingkungan PKP, rehabilitasi fisik kawasan berikut sarana dan prasarana pendukung, pembangunan PKP baru, serta penyediaan prasarana, sarana dan utilitas penunjang pada kawasan baru Peningkatan kualitas PKP, peningkatan kualitas lingkungan PKP, rehabilitasi fisik kawasan berikut sarana dan prasarana pendukung, pembangunan PKP baru, serta penyediaan prasarana, sarana dan utilitas penunjang pada kawasan baru Koordinator Pembangunan PKP, peningkatan kualitas PKP berbasis masyarakat Koordinator Pembangunan PKP, peningkatan kualitas PKP berbasis masyarakat, Pengembangan PKP Sumber Dana APBN, APBD APBN, APBD APBN, APBD APBN, APBD 5. REI Banten Pembangunan dan pengembangan Swasta kawasan perumahan baru 6. Apersi Banten Pembangunan dan pengembangan Swasta kawasan perumahan baru untuk MBR 7. Pengembang non Pembangunan dan pengembangan Swasta asosiasi kawasan perumahan baru untuk MBR 8. Perumnas Banten Pembangunan dan pengembangan kawasan perumahan baru untuk MBR Swasta 9. BPN Kanwil + Legalisasi Aset Masyarakat APBN BPN Kab/Kota se- Banten 10 Dinas Tenaga Fasilitasi perumahan bagi pekerja APBD 163

164 Kerja dan industri Transmigrasi 11. Dinas Kesehatan + Dinas Pendidikan Pelayanan Kesehatan Masyarakat APBD 12. BPPMD Prov PNPM mandiri perdesaan APBD, Banten APBN 13. PLN Penyediaan sambungan listrik BUMN 14. PDAM Penyediaan sambungan air bersih BUMD perpipaan 15. BTN Pemberian KPR kepada Masyarakat BUMN 16. Dinas Sosial Bantuan Bahan Bangunan APBD/ APBN 17. BPS Survey pendataan perumahan APBN 18. Akademisi Penelitian Teknologi Bangunan tepat Guna, tahan gempa, dll Swaday a 19. LSM Monitoring pembangunan PKP Swaday a Sumber: Hasil Rangkaian Pertemuan Penyusunan Dokumen PKP, 2011 Tabel 3.19 Tabel Pelaku Pembangunan PKP Provinsi Banten Dalam melaksanakan pembangunan PKP di Provinsi Banten, para pelaku tersebut juga mengalami berbagai tantangan maupun permasalahan yang mempengaruhi proses pembangunan PKP di Provinsi Banten. Beberapa tantangan dan permasalahan yang terkait bidang pembangunan PKP tersebut antara lain: No. Tantangan dan Permasalahan Penanggung Jawab 1. KOORDINASI a. Belum adanya lembaga yang menangani perumahan secara khusus. b. Kurangnya koordinasi antar instansi dan pelaku pembangunan PKP. Pemda Bappeda c. Banyaknya program yang tumpang tindih. Bappeda d. Program Rumah Sehat di tiap desa terkendala Pemdes 164

165 No. Tantangan dan Permasalahan stakeholder desa belum maksimal. Penanggung Jawab e. Perijinan yang susah dan cenderung membebani (harga rumah naik). Unit Pelayanan Terpadu 2. KEBIJAKAN a. Lemahnya dukungan kebijakan dan aturan main di daerah. b. Masalah perumahan dan kawasan permukiman belum menjadi prioritas bagi daerah. c. Kegiatan Monev PKP belum maksimal, jangkauan dan medan tempuh ke daerah jauh selain juga pemangku kepentingan yang kurang. Pemda Pemda Pemda 3. ANGGARAN a. Anggaran yang terbatas. Pusat/ Provinsi/ Pemda b. Pembangunan PKP belum menjadi prioritas dalam perencanaan daerah. c. Alokasi anggaran untuk pembiayaan pembangunan bidang Perumahan dan Permukiman untuk Kota Banten baru di alokasikan mulai tahun 2008 d. Besaran alokasi anggaran untuk bidang Perumahan hanya 2% dari jumlah APBD Kota Banten e. Perhatian Pemerintah Kota Terhadap Bidang Perumahan belum maksimal ini dilihat dari alokasi Penanganan Perumahan dan Permukiman untuk tahun 2011 ini hanya sebesar Rp Pemda Bidang Perumahan Rakyat pada Dinas PU dan Kimpraswil Kota Banten Bappeda Kota Banten Bidang Perumahan Rakyat pada Dinas PU dan Kimpraswil Kota Banten 165

166 No. Tantangan dan Permasalahan Penanggung Jawab 4. PERENCANAAN a. Perencanaan PKP yang belum optimal. Bappeda b. Konsep Kasiba belum optimal dilaksanakan. Bappeda 5. SARANA DAN PRASARANA a. Penyediaan PSU primer yang seharusnya menjadi tanggung jawab stakeholder belum terpenuhi. b. Banyaknya prasarana dan sarana terkait PKP yang tidak terurus dengan baik. Dinas PU Dinas PU 6. SUMBER DATA PKP a. Keterbatasan data mengenai perumahan dan kawasan permukiman. b. Beberapa kebutuhan data sulit dikumpulkan dan diakses di tingkat bawah. Bappeda Bappeda 7. LAHAN a. Pembebasan lahan yang susah dan kriteria lokasi yang tidak sesuai dengan tata ruang. b. Pembangunan perumahan tidak pada lahan peruntukan yang tepat/sesuai sehingga menimbulkan kekumuhan dan masalah sosial. c. Keterbatasan ketersediaan tanah (tingginya harga tanah). d. Penyiapan lahan Mahyani tidak disertai dengan rencana tata ruang desa. Bappeda/ BPN/ Kehutanan Bappeda Pemda BPPMD 8. PEMBIAYAAN a. Persyaratan untuk mengajukan KPR ada yang menyulitkan konsumen antara lain SPT Tahunan. b. Belum ada pembiayaan yang mudah, murah dan cepat seperti misalnya Proses KPR terlambat (1 berkas maksimal 7 bulan) untuk dapat diselesaikan BTN BTN 166

167 No. Tantangan dan Permasalahan (petugas 1 orang se Provinsi) Penanggung Jawab c. Banyaknya pemohon Mahyani kurang lebih 2000 RTM (Tahun 2011). BPPMD 9 PARTISIPASI MASYARAKAT a. Swadaya masyarakat kurang, khususnya dalam program BSP2S dari Kemenpera, dikarenakan masyarakat tahu adanya program Pemda (Mahyani) yang tidak membutuhkan swadaya. b. Kurangnya sosialisasi di tingkat masyarakat, sehingga masyarakat bersikap apatis terhadap program PKP. Pemda Pemda Sumber: Hasil Rangkaian Pertemuan Penyusunan Dokumen PKP, 2011 Tabel 3.20 Tantangan dan Permasalahan Pelaku Pembangunan PKP di Provinsi Banten Lembaga yang khusus menangani PKP di Provinsi Banten menjadi sesuatu yang sangat urgen untuk diwujudkan dengan pertimbangan : Apabila lembaga yang menangani PKP tidak khusus/berdiri sendiri maka kebijakan otonomi daerah yang makin menciptakan kemandirian wilayah, kemandirian sektoral yang terkadang kontraproduktif terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menciptakan konflik dan inkonsistensi dalam pelaksanaan program pembangunan perumahan permukiman. Tingginya kompleksitas masalah pembangunan perumahan & permukiman yang dihadapi dalam kondisi keterbatasan sistem perencanaan dan implementasi yang berimplikasi terhadap kecendrungan penanganan yang bersifat kuratif dan incremental (menunggu terjadinya persoalan dan dengan penanganan sepotong sepotong) ketimbang penanganan yang bersifat antisipatif. 167

168 Belum terciptanya kepedulian masyarakat atau lembaga di masyarakat dalam mendukung pembangunan perumahan dan permukiman khususnya dalam penyediaan perumahan dan lingkungan yang memenuhi syarat baik dari sisi syarat perumahan (sehat, nyaman, layak) maupun dari sisi kesesuaian lokasi (bukan lahan ilegal, tidak melanggar tata ruang). Arah pembangunan permukiman secara nyata nampak dalam pembangunan perumahan pada kawasan baru yang diprakarsai oleh swasta developer saedangkan pembangunan permukiman yang bersifat rehabilitasi, penanganan lingkungan (mis : peremajaan kota) menjadi tidak populer dan kurang mendapatkan prioritas, dan harus ditangani oleh pemerintah sendiri karena swasta sulit untuk dilibatkan. Dengan keterbatasan dana pemerintah maka program semacam itu menjadi tidak berjalan sebagai mana mestinya. Pembangunan sektor perumahan & permukiman yang belum terdukung oleh sistem informasi untuk kepentingan perencanaan, implementasi & evaluasi yang dapat dimanfaatkan oleh pengambil keputusan di tingkat kebijakan dan khususnya di tingkat teknis implementasi. Pokja PKP yang sudah terbentuk saat ini yang didukung oleh Kementerian Perumahan Rakyat melalui Dekonsentrasi TA 2011 merupakan faktor utama dalam rangka akselerasi peningkatan pembangunan PKP yang lebih baik dengan menitikberatkan kepada, antara lain : Upaya menempatkan kebijakan otonomi daerah bukan sebagai upaya mengedepankan kepentingan masing-masing daerah tapi lebih mengembangkan kerja sama yang lebih baik dalam pelaksanaan kebijakan & program pembangunan perumahan & permukiman. Upaya penanganan masalah perumahan & permukiman yang lebih antisipatif terhadap kemungkinan terjadinya persoalan permukiman yang akan terjadi dimasa yang akan datang seperti munculnya permukinan kumuh, pelanggaran tata ruang atau kemungkinan terjadinya bencana terkait perkembangan permukiman. 168

169 Upaya meningkatkan partisipasi dan kepedulian masyarakat atau lembaga yang ada dimasyarakat untuk berkontribusi langsung terhadap upaya penyediaan perumahan dan penanganan lingkungan. Penyusunan strategi kelembagaan dan tatalaksana kawasan bidang perumahan dan permukiman di Provinsi Banten Fasilitasi legaliasi dan implementasi Rencana Pengembangan dan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D) Mengaktifkan BKP4P (Badan Koordinasi Pembangunan dan pengembangan Perumahan dan permukiman Provinsi) atau sejenisnya sebagai wadah perumusan operasionalisasi kebijakan permukiman di Provinsi Banten, Mendorong terbentuknya Dinas PKP Provinsi Banten sebagai lembaga / SKPD dilingkungan Pemerintah Provinsi Banten yang memiliki tupoksi dalam pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan dalam pengembangan PKP di Provinsi Banten. Pembinaan dan penguatan terhadap lemabaga-lembaga di masyarakat yang dibentuk dalam kerangka proyek (P2KP, PPS, PPK, dll) sebagai instusi pendukung pelaksanaan program-program di sektor permukiman. Pembiayaan Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman banyak diluncurkan dengan berbagai skim oleh perbankan, diantaranya Kredit konstruksi, kredit modal kerja, kredit investasi dan berbagai jenis kredit lainnya dengan persyaratan dan skala waktu yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Dalam pelaksanaan pembiayaan pembangunan PKP sering ditemui tantangan dan permasalahan yang terkadang menimbulkan hambatan-hambatan. Tantangan dan permasalahan yang sering ditemui terkait aspek pendanaan dapat dilihat pada tabel berikut : 169

170 No. Tantangan dan Permasalahan 1. Program pembangunan PKP belum menjadi prioritas. 2. Belum adanya dokumen perencanaan pembangunan. 3. Minimnya alokasi dana yang dianggarkan untuk pembangunan PKP. 4. Harga material pembangunan PKP yang fluktuatif. 5. Perumahan belum menyentuh MBR, karena harga rumah yang tinggi. 6. Koordinasi di bidang pembiayaan yang belum maksimal. Sumber: Hasil Rangkaian Pertemuan Penyusunan Dokumen PKP, 2011 Tabel 3.21 Tantangan dan Permasalahan Terkait Aspek Pembiayaan Dalam Pembangunan PKP di Provinsi Banten Kendala-kendala dan permasalahan yang memberikan pengaruh terhadap pembangunan PKP dari aspek pembiayaan adalah : a. Lemahnya dukungan pembiayaan pembangunan sektor perumahan & permukiman dari sisi pemerintah akibat adanya skala prioritas sektor pembangunan lain dan keterbatasan pendapatan pemerintah sehingga penanganan pembangunan perumahan permukiman dalam penyediaan prasarana dasar, pengaturan lahan dalam skala besar serta rehabilitasi kawasan kumuh menjadi sulit direalisasikan. b. Disisi lain pendanaannya melalui sumber pembiayaan komersial (swasta) hanya dapat melayani kebutuhan non MBR (golongan masyarakat menengah keatas), sedangkan untuk MBR perlu dibiayai oleh pemerintah. 170

171 c. Terdapat potensi sumber pembiayaan lain yang bukan dari anggaran pemerintah yang dapat dimobilisasi untuk kepentingan pembangunan perumahan dan permukiman seperti penggunaan dana pensiun, asuransi dll yang dapat dimanfaatkan dalam pembiayaan jangka panjang untuk mengatasi kelangkaan dana namun memerlukan upaya melalui pengaturan dan kebijakan. d. Tingginya overhead cost atau biaya lain-lain diluar biaya pokok dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan PKP baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta disebabkan oleh masih kurangnya ketersediaan data dan informasi serta belum transparan dan akuntabelnya pelaksanaan pembangunan PKP. Arah penanganan yang dilakukan dalam rangka mengatasi permasalahan pembiayaan dalam pembangunan PKP di Provinsi Banten dengan cara : a. Pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman yang menggali potensi masyarakat dan lembaga didalamnya dalam penyediaan perumahan dengan mengakomodasi pembiayan sektor non formal (swadaya masyarakat) dan menjadi bagian dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat/ pengentasan kemiskinan dan peningkatan tabungan masyarakat untuk membiayai kebutuhan rumah. b. Pelibatan lembaga keuangan non bank untuk menjadi instrumen pembiayan rumah jangka panjang seperti perusahaan asuransi, pengelola dana pensiun dengan mekanisme kerja sama pemerintah dan swasta dan koperasi. c. Mengefektifkan sumber pembiayaan pemerintah melalui koordinasi anggaran yang lebih terpadu antara pemerintah pusat, propinsi, kota & kabupaten dalam mendukung program-program pembangunan perumahan permukiman. d. Pelaksanaan pendataan dan penyampaian informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan serta menerapkan pelaksanaan good goovernance dalam pelayanan kepada masyarakat dengan menjalankan perinsip transparan dan akuntable. 171

172 Di sisi lain sampai saat ini tingkat pemenuhan kebutuhan rumah masih menjadi permasalahan serius. Diperkirakan sampai dengan tahun 2020, rata-rata setiap tahun terdapat 1,15 juta unit rumah yang perlu difasilitasi. Saat ini pembangunan/pengembangan rumah baru mencapai unit per tahun. Sementera itu, setiap tahun terjadi penambahan kebutuhan rumah akibat penambahan keluarga baru rata-rata sekitar unit rumah. Terdapat backlog pembangunan perumahan yang terus meningkat dari 4,3 juta unit rumah pada tahun 2000 menjadi sebesar 7,4 juta unit rumah pada akhir tahun Pembangunan/pengembangan unit baru diharapkan akan meningkat sebesar 2,5% per tahun hingga tahun Untuk pembangunan unit Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dalam rangka penataan kawasan kumuh di perkotaan mencapai unit (2009) dari 200 unit di tahun Sementara itu berdasarkan data SUSENAS tahun 2007 masih terdapat 5,9 juta keluarga yang belum memiliki rumah. Jumlah rumah saat ini hanya 51 juta unit. Dari jumlah tersebut hanya 17 juta rumah tergolong layak huni dan 34 juta masih tergolong tidak layak huni yang terbagi sebanyak 40% di perdesaan dan 60% di perkotaan. Dalam konsep pengembangan tata ruang wilayah Provinsi Banten memperhatikan, diantaranya mengenai ; Pengembangan dan peningkatan fasilitas dan sarana yang sesuai dengan fungsi dan hierarki pusat-pusat pelayanan Pengembangan fungsi atau kegiatan baru pada pusat-pusat pelayanan yang dapat meningkatkan kualitas pelayanannya Mensinergikan pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Provinsi Banten dengan sistem pusat pelayanan nasional (PKN dan PKW); Mewujudkan pusat kegiatan wilayah baru yang dipromosikan (PKWp) pada pusat-pusat pertumbuhan wilayah sebagai upaya sinergitas 172

173 sistem pelayanan perkotaan nasional dan pengembangan wilayah provinsi dan pengembangan wilayah kabupaten/kota. Secara internal, pola pemanfaatan Provinsi Banten diarahkan untuk Kawasan Andalan yaitu Kawasan Bojonegara Merak Cilegon dengan sektor unggulan industri, pariwisata, pertanian, perikanan, dan pertambangan. Selain itu diarahkan pula kawasan andalan Laut Krakatau dan sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan, pertambangan, dan pariwisata. Selain kawasan peruntukan tersebut di atas, di Wilayah Provinsi Banten juga terdapat Kawasan Budidaya yang Memiliki Nilai Strategis Nasional yaitu Kawasan Bojonegara Merak Cilegon dengan sektor unggulan industri, pariwisata, pertanian, perikanan, dan pertambangan. Selain itu diarahkan pula pengembangan Laut Krakatau dan sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan, pertambangan, dan pariwisata. Adapun rencana pengembangan kawasan budidaya di wilayah Provinsi Banten tahun 2030 seluas kurang lebih Ha atau 69,85% dari luas Wilayah Provinsi Banten. Arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya a) Kawasan Peruntukan Hutan Produksi. b) Kawasan Peruntukan Pertanian. c) Kawasan Peruntukan Perkebunan. d) Kawasan Peruntukan Perikanan e) Kawasan Peruntukan Pertambangan f) Kawasan Peruntukan Industri g) Kawasan Peruntukan Pariwisata h) Kawasan Peruntukan Permukiman. Arahan Sistem Pusat Perwilayahan mengidentifikasikan bahwa di Provinsi Banten akan terdapat beberapa jenjang sistem pusat. 173

174 1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) 2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) 3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Potensi perkembangan jumlah penduduk dan potensi perkembangan luasan kawasan perkotaan mengindikasikan pola perkembangan yang berbeda. Beberapa kawasan kota dan perkotaan menyatu melalui proses penyatuan antar kawasan (konurbasi) sedangkan kawasan perkotaan mengalami pemekaran secara monosentris. Berdasarkan potensi perkembangan kota perkotaan tersebut hirarki kota perkotaan di Banten berdasarkan tipe kota perkotaan diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Perkotaan Metropolitan meliputi : Perkotaan Tangerang sebagai bagian dari Metropolitan Jabodetabekpunjur 2. Perkotaan Menengah meliputi : Perkotaan Serang, Perkotaan Cilegon 3. Perkotaan Kecil meliputi: Perkotaan Rangkasbitung, Pandeglang, Saketi, Panimbang jaya, Labuan, Malingping, Bayah, Maja, Kaduagung Timur, Balaraja, Cikupa, Cikande, Cikupa, Anyer, Kasemen, Petir. Propinsi Banten dibagi menjadi 3 Wilayah Kerja Pembangunan (WKP), yakni: WKP I meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan, WKP II meliputi Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kota Cilegon, WKP III meliputi Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak. Adapun arahan fungsi dan peranan masing-masing Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) tersebut meliputi : a. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) I diarahkan untuk pengembangan kegiatan industri, jasa, perdagangan, pertanian, dan permukiman/ perumahan; b. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) II diarahkan untuk pengembangan kegiatan pemerintahan, pendidikan, kehutanan, 174

175 pertanian, industri, pelabuhan, pergudangan, pariwisata, jasa, perdagangan, dan pertambangan; c. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) III diarahkan untuk pengembangan kegiatan kehutanan, pertanian, pertambangan, pariwisata, kelautan dan perikanan Untuk masa yang akan datang sesuai dengan proyeksi penduduk sampai dengan tahun 2030, kebutuhan perumahan diperkirakan unit. Dengan asumsi penerapan konsep pembangunan permukiman dengan lingkungan berimbang (konsep 1:3:6) dapat diperkirakan kebutuhan perumahan tiap kelompok masyarakat berdasarkan luas kapling sebagai berikut: Rumah mewah (600 m²) Rumah menengah (400 m²) Rumah sederhana (200 m²) Dengan komposisi jenis rumah tersebut serta asumsi luas kapling 60% dari luas perumahan, maka sampai dengan tahun 2030 diperkirakan kebutuhan lahan perumahan adalah seluas 141,608 ha. No Konsepsi Rencana 1 Pengembangan Rumah Baru Strategi Pelaksanaan Pola Swadaya : Kesesuaian peruntukan dengan RTRWP/RTRW Kab/Kota setempat Antisipasi ketidak teraturan pembangunan melalui aspek legal (pertanahan) dan perijinan dan arahan teknis pembangunan (muka bangunan, GSB, KLB, perpetakan, dll) Penyediaan sarana dan prasarana umum sejalan dengan perkembangan Langkah Penunjang Sinkronisasi perijinan dengan aspek tata ruang Kemudahan perijinan bagi masyarakat berpenghasilan rendah 175

176 No Konsepsi Rencana Strategi Pelaksanaan Langkah Penunjang perumahan 2 Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Pola Developer/Pemerintah : Kesesuaian peruntukan dengan RTRWP/RTRW Kab/Kota setempat Memanfaatkan orientasi pembangunan di wilayah Provinsi Banten secara merata Integrasi pembangunan pusat pemerintahan dan pendidikan dengan pembangunan perumahan Pembangunan perumahan KORPRI sebagai pemancing pembangunan perumahan yang lebih luas Penyediaan sarana dan prasarana umum sejalan dengan perkembangan perumahan Kemudahan investasi bagi pengembang perumahan Intergasi program pembangunan dengan tingkat Pusat (Menpera/PU) Penanganan Padat dan Kumuh : Prioritas penanganan kawasan kumuh akan dilihat dari tingkat kekumuhan kawasan tersebut Pendekatan penanganan dilakukan melalui peningkatan kualitas lingkungan atau Sinkronisasi perijinan dengan aspek tata ruang Kemudahan perijinan investasi bagi pengembang perumahan Dukungan program pembangunan dari Pusat (PU/Menpera) Memanfaatkan Pilar Pembangunan Provinsi Banten bebas kumuh tahun 2030 Dukungan program pembangunan dati Pusat (PU/Menpera) 176

177 No Konsepsi Rencana Strategi Pelaksanaan Langkah Penunjang peremajaan permukiman kumuh yang memadukan konsep TRIDAYA dalam pelaksanaannya Pendekatan TRIDAYA akan mencangkup : a. Pemberdayaan sosial kemasyarakatan, yaitu suatu proses untuk menyiapkan masyarakat (individu maupun kelompok) dalam menyiapkan, melaksanakan dan mengelola serta memelihara program b. Pemberdayaan kegiatan usaha ekonomi, yang berbasiskan ekonomi keluarga dan kelompok usaha bersama. c. Pendayagunaan prasarana dan sarana lingkungan yang dilakukan secara optimal agar dapat mendukung pilihan yang dikehendaki oleh masyarakat Penanganan Permukiman Nelayan /Pesisir : Entry point yang perlu dilakukan dalam hal ini adalah penguatan kelembagaan serta pemberdayaan masyarakat nelayan, melalui Memanfaatkan Pilar Pembangunan Provinsi Banten bebas kumuh tahun 2030 Integrasi pembangunan dan penanganan kawasan pesisir Dukungan program pembangunan dati Pusat (PU/Menpera) 177

178 No Konsepsi Rencana Strategi Pelaksanaan Langkah Penunjang pendekatan TRIDAYA, sehingga lambat laun kesadaran untuk memelihara lingkungan permukiman akan tumbuh dengan sendirinya. Bantuan stimulan dari pemerintah perlu diberikan sebagai titik awal bagi peningkatan produktivitas nelayan, disamping pula untuk menata lingkungan permukiman nelayan. Dalam hal ini model penanganan yang dilakukan perlu mengintegrasikan berbagai sektor dan dilakukan secara sinergis. Penataan lingkungan permukiman nelayan mutlak diperlukan, selain demi kenyamanan bermukim dan peningkatan kesehatan lingkungan, lingkungan nelayan yang telah tertata akan memberikan nilai lebih, dan bukan tidak mungkin dapat menjadi potensi wisata agro disamping pula dalam rangka meningkatkan produktivitas masyarakat nelayan. Prioritas penanganan kawasan nelayan dilakukan pada kawasan-kawasan dengan kualitas lingkungan yang rendah (kumuh). 178

179 Tabel Strategi Pelaksanaan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Dalam Strategi Pengembangan Sistem Pembiayaan Perumahan di Provinsi Banten ada masalah masalah yang dihadapi dan diperlukan arahan dalam penangannya, yaitu : A. Permasalahan Lemahnya dukungan pembiayaan pembangunan sektor perumahan & permukiman dari sisi pemerintah akibat adanya skala prioritas sektor pembangunan lain dan keterbatasan pendapatan pemerintah sehingga penanganan pembangunan perumahan permukiman dalam penyediaan prasarana dasar, pengaturan lahan dalam skala besar serta rehabilitasi kawasan kumuh menjadi sulit direalisasikan. Disisi lain pendanaannya melalui sumber pembiayaan komersial (swasta) hanya dapat melayanai kebutuhan non MBR (golongan masyarakat menengah keatas), sedangkan untuk MBR perlu dibiayai oleh pemerintah. Terdapat potensi sumber pembiayaan lain yang bukan dari anggaran pemerintah yang dapat dimobilisasi untuk kepentingan pembangunan perumahan dan permukiman seperti penggunaan dana pensiun, asuransi dll yang dapat dimanfaatkan dalam pembiayaan jangka panjang untuk mengatasi kelangkaan dana namun memerlukan upaya melalui pengaturan dan kebijakan. B. Arahan Penanganan Pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman yang menggali potensi masyarakat dan lembaga didalamnya dalam penyediaan perumahan dengan mengakomodasi pembiayan sektor non formal (swadaya masyarakat) dan menjadi bagian dalam upaya peningkatan 179

180 pendapatan masyarakat/ pengentasan kemiskinan dan peningkatan tabungan masyarakat untuk membiayai kebutuhan rumah. Pelibatan lembaga keuangan non bank untuk menjadi instrumen pembiayan rumah jangka panjang seperti perusahaan asuransi, pengelola dana pensiun dengan mekanisme kerja sama pemerintah dan swasta dan koperasi. Mengefektifkan sumber pembiayaan pemerintah melalui koordinasi anggaran yang lebih terpadu antara pemerintah pusat, propinsi, kota & kabupaten dalam mendukung program-program pembangunan perumahan permukiman. Dalam Strategi Pengembangan Sistem Kelembagaan di Provinsi Banten ada masalah masalah yang dihadapi dan Arahan penanganannya, yaitu : A. Masalah Kebijakan otonomi daerah yang makin menciptakan kemandirian wilayah, kemandirian sektoral yang terkadang kontraproduktif terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menciptakan konflik dan inkonsistensi dalam pelaksanaan program pembangunan perumahan permukiman. Tingginya kompleksitas masalah pembangunan perumahan & permukiman yang dihadapi dalam kondisi keterbatasan sistem perencanaan dan implementasi yang berimplikasi terhadap kecendrungan penanganan yang bersifat kuratif dan incremental (menunggu terjadinya persoalan dan dengan penanganan sepotong sepotong) ketimbang penanganan yang bersifat antisipatif. Belum terciptanya kepedulian masyarakat atau lembaga di masyarakat dalam mendukung pembangunan perumahan dan permukiman khususnya dalam penyediaan perumahan dan lingkungan yang memenuhi syarat baik dari sisi syarat perumahan (sehat, nyaman, layak) maupun dari sisi kesesuaian lokasi (bukan lahan ilegal, tidak melanggar tata ruang). Arah pembangunan permukiman secara nyata nampak dalam pembangunan perumahan pada kawasan baru yang diprakarsai oleh swasta developer saedangkan pembangunan permukiman yang bersifat 180

181 rehabilitasi, penanganan lingkungan (mis peremajaan kota) menjadi tidak populer dan kurang mendapatkan prioritas, dan harus ditangani oleh pemerintah sendiri karena swasta sulit untuk dilibatkan. Dengan keterbatasan dana pemerintah maka program semacam itu menjadi tidak berjalan sebagai mana mestinya. Pembangunan sektor perumahan & permukiman yang belum terdukung oleh sistem informasi untuk kepentingan perencanaan, implementasi & evaluasi yang dapat dimanfaatkan oleh pengambil keputusan di tingkat kebijakan dan khususnya di tingkat teknis implementasi. B. Arahan Penanganan Upaya menempatkan kebijakan otonomi daerah bukan sebagai upaya mengedepankan kepentingan masing-masing daerah tapi lebih mengembangkan kerja sama yang lebih baik dalam pelaksanaan kebijakan & program pembangunan perumahan & permukiman. Upaya penanganan masalah perumahan & permukiman yang lebih antisipatif terhadap kemungkinan terjadinya persoalan permukiman yang akan terjadi dimasa yang akan datang seperti munculnya permukinan kumuh, pelanggaran tata ruang atau kemungkinan terjadinya bencana terkait perkembangan permukiman. Upaya meningkatkan partisipasi dan kepedulian masyarakat atau lembaga yang ada dimasyarakat untuk berkontribusi langsung terhadap upaya penyediaan perumahan dan penanganan lingkungan. Penyusunan strategi kelembagaan dan tatalaksana bidang permukiman di Provinsi Banten Fasilitasi legaliasi dan implementasi Rencana Pengembangan dan Pembangunan perumahan dan Permukiman (RP4D) Mengaktifkan BKP4P (Badan Koordinasi Pembangunan dan pengembangan Perumahan dan permukiman Provinsi) atau sejenisnya sebagai wadah perumusan operasionalisasi kebijakan permukiman di Provinsi Banten, 181

182 Pembianaan dan penguatan terhadap lemabaga-lembaga di masyarakat yang dibentuk dalam kerangka proyek (P2KP, PPS, PPK, dll) sebagai instusi pendukung pelaksanaan program-program di sektor permukiman 3.2 TELAAHAN VISI, MISI DAN PROGRAM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH TERPILIH Secara geografis, Provinsi Banten memiliki keuntungan berupa letak strategis sebagai penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, dan berbatasan langsung dengan Ibukota Negara DKI Jakarta. Dengan letak yang strategis ini, maka telah mendorong Banten berperan sebagai agen pembangunan (development agent) bagi pertumbuhan nasional, yaitu menghubungkan dua kutub potensi 80% (kapital dan SDM) secara nasional. Beberapa permasalahan yang dihadapi Provinsi Banten antara lain: penataan ruang dan lingkungan hidup, pertumbuhan dan pemerataan pembangunan, kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sosial. Berdasarkan pada permasalahan tersebut, maka arah kebijakan pembangunan daerah jangka menengah , dititikberatkan pada pengentasan kemiskinan berbasis kemandirian, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, revitalisasi pertanian dan kelautan berbasis unggulan, perluasan kesempatan lapangan kerja dan usaha baru, peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, pembangunan infrastruktur strategis, perdagangan, jasa dan industri pengolahan yang berdaya saing, rehabilitasi dan konservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintah daerah menuju kemandirian masyarakat Banten. Dengan memperhatikan amanat RPJPD Provinsi Banten dan RPJMN , serta mempertimbangkan aspek potensi/kondisi aktual, dan permasalahan yang dihadapi, maka Visi Pembangunan Pemerintah Provinsi Banten Tahun adalah: 182

183 Bersatu Mewujudkan Rakyat Banten Sejahtera Berlandaskan Iman dan Takwa Memperhatikan Visi tersebut dan perubahan paradigma serta kondisi yang akan dihadapi pada masa yang akan datang, diharapkan Provinsi Banten dapat lebih berperan dalam perubahan yang terjadi di lingkup regional, nasional, maupun global. Dalam rangka pencapaian Visi yang telah ditetapkan dengan tetap memperhatikan kondisi dan permasalahan yang ada serta tantangan ke depan, dan memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka ditetapkan 5 (lima) Misi sebagai berikut: Misi Pertama, Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Wilayah Mendukung Pengembangan Wilayah dan Kawasan yang Berwawasan Lingkungan, ditujukan untuk konektivitas pengembangan wilayah/kawasan guna percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Banten serta meningkatkan layanan dasar masyarakat dan peningkatan daya saing daerah dengan prinsip pembangunan berkelanjutan; Misi Kedua, Pemantapan Iklim Investasi yang Kondusif untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, ditujukan untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan dan pemerataan perekonomian daerah dalam rangka mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat; Misi Ketiga, Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia yang Religius, Cerdas dan Berdaya Saing dalam Kerangka Penguatan NKRI, ditujukan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia yang sehat, cerdas, agamis dan berdaya saing; Misi Keempat, Penguatan Semangat Kebersamaan Antar-Pelaku Pembangunan dan Sinergitas Pemerintah Pusat, Provinsi dan 183

184 Kabupaten/Kota yang Selaras, Serasi dan Seimbang, ditujukan untuk mewujudkan Banten rukun damai, membangun kebersamaan yang sinergis antara pusat-daerah, beserta stakeholders dalam menjalankan peran dan fungsinya masingmasing secara terintergrasi membangun Banten; Misi Kelima, Peningkatan Mutu dan Kinerja Pemerintahan Daerah yang Berwibawa Menuju Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih, ditujukan untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah yang efektif, efisien, dan akuntabel dalam rangka meningkatkan pelayanan publik. Tugas dan fungsi Dinas Sumber Daya air dan Pemukiman Provinsi Banten terkait dengan Visi dan Misi Pembangunan Pemerintah Provinsi Banten Tahun antara lain terkait misi 1 dan misi 5 sebagai berikut: 1. Misi Terkait (Misi Pertama), Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Wilayah Mendukung Pengembangan Wilayah dan Kawasan yang Berwawasan Lingkungan, yang memliki sasaran program: - Tersedianya infrastruktur sumber daya air dan irigasi yang handal untuk mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air, serta pengendalian daya rusak air; - Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana dasar pemukiman Adapun faktor penghambat dan pendorong dari sasaran ini dibagi ke dalam infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) dan Infrastruktur Pemukiman sebagai berikut: 184

185 Infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) Faktor Penghambat Infrastruktur Sumber Daya Air ( SDA) Kinerja pelayanan jaringan irigasi yang belum optimal, dimana dari ha luas daerah irigasi yang telah dibangun diperkirakan masih sekitar ha daerah irigasi yang belum dapat berfungsi secara optimal karena adanya kerusakan jaringan irigasi yang antara lain diakibatkan oleh umur konstruksi, bencana alam, kurangnya operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, dan masih rendahnya keterlibatan petani dan stakeholders lainnya dalam pengelolaan jaringan irigasi. Perubahan garis pantai akan menimbulkan masalah dalam kaitannya dengan perlindungan sarana dan prasarana sepanjang pantai. Mengembalikan fungsi seluruh infrastruktur SDA yang mengalami kerusakan karena bencana alam seperti banjir, tanah longsor, tsunami, dan gempa bumi Menyelenggarakan pembinaan yang lebih intensif kepada pemerintah Kab/Kota dan stakeholders lainnya dalam pengelolaan irigasi. Mempertahankan kemampuan penyediaan air dari sumbersumber air dari dampak berkurangnya areal terbuka hijau dan menurunnya kapasitas wadah-wadah air baik alamiah maupun buatan dengan cepat. Meningkatkan koordinasi dan ketatalaksanaan penanganan SDA untuk mengurangi konflik antarpengguna sumber daya air. Meningkatkan kinerja pengelolaan Sistem Informasi SDA (SISDA) pada Dinas SDA dan melengkapi data dan informasi tentang SDA untuk dapat digunakan dalam proses pengambilan 185

186 keputusan serta memperluas akses publik terhadap data dan informasi SDA. Mengupayakan pengarusutamaan gender dalam proses pelaksanaan kegiatan bidang SDA, baik dari segi akses, kontrol, partisipasi, maupun manfaatnya. Mencari peluang-peluang investasi baru dalam upaya pengembangan infrastruktur SDA. Faktor pendorong pembangunan infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) Mengendalikan ancaman ketidakberlanjutan daya dukung SDA, baik untuk air permukaan maupun air tanah sebagai dampak dari laju deforestasi dan eksplorasi air tanah yang berlebihan yang telah menyebabkan land subsidence dan intrusi air asin/laut. Menyediakan air baku untuk mendukung penyediaan air minum. Penyediaan air baku untuk mendukung penyediaan air minum belum dapat mencukupi sepenuhnya dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi target Millennium Development Goals (MDGs) yang menetapkan bahwa pada tahun 2015 bahwa 80 % jumlah penduduk Provinsi Banten harus dapat dengan mudah mengakses air untuk kebutuhan air minum. Menyeimbangkan jumlah pasokan air dengan jumlah kebutuhan air di berbagai sektor kehidupan, agar air yang berlimpah di musim hujan selama 5 bulan dapat digunakan untuk memasok kebutuhan air pada musim kemarau yang berlangsung selama 7 bulan. Melakukan pengelolaan resiko yang diakibatkan oleh daya rusak air seperti banjir, kekeringan, serta abrasi pantai. 186

187 Melakukan upaya dan langkah mitigasi dan adaptasi bidang SDA dalam menghadapi dampak negatif perubahan iklim. Infrastruktur Permukiman Faktor Penghambat Infrastruktur Pemukiman Proporsi penduduk perkotaan yang bertambah - Arus urbanisasi perkotaan mengalami peningkatan yang amat tajam - Saat ini Tingkat pengangguran terbuka tertinggi terdapat di Kota Cilegon sebesar 19,84% dan Kota Serang sebesar 17,11% dan terendah di Kota Tangsel sebesar 8,22% Angka kemiskinan perkotaan yang masih tinggi - Angka kemiskinan penduduk perkotaan mengalami kenaikan relatif tinggi akibat krisis finansial lokal dan global. - Saat ini penduduk Indonesia tinggal di kawasan kumuh yang terletak di kawasan perkotaan dengan luas mencapai sekitar 46,59 Hektar. Kab/Kota sebagai engine of growth - pembentukan PDRB Banten pun secara spasial didominasi oleh ketiga kabupaten/kota tersebut. Tercatat, ketiga kabupaten/kota tersebut pada tahun 2009 masing-masing memberikan share sebesar 34,94 persen; 21,75 persen dan 14,15 persen terhadap pembentukan PDRB Nonimal Banten. Sedangkan sisanya yang hanya sebesar 29,16 persen disumbang oleh Kabupaten Serang, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kota Serang. Sementara itu dari sisi pertumbuhan, Kota Tangerang Selatan pada tahun 2009 ini menjadi daerah yang paling tinggi pertumbuhan ekonominya yaitu mencapai 8,49 persen dan yang terendah adalah Kabupaten Serang yang hanya tumbuh sebesar 3,18 persen. Sedangkan, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Kota 187

188 Cilegon masing-masing tumbuh sebesar 5,74 persen; 4,40 persen dan 4,84 persen. Meskipun demikian, andil terbesar bagi pertumbuhan ekonomi Banten tetaplah dipegang oleh Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Cilegon, dengan kontribusi masing-masing sebesar 1,19 bps (basispoints); 0,98 bps dan 0,71 bp. Desentralisasi - Persebaran penduduk di Indonesia saat ini lebih banyak terpusat di wilayah Tangerang - Di sisi lain, pembangunan yang ekspansif dan tidak terencana justru akan membahayakan daya dukung kota, terutama di kota-kota besar. Kerusakan lingkungan hidup - Meningkat dan tidak terkendalinya penggunaan ruang dan sumber daya alam di permukaan, di bawah dan di atas tanah kawasan perkotaan. Daya saing kota dan demokratisasi - Di era globalisasi saat ini, kota-kota di Indonesia tidak hanya harus bersaing dengan kota-kota di dalam negeri semata. - Bentuk persaingan pun bergeser dari comparative advantages menuju ke era competitive advantages. Perubahan Iklim dan bencana alam - Meningkatnya temperatur rata-rata bumi dan meningkatnya permukaan air laut menimbulkan bahaya banjir. - Posisi Indonesia yang berada di kawasan ring of fire memerlukan perencanaan permukiman yang terarah dan berkelanjutan. 188

189 Faktor pendorong pembangunan Infrastruktur Pemukiman Perlunya menetapkan target-target kinerja yang lebih jelas untuk meningkatkan kinerja TPA yang berwawasan lingkungan di kota metropolitan/besar yang sampai saat ini masih belum menuai hasil yang optimal. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang masih rendah, sementara konflik sosial yang berkaitan dengan pengelolaan TPA sampah sampai saat ini masih sering terjadi di samping ketersediaan sarana dan prasarana persampahan yang masih belum memadai. Meningkatkan keterpaduan penanganan drainase dari lingkungan terkecil hingga wilayah yang lebih luas dalam satu wilayah administrasi maupun antar kabupaten/kota. Makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap aspek kesehatan akan menuntut pelayanan sanitasi sesuai dengan kriteria kesehatan dan standar teknis. Memperluas akses pelayanan sanitasi dan peningkatan kualitas fasilitas sanitasi masyarakat yang akan berpengaruh terhadap kualitas kehidupan dan daya saing sebuah kota dan sebagai bagian dari jasa layanan publik dan kesehatan. Mendorong dan meningkatkan keterlibatan dunia usaha (swasta) dalam pendanaan pembangunan prasarana air minum. Mengembangkan kemampuan masyarakat dalam penyediaan air minum baik dalam pengolahan maupun pembiayaan penyediaan air minum. Memenuhi backlog perumahan sebesar 6 juta unit sebagai akibat dari terjadinya penambahan kebutuhan rumah akibat 189

190 penambahan keluarga baru, rata-rata sekitar unit rumah setiap tahunnya. Meningkatkan keandalan bangunan baik terhadap gempa maupun kebakaran melalui pemenuhan persyaratan teknis dan persyaratan administrasi/perizinan. Meningkatkan kesadaran masyarakat agar dalam membangun bangunan gedung memperhatikan daya dukung lingkungan sehingga dapat meminimalkan terjadinya banjir, longsor, kekumuhan, dan rawan kriminalitas. Mendorong penerapan konsep gedung ramah lingkungan (green building) untuk mengendalikan penggunaan energi sekaligus mengurangi emisi gas dan efek rumah kaca dalam kerangka mitigasi dan adaptasi terhadap isu pemanasan global. Mendukung program pengembangan kawasan agropolitan. Mengupayakan pengarusutamaan jender dalam proses pelaksanaan kegiatan sub-bidang infrastruktur permukiman, baik dari segi akses, kontrol, partisipasi, maupun manfaatnya. 2. Misi Terkait (Misi Kelima), Peningkatan Mutu dan Kinerja Pemerintahan Daerah yang Berwibawa Menuju Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih, yang memliki sasaran program: - Meningkatnya pengawasan, akuntabilitas kinerja dan disiplin aparatur yang berbasis kompetensi; - Mewujudkan kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah daerah serta pengelolaan keuangan dan aset daerah yang akuntabel dan berbasis teknologi informasi; 190

191 - Meningkatnya pelayanan data dan informasi publik yang dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh seluruh lapisan masyarakat; Adapun faktor penghambat dan pendorong dari sasaran misi ke-lima terfokus pada kesekretariatan dan kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM) pada Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten sebagai berikut: Sekretariat Faktor penghambat pada Sekretariat Kualitas dan produktivitas SDM belum cukup memadai, sehingga diperlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan pegawai yang dijiwai semangat kewirausahaan untuk menjadi basis bagi pelayanan publik yang berorientasi pada kepuasan pelanggan/pengguna. Diperlukan sinkronisasi dan koordinasi yang lebih baik dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi program dan kegiatan. Diperlukan peningkatan tertib administrasi sesuai dengan perkembangan pembangunan dan daya kritis masyarakat yang terus berkembang. Dibutuhkan langkah-langkah reformasi strategis, konkret dan terintegrasi. birokrasi yang Diperlukan koordinasi internal yang kuat: antarfungsi manajemen, antarsub-bidang serta memenuhi prinsip-prinsip good governance. Pengelolaan: Masih sangat birokratik belum inovatif (ala korporasi), masih bersifat manajemen proyek belum manajemen aset, masih terkesan hanya mengelola supply belum mengelola demand. 191

192 Data aset infrastruktur nasional (pusat dan daerah) tidak lengkap. Diperlukan reformasi peraturan perundang-undangan untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan administrasi. Diperlukan penyusunan produk-produk kajian untuk pimpinan yang sifatnya early warning/pemecahan masalah yang mendesak dan produk-produk yang sifatnya permintaan. Kelembagaan dan SDM Faktor penghambat aspek kelembagaan dan SDM Praktik penyelenggaraan Dinas Sumber Daya Air dan Permukiman Provinsi Banten ke depan tidak lagi diwarnai oleh sistem yang birokratis, kurang fleksibel, dengan kapasitas inovasi dan kreativitas yang masih terbatas. Kegiatan pengelolaan infrastruktur masih terkonsentrasi pada aspek pembangunan, belum memperhatikan aspek pemanfaatan dan pengembangan aset. Koordinasi dan kerjasama antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah ke depan akan semakin penting dalam menentukan keberlangsungan pengelolaan infrastruktur dan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan infrastruktur di daerah. Kapasitas institusi Dinas Sumber Daya Air dan Permukiman Provinsi Banten memiliki keterbatasan, seperti ukuran organisasi yang dirasakan masih terlalu gemuk dan struktur yang belum sepenuhnya efektif. Kualitas dan produktivitas SDM Dinas Sumber Daya Air dan Permukiman Provinsi Banten saat ini belum cukup memadai, 192

193 padahal secara kuantitas SDM Dinas Sumber Daya Air dan Permukiman Provinsi Banten telah melampaui kebutuhan saat ini (± 134 pegawai PNS). Faktor pendorong pembangunan aspek kelembagaan dan SDM Peningkatan kebutuhan pembangunan infrastruktur Sumber Daya Air dan permukiman di berbagai wilayah dan kualitas pelayanannya kepada masyarakat. Reformasi birokrasi dalam rangka mencapai 3 (tiga) strategic goals Sumber Daya Air, yaitu: kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi, kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan kontribusi bagi peningkatan kualitas lingkungan. Peningkatan koordinasi penyelenggaraan infrastuktur Sumber Daya Air antar tingkatan pemerintahan dan antarpelaku pembangunan. Penyelenggaraan good governance yang efektif untuk mengimbangi tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pembangunan TELAAHAN RENCANA STRATEGIS K/ L Khusus Sub bidang Cipta Karya/ Perumahan Pemukiman, pada prinsipnya hampir semua lingkup tugas pelaksanaan pembangunan pada subbidang ini merupakan tanggungjawab pemerintah kabupaten/ kota sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Pemerintah pusat/ provinsi melaksanakan tugas-tugas TURBINWAS dan yang bersifat concurent atas permintaan daerah dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional/ daerah dan Standar pelayanan Minimum (SPM). 193

194 Dalam rangka mendukung pelaksanaan program pembangunan infrastruktur bidang PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN/CIPTA KARYA yang bersifat multi tahun, multi sumber dana, dan multi sektor diperlukan dokumen teknis sebagai consolidated FS (dokumen kelayakan program/proyek) yang diperlukan untuk proses perencanaan program/anggaran bersifat integratif menterpadukan berbagai sumber daya, baik Pusat (bidang PU/CK: APBN) dengan sumber daya Daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota) melalui Program RPIJM (Rencana Program Investasi Jangka Menengah). Dengan keterpaduan program dan anggaran diharapkan dapat diciptakan hasil pembangunan Bidang PU/Cipta Karya di daerah yang lebih bermanfaat bagi masyarakat luas melalui bentuk kerjasama antara pusat dan daerah yang berbasis pada prinsip pengembangan wilayah dan keberlanjutan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Rencana dan Program Pembangunan Infrastruktur Permukiman (bidang PU/Cipta Karya) yang dapat dimasukkan dalam RPIJM tersebut meliputi, antara lain: a. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Perdesaan untuk mendukung: i). pengembangan kawasan agropolitan, ii). pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) dan Desa Pusat Perturnbuhan (DPP), dan iii). penyediaan infrastruktur bagi desa tertinggal dan terpencil, a. Peningkatan Kualitas Permukiman Kawasan Kumuh dan Nelayan, melalui: i) penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP), ii) penataan dan perbaikan lingkungan permukiman (NUSSP), dan iii) peremajaan kawasaan kumuh/nelayan, c. Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, melalui : 194

195 i) penyediaan infrastruktur permukiman (air bersih, sanitasi, drainase dan jalan lingkungan) untuk pengembangan kawasan perumahan RSH bagi PNS/TNI-POLRI/pekerja, ii) pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA), dan iii) penyediaan infrastruktur permukiman di daerah terpencil/pulau kecil/kawasan perbatasan, d. Pengembangan Infrastruktur Permukiman Kota, meliputi : i) Sistem Penyediaan (prasarana dan sarana) Air Minum, ii) Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat dan sistem SANIMAS, iii) Pengelolaan Persampahan dan Drainase, dan iv) Penataan Revitalisasi kawasan/ lingkungan/ bersejarah di perkotaan, e Pengembangan Kawasan Permukiman, termasuk penyediaan infrastruktur pendukungnya baik melalui Peremajaan Kawasan di dalam Kota, maupun untuk pengembangan/perluasan permukiman kota dan kawasan ekonomi perbatasan, f. Pembinaan teknis bangunan gedung, penataan bangunan dan lingkungan untuk memenuhi standar keselamatan dan keamanan bangunan gedung. Dalam bidang Sumber Daya Air, Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten melakukan kerja sama dengan Pemerintah Pusat (Kementerian Pekerjaan Umum) melalui Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau Ciujung Cidurian (BBWS C-3) dan Pemerintah Kabupaten/ kota. Adapun kerjasama yang dilaksanakan dalam rangka pengendalian banjir melalui Pembangunan Sudetan Cibinuangeun di kabupaten Lebak dengan pembagian pekerjaan sebagai berikut: 195

196 Tabel Pelaksanaan pekerjaan dan anggaran Pembangunan Sudetan Cibinuangeun 3.4. TELAAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH No Rencana Struktur Ruang Struktur Ruang Saat Ini Indikasi Program Pemanfaatan Ruang pada Periode Perencanaan Berkenaan Pengaruh Rencana Struktur Ruang terhadap Kebutuhan Pelayanan SKPD Arahan Lokasi Pengembang an Pelayanan SKPD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) I Pengembangan Sistem Perkotaan diprogramkan dalam Program Penataan Perumahan, Pemukiman dan Kawasan Sentra Produksi PKN Tangerang Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) I diprogramkan dalam Program Penataan Perumahan, Pemukiman dan Kawasan Sentra Produksi PKN Tangerang Selatan Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) II diprogramkan dalam Program Penataan Perumahan, Pemukiman dan Kawasan Sentra Produksi PKN Serang Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) II diprogramkan dalam Program Penataan Perumahan, Pemukiman dan Kawasan Sentra Produksi PKN Cilegon 196

DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN 1. INFORMASI TENTANG PROFIL BADAN PUBLIK

DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN 1. INFORMASI TENTANG PROFIL BADAN PUBLIK DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN INFORMASI YG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN SECARA BERKALA 1. INFORMASI TENTANG PROFIL BADAN PUBLIK 1.a. Kedudukan domisili beserta alamat lengkap No.

Lebih terperinci

BAPPEDA PROVINSI BANTEN

BAPPEDA PROVINSI BANTEN RANCANA KERJA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA ( DISPORA )PROVINSI BANTEN TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 RECANA KERJA 2016 DISPORA PROVINSI BANTEN i KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah Kami

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN 2012-2017 PEMERINTAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2012 7 KATA PENGANTAR Bismillahhrahmaniff ahim

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 291 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 290 huruf a, mempunyai tugas pokok membantu Gubernur dalam melak

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 291 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 290 huruf a, mempunyai tugas pokok membantu Gubernur dalam melak BAB XV DINAS BINA MARGA DAN TATA RUANG Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 290 Susunan Organisasi Dinas Bina Marga dan Tata Ruang terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan : 1. Sub Bagian

Lebih terperinci

DINAS BINA MARGA DAN TATA RUANG PROVINSI BANTEN

DINAS BINA MARGA DAN TATA RUANG PROVINSI BANTEN DINAS BINA MARGA DAN TATA RUANG PROVINSI BANTEN Kepala Dinas (1) Kepala Dinas, mempunyai tugas pokok membantu Gubernur dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi daerah dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011 KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR 050.07/2033 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BLORA TAHUN 2010-2015 Bappeda

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013-2015 Disusun oleh: Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG, DAN PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Rencana Strategis (Renstra) Perubahan Tahun

Rencana Strategis (Renstra) Perubahan Tahun DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MERANGIN Rencana Strategis (Renstra) Perubahan Tahun 2014-2018 PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN

Lebih terperinci

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG -1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGAIRAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

Lebih terperinci

2. Sub Bidang Penataan Infrastruktur Wilayah. d. Bidang Perekonomian membawahkan : 1. Kepala Sub Bidang Perindustrian, Perdagangan dan Investasi; 2. K

2. Sub Bidang Penataan Infrastruktur Wilayah. d. Bidang Perekonomian membawahkan : 1. Kepala Sub Bidang Perindustrian, Perdagangan dan Investasi; 2. K BAB XXVI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 516 Susunan organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, terdiri dari: a. Kepala Badan; b. Sekretaris membawahkan

Lebih terperinci

b. Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan; c. Kepala Seksi Pemanfaatan Air; d. Kelompok Jabatan Fungsional.

b. Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan; c. Kepala Seksi Pemanfaatan Air; d. Kelompok Jabatan Fungsional. BAB XXXIII BALAI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI CIUJUNG-CIDANAU PADA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PEMUKIMAN PROVINSI BANTEN Pasal 148 Susunan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Ciujung-

Lebih terperinci

BUPATI MANDAILING NATAL

BUPATI MANDAILING NATAL - 1 - BUPATI MANDAILING NATAL PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : Mengingat : bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Soppeng

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Soppeng 8 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN TATA RUANG

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA, TATA RUANG DAN PERUMAHAN KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 95 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 66 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SUMBER DAYA AIR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG,

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS BINA MARGA, PENGAIRAN, PERTAMBANGAN DAN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PEMERINTAH ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SIMEULUE BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Lebih terperinci

l. pengelolaan ketatausahaan Balai; m. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. (3) Dalam melaksanakan fu

l. pengelolaan ketatausahaan Balai; m. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. (3) Dalam melaksanakan fu BAB XXXIV BALAI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI CIDURIAN-CISADANE PADA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PEMUKIMAN PROVINSI BANTEN Pasal 153 Susunan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, PERMUKIMAN DAN KEBERSIHAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, PERMUKIMAN DAN KEBERSIHAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, PERMUKIMAN DAN KEBERSIHAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Tata Ruang, Permukiman dan

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA, BANGUNAN DAN PEMUKIMAN KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Serang, Januari 2013 KEPALA,

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Serang, Januari 2013 KEPALA, KATA PENGANTAR Assamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, atas ijinnya sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Perencanaan

Lebih terperinci

(3) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Inspektur mempunyai rincian tugas sebagai berikut: a. merumuskan rencana operasional

(3) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Inspektur mempunyai rincian tugas sebagai berikut: a. merumuskan rencana operasional BAB XXV INSPEKTORAT Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 506 Susunan Organisasi Inspektorat Provinsi, terdiri dari: a. Inspektur; b. Sekretaris membawahkan: 1. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA )

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) PEMERINTAH KOTA MATARAM DINAS PEKERJAAN UMUM Jalan Semanggi No. 19 Telepon (0370) 633095 - Mataram RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA MATARAM 2011-2015 PEMERINTAH KOTA MATARAM DINAS

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG i V I S I Terwujudnya perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas, partisipatif dan akuntabel untuk mendorong peningkatan pendapatan masyarakat dua kali lipat Tahun 2018 M I S I 1. Mengkoordinasikan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS BINA MARGADAN PENGAIRAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS BINA MARGADAN PENGAIRAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS BINA MARGADAN PENGAIRAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Bina Margadan Pengairan Kabupaten Subang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KABUPATEN BELITUNG TIMUR

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KABUPATEN BELITUNG TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KABUPATEN BELITUNG TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 126 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KABUPATEN GARUT Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Pasal 11 Kepala Sub Bagian Perencanaan mempunyai uraian tugas : a. menyiapkan bahan program kerja perencanaan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;

Pasal 11 Kepala Sub Bagian Perencanaan mempunyai uraian tugas : a. menyiapkan bahan program kerja perencanaan sebagai pedoman pelaksanaan tugas; BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KABUPATEN

Lebih terperinci

(2) Dalam melaksanakan Tugas Pokok sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) Dalam melaksanakan Tugas Pokok sebagaimana dimaksud pada ayat BAB XLII KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 776 Susunan Organisasi KORPRI Provinsi Banten, terdiri dari : a. Sekretaris KORPRI Provinsi Banten; b. Bagian Umum dan Keuangan;

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah diundangkannya

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTANN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 24 TAHUN TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTANN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 24 TAHUN TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTANN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA UNSUR-UNSUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUMM DAN PENATAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS SUMBER DAYA AIR DAN BINA MARGA KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS,

Lebih terperinci

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI -1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN KABUPATEN BANYUWANGI \ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN

Lebih terperinci

d. pelaksanaan operasi dan pemeliharaan, perbaikan sarana dan prasarana sumber daya e. pelaksanaan penanggulangan banjir dan pengendalian sumber daya

d. pelaksanaan operasi dan pemeliharaan, perbaikan sarana dan prasarana sumber daya e. pelaksanaan penanggulangan banjir dan pengendalian sumber daya BAB XXXV BALAI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI CILIMAN CISAWARNA PADA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PEMUKIMAN PROVINSI BANTEN Pasal 158 Susunan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Ciliman

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II)

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II) RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN 2013-2018 (PERUBAHAN II) B a d a n P e r e n c a n a a n P e m b a n g u n a n D a e r a h y a n g P r o f e s i o n a l, A n d a l d a n K r e d i b e l Untu

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 36 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 36 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU 1 PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 36 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU Menimbang : a. Bahwa sebagai tindak lanjut pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL

PERATURAN BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 65 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal 36 Peraturan

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN (LKPJ) BAPPEDA PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2013

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN (LKPJ) BAPPEDA PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2013 LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN (LKPJ) BAPPEDA PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2013 Pemerintah Tahun 2014 D A F T A R I S I Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii - iii BAB 1 PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 21 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 43 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 21 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 43 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 21 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, TATA KERJA DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 95TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DINAS TATA BANGUNAN DAN PEMUKIMAN KABUPATEN BOGOR TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA STRATEGIS DINAS TATA BANGUNAN DAN PEMUKIMAN KABUPATEN BOGOR TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS TATA BANGUNAN DAN PEMUKIMAN KABUPATEN BOGOR NOMOR : TANGGAL : RENCANA STRATEGIS DINAS TATA BANGUNAN DAN PEMUKIMAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Lebih terperinci

BAB XVIII BALAI TEKNOLOGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BANTEN

BAB XVIII BALAI TEKNOLOGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BANTEN BAB XVIII BALAI TEKNOLOGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BANTEN Pasal 78 Susunan Organisasi Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan terdiri dari: a. Kepala Balai ; b. Kepala Sub Bagian

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL

PERATURAN BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 72 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal 32

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan. BAB XX DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 400 Susunan organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan yang berkualitas menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan yang baik dalam skala nasional maupun daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Penanaman Modal

Lebih terperinci

Renstra Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng i

Renstra Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng i Renstra Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng i KATA PENGANTAR Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng disingkat Diskominfo adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terbentuk

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS, SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN KUNINGAN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 62 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 62 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 62 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN ================================================================ PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KELURAHAN DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN ================================================================ PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN ================================================================ PERATURAN WALIKOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN ================================================================ PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS BINA MARGA

Lebih terperinci

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 35 TAHUN 2016

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 35 TAHUN 2016 BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENSTRA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014-2018 Perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional yang diatur dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI JEPARA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI JEPARA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI JEPARA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan pe

Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan pe - 2-3 4. 5. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

b. penyelenggaraan pembinaan dan pelatihan olahraga bagi olahragawan; c. penyelenggaraan pembinaan prestasi olahraga bagi olahragawan; d. penerapan me

b. penyelenggaraan pembinaan dan pelatihan olahraga bagi olahragawan; c. penyelenggaraan pembinaan prestasi olahraga bagi olahragawan; d. penerapan me BAB LII BALAI PEMBINAAN DAN PELATIHAN OLAHRAGA PADA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI BANTEN Pasal 243 Susunan Organisasi Balai Pembinaan dan Pelatihan Olahraga terdiri dari: a. Kepala Balai ; b. Kepala

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERTANAHAN

WALIKOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERTANAHAN WALIKOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN7 BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN DAN ENERGI SUMBER DAYA MINERAL KABUPATEN TULUNGAGUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 14 TAHUN 2013

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 14 TAHUN 2013 GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 541 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 541 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT 1 PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 541 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci