Studi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah 10 MWe di Kota Medan ditinjau dari Aspek Teknis, Ekonomi dan Lingkungan
|
|
- Hendra Ivan Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Studi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah 10 MWe di Kota Medan ditinjau dari Aspek Teknis, Ekonomi dan Lingkungan Kukuh Siwi Kuncoro Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Gedung B dan C Sukolilo Surabaya Abstrak- Pembanguan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) merupakan solusi kebutuhan energi baru terbarukan (EBT) untuk meningkatkan kebutuhan energi serta membantu mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil. Dengan adanya pembangunan PLTSa Kota Medan 10 MWe diproyeksikan dapat memenuhi kebutuhan energi listrik di Kota Medan khususnya dan Provinsi Sumatera Utara umumnya serta meningkatkan ketersediaan energi listrik energi terbarukan di Provinsi Sumatera Utara. PLTSa landfill gas merupakan Pembangkit tenaga listrik yang berwawasan lingkungan yang dapat membantu pemerintah Kota Medan dalam menangani permasalahan sampah perkotaan yang terjadi selama ini. Kata Kunci : PLTSa, EBT, Kota Medan, Sampah perkotaan. I. PENDAHULUAN Dengan disahkannya Undang-undang Nomor tentang Energi dan sebagaimana tertuang dalam peraturan presiden (perpres) nomor yang mengamanatkan menteri energi dan sumber daya mineral (ESDM) menetapkan blueprint dalam pengelolaan energi nasional, maka blueprint ini akan menjadi salah satu acuan pengembangan energi nasional kedepan, serta menargetkan bahwa pada tahun 2025 tercapai elastisitas energi kurang dari satu dan energi mix primer yang optimal dengan memberikan peranan yang lebih besar terhadap sumber energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi. Pemanfaatan sampah perkotaan merupakan salah satu dari prioritas nasional bidang energi baru dan terbarukan yang tertuang dalam agenda riset nasional , hal ini yang juga melatarbelakangi untuk menjadikan sampah sebagai objek penelitian dalam konversi energi listrik. Sampah selalu menjadi permasalahan kota-kota besar di Indonesia tak terkecuali Kota Medan. Volume sampah yang kian meningkat namun tempat pembuangan sampah akhir (TPA) yang terbatas tentunya menjadi suatu persoalan jika tidak ditangani dengan seksama. Pengelolaan tempat pembuangan sampah akhir (TPA) dikota Medan mengunakan sistem open damping, dimana sampah dibuang dan ditimbun sedemikian rupa sehingga timbunan semakin hari semakin tidak terkendali. Sistem pengelolaan open damping kurang tepat dan tidak ramah lingkungan serta tidak diterapkannya pendekatan reduce, reuse dan recycle(3r) yang sebenarnya dapat mengurangi dampak yang timbulkan dari sampah, tentu ini juga menjadi persoalan karena tidak berpihak pada lingkungan, sehingga berpotensi besar dalam pencemaran lingkungan baik air, tanah, udara maupun kondisi kesehatan masyarakat sekitar. Kota medan memiliki luas 265,1 km2 dengan jumlah penduduk mencapai jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 7.929,5 km 2 sehingga setiap harinya mampu memproduksi sampah hingga 6806,0 m 3 /hari setara dengan 1701,0 ton/hari. Dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada maka Kota Medan sangat potensial dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga sampah dan volume sampah diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke tahun, maka dari itu untuk mengantisipasi adanya peningkatan penimbunan sampah perlu dilakukan penekanan terhadap peningkatan volume sampah dengan mengolah sampah menjadikan energi listrik yang ramah lingkungan. Jika sampah tersebut diolah menjadi sember energi alternatif tentunya akan sangat bermanfaat baik dalam penyediaan kebutuhan energi listrik di kota medan maupun menambah pasokan cadangan energi listrik di sumatera utara. Dalam hal penyediaan kebutuhan energi listrik tentunya akan sangat membantu mengingat kebutuhan beban provinsi Sumatera Utara yang terus meningkat tanpa diikuti peningkatan pembangkit tenaga listrik dan diperkirakan jumlah pertumbuhan listrik setiap tahunnya mencapai 4 %. Disisi lain manfaat yang dapat dirasakan dengan adanya pemanfaatan sampah sebagai energi alternatif adalah kondisi lingkungan yang semakin baik, sebab kadar gas metana(ch 4 ) yang terbuang ke udara akan dimanfaatkan melalui proses skema pembentukan energi listrik. mengingat bahwa gas ini sangat berbahaya bagi lingkungan karena resiko yang ditimbulkan terhadap kerusakan ozon 21 kali lebih
2 berbahaya jika dibandingkan dengan gas karbondioksida(co 2 ) sehingga berpotensi dapat meningkatkan kadar emisi rumah kaca yang berkontribusi besar terhadap pemanasan global. Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar berpotensi menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi baik dari hasil penjualan energi listrik maupun penjualan karbon yang berdasarkan protokol kyoto, meskipun awalnya membutuhkan biaya investasi yang besar untuk pembangunan infrastruktur namun sangat menguntungkan untuk dimasa mendatang. II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sampah Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi. Dalam Undang- Undang No.18 tentang Pengelolaan Sampah dinyatakan definisi sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau dari proses alam yang berbentuk padat. Permasalahan sampah merupakan permasalahan yang krusial bahkan sampah dapat dikatakan sebagai masalah kultural karena berdampak pada sisi kehidupan terutama dikota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Makasar, Medan dan kota besar lainnya. Sampah akan terus ada dan tidak akan berhenti diproduksi oleh kehidupan manusia, jumlahnya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk, bisa dibayangkan banyaknya sampah-sampah dikota besar yang berpenduduk padat. Permasalahan ini akan timbul ketika sampah menumpuk dan tidak dapat dikelola dengan baik sehingga dapat menimbulkan dampak yang luas baik sosial masyarakat, kesehatan manupun lingkungan 2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) PLTSa disebut juga sebagai pembangkit listrik tenaga sampah merupakan pembangkit yang dapat membangkitkan tenaga listrik dengan memanfaatkan sampah sebagai bahan utamanya, baik dengan memanfaatkan sampah organik maupun anorganik. Mekanisme pembangkitan dapat dilakukan dengan metode secara pembakaran/thermal dan secara biologis. Proses konversi melalui metode thermal dapat dicapai melalui beberapa cara pembangkitan, yaitu dengan metode pirolisis, combustion, Plasma Arc Gasification, thermal gasifikasi. Sedangkan Proses konversi tenaga listrik dengan cara mekanisme biologis terbagi atas dua metode pembangkitan yaitu dengan cara Anaerobik digestion dan landfill gasification. 2.3 Metode Peramalan Beban Model Peramalan dengan DKL 3.01 Model yang digunakan dalam metode DKL 3.01 untuk menyusun perkiraan adalah model sektoral. Perkiraan kebutuhan tenaga listrik model sektoral digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan tenaga listrik pada tingkat wilayah/distribusi. Metodologi yang digunakan pada model sektoral adalah metode gabungan antara kecenderungan, ekonometri dan analitis Peramalan Beban Puncak Beban puncak merupakan salah satu ukuran besarnya konsumsi energi listrik, sehingga dengan diketahui besar beban puncak, maka akan dapat diperhitungkan produksi atau kapasitas terpasang yang harus tersedia. Perkiraan beban puncak ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : EPT t PeakLoad( MW ) = 8.76 LF t III. KONDISI KETENAGALISTRIKAN 3.1 Kapasitas Pembangkit KapasitasPembangkit yang terpasang saat ini di Provinsi Sumatera Utara mencapai 1520,3 MW dengan kemampuan suplai daya sebesar MW. Tabel 3.1 Pembangkit di Sumatera Utara Pembangkit Pemilik Kapasitas (MW) Mampu (MW) PLTU Belawan KIT SBU PLTGU Belawan KIT SBU PLTG Paya Pasir KIT SBU PLTG Glugur KIT SBU PLTD TitiKuning KIT SBU PLTP Sibayak Dizamatra PLTA Sipansihaporas KIT SBU PLTA Renun KIT SBU PLTA Asahan INALUM 2 2 PLTA Asahan INALUM PLTMH Tersebar KIT SBU PLTMH Simonggo MPM 7,5 - PLTMH Parluasan INPOLA 4,2 - PLTMH Hutaraja HUMBAHA 5 - Total 1520, Konsumsi Energi Peningkatan konsumsi energi di provinsi Sumatera Utara setiap tahunnya menunjukkan bahwa kebutuhan beban yang terjadi cenderung meningkat seiring dengan peningkatan perkonomian Sumatera
3 Utara. Kelompok pelanggan yang paling banyak menggunakan energi listrik adalah sektor rumah tangga yang mencapai 2.458,12 GWh yang kemudian diikuti oleh sektor industri yang mencapai 1.902,33 GWh, sektor bisnis 895,21 GWh dan sektor publik 502,17 GWh dengan total konsumsi energi keseluruhan mencapai 5757,83 GWh 3.4 Kondisi Kelistrikan Kota Medan Sebagai pusat pemerintahan yang ada di provinsi Sumatera Utara, Kota Medan membutuhkan suplai energi listrik yang setiap tahunnya terus bertambah. Hal ini disebabkan karna pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh bertambahnya jumlah penduduk yang mengakibatkan permintaan terhadap pemasangan listrik terus bertambah. Tabel 3.2 Banyaknya pelanggan listrik cabang Medan Uraian Rumah Bisnis Industry Publik total tangga (Sumber :PT.PLN(Persero) Cabang Medan) Tersambung yang tersambung pada beban di kota medan terus meningkat dari tahun ke tahun, ini merupakan indikasi kebutuhan listrik di Kota Medan semakin tinggi. Berikut adalah data yang menyajikan daya tersambung (MVA) terhadap jumlah pelanggan dari tahun Tabel 3.3 Tersambung(MVA) listrik cabang Medan Jumlah Pelanggan Tersambung (MVA) , , , , , , (Sumber :PT.PLN(Persero) Cabang Medan) Rasio Elektrifikasi Berikut adalah data yang menyajikan rasio elektrifikasi Kabupaten/kota di Sumatera Utara Tabel 3.4 Rasio elektrifikasi No Kabupaten/Kota Rasio Elektrrifikasi (%) 1 Nias 60,85 2 Mandailing Natal 63,38 3 Tapanuli Selatan 67 4 Tapanuli Tengah 63,57 5 Tapanuli Utara 66,75 6 Toba Samosir 62,90 7 Labuhan batu 64,51 8 Labuhan Batu Utara - 9 Labuhan Batu Selatan - 10 Asahan 65,27 11 Simalungun 65,6 12 Dairi 65,22 13 Karo 61,72 14 Deli Serdang 81,28 15 Langkat 66,59 16 Nias Selatan 59,06 17 Humbang Hasundutan 66,92 18 Pakpak Bharat 56,22 19 Samosir 62,95 20 Serdang bedagai Batu bara 62,59 22 Padang lawas Utara - 23 Padang Lawas - 24 Sibolga Tanjung Balai 99,71 26 Pematang Siantar Tebing Tinggi Medan Binjai Padang Sidempuan 99, Konsumsi Energi Listrik Kota Medan Penjualan energi listrik terus meningkat hingga tahun 2009 mencapai 2.727,6 GWh di kota Medan. Jika dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 2.637,32 GWh terjadi peningkatan konsumsi energi listrik sebesar 9,67% Tabel 3.5 Konsumsi Energi Listrik per sektor Uraian Rumah tangga Bisnis Industri Publik Total (Sumber :PT.PLN(Persero) Cabang Medan) IV. ANALISA PEMBANGUNAN PLTSa KOTA MEDAN 10 MWe Pemanfaatan Biomassa sebagai energi alternatif masih terlalu rendah padahal potensi yang ada sangatlah melimpah dimana hanya 3,25% atau
4 1.618,4MW yang dimanfaatkan dari total sumber energi yang sebesar MW. Tabel 4.3 Kandungann gas landfill Tabel 4.1 Potensi Energi Uraian Kandungan Gas Landfill Kandungan Gas Metana(CH 4 ) (50%) Volume gas 0,0765-0,1425 m 3 /kg 0,038-0,073 m 3 CH 4 /kg m 3 CH 4/ton Potensi pembangkitan PLTSa Jumlah potensi daya yang mampu dibangkitkann dari kandungan energi yang tersedia dari sampah organik Kota Medan adalah: 4.1 Potensi Biomassa di Kota Medan Biomassa merupakan salah satu energi alternatif yang terdapat di kota medan, potensi energi ini sangat melimpah dan selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Pemanfaatan sampah kota sebagai energi baru terbarukan yang ada di Kota Medan sangat melimpah, tentu ini akan menjadi potensi untuk mengembangkan PLT Sampah (PLTSa). Mengingat sumber daya energi yang memadai. Dengan demikian maka pembanguan PLTSa potensial untuk didirikan di Kota Medan. Berikut adalah dataa yang menyajikan potensi sampah di Kota Medan beserta karakteristik sampahnya hingga tahun Tabel 4.2 Estimasi sampah kota Medan dan Karakteristiknya Volume Sampah (m3/hari) Berat sampah (ton/hari) Berat sampah (ton/tahun) Organik Anorganik Organik (ton/hari) (ton/hari) (ton/tahun) ,6 515, ,5 520, ,4 525, ,6 530, ,5 535, ,9 542, ,6 545, ,5 550, ,4 555, ,6 560, ,5 565, ,4 570, ,3 575, ,5 580, ,4 585, ,3 590, Anorganik (ton/tahun) Analisa Potensi Energi Sampah Kota Medan Kandungan gas metana (CH4) yang dihasilkan melalui mekanisme pengelolaan sampah organik dengan sistem landfill gasification adalah : Tabel 4.4 Potensi Energi Sampah Kota Medan Uraian Keterangan Berat sampah organik Kota Medan 1190,7 ton/ hari Potensi Energi listrik 1.597, ,6 GJ/hari Tersedia /Demand MW yang dapat dibangkitkan /supply 5,5-10,65 MW Produksi Energi Listrik per hari 217, 26 MWh Produksi energi listrik per tahun MWh/y Dengan didirikannya PLTSa di Kota Medan maka pasokan energi dengan memanfaatkan energi terbarukan dapat terus bertambah disisi lain juga sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhan listrik dikota Medan. 4.4 Analisaa Konsumsi Energi Listrik Kota Medan peramalan dengan Metode DKL 3.01 Tabel 4.5 Estimasi energi konsumsi total di kota Medan per sektor pelanggan tahun sektor Rumah Tangga Sektor Komesial/ Bisnis Sektor Industri Sektor Publik Total Peramalan Pertumbuhan Beban Puncak Setelah didapatkan hasil dari analisaa pertumbuhan kebutuhan energi listrik di Kota Medan
5 dengan menggunakan metoda DKL 3.01 maka besarnya pertumbuhan beban puncak di Kota Medan dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut: Tabel 4.6 Pertumbuhan Energi Terjual (GWH), Energi Produksi (GWH), dan Beban Puncak (MW) Kota Medan Konsumsi Energi Load Factor Energi Produksi Peak Load t ETt LFt EPTt PLt , ,7 675, , ,5 701, , ,5 729, , ,5 758, , ,4 789, , ,4 821, , ,6 856, , ,4 893, , ,6 932, , ,1 973, , ,9 1016, , ,2 1063, , ,6 1112, , ,8 1164, , ,5 1220, Proyeksi Neraca di Kota Medan Dengan rencana beroperasinya PLTSa 10 MW di Kota Medan maka akan mempengaruhi neraca daya yang ada di Kota Medan. Rencana beroperasi PLTSa ditargetkan 2014 sehingga suplai daya dapat dimasukkan ke jaringan PLN. Berikut adalah proyeksi neraca daya Kota Medan tahun Tabel 4.7 Proyeksi Neraca Kota Medan Terpasang (MW) Mampu (MW) Beban Puncak (MW) Keterangan , , ,1 281, ,3 262, ,2 231, ,9 199, ,5 164, ,1 127, ,3 88, ,1 47, ,8 4, ,1-42, ,3-91, ,6-143, ,1-199,1 Ketika terjadi penambahan kapasitas pembangkit PLTSa pada tahun 2014, kondisi neraca daya dalam keadaan baik karena kapasitas pembangkit yang menyupai Kota Medan masih dapat menjaga keandaalan suplai dari permintaan pelanggan. Namun pada tahun 2022 Kota medan mengalami defisit energi sehingga perlu ada penambahan kapasitas pembangkit. Dengan adanya pembangunan PLTSa terjadi peningkatan besar kapasitas daya pembangkit sebesar 0,79% di Kota Medan. 4.5 Perencanaan Pembangkitan PLTSa Perencanaan pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) dengan kapasitas pembangkit 10 MW di Kota Medan akan menggunakan teknologi landfill gas, dimana ada pemanfaatan gas metana (CH4) yang diperoleh dari hasil dekomposisi sampah organik pada landfill area yang telah disediakan. Teknologi ini merupakan teknologi secara biologis dan tidak menggunakan mekanisme pembakaran. Teknologi landill gas untuk pembangkitan tenaga listrik merupakan teknologi yang berwawasan lingkungan dan dapat memperbaiki struktur dan mereklamasi lahan TPA yang telah digunakan. Selama ini pemanfaatan TPA di Kota Medan dioperasikan secara terbuka/open dumping sehingga kerusakan lingkungan yang ditimbulkan terus terjadi dan terus menigkatkan faktor emisi dilingkungan TPA bahkan Kota Medan baik dari penumpukan sampah hingga menghasilkan gas berbahaya dan beracun serta pembakaran sampah yang tidak terkendali yang terus memproduksi gas karbon dioksida (CO 2 ). Dari pemanfaatan lahan TPA ini akan direncanakan pembanguan PLTSa, dimana terdapat lahan seluas m2 yang terletak di kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan. Lokasi ini berjarak 500 m dari pemukiman serta 14 Km dari pusat kota Medan, topografi lahan relatif datar. Unit pengolahan lindi ( WTP) 0.4/20 kv Gas Flare 10 x.1,063 MW 4.5 Analisa Ekonomi Analisa Biaya Pembangkitan PLTSa Untuk menentukan biaya pembangkitan PLTSa di Kota Medan, ada beberapa parameter yang harus
6 diperhitungkan. Parameter-parameter tersebut adalah biaya modal, biaya operasi dan maintenance (O&M), dan Biaya bahan bakar (Fuel cost). Selain parameter diatas ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengembalian modal besarnya suku bunga dan faktor depresiasi. Besarnya suku bunga 6 %, 9 % dan 12%. dan besarnya faktor depresiasi sebesar 4% dengan umur pembangkit 25 tahun. Nilai parameterparameter diatas ditunjukkan pada tabel 4.8 Tabel 4.8 Biaya Pembangunan PLTSa Kota Medan Perhitungan Suku Bunga 6 % 9 % 12 % Biaya Pembangkitan (US$ / kw) Umur Operasi () Kapasitas (MW) Biaya Bahan Bakar (US$ / kwh) 0, Biaya O & M (US$/ kwh) ,0070 Biaya Modal (US$ / kwh) Total Cost (US$/ kwh) 0, Pendapatan per Jumlah pendapatan per tahun/ Cash in Flow (CIF) dapat dihitung dari kwh output dan selisih Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dengan Biaya Pembangkitan atau dengan kata lain keuntungan penjualan (KP). Tabel 4.9 Pendapatan berdasarkan tingkat suku bunga Suku Bunga CIF Rp/tahun 6% % % Payback Periode Payback periode adalah lama waktu yang dibutuhkan agar nilai investasi yang diinvestasikan dapat kembali dengan utuh. Tabel 4.10 Payback Periode Suku Bunga Payback Periode (PP) 6 % 3,4 9 % 3,7 12 % 4,1 4.7 Analisa sebelum dan sesudah PLTSa beroperasi Jika dihitung biaya pokok penyediaan (BPP) provinsi Sumatera Utara dengan perinciannya per pembangkit maka dapat diperoleh besar biaya pokok penyediaan sebesar Rp.660,2/kWh. BPP tersebut belum termasuk dari pengaruh pengoperasian PLTSa yang dibangun. Jika PLTSa beroperasi maka besar BPP akan menjadi Rp.657,5/ kwh. Dengan demikian pengaruh pembangunan PLTSa dikota Medan adalah dapat menurunkan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp.2,7/kWh Analisa Beli Masyarakat Kota Medan setelah PLTSa Beroperasi Kemampuan konsumsi masyarakat akan energi listrik sangat menentukan seberapa besar harga jual listrik nantinya yang mampu dibayar. Untuk mengetahui seberapa besar daya beli energi listrik masyarakat kota Medan digunakan data kelistrikan dan kependudukan kota Medan sebagai parameter. PDRB perkapita kota Medan Rp /tahun, 1 bulan Rp /bulan Dalam rumah tangga ada terdapat 2 anggota keluarga yang berpenghasilan. Maka: Pendapatan tiap rumah tangga 2 x Rp = Rp Pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi energi listrik = 5% x Rp = Rp Dengan sambungan daya pelanggan 900 VA, faktor daya 0.85, faktor beban 75% maka didapat daya dalam watt P = 900 x 0.85 = 765 watt Konsumsi listrik dalam 1 bulan didapat: kw x 30 (hari) x 24 jam x faktor beban x 30 x 24 x 0.75 = kwh/bulan. (Faktor beban 0.75) Tabel 4.11 TDL Provinsi Sumatera Utara Provinsi RT Bisnis Industri Sosial GKP PJU (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) Sumatera Utara Dengan TDL (tarif dasar listrik) rumah tangga untuk provinsi Sumatera Utara sebesar Rp maka didapat: 413,10 kwh/bulan x Rp.544.3/kWh = Rp /bulan Dengan ditambah biaya beban sebesar Rp , maka pengeluaran perbulan untuk pembayaran tagihan listrik sebesar Rp beli masyarakat = (Rp /Rp ) x Rp.544.3/kWh = Rp. 574,8/kWh Dengan daya beli masyarakat sebesar Rp. 574,8/kWh maka masih terdapat selisih dalam penjualan listrik setelah pembangunan PLTSa,karena harga jual listrik setelah PLTSa didirikan adalah Rp. 657,5/kWh. 4.8 Upaya Pengurangan Emisi Gas rumah kaca Sisa dari sampah (organik) ditimbun dan kemudian ditutup akan menimbulkan gas metana (CH4) yang pada dasarnya merupakan gas rumah
7 kaca yang paling buruk. Kondisi ini jelas memperburuk efek GRK karena potensi gas metana 21 kali lipat dibandingkan CO2. Berikut adalah kemungkinan penurunan emisi GRK yang dihasilkan dari PLTSa. 1 MWh = tco2 Produksi energi listrik PLTSa 10 MW x 0.85 x 24 h = 204 MWh Potensi reduksi emisi 204 MWh x tco2/mwh = 196,452 tco2 Dalam 1 tahun = 196,452 tco2 x 365 /tahun Dalam 25 tahun = tco2/tahun = tco2 x 25 tahun = tco2 Maka dalam proyek pembangkitan PLTSa selama 25 dimungkinkan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar tco2 4.9 Aspek Sosial Beragam fenomena yang biasa muncul pada rencana pembangunan PLTSa adalah penolakan pembangunan PLTSa karena dianggap sebagai pembangkit yang dapat merusak lingkungan, pembangkit yang tidak bersih serta dapat memutus roda perekonomian masyarakat yang selama ini menggantungkan hidupnya dari sampah yang ada di TPA. Persoalan diatas muncul karena tidak ada komunikasi yang baik antara komunitas terhadap masyarakat yang ada disekitar pembangkit. Untuk mengatasi masalah tersebut maka diadakan Program Pembangunan Komunitas yang tepat yang berdampak dan menguntungkan selain lapangan pekerjaan adalah sebagai berikut: a) Program Pembangunan Komunitas bagi Pemulung: 1. Pendampingan Kelompok; 2. Pengembangan SDM 3. Pelatihan pengelolaan sampah; 4. Sosialisasi Dampak Pencemaran Lingkungan; 5. Fasilitasi Pembangunan Sarana kebersihan 6. Fasilitasi dengan layanan Pendidikan dan Kesehatan. b) Program Pembangunan Komunitas bagi Masyarakat lokal dan tokoh masyarakat 1. Pembentukan Kelompok Sadar Lingkungan; 2. Pemberian layanan pelatihan untuk peningkatan SDM 3. Sosialisasi Manfaat Sampah; 4. Pelatihan Pengolahan Sampah yang tepat guna; 5. Pendirian Sekolah 6. Pembentukan dan Pembangunan Fasilitas Kesehatan Dengan adanya program kemasyarakatan diharapkan tercipta keseimbangan antara komunitas masyarakat terhadap adanya PLTSa sehingga kualitas hidup komunitas masyarakat di sekitar pembangkit dapat lebih baik dan meningkat Program Konservasi Energi Listrik Dengan pembangunan pembangkit listrik yang memanfaatkan sumber energi sampah perkotaan yang merupakan sumber energi non fosil dan dapat diperbaharui, maka ketersediaan sumber energi lain terutama yang tidak dapat diperbaharui atau non fosil seperti batu bara, gas alam dan minyak bumi akan tetap tersedia dan tidak cepat habis. Sehingga dengan dibangunnnya PLTSa yang memanfaatkan sumber energi lokal yang tersedia maka dapat mendukung adanya langkah konservasi energi. Dimana energi fosil yang ada bisa dimanfaatkan untuk keperluan yang lain yang sifatnya lebih penting dan lebih berguna buat masyarakat. V. KESIMPULAN 1. Perlu adanya pembangunan pembangkit baru guna memenuhi kebutuhan listrik di di sumatera Utara dimasa mendatang, karena kondisi saat ini sumatera utara mengalami kekurangan pasokan energi listrik, saat ini sumatera utara memiliki daya mampu sebesar 1212 MW dengan kapasitas terpasang 1520,3 MW dan beban puncak mencapai 1262,2 MW. Untuk kebutuhan listrik di kota Medan mencapai 54,19% dari total kebutuhan propinsi dengan pertumbuhan konsumsi energi mencapai 4,7 % setiap tahunnya. 2. Potensi biomassa dengan memanfaatkan sampah kota sebagai sumber energi alternatif untuk pembangkitan PLTSa sangat melimpah di Kota Medan dan belum dimanfaatkan. Berdasarkan analisa diperoleh bahwa estimasi timbunan sampah kota tahun 2009 mencapai ton/tahun dengan komposisi sampah organik mencapai ton/tahun. Dan tahun 2025 mencapai ton/hari dengan sampah organik mencapai ton/tahun dengan rata-rata produksi sampah perhari mencapai 1190 ton/hari sampah organik. Dan diperkirakan mampu memproduksi listrik setiap tahunnya sebesar 72,42 GWh. 3. Dari aspek ekonomi pembanguan PLTSa menguntungkan Berdasarkan analisa biaya investasi sebesar 3000 US$/kW dengan kapasitas pembangkit 10 MW pada suku bunga 6% biaya investasi akan kembali selama 3,4 tahun untuk suku bunga 9% selama 3,7 tahun suku bunga 12% selama 4,1 tahun.dengan ratarata pendapatan mencapai 78,685 Milyar setiap tahunnya.
8 4. Pengaruh pembangunan PLTSa terhadap biaya pokok penyediaan (BPP) menunjukkan adanya penurunan, dimana BPP provinsi sebelum PLTSa beroperasi adalah Rp.660,2/kWh dan setelah PLTSa beroperasi BPP Provinsi menjadi Rp.657,5/kWh namun tidak mempengaruhi kemampuan daya beli masyarakat Kota Medan. Kemampuan daya beli masyarakat sebesar Rp.574,8/kWh. 5. Pada aspek sosial, masyarakat komunitas dapat terbantu dengan adanya PLTSa karena terjalin hubungan sosial sehingga kondisi perekonomian masyarakat dapat meningkat dengan adanya kesempatan kerja yang diberikan dan dapat mendorong peningkatkan kualitas hidup yang didukung dengan memberikan sarana menunjang untuk pengembangan SDM seperti pendidikan dan kesehatan. Sedangkan pada aspek lingkungan terjadi perubahan kondisi lingkungan yang lebih baik dengan adanya pengoperasian PLTSa maka laju pertumbuhan emisi gas rumah kaca sebesar tco2/tahun dapat ditekan sehingga tidak mencemari udara disekitar. [12] Energy information and data, pyromex waste to energy [13] 2010, Data dan program dinas Kebersihan Kota Medan BIOGRAFI PENULIS Kukuh Siwi Kuncoro, lahir di Labuhan Batu, Sumatera Utara 29 April 1987, menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1999 di SDN Pematang Seleng, Kemudian melanjutkan di SLTPN 1 Bilah Hulu selesai pada tahun 2002, selanjutnya diterima di SMAN 3 Rantau Utara selesai pada tahun Setelah lulus SMA penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Gadja Mada program D3 Teknik Elektro dan selesai pada tahun Dan sekarang tercatat sebagai mahasiswa Teknik Elektro, Teknik Sistem Tenaga, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Daftar Pustaka [1] Djiteng Marsudi Ir, 2005, Pembangkitan Energi Listrik, Erlangga, Jakarta. [2] Lestari, Endang, dkk, 2009, Pemanfaatan gas dari sampah untuk pembangkit energy listrik, M&E Volume 7 no. 3 hal 21 [3] Peraturan Menteri Energi dan Sumber Mineral Nomor 07 tahun 2010, Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan Oleh PT. PLN (PERSERO). [4] PT. PLN (PERSERO), 2010, Rencana Umum Pembangkitan Tenaga Listrik Jakarta [5] Sejati, Kucoro, 2009, pengelolaan Sampah Terpadu, Kanisius, Yogyakarta [6] Sudrajat, R., 2009, Mengelola Sampah Kota, Penebar Swadaya, Jakarta [7] Syariffuddin Mahmudsyah, 2008, Diktat Kuliah Pembangkit Tenaga Listrik, Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS, Surabaya, [8] Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2008, tentang peneglolaan sampah [9] wintolo, Mahendro, 2007, Landfill Gas sebagai Energi Altenatif, M&E volume 5 no.2 hal [10] Badan Pusat Statistik, 2009, Medan dalam angka 2009 [11] Badan Pusat Statistik 2009, Sumatera Utara Dalam Angka 2009
Provinsi Sumatera Utara: Demografi
Fact Sheet 02/2015 (28 Februari 2015) Agrarian Resource Center ARC Provinsi Sumatera Utara: Demografi Provinsi Sumatera Utara adalah provinsi peringkat ke-4 di Indonesia dari sisi jumlah penduduk. Pada
Lebih terperincilistrik di beberapa lokasi/wilayah.
PEMBANGUNAN PEMBANGKIT PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 3 x 7 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW TAHAP KEDUA PT. PLN DI KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT Agus Nur Setiawan 2206 100 001 Pembimbing : Ir. Syariffuddin
Lebih terperinciPEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS
PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW DI MELAK KALIMANTAN TIMUR SEBAGAI PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS KELISTRIKAN DI INDONESIA TIMUR Oleh : Bayu Hermawan (2206 100 717) Dosen Pembimbing :
Lebih terperinciSejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.
Jiwa (Ribu) Persentase (%) 13 12.5 12 11.5 11 10.5 10 9.5 9 8.5 8 12.55 11.51 11.31 11.33 10.41 10.39 9.85 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tingkat Kemiskinan Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus
Lebih terperinciANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA
ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen
Lebih terperinciOLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA
STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP DI KALIMANTAN SELATAN (STUDI KASUS KAB TANAH LAUT) OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA 2206 100 036 Dosen Dosen
Lebih terperinciStudi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah
Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah Tedy Rikusnandar NRP 2208 100 643 Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M. Eng Ir.
Lebih terperinciYulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010
Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010 Energy planning is essentially an estimate of energy demand and supply in the future. Estimates of energy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA
STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA Madestya Yusuf 2204 100 023 Pembimbing : Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng NIP. 194612111974121001
Lebih terperinciSTUDI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI (PLTP) DI JAILOLO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI MALUKU UTARA
STUDI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI (PLTP) DI JAILOLO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI MALUKU UTARA Raditya Galih Tama 2204 100 048 Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciLampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)
LAMPIRAN Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut / Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) / 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Nias 3.887.995 4.111.318 13.292.683.44 14. 046.053.44
Lebih terperinciSTUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI.
STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI. OLEH : Dhika Fitradiansyah Riliandi 2205 100 003 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013
BAB I PENDAHULUAN Menurut badan statistik PLN, kapastitas terpasang tenaga listrik oleh PLN pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013 dengan total terpasang sebesar 198,601
Lebih terperincipenerangan dan juga proses produksi yang melibatkan barang-barang elektronik dan alatalat/mesin
Studi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Atadei 40 MW di Lembata Nusa Tenggara Timur dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional Mulianti Bidang Studi Teknik Tenaga Jurusan Teknik
Lebih terperinciEKSPOSE DINAS PERTAMBANGAN & ENERGI PROVINSI SUMATERA UTARA
EKSPOSE DINAS PERTAMBANGAN & ENERGI PROVINSI SUMATERA UTARA KONDISI KELISTRIKAN SUMATERA UTARA Berikut ini data pembangkit terpasang di Sumatera Utara yang memasok listrik ke sistem SUMBAGUT: No Lokasi
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT
STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT Disusun Oleh : Hamid Paminto Nugroho 2207 100 571 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Syariffuddin Mahmudsyah
Lebih terperinciStudi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat
Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat Oleh : Deni Kristanto (2209 105 099) Dosen Pembimbing : Ir. Syariffudin Mahmudsyah,
Lebih terperinciBidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja 2205 100 107 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Asumsi Dasar 4.1.1 Demografi Provinsi Banten Provinsi Banten secara umum merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 200 meter di atas permukaan laut, serta
Lebih terperinciSatria Duta Ninggar
Satria Duta Ninggar 2204 100 016 Pembimbing : Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng NIP. 130 520 749 Ir. Teguh Yuwono NIP. 130 604 244 Pertumbuhan pelanggan di Jawa Tengah yang pesat mengakibatkan kebutuhan
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTA MUARA JULOI 284 MW KABUPATEN MURUNG RAYA UNTUK MENGATASI KRISIS LISTRIK DI KALIMANTAN TENGAH
STUDI PEMBANGUNAN PLTA MUARA JULOI 284 MW KABUPATEN MURUNG RAYA UNTUK MENGATASI KRISIS LISTRIK DI KALIMANTAN TENGAH Robi Fajerin Darmawan Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan berkesinambungan yang dijalankan secara bersama-sama baik
Lebih terperinciStudi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano
Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa OLEH : Gilang Velano 2204 100 050 Dosen Pembimbing 1 Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng Dosen
Lebih terperinciStudi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah
Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah oleh: Alvin Andituahta Singarimbun 2206 100 040 DosenPembimbing 1: Ir. Syarifuddin M, M.Eng
Lebih terperinciPENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan
12 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, mempunyai
Lebih terperinciPulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia
TEKNOLOI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia Abraham Lomi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Malang
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR
STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR Cherian Adi Purnanta 2205 100 147 Dosen pembimbing : Ir. Syariffuddin M, M.Eng Ir. Teguh Yuwono PENDAHULUAN Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat. Salah satu
Lebih terperinciPermasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1.
STUDI PEMBANGUNAN PLTU MAMUJU 2X7 MW DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SULAWESI BARAT Yanuar Teguh Pribadi NRP: 2208100654 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciSTUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR
STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR Vian Vebrianto 2205 100 004 Bidang Studi Teknik Sistem
Lebih terperinciTahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%
Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80% Jika dilihat kembali proyeksi konsumsi energi pelanggan rumah tangga, pada tahun 2014 dengan : Jumlah pelanggan = 255.552 pelanggan Konsumsi energi
Lebih terperinciLAPORAN. Survei Penggunaan Lampu Hemat Energi di Rumah Tangga Di Wilayah Sumatera Utara
LAPORAN Survei Penggunaan Lampu Hemat Energi di Rumah Tangga Di Wilayah Sumatera Utara Diserahkan ke: DANIDA Environmental Support Program (ESP3) dan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sekarang ini sudah menjadi penarik tersendiri bagi penduduk luar Kota Yogyakarta dengan adanya segala perkembangan di dalamnya. Keadaan tersebut memberikan
Lebih terperinciBAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA
39 BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA 3.1. Karakteristik Kemiskinan Propinsi Sumatera Utara Perkembangan persentase penduduk miskin di Sumatera
Lebih terperinciSUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA
Karya Tulis SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA. 2006 PROVINSI SUMATERA UTARA Murbanto Sinaga
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : 1. Kondisi Ketenagalistrikan pada Propinsi Nusa Tenggara Timur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana untuk mendirikan provinsi-provinsi baru di Indonesia. Pembentukan provinsi baru ini didasari
Lebih terperinciI Putu Surya Atmaja. Proceeding Seminar Tugas Akhir
ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja Jurusan Teknik Elektro-FTI,
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X 55 MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN.
STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X 55 MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN. Satrio Hanindhito, Syariffudin Mahmudsyah, Teguh Yuwono Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam mengelola keuangan yang menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR
STUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR Rizki Firmansyah Setya Budi, Masdin (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta12710 Telp./Fax: (021) 5204243,
Lebih terperinciSumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba
, Laporan Provinsi 105 Sumatera Rumah Balai Batak Toba Rumah Balai Batak Toba adalah rumah adat dari daerah Sumatera. Rumah ini terbagi atas dua bagian, yaitu jabu parsakitan dan jabu bolon. Jabu parsakitan
Lebih terperinciDisampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan
KEMENTERIAN DALAM NEGERI Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan Medan, 3 April 2013 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 150 ayat (1) dan
Lebih terperinciStudi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 83 89 ISSN: 2085 1227 Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan
Lebih terperinciTIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 21/03/12/Th. XVIII, 2 Maret 2015 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan
Lebih terperinciTabel 3.1 Jumlah Pelanggan, dan Listrik Terjual di Propinsi Jawa Tengah Tahun
STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP BATURADEN 220 MW DI GUNUNG SLAMET TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA TENGAH (STUDY DEVELOPMENT OF GEOTHERMAL POWER PLANT BATURADEN 2 110 MW IN SLAMET MOUNTAIN BASED ON
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : 1. Pada tahun 2007 beban puncak di Propinsi Jambi mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan Negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur dan merata berdasarkan Pancasila
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) 50 MW DI CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA BARAT
STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) 50 MW DI CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA BARAT Kukuh Sujatmiko Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan
Lebih terperinciLampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun
Lampiran 1 Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012 Kabupaten/Kota Luas Panen (ha) Produksi (ton) Rata-rata Produksi (kw/ha) Nias 9449 30645 32.43 Mandailing Natal 37590
Lebih terperinciPERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)
PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) Oleh Ir. EDDY SAPUTRA SALIM, M.Si Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara PADA ACARA SOSIALISASI RENCANA UMUM
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA GUNUNGSITOLI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM KOTA GUNUNGSITOLI TAHUN 2016 SEBESAR 66,85 No. 01/12785/06/2017, 11 Juli 2017 Pembangunan manusia di Kota Gunungsitoli
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP RAWA DANO 110 MW TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL BANTEN
STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP RAWA DANO 110 MW TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL BANTEN Muh.Habibi Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi
Lebih terperinciOleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -
STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA AMPAS TEBU (DAN PERBANDINGAN DENGAN BATU BARA) SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP 1X3 MW DI ASEMBAGUS, KABUPATEN SITUBONDO (STUDI KASUS PABRIK GULA ASEMBAGUS)
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTA PUMP STORAGE SEMARANG 2x300 MW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI SEMARANG
STUDI PEMBANGUNAN PLTA PUMP STORAGE SEMARANG 2x300 MW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI SEMARANG Satria Duta Ninggar Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo,
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019
DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PROVINSI SUMATERA UTARA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019 Drs. Jumsadi Damanik, SH, M. Hum
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 29/05/12/Thn. XX, 5 Mei 2017 IPM PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 MEMASUKI KATEGORI TINGGI Pembangunan manusia di Sumatera
Lebih terperinciPROPOSAL. PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw. Waste to Energy Commercial Aplications
PROPOSAL PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw Waste to Energy Commercial Aplications PT. ARTECH Jalan Raya Narogong KM 9.3 Bekasi HP.0811815750 FAX.8250028 www.artech.co.id Pendahuluan
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTGU SENORO 2 X 120 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SULAWESI TENGAH
STUDI PEMBANGUNAN PLTGU SENORO 2 X 120 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SULAWESI TENGAH Tedy Rikusnandar Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP PATUHA 3X60 MW KEC.RANCABALI KAB
STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP PATUHA 3X60 MW KEC.RANCABALI KAB.BANDUNG JAWA BARAT DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA BARAT SESUAI UU KETENAGALISTRIKAN 2009 (Study Of Pltp Patuha 3x 60
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan sebagai ketahanan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan
Lebih terperinciOleh: Bayu Permana Indra
STUDI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK IPP - PLT PANAS BUMI BEDUGUL 10 MW KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN BALI PADA PROYEK PERCEPATAN 10.000 MW PADA TAHUN 2018 Oleh: Bayu Permana Indra 2207100532 Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, yang juga akan membawa permasalahan lingkungan.
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTP RANTAU DADAP 2X110 MW, SUMATERA SELATAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SUMATERA SELATAN
Proceedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTIITS STUDI PEMBANGUNAN PLTP RANTAU DADAP 2X110 MW, SUMATERA SELATAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SUMATERA SELATAN Sasongko Kustiawan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,1985). Sedangkan tujuan pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan perlu mendapat perhatian yang baik bagi pemerintah daerah untuk keberlangsungan
Lebih terperinciLampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN
Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN No Uraian 2005 2006 2007 2008 1 Kab. Asahan 292231000000 493236000000 546637000000
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR
Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro - FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih - Sukolilo, Surabaya - 60111 STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun demikian, tiap tahun penduduk yang tidak cukup makan makin banyak jumlahnya. Indonesia merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang secara ekonomis berperan penting bagi kehidupan manusia. Selain itu, juga dapat dijadikan bahan baku industri. Sebagai sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan sangat penting dalam mendukung keberlanjutan kegiatan pembangunan daerah khususnya sektor ekonomi.
Lebih terperinciRINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI
SERTIFIKAT REKAPITULASI HASIL DAN PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA DARI SETIAP KABUPATEN/KOTA DI TINGKAT PROVINSI DALAM PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 diisi berdasarkan formulir Model DB1 PPWP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama dengan kegiatan perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Penganggaran juga merupakan komitmen resmi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sangat besar dan beragam. Berdasarkan data cadangan dan produksi energi terbarukan Indonesia 2007, (http://www.ebtke.esdm.go.id/energi/...pltmh.html)
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 50/08/12/Th. XVIII, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 147.810 TON, CABAI RAWIT SEBESAR 33.896 TON,
Lebih terperinciFira Nafiri ( )
STUDI PEMBANGUNAN PLTP BATURADEN 2 110 MW DI GUNUNG SLAMET TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA TENGAH Fira Nafiri (2207100632) Dosen Pembimbing : Ir. Syariffudin Mahmudsyah, M. Eng Ir. Teguh Yuwono Teknik
Lebih terperinciLampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012
Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012 No. Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (jiwa) Luas Wilayah (km 2 ) Kepadatan Penduduk (jiwa/km
Lebih terperinciKEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015
BPS KABUPATEN ASAHAN No. 02/10/1208/Th. XIX, 24 Oktober 2016 KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asahan tahun 2015 sebanyak 85.160 jiwa (12,09%), angka ini bertambah sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Demografis Provinsi DKI Jakarta
47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Asumsi Dasar 4.1.1 Keadaan Demografis Provinsi DKI Jakarta DKI Jakarta merupakan daerah yang terletak di 5 19' 12" - 6 23' 54" LS dan 106 22' 42" - 106 58'
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTU TAKALAR 300 MW DI SULAWESI SELATAN DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN.
TUGAS AKHIR RE1599 STUDI PEMBANGUNAN PLTU TAKALAR 300 MW DI SULAWESI SELATAN DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN. Pamungkas R. NRP 2206100618 Dosen Pembimbing Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai pola pengelolaan energi diperlukan perubahan manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini telah diketahui bahwa permintaan
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 39/07/12/Thn.XIX, 01 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA SUMATERA UTARA 2015 MENCAPAI 69,51. Pembangunan manusia di Sumatera
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 31/05/12/Thn. XX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan yang meluas merupakan tantangan terbesar dalam upaya Pembangunan (UN, International Conference on Population and Development, 1994). Proses pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir disetiap negara berkembang kemiskinan selalu menjadi trending topic yang ramai dibicarakan. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menempati urutan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTU BATUBARA ASAM ASAM UNIT DALAM RANGKA INTERKONEKSI KALIMANTAN - JAWA
STUDI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTU BATUBARA ASAM ASAM 650 10 UNIT DALAM RANGKA INTERKONEKSI KALIMANTAN - JAWA Gilang Velano Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta di
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 1 Outline paparan I. Potensi
Lebih terperinciEVALUASI SISTEM PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI TPA LADANG LAWEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU CONTROLLED LANDFILL
EVALUASI SISTEM PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI TPA LADANG LAWEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU CONTROLLED LANDFILL Oleh : ROFIHENDRA NRP. 3308 202 014 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. YULINAH TRIHADININGRUM,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menikmati listrik. Akibat sulitnya lokasi yang tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau yang mencapai ribuan. Dari sekian banyak pulau tersebut belum semua pulau yang dihuni manusia dapat menikmati
Lebih terperinciRENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI (RUED-P) JAWA BARAT
Jalan Soekarno Hatta Nomor 576 Telepon +62 22 756 2048 Faksimil +62 22 756 2049 website http://www.esdm.jabarprov.go.id/ - e-mail: admin.esdm@jabarprov.go.id RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI (RUED-P)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Suhardiyono (1992), dalam rangka membangun pertanian tangguh para pelaku pembangunan pertanian perlu memiliki kemampuan dalam memanfaatkan segala sumberdaya secara
Lebih terperinci