BAB IV ANALISIS FUNGSI KARAKTERISTIK KONFIGURASI SISTEM GARVER EKSISTING 5 BUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS FUNGSI KARAKTERISTIK KONFIGURASI SISTEM GARVER EKSISTING 5 BUS"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS FUNGSI KARAKTERISTIK KONFIGURASI SISTEM GARVER EKSISTING Perencanaan Konfigurasi Sistem Berdasarkan Indeks Keandalan Pertimbangan yang sangat penting diperhatikan dalam perencanaan pembangunan suatu konfigurasi jaringan listrik adalah masalah ketersediaan kapasitas daya yang dibangkitkan untuk memenuhi kebutuhan pusat-pusat beban yang ada dan pengembangan suatu jaringan transmisi yang baik untuk menunjang penyaluran daya listrik dari pusat-pusat pembangkit ke pusat-pusat beban. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap keandalan sistem dan kepuasan konsumen terutama ketika terjadi kontingensi. Selain masalah-masalah di atas, masalah peminimalan modal yang harus diinvestasikan pun menjadi salah satu kriteria yang harus diperhatikan mengingat investasi dalam bidang ketenagalistrikan merupakan investasi yang mahal. Keandalan suatu sistem daya akan sangat ditentukan oleh tingkat ketahanan sistem tersebut terhadap gangguan yang mungkin terjadi. Gangguan yang terjadi ini mungkin saja berupa gangguan di bagian pembangkitan ataupun di bagian transmisi. Gangguan yang terjadi ini dapat kita katagorikan menjadi gangguan terpaksa ataupun gangguan terjadwal. Apabila dengan adanya gangguan-gangguan ini pusat-pusat beban masih dapat tersuplai dengan baik, maka hal ini menggambarkan bahwa keandalan pusat-pusat beban tersebut tinggi dan secara tidak langsung menggambarkan pula bahwa keandalan sistem pun tinggi. Peningkatan keandalan suatu sistem daya dapat dilakukan dengan penambahan kapasitas cadangan daya ataupun penambahan saluran transmisi. Hal ini akan sangat berguna terutama ketika gangguan di bagian pembangkitan dan transmisi terjadi. Semakin banyak cadangan daya dan saluran transmisi ditambahkan pada sistem maka semakin tinggi pula keandalan sistem tersebut.

2 Oleh karena itu, untuk memberikan nilai keandalan yang baik pada pusat-pusat beban pada suatu sistem maka diperlukan sejumlah investasi dalam hal penyediaan daya cadangan dan saluran tambahan. Rencana penambahan pembangkit sebagai cadangan daya ataupun penambahan saluran transmisi sebagai cadangan saluran penyuplai daya ke pusat beban haruslah diperhitungkan dengan baik terutama dalam hal penempatan dan kapasitas daya/jumlah saluran yang sesuai. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir besarnya jumlah investasi yang harus dikeluarkan. Selain masalah tingkat keandalan dan investasi, masalah operasional yang mungkin ditimbulkan sehubungan dengan besar tingkat keandalan pun perlu diperhitungkan. Hal ini dilakukan karena tingkat keandalan yang kurang baik, secara operasional akan memberatkan keuangan. Jadi, dalam konfigurasi tambahan sistem daya, perlu dipilih konfigurasi yang memiliki besar peningkatan nilai tingkat keandalan sistem yang tinggi dengan biaya investasi dan operasi yang rendah. Pada konfigurasi yang terpilih, biaya investasi penambahan komponen saluran ataupun pembangkit akan dijadikan fungsi karakteristik sistem eksisting Garver 5 bus. Besar biaya ini nantinya akan mempengaruhi seberapa besar payoff yang diperoleh sistem eksisting apabila sistem eksisting ini berkoalisi dengan pemain lain. Payoff yang diperoleh sistem eksisting nantinya dapat berupa pengurangan biaya investasi karena sebagian biaya investasi akan ditanggung oleh pemain lain. Pemain yang mungkin berkoalisi dengan sistem eksisting ini dapat berupa perusahaan pembangkitan (GENCO), perusahaan transmisi (TRANSCO), dan beban baru yang mungkin masuk ke dalam sistem. 4.2 Analisis Keandalan Sistem Garver 5 Bus Pada Tugas Akhir ini, analisis perubahan konfigurasi jaringan dalam rangka peningkatan nilai keandalan dilakukan pada sistem garver 5 bus [12]. Sistem Garver 5 Bus ini memiliki dua buah pusat pembangkit dengan lima buah pusat beban. Untuk penyederhanaan perhitungan, satu pusat pembangkit diasumsikan hanya terdiri dari satu unit pembangkit dan faktor beban (load factor)

3 diasumsikan sama dengan 1. Selain itu, untuk menganalisis nilai keandalan pusatpusat beban, kontingensi yang akan dievaluasi adalah kontingensi N-1. Pada sistem eksisting garver 5 bus, nilai keandalan pusat-pusat bebannya masih cukup rendah. Hal ini dikarenakan pada saat terjadi kontingensi N-1, pusatpusat beban tidak mendapatkan suplai daya yang cukup. Untuk mengatasi hal ini, maka tingkat keandalan pusat-pusat beban akan ditingkatkan dengan cara menambahkan pembangkit ataupun saluran transmisi yang baru. Pemilihan besarnya daya pembangkit tambahan dan tempat pemasangan saluran transmisi baru dilakukan dengan memperhatikan peningkatan nilai keandalan yang paling besar serta biaya investasi dan operasi (yang mungkin ditimbulkan sehubungan dengan besar tingkat keandalan) yang paling kecil. Gambar dan data sistem Garver 5 bus adalah sebagai berikut : Gambar 4.1 Sistem Garver Eksisting 5 Bus

4 Tabel 4.1 Data Sistem Garver Terminal Panjang R(pu) X(pu) Kapasitas (MW) Dalam rangka penentuan perencanaan penambahan komponen pada sistem dan penentuan biaya investasi dan operasinya, maka dilakukan proses pemilihan konfigurasi sistem berdasarkan algoritma tertentu. Algoritma ini digunakan dalam upaya pemilihan konfigurasi sistem yang memiliki besar peningkatan nilai tingkat keandalan sistem (penurunan nilai daya tidak tersuplai / EENS) yang tinggi dengan biaya investasi dan operasi yang rendah. Algoritma pemilihan konfigurasi sistem tersebut diperlihatkan pada gambar 4.2 Pada sistem Garver 5 bus, saluran yang dapat ditambahkan adalah saluran dengan terminal awal dan akhir seperti yang ada pada jaringan eksisting, yaitu saluran antara bus 1-2, 1-4, 1-5, 2-3, 2-4, dan 3-5. Jumlah saluran yang mungkin ditambahkan ini akan mempengaruhi jumlah kemungkinan konfigurasi yang harus dievaluasi. Pembangkit yang direncanakan akan ditambahkan pada sistem diasumsikan ditempatkan pada bus 3. Pada kenyataannya, saluran yang mungkin ditambahkan bisa saja di luar daftar saluran yang ada dan pembangkit baru yang akan dipasang bisa saja ditempatkan di bus lain. Hal ini dilakukan untuk membatasi jumlah kemungkinan konfigurasi yang harus dianalisis. Selain itu, pada Tugas Akhir ini, jumlah komponen yang mungkin dimasukan dalam suatu konfigurasi dibatasi maksimal sebuah saluran dan sebuah pembangkit.

5 Start Input data jaringan eksisting dan input data pembangkit dan saluran yang mungkin ditambahkan Pembuatan konfigurasi jaringan dan pembangkit minimal (1 saluran + 1 pembangkit) Nilai EENS seluruh titik beban = 0 pada kontingensi N-1?atau membayar biaya EENS? TIDAK YA Hitung biaya investasi dan operasi keandalan Hitung perbandingan antara nilai tingkat keandalan sistem dengan biaya investasi dan operasi keandalan Didapat nilai perbandingan terkecil? TIDAK YA Tetapkan perubahan konfigurasi End Gambar 4.2 Algoritma Pemilihan Konfigurasi Sistem

6 4.3 Perubahan Konfigurasi Sistem Garver 5 Bus Dari data-data pada bagian 4.2, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pembuatan konfigurasi jaringan dan pembangkit yang mungkin ditambahkan dengan persyaratan nilai EENS seluruh titik beban sama dengan 0 atau apabila hal itu tidak tercapai, maka sistem diangap bersedia menanggung biaya EENS yang ada. Biaya EENS yang muncul pada suatu konfigurasi diasumsikan dapat diuangkan dengan nilai konversi 1 MWh sebesar 1 $. Hal yang perlu diketahui adalah bahwa semakin kecil nilai EENS, hal ini menunjukan bahwa keandalan titik beban semakin baik karena besarnya daya yang tidak tersuplai ke pusat beban semakin kecil pula. Nilai EENS seluruh pusat beban didapatkan dengan cara perhitungan indeks titik beban seperti dicontohkan pada Bab III. Analisis aliran daya pada kondisi normal dan kondisi kontingensi N-1 dilakukan dengan menggunakan software PowerWorld. Dari hasil simulasi pada software PowerWorld ini, didapatkan karakteristik keandalan konfigurasi-konfigurasi sistem seperti yang terlihat pada tabel Untuk mendapatkan nilai EENS di setiap pusat beban, data keandalan komponen pembangkit dan saluran transmisi yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Data Karakteristik Pembangkit Data Karakteristik Pembangkit Nilai Keterangan Data Karakteristik Pembangkit di Bus 1 Failure Rate λ (f/year) : 1,1 Untuk Tipe Pembangkit Termal Generation Capacity (MW) 150 Daya Keluaran Pembangkit Repair Rate / Unit µ (r/year) : jam / perbaikan Data Karakteristik Pembangkit di Bus 3 Failure Rate λ (f/year) : 1,1 Untuk Tipe Pembangkit Termal Generation Capacity (MW) 120 Daya Keluaran Pembangkit Repair Rate / Unit µ (r/year) : jam / perbaikan Data Karakteristik Pembangkit Tambahan di Bus Failure Rate λ (f/year) : 1,1 Untuk Tipe Pembangkit Termal Generation Capacity (MW) x Tergantung Konfigurasi Sistem Repair Rate / Unit µ (r/year) : jam / perbaikan

7 Tabel 4.3 Data Karakteristik Saluran Transmisi Data Karakteristik Saluran Transmisi Nilai Data Karakteristik Saluran Transmisi Line 2-3 (L1) Failure Rate λ (f/year) : 1 Length (miles) : 20 Failure Rate (f/year/mile) : 0,05 Expected Repair Duration (huors) : 10 Repair Rate / Unit µ (r/day) : 2,4 Repair Rate / Unit µ (r/year) : 876 Number of Lines : 1 Data Karakteristik Saluran Transmisi Line 2-4 (L2) Failure Rate λ (f/year) : 2 Length (miles) : 40 Failure Rate (f/year/mile) : 0,05 Expected Repair Duration (huors) : 10 Repair Rate / Unit µ (r/day) : 2,4 Repair Rate / Unit µ (r/year) : 876 Number of Lines : 1 Data Karakteristik Saluran Transmisi Line 1-4 (L3) Failure Rate λ (f/year) : 3 Length (miles) : 60 Failure Rate (f/year/mile) : 0,05 Expected Repair Duration (huors) : 10 Repair Rate / Unit µ (r/day) : 2,4 Repair Rate / Unit µ (r/year) : 876 Number of Lines : 1 Data Karakteristik Saluran Transmisi Line 1-2 (L4) Failure Rate λ (f/year) : 2 Length (miles) : 40 Failure Rate (f/year/mile) : 0,05 Expected Repair Duration (huors) : 10 Repair Rate / Unit µ (r/day) : 2,4 Repair Rate / Unit µ (r/year) : 876 Number of Lines : 1 Data Karakteristik Saluran Transmisi Line 3-5 (L5) Failure Rate λ (f/year) : 1 Length (miles) : 20 Failure Rate (f/year/mile) : 0,05 Expected Repair Duration (huors) : 10 Repair Rate / Unit µ (r/day) : 2,4 Repair Rate / Unit µ (r/year) : 876 Number of Lines : 1 Data Karakteristik Saluran Transmisi Line 1-5 (L6) Failure Rate λ (f/year) : 1 Length (miles) : 20 Failure Rate (f/year/mile) : 0,05 Expected Repair Duration (huors) : 10 Repair Rate / Unit µ (r/day) : 2,4 Repair Rate / Unit µ (r/year) : 876

8 Number of Lines : 1 Tabel 4.4 Availability dan Unavailability Komponen Komponen Availability Unavailability Pembangkit di Bus 1 0, , Pembangkit di Bus 3 0, , Pembangkit Tambahan di Bus 3 0, , Saluran Line 2-3 (L1) 0, , Saluran Line 2-4 (L2) 0, , Saluran Line 1-4 (L3) 0, , Saluran Line 1-2 (L4) 0, , Saluran Line 3-5 (L5) 0, , Saluran Line 1-5 (L6) 0, , Tabel 4.5 Probabilitas State Permbangkit State Units Down Probability Departure Rate (occ/year) 1 0G1,0G3 0, ,2 2 1G1,0G3 0, ,1 3 0G1,1G3 0, ,1 Tabel 4.6 Probabilitas State Saluran Transmisi State Lines Out Probability Departure Rate (occ/year) 1 0 0, , , , , , , Tabel 4.7 Data Beban Puncak Beban Nilai Peak Load 1 (MW) 20 Peak Load 2 (MW) 60 Peak Load 3 (MW) 10 Peak Load 4 (MW) 40 Peak Load 5 (MW) 60

9 Untuk mendapatkan nilai L Kj (kekurangan daya pada bus K untuk mengatasi overload saluran / berkurangnya suplai daya ketika terjadi kontigensi j atau tidak tersuplainya beban pada suatu bus K yang terisolasi karena terjadinya kontingensi j ), manajemen Load Shadding (ketika terjadi suatu kontingensi) dilakukan dengan cara menurunkan besar daya beban yang letaknya paling jauh dari pusat pembangkit. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pembagian daya bagi pusat-pusat beban pada saat terjadi kontingensi dan untuk meminimalkan rugi-rugi saluran sehingga diperoleh perkiraan nilai EENS sistem yang minimal. Selain itu, pada kasus Sistem Garver yang akan dianalisis pada Tugas Akhir ini diasumsikan besar rugi-rugi saluran untuk mengatasi kekurangan daya pada pusat beban ketika terjadi kontingensi dirata-ratakan sebesar 2 MW. Untuk melakukan perbandingan antara sistem Garver sebelum dan setelah keandalannya ditingkatkan, maka nilai EENS awal sistem eksisting Garver dicari terlebih dahulu. Dari data-data di atas, diperoleh nilai EENS titik-titik (pusat-pusat) beban pada sistem eksisting Garver 5 bus sebagai berikut :

10 Tabel 4.8 Nilai EENS pada Bus 1 Tabel 4.9 Nilai EENS pada Bus 2

11 Tabel 4.10 Nilai EENS pada Bus 3 Tabel 4.11 Nilai EENS pada Bus 4

12 Tabel 4.12 Nilai EENS pada Bus 5 Tabel 4.13 Nilai EENS Total Sistem Garver Eksisting 5 Bus EENS (MWh/tahun) TOTAL 16465

13 Pada konfigurasi sistem eksisting Garver 5 Bus dapat dilihat bahwa nilai EENS keseluruhan pusat beban (pada kontingensi N-1) masih cukup tinggi yaitu sebesar 16465,48539 MWh. Jika nilai ini diuangkan dengan konversi 1 KWh = 1$, maka biaya yang harus ditanggung oleh keseluruhan sistem eksisting adalah sebesar : Biaya EENS Sistem Eksisting = (16465,48539) MWh (1000 KW/MW) 1$/KWh = ,39 $ Jadi, untuk mengatasi EENS yang muncul (agar EENS berubah dari 16465,48539 MWh menjadi 0 MWh) pada sistem eksisting Garver 5 Bus, sistem tersebut harus menyediakan biaya kerugian EENS sebesar ,39 $. Nilai perbandingan antara perubahan penurunan nilai EENS terhadap biaya yang harus dikeluarkan adalah : Perubahan Nilai EENS ,48539 MWh = = MWh/$ Biaya ( ,39) $ Nilai di atas menggambarkan bahwa untuk menurunkan nilai EENS sebesar MWh, sistem eksisting Garver 5 bus harus mengeluarkan uang sejumlah 1 $. Nilai perbandingan ini nantinya akan dibandingkan dengan nilai konfigurasi-konfigurasi lain setelah ditambahkan pembangkit atau saluran tambahan. Konfigurasi dengan nilai perbandingan yang paling besar menunjukan efisiensi keuangan yang paling besar pula. Oleh karena itu, konfigurasi ini akan dipilih sebagai konfigurasi terbaik. Biaya yang dikeluarkan oleh sistem untuk membuat konfigurasi terbaik ini (biaya investasi pembuatan pembangkit atau saluran tambahan) nantinya akan dijadikan nilai fungsi karakteristik sistem eksisting Garver 5 bus dalam proses pembentukan koalisi dengan GENCO, TRANSCO, dan beban baru. Data biaya investasi untuk setiap komponen pembangkit atau saluran transmisi yang mungkin ditambahkan ke dalam sistem adalah sebagai berikut :

14 Tabel 4.14 Data Biaya Investasi Komponen Pembangkit dan Saluran KOMPONEN NILAI KET BUNGA BANK 0,0285 ADB UMUR PERALATAN 20 THN BIAYA INVESTASI PEMBANGKIT BATU BARA PER KWH 1000 $ BIAYA INVESTASI PEMBANGKIT BATU BARA 1 MW $ BIAYA INVESTASI PEMBANGKIT DIESEL PER KWH 600 $ BIAYA INVESTASI PEMBANGKIT DIESEL 1 MW $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI PER KM $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI PER MIL ,77271 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 1 (LINE 1, 2-3) ,454 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 2 (LINE 2, 2-4) ,908 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 3 (LINE 3, 1-4) ,363 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 4 (LINE 4, 1-2) ,908 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 5 (LINE 5, 3-5) ,454 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 6 (LINE 6, 1-5) ,454 $ KETERANGAN BIAYA INVESTASI ANNUAL BIAYA INVESTASI PEMBANGKIT 1 MW ,30552 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI PER KM 3.579, $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI PER MIL 5.760, $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 1 (LINE 1, 2-3) ,3534 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 2 (LINE 2, 2-4) ,7068 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 3 (LINE 3, 1-4) ,0601 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 4 (LINE 4, 1-2) ,7068 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 5 (LINE 5, 3-5) ,3534 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 6 (LINE 6, 1-5) ,3534 $ Nilai perbandingan perubahan penurunan nilai EENS terhadap biaya yang harus dikeluarkan oleh setiap konfigurasi (dengan tambahan pembangkit dan saluran baru) diperlihatkan pada tabel Pada perhitungan nilai EENS tersebut, besar dari pembangkit tambahan yang ada pada setiap konfigurasi berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan kapasitas jaringan transmisi pada setiap konfigurasi dan analisis kontingensi N-1 pada pusat-pusat beban yang ada. Contoh perhitungan besar daya pembangkit cadangan adalah sebagai berikut : Pada kasus konfigurasi eksisting dan generator 73 MW, generator 73 MW merupakan generator cadangan di bus 3 yang dipergunakan sistem

15 ketika terjadi kontingensi. Pada saat terjadi kontingensi keluarnya generator 150 MW di bus 1 maka suplai cadangan daya pada generator cadangan di bus 3 diaktifkan. Akan tetapi, ketika generator cadangan ini masuk ke sistem, ternyata terjadi overload di saluran 1 (antara bus 2 dan bus 3) sebesar 101 %. Selain itu, tegangan di bus 4 turun dari 0.95 p.u menjadi 0.88 pu (kurang dari 0.9 p.u) dan hal ini tidak diizinkan karena menggambarkan kualitas tegangan yang kurang baik. Untuk mengatasi hal ini, daya beban di bus 4 diturunkan sebesar 7 MW, sehingga daya yang masih bisa tersuplai ke bus 4 adalah 33 MW (kurang dari 40 MW yang merupakan daya beban puncak dari bus 4). Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa masalah bus 4 yang tegangannya menurun sebaiknya diatasi dengan penurunan daya beban di bus tersebut. Selain itu, bus 4 secara jarak merupakan bus yang paling jauh dari bus sumber pembangkitan, yaitu bus 3, sehingga pada saat kontingensi keluarnya pembangkit di bus 1 terjadi, untuk mengurangi rugi-rugi saluran agar mendapatkan nilai keluaran pembangkit cadangan yang paling kecil, maka bus yang paling jauh dari sumber pembangkitlah (bus 4) yang daya bebannya diturunkan. Setelah dilakukan pengurangan daya pada bus 4, terlihat bahwa daya yang disuplai oleh generator cadangan di bus 3 adalah sebesar 73 MW dan overload saluran ataupun under voltage sudah tidak ada lagi.. Dari hasil evaluasi ini maka dapat diasumsikan bahwa daya keluaran generator cadangan yang optimal yaitu sebesar 73 MW. Analisis kontingensi seperti di atas dilakukan pula pada konfigurasikonfigurasi perubahan sistem Garver yang lain.

16 Tabel 4.15 Analisis Konfigurasi Perubahan Sistem Garver Eksisting 5 Bus NILAI SATUAN TOTAL EENS MWh PERUBAHAN ( ) EENS MWh BIAYA INVESTASI $ BIAYA EENS $ TOTAL BIAYA $ EENS/TOTAL BIAYA MWh/$ KONFIGURASI EKSISTING DAN GENERATOR 73 MW DI 3 EENS (MWH) , TOTAL EENS 1.122, PERUBAHAN ( ) EENS ,48903 BIAYA INVESTASI ,303 BIAYA EENS ,356 TOTAL BIAYA ,659 EENS/TOTAL BIAYA 0, KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 1 BARU EENS (MWH) , , , , TOTAL EENS ,1978 PERUBAHAN ( ) EENS 145, BIAYA INVESTASI ,3534 BIAYA EENS ,8 TOTAL BIAYA ,16 EENS/TOTAL BIAYA 0, KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 2 BARU EENS (MWH) , , , , TOTAL EENS ,97859

17 PERUBAHAN ( ) EENS 37, BIAYA INVESTASI ,7068 BIAYA EENS ,59 TOTAL BIAYA ,29 EENS/TOTAL BIAYA 0, KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 3 BARU EENS (MWH) , , , , TOTAL EENS ,28919 PERUBAHAN ( ) EENS 56, BIAYA INVESTASI ,0601 BIAYA EENS ,19 TOTAL BIAYA ,25 EENS/TOTAL BIAYA 0, KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 4 BARU EENS (MWH) , , , , TOTAL EENS ,60952 PERUBAHAN ( ) EENS 163, BIAYA INVESTASI ,7068 BIAYA EENS ,52 TOTAL BIAYA ,23 EENS/TOTAL BIAYA 0, KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 5 BARU EENS (MWH) , , , , TOTAL EENS ,19744 PERUBAHAN ( ) EENS 145, BIAYA INVESTASI ,3534 BIAYA EENS ,44

18 TOTAL BIAYA ,8 EENS/TOTAL BIAYA 0, KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 6 BARU EENS (MWH) , , , , TOTAL EENS ,19744 PERUBAHAN ( ) EENS 145, BIAYA INVESTASI ,3534 BIAYA EENS ,44 TOTAL BIAYA ,8 EENS/TOTAL BIAYA 0, KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 77,8 MW DAN LINE 1 BARU EENS (MWH) TOTAL EENS 0 PERUBAHAN ( ) EENS ,48539 BIAYA INVESTASI ,923 BIAYA EENS 0 TOTAL BIAYA ,923 EENS/TOTAL BIAYA 0, KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 76 MW DAN LINE 2 BARU EENS (MWH) , TOTAL EENS 746, PERUBAHAN ( ) EENS ,52653 BIAYA INVESTASI ,926 BIAYA EENS ,8519 TOTAL BIAYA ,778 EENS/TOTAL BIAYA 0,

19 KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 78,8 MW DAN LINE 3 BARU EENS (MWH) , TOTAL EENS 497, PERUBAHAN ( ) EENS ,07934 BIAYA INVESTASI ,935 BIAYA EENS ,0463 TOTAL BIAYA ,981 EENS/TOTAL BIAYA 0, KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 73 MW DAN LINE 4 BARU EENS (MWH) , TOTAL EENS 1.120, PERUBAHAN ( ) EENS ,04711 BIAYA INVESTASI ,009 BIAYA EENS ,278 TOTAL BIAYA ,287 EENS/TOTAL BIAYA 0, KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 78,6 MW DAN LINE 5 BARU EENS (MWH) TOTAL EENS 0 PERUBAHAN ( ) EENS ,48539 BIAYA INVESTASI ,967 BIAYA EENS 0 TOTAL BIAYA ,967 EENS/TOTAL BIAYA 0,

20 KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 76,3 MW DAN LINE 6 BARU EENS (MWH) , TOTAL EENS 747, PERUBAHAN ( ) EENS ,67481 BIAYA INVESTASI ,964 BIAYA EENS ,5724 TOTAL BIAYA ,537 EENS/TOTAL BIAYA 0, Dari perhitungan nilai perbandingan antara perubahan penurunan nilai EENS terhadap biaya yang harus dikeluarkan sistem di atas, didapatkan data sebagai berikut : Tabel 4.16 Nilai EENS/TOTAL BIAYA Untuk Setiap Konfigurasi Konfigurasi EENS/TOTAL BIAYA SISTEM EKSISTING KONFIGURASI EKSISTING DAN GENERATOR 73 MW DI 0, KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 1 BARU 0, KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 2 BARU 0, KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 3 BARU 0, KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 4 BARU 0, KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 5 BARU 0, KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 6 BARU 0, KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 77,8 MW DAN 0, LINE 1 BARU KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 76 MW DAN LINE 0, BARU KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 78,8 MW DAN 0, LINE 3 BARU KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 73 MW DAN LINE 0, BARU KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 78,6 MW DAN 0, LINE 5 BARU KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 76,3 MW DAN 0, LINE 6 BARU

21 Dari tabel di atas, terlihat bahwa konfigurasi sistem yang memiliki nilai EENS/TOTAL BIAYA terbesar adalah konfigurasi antara sistem eksisting Garver ditambah dengan generator 77,8 MW dan saluran transmisi 1 (antara bus 2 dan bus 3). Oleh karena itu konfigurasi yang dipilih sebagai konfigurasi yang paling baik adalah konfigurasi ini. Besar biaya investasi dari konfigurasi yang terpilih ini nantinya akan dijadikan nilai fungsi karakteristik sistem eksisting Garver ketika sistem eksisting Garver ini berkoalisi dengan pemain lain (GENCO, TRANSCO, dan beban baru). Analisis mengenai koalisi ini lebih jauh dibahas pada Bab V.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan suatu sistem transmisi listrik perlu diperhatikan masalah ketersediaan kapasitas daya yang dibangkitkan untuk memenuhi kebutuhan pusat-pusat beban

Lebih terperinci

BAB III KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Keandalan Sistem Tenaga Listrik Semua pelanggan energi listrik pastinya menginginkan agar pasokan listrik yang mereka terima sesuai dengan kebutuhan dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB V APLIKASI PEMBENTUKAN KOALISI DAN ALOKASI BIAYA INVESTASI DAN OPERASI UNTUK PENINGKATAN KEANDALAN TITIK BEBAN

BAB V APLIKASI PEMBENTUKAN KOALISI DAN ALOKASI BIAYA INVESTASI DAN OPERASI UNTUK PENINGKATAN KEANDALAN TITIK BEBAN BAB V APLIKASI PEMBENTUKAN KOALISI DAN ALOKASI BIAYA INVESTASI DAN OPERASI UNTUK PENINGKATAN KEANDALAN TITIK BEBAN 5.1 Latar Belakang Pembentukan Koalisi Dalam suatu permainan, seorang pemain akan berusaha

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( X Print) B 1

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( X Print) B 1 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) B 1 Penilaian Keandalan Sistem Tenaga Listrik Jawa Bagian Timur Dan Bali Menggunakan Formula Analitis Deduksi Dan Sensitivitas Analitis

Lebih terperinci

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG 2007-2016 Dari keterangan pada bab sebelumnya, dapat dilihat keterkaitan antara kapasitas terpasang sistem pembangkit dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan tenaga listrik dari tahun ke tahun terus meningkat. Saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan tenaga listrik dari tahun ke tahun terus meningkat. Saat ini, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebutuhan akan tenaga listrik dari tahun ke tahun terus meningkat. Saat ini, listrik tidak hanya digunakan untuk penerangan saja, tapi sudah menjadi bagian

Lebih terperinci

Studi Keandalan Sistem Kelistrikan Hingga Level Beban Tegangan Menengah di PT.Pupuk Kalimantan Timur Nama : Prita Lukitasari NRP :

Studi Keandalan Sistem Kelistrikan Hingga Level Beban Tegangan Menengah di PT.Pupuk Kalimantan Timur Nama : Prita Lukitasari NRP : Presentasi Seminar Tugas Akhir (Genap 2011) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS Studi Keandalan Sistem Kelistrikan Hingga Level Beban Tegangan Menengah di PT.Pupuk Kalimantan Timur Nama : Prita

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Waktu pengerjaan tugas akhir ini dimulai pada bulan Januari 2015, tempat

III. METODE PENELITIAN. Waktu pengerjaan tugas akhir ini dimulai pada bulan Januari 2015, tempat III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Waktu pengerjaan tugas akhir ini dimulai pada bulan Januari 2015, tempat dilakukannya tugas akhir ini di Laboratorium Sistem Tenaga (STE) Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Studi Keandalan Ketersediaan Daya Pembangkit Listrik pada Jaringan Daerah X

Studi Keandalan Ketersediaan Daya Pembangkit Listrik pada Jaringan Daerah X Jurnal ELKOMIKA Vol. 5 No. 1 Halaman 93-105 ISSN (p): 2338-8323 Januari - Juni 2017 ISSN (e): 2459-9638 Studi Keandalan Ketersediaan Daya Pembangkit Listrik pada Jaringan Daerah X SYAHRIAL, KANIA SAWITRI,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Keandalan dan Gangguan Sistem Tenaga Listrik

BAB II TEORI DASAR 2.1 Keandalan dan Gangguan Sistem Tenaga Listrik BAB II TEORI DASAR 2.1 Keandalan dan Gangguan Sistem Tenaga Listrik Tujuan dari sistem tenaga listrik adalah untuk membangkitkan energi listrik lalu kemudian mentransmisikan dan mendistribusikannya ke

Lebih terperinci

Bab VI Analisis dan Studi Kasus

Bab VI Analisis dan Studi Kasus Bab VI Analisis dan Studi Kasus Studi kasus yang dilakukan dalam tesis ini dilakukan pada sistem delapan bus dengan dua generator dan sistem sembilan bus dengan tiga generator sesuai dengan sistem percobaan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1 1. BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas garis besar penelitian yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan penelitian.

Lebih terperinci

LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya)

LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya) BIAStatistics (2015) Vol. 9, No. 2, hal. 7-12 LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya) Yulius Indhra Kurniawan

Lebih terperinci

ALOKASI BIAYA INVESTASI DAN OPERASI UNTUK PENINGKATAN KEANDALAN TITIK BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN TEORI PERMAINAN KOOPERATIF

ALOKASI BIAYA INVESTASI DAN OPERASI UNTUK PENINGKATAN KEANDALAN TITIK BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN TEORI PERMAINAN KOOPERATIF ALOKASI BIAYA INVESTASI DAN OPERASI UNTUK PENINGKATAN KEANDALAN TITIK BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN TEORI PERMAINAN KOOPERATIF LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya)

LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya) LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya) Yulius Indhra Kurniawan, Anindya Apriliyanti P Indonesia Power UBP Suralaya,

Lebih terperinci

ANALISIS KEANDALAN KOMPOSIT PEMBANGKIT DAN TRANSMISI (KONTINGENSI N-2) SISTEM TENAGA LISTRIK

ANALISIS KEANDALAN KOMPOSIT PEMBANGKIT DAN TRANSMISI (KONTINGENSI N-2) SISTEM TENAGA LISTRIK ANALSS KEANDALAN KOMPOST PEMBANGKT DAN TRANSMS (KONTNGENS N-2) SSTEM TENAGA LSTRK Nandi Wardhana *) Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDP Tembalang,

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Pembangkit Dengan Metoda Waktu dan Frekuensi di PT Djarum Kudus Krapyak C. Disusun Oleh : Nama : Yudha Haris NIM : L2F

Analisis Keandalan Pembangkit Dengan Metoda Waktu dan Frekuensi di PT Djarum Kudus Krapyak C. Disusun Oleh : Nama : Yudha Haris NIM : L2F Analisis Keandalan Pembangkit Dengan Metoda Waktu dan Frekuensi di PT Djarum Kudus Krapyak C Disusun Oleh : Nama : Yudha Haris NIM : L2F 36 59 I. Latar Belakang Gambar 1. Diagram Satu Garis Instalasi Tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah kehidupan. Energi listrik merupakan energi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah kehidupan. Energi listrik merupakan energi yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didalam dunia yang sedang berkembang, energi listrik merupakan aspek sangat penting dalam sebuah kehidupan. Energi listrik merupakan energi yang sangat berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk keperluan penyediaan tenaga listrik bagi pelanggan, diperlukan berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu sama lain mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berdasarkan data PLN APB Jawa Barat tahun 2014, subsistem Cirata 150 kv disuplai oleh dua unit IBT 500 MVA pada tegangan 500/150 kv di Gardu Induk Tegangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Salah satu kebutuhan energi yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah operasi sistem

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah operasi sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah operasi sistem tenaga listrik. Operasi sistem tenaga listrik mencakup tentang bagaimana daya listrik dibangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesia. Menipisnya bahan bakar fosil sebagai sumber energi, sistem

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesia. Menipisnya bahan bakar fosil sebagai sumber energi, sistem BAB I 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Keterbatasan energi merupakan masalah umum di berbagai negara, tidak terkecuali di Indonesia. Menipisnya bahan bakar fosil sebagai sumber energi, sistem tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi manusia untuk menjalankan aktivitasnya. Kebutuhan akan tenaga listrik

BAB I PENDAHULUAN. bagi manusia untuk menjalankan aktivitasnya. Kebutuhan akan tenaga listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini, listrik menjadi sumber energi yang sangat penting bagi manusia untuk menjalankan aktivitasnya. Kebutuhan akan tenaga listrik meliputi rumah tangga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Permintaan energi listrik di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup pesat dan berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penambahan unit pembangkit. (Zein dkk, 2008), (Subekti dkk, 2008) meneliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penambahan unit pembangkit. (Zein dkk, 2008), (Subekti dkk, 2008) meneliti BAB II TINJAUAN PUSTAKA Banyak penelitian telah dilakukan mengenai keandalan sistem tenaga listrik. Perkiraan beban mendapat perhatian yang cukup besar terutama guna perencanaan penambahan unit pembangkit.

Lebih terperinci

Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong

Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong 1 Yulianto Mariang, L. S. Patras, ST.,MT, M. Tuegeh, ST.,MT, Ir. H. Tumaliang, MT Jurusan Teknik Elektro-FT, UNSRAT, Manado-95115, Email: jliant_0mariang@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

STUDI KEANDALAN KETERSEDIAAN DAYA PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PT PLN SISTEM SULSELBAR TAHUN

STUDI KEANDALAN KETERSEDIAAN DAYA PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PT PLN SISTEM SULSELBAR TAHUN STUDI KEANDALAN KETERSEDIAAN DAYA PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PT PLN SISTEM SULSELBAR TAHUN 2010-2020 Indar Chaerah Gunadin 1*, Zaenab Muslimin 2, Ikzan 3, Edy Sudrajat 4 Universitas Hasanuddin 1,2,3,4

Lebih terperinci

ANALISIS KEANDALAN SISTEM 150 KV DI WILAYAH JAWA TIMUR

ANALISIS KEANDALAN SISTEM 150 KV DI WILAYAH JAWA TIMUR ANALISIS KEANDALAN SISTEM 150 KV DI WILAYAH JAWA TIMUR Ridwan Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111, Email : ridwan_elect@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan penyediaan energi listrik sebagai sarana penunjang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan penyediaan energi listrik sebagai sarana penunjang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan penyediaan energi listrik sebagai sarana penunjang pembangunan akan meningkat seiring dengan perkembangan industri dan kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi listrik di masyarakat kian meningkat seiring dengan meningkatnya pemanfaatan energi listrik pada seluruh aspek kehidupan manusia. Energi listrik merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Pustaka Semakin pesatnya pertumbuhan suatu wilayah menuntut adanya jaminan ketersediaannya energi listrik serta perbaikan kualitas dari energi listrik, menuntut para

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. energi yang memproduksi minyak bumi dan produksi sampingan berupa gas alam

1 BAB I PENDAHULUAN. energi yang memproduksi minyak bumi dan produksi sampingan berupa gas alam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem tenaga listrik merupakan faktor utama yang mendukung sistem produksi dari perusahaan industri, terutama pada industri besar di Indonesia. Khususnya pada perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan penghematan disegala bidang. Selaras dengan laju

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan penghematan disegala bidang. Selaras dengan laju 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini Indonesia khususnya sedang melaksanakan pembangunan dan penghematan disegala bidang. Selaras dengan laju pertumbuhan pembangunan,

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. waktu. Semakin hari kebutuhan listrik akan semakin bertambah. Sistem tenaga listrik

1 BAB I PENDAHULUAN. waktu. Semakin hari kebutuhan listrik akan semakin bertambah. Sistem tenaga listrik 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Sistem tenaga listrik merupakan sistem yang selalu berubah seiring berjalannya waktu. Semakin hari kebutuhan listrik akan semakin bertambah. Sistem tenaga listrik

Lebih terperinci

Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali

Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali T Ar Rizqi Aulia 1, I Made Ardita Y 2 Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia, Depok 16424 Tel: (021)

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYALURAN DAYA PLTM SALIDO KE JARINGAN DISTRIBUSI PLN

OPTIMASI PENYALURAN DAYA PLTM SALIDO KE JARINGAN DISTRIBUSI PLN OPTIMASI PENYALURAN DAYA PLTM SALIDO KE JARINGAN DISTRIBUSI PLN Adrianti 1) Refdinal Nazir 1) Fajri Hakim 2) 1) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang email: adrianti@ft.unand.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat, baik pada sektor rumah tangga, penerangan,

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat, baik pada sektor rumah tangga, penerangan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik semakin meningkat seiring perkembangan kemajuan teknologi dan pembangunan. Penggunaan listrik merupakan faktor yang penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

Kata kunci Kabel Laut; Aliran Daya; Susut Energi; Tingkat Keamanan Suplai. ISBN: Universitas Udayana

Kata kunci Kabel Laut; Aliran Daya; Susut Energi; Tingkat Keamanan Suplai. ISBN: Universitas Udayana Efek Beroperasinya Kabel Laut Bali Nusa Lembongan Terhadap Sistem Kelistrikan Tiga Nusa Yohanes Made Arie Prawira, Ida Ayu Dwi Giriantari, I Wayan Sukerayasa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik pada abad ini sudah merupakan kebutuhan primer yang tidak bisa tergantikan. Karena pentingnya listrik ini, sistem yang menyuplai dan mengalirkan listrik ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Sistem Tenaga listrik di Indonesia tersebar dibeberapa tempat, maka dalam penyaluran tenaga listrik dari tempat yang dibangkitkan sampai ke tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan dengan listrik. Tenaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS Dalam merencanakan membangun pembangkit untuk mendapatkan tingkat keandalan yang diinginkan, maka kita perlu tahu berapa besar kapasitas yang perlu dipasang dan kapan pemasangannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak awal listrik ditemukan sudah memiliki nilai manfaat yang tinggi baik untuk keperluan residen ataupun industri. Listrik merupakan faktor penunjang yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi dari penelitian ini bertempat di PT.PLN (PERSERO) Area Pengaturan Beban (APB) Jawa Barat yang beralamat di Jln. Mochamad Toha KM 4 Komplek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk menunjang kehidupan manusia sekarang ini. Di era globalisasi sekarang ini

I. PENDAHULUAN. untuk menunjang kehidupan manusia sekarang ini. Di era globalisasi sekarang ini I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia sekarang ini. Di era globalisasi sekarang ini tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Gambar 4.1 Lokasi PT. Indonesia Power PLTP Kamojang Sumber: Google Map Pada gambar 4.1 merupakan lokasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Kamojang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya aktivitas operasional produksi di suatu industri eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi menyebabkan peningkatan kebutuhan daya listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan juga dapat berpengaruh pada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan juga dapat berpengaruh pada peningkatan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didalam dunia yang berkembang saat ini, energi listrik merupakan aspek yang sangat penting dalam sebuah kehidupan. Energi listrik merupakan energi yang sangat berperan

Lebih terperinci

Dielektrika, ISSN Vol. 3, No. 2 : , Agustus 2016

Dielektrika, ISSN Vol. 3, No. 2 : , Agustus 2016 Dielektrika, ISSN 2086-9487 95 Vol. 3, No. 2 : 95-104, Agustus 2016 ANALISIS KONTINGENSI TERHADAP UNJUK KERJA DAN KEANDALAN KOMPOSIT PEMBANGKIT DAN TRANSMISI PADA SISTEM KELISTRIKAN LOMBOK Contingency

Lebih terperinci

PERBAIKAN KEANDALAN SISTEM MELALUI PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION

PERBAIKAN KEANDALAN SISTEM MELALUI PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION PERBAIKAN KEANDALAN SISTEM MELALUI PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION Wahri Sunanda 1 1) Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Bangka Belitung Email: wahrisunanda@ubb.ac.id Abstract - The reliability

Lebih terperinci

Studi Dampak Pemeliharaan Sistem Pembangkit Terhadap Keandalan Sistem Tenaga Listrik di PT. Petrokimia Gresik

Studi Dampak Pemeliharaan Sistem Pembangkit Terhadap Keandalan Sistem Tenaga Listrik di PT. Petrokimia Gresik Studi Dampak Pemeliharaan Sistem Pembangkit Terhadap Keandalan Sistem Tenaga Listrik di PT. Petrokimia Gresik Paramita Dynaputri, Ontoseno Penangsang, I.G.N. Satriyadi Hernanda Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tegangan tiap bus, perubahan rugi-rugi daya pada masing-masing saluran dan indeks kestabilan tegangan yang terjadi dari suatu

Lebih terperinci

ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN

ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN 2008-2017 Massus Subekti 1), Uno Bintang Sudibyo 2), I Made Ardit 3) Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (216) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) A121 Studi Analisa Stabilitas Transien Sistem Jawa-Madura-Bali (Jamali) 5kV Setelah Masuknya Pembangkit Paiton MW Pada Tahun 221

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tegangan tiap bus, perubahan rugi-rugi daya pada masing-masing saluran dan indeks kestabilan tegangan yang terjadi dari suatu

Lebih terperinci

KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK AGUS R UTOMO DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA JAKARTA 1. PENGERTIAN DASAR Keandalan adalah kemungkinan suatu komponen atau suatu sistem menjalankan fungsinya

Lebih terperinci

Keandalan dan kualitas listrik

Keandalan dan kualitas listrik Keandalan dan kualitas listrik Disadur dari tulisan: Hanif Guntoro dan Parlindungan Doloksaribu Pentingnya Keandalan dan Kualitas Listrik Pemadaman listrik yang terlalu sering dengan waktu padam yang lama

Lebih terperinci

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi - STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA AMPAS TEBU (DAN PERBANDINGAN DENGAN BATU BARA) SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP 1X3 MW DI ASEMBAGUS, KABUPATEN SITUBONDO (STUDI KASUS PABRIK GULA ASEMBAGUS)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. IEEE 30 bus yang telah dimodifikasi. Sistem IEEE 30 bus ini terdiri 30 bus,

BAB IV HASIL DAN ANALISA. IEEE 30 bus yang telah dimodifikasi. Sistem IEEE 30 bus ini terdiri 30 bus, BAB IV HASIL DAN ANALISA Pada penelitian ini metode RCF ( Reactive Contribution Factor ) dan LSF ( Loss Sensitivity Factor ) akan diujikan pada sebuah test sistem IEEE 30 yang telah dimodifikasi. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reasonable, karena kekurangan pasokan daya tentu paling tepat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. reasonable, karena kekurangan pasokan daya tentu paling tepat diatasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada beberapa persoalan pelik yang sekarang ini dihadapi sistem kelistrikan di Indonesia. Persoalan kekurangan pasokan daya listrik merupakan salah satu persoalan

Lebih terperinci

PENGATURAN SLACK BUS DALAM MENGOPTIMALKAN ALIRAN DAYA PADA KASUS IEEE 30 BUS MENGGUNAKAN METODE NEWTON-RAPHSON PADA APLIKASI MATLAB 7.

PENGATURAN SLACK BUS DALAM MENGOPTIMALKAN ALIRAN DAYA PADA KASUS IEEE 30 BUS MENGGUNAKAN METODE NEWTON-RAPHSON PADA APLIKASI MATLAB 7. PENGATURAN SLACK BUS DALAM MENGOPTIMALKAN ALIRAN DAYA PADA KASUS IEEE 30 BUS MENGGUNAKAN METODE NEWTON-RAPHSON PADA APLIKASI MATLAB 7.0 Muhamad Rizki Fauzi 1, Sabhan Kanata 2, dan Zulkifli, ST 3 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya daya listrik, hampir semua peralatan kebutuhan sehari-hari membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. adanya daya listrik, hampir semua peralatan kebutuhan sehari-hari membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia teknologi baik di bidang industri, usaha, maupun rumah tangga yang mana semua kebutuhan tersebut membutuhkan adanya daya listrik, hampir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta dalam pengembangan berbagai sektor ekonomi. Dalam kenyataan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. serta dalam pengembangan berbagai sektor ekonomi. Dalam kenyataan ekonomi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Daya listrik memberikan peran sangat penting dalam kehidupan masyarakat serta dalam pengembangan berbagai sektor ekonomi. Dalam kenyataan ekonomi modren sangat tergantung

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung dimulai pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung dimulai pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung dimulai pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. 4.1 Single Line Sistem Jaringan Transmisi 150 kv GI Industri GI

BAB IV ANALISIS DATA. 4.1 Single Line Sistem Jaringan Transmisi 150 kv GI Industri GI BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Single Line Sistem Jaringan Transmisi 150 kv GI Industri GI Manggar Sari GI Karang Joang Gambar 4.1 Single Line GI Industri GI Industri berlokasi di JL. Mayjen Sutoyo N0. 01, Gn

Lebih terperinci

BAB 4 STUDI EKONOMI 4. 1 Perkiraan Total Investasi

BAB 4 STUDI EKONOMI 4. 1 Perkiraan Total Investasi BAB 4 STUDI EKONOMI 4. 1 Perkiraan Total Investasi Hasil simulasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi energi tahunan apabila turbin dinaikkan kapasitas debitnya atau jumlah turbin dilipatgandakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin bertambahnya permintaan konsumen terhadap energi listrik dari

BAB I PENDAHULUAN. Semakin bertambahnya permintaan konsumen terhadap energi listrik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin bertambahnya permintaan konsumen terhadap energi listrik dari tahun ketahun tentu semakin besar pula daya listrik yang harus disediakan. Karena itu perlu adanya

Lebih terperinci

Penempatan Dan Penentuan Kapasitas Optimal Distributed Generator (DG) Menggunakan Artificial Bee Colony (ABC)

Penempatan Dan Penentuan Kapasitas Optimal Distributed Generator (DG) Menggunakan Artificial Bee Colony (ABC) Penempatan Dan Penentuan Kapasitas Optimal Distributed Generator (DG) Menggunakan Artificial Bee Colony (ABC) Oleh : Ahmad Zakaria H. 2207100177 Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir. Imam Robandi, MT. Ir. Sjamsjul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pengumpulan Data Pembangkit Suralaya Cibinong Cilegon 7 1 6 Gandul 2 4 Balaraja 3 Kembangan Muaratawar 5 Depok 9 Bekasi 8 11 Tasikmalaya Cirata 10 Cawang 12 Pedan 16 Saguling

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TENAGA LISTRIK. Oleh : Bambang Trisno, MSIE

PERENCANAAN SISTEM TENAGA LISTRIK. Oleh : Bambang Trisno, MSIE PERENCANAAN SISTEM TENAA LISTRIK Oleh : Bambang Trisno, MSIE PRORAM STUDI LISTRIK TENAA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI BANDUN 19 JUNI 2006 PERENCANAAN SISTEM TENAA LISTRIK I. PENDAHULUAN Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ketersediaan yang semakin menipis dan semakin mahal, membuat biaya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ketersediaan yang semakin menipis dan semakin mahal, membuat biaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit Listrik di Indonesia pada umumnya merupakan pembangkit listrik thermal. Kebutuhan pembangkit thermal terhadap bahan bakar fosil dengan jumlah ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batasan, asumsi, dan sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. batasan, asumsi, dan sistematika penulisan laporan. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, tujuan, manfaat, batasan, asumsi, dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang bangsa

Lebih terperinci

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik terus-menerus meningkat yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk dan industri di Indonesia berkembang dengan pesat, sehingga mewajibkan

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Sistem Jaringan Distribusi PT. PLN (Persero) Banda Aceh Menggunakan Metode Section Technique

Analisis Keandalan Sistem Jaringan Distribusi PT. PLN (Persero) Banda Aceh Menggunakan Metode Section Technique KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-issn: -736 Analisis Keandalan Sistem Jaringan Distribusi PT. PLN (Persero) Banda Aceh Menggunakan Metode Section Technique Aditya Mulianda #1, Syahrizal #, Mansur

Lebih terperinci

SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ELECTRICAL TRANSIENT ANALYSER PROGRAM (ETAP) VERSI 4.

SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ELECTRICAL TRANSIENT ANALYSER PROGRAM (ETAP) VERSI 4. SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ELECTRICAL TRANSIENT ANALYSER PROGRAM (ETAP) VERSI 4.0 Rudi Salman 1) Mustamam 2) Arwadi Sinuraya 3) Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

EVALUASI EXPECTED ENERGY NOT SUPPLIED (EENS) TERHADAP KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 kv KOTA PADANG

EVALUASI EXPECTED ENERGY NOT SUPPLIED (EENS) TERHADAP KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 kv KOTA PADANG EVALUASI EXPECTED ENERGY NOT SUPPLIED (EENS) TERHADAP KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 kv KOTA PADANG Syarif Hidayatullah (1), Ir. Cahayahati, MT (2), Ir. Ija Darmana, MT (2) (1) Mahasiswa dan (2) Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibangkitkan oleh pembangkit harus dinaikkan dengan trafo step up. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibangkitkan oleh pembangkit harus dinaikkan dengan trafo step up. Hal ini 2.1 Sistem Transmisi Tenaga Listrik BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem transmisi adalah sistem yang menghubungkan antara sistem pembangkitan dengan sistem distribusi untuk menyalurkan tenaga listrik yang dihasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang, kelistrikan sudah menjadi salah satu hal terpenting dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya tergantung pada

Lebih terperinci

STUDI PENGATURAN TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERHUBUNG DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG TR 5 GI TARUTUNG)

STUDI PENGATURAN TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERHUBUNG DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG TR 5 GI TARUTUNG) STUDI PENGATURAN TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERHUBUNG DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG TR 5 GI TARUTUNG) Andika Handy (1), Zulkarnaen Pane (2) Konsentrasi Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNG SINGKAT 3 FASA PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN ADANYA PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION (DG)

ANALISIS HUBUNG SINGKAT 3 FASA PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN ADANYA PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION (DG) ANALISIS HUBUNG SINGKAT 3 FASA PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN ADANYA PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION (DG) Agus Supardi 1, Tulus Wahyu Wibowo 2, Supriyadi 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Informasi Umum 4.1.1 Profil Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak antara 07

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (216) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B27 Optimasi Aliran Daya Satu Phasa Pada Sistem Distribusi Radial 33 Bus IEEE dan Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Aceh Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber energi yang beraneka ragam. Sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber energi yang beraneka ragam. Sumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber energi yang beraneka ragam. Sumber energi itu antara lain ; minyak bumi, tenaga air, gas alam, batu bara, panas bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendukung di dalamnya masih tetap diperlukan suplai listrik sendiri-sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. pendukung di dalamnya masih tetap diperlukan suplai listrik sendiri-sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PLTU (Pusat Listrik Tenaga Uap) Suralaya mampu membangkitkan listrik berkapasitas 3400 MW dengan menggunakan tenaga uap. Tetapi perlu diketahui bahwa di dalam proses

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern ini tidak dapat dipungkiri bahwa seluruh umat manusia saat ini memiliki ketergantungan yang sangat besar dengan energi listrik. Listrik sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern seperti saat ini, energi listrik menjadi salah satu kebutuhan dasar dalam kehidupan masyarakat. Berbagai peralatan rumah tangga maupun industri saat ini

Lebih terperinci

Analisis Kontingensi Sistem Tenaga Listrik dengan Metode Bounding

Analisis Kontingensi Sistem Tenaga Listrik dengan Metode Bounding 92 Jurnal Rekayasa Elektrika Vol 10, No. 2, Oktober 2012 Analisis Kontingensi Sistem Tenaga Listrik dengan Metode Bounding Syafii dan Nurul Rahmawati Gedung Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Kampus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode fuzzy logic yang diajukan penulis ini adalah untuk membandingkan metode fuzzy logic yang diajukan penulis dengan metode yang digunakan PLN. Dengan menggunakan data pembangkit

Lebih terperinci

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja 2205 100 107 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS OLEH : PANCAR FRANSCO 2207100019 Dosen Pembimbing I Prof.Dr. Ir. Adi Soeprijanto,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu pembangkitan,

BAB I PENDAHULUAN. sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu pembangkitan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tenaga listrik disuplai ke konsumen melalui sistem tenaga listrik. sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu pembangkitan, transmisi, dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian penjadwalan pembangkit termal pada sistem interkoneksi 500kV Jawa- Bali ini adalah untuk membandingkan metode Simulated Annealing dengan metode yang digunakan PLN.

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN UNIT PLTA IV & V TERHADAP POLA OPERASI WADUK KARANGKATES KABUPATEN MALANG

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN UNIT PLTA IV & V TERHADAP POLA OPERASI WADUK KARANGKATES KABUPATEN MALANG STUDI PENGARUH PENAMBAHAN UNIT PLTA IV & V TERHADAP POLA OPERASI WADUK KARANGKATES KABUPATEN MALANG Dwi Mahdiani Pratiwi 1, Suwanto Marsudi², Rahmah Dara Lufira² 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengalami over load, sehingga perlu membangun suatu saluran transmisi

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengalami over load, sehingga perlu membangun suatu saluran transmisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi listrik selalu bertambah dari waktu ke waktu. Untuk tetap dapat melayani kebutuhan energi listrik, maka sistem tenaga listrik perlu dikembangkan seirama

Lebih terperinci

PENGANTAR OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK. toto_sukisno@uny.ac.id

PENGANTAR OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK. toto_sukisno@uny.ac.id PENGANTAR OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK Operasi adalah pelaksanaan rencana yang telah dikembangkan Tenaga Listrik adalah suatu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan dan didistribusikan

Lebih terperinci

ANALISA PENEMPATAN KAPASITOR BANK UNTUK PERHITUNGAN DROP VOLTAGE PADA FEEDER BATANG 02 TAHUN DENGAN SOFTWARE ETAP 7.0.0

ANALISA PENEMPATAN KAPASITOR BANK UNTUK PERHITUNGAN DROP VOLTAGE PADA FEEDER BATANG 02 TAHUN DENGAN SOFTWARE ETAP 7.0.0 ANALISA PENEMPATAN KAPASITOR BANK UNTUK PERHITUNGAN DROP VOLTAGE PADA FEEDER BATANG 02 TAHUN 2012-2016 DENGAN SOFTWARE ETAP 7.0.0 Sigit Wisnu Habsoro *), Agung Nugroho, and Bambang Winardi Jurusan Teknik

Lebih terperinci