PENGEMBANAGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL GURU FISIKA SMA/MA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANAGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL GURU FISIKA SMA/MA"

Transkripsi

1 PENGEMBANAGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL GURU FISIKA SMA/MA Azhar Laboratorium Pendidikan Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah mengembangan instrumen penilaian kompetensi sosial Guru Fisika SMA/MA. Validitas butir dan reliabilitas instrumen yang dikembangkan dilakukan melalui tiga tahap yaitu (1) penilaian panal melalui pakar, (2) melakukan ujicoba pada sampel dari pupulasi yang berbeda dan (3) melakukan anlisis faktor. Hasil penilaian 20 pakar untuk indikator dengan butir instrumen penilaian kompetensi sosial diperoleh reliabilitas interater sebesar 0,821. Hasil ujicoba empiris tahap pertama kepada 30 guru fisika dari 55 butir instrumen yang dikembangkan diperoleh 37 butir valid yang dihitung dengan rumus product moment dan reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach sebesar 0,929. Hasil analisis faktor dari data uji coba empiris II dengan SPSS 11,5 for Windows diperoleh bahwa, (1) KMO 0,762 dan terdapat 2 butir (nomor 2 dan 28) yang tidak valid dengan nilai AIC-MSA berturut-turut 0,482 dan 0,489 (kurang dari 0,5), untuk itu kedua butir dikeluarkan dan 35 butir valid dengan KMO-nya 0,769 yang menunjukkan sudah memenuhi persyaratan, (2) indikator-indikator yang dikembangkan sesuai dengan konstruks, setiap indikator yang memiliki muatan faktor besar dari 0,30 dan (3) setelah melakukan rotasi terhadap analisis data varimax rotation menunjukkan terdapat 12 faktor yang memiliki eigen value sama atau lebih dari 1,0. (4) Butir-butir yang dikembangkan dapat mengukur konstruk kompetensi sosial guru sebesar 66,956%. Perhitungan reliabilitas instrumen dengan SPSS for Windows di peroleh 0,818. Berdasarkan analisis faktor ini dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian kompetensi sosial guru fisika SMA/MA yang dikembangkan memenuhi persyaratan validitas serta reliabilitas instrumen yang baik dipergunakan untuk mengukur kompetensi sosial guru fisika SMA/MA. Kata Kunci: Pengembangan, Instrumen, Kompetensi Sosial PENDAHULUAN Guru adalah agen utama proses pendidikan karena dia yang paling bertanggung jawab dalam pentransferan ilmu kepada muridnya. Mantan Mendiknas Wardiman Djoyonegoro tanggal 16 Agustus 2004 dalam Mulyasa (2005a:3) mengungkapkan tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yakni: (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional. Dalam kesempatan itu, juga dikemukan bahwa hanya 43 % guru yang memenuhi syarat artinya sebagian besar guru-guru (57%) belum memenuhi syarat, tidak kompeten, dan tidak profesional. Pasal 2 UU RI no.14 tentang guru dan dosen tahun 2005 ayat (1) disebutkan bahwa Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud ayat 1 dibuktikan dengan sertifikasi guru. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional Semirata 2013 FMIPA Unila 293

2 Azhar: PENGEMBANAGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL GURU FISIKA SMA/MA bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasinonal dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kemudian Mulyasa (2005b:37-38) mengatakan bahwa kompetensi merupakan perbaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Dalam Pasal 10 undang-undang Repuplik Indonesia no.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dijelaskan bahwa kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 meliputi; (a) kompetensi kepribadian, (b) kompetensi pedagogik, (c) kompetensi sosial, dan (d) kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Menurut Pakar Psikologi Pendidikan Gardner dalam Sumardi (2006: 14) menyebutkan kompetensi sosial itu sebagai social intellegence atau kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial merupakan salah satu dari sembilan kecerdasan (logika, bahasa, musik, raga, ruang, pribadi, alam, dan kuliner) yang berhasil diidentifikasi oleh Gardner. Semua kecerdasan itu dimiliki oleh setiap orang. Hanya saja, mungkin beberapa diantaranya menonjol, sedangkan yang lain biasa atau bahkan kurang. Sejalan dengan ini Amstrong dalam Sumardi (2006: 14) mengemukakan bahwa uniknya lagi beberapa kecerdasan itu bekerja secara terpadu dan simultan ketika seseorang berpikir dan atau mengerjakan sesuatu. Untuk memahami kompetensi sosial guru, maka diperlukan juga pemahaman tentang teori psikologi sosial. Dasar kompetensi sosial yaitu konsep dasar dari teori lapangan (field Theory) yang salah satunya dikembangkan oleh Lewin. Menurut Sarwono (2005: 58) salah satu teori lapangan yang diterapkan dalam psikologi sosial yaitu teori tentang interpersonal yang dikemukakan Heider. Relevansi dengan apa yang dijelaskan tersebut, ialah bahwa walau kita membahas dan berusaha mengembangkan kecerdasan sosial, kita tidak boleh melepaskannya dengan kecerdasan-kecerdasan yang lain. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa dewasa ini banyak muncul berbagai masalah sosial kemasyarakatan yang hanya dapat dipahami dan dipecahkan melalui pendekatan holistik, pendekatan komprehensif, atau pendekatan multidisiplin. Banyak orang yang sukses yang kalau kita cermati ternyata mereka memiliki kemampuan bekerjasama, berempati, dan pengendalian diri yang menonjol. Hal ini diperkuat oleh teori proksimitas Lev Vygotsky sebagaimana yang dikutip Tilaar (2002: 109) yang mengatakan bahwa perkembangan seorang individu tidak terlepas dalam interaksinya dengan lingkungannya. Menurut Ramly dan Trisyulianti (2006b: 87) cermin sosial guru merupakan suatu pantulan diri yang memberikan bagaimana guru memandang dirinya, masa depannya, dan profesi yang sedang ditekuninya. Hal ini berarti seorang guru, segala ukuran dan standar kebaikan dan pengajarannya ditentukan oleh muridnya yang berfungsi sebagai cermin sosial guru. Dapat dikatakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan seseorang berkomunikasi, bergaul, bekerjasama, dan memberi kepada orang lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa kompetensi sosial bagi seorang guru merupakan suatu kemampuan dalam hal berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan : (a) peserta didik, (b) seseama pendidik, (c) tenaga kependidikan, (d) orang tua/wali peserta didik dan (e) masyarakat sekitar (Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 27). Dari uraian-uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial 294 Semirata 2013 FMIPA Unila

3 seorang guru mata pelajaran Fisika SMA/MA adalah; (1) mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik, (2) mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan, (3) mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan orang tua peserta didik dan masyarakat, (4) bersikap kooperatif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi, dan (5) mampu beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. Untuk menjadi guru berkualitas, perlu pengalaman serta menguasai kompetensi sebagai guru. Karena itu dirasa perlu adanya suatu intrumen yang objektif, valid dan reliabel untuk menilai kompetensi guru. Namun sampai saat ini sepengetahuan peneliti, belum ada suatu alat ukur atau instrumen yang baku untuk menilai kompetensi guru tersebut. Oleh karena itu peneliti ingin mengadakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangan instrumen penilaian kompetensi sosial guru fisika SMA/MA. Instrumen secara umum adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun fenomena sosial yang diamati. Sejalan dengan ini Muhammad & Djaali (2003:31) mengemukakan instrumen penelitian sebagai alat bantu kegiatan pengumpul data. Instrumen baku adalah instrumen yang dikembangkan secara empiris melalui beberapa pengujian. Gronlund (1990:23) menjelaskan ciri-ciri instrumen baku, yaitu: (a) butir-butir secara teknis berkualitas, (b) administrasi dan penilaian jelas, (c) adanya norma dan penafsiran yang pasti, (d) adanya petunjuk dan perlengkapan instrumen lainnya. Selanjutnya Aiken selain melihat validitas dan reliabilitas, pembakuan instrumen juga menyangkut segi administrasi instrumen dan pensekorannya (Aiken,1994:77). Pengembangan instrumen dimaksudkan untuk mendapatkan instrumen yang baku, yaitu instrumen yang dikembangkan secara empiris melalui beberapa pengujian. Menurut Ebel (1990: 286) bentuk tes baku merujuk pada tes yang disusun oleh para ahli, diujicobakan, dianalisis dan direvisi, termasuk didalamnya petunjuk administrasi dan teknik penyekorannya. Dengan demikian proses pembakuan intinya adalah pembuatan, pengujian, merevisi dan membuat pedoman administrasi dan penyekoran. Khusus mengenai ukuran sampel yang representatif Azwar (1999:123) mengatakan banyaknya responden yang diperlukan adalah sekitar 6 sampai 10 kali lipat banyaknya butir instrumen yang digunakan. Sejalan dengan kutipan diatas, Karlinger (1986: 593) menyatakan 10 orang subjek untuk setiap variabel (butir). Selanjutnya Crocker & Algina (1986:322) mengemukakan jumlah 200 orang sebagai sampel sudah memadai. Apapun yang digunakan untuk melakukan pengukuran disebut instrumen yang harus terlebih dahulu divalidasi atau dikalibrasi sebelum digunakan. Menurut Thorndike (1997: 175) bahwa konstruk merupakan istilah suatu kerangka phsychologi mengacu pada sesuatu konsep yang tidak tampak tetapi secara harfiah konsep itu digunakan dalam penyusunan instrumen dalam perilaku yang diamati. Tujuan pengujian validitas adalah untuk mendapatkan bukti tentang sejauhmana hasil pengukuran memeriksa konstruk yang diukur. Dalam pengembangan instrumen ini dilakukan dua tahap analisis kesahihan konstruk, yaitu : tahap teoritik, dan tahap empirik. Pada tahap teoritik, yaitu dengan cara penilaian rancangan instrumen oleh Semirata 2013 FMIPA Unila 295

4 Azhar: PENGEMBANAGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL GURU FISIKA SMA/MA sejumlah penilai yang menguasai masalah pengembangan instrumen dan melalui kajian pustaka. Pada tahap empirik, adalah berdasarkan uji coba instrumen kepada sejumlah responden uji coba. Telah pakar yang dilakukan pada tahap teoritik untuk menilai butir instrumen (proses validasi konstruk melalui panel) dimaksudkan untuk (1) memeriksa instrumen mulai dari konstruk sampai penyusunan butir, dan (2) untuk menilai butir itu sendiri. Menurut Litwin (1995:82), metode analisis faktor dilakukan dengan bantuan komputer untuk menilai apakah butir-butir yang beragam dalam suatu survei memiliki kebersamaan dalam suatu atau skala. Jadi analisis faktor bertujuan untuk menganalisis sejumlah variabel dari sejumlah pengukuran atau pengamatan yang didasarkan pada teori dan kenyataan sebenarnya, serta menganalisis interkorelasi (hubungan) antar variabel tersebut berasal atau berdasarkan sejumlah faktor dasar yang jumlahnya lebih sedikit dari jumlah variasi yang ada pada variabel. Analisis faktor merupakan kumpulan prosedur matematis yang kompleks guna menganalisis saling hubungan diantara variabel-variabel dan menjelaskan saling hubungan itu dalam kelompok variabel yang terbatas yang disebut faktor. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Popham (1975:117) mengemukakan reliabilitas merupakan keandalan suatu pengukuran. Makin tinggi koefisien reliabilitas suatu instrumen, maka kemungkinan kesalahan yang terjadi semakin kecil. Menurut Litwin ( 1995:31), koefisien reliabilitas pada taraf 0,70 atau lebih biasanya dapat diterima sebagai reliabilitas yang baik. Salah satu teknik analisis yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen adalah koefisien Alpha Cronbach. METODE PENELITIAN Secara umum penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development (RAD) untuk mengembangkan dan memvalidasi instrumen penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Penelitian ini dilakukan pada Guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Tahap pengembangan instrumen penilaian kompetensi guru mata pelajaran Fisika SMA/MA di lakukan mulai Juli-September Tahap pengujian rasional (expert judgment) di lakukan di Jakarta, Palembang dan Pekanbaru pada Oktober- November Tahap kedua merupakan, pengujian empiris pertama di lakukan di Palembang pada bulan Maret 2007 yang melibatkan guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Selanjutnya tahap ketiga adalah pengujian empiris kedua di lakukan di Propinsi Riau dari bulan Mei 2007 sampai Desember 2008 melibatkan guru mata pelajaran Fisika SMA/MA di Propinsi Riau. Responden Penelitian dalam pengembangan instrumen ini adalah seluruh guru dan calon guru mata pelajaran Fisika SMA/MA di Propinsi Riau. Tahap pertama, sebanyak 20 orang panelis (pakar) yang berasal dari Jakarta, Palembang dan Pekanbaru. Tahap kedua, sebanyak 30 orang guru mata pelajaran Fisika SMA Negeri di Kota Palembang Propinsi Sumatera Selatan. Tahap ketiga, dilakukan kepada 254 orang responden yang terdiri guru mata pelajaran Fisika SMA/MA di Proinsi Riau. Dalam penelitian pengembangan instrumen ini dilakukan dua tahap analisis kesahihan konstruk, yaitu tahap teoritik dan tahap empirik. Pada tahap teoritik, yaitu dengan cara penilaian rancangan instrumen oleh sejumlah penilai yang menguasai masalah pengembangan instrumen, khususnya instrumen kompetensi sosial guru fisika SMA/MA. Dalam uji teoritik ini para pakar diminta untuk memberi nilai 296 Semirata 2013 FMIPA Unila

5 (sekor) antara 1 sampai 9 untuk aspek yang di nilai. Uji validitas konstruk pakar ini dilakukan dengan melihat nilai median yang diberikan pakar dari setiap aspek yang dinilai. Adapun hasil uji kriteria sekor yang diberikan para pakar dinterpretasi seperti Tabel 1. Pada tahap empirik, adalah berdasarkan Ujicoba instrumen kepada sejumlah responden ujicoba. Uji validitas butir pada tahap empiris dihitung dengan menggunakan rumus product moment dari Pearson untuk instrumen berupa non tes. Nilai koefisien validitas butir dinyatakan baik, bila koefisien hasil perhitungan empiris lebih besar dari nilai koefisien tabel, pada taraf signifikan tertentu. Reliabilitas (reliability) adalah kekonsistenan pengukuran yang dihasilkan atau konsistensi sekor yang dihasilkan. Wiersma and Jurs (1990:288) menyatakan reliabilitas adalah konsistensi suatu instrumen mengukur sesuatu yang hendak diukur. Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Makin tinggi koefisien reliabilitas suatu instrumen, maka kemungkinan kesalahan yang terjadi akan semakin kecil. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah untuk mengukur reliabilitas instrumen adalah koefisien Alpha Cronbach untuk instrument non tes, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang konsistensi internal antar semua butir dalam instrumen. Reliabilitas instrumen diikatakan memadai apabila nilai koefisiensinya diatas 0,70. Tabel 1. Kriteria Pemberian Interpretasi Sekor Para Pakar No Skor Nilai Median Kategori 1. 1 Median < 4 Dibuang 2. 4 Median < 7 Diperbaiki 3. 7 Median 9 Baik HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Uji Coba Secara Rasional (Ujicoba Tahap I) Sehubungan dengan hal diatas, maka salah satu tahapan dalam pengembangan instrumen penilaian kompetensi guru mata pelajaran Fisika SMA/MA adalah melakukan uji coba secara rasional kepada pakar (Expert Judgment). Penilaian oleh pada pakar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui validitas isi, dan validitas konstruk. Selain itu juga diketahui reliabilias dan keterbacaan secara teoretik dari perangkat instrumen penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA yang dikembangkan. Ujicoba secara rasional oleh pakar terhadap perangkat instrumen penelitian ini sebanyak 20 orang Pakar yang terdiri atas: (a) 2 Guru Besar (Profesor) bidang Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 4 orang Doktor Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP) Universitas Negeri Jakarta, (b) 2 orang tenaga Badan Standar Nasional Pendidikan-BSNP (1 Doktor PEP dan 1 Kandidat Doktor PEP (c) 4 orang Kandidat Doktor yang terdiri atas 2 orang kandidat doktor PEP Universitas Negeri Jakarta dan 1 Kandidat Doktor ahli Bahasa (1 orang dari Balai Bahasa Jakarta dan 1 orang dari Pekanbaru) dan (d) 1 Orang Doktor ahli Fisika masing-masing dari Univesitas Negeri Jakarta (e) 2 orang Ahli Pendidikan Fisika,(f). 2 Magister pendidikan Fisika selaku Widyaswara pada LPMP (g) 1 orang Widyaswara Fisika dari Balai Diklat Keagamaan Depertemen Agama Sumatera Selatan dan 1 Magister guru mata pelajaran Fisika di lingkungan Depag Provinsi Riau dan (h) 1 Magister guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Para pakar panelis mencermati masingmasing dimensi kompetensi guru yang Semirata 2013 FMIPA Unila 297

6 Azhar: PENGEMBANAGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL GURU FISIKA SMA/MA sesuai dengan kompetensi inti guru yang telah dirancang. Demikian juga para pakar menilai butir-butir indikator sesuai dengan kompetensi inti sosial guru, serta mencermati dan menilai butir-butir pertanyaan/pernyataan yang sesuai dengan indikator untuk kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Penilaian para pakar tentang kesesuaian tersebut digunakan skala 1 sampai 9. Sebagai contoh, para pakar peserta panelis memberikan sekor 9 apabila kesesuaian kompetensi inti dengan indikator sangat cocok, sebaliknya memberikan sekor 1 bila kesesuaiannya tidak cocok. Hasil penilaian panelis terhadap butirbutir kompetensi sosial yang dikembangkan terdapat 9 butir yang perlu direvisi. Dari data-data penilaian pakar terhadap kesesuaian antara butir-butir dengan indikator kompetensi yang dikembangkan, lebih lanjut dilakukan analisis reliabilitas interrater. Adapun ringkasan hasil analisis realibilitas interrater melalui uji pakar diperoleh seperti Tabel 2 sebagai berikut. Karena semua koefisien reliabitas kesesuaian butir-butir pertanyaan/pernyataan dengan indikator kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA yang dikembangkan memiliki koefisien reliabilitas lebih besar dari 0,70. Tabel 2. Penilaian Pakar terhadap instrumen penilaian Kompetensi sosial No Kesesuaian Reliabilitas Keterangan interrater 1. Dimensi 0,855 Reliabel dengan kompetensi inti 2. Kompetensi 0,832 Reliabel Inti dengan Indikator 3. butir dengan indicator 0,821 Reliabel Pengujian Secara Empiris Pertama (Ujicoba Tahap II) Ujicoba empiris tahap I (ujicoba tahap ke II) Instrumen penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA dilakukan terhadap 30 guru mata pelajaran Fisika SMA Kotamadya Palembang Propinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment dari hasil pengujian secara empiris tahap pertama didapatkan sebanyak 18 butir yang tidak valid dan 37 butir valid dari 55 butir instrumen penilaian kompetensi sosial. Adapun butir-butir yang tidak valid adalah butir yang bernomor 1, 6, 12, 13, 14, 18, 21, 26, 28, 31, 36, 38, 39, 40, 46, 50, 53 dan 55. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Alpha Cronbach, diperoleh koefisien reliabilitas instrumen kompetensi sosial sebesar 0,929. Sehubungan dengan nilai koefisien reliabilitas untuk instrumen sosial dapat dikategorikan baik diatas 0,70. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa instrumen kompetensi Sosial guru Fisika SMA/MA yang dikembangkan memiliki reliabilitas baik untuk dipergunakan dalam penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Ujicoba Empiris Tahap kedua (Ujicoba Tahap III) Ujicoba empiris Tahap II (Ujicoba tahap III) instrumen penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA yang dilibatkan sebagai ujicoba empiris tahap kedua adalah sebanyak 254 orang guru fisika. Data hasil ujicoba empiris tahap kedua dianalisis dengan Analisis faktor menggunakan program SPSS 11,5 for windows. Hasil analisis data ujicoba empiris II terhadap data kompetensi sosial diperoleh KMO 0,762 dan terdapat 2 butir (5,405%) yang memiliki nilai AIC MSA-nya kecil dari 0,5 dari 37 butir, maka butir tersebut harus dikeluarkan. Butir-butir yang gugur 298 Semirata 2013 FMIPA Unila

7 (5,405%) adalah butir nomor 2 dan 28 yang memiliki nilai AIC-MSA nya masingmasing secara berurutan 0,482 dan 0,489, sehingga butir instrumen yang valid berdasarkan analisis faktor adalah sebanyak 35 butir (94,595%) dengan KMO 0,769 setelah butir nomor 2 dan 28 dibuang atau dikeluarkan seperti pada tabel 3 Berdasarkan hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa KMO tergolong baik. Tabel 3. KMO dan Bartlett s Test Penilaian Kompetensi sosial. KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy..769 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi- Square Df 595 Sig..000 Banyaknya faktor ditetapkan berdasarkan aturan bahwa jumlah faktor yang akan dipakai dikaitkan dengan nilai eigen eigen value yang lebih besar atau sama dengan 1,0 (Agung, 1992: 303). Selanjutnya keseluruhan faktor yang memiliki variansi sama atau lebih dari 1,0 harus mengukur minimal 60% dari variansi total. Selanjutnya muatan faktor (factor loading) diseleksi setelah dilakukan ekstraksi komponen utama (extracting principal component) dengan rotasi ortogonal untuk memaksimalkan variansi (variance maximizing/varimax) antar variabel utama. Muatan faktor yang tetap dipertahankan adalah diatas 0,3 sesuai dengan aturan bahwa muatan faktor yang lebih dari 0,3 cenderung signifikan, sebaliknya apabila muatan faktor kurang dari 0,3 tidak dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap suatu faktor. Hasil analisis faktor dengan menggunakan SPSS 11,5 for windows menghasilkan total variance explained seperti pada Tabel 4 dibawah ini. Tabel 4. Total Variance Explained Penilaian Kompetensi Sosial Faktor / Extraction Sum of Square Loading Komponen Total % of Variance % of Comulative 1 6,482 18,520 18, ,959 8,453 26, ,177 6,219 33, ,730 4,942 38, ,545 4,414 42, ,497 4,277 46, ,384 3,955 50, ,260 3,601 54, ,187 3,392 57, ,147 3,276 61, ,064 3,039 64, ,004 2,868 66,956 Semirata 2013 FMIPA Unila 299

8 Eigenvalue Azhar: PENGEMBANAGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL GURU FISIKA SMA/MA Berdasarkan hasil analisis validitas konstruks melalui analisis faktor diperoleh hasil, bahwa ada 12 faktor yang memiliki eigenvalue sama atau lebih dari 1,0. Dari hasil analisis didapatkan bahwa butir-butir yang dikembangkan dapat mengukur konstruk kompetensi sosial guru sebesar 66,956 %. Ini berarti telah melebihi standar komulatif minimal 60 %. Berdasarkan analisis faktor ini dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian kompetensi sosial guru Fisika SMA/MA yang dikembangkan telah memenuhi syarat validitas konstruk. Total variance explained dalam bentuk grafik ditunjukkan seperti diagram scree (scree plot) pada gambar 1 dibawah ini. Scree plot merupakan suatu plot dari eigenvalue sebagai fungsi banyaknya faktor dalam upaya ekstraksi Scree Plot Component Number Gambar 1. Scree Plot instrumen Penilaian Kompetensi Sosial Hasil analisis faktor setelah dilakukan rotasi varimax sebanyak 18 pengulangan iterations, semua butir mempunyai muatan faktor diatas 0,30 dengan demikian semua butir valid, menunjukkan bahwa instrumen penilaian kompetensi sosial memiliki sebaran butir seperti pada tabel 5 dibawah ini Tabel 5. Sebaran butir Instrumen Penilaian Sosial Setelah Rotasi Faktor Sebaran butir Nama Faktor 1 1, 7,9, 10, 17, 34 Berkomunikasi secara santun dan efektif 2 13, 24, 27, 30 Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik 3 3, 8 Tatacara berkomunikasi secara tertulis 4 15, 16, 20 Berkomunikasi dengan masyarakat 5 18, 31, 32 Masyarakat ikut mengatasi kesulitan peserta didik 6 12, 22, 23, 25 Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan bersinergi dengan teman sejawat 7 5, 6, 21 Bersikap kooperatif dan objektif 8 19, 26 Tidak diskriminatif terhadap peserta didik 9 14, 36 Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik 10 33, 35, 10 Melaksanakan program untuk kualitas pendidikan Berkomunikasai secara empatik dan efektif 12 4, 29 Mengikutkan orang tua mengatasi kesulitan siswa 300 Semirata 2013 FMIPA Unila

9 Pada tabel 5 diatas terlihat jumlah faktor yang terbentuk setelah dirotasi adalah 12 faktor. Hasil rotasi terjadi pengurangan jumlah faktor dengan analisis faktor, yaitu dari 15 faktor menjadi 12 faktor (80,00%). Hasil analisis terlihat adanya kecenderungan beberapa faktor yang bergabung menjadi faktor yang baru. Hasil perhitungan terhadap 35 butir instrumen kompetensi sosial yang valid, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,818 Sehubungan dengan nilai koefisien reliabilitas untuk instrumen kepribadian dapat dikategorikan baik karena diatas 0,70. Pembahasan Hasil Penelitian Instrumen Penilaian Kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA dikembangkan berdasarkan kajian teoretik dan telaah pakar, kemudian diujicobakan secara empiris terhadap guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Secara umum instrumen yang telah dikembangkan dapat digunakan untuk mengukur atau menilai kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Jika dibandingkan dengan konsep dan rancangan awal dari perangkat pengembangan instrumen penilaian kompetensi, terdapat cukup banyak perbaikan dan pengembangan sebagai hasil masukan dari ujicoba rasional melalui pakar dan ujicoba empiris. Pengembangan tersebut mencakup isi, dan format penyusunan kisi-kisi instrumen serta butir-butir instrumen. Selanjutnya juga dilakukan perbaikan dan penyempurnaan berdasarkan masukan panel kesesuaian isi pada setiap indikator penilaian kompetensi yang dinilai oleh pakar, melakukan revisi pada kalimat butir-butir instrumen, sehingga penggunaan instrumen mudah dimengerti oleh peserta uji penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA, dan uraian penjelasan mengenai mekanisme penyelenggaraan penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA yang ada petunjuk penggunaan instrumen. Pada ujicoba empiris tahap pertama terungkap bahwa masih terdapat berbagai kelemahan pada perangkat instrumen, terutama masalah pada penggunaan istilahistilah teknis dan penulisan kalimatnya yang dipandang kurang jelas. Sehingga dilakukan perbaikan pada penulisan kalimat yang lebih ringkas, jelas, dan sederhana sehingga mudah dipahami oleh semua peserta yang mengikuti penilaian kompetensi. Reliabilitas instrumen tergolong tinggi, baik dari hasil penilaian pakar, ujicoba empiris pertama dan kedua. Koefisien reliabilitas instrumen secara rasional dapat diketahui bahwa reliabilitas antar penilai (r xy ) tentang kesesuaian butir dengan indikator untuk kompetensi sosial sebesar 0,821. Dengan koefisien reliabilitas tersebut diharapkan butir-butir instrumen penilaian kompetensi sosial guru Fisika SMA/MA tersebut memiliki konsistensi atau keajegan dalam mengukur kompetensi sosial guru Fisika SMA/MA, karena koefisien reliabitas kesesuaian butir-butir pertanyaan/pernyataan dengan indikator kompetensi guru mata pelajaran Fisika SMA/MA memiliki koefisien reliabilitas lebih besar dari 0,70. Selanjutnya hasil ujicoba empiris kedua yang dianalis melalui analisis faktor, bahwa indikator yang dikembangkan dalam instrumen valid dalam mengukur variabel kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Hasil analisis memenuhi syarat validitas jika setiap butir harus memiliki nilai AIC-MSA lebih besar dari 0,5. Berikutnya adalah jika jumlah faktor yang diekstraksi sama dengan jumlah faktor yang mempunyai variansi (eigen value) sama atau lebih besar dari 1,0 dan keseluruhan faktor yang memiliki variansi sama atau lebih dari 1,0 harus mengukur minimal 60% dari variansi total. Proses Semirata 2013 FMIPA Unila 301

10 Azhar: PENGEMBANAGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL GURU FISIKA SMA/MA analisis faktor tersebut dilakukan melalui seleksi muatan faktor (factor loading) yaitu melakukan ekstraksi komponen utama (extracting principal component) dengan rotasi ortogonal untuk memaksimalkan variansi antar variabel utama (variance maximizing /varimax). Hasil analisis instrumen kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA, terdapat 12 faktor baru yang terbentuk. Ini berarti bahwa terdapat 12 faktor yang signifikan yang mengkonstruk kompetensi sosial guru dari 15 faktor yang dikembangkan dalam istrumen penilaian kompetensi sosial. Hasil analisis di dapatkan bahwa ke 12 faktor tersebut cukup representatif mengukur konstruk kompetensi keperibadian guru dengan total varians sebesar 66,956%, telah memenuhi standar minimal komulatif 60%. Selanjutnya dari hasil rotasi matrik faktor didapatkan bahwa ada beberapa butir yang mengelompok bukan pada faktor asal menurut teori. Hal ini dapat dimaklumi karena ketika dikaji secara rasional, dalam menjabarkan indikator ke dalam butir-butir pertnyaan/pernyataan kompetensi sosial guru memang mengalami kesulitan, karena butir-butir tersebut memungkinkan untuk dimasukkan kedalam lebih dari satu indikator. Oleh karen itu dapat kita pahami, jika hasil analisis faktor menunjukkan adanya beberapa faktor yang letaknya tidak sesuai yang berpindah tempat pada faktor lain. Validitas instrumen berkaitan dengan sejauhmana suatu instrumen mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Instrumen penilaian kompetensi sosial guru Fisika yang dikembangkan ini memiliki validitas yang memadai, baik validitas isi hasil penilian pakar, validitas butir dan validitas konstruk hasil ujicoba empiris. Dari hasil analisis validitas isi terhadap instrumen kompetensi sosial guru Fisika didapatkan bahwa indikator yang dikembangkan telah sesuai dengan kajian teoretik yang merujuk pada kompetensi inti guru Fisika. Hasil analisis uji empiris kedua diperoleh bahwa reliabilitas instrumen penilaian kompetensi sosial sebesar 0,818. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa instrumen penilaian kompetensi sosial guru Fisika yang dikembangkan telah memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas instrumen yang baik. KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pengembangan instrumen penilaian kompetensi sosial guru Fisika SMA/MA, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Setiap guru mata pelajaran Fisika SMA/MA harus memiliki dan menguasai kompetensi sosial sebagai salah satu kompetensi profesi guru yang terdiri empat dimensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional/bidang ilmu yang diampu. Keempat kompetensi tersebut saling mendukung, tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya saling mendukung. 2. Indikator yang mendasari kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA, berdasarkan hasil analisis faktor yang dilakukan terhadap instrumen penilaian kompetensi sosial, diperoleh sebanyak 12 indikator/faktor. 3. Cara mengembangan instrumen penilaian kompetensi guru dilakukan dengan tiga tahapan penting yaitu (a) Tahap pengembangan butir-butir instrumen penilaian kompetensi guru, (b) Tahap ujicoba, yang terdiri dari uji coba empiris pertama dan uji coba empiris kedua, dan (c) Tahap pelaporan hasil untuk tujuan pembakuan dan pengadministrasian instrumen penilaian kompetensi. 302 Semirata 2013 FMIPA Unila

11 4. Kalibrasi instrumen penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA dilakukan melalui pengujian pakar (expert judgment) dan pengujian secara empiris. Berdasarkan penilaian yang dilakukan para pakar dan praktisi terhadap indikator yang dikembang, pada umumnya instrumen tersebut memiliki validitas isi, validitas konstruk dan tingkat keterbacaan yang memadai/baik. Disamping itu instrumen yang dikembangkan juga memenuhi reliabilitas interrater yang baik dengan koefisien reliabilitas besar dari 0,8. 5. Hasil analisis data terhadap pengujian empiris tahap pertama yang tidak valid untuk kompetensi sosial didapatkan sebanyak 18 butir yang tidak valid dari 55 butir instrumen (37 butir valid). Dari hasil perhitungan reliabilitas dengan menggunakan Alpha Cronback terhadap instrumen penilaian kompetensi sosial yang telah dikembang diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0, Berdasarkan hasil analisis data ujicoba empiris II dengan SPSS 11,5 for Windows diperoleh KMO 0,762 dan terdapat 2 butir (butir nomor 2 dan 28) memilik nilai AIC-MSA 0,482 dan 0,489 (kurang dari 0,5). Untuk ini berarti butir 2 dan 28 tidak valid, sehingga butir tersebut gugur (dikeluarkan). Setelah butir nomor 2 dan 28 dikeluarkan, hasil analisis data menghasilkan KMO 0, Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen terhadap data ujicoba empiris tahap kedua diperoleh reliabilitas instrumen penilaian kompetensi sosial 0,818. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah dilakukan diatas, berikut ini dapat disampaikan saran-saran yaitu: 1. Berdasarkan indikator kompetensi sosial pada kisi-kisi instrumen penilaian kompetensi sosial guru kiranya perlu dikembangkan yang lebih variatif. Hal ini dapat dilakukan dengan menyusun kembali butir-butir yang relevan. Namun perlu ditekankan bahwa materi penilaian tetap merujuk pada kisi-kisi instrumen penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. 2. Sebaiknya LPMP menggunakan instrumen penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA yang telah dikembangkan dalam penelitian ini ketika menguji kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Hasil penilaian kompetensi kepribadian tersebut dapat menjadi acuan kualitas (standar) untuk memutuskan kelayakan sosial seorang guru mata pelajaran Fisika SMA/MA untuk mendapatkan sertifikat atau tidak. 3. Alat Evaluasi untuk penyaringan /seleksi penerimaan guru Fisika. Instrumen yang telah disusun ini juga dapat dipergunakan sebagai instrumen untuk menyeleksi atau penyaringan penerimaan guru Fisika yang baru, sehingga para calon guru dapat mengetahui kemampuan sosial yang dimilikinya 4. Salah satu model untuk uji kompetensi program sertifikasi guru. Disisi lain, instrumen penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA ini dapat digunakan sebagai salah satu model instrumen penilaian kompetensi sosial pada program sertifikasi guru. DAFTAR PUSTAKA Agung, I Gusti Ngurah Metode Penelitian Sosial: Pengertian dan Pemakaian Praktis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. Aiken, Lewis R Psychological Testing and Assesment. Boston: Allyn and Bacon. Azwar, Saifuddin Seri Pengukuran Psikologi : Reliabilitas dan Validitas, Semirata 2013 FMIPA Unila 303

12 Azhar: PENGEMBANAGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL GURU FISIKA SMA/MA Interpretasi Dan Komputasi. Yogyakarta : Penerbit Liberty. Azwar, Saifuddin Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Blood, Don F. and William C. Budd Educational Measurement and Evaluation. New York: Harper and Row. Crocker, Linda & Algina, James Introduction to Classical and Modern Test Theory. Chicago: Holt, Rinehart and Winston.. Depdiknas Pengembangan Sistem Tenaga Kependidikan Abad ke-21 (SPTK-21). Jakarta : Depdiknas. Depdiknas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Jenderal Depdiknas. Depdiknas Undang Undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Cetakan Pertama Januari Jakarta: BP. Karya Mandiri.. Djaali & Muljono, Pudji Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta : PPs Universitas Neger Jakarta. Ebel, Robert L. & Frisbie David A Essentials Of Educational Measurement : Fifth Edition. London : Prentice-Hall International, Inc. Ebel, Robert L Essentials Of Educational Measurement : Third Edition. London : Prentice-Hall International, Inc. Gorsuch, Richard L Faktor Analysis: Second Edition. London: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. Grounlund, Norman E & Linn, Robert L Measurement And Evaluation In Teaching. New York: Macmillan Publishing Company.. Kerlinger, Fred Foundations Of Behavioral Research: Third Edition. New York : CBS College Publishing. Litwin, Mark S How to Measure Survey Reliability and Validity.London: Sage Publ. Mardapi, Djemari Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes, Jogyakarta: Mitra Cendika. Muhammad, Forouk & Djaali.2003 Metodologi Penelitian Sosial: Bunga Rampai. Jakarta: PTIK Press. Mulyasa. 2005a. Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Mulyasa. 2005b.Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Impleentasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Popham, W.James Educational Evaluation. London: Prentice-Hall International, Inc. Popham, W. James.1981 Modern Educational Measurement. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall Inc. Postman, Neil & Weingartner Teaching As A Subversive Activity. New York : Delacorte Press. Raynolds, Anne What is Competent Beginning Teaching? A Review of the literature : Review of Educational Research. American Educational Reseach Association. Volume 62 Number 1. pp Suryabrata, Sumadi Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sukardi Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara. Thorndike, Robert M Measurement and Evaluation in Psychology and 304 Semirata 2013 FMIPA Unila

13 Education. Sixth edition. Colombus : Merrill, an imprint of prentice Hall. Thorndike, Robert L Applied Psychometrics. Boston: Houghton Mifflin Comp. Yusuf LN, Syamsu Psikologi Perkembangan. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya Bandung. Wiersma, William & Stephan G Jurs Educational Measurement and Testing. London: Allyn and Bacon. Semirata 2013 FMIPA Unila 305

Pengembangan Instrumen Penilaian Kompetensi Pedagogik Guru Mata Pelajaran Fisika pada SMA/MA

Pengembangan Instrumen Penilaian Kompetensi Pedagogik Guru Mata Pelajaran Fisika pada SMA/MA Pengembangan Instrumen Penilaian Kompetensi Pedagogik Guru Mata Pelajaran Fisika pada SMA/MA A z h a r (Lektor Kepala Pada Pendidikan Fisika FKIP Universitas Riau-Pekanbaru, email : azhar_ur2010@yahoo.com)

Lebih terperinci

PSIKOMETRI. Oleh: Prof. Dr. I Wayan Koyan, M.Pd. Pascasarjana Undiksha Singaraja

PSIKOMETRI. Oleh: Prof. Dr. I Wayan Koyan, M.Pd. Pascasarjana Undiksha Singaraja PSIKOMETRI Oleh: Prof. Dr. I Wayan Koyan, M.Pd. Pascasarjana Undiksha Singaraja 1 BAB I PENGUKURAN A. PENGERTIAN 1. PSIKOMETRI a. PSIKOMETRI ADALAH KOMBINASI DARI PENGUKURAN DAN STATISTIKA (KERLINGER b.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN NILAI ULET PESERTA DIDIK SMA DI SMA NEGERI 1 BULUSPESANTREN

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN NILAI ULET PESERTA DIDIK SMA DI SMA NEGERI 1 BULUSPESANTREN PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN NILAI ULET PESERTA DIDIK SMA DI SMA NEGERI 1 BULUSPESANTREN Ambar Retno SMA Negeri 1 Buluspesantren Kab. Kebumen e-mail: ambarretnossi@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau research &

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau research & BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau research & development (R & D) dengan menggunakan model pengembangan instrumen yang dikemukakan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas mengenai metodologi penelitian yang digunakan antara lain, desain penelitian, populasi dan sampel dan definisi operasional dari variabel yang dijadikan

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Ekonomi FE UNY

Program Studi Pendidikan Ekonomi FE UNY LEMBAR KERJA Topik: Uji Validitas dengan Analisis Faktor Tujuan: Untuk menguji tingkat validitas konstruk seperangkat instrumen, kuesioner atau angket Contoh Masalah: Apakah butir-butir yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Profile Responden

BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Profile Responden BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Profile Responden Pada penelitian ini, peneliti telah menyusun profile responden yang dibagi kedalam beberapa macam, yakni berdasarkan: 1. Nama pusat kebugaran langganan responden

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di Martha Tilaar Salon Day Spa Bogor tepatnya terletak di Jalan Pemuda No. 7 Bogor. Waktu penelitian adalah bulan April-Juni 2011

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT ASESMEN AUTENTIK PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC MATERI EKSPONEN DAN LOGARITMA

PENGEMBANGAN PERANGKAT ASESMEN AUTENTIK PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC MATERI EKSPONEN DAN LOGARITMA PENGEMBANGAN PERANGKAT ASESMEN AUTENTIK PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC MATERI EKSPONEN DAN LOGARITMA Putriyani S STKIP Muhammadiyah Enrekang, Jalan Jend. Sudirman No. 17 Enrekang, Kab.

Lebih terperinci

3. Belum ada yang meneliti tentang kesadaran gender siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

3. Belum ada yang meneliti tentang kesadaran gender siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2013/2014. 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Bandung. Sekolah ini beralamat di Jalan Dr. Setiabudhi No

Lebih terperinci

Jurnal Media Pendidikan Matematika J-MPM Vol. 2 No. 1, ISSN

Jurnal Media Pendidikan Matematika J-MPM Vol. 2 No. 1, ISSN TINGKAT KESUKARAN, DAYABEDA, KONSISTENSI INTERNAL BUTIR DITINJAU PENGUJIAN SEREMPAK-PARSIAL DAN KONTEN UJI PADA TES SELEKSI MASUK IKIP MATARAM TAHUN 2011/2012 Jumailiyah Dosen FIP IKIP Mataram E-mai: -

Lebih terperinci

S I L A B I EVALUASI PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (KD 501)

S I L A B I EVALUASI PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (KD 501) S I L A B I EVALUASI PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (KD 501) JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 DESKRIPSI MATA KULIAH KD. 501 Evaluasi Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi yang difokuskan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi yang difokuskan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi yang difokuskan pada penggunaan pendekatan Open-ended terhadap kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM KRIAN ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM KRIAN ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM KRIAN 1) Nurul Afida 2) Edy Sulistiyawan 1) S1 Program Statistika, FMIPA, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2) Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. IPA semester ganjil yaitu pada bulan September - Oktober Tahun Ajaran

BAB III METODE PENELITIAN. IPA semester ganjil yaitu pada bulan September - Oktober Tahun Ajaran 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MA Darul Hikmah Pekanbaru di kelas XI IPA semester ganjil yaitu pada bulan September - Oktober Tahun Ajaran 2013/2014,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA UNIVERSITAS PAKUAN TERHADAP PELAYANAN PARKIR KAMPUS

ANALISIS FAKTOR TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA UNIVERSITAS PAKUAN TERHADAP PELAYANAN PARKIR KAMPUS ANALISIS FAKTOR TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA UNIVERSITAS PAKUAN TERHADAP PELAYANAN PARKIR KAMPUS Sintya Dwi Rosady 1, Fitria Virgantari, Ani Andriyati Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang bertujuan untuk mendeskriptifkan sesuatu yang ada pada saat ini. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. yang bertujuan untuk mendeskriptifkan sesuatu yang ada pada saat ini. Dalam 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskriptifkan sesuatu yang ada pada saat ini. Dalam

Lebih terperinci

MENYUSUN INSTRUMEN YANG VALID Dalam menyusun dan menganalisis instrument non tes pada makalah ini, kami menggunakan Skala Likert supaya dalam

MENYUSUN INSTRUMEN YANG VALID Dalam menyusun dan menganalisis instrument non tes pada makalah ini, kami menggunakan Skala Likert supaya dalam MENYUSUN INSTRUMEN YANG VALID Dalam menyusun dan menganalisis instrument non tes pada makalah ini, kami menggunakan Skala Likert supaya dalam penafsiran instrumen dapat disimpulkan. Menurut Popham (1995:187)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry. kota Semarangyang pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry.

BAB III METODE PENELITIAN. pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry. kota Semarangyang pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah konsumen di kota Semarangyang pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry. 3.2. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran karier peserta didik. Sugiyono menjelaskan

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Perkuliahan

Rencana Pelaksanaan Perkuliahan No. Dokumen Revisi : 00 Tgl. berlaku Hal 1 dari 5 Rencana Pelaksanaan Perkuliahan Nama Mata Kuliah : Asesmen Pembelajaran Matematika Kode Mata Kuliah : PMA 8207 SKS : 2 Dosen : Dr. Jailani Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden Penelitian ini dilakukan pada PT. Rezeki Supermarketing sebuah perusahaan retail tradisional yang terletak di Jakarta, dengan mengambil

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Semakin banyaknya usaha restoran yang ada di Bogor menimbulkan persaingan yang semakin ketat. Dalam persaingan yang ketat ini, Restoran Gurih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian explanatory atau penelitian tingkat penjelasan. Berdasarkan jenis penelitian explanatory

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Zaman sekarang internet merupakan kebutuhan bagi banyak orang. Di Indonesia jumlah pemakai internet mengalami peningkatan yang cukup besar setiap

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR SOAL DENGAN TEORI TES KLASIK: SEBUAH PENGANTAR. Oleh: Djunaidi Lababa*

ANALISIS BUTIR SOAL DENGAN TEORI TES KLASIK: SEBUAH PENGANTAR. Oleh: Djunaidi Lababa* ANALISIS BUTIR SOAL DENGAN TEORI TES KLASIK: SEBUAH PENGANTAR Oleh: Djunaidi Lababa* Abstrak Tes merupakan salah satu cara paling mudah dan murah yang bisa dilakukan untuk memotret kemajuan belajar siswa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Langkah pertama yang dilakukan terhadap data hasil survei adalah melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap alat ukur yaitu kuesioner. Hal ini dilakukan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

Kriteria Instrumen dalam suatu Penelitian

Kriteria Instrumen dalam suatu Penelitian Kriteria Instrumen dalam suatu Penelitian Zaenal Arifin Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Majalengka Email: arifin1169@gmail.com Abstrak Artikel ini bertujuan untuk melakukan kajian tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Prosedur penelitian merupakan gambaran tahapan atau langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. Prosedur penelitian merupakan gambaran tahapan atau langkah-langkah 83 BAB III METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan gambaran tahapan atau langkah-langkah yang ditempuh peneliti. Secara garis besar tahapan penelitian yang ditempuh terdiri

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN SIKAP PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA. Abstrak

PENGEMBANGAN INSTRUMEN SIKAP PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA. Abstrak Pedagogy Volume 1 Nomor 1 ISSN 2502-3802 PENGEMBANGAN INSTRUMEN SIKAP PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA Andi tenriawaru 1, Jumarniati 2 Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Untuk dapat melakukan penelitian ini, langkah awalnya adalah mengetahui visi dan misi serta tujuan yang ingin dicapai oleh BReAD Unit. BReAD

Lebih terperinci

Kompetensi Profesional Guru SMK Bidang Keahlian Teknik Bangunan di Medan

Kompetensi Profesional Guru SMK Bidang Keahlian Teknik Bangunan di Medan Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 6, Nopember 2010 Kompetensi Profesional Guru SMK Bidang Keahlian Teknik Bangunan di Medan Zulkifli Matondang Email: zulkiflimato@yahoo.com Abstrak. Penelitian

Lebih terperinci

Penelitian menggunakan alat ukur berupa kuesioner, dengan penilaian 6 tingkat dengan norma sebagai berikut:

Penelitian menggunakan alat ukur berupa kuesioner, dengan penilaian 6 tingkat dengan norma sebagai berikut: Lampiran 1. Pengolahan data statistik Survei dilakukan kepada para karyawan di kantor pos pasar baru, dengan sampel sebanyak 50 karyawan. Kantor ini dipilih karena tidak hanya merupakan kantor cabang saja,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Unit Kegiatan Mahasiswa KSR-PMI Universitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Unit Kegiatan Mahasiswa KSR-PMI Universitas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Unit Kegiatan Mahasiswa KSR-PMI Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.Proses berdirinya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM TUJUAN ANALISIS FAKTOR

GAMBARAN UMUM TUJUAN ANALISIS FAKTOR GAMBARAN UMUM TUJUAN ANALISIS FAKTOR 1. Latar Belakang Analisis faktor adalah alat analisis statistik yang dipergunakan untuk mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel menjadi beberapa set

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN)

PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN) Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 507 516. PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN) Juliarti Hardika,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan pada data-data numerical atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. yang memotivasi konsumen untuk berolah raga arung jeram serta menguji

BAB IV ANALISIS DATA. yang memotivasi konsumen untuk berolah raga arung jeram serta menguji BAB IV ANALISIS DATA A. Penjelasan Penelitian Pada bab empat ini akan dilakukan pembahasan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Penelitian ini dirancang sebagai suatu penelitian deskriptif komparatif.

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN Oleh : Sri Yamtinah A. PENDAHULUAN Meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam.

PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN Oleh : Sri Yamtinah A. PENDAHULUAN Meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN Oleh : Sri Yamtinah A. PENDAHULUAN Meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Dengan demikian harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam

Lebih terperinci

Laporan Penelitian. Analisis Kualitas Butir Soal Mata Kuliah Membaca 2 (PBIN4329)

Laporan Penelitian. Analisis Kualitas Butir Soal Mata Kuliah Membaca 2 (PBIN4329) Laporan Penelitian Analisis Kualitas Butir Soal Mata Kuliah Membaca 2 (PBIN4329) Oleh B. Esti Pramuki esti@ut.ac.id dan Nunung Supratmi nunung@ut.ac.id LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TERBUKA DIREKTORAT

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual English First Bogor adalah lembaga kursus bahasa Inggris yang menggunakan tenaga pengajar penutur asli bahasa Inggris, memiliki jadwal kursus

Lebih terperinci

r P1, r P2,..., r p30 r R1, r R2,..., r R30

r P1, r P2,..., r p30 r R1, r R2,..., r R30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Metode Penelitian ini merupakan perbandingan reliabilitas tes hasil belajar matematika berdasar metode penskoran number-right score dan metode

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TES KOMPETENSI GURU SMK BIDANG KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN DI MEDAN 1. Zulkifli Matondang 2

PENGEMBANGAN TES KOMPETENSI GURU SMK BIDANG KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN DI MEDAN 1. Zulkifli Matondang 2 PENGEMBANGAN TES KOMPETENSI GURU SMK BIDANG KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN DI MEDAN 1 Zulkifli Matondang 2 Email: zulkiflimato@yahoo.com Abstrak. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi kompetensi profesional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang diteliti yang memiliki beberapa karakteristik yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMK-PPN Lembang, yang bertempat di Jl. Tangkuban Parahu Km.3 Desa Cilumber Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan kepada 47 orang guru BK SLTA (5, SMA, 1 MA, dan 9 SMK) di Salatiga, seperti yang dapat dilihat dalam tabel 4.1 di bawah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

Lebih terperinci

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research Development). Dalam Sugiyono dijelaskan bahwa metode penelitian pengembangan (Research Development)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di Sumedang. Objek pada penelitian ini adalah soal tes open-ended problem materi minyak bumi yang

Lebih terperinci

PENGUJIAN VALIDITAS KONSTRUK DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS FAKTOR

PENGUJIAN VALIDITAS KONSTRUK DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS FAKTOR PENGUJIAN VALIDITAS KONSTRUK DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS FAKTOR Yusrizal * Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan uji validitas konstruk dengan menggunakan analisis faktor pada instrumen

Lebih terperinci

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN DENGAN SPSS 15 Oleh : Hendry PENDAHULUAN

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN DENGAN SPSS 15 Oleh : Hendry PENDAHULUAN 1 TEORI ONLINE E-LEARNING Research And Statistics Consulting www.teorionline.net Phone : 021-8341 4694 / 0856-9752-3260 Email : openstatistik@yahoo.co.id / klik.statistik@gmail.com UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam penelitian survei. Penelitian survei

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam penelitian survei. Penelitian survei BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian survei. Penelitian survei adalah suatu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Statistik skor mahasiswa UAS TPB IPB mata kuliah Fisika

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Statistik skor mahasiswa UAS TPB IPB mata kuliah Fisika 6 c. Menghitung sebaran pilihan jawaban dan reliabilitas soal. 3. Penerapan teori respon butir dengan menggunakan model IRT 1PL, IRT 2PL, dan IRT 3PL. a. Pengujian asumsi model IRT b. Menghitung parameter

Lebih terperinci

EFEK PEMUSATAN DATA TERHADAP PARAMETER ITEM BERBASIS CLASICAL TEST THEORY (CTT)

EFEK PEMUSATAN DATA TERHADAP PARAMETER ITEM BERBASIS CLASICAL TEST THEORY (CTT) SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21 Surakarta, 22 Oktober 2016 EFEK PEMUSATAN

Lebih terperinci

SILABUS. Mata Kuliah : Evaluasi Pendidikan Kode Mata Kuliah : LBU 587

SILABUS. Mata Kuliah : Evaluasi Pendidikan Kode Mata Kuliah : LBU 587 UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN SILABUS Mata Kuliah : Evaluasi Pendidikan Kode Mata Kuliah : LBU 587 SKS : 4 SKS Dosen : 1. Drs. Budi Susetyo. M.Pd 2. Drs. Iding Tarsidi, M.Pd

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model penelitian korelasional. Pendekatan kuantitatif menekankan analisa pada data angka yang

Lebih terperinci

Validasi Instrumen Non Tes dalam Penelitian Pendidikan Matematika. Oleh: Kana Hidayati, M.Pd. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK

Validasi Instrumen Non Tes dalam Penelitian Pendidikan Matematika. Oleh: Kana Hidayati, M.Pd. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK P-37 Validasi Instrumen Non Tes dalam Penelitian Pendidikan Matematika Oleh: Kana Hidayati, M.Pd. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK Penggunaan instrumen non tes seperti angket, pedoman observasi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di sebuah distro yaitu Distro Inspired Soekarno Hatta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di sebuah distro yaitu Distro Inspired Soekarno Hatta BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah distro yaitu Distro Inspired Soekarno Hatta Malang yang terletak di jalan Soekarno Hatta D-511 Malang. Alasannya karena

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR ANALISIS FAKTOR

ANALISIS FAKTOR ANALISIS FAKTOR ANALISIS FAKTOR ANALISIS FAKTOR Analisis factor digunakan untuk menemukan hubungan sejumlah variable yang bersifat independent dengan yang lain Analisis Faktor merupakan teknik untuk mengkombinasikan pertanyaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development atau penelitian pengembangan. Metode ini memadukan penelitian dan pengembangan secara

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR Saintia Matematika Vol. 2, No. 1 (2014), pp. 1 11. IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR Aswin Bahar, Gim Tarigan, Pengarapen Bangun Abstrak. Pernikahan dini merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif. Artinya data yang dikumpulkan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif. Artinya data yang dikumpulkan 69 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka saja, melainkan data tersebut berasal dari catatan lapangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. sesuai dengan tujuan penelitian. Konsep dasar dan batasan operasional dalam

III. METODE PENELITIAN. sesuai dengan tujuan penelitian. Konsep dasar dan batasan operasional dalam 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian dan pengukuran yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian sebagai pedoman dan cara-cara (metode) berkaitan dengan kegiatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian sebagai pedoman dan cara-cara (metode) berkaitan dengan kegiatan 59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dikemukakan beberapa hal berkaitan dengan metode penelitian sebagai pedoman dan cara-cara (metode) berkaitan dengan kegiatan penelitian hingga dapat di peroleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. apapun tetapi hanya mengungkapkan fakta-fakta yang ada di sekolah.

BAB III METODE PENELITIAN. apapun tetapi hanya mengungkapkan fakta-fakta yang ada di sekolah. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang makanan lauk pauk dan sayuran tradisional di SMA N 11 Yogyakarta, maka penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat SMK Negeri Pasirian Perkembangan zaman era global yang sangat pesat dewasa ini sangat berpengaruh pada pola pikir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada metode penelitian ini akan dibahas mengenai model pengembangan inventori kesiapan kerja, prosedur pengembangan inventori kesiapan kerja, uji coba item, dan teknik analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang beralamatkan Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. yang beralamatkan Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung Jawa Barat. 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Universitas Pendidikan Indonesia yang beralamatkan Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung

Lebih terperinci

Ketidaktepatan Penggunaan Validitas Butir dan Koefisien Reliabilitas dalam Penelitian Pendidikan dan Psikologi

Ketidaktepatan Penggunaan Validitas Butir dan Koefisien Reliabilitas dalam Penelitian Pendidikan dan Psikologi Ketidaktepatan Penggunaan Validitas Butir dan Koefisien Reliabilitas dalam Penelitian Pendidikan dan Psikologi Dali S. Naga 1 bstract: Item validity is applied in educational and psychological research

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia yang berlokasi

Lebih terperinci

BEBERAPA KRITERIA EMPIRIK PADA ANALISIS BUTIR. Oleh Dali S. Naga

BEBERAPA KRITERIA EMPIRIK PADA ANALISIS BUTIR. Oleh Dali S. Naga BEBERAPA KRITERIA EMPIRIK PADA ANALISIS BUTIR Oleh Dali S. Naga Abstract. Aside of the theoretical framework, item analysis has established several empirical criteria for the determination of the quality

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Analisis interaksi antarvariabel 0 Interdependence 0 Deteksi multikolinearitas

Pendahuluan. 0 Analisis interaksi antarvariabel 0 Interdependence 0 Deteksi multikolinearitas Pendahuluan 0 Analisis interaksi antarvariabel 0 Interdependence 0 Deteksi multikolinearitas Tujuan 0 Tujuan utama: 0 Menjelaskan struktur hubungan di antara banyak variabel dalam bentuk faktor/variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuasi eksperimen yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan) merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN Bab III membahas mengenai lokasi, populasi, sampel, desain penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan

Lebih terperinci

ANALISIS ITEM DENGAN PENDEKATAN IRT

ANALISIS ITEM DENGAN PENDEKATAN IRT ANALISIS ITEM DENGAN PENDEKATAN IRT (DENGAN BANTUAN APLIKASI PROGRAM BILOG-MG) A. PENDAHULUAN Analisis butir soal secara modern menggunakan Item Response Theory (IRT) merupakan suatu teori yang menggunakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL Abidin 1), Moh. Salam ) 1) Alumni Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Desain penelitian korelasional dipilih oleh peneliti karena desain

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 75 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Hasil Penelitian a. Uji itas Angket yang telah disebarkan kemudian di uji validitasnya dengan menggunakan program Statistical

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan 63 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memungkinkannya pencatatan dan analisis

Lebih terperinci

Validitas Konstruk (construct validity) dalam Pengembangan Instrumen Penilaian Non-Kognitif

Validitas Konstruk (construct validity) dalam Pengembangan Instrumen Penilaian Non-Kognitif Validitas Konstruk (construct validity) dalam Pengembangan Instrumen Penilaian Non-Kognitif Kana Hidayati dan Caturiyati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK Pada tahun pelajaran 2004/2005 telah

Lebih terperinci

Pertemuan 6 & 7 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS. Objektif:

Pertemuan 6 & 7 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS. Objektif: Pertemuan 6 & 7 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Objektif: 1. Mahasiswa dapat mengetahui ketepatan mengukur suatu alat ukur (uji validitas) 2. Mahasiswa dapat menentukan konsistensi alat ukur (uji reliabilitas)

Lebih terperinci

PENILAIAN BERBASIS KELAS

PENILAIAN BERBASIS KELAS PENILAIAN BERBASIS KELAS Oleh: Kana Hidayati, M.Pd. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY A. Pendahuluan Sebagai konsekwensi desentralisasi pendidikan, saat ini sejumlah pembaharuan pendidikan terus

Lebih terperinci

Analisis Butir/Item Uji Validitas Uji Reliabilitas. tedi last 10/16

Analisis Butir/Item Uji Validitas Uji Reliabilitas. tedi last 10/16 Analisis Butir/Item Uji Validitas Uji Reliabilitas tedi last 10/16 LATAR BELAKANG Scaling yang dibuat sering tidak sempurna, dan kesalahan mungkin terjadi dalam pengukuran variabelvariabel yang bersifat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan. B. Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian korelasional untuk mengetahui hubungan kecanduan bermain game online

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan studi korelasional yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan

Lebih terperinci

Analisis Butir Soal Tes Prestasi Hasil Belajar

Analisis Butir Soal Tes Prestasi Hasil Belajar Analisis Butir Soal Tes Prestasi Hasil Belajar Oleh: Gito Supriadi ABSTRAK Untuk mendapatkan soal yang berkualitas baik maka perlu dilakukan analisis butir soal, Secara garis besar ada dua cara menganalisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yang dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

Lebih terperinci

Keakuratan Hasil Analisis Butir Menurut Teori Tes Klasik dan Teori Respons Butir Ditinjau dari Ukuran Sampel

Keakuratan Hasil Analisis Butir Menurut Teori Tes Klasik dan Teori Respons Butir Ditinjau dari Ukuran Sampel Keakuratan Hasil Analisis Butir Menurut Teori Tes Klasik dan Teori Respons Butir Ditinjau dari Ukuran Sampel Kana Hidayati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

SILABI. Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar Cara Pengajaran. : memahami dan menjelaskan definisi pengukuran

SILABI. Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar Cara Pengajaran. : memahami dan menjelaskan definisi pengukuran SILABI 1. Fakultas / Program Studi : FMIPA / Pendidikan Fisika 2. Mata Kuliah & Kode : Teori dan Teknik Pengukuran Pendidikan / 3. Jumlah SKS : Teori 2 SKS 4. Semester dan Waktu : VIII / 100 menit 5. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Ujicoba Instrumen Uji coba instrumen dilaksanakan pada minggu ke-4 Juli 2015 sampai dengan minggu ke-1 Agustus 2015. Uji dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi peneliti yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi peneliti yang dapat 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Tujuan penelitian dengan kuasi eksperimen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Deskripsi dan Analisis Data Penelitian Penelitian dan pengembangan instrumen penilaian sikap sosial (KI 2) dengan teknik antar teman yang dilakukan peneliti

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kualitas Pelayanan Jaminan Kesehatan Bali Mandara

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kualitas Pelayanan Jaminan Kesehatan Bali Mandara Jurnal Matematika Vol. 4 No. 1, Juni 2014. ISSN: 1693-1394 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kualitas Pelayanan Jaminan Kesehatan Bali Mandara Made Susilawati Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang terdiri dari variabel independen yaitu pemberian reward dan variabel

BAB III METODE PENELITIAN. yang terdiri dari variabel independen yaitu pemberian reward dan variabel 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Penelitian ini adalah penelitian quasi-eksperimen yang menggunakan nonequivalent model grup kontrol. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yang terdiri

Lebih terperinci

(2.1) keterangan: i = Banyaknya faktor yang terbentuk; (i=1,2,3,...,k)

(2.1) keterangan: i = Banyaknya faktor yang terbentuk; (i=1,2,3,...,k) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Faktor Menurut J. Supranto (2004), analisis faktor merupakan teknik statistika yang utamanya dipergunakan untuk mereduksi atau meringkas data dari variabel yang banyak

Lebih terperinci