BAB II KAJIAN TEORI. yaitu procrastinare. Kata procrastinare memiliki awalan pro yang berarti. menunda-nunda menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan.
|
|
- Widyawati Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Prokrastinasi Akademik Pengertian Prokrastinasi Akademik Menurut Ferrari (dalam Zhella), prokrastinasi berasal dari bahasa Latin yaitu procrastinare. Kata procrastinare memiliki awalan pro yang berarti bergerak maju ke depan dan akhiran crastinus yang berarti kepunyaan hari esok. Istilah prokrastinasi ini pertama-tama dikemukakan oleh Brown dan Holtzman (dalam Rizvi, 1996) untuk menunjuk pada suatu kecenderungan menunda-nunda menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan. Ellis dan Knaus (dalam Zhella, 2012) mengemukakan bahwa prokrastinasi adalah kebiasaan penundaan yang tidak bertujuan dan proses penghindaran tugas, yang hal itu sebenarnya tidak perlu dilakukan seseorang karena adanya ketakutan untuk gagal, serta adanya pandangan bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan benar. Penundaan telah menjadi respon tetap atau kebiasaan dapat dipandang sebagai suatu kebiasaan (trait) prokrastinasi. Berdasarkan pendapat dari para tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi adalah suatu tindakan menunda untuk menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang tidak bertujuan dan memperlambat pekerjaan sampai titik kenyamanan yang dialaminya.
2 Prokrastinasi merupakan suatu penundaan yang dilakukan seseorang dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah bidang akademik. Prokrastinasi akademik adalah penundaan yang dilakukan secara sengaja dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan, baik memulai maupun menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan bidang akademik. Solomon dan Rothblum (dalam Ilfiandra, 2006) secara jelas membagi kinerja tugas akademik dalam beberapa area yang lebih spesifik, yaitu: a. Tugas mengarang meliputi penundaan melaksanakan tugas menulis makalah, laporan atau tugas mengarang lainnya. b. Tugas belajar menghadapi ujian meliputi penundaan belajar ketika menghadapi ujian tengah semester, akhir semester atau kuis. c. Tugas membaca meliputi menunda membaca buku, jurnal, referensi yang berkaitan dengan tugas akademik. d. Tugas administratif meliputi menyalin catatan kuliah, mendaftarkan diri dalam presensi, daftar praktikum. e. Menghadiri pertemuan akademik meliputi penundaan atau keterlambatan menghadiri kuliah, praktikum, dan lain-lain. f. Kinerja akademik secara keseluruhan meliputi menunda kewajiban mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik secara keseluruhan. Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja tugas akademik diantaranya tugas mengarang, tugas belajar menghadapi ujian, tugas administratif, menghadiri pertemuan akademik, dan kinerja akademik keseluruhan. Penundaan atau prokrastinasi yang sering dilakukan akibat banyaknya tugas akademik yang harus dipenuhi Indikator Prokrastinasi Akademik Menurut Schouwenburg (dalam Yemima Husetiya, 2010) mengemukakan indikator prokrastinasi akademik adalah sebagai berikut:
3 (a) Penundaan pelaksanaan tugas-tugas akademik, (b) Kelambanan dan keterlambatan dalam mengerjakan tugas akademik, (c) Ketidaksesuaian antara rencana dengan performansi aktual, dan (d) Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan. Menurut Yemima Husetiya (2010) indikator prokrastinasi akademik adalah terlambat mengerjakan tugas, tidak melaksanakan tugas dengan sengaja, menyelesaikan tugas namun tidak tuntas, mengulur waktu dalam mengerjakan tugas, menyelesaikan tugas namun tidak sesuai rencana, dan mengerjakan tugas dalam waktu yang lama Jenis-jenis Prokrastinasi Akademik Menurut Ferrari (dalam Ilfiandra, 2006) bentuk-bentuk prokrastinasi ada dua yaitu: (a) Prokrastinasi Fungsional dan (b) Prokrastinasi Disfungsional. Prokrastinasi fungsional merupakan penundaan mengerjakan tugas dengan tujuan memperoleh informasi lengkap dan akurat. Sedangkan prokrastinasi disfungsional merupakan penundaan menyelesaikan tugas yang merupakan prioritas tinggi tanpa didasari oleh alasan yang masuk akal. Ferrari (dalam Zhella, 2012) mengemukakan bahwa ada dua bentuk prokrastinasi disfungsional berdasarkan tujuan dalam melakukan penundaan, yakni: a. Decisional Procrastination Decisional Procrastination adalah suatu penundaan dalam mengambil keputusan. Bentuk prokrastinasi ini merupakan sebuah anteseden
4 kognitif dalam menunda untuk mulai melakukan suatu kerja dalam menghadapi situasi yang dipersepsikan penuh stres (Ferrari dalam Rizvi, 1997). Decisional Procrastination berhubungan dengan kelupaan, kegagalan, proses kognitif, akan tetapi tidak berkaitan dengan intelegensi seseorang. b. Avoidance Procrastination Avoidance Procrastination atau Behavioral Procrastination adalah suatu penundaan dalam perilaku yang tampak. Penundaan dilakukan sebagai suatu cara untuk menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit untuk dilakukan. Avoidance Procrastination berhubungan dengan tipe Self Presentation, keinginan untuk menjauhkan diri dari tugas yang menantang, dan implusiveness. Berdasarkan pemaparan tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk prokrastinasi dibagi menjadi dua yakni prokrastinasi fungsional dan disfungsional. Sedangkan prokrastinasi disfungsional sendiri dibedakan menjadi dua yakni Decision Procrastination dan Avoidance Procrastination. Menurut Wyk (dalam Ilfiandra, 2010) terdapat tiga karakteristik prokrastinasi yaitu: 1) vocious cycles, 2) unrealistic sense of time, 3) dependence of inspiration. 1. Vocious cycles (lingkaran setan), artinya prokrastinasi merupakan sebuah siklus yang diawali oleh penolakan terhadap tugas karena alasan malu atau mengkritik diri, kemudian menyebabkan pekerjaan terlantar yang akhirnya juga meningkatkan rasa malu, dan umpan balik negatif terhadap pekerjaan juga akhirnya meningkatkan penundaan. 2. Pandangan yang tidak realistik terhadap waktu (unrealistic sense of time), hasil studi menunjukkan bahwa para procrastinator memandang waktu secara berlebihan atau mengabaikan waktu sehingga rencana yang dibuat sering tidak realistis. 3. Mengandalkan inspirasi (dependence of inspiration), para prokrastinator sering berpikir tommorow I will be in better mood. Terdapat dua kesalahan dari pikiran semacam ini, yaitu seseorang akan dapat bekerja dengan baik kalau sudah terinspirasi dan kalau dikerjakan besok akan lebih terinspirasi.
5 Berdasarkan pemaparan tokoh, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga karakteristik prokrastinasi yakni 1) vocious cycles, 2) unrealistic sense of time, 3) dependence of inspiration Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik Stell (dalam Ilfiandra, 2010) mengemukakan empat faktor prokrastinasi, yaitu: 1. Anxiety, fear of failure, perfectionism Seseorang melakukan prokrastinasi terhadap tugas karena takut dan stress. Konsekuensinya adalah seseorang yang rentan terhadap stress cenderung mengalami prokrastinasi. Terdapat sejumlah kondisi yang menyebabkan seseorang cemas, diantaranya adalah keyakinan tak rasional, seperti takut gagal dan selalu ingin kesempurnaan. 2. Self handicapping Seseorang mengalami prokrastinasi ketika menempatkan hambatan sebagai penghalang dari kinerja terbaik. Motivasi dalam self handicapping adalah untuk mempertahankan harga diri dengan mencari-cari alasan eksternal. 3. Rebeliousness Menurut literatur klinis (dalam Ilfiandra, 2006), penentangan (rebeliousness), permusuhan (hostility), dan ketidaksetujuan (disagreeableness) merupakan motivasi utama untuk prokrastinasi. Seseorang yang memiliki ciri kepribadian seperti ini memandang bahwa tuntutan ekspternal merupakan sesuatu yang mengancam sehingga perlu dijauhi. 4. Discounted expectancy theory Seseorang akan melakukan terlebih dahulu sesuatu yang lebih menyenangkan atau tujuan yang lebih dekat. Konsekuensinya seseorang cenderung prokrastinasi terhadap tugas-tugas yang sulit. Menurut pemaparan tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi prokrastinasi yakni Anxiety; fear of failure;perfectionism, Self handicapping, Rebeliousness, dan Discounted expectary theory.
6 Menurut Gufron (dalam Ilfiandra, 2006) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal, yaitu faktor dari individu yang meliputi kondisi fisik dan psikologis. Kondisi fisik dan kesehatan yang mempengaruhi munculnya prokrastinasi adalah fatigue. Tingkat intelegensi tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi, walaupun prokrastinasi sering disebabkan oleh keyakinan tak rasional seseorang. Trait psikologi yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi adalah self regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial. Besarnya motivasi juga mempengaruhi prokrastinasi akademik secara negatif, semakin tinggi motivasi ekstrinsik maka semakin rendah kecenderungan prokrastinasi. Faktor kontrol diri yang rendah juga menjadi penyebab prokrastinasi akademik. Faktor eksternal, yaitu gaya pengasuhan orang tua dan lingkungan yang kondusif. Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete menemukan bahwa gaya pengasuhan ayah yang otoriter menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi, sedangkan gaya pengasuhan otoritatif tidak menyebabkan prokrastinasi. Ibu yang memiliki kecenderungan melakukan avoidance procrastination menyebabkan anak wanita yang juga memiliki kecenderungan untuk melakukan avoidance procrastination pula. Prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan dari pada lingkungan yang penuh pengawasan. Tingkat,
7 jenjang sekolah, lokasi sekolah tidak mempengaruhi perilaku munculnya perilaku prokrastinasi akademik seseorang. Berdasarkan teori di atas, dalam pengambilan data akan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Gufron. Teori tersebut menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan prokrastinasi adalah faktor internal dan eksternal Penanganan Prokrasinasi Akademik Boice (dalam Ilfiandra, 2006) mengemukakan sepuluh prinsip dasar efikasi diri untuk membantu prokrastinator, yaitu: 1) Bersikap tenang dan sabar sebelum menulis. 2) Sebelum merasa siap menulis, kumpulkan informasi, susun dan buat kerangka gagasan. 3) Rinci tugas ke dalam aktivitas harian. 4) Berhenti dan lakukan istirahat ketika diperlukan. 5) Seimbangkan antara kerangka gagasan dengan kerja aktual. 6) Cermati pikiran dan kebiasaan negatif selama mengerjakan tugas. 7) Kelola emosi selama bekerja dengan cara menghindari sikap tergesa-gesa dan supervisial. 8) Hindari melibatkan emosi yang terlalu berlebihan dalam pekerjaan. 9) Ijinkan orang lain mengkritisi hasil pekerjaan. 10) Hindari upaya menghamburkan energi, seperti bekerja sampai kelelahan dan tidak toleran terhadap kritik. Berdasarkan pemaparan tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa ada sepuluh prinsip dasar efikasi diri untuk membantu prokrastinator dalam upaya lepas dari prokrastinasi. 2.2 Olahraga Pengertian Olahraga Giriwijoyo (2012) mengemukakan bahwa olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (yang
8 berarti mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (yang berarti meningkatkan kualitas hidup). Depkes (2014) mengemukakan olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulangulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Berdasarkan dari kedua teori tersebut olahraga adalah suatu bentuk aktivitas yang terencana dan terstruktur yang bertujuan memelihara gerak dan meningkatkan kemampuan gerak Manfaat Olahraga Olahraga dilakukan oleh masyarakat tidak memandang usia, baik anak-anak, dewasa maupun lanjut usia. Banyaknya peminat untuk berolahraga tentunya tidak terlepas dari manfaat yang mereka peroleh. Berikut ini dijelaskan beberapa manfaat berolahraga. Menurut Depkes (2014) manfaat olahraga adalah: 1. Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh darah. 2. Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang. 3. Meningkatkan kelenturan (fleksibilitas) pada tubuh sehingga dapat mengurangi cedera. 4. Meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah kegemukan dan mempertahankan berat badan ideal. 5. Mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit. 6. Meningkatkan sistem hormonal melalui peningkatan sensitifitas hormon terhadap jaringan tubuh. 7. Meningkatkan aktivitas sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit melalui peningkatan pengaturan kekebalan tubuh.
9 Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan mengenai manfaat kegiatan olahraga, diantaranya olahraga sangat baik bagi kesehatan, dan memberi kesegaran jasmani Jenis dan Komponen Olahraga Olahraga terdiri dari dua jenis. Menurut Depkes (2014), olahraga terdiri dari olahraga aerobik dan anaerobik. Aerobik adalah olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh. Misalnya: jogging, senam, renang, bersepeda. Anaerobik adalah olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh tubuh. Misalnya: angkat besi, lari sprint 100 M, tenis lapangan, bulu tangkis. Menurut Bompa (dalam Devi Tirtawirya, 2012), olahraga terdiri dari beberapa komponen yakni intensitas, volume, density, complexity, recovery, dan interval. Keenam hal itu merupakan hal yang harus dipahami seseorang dalam melakukan kegiatan olahraga supaya tujuan olahraga dapat tercapai. a) Intensitas Menurut Bompa (dalam Devi Tirtawirya, 2012) intensitas merupakan komponen kualitatif kerja atlet dalam waktu tertentu juga merupakan komponen penting dari pelatihan. Senada dengan itu menurut Sukadiyanto (dalam Devi Tirtawirya, 2012) intensitas adalah ukuran yang menunjukkan kualitas suatu rangsang atau pembebanan. Semakin tinggi intensitas, seorang atlet harus lebih melakukan kerja per satuan waktu. lntensitas adalah fungsi dari kekuatan impuls saraf atlet bekerja saat latihan. Kekuatan stimulus tergantung pada kecepatan, beban kinerja, dan variasi interval atau istirahat di antara pengulangan. Kerja otot dan keterlibatan Sistem Syaraf Pusat menentukan intensitas konsentrasi maksimum selama pelatihan atau kompetisi. Penting untuk mengakui elemen psikologis latihan dan mengakui bahwa event olahraga yang
10 membutuhkan aktivitas fisik rendah, seperti menembak, memanah, dan catur memiliki tingkat intensitas tertentu. b) Volume Menurut Bompa (dalam Devi Tirtawirya, 2012) volume adalah komponen utama pelatihan volume adalah prasyarat kuantitatif untuk piestasi teknis, taktis, dan fisik yang tinggi. Volume latihan, kadangkadang tidak akurat disebut durasi pelatihan, karena yang disebut volume adalah sebagai berikut: a. Waktu atau durasi Pelatihan b. Jarak yang ditempuh atau berat angkatan per unit waktu c. Pengulangan dari latihan atau elemen teknis atlet melakukan dalam waktu tertentu. Volume dapat diartikan jumlah aktivitas total dalam latihan, artinya bahwa jumlah total aktivitas yang dihitung dari durasi, jarak tempuh maupun pengulangan dalam latihan. Volume juga mengacu pada jumlah pekerjaan yang dilakukan selama latihan atau fase latihan. Di dalam latihan olahraga volume dibedakan menjadi dua jenis antara lain Relative volume dan absolute volume. Volume relatif mengacu pada jumlah total waktu kelompok atlet atau tim selama proses pelatihan khusus atau fase pelatihan. Volume absolute mengukur jumlah pekerjaan dan performa atlet individu per unit waktu, biasanya dinyatakan dalam menit. c) Density Bompa (dalam Slamet Widodo, 2010) menyatakan bahwa densitas merupakan suatu frekuensi dimana atlet dihadapkan pada sejumlah rangsang persatuan waktu. Densitas berkaitan erat dengan frekuensi dan waktu latihan. Rasio antara frekuensi latihan dan interval istirahat menunjukkan densitas dari latihan. d) Complexity Kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan dalam satu latihan. Bompa (dalam Devi Tirtawirya, 2012) mengemukakan, kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan 18 koordinasi, dapat menjadi penyebab yang penting dalam menambah intensitas latihan. Keterampilan teknik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot, khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan lemah. Semakin sulit bentuk latihan semakin besar juga perbedaan individual serta efisiensi mekanismenya. e) Recovery Menurut Bompa (dalam Devi Tirtawirya, 2012) recovery adalah waktu yang diperlukan untuk pemulihan/recovery antara periode pembebanan latihan. setiap individu membutuhkan waktu recovery yang berbeda, tergantung dari kemampuan kardiovasculer dari masing-masing individu.
11 semakin baik kardiovascular maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk recovery. f) Interval Menurut Bompa (dalam Devi tirtawirya 2012) interval beban merupakan waktu antara pembebanan yang satu dengan pembebanan berikutnya. Interval beban sering juga diartikan yaitu waktu istirahat yang diberikan setelah pembebanan. Menurut Suharno (1993) interval merupakan serentetan latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu. Interval dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan masa latihannya. Menurut Bompa (dalam Devi Tirtawirya, 2012), interval dalam latihan diperlukan untuk: a. Menghilangkan kelelahan b. Melaksanakan proses adaptasi sendiri c. Proses kompensasi untuk mendapatkan efek latihan positif Kelelahan dan Overtraining dalam Olahraga Menurut Giriwijoyo (2012) kelelahan merupakan kondisi menurunnya kapasitas kerja yang disebabkan oleh melakukan pekerjaan. Kelelahan dapat menurunkan kinerja dari individu. Jika kinerja individu menurun akan menyebabkan penundaan pengerjaan tugas yang dimilikinya (prokrastinasi). Kelelahan dibagi menjadi 2 tipe, yaitu kelelahan mental dan kelelahan fisik. Kelelahan mental adalah kelelahan yang merupakan akibat dari kerja mental, kelelahan ini disebabkan oleh kejemuan sebab kurangnya minat. Sedangkan kelelahan fisik disebabkan oleh kinerja fisik atau kerja otot. Giriwijoyo (2012) mengemukakan penyebab kelelahan adalah: 1. Sumber daya habis atau tidak dapat diperoleh. 2. Tertimbunnya sampah olahdaya di dalam tubuh. 3. Terganggunya keseimbangan elektrolit/asam-basa didalam cairan tubuh. 4. Terganggunya keseimbangan pemasukan dan pengeluaran air didalam tubuh.
12 Berdasarkan pemaparan tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa ada empat penyebab kelelahan yakni habisnya berkurangnya cairan dalam tubuh secara drastis dan habisnya sumber daya. Menurut Giriwijoyo (2012) overtraining adalah bentuk kronis dari kelelahan patologis dalam olahraga. Overtraining disebabkan oleh harapan yang berlebihan, yang melebihi kapasitas fungsional otak menjadi pemicu terjadinya neurosis (overtraining) ini. Harapan yang berlebihan ini disebabkan oleh: 1. Proses perangsangan yang berlebihan yang disebabkan oleh karena volume, intensitas, dan kompleksitas latihan dari olahraga-olahraga tersebut. 2. Proses penghambatan yang berlebihan dari gerakan-gerakan yang tidak diperlukan pada saat membentuk gerakan-gerakan baru dan halus, atau oleh terjadinya pengaruh diferensiasi rangsangan. 3. Mobilitas proses syaraf yang berlebihan atau perubahan-perubahan pada stereotype yang dinamis. Berdasarkan pemaparan tokoh di atas dapat disimpulkankan bahwa pemicu overtraining adalah proses perangsangan yang belebihan, proses penghambat yang berlebihan, dan mobilitas syaraf yang berlebihan. Semua proses-proses ini akan menyebabkan terjadinya exhaustion (kelelahan) dari otak setelah melakukan olahraga yang berlebihan secara tersendiri maupun dalam kaitannya dengan faktor-faktor lain. Sports neurosis (kelelahan saraf) dapat juga terjadi bila ada depresi terhadap fungsi cortex cerebri, yang merupakan dampak dari peran panjang fisik yang sedang dilakukan yang menyebabkan stress saraf.
13 2.3 Pengaruh Kegiatan Olahraga terhadap Prokrastinasi Akademik Proses olahraga yang dilakukan secara rutin dan teratur, akan meningkatkan kebugaran jasmani seseorang. Hal ini akan menyebabkan seorang menjadi terampil, kuat dan efisien dalam gerakannya. Namun semakin rutin melakukan olahraga maka akan berdampak pada kelelahan pada tubuh. Kelelahan pada tubuh akan menimbulkan bergesernya waktu untuk kegiatan akademik. Tugas banyak, deadline, ulangan harian, bahkan harus membagi semuanya itu dengan beristirahat. Kadang siswa juga merasa tidak yakin akan kemampuan yang dimilikinya, kondisi yang demikian membuat mereka tidak berani untuk meminta bantuan atau pendapat kepada orang lain. Rasa lelah setelah berolahraga, banyaknya beban tugas, serta perasaan takut gagal akan meningkatkan motivasi untuk melakukan prokrastinasi akademik. 2.4 Hasil Penelitian yang Relevan Berdasarkan penelitian yang dilakukan Andika Desma Prastya Dinata (2012) mengenai Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara Mahasiswa yang Aktif dengan yang Tidak Aktif dalam Organisasi Lembaga Kemahasiswaan di Kalangan Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana dengan sampel sebanyak 139 mahasiswa aktif. Hasil yang diperoleh nilai signifikansi sebesar (p>0,05) yang artinya tidak terdapat perbedaan prokrastinasi akademik yang
14 signifikan antara mahasiswa yang aktif dengan yang tidak aktif dalam organisasi Lembaga Kemahasiswaan di kalangan mahasiswa Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana. Penelitian yang dilakukan oleh Pradita Windra Sukmono (2009) dengan subjek 112 mahasiswa. Sebaran data subjek untuk prokrastinasi akademik menunjukkan (KS-Z = 0,512 p = 0,956), sedangkan untuk sebaran data keaktifan dalam lembaga kemahasiswaan menunjukkan (KS-Z = 0,753; p = 0,622), keduanya menunjukkan sebaran data normal. Sebaran data linier juga ditunjukkan oleh data keaktifan dalam lembaga kemahasiswaan dan prokrastinasi akademik (F = 2,423 dan p= 0,124). Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data Pearson Correlation. Hasilnya menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara keaktifan dalam lembaga kemahasiswaan dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang aktif dalam kegiatan lembaga kemahasiswaan yang ada di Universitas Islam Indonesia (r =-0,151 dengan p = 0,056). 2.5 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ada pengaruh yang signifikan kegiatan olahraga terhadap prokrastinasi akademik siswa kelas XI Teknik Permesinan 3 SMK Muhammadyah Kota Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014.
BAB I PENDAHULUAN. guna mengembangkan bakat serta kepribadian siswa. Mulyasa (2011)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat serta
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu pro atau forward
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jejaring Sosial Facebook 2.1.1 Pengertian Jejaring Sosial Facebook Pengertian jejaring sosial menurut Wikipedia (2012) adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian prokrastinasi Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Procrastination 1. Pengertian Procrastination Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan awalan pro yang berarti mendorong
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Secara bahasa, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendukung maju atau bergerak
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat
BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat gambaran prokrastinasi pada mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara. Landasan teori ini
Lebih terperinci2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa dalam Peraturan Pemerintah RI No. 30 tahun 1990 adalah: Peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa akhir program S1 harus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN REFERENSI
BAB 2 TINJAUAN REFERENSI Dalam bab ini, penulis akan membahas variabel tunggal penelitian yaitu prokrastinasi akademik, kemudian bahasan mengenai definisi prokrastinasi akademik, definisi kegiatan ekstrakurikuler,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ProkrastinasiAkademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastinare, dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju, dan crastinus yang berarti besok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. Orang rela membayar mahal untuk dapat mengecap pendidikan di perguruan tinggi. Salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK 1. Pengertian prokrastinasi Prokrastinasi merupakan suatu fenomena yang seringkali terjadi saat ini terlebih dikalangan pelajar. Milgram (Ferrari, dkk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Semakin tinggi penguasaan seseorang terhadap suatu bidang, semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fenomena yang kerap terjadi di kalangan mahasiswa adalah prokrastinasi akademik. Menurut Lay (LaForge, 2005) prokrastinasi berarti menunda dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di Indonesia, SMP berlaku sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi sekarang ini, manusia dituntut untuk dapat menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting, namun sampai sekarang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang sering didengungkan oleh para pendidik. Hal ini menekankan pentingnya pendidikan bagi setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja memiliki kecenderungan untuk tumbuh berkembang guna mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi dan globalisasi, manusia dituntut untuk menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting (Husetiya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju dan crastinus yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang diberi berbagai kelebihan yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal pikiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak terlepas dari dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa terdiri dari dua kata yaitu maha yang berarti besar dan siswa yang berarti orang yang sedang melakukan pembelajaran, jadi mahasiswa merupakan seseorang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Self efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Inggris yaitu procrastination yang berarti
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Inggris yaitu procrastination yang berarti menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya. Prokrastinasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa 2.1.1. Pengertian Prokrastinasi Para ahli mempunyai pandangan yang berbeda mengenai prokrastinasi. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Kata prokrastinasi akademik sebenarnya sudah ada sejak lama, bahkan dalam salah satu prasasti di Universitas Ottawa
Lebih terperinciPREDIKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Amrul Aysar Ahsan Dosen Psikologi IAIN Palopo
Volume 3 No. 1 Juni 2015 PREDIKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Amrul Aysar Ahsan Dosen Psikologi IAIN Palopo 8 Abstrak: Hal utama yang menjadi pembahasan pada tulisan ini adalah prokrastinasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga mahasiswa dapat memilih perguruan tinggi yang hendak mereka masuki. Dalam memilih perguruan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam suatu pendidikan formal, seperti SMA/SMK terdapat dua kegiatan yang tidak dapat terpisahkan yaitu belajar dan pembelajaran. Kedua kegiatan tersebut melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap perkembangan remaja akhir (18-20 tahun)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu aspek yang penting dalam kehidupan adalah kesuksesan atau kegagalan di bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, teknologi dan budaya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan, serta
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan keaslian penelitian 1.1 Latar Belakang Memasuki era perkembangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014 adalah penelitian inferensial. Analisis
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian pengaruh kegiatan olahraga terhadap prokrastinasi akademik siswa kelas XI Teknik Permesinan SMK Muhammadyah Kota Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Suatu kecendrungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan dalam dunia psikologi disebut dengan istilah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Responden Responden terdiri dari 200 orang dan merupakan mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran rentang usia responden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa. Masalah menyontek selalu terjadi dalam dunia pendidikan dan selalu terkait dengan tes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut manusia untuk bisa bertindak dan menghasilkan karya. Mahasiswa sebagai anggota dari suatu lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di Universitas X Bandung didirikan berdasarkan pertimbangan praktis, yakni melengkapi syarat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karyawan merupakan aset bagi perusahaan, setiap perusahaan membutuhkan karyawan untuk dapat melangsungkan kegiatan dan mengembangkan kualitas produknya. Karyawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal, non-formal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa merupakan sekelompok individu yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan mendapatkan pelajaran dan pengalaman
Lebih terperinciProsiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN
Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI PADA MAHASISWA PROKRASTINATOR YANG MENGONTRAK SKRIPSI 1 Siti Qadariah, 2 Sukarti Hilmi Manan, 3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan sedang menempuh proses pendidikan di Perguruan Tinggi. Pada umumnya mahasiswa berusia antara 18-24 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai gambaran dari penelitian secara keseluruhan. Isi dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Steel (2007) mengemukakan prokrastinasi sebagai suatu perilaku menunda dengan sengaja melakukan kegiatan yang diinginkan walaupun individu mengetahui bahwa perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latihan telah mendapat tempat dalam dunia kesehatan sebagai salah satu faktor penting dalam usaha pencegahan penyakit. Latihan terbukti pula dapat meningkatkan derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai subyek menuntut ilmu di perguruan tinggi tidakakan terlepas dari keaktivan belajar dan mengerjakan tugas. Salah satu kriteria yang menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia, pendidikan terbagi menjadi tiga jenis, yang pertama adalah pendidikan non formal (seperti kursus dan les), yang kedua adalah pendidikan informal
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S1 ) Psikologi Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia semakin berkembang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia semakin berkembang. Muncul berbagai perubahan sebagai dampak dari perkembangan gaya hidup. Perubahan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni menciptakan persaingan yang cukup ketat dalam dunia pendidikan
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun
1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan, manusia memiliki berbagai macam aktivitas dan tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun terkadang sebaliknya yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap cabang olahraga memiliki kriteria kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang atletnya. Di cabang olahraga dayung fisik, teknik, taktik, dan mental
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai dari tugas rumah tangga, tugas dari kantor ataupun tugas akademis. Banyaknya tugas yang diberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat membantu dalam meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini pemerintah berupaya meningkatkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya kadang kadang (Sapadin & Maguire, 1996:4). Prokrastinasi sebagai
19 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI 1. Pengertian Prokrastinasi Hampir setiap individu melakukan prokrastinasi walaupun mungkin hanya kadang kadang (Sapadin & Maguire, 1996:4). Prokrastinasi sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan perhatian khusus dalam bidang kesehatan. Pihak pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan,
Lebih terperincisebagainya. Menurut Susan M Sawyer et al, 2012 masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan saat fungsi fisik hampir mencapai puncaknya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kebugaran jasmani berhubungan erat dengan aktivitas fisik yang dilakukan seseorang. Semakin tinggi aktivitas semakin besar tingkat kebugarannya begitupun sebaliknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. waktu yang telah ditentukan sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Prokrastinasi Seseorang yang mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai batas waktu yang telah ditentukan sering mengalami keterlambatan,
Lebih terperinciHUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG
HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG Rojil Gufron Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciLAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version
LAMPIRAN KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Psikologi UKM Bandung, salah satu persyaratan tugas yang harus dipenuhi adalah melakukan penelitian. Sehubungan
Lebih terperinciProkrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang Bekerja
Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang Bekerja Andini Dwi Arumsari, Sugito Muzaqi Program Studi PG PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Narotama Surabaya andini.dwi@narotama.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan dan merupakan kunci utama untuk mencapai kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat memotivasi terciptanya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.
1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat VO2max Burns (2000:2) VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode saat ini merupakan zaman modern, Negara Indonesia dituntut untuk mampu menjadi sebuah negara yang hebat dan mampu bersaing di era globalisasi dan diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam menyelesaikan studi adalah pengelolaan waktu atau disiplin waktu. Mengelola waktu berarti mengarah pada
Lebih terperinciTEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA
TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA Konsep Dasar Latihan Suatu proses yang sistematis dari program aktivitas gerak jasmani yang dilakukan dalam waktu relatif lama dan berulang-ulang, ditingkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan bisa berupa pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara. Maju tidaknya suatu negara dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Pendidikan
Lebih terperincisendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan
BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu cara yang digunakan agar sesorang mendapatkan berbagai macam ilmu. Pendidikan dapat diperoleh secara formal maupun informal. Pendidikan secara formal seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu
Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Menyusun Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Sarah Devina Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Kecerdasan
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Dalam sebuah perguruan tinggi, perkuliahan merupakan kegiatan yang wajib
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah perguruan tinggi, perkuliahan merupakan kegiatan yang wajib untuk diikuti oleh setiap mahasiswa. Dalam perkuliahan ada bermacam-macam kegiatan yang wajib
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pengetahuan akademik bagi mahasiswanya. Mahasiswa tidak hanya dituntut secara akademik, tetapi
Lebih terperinciPERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR DALAM MENGURANGI TINGKAT PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA DI SEKOLAH
PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR DALAM MENGURANGI TINGKAT PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA DI SEKOLAH Dosi Juliawati Institut Agama Islam Negeri Kerinci e-mail: dosi@konselor.org Abstrak Prokrastinasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam dunia olahraga kondisi fisik atlit memegang peranan penting dalam menjalankan program latihannya, Fisik seorang atlit juga salah satu syarat yang sangat diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang sangat menentukan, dengan ditandai perubahan-perubahan besar yang belum pernah terjadi sepanjang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi Self Efficacy Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas tertentu (Bandura, 1997).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat adalah keadaan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif dan ekonomis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola adalah permainan bola besar yang dimainkan oleh dua tim dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Sepak bola merupakan olahraga paling populer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 meter sampai dengan 400 meter (Yoyo, 2000). Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari jarak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa sangat diharapkan dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap kemajuan bangsa, juga
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.8 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 sampai dengan 18 Mei 2012. Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa angakatan 2008-2011
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Andalas dengan beban sebesar empat satuan kredit semester (SKS),
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skripsi adalah muatan lokal pada kurikulum pendidikan dokter di Universitas Andalas dengan beban sebesar empat satuan kredit semester (SKS), berupa karangan asli, dan
Lebih terperinciPANDUAN KESEHATAN OLAHRAGA
PANDUAN KESEHATAN OLAHRAGA Oleh: Fatkurahman Arjuna E-mail: Arjuna@UNY.ac.id ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Kesehatan Olahraga adalah kesehatan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan atau
Lebih terperinciKONSEP Latihan kebugaran jasmani
KONSEP Latihan kebugaran jasmani OLEH SUHARJANA FIK UNY1 Pengertian Latihan Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan individual
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan subjek yang menuntut ilmu diperguruan tinggi memiliki tanggung jawab pada saat kuliah berlangsung dan menyelesaikan kuliahnya. Mahasiswa
Lebih terperinci