FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PENYAKIT ASMA PADA PEKERJA DI PABRIK TEH PT SINAR INESCO KECAMATAN TARAJU KABUPATEN TASIKMALAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PENYAKIT ASMA PADA PEKERJA DI PABRIK TEH PT SINAR INESCO KECAMATAN TARAJU KABUPATEN TASIKMALAYA"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PENYAKIT ASMA PADA PEKERJA DI PABRIK TEH PT SINAR INESCO KECAMATAN TARAJU KABUPATEN TASIKMALAYA Oleh : Yosep Hadiansyah 1, Sri Maywati 2 1. Staff Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Tasikmalaya, Alumnus FKM UNSIL Tasikmalaya, lulus tahun Staff Pengajar FKM UNSIL Tasikmalaya, Alumnus FKM Universitas Diponegoro Semarang, lulus tahun 2000 ABSTRAK Berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan baik di masyarakat maupun di tempat kerja. Salah satunya dengan memperhatikan kesehatan pekerja, terutama penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan kerja karena pada umumnya pekerja mempunyai resiko terpapar oleh polutan di tempat kerja. Polutan udara sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit asma terutama bila didukung oleh faktor individu. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit asma pada pekerja di Pabrik Teh PT Sinar inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah semua pekerja bagian produksi sebanyak 93 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 16,1% responden memilki keluarga dengan riwayat penyakit asma, 31,2% responden mempunyai alergi yang dapat menyebabkan penyakit asma, 65,6% responden berjenis kelamin laki-laki dan 34,4% berjenis kelamin perempuan, 14% responden mempunyai gangguan infeksi pernapasan, 34,4% responden menjawab adanya alergen ditempat kerja, 62,4% responden mempunyai pendapatan kurang, 49,5% status gizinya kurang dan 23,7% status gizinya lebih. 50,5% responden merokok ataupun ada dari keluarga mereka yang merokok. Berdasarkan uji chi square dengan α 0,05 didapatkan hasil, ada hubungan antara predisposisi genetik dengan penyakit asma pada pekerja dengan p value 0,464, ada hubungan antara alergi dengan penyakit asma dengan pada pekerja p value 0,487, ada hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit asma pada pekerja dengan p value sebesar 0,713, Ada hubungan infeksi pernapasan dengan penyakit asma pada pekerja dengan p value sebesar 0,001, ada hubungan antara status gizi dengan penyakit asma pada pekerja dengan p value sebesar 0,083, Ada hubungan antara alergen dengan penyakit asma pada pekerja dengan p value sebesar 0,039, ada hubungan antara Status sosio ekonomi dengan penyakit asma pada pekerja dengan p value sebesar 0,244. Ada hubungan antara asap rokok dengan penyakit asma pada pekerja dengan p value sebesar 0,017. Oleh karena itu perlu dihindarkan faktor-faktor pemicu penyakit asma dan perbaikan kondisi lingkungan kerja sehingga pekerja terhindar dari penyakit akibat kerja. Kata kunci : Faktor risiko, penyakit asma, pekerja, pabrik teh ABSTRACT Many things has been done to increase healhty degree of people, including in the work place. One of the ways is gave attention to healthy of worker, especially that caused by work environment, because usually the worker have high risk to exposed by pollutant in the work place. Air pollutant in the work place have more influence on incident of astma and supported by individual factor. The goal of research is to identifying risk factors that correlation with Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya (Yosep Hadiansyah, Sri Maywati) 59

2 incident of asthma in the worker at tea factory PT Sinar Inesco Taraju Tasikmalaya. Research using survey methode with cross sectional design. Sample are total poppulation are 93 people in production section. The result showing that 16,1% have family with asthma, 31,2% have allergi reaction that cause asthma, 65,6% are mans and 34,4% are womans, 14% have tractus infection, 34,4% answer that there is allergen in the work place, 62,4% are low income, 49,5% are low of body mass index and 23,7% are obesity, 50,5% are smoker or exposed bay smoke from their family. Based on Chi Square at α = 0,05 the result showed there is not correlation between genetic with asthma (p=0,464), there is not correlation between allergy with asthma (p=0,487), there is not correlation between sex with asthma (p=0,713), there is significantly correlation between tractus infection with asthma (p=0,0,001), there is not correlation between body mass index with asthma (p=0,083), there is significantly correlation between allergen with asthma (p=0,039), there is not correlation between sosioeconomic with asthma (p=0,244), there is significantly correlation between smoke of cigarret with asthma (p=0,017). Therefore be needed to avoid risk factors that caused asthma and improve to environment so the worker avoided from occupational desease. Key words : risk factors, asthma, worker, tea factory A. LATAR BELAKANG Pekerja perkebunan telah didefinisikan oleh WHO pada Tahun Seseorang yang mempunyai kesibukan apakah menetap atau sementara, terlepas dari status hukum, pada kegiatan kegiatan yang berhubungan dengan perkebunan. Kemudian definisi ini telah diubah lebih luas mencakup semua bentuk aktifitas yang berhubungan dengan pertumbuhan, hasil panen dan proses primer dari semua jenis hasil panen serta memelihara (mengolah) atau membiakkan, mengangkat binatang binatang dan merawat atau menata kebun dan taman serta ada yang menambah dengan perkembangan prosesing dan aspek komoditinya (Schenker,1998 : 158). Asma kerja adalah suatu penyakit yang ditandai oleh penyempitan saluran nafas yang bervariasi akibat paparan debu, uap atau asap di tempat kerja dan bukan akibat iritasi udara dingin atau latihan fisik. Asma ini adalah asma yang timbul akibat sentisisasi di tempat kerja, ada orang yang sebelumnya sudah mempunyai gejala dan juga bisa terjadi pada orang belum sakit. Benda benda yang berada lingkungan perkebunan dengan jelas memperlihatkan dan mungkin menyebabkan asma (Aditama, 1997: 14). Faktor pencetus penyakit asma adalah allergen, infeksi (terutama saluran nafas bagian atas), iritan, cuaca, kegiatan jasmani, refluks gastroesofagus dan psikis. (Arif dkk, 2000) Pekerjaan produksi teh adalah semua kegiatan pengolahan teh yang meliputi proses pelayuan, penggilingan, pengeringan, sortasi dan pengepakan serta semua aktifitas yang menunjang terhadap kegiatan produksi teh sampai dihasilkan produk teh yang siap edar dan siap konsumsi. Semua bagian pekerjaan ini mempunyai resiko Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya (Yosep Hadiansyah, Sri Maywati) 60

3 terhadap terjadinya penyakit akibat kerja. Hal ini disebabkan adanya interaksi dengan faktor penyebab terjadinya penyakit akibat kerja, diantaranya debu dan asap. Berdasarkan hasil survey awal di Pabrik Teh PT Sinar Inesco, sebagian pekerja memiliki keluhan diantaranya berupa sesak nafas, bengek, batuk dan nyeri di dada. Bertolak dari keterangan diatas, penulis tertarik untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan terjadinya penyakit asma pada pekerja di Pabrik Teh PT Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya. B. TUJUAN PENELITIAN a. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit asma seperti genetik, alergi, jenis kelamin, infeksi pernafasan, status gizi, alergen, status sosioekonomi dan asap rokok pada pekerja bagian produksi di perkebunan teh PT. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya. b. Mengidentifikasi kejadian penyakit asma pekerja c. Menganalisis hubungan faktor-faktor resiko dengan terjadinya penyakit asma yaitu genetik, alergi, jenis kelamin, infeksi pernafasan, status gizi, status sosioekonomi, alergen dan asap rokok dengan terjadinya penyakit asma pada pekerja di Pabrik Teh PT Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya. D. METODE PENELITIAN Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor resiko terjadinya penyakit asma meliputi faktor pejamu yaitu predisposisi genetik, alergi, Jenis kelamin, Infeksi pernafasan, Status gizi dan faktor Faktor Lingkungan meliputi Adanya alergen, Status sosio ekonomi, Asap rokok. Variabel terikat adalah kejadian penyakit asma pada pekerja yang didefinisikan sebagai kelainan berupa inflamasi (peradangan) saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada berdasarkan anamnesa medis. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-September 2009, menggunakan metode Survey dengan pendekatan Cross-Sectional yang bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya penyakit asma pada pekerja di Perkebunan teh PT. Sinar Inesco Kec. Taraju Kab. Tasikmalaya. Populasi adalah seluruh pekerja di Pabrik Teh PT Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya dengan jumlah sebanyak 93 orang. Sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh populasi. Data di analisis secara univariat dengan membuat tabel distribusi frekuensi untuk semua variabel, Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya (Yosep Hadiansyah, Sri Maywati) 61

4 dan secara bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variable terikat adalah uji chi-square. E. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Proses Produksi Kegiatan produksi PT. Sinar Inesco adalah mengolah pucuk teh sebagai bahan baku menjadi bahan jadi berupa teh siap seduh. Jenis teh itu sendiri ada dua macam yaitu teh hijau dan teh hitam. Perbedaan teh hijau dan teh hitam terletak pada proses pengolahannya, dimana daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik sedangkan untuk proses produksi teh hitam, proses fermentasi berlangsung penuh, yang menyebabkan daun-daun teh berubah menjadi hitam dan memberi rasa khas. Setelah pemetikan, daun yang masih hijau ditebar di atas wadah (trouch) untuk dilayukan selama jam. Selama proses pelayuan yang lama itu daun kehilangan banyak kadar airnya, menjadi lembut dan layu sehingga daun-daun itu mudah digiling. 2. Gambaran Ruang Kerja Proses Produksi. Pabrik yang dipergunakan untuk proses produksi sekarang pada dasarnya cukup luas. Namun karena proses produksi mampunyai tahapan yang cukup panjang menyebabkan adanya penggabungan ruangan untuk dua atau tiga proses produksi. Misalnya saja proses sortasi digabungkan dengan proses pengeringan dan tester sehingga polutan yang dihasilkan tersebar ke seluruh ruangan sehingga meskipun ruangan yang dipergunakan cukup luas pekerja yang semestinya tidak terkena polutan turut mempunyai resiko terpapar polutan tersebut. 4. Identifikasi Penyakit Asma Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kejadian Penyakit Asma Pada Pekerja di Pabrik Teh PT. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 No Keluhan Asma Frekuensi Persentase (%) 1 Ya 17 18, ,7 Berdasarkan tabel 1 dari 93 responden, 18,3% responden mempunyai penyakit asma dan 81,7% responden tidak mempunyai penyakit asma. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya (Yosep Hadiansyah, Sri Maywati) 62

5 Asma di tempat kerja itu sendiri mempunyai arti suatu penyakit yang ditandai oleh penyempitan saluran nafas yang bervariasi akibat paparan debu, uap atau asap ditempat kerja dan bukan akibat iritasi udara dingin atau latihan fisik. Asma ini adalah asma yang timbul akibat sentisisasi di tempat kerja, ada orang yang sebelumnya sudah mempunyai gejala dan juga bisa terjadi pada orang yang belum sakit (Aditama, 1997:19). Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktifitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas, dan gejala pernafasan. Gejala-gejala asma antara lain: bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop, batuk produktif sering pada malam hari, dan nafas atau dada seperti tertekan (Arif, 1999 : 477). 5. Identifikasi Faktor Penyebab Asma a. Predisposisi genetik asma Tabel 2. Distribusi Frekuensi Predisposisi Genetik Asma Pada Pekerja Di Pabrik Teh PT. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 No Predisposisi Genetik Asma Frekuensi Persentase (%) 1 Ya 15 16, ,9 Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan dari 93 responden, 16,1% responden memilki riwayat asma dan 83,9% responden tidak memilki riwayat asma. Tabel 3. Hubungan Predisposisi Genetik dengan Penyakit Asma Pada Pekerja di Pabrik Teh PT. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 Predisposis genetik Ya n % n % n % Ya 4 26, , , , , , P Value 0,464 Berdasarkan tabel 3 di atas, baik responden yang mempunyai predisposisi genetik maupun ayng tidak mempunyai sebagian besar tidak mempunyai penyakit asma. Hasil analisis hubungan antara predisposisi genetik dengan penyakit asma Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya (Yosep Hadiansyah, Sri Maywati) 63

6 diperoleh p value sebesar 0,464 dengan α 0,05 artinya tidak ada hubungan antara predisposisi genetik dengan penyakit asma.. Predisposisi genetik adalah bakat yang diturunkan dari orang tua terhadap keturunanya. Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga biasa diturunkan (Arif, 2000). b. Alergi Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kejadian Alergi Pada Pekerja di Pabrik Teh PT. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 No Alergi Frekuensi Persentase (%) 1 Ya 29 31, ,8 Tabel 4 di atas menunjukkan sebagian besar responden (68,8%) tidak mempunyai alergi yang dapat berpengaruh terhadap penyakit asma. Alergi adalah perubahan daya reaksi tubuh terhadap suatu zat yang diperoleh pada kontak kemudian sebagai akibat terbentuknya kompleks antigen antibody (Rasmaliah, 2000). Tabel 5. Hubungan Alergi dengan Penyakit Asma Pada Pekerja di Pabrik Teh PT. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 Alergi Ya n % n % n % Ya 7 24, , , , , , P Value Hasil analisis hubungan antara alergi dengan keluhan penyakit asma dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p value sebesar 0,388 dengan α 0,05. Nilai di atas menunjukan nilai p value lebih dari 0,05 artinya tidak ada hubungan antara alergi dengan keluhan penyakit asma. Seseorang yang mempunyai bakat alergi Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya (Yosep Hadiansyah, Sri Maywati) 64

7 dapat lebih rentan menderita asma dibandingkan dengan yang tidak ada bakat alergi. Keadaan demikian diakibatkan respon imun yang terdapat pada orang yang mempunyai bakat alergi akan mudah terpengaruhi oleh factor ldari luar tubuh. c. Jenis kelamin Tabel 6. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pada Pekerja di Pabrik Teh PT. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya 2009 No Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%) 1 Laki-laki 61 65,6 2 Perempuan 32 34,4 Tabel 7. Hubungan Jenis Kelamin dengan Penyakit Asma Pada Pekerja di Pabrik Teh PT. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 Jenis kelamin Ya n % N % n % Laki-laki 10 16, , Perempuan 7 21, , , , P Value 0,713 Hasil analisis hubungan diperoleh p value sebesar 0,577 dengan α 0,05. Nilai di atas menunjukan nilai p value lebih dari 0,05 artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan penyakit asma. Hasil penelitian terhadap penyakit asma di PT sinar inesco menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit asma. Namun meskipun demikian jika kita perhatikan 7 (21,9%) responden dari 32 responden wanita mengidap penyakit asma dibandingkan dengan 10 (16,4%) responden mempunyai penyakit asma dari 61 responden laki-laki, maka prosentasenya lebih besar. Sebuah penelitian di Kanada misalnya, menyebutkan bahwa 8,5% wanita Kanada mengidap penyakit asma, sementara pria penderita asma hanya berkisar 7,5%. Serangan asma yang diidap wanita juga seringkali justru lebih parah ketimbang asma yang menimpa pria. Sebuah studi di tahun 1998 di Amerika dan Kanada menunjukkan bahwa kaum wanita pengidap asma memiliki peluang dirawat inap tiga kali lebih besar daripada kaum pria pengidap asma. Bahkan sebuah studi di Amerika dan Kanada di tahun 1999 menyebutkan bahwa kaum wanita dua kali Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya (Yosep Hadiansyah, Sri Maywati) 65

8 lipat lebih besar berpeluang masuk unit gawat darurat akibat asma akut yang diidapnya (Healtylife Edisi 07/VIII - Juli 2009). Pemicu serangan asma pun cukup bervariasi. Sebagian besar asma akut yang menyerang kaum wanita dipicu oleh kebiasaan merokok, sementara pada pria, kebiasaan merokok tidak banyak berpengaruh terhadap timbulnya serangan asma. Ternyata faktor hormonal turut berpengaruh dalam pemilihan jenis terapi dan pengobatan yang seharusnya dijalani. Pada permulaan tahun 1990-an, para peneliti di seluruh dunia baru menyadari adanya pengaruh jender dalam hal ketahanan terhadap penyakit (Healtylife Edisi 07/VIII - Juli 2009). d. Infeksi pernapasan Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kejadian Gangguan Infeksi Pernapasan Pada Pekerja di Pabrik Teh PT. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 No Infeksi pernapasan Frekuensi Persentase (%) 1 Ya Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 93 responden, 14% responden mempunyai gangguan infeksi pernapasan dan 86% responden tidak mempunyai gangguan infeksi pernapasan. Tabel 9. Hubungan Infeksi pernapasan dengan Penyakit Asma Pada Pekerja di Pabrik Teh PT. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 Infeksi pernapasan Ya n % N % n % Ya 7 53,8 6 46, , , , , P Value 0,001 Hasil analisis hubungan antara infeksi pernapasan dengan penyakit asma dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p value sebesar 0,001 dengan α 0,05. Nilai di atas menunjukkan nilai p value kurang dari 0,05 artinya ada hubungan antara infeksi pernapasan dengan penyakit asma pada pekerja di pabrik Teh PT Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya (Yosep Hadiansyah, Sri Maywati) 66

9 Infeksi pernafasan / ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru (Depkes RI, 2001). Infeksi pernafasan merupakan masalah yang mempunyai hubungan dengan terjadinya penyakit asma yang terjadi pada para pekerja di Pabrik Teh PT Sinar Inesco Taraju Tasikmalaya. Hal ini terjadi karena adanya kontak yang terus menerus dengan polutan debu dan asap terutama asap rokok di lingkungan kerja. Dengan terjadinya kontak secara terus menerus dan ditambah dengan ketidak patuhan pekerja memakai masker maka saluran pernafasan menjadi rentan terhadap infeksi. e. Alergen Tabel 10. Distribusi Frekuensi Kejadian Adanya Alergen di Pabrik Teh PT. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya 2009 No Alergen Frekuensi Persentase (%) 1 Ya 32 34, ,6 Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 93 responden, 34,4% responden menjawab adanya alergen di tempat kerja dan 65,6% responden menjawab tidak adanya alergen ditempat kerja. Tabel 11.Hubungan Alergen dengan Penyakit Asma Pada Pekerja di Pabrik Teh PT. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 Alergen Ya n % n % n % Ya 10 31, , , , , , P Value 0,039 Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya (Yosep Hadiansyah, Sri Maywati) 67

10 Hasil analisis hubungan antara Alergen dengan penyakit asma dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p value sebesar 0,039 dengan α 0,05, artinya ada hubungan antara alergen dengan penyakit asma pada pekerja di pabrik Teh PT Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya. Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh faktor alergen yang dapat menginduksi respon inflamasi akut yang terdiri dari reaksi asma dini dan reaksi asma lambat. Setelah reaksi asma awal dan reaksi asma lambat, proses dapat terus berlanjut menjadi reaksi inflamasi sub-akut atau kronik. Pada keadaan ini terjadi inflamasi di bronkus dan sekitarnya, berupa infiltrasi sel-sel inflamasi terutama eosinofil dan monosit dalam jumlah besar ke dinding dan lumen bronkus (lampiran Kepmenkes No: 1023/Menkes/SK/XI/2008). Proses produksi teh merupakan suatu proses dengan beberapa tahap produksi dari mulai pelayuan hingga pengepakkan. Dari semua proses tersebut, debu dan asap merupakan zat yang paling dominan yang memungkinkan menyababkan terjadinya penyakit akibat kerja dalam hal ini adalah penyakit asma. f. Status sosio konomi Tabel 12. Distribusi Frekuensi Status Sosio Ekonomi Pada Pekerja di Pabrik Teh PT. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 No Status sosio ekonomi Frekuensi Persentase (%) 1 Cukup >= UMR 35 37,6 2 Kurang <UMR 58 62,4 Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa dari 93 responden, 37,6% responden mempunyai pendapatan yang cukup dan 62,4% responden mempunyai pendapatan kurang. Tabel 13. Hubungan Status Sosio Ekonomi dengan Penyakit Asma Pada Pekerja di Pabrik Teh PT. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 Status sosio ekonomi Ya n % n % n % Cukup>=UMR 9 25, , Kurang<UMR 8 13, , , , P Value 0,244 Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya (Yosep Hadiansyah, Sri Maywati) 68

11 Berdasarkan tabel 13 menunjukkan hasil bahwa responden dengan status sosio ekonomi cukup sebagian besar tidak mempunyai, penyakit asma yaitu sebanyak 22 responden (74,3%) dan responden dengan status sosio ekonomi kurang sebagian besar tidak mempunyai penyakit asma yaitu sebanyak 50 responden (86,2%). Hasil analisis hubungan diperoleh p value sebesar 0,244 dengan α 0,05, artinya tidak ada hubungan antara Status sosio ekonomi dengan penyakit asma pada pekerja di pabrik Teh PT Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya. Keadaan sosial ekonomi masyarakat sangat berpengaruh terhadap status kesehatan masyarakat. Keadaan sosial ekonomi yang rendah atau kurang baik secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap kondisi kesehatan. g. Status gizi Tabel 14. Distribusi Frekuensi Status Gizi Pada Pekerja di Pabrik Teh PT. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya 2009 No Status Gizi Frekuensi Presentase (%) 1 Kurang (< 18,5) 46 49,5 2 Normal (18,5-25) 25 26,9 3 Lebih ( >25) 22 23,7 Berdasarkan tabel 14 menunjukkan bahwa dari 93 responden, 49,5% responden status gizinya kurang, 26,9% responden status gizinya normal dan 23,7% responden status gizinya lebih. Tabel 15. Hubungan Status Gizi dengan Penyakit Asma Pada Pekerja di Pabrik Teh PT. Sinar Inesco Kecamatan TarajuKabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 Status Gizi Ya n % n % n % Kurang 10 21, , Lebih Normal 6 27, , , , P Value 0,083 Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya (Yosep Hadiansyah, Sri Maywati) 69

12 Hasil analisis hubungan antara Status gizi dengan penyakit asma diperoleh p value sebesar 0,083 dengan α 0,05. Nilai di atas menunjukkan nilai p value lebih dari 0,05 artinya tidak ada hubungan. Status Gizi adalah keadaan Kesehatan seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dengan salahsatu atau kombinasi dari ukuran-ukuran gizi tertentu (Sukirman, 2002 : 65) 2. Asap rokok Tabel 16. Distribusi Frekuensi Adanya Asap Rokok yang Terhirup Pada Pekerja di Pabrik Teh PT. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 No Asap rokok Frekuensi Persentase (%) 1 Ya 46 49, ,5 Tabel 17. Hubungan Asap Rokok dengan Penyakit Asma Pada Pekerja di Pabrik Teh PT. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010 Asap rokok Ya n % n % n % Ya 13 28, , , , , , P Value 0,017 Hasil Analisis hubungan antara asap rokok dengan penyakit asma dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p value sebesar 0,017 dengan α 0,05, artinya ada hubungan antara asap rokok dengan penyakit asma pada pekerja di pabrik Teh PT Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan hasil penelitian diatas, asap rokok mempunyai peranan sebagai pencetus terjadinya penyakit asma pada pekerja. Hal ini salahsatunya diakibatkan karena kesadaran pekerja untuk tidak merokok di tempat kerja dinilai masih kurang. Ditambah lagi dengan kesadaran pekerja untuk memakai masker ketika bekerja dan ketegasan serta pengawasan pihak perusahaan yang masih kurang. Suatu penelitian di Finlandia menunjukkan bahwa orang dewasa yang terkena asap rokok berpeluang menderita asma dua kali lipat dibandingkan orang yang tidak terkena asap rokok (Jaakkola et al, 2001). Studi lain menunjukkan bahwa seseorang Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya (Yosep Hadiansyah, Sri Maywati) 70

13 penderita asma yang terkena asap rokok selama satu jam, mengalami 20% kerusakan fungsi paru-paru (Dahms et al, 1998). F. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil penelitian : a. 16,1% responden memilki keluarga dengan riwayat penyakit asma dan 26,7 % dari responden tersebut menderita asma. b. 31,2% responden mempunyai alergi yang dapat menyebabkan penyakit asma dan 24,1 % dari responden tersebut menderita asma. c. 65,6% responden berjenis kelamin laki-laki (16,4% menderita asma) dan 34,4% berjenis kelamin perempuan (21,9% menderita asma) d. 14% responden mempunyai gangguan infeksi pernapasan dan 53,8% dari responden tersebut menderita asma. e. 34,4% responden menjawab adanya alergen ditempat kerja dan 31,3% dari responden tersebut menderita asma. f. 62,4% responden mempunyai pendapatan kurang dan 13,8% dari responden tersebut menderita asma. g. 49,5% status gizinya kurang (21,7% menderita asma) dan 23,7% status gizinya lebih (4% menderita asma). h. 50,5% responden merokok ataupun ada dari keluarga mereka yang merokok dan 28,3% dari responden tersebut menderita asma. 2. pada pekerja di perkebunan teh PT. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya diidentifikasi sebanyak 18,3%. 3. Hasil analisis data : a. ada hubungan antara predisposisi genetik dengan penyakit asma pada pekerja dengan p value 0,464. b. ada hubungan antara alergi dengan penyakit asma dengan pada pekerja p value 0,487. c. ada hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit asma pada pekerja dengan p value sebesar 0,713. d. Ada hubungan infeksi pernapasan dengan penyakit asma pada pekerja dengan p value sebesar 0,001. Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya (Yosep Hadiansyah, Sri Maywati) 71

14 e. ada hubungan antara status gizi dengan penyakit asma pada pekerja dengan p value sebesar 0,083. f. Ada hubungan antara alergen dengan penyakit asma pada pekerja dengan p value sebesar 0,039. g. ada hubungan antara Status sosio ekonomi dengan penyakit asma pada pekerja dengan p value sebesar 0,244. h. Ada hubungan antara asap rokok dengan penyakit asma pada pekerja dengan p value sebesar 0,017. B. Saran 1. Memberikan sanksi terhadap pekerja yang merokok di tempat kerja. 2. Mengoptimalkan fungsi Balai Pengobatan. 3. Mengadakan medical check up rutin untuk mendeteksi Penyakit terutama penyakit akibat kerja. 4. Memasang alat semisal exhauster yang memenuhi standar untuk menghilangkan atau mengurangi debu di lingkungan kerja. 5. Menata tata letak ruangan sehingga polutan dapat di kendalikan sebaik mungkin. DAFTAR PUSTAKA Aditama Ty, Mangunnegoro H, Tugas Wati T, Polusi SO2, NO2 dan Ozon, Paru, 2000 Arief Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Edisi ketiga jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta Arief Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Edisi ketiga jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta Depkes RI, Direktorat Jendral PPM & PLP. Pedoman pemberantasan Penyakit infeksi Saluran Pernapasan akut (ISPA). Jakarta Healthylife. Edisi 07/VIII- Juli archieve.html Lampiran Keputusan MenteriKesehatan Nomor: 1023/menkes/SK/XI2008 ztentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, 2008 Rasmaliah. Infeksi saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya. Gramedia. Jakarta.2004 Schenker, MB Christiani D, Cormier Y et al. suppleme nt; American Thoracic Society; Respiratory Healht Hazard in Agriculture, Am J. respir Crit Care Med.1996 Sinar Inesco Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya (Yosep Hadiansyah, Sri Maywati) 72

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013 ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013 Data WHO 2013 dan Riskesdas 2007 menunjukkan jumlah penderita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik adanya inflamasi saluran napas kronis. Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala saluran napas berupa wheezing,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba memerlukan tatalaksana segera dan kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa derajat penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak menular. Penyakit asma telah mempengaruhi lebih dari 5% penduduk dunia, dan beberapa indicator telah menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah inflamasi saluran napas kecil. Pada bronkitis kronik terdapat infiltrat dan sekresi mukus di saluran pernapasan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini zaman semakin berkembang seiring waktu dan semakin memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. Saat ini tingkat ozon naik hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Saat ini asma semakin berkembang menjadi penyakit pembunuh bagi masyarakat di dunia, selain penyakit jantung. Serangan yang terjadi akibat asma menjadi momok

Lebih terperinci

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (MASKER) DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA PADA PEKERJA INDUSTRI BATIK TRADISIONAL DI KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : 08.0285.S

Lebih terperinci

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007.

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007. Triya Damayanti M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, 2000. Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007. Ph.D. :Tohoku University, Japan, 2011. Current Position: - Academic

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). Asma merupakan penyakit inflamasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang menyebabkan peningkatan hiperresponsif yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak nafas,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Rumah sakit paru dr. Ario Wirawan beralamat di jalan Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK mentri kesehatan RI.

Lebih terperinci

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Hubungan antara Polusi Udara Dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia Balita

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta pada bulan Agustus Desember 2016. Peserta penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur 12-23 bulan yaitu sebanyak 23 balita (44,2%).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara diseluruh dunia. Meskipun penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible, bahwa trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Sehingga peranan sumber daya manusia perlu mendapatkan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di negara maju. Sebagai contoh di Singapura 11,9% (2001), Taiwan 11,9% (2007), Jepang 13% (2005)

Lebih terperinci

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO Aan Sunani, Ratifah Academy Of Midwifery YLPP Purwokerto Program Study of D3 Nursing Poltekkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak maupun dewasa di negara berkembang maupun negara maju. Sejak dua dekade terakhir, dilaporkan

Lebih terperinci

Tingkat Kontrol Asma Mempengaruhi Kualitas Hidup Anggota Klub Asma di Balai Kesehatan Paru

Tingkat Kontrol Asma Mempengaruhi Kualitas Hidup Anggota Klub Asma di Balai Kesehatan Paru Tingkat Kontrol Asma Mempengaruhi Kualitas Hidup Anggota Klub Asma di Balai Kesehatan Paru Setyoko 1, Andra Novitasari 1, Anita Mayasari 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Arah kebijaksanaan dalam bidang kesehatan yang diamanatkan dalam ketetapan MPR R.I No. IVMPR/1999 tentang GBHN 1999/2004 salah satunya adalah meningkatkan mutu sumber

Lebih terperinci

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012 SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012 NURHAYATI WADJAH 811408078 ABSTRAK Di Indonesia TBC merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut. A. Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini tentunya berdampak langsung pula pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control retrospektif/studi kasus kontrol retrospektif. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif intermiten yang bersifat reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 4.1. ANALISA UNIVARIAT Penelitian dilakukan di Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serangan asma merupakan salah satu penyebab rawat inap pada anak dirawat di

BAB I PENDAHULUAN. Serangan asma merupakan salah satu penyebab rawat inap pada anak dirawat di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangan asma merupakan salah satu penyebab rawat inap pada anak dirawat di rumah sakit. Asma yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan kehidupan sosial dan prestasi

Lebih terperinci

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

SUMMARY ABSTRAK BAB 1 SUMMARY ABSTRAK Sri Rahmawati, 2013. Hubungan Umur Dan Status Imunisasi Dengan Penyakit ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bulawa. Jurusan Keperawatan. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam Garis Besar Haluan Negara, dinyatakan bahwa pola dasar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam Garis Besar Haluan Negara, dinyatakan bahwa pola dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam Garis Besar Haluan Negara, dinyatakan bahwa pola dasar Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Walaupun penyakit asma mempunyai tingkat fitalitas yang rendah namun

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012 HUBUNGAN PENGETAHUAN, STATUS IMUNISASI DAN KEBERADAAN PEROKOK DALAM RUMAH DENGAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS PEUKAN BADA KABUPATEN ACEH BESAR AGUSSALIM 1 1 Tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat penting, kesehatan akan terganggu jika timbul penyakit yang dapat menyerang siapa saja baik laki-laki

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASMA BRONKIALE PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASMA BRONKIALE PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASMA BRONKIALE PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL SKRIPSI OLEH: ROFIATUN NASIKHAH 020112a028 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

Vol. 10 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Medika Respati ISSN :

Vol. 10 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Medika Respati ISSN : Vol. Nomor Januari Jurnal Medika Respati ISSN : 97-7 HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA PADA ANAK USIA 6 TAHUN DI PUSKESMAS RAWAT INAP WAIRASA SUMBA TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat

Lebih terperinci

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058 Hubungan Antara Karakteristik Pekerja Dan Pemakaian Alat Pelindung Pernapasan (Masker) Dengan Kapasitas Fungsi Paru Pada Pekerja Wanita Bagian Pengampelasan Di Industri Mebel X Wonogiri Rimba Putra Bintara

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAMA SENAM ASMA DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA LAMA SENAM ASMA DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA LAMA SENAM ASMA DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA 13-14 TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya sehat secara fisik. Tujuan tersebut memicu seseorang untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. satunya sehat secara fisik. Tujuan tersebut memicu seseorang untuk menjaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seluruh individu di dunia tentunya ingin memiliki kesehatan salah satunya sehat secara fisik. Tujuan tersebut memicu seseorang untuk menjaga kesehatannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul akibat pajanan terhadap bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009). Kelainan saluran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok telah membunuh 50 persen pemakainya, hampir membunuh enam juta orang setiap tahunnya yang merupakan bekas perokok dan 600.000 diantaranya adalah perokok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berubahnya tingkat kesejahteraan, pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandai dengan beralihnya penyebab kematian yang semula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah pendidikan, perekonomian, dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keperawatan komunitas merupakan bagian dari pelayanan terhadap masyarakat yang sasaran dan tujuan perawatannya bukan hanya individu melainkan juga masyarakat

Lebih terperinci

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DI DALAM RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG Anita Mayasari 1, Setyoko 2, Andra Novitasari 3 1 Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit ISPA merupakan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Penta Hidayatussidiqah Ardin

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Penta Hidayatussidiqah Ardin HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI TIDAK EKSKLUSIF DAN KETIDAKLENGKAPAN IMUNISASI DIFTERI PERTUSIS TETANUS (DPT) DENGAN PNEUMONIA PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM (Studi Pada Peternakan Ayam CV. Malu o Jaya dan Peternakan Ayam Risky Layer Kabupaten Bone Bolango) Putri Rahayu H. Umar Nim. 811409003 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS) mengartikan Penyakit Paru Obstruktif Kronik disingkat PPOK sebagai penyakit yang ditandai dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA ANAK BALITADI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKARAYA TAHUN 2016

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA ANAK BALITADI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKARAYA TAHUN 2016 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA ANAK BALITADI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKARAYA TAHUN 2016 Berta Afriani STIKES Al-Ma arif Baturaja Program Studi DIII

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Secara klinis ISPA ditandai dengan gejala akut akibat

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 2, Juli 2015: 57-62 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Ana Mariza

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok adalah salah satu perilaku hidup yang tidak sehat yang dapat merugikan dan sangat mengganggu bagi diri sendiri maupun orang lain disekelilingnya khususnya bagi

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Asma

Aplikasi Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Asma Aplikasi Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Asma Rachmawati 1, Dhami Johar Damiri 2, Ate Susanto 3 Jurnal Algoritma Sekolah inggi eknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut 44151 Indonesia Email

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN Militia K. Wala*, Angela F. C. Kalesaran*, Nova H. Kapantow* *Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013. 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian pulmonologi Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 8,7% di tahun 2001, dan menjadi 9,6% di tahun

BAB I PENDAHULUAN. 8,7% di tahun 2001, dan menjadi 9,6% di tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Asma merupakan penyakit kronik yang sering ditemukan dan merupakan salah satu penyebab angka kesakitan pada anak di seluruh dunia. Di negara maju dan negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Tingkat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan, tetapi masih banyak masyarakat di Indonesia yang belum peduli dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma

BAB 1 PENDAHULUAN. bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma merupakan penyakit kompleks yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya permintaan atas Crude Palm Oil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang semakin pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat. Persaingan yang muncul dalam usaha memenuhi

Lebih terperinci

DI RT 06 RW 02 DESA KUDU KELURAHAN BAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

DI RT 06 RW 02 DESA KUDU KELURAHAN BAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA Tn. S DENGAN MASALAH ASMAPADA Ny. L DI RT 06 RW 02 DESA KUDU KELURAHAN BAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah

Lebih terperinci

Prevalens Nasional : 5,0% 5 Kabupaten/Kota dengan prevalens tertinggi: 1.Aceh Barat 13,6% 2.Buol 13,5% 3.Pahwanto 13,0% 4.Sumba Barat 11,5% 5.

Prevalens Nasional : 5,0% 5 Kabupaten/Kota dengan prevalens tertinggi: 1.Aceh Barat 13,6% 2.Buol 13,5% 3.Pahwanto 13,0% 4.Sumba Barat 11,5% 5. L/O/G/O Buku pedoman ASMA DEFINISI : Prevalens Nasional : 5,0% 5 Kabupaten/Kota dengan prevalens tertinggi: 1.Aceh Barat 13,6% 2.Buol 13,5% 3.Pahwanto 13,0% 4.Sumba Barat 11,5% 5.Boalemo 11,0% Riskesdas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma

BAB I PENDAHULUAN. bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan penyakit saluran pernafasan kronik yang menjadi masalah kesehatan di masyarakat.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING DI PT. BINTANG MAKMUR SENTOSA TEKSTIL INDUSTRI SRAGEN Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing BAB VI HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini disajikan dengan penyajian hasil analisis univariat. Hasil analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing variabel yang diteliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit sistem pernapasan merupakan penyebab 17,2% kematian di dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease) 5,1%, infeksi pernapasan bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang disebabkan oleh agen infeksius yang dapat menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

Faktor-faktor Risiko Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma Pada Anak Usia 1-5 Tahun di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya

Faktor-faktor Risiko Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma Pada Anak Usia 1-5 Tahun di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Faktor-faktor Risiko Yang Berhubungan dengan Kejadian Pada Anak Usia 1-5 Tahun di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Ulfah Kuraesin ¹ Nur Lina dan Siti Novianti ² Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Oleh karena itu peranan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

ANALISIS TREND PASIEN RAWAT INAP BRONCHITIS DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2011

ANALISIS TREND PASIEN RAWAT INAP BRONCHITIS DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2011 ANALISIS TREND PASIEN RAWAT INAP BRONCHITIS DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2011 Eka Novi Astuti 1, Sri Sugiarsi 2, Riyoko 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah mengalami perubahan yang sangat besar. Saat ini orang cenderung memiliki gaya hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pola makan disuatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor budaya, agama/kepercayaan,

Lebih terperinci

kekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang.

kekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan mayarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok penyakit paru

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri mempunyai peranan penting yang sangat besar dalam menunjang pembangunan di Indonesia. Banyak industri kecil dan menengah baik formal maupun informal mampu menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju maupun di negara-negara sedang berkembang. berbagai sel imun terutama sel mast, eosinofil, limposit T, makrofag, neutrofil

BAB I PENDAHULUAN. maju maupun di negara-negara sedang berkembang. berbagai sel imun terutama sel mast, eosinofil, limposit T, makrofag, neutrofil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara-negara sedang berkembang. Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan erat dengan lamanya pajanan terhadap debu tertentu karena pada dasarnya saluran pernafasan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Pada penelitian ini kerangka konsep mengenai karakteristik pasien PPOK eksaserbasi akut akan diuraikan berdasarkan variabel katagorik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan kerja yang penuh oleh debu, uap dan gas dapat mengganggu produktivitas dan sering menyebabkan gangguan pernapasan serta dapat menyebabkan penyakit paru (Suma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masuk dalam kategori penyakit infeksi yang bersifat kronik. TB menular langsung melalui udara yang tercemar basil Mycobakterium tuberculosis, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan bersifat kronis serta bisa menyerang siapa saja (laki-laki,

Lebih terperinci