BAB II PERANAN METODE PENUGASAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR. Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PERANAN METODE PENUGASAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR. Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan"

Transkripsi

1 BAB II PERANAN METODE PENUGASAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR A. METODE PENUGASAN 1. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang primer dalam belajar mengajar tersebut. Sedangkan kegiatan mengajar merupakan kegiatan sekunder yang dimaksudkan untuk dapat terjadinya kegiatan belajar mengajar yang optimal (Moedjiono, 1993: 1). Tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid (Nasution, 1982: 36). Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia (Hasibuan, 1985: 3). Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang optimal adalah suatu situasi dimana siswa dapat berinteraksi dengan guru dan atau bahkan pembelajaran di tempat tertentu yang telah diatur dalam rangka mencapai tujuan. Selain itu situasi tersebut dapat lebih mengoptimalkan kegiatan belajar bila 7

2 8 menggunakan metode dan atau media yang tepat. Agar dapat diketahui keefektifan kegiatan belajar mengajar, maka setiap proses dan hasilnya harus dievaluasi (Moedjiono, 1993: 1). Menurut Moedjiono (1993: 1-2), kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen. Komponen-komponen yang membentuk kegiatan belajar mengajar adalah; 1. Siswa, yakni seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 2. Guru, yakni seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, katalisator kegiatan belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. 3. Tujuan, yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotorik, dan afektif. 4. Isi pelajaran, yakni segala informasi berupa fakta dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 5. Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi dari orang lain, dimana informasi tersebut dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan. 6. Media, yakni bahan pembelajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada para siswa agar mereka dapat mencapai tujuan.

3 9 7. Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen kegiatan belajar mengajar. 2. METODE PEMBELAJARAN Menurut Suryosubroto (2002: 149) metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat metodenya, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut. Sedangkan menurut Djamarah (2002: 53) metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya harus bervariasi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai setelah pengajaran berakhir. Menurut Majid (2005: ), metode apapun yang digunakan oleh pendidik/guru dalam proses pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip KBM, yaitu : Pertama, berpusat kepada anak didik (student oriented). Guru harus memandang anak didik sebagai sesuatu yang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama. Gaya belajar (learning style) anak didik harus diperhatikan. Kedua, belajar dengan melakukan (learning by doing) supaya proses belajar itu menyenangkan, guru harus menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk

4 10 melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia memperoleh pengalaman yang nyata. Ketiga, mengembangkan kemampuan sosial. Proses pembelajaran dan pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan. Juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial (learning to live together). Keempat, mengembangkan keingintahuan dan imajinasi. Proses pembelajaran dan pengetahuan harus dapat memancing rasa ingin tahu anak didik. Juga mampu memompa daya imajinatif anak didik untuk berfikir kritis dan kreatif. Kelima, mengembangkan kreatifitas dan keterampilan memecahkan masalah. Proses pembelajaran dan pendidikan yang dilakukan oleh guru bagaimana merangsang kreativitas dan daya imajinasi anak untuk menemukan jawaban setiap masalah yang dihadapi anak didik. Dalam melakukan pengajaran pihak guru haruslah berpusat kepada siswa dalam arti kata pembelajaran dengan menggunakan metode dan pendekatan apapun sebaiknya memperhatikan kondisi dan lingkungan siswa. Supaya siswa dapat mencoba sendiri apa yang sudah dipelajari di sekolah, dapat berinteraksi sosial dengan lingkungannya, dengan begitu siswa dapat menangani setiap masalah yang timbul dalam proses pembelajaran di sekolahnya. Menurut Djamarah (2002 : ), ada beberapa metode pembelajaran, diantaranya adalah:

5 11 1. Metode Eksperimen Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau suatu proses. 2. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode yang cara penyajian materi lebih memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses atau keadaan yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Metode demonstrasi juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. 3. Metode Diskusi Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. 4. Metode Tanya Jawab Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.

6 12 5. Metode Ceramah Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Metode belajar mengajar yang dimiliki pendidik diusahakan bervariasi, agar siswa-siswi dalam kelas yang tipe belajarnya pasti beragam itu dapat menerima, mencerna, menguasai materi yang diberikan oleh pendidik seefisien dan seefektif mungkin. 6. Metode Penugasan Salah satu metode yang dapat membuat proses belajar menjadi menyenangkan, efektif, dan efisien yaitu metode penugasan.tugas dapat diberikan dalam bentuk daftar sejumlah pertanyaan mengenai mata pelajaran tertentu, atau satu perintah yang harus dibahas dengan diskusi atau perlu dicari uraiannya pada buku pelajaran. Dapat juga berupa tugas tertulis atau tugas lisan lainnya, dapat ditugaskan untuk mengumpulkan sesuatu, mengadakan observasi terhadap sesuatu dan bisa juga melakukan eksperimen. Hanya diharapakan bila guru telah memberikan tugas pada siswa, hari berikutnya harus dicek apakah sudah dikerjakan atau belum. Kemudian perlu dievaluasi karena akan memberi motivasi belajar siswa. Tugas itu dapat juga berupa perintah, kemudian siswa mempelajari bersama teman atau sendiri dan menyusun laporan/resume. Esok harinya laporan tersebut dibacakan di depan kelas dan didiskusikan dengan seluruh siswa kelas. Sistem tugas semacam ini disebut resitasi. Resitasi ialah menyusun suatu laporan

7 13 sebagai hasil dari apa yang telah dipelajari. Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal ini terjadi disebabkan karena siswa mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda, waktu menghadapi masalah-masalah baru. Dalam penggunaan teknik resitasi ini siswa mempunyai kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil pekerjaan orang lain, dapat mempelajari dan mendalami hasil uraian orang lain. Dengan demikian akan memperluas, memperkaya dan memperdalam pengetahuan serta pengalaman siswa (Roestiyah, 1991: ). Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR), tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas biasanya bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya tetapi di luar jam pelajaran. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk belajar aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok. Karena itu tugas dapat diberikan secara individual, atau dapat pula secara kelompok. Menurut Djamarah (2002 : 96), ada langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode penugasan, yaitu : a. Fase Pemberian Tugas Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan: - Tujuan yang akan dicapai.

8 14 - Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang akan ditugaskan. - Sesuai dengan kemampuan siswa. - Ada petunjuk/ sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa. - Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut. b. Langkah Pelaksanaan Tugas - Diberikan bimbingan/ pengawasan oleh guru. - Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja. - Diusahakan/ dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain. - Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik. c. Fase mempertanggungjawabkan Tugas Hal yang harus dikerjakan dalam fase ini: - Laporan siswa baik lisan/ tertulis dari apa yang telah dikerjakan. - Ada Tanya jawab/ diskusi kelas. - Penilaian hasil pekerjaan siswa dengan baik dengan tes maupun nontes atau cara lainnya. Tugas dapat pula memberi kesempatan kepada siswa untuk menerima informasi baru, mengaplikasikan, menganalisis, bahkan mengevaluasi informasi tersebut. Manfaat lain dari pemberian tugas adalah menciptakan proses belajar mengajar yang berpusat kepada siswa.

9 15 Berdasarkan pendapat Davies (1987) dan Gage & Berliner (1984), tugas dapat dipisahkan sebagai berikut : a. Tugas latihan Tugas latihan merupakan tugas untuk melatih siswa menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan pembahasan sebelumnya. Tugas latihan diberikan pada jam pelajaran atau di luar jam pelajaran, disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersedian waktu. b. Tugas membaca/mempelajari buku Guru menugaskan kepada para siswa secara perseorangan atau kelompok mempelajari sendiri topik atau pokok bahasan tertentu, tugas ini menuntut kepada para siswa kearah pencarian sumber belajar yang berhubungan dengan topik atau pokok bahasan yang harus dipelajari. c. Tugas unit/proyek Guru menugaskan kepada para siswa berdasarkan unit yang harus dipelajari, atau menugaskan kepada para siswa menyelesaikan suatu proyek yang akan menghasilkan hasil tertentu. Tugas unit/proyek ini akan melibatkan kemampuan siswa dalam berbagai bidang studi. d. Studi eksperimen Tugas eksperimen merupakan jenis tugas yang agak khusus. Tugas eksperimen hanya diberikan oleh guru untuk topik atau pokok bahasan tertentu, yakni topik/pokok bahasan yang menuntut adanya eksperimen. Tugas eksperimen dapat digunakan untuk membuktikan atau menemukan informasi.

10 16 e. Tugas praktis Tugas praktis merupakan tugas kepada siswa untuk memproduksi sesuatu dengan menggunkan keterampilan fisik atau motoris. Tugas praktis dapat juga berupa latihan ketrampilan fisik/motoris. Menurut Sudirman (1992: 141), metode penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas agar siswa melaksanakan kegiatan belajar sendiri. Ada beberapa kelebihan metode penugasan, yaitu : 1. Metode penugasan merupakan aplikasi pengajaran modern, yaitu guru dalam proses mengajar harus merangsang siswa agar melakukan aktivitas atau kegiatan sehubungan dengan apa yang dipelajarinya. 2. Tugas merangsang siswa agar belajar lebih banyak, baik pada waktu di dalam kelas maupun di luar kelas. 3. Metode penugasan dapat mengembangkan kemandirian siswa dalam belajar. 4. Tugas dapat lebih meyakinkan siswa pada apa yang dipelajarinya dari guru, lebih memperdalam, lebih memperkaya atau memperluas pandangan yang dipelajarinya. 5. Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi yang ada. 6. Metode penugasan dapat membuat siswa bergairah dalam belajar.

11 17 7. Metode penugasan diharapkan dapat membawa efek instruksional apabila dilakukan di dalam kelas, lebih-lebih dapat membawa efek pengiring bila diberikan di dalam dan di luar kelas. 8. Metode penugasan ini dapat membuka tanggung jawab dan disiplin siswa. 9. Metode penugasan ini dapat mengembangkan kreativitas siswa. 10. Metode penugasan ini dapat membangkitkan motivasi siswa. Selanjutnya Sudirman (1992: 141) menambahkan disamping kelebihan ternyata ada beberapa kekurangan dalam metode penugasan ini, yaitu : 1. Siswa sulit dikontrol, apabila ia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain. 2. Khusus untuk tugas kelompok tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikan tugas, hanya anggota tertentu saja sedang anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik. 3. Tidak mudah memberikan tugas untuk siswa yang memiliki keragaman. 4. Tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan. 5. Pemberian tugas yang terlalu banyak dan sering, apabila tidak disertai penilaian tersendiri sering jadi beban dan keluhan. Sedangkan menurut Rostiyah (1989: 76) metode pemberian tugas akan lebih efektif bila : 1. Tugas-tugas yang diberikan terbatas dan jelas. 2. Tugas-tugas yang diberikan disadari oleh siswa sebagai sesuatu yang harus dikerjakan.

12 18 3. Tersedianya fasilitas-fasilitas seperti buku-buku yang menunjang. 4. Diperhitungkan taraf kesulitan yang dibandingkan dengan kemampuan siswa. Pemberian tugas adalah untuk memberi motivasi belajar agar diperoleh prestasi yang lebih baik. Melalui tugas siswa dapat mengulangi dan mempelajari kembali pelajaran yang diperoleh di dalam kelas. Siswa dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitasnya untuk menyelesaikan masalah belajar yang dihadapinya. Selain itu juga dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat mengembangkan kebiasaan belajar mandiri. Belajar mandiri akan lebih besar pengaruhnya terhadap kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep. B. HASIL BELAJAR 1. PENGERTIAN HASIL BELAJAR Dalam mengajar, guru harus sudah mengetahui tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam mengajarkan suatu pokok bahasan. Menurut Utami (2001: 18), untuk merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus yang didasarkan pada taksonomi Bloom tentang tujuan-tujuan perilaku (Bloom,1956), yang meliputi tiga domain, yaitu domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotorik. Hasil belajar sebagai objek penilaian dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori, antara lain ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Ketegori yang banyak digunakan dibagi menjadi tiga ranah, yakni kognitif, afektif, psikomotoris

13 19 Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan (capabilitas) (Gagne dalam Dahar, 1996). Ditinjau dari segi hasil yang diharapkan dari suatu pengajaran atau instruksi, kemampuankemampuan itu perlu dibedakan, karena kemampuan-kemampuan itu memungkinkan berbagai macam penampilan manusia dan juga karena kondisi untuk memperoleh kemampuan ini berbeda-beda. Pada umumnya setiap siswa belajar bila akan menghadapi tes atau diberi tugas oleh guru sedangkan jika tidak siswa pada umumnya tidak belajar, sehingga memiliki kesiapan belajar. Sebagaimana dikemukakan oleh Juwitaningsih (1989:12), bahwa kesiapan perlu diperhatikan dalam kegiatan belajar mengajar, karena apabila sudah ada kesiapan maka hasil belajar akan lebih baik. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan salah satu indikator dari keberhasilan proses belajar mengajar, karena keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar, hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan alat evaluasi dan dapat dilihat dari hasil (skor) tes yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegitan belajar mengajar. Tes yang diberikan dapat berupa tes lisan dan tes tulisan. Dalam penelitian ini lebih menitik beratkan pada tes tertulis. Skor nilai yang dicapai oleh siswa merupakan pencerminan dari hasil belajar. Menurut Sudjana (2005: 22) dalam hasil belajar ada beberapa aspek yang dapat dilihat, antara lain adalah:

14 20 a. Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. b. Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional. c. Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti bahan pelajaran, guru dan motivasi dan kreativitas siswa itu sendiri untuk mempelajari dan mengembangkan materi pelajaran yang sedang dan sudah diajarkan oleh gurunya. Dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal. 2. CARA MENGETAHUI HASIL BELAJAR Menurut Sudjana (1989: 56-57), hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut : a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Motivasi intrinsik adalah semangat juang untuk belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri. Siswa tidak akan mengeluh dengan prestasi yang rendah, dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya. Sebaliknya, hasil belajar yang baik akan mendorong pula untuk meningkatkan, setidak-tidaknya untuk mempertahankan, apa yang telah dicapainya.

15 21 b. Menambah keyakinan akan dirinya. Artinya dia tau kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia punya potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana seharusnya. Ia juga yakin tidak ada sesuatu yang tidak dapat dicapai apabila ia berusaha dengan kesanggupannya. c. Hasil belajar bermakana bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatannya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk memepelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya. d. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan, atau wawasan; ranah afektif atau sikap dan apresiasi, serta ranah psikomotoris, keterampilan atau perilaku. Ranah kognitif terutama adalah hasil yang diperolehnya sedangkan ranah afektif dan psikomotoris diperoleh sebagai efek dari proses belajarnya, baik efek instruksional maupun efek nutural atau efek samping yang tidak direncanakan dalam pengajaran. e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Ia tau dan sadar bahwa tinggi-rendahnya hasil belajar yang dicapainya bergantung pada usaha dan motivasi belajar dirinya sendiri.

16 22 3. JENIS DAN SISTEM PENILAIAN Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Menurut Purwanto (2006: 108), jenis evaluasi dan fungsinya dapat digolongkan sebagai berikut : a. Penilaian formatif, yakni penilaian yang dilakukan pada setiap akhir satuan pelajaran, dan fungsinya untuk memperbaiki proses belajar mengajar atau memperbaiki program satuan pelajaran. b. Penilaian sumatif, yakni penilaian yang dilakukan setiap caturwulan atau semester (setelah siswa menyelesaikan suatu unit atau bagian dari mata pelajaran tertentu), berfungsi untuk menentukan angka atau hasil belajar siswa dalam tahap-tahap tertentu. c. Penilaian penempatan (placement) yang berfungsi untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat (misalnya dalam penentuan tingkat, kelas, atau jurusan). d. Penialain diagnostik, berfungsi untuk membantu memecahkan kesulitan belajar siswa. Dalam penelitian untuk mengolah skor hasil belajar siswa, peneliti menggunakan tes formatif, yang dikarenakan hanya mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Dalam evaluasi formatif, kita dapat menentukan materi apa yang telah dikuasai siswa, kesalahan apa yang dibuat siswa, dan problem belajar apa yang

17 23 dialami siswa. Karena tujuan utama dari evaluasi formatif adalah mengidentifikasi problem belajar dan memodifikasi pembelajaran untuk membantu siswa belajar. Hal ini difokuskan pada penguasaan siswa terhadap materi tujuan khusus, dan juga tidak membandingkan siswa dengan siswa lain. Dalam kaitannya dengan kriteria penilaian, evaluasi formatif akan tepat menggunakan criterion refference dimana penilaian dilakukan tidak dengan membandingkan individu satu dengan individu lain dalam satu kelompok, tetapi mengukur kompetensi minimum anak dalam satu area tertentu( Butir-butir pertanyaan yang diberikan dalam rangka test formatif berbetuk test obyektif (benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi) sehingga dapat memudahkan proses pengukuran (memberikan nilai) ( hasil belajar.blogspot.com/2008/01/system-penilaian-hasil-belajar.html). C. EKOSISTEM Kehidupan semua jenis mahluk hidup saling mempengaruhi, dipengaruhi, serta berinteraksi dengan alam membentuk kesatuan yang disebut ekosistem. Ekosistem juga menunjukkan adanya interaksi bolakbalik antarmahluk hidup (biotik) dengan alam (abiotik). Cabang biologi yang mempelajari ekosistem adalah ekologi. Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar-mahluk hidup maupun interaksi antar mahluk hidup dengan lingkungannya (Pratiwi, 2004: ).

18 24 I. Komponen Penyusun Ekosistem Penyusun ekosistem dapat dibedakan berdasarkan sifat dan fungsinya dalam ekosistem. 1. Berdasarkan Sifatnya Menurut Pratiwi (2004; ), berdasarkan sifatnya komponen penyusun ekosistem dibagi menjadi : a. Faktor Biotik Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua mahluk hidup dibumi, baik tumbuhan, hewan maupun manusia. 1. Individu Individu merupakan organisme tunggal. Dalam mempertahankan hidup, setiap jenis dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis. Untuk mengatasi masalah tersebut organisme harus memiliki struktur khusus seperti: duri, sayap, kantung atau tanduk. Struktur dan tingkah laku demikian disebut adaptasi. Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer Gambar 2.1 Tingkatan organisme makhluk hidup (Pratiwi, 2004: 230)

19 25 Ada bermacam-macam adaptasi mahluk hidup terhadap lingkungannya, yaitu : a) Adaptasi morfologi, merupakan penyesuaian bentuk tubuh untuk kelangsungan hidupnya. Contoh : 1. Gigi khusus pada hewan karnivor beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa dan gigi geraham dengan ujung pemotong yang tajam untuk mencabik-cabik mangsanya. Gambar 2.2 Gigi khusus pada macan (Pratiwi, 2004: 231) 2. Moncong panjang pada trenggiling dengan ujung mulut yang kecil tak bergerigi dengan lubang berbentuk celah kecil untuk menghisap semut dari sarangnya.

20 26 Gambar 2.3 Moncong pada trenggiling (Pratiwi, 2004: 231) 3. Paruh yang kuat pada elang dengan rahang atas yang melengkung dan ujungnya tajam. Gambar 2.4 Paruh kuat burung elang (Pratiwi, 2004: 231) 4. Tumbuhan insektivor (tumbuhan pemakan serangga), misalnya kantong semar memiliki daun yang berbentuk piala dengan permukaan dalam yang licin sehingga dapat menggelincirkan serangga yang hinggap.

21 27 Gambar 2.5 Tumbuhan insektivor (Pratiwi, 2004: 232) 5. Akar yang kuat dan panjang pada tumbuhan gurun yang berfungsi untuk menyerap air yang jauh di dalam tanah. b) Adaptasi fisiologi, merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk mempertahankan hidupnya. Contoh : 1. Kelenjar bau, pada musang dapat mensekresikan bau busuk dengan cara menyemprotkan caiaran melalui lubang sisi dubur. 2. Kantong tinta pada cumi-cumi dan gurita. Gambar 2.6 Cumi-cumi (Pratiwi, 2004: 232)

22 28 3. Mimikri pada bunglon. c) Adaptasi tingkah laku, merupakan adaptasi yang didasari pada tingkah laku. Contoh : pura-pura tidur atau mati pada tupai Virginia, migrasi pada ikan salmon. Gambar 2.7 Migrasi ikan salmon (Pratiwi, 2004: 232) 2. Populasi Kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan pada waktu tertentu disebut populasi. 3. Komunitas Komunitas adalah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. b. Faktor Abiotik Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut : suhu, sinar matahari, air, tanah, ketinggian, angin, garis lintang. 2. Berdasarkan Fungsinya Dilihat dari fungsinya, ekosistem tersusun dari kompenen sebagai berikut.

23 29 a. Komponen autotrof (auto = sendiri dan trophikos = makanan) Autotrof adalah organisme yang mampu membuat/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan energi seperti cahaya matahari dan energi kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau. b. Komponen heterotrof (heteros = berbeda dan trophikos = makanan) Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur dan mikroba. Dari sini dapat diketahui bahwa heterotrof hidupnya tergantung pada keberadaan autotrof (Winatasasmita, 2000; 118). c. Pengurai (Decomposer) Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Organisme yang termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur.

24 30 II. Interaksi Antar Komponen 1. Interaksi Antarorganisme Menurut Pratiwi (2004; ), interaksi antarorganisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. a. Netral (hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak merugikan kedua belah pihak). b. Predasi (hubungan antara mangsa dan pemangsa/predator. Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup). c. Parasitisme (hubungan antarorganisme bila salah satu organisme hidup dan berkembang pada organisme lain dengan mengambil makanan dari organisme lain tersebut/inangnya, sehingga dapat merugikan inangnya). d. Komensalisme (hubungan antar dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagai sumber makanan, salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan). e. Mutualisme (hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak). 2. Interaksi Antarpopulasi Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan.

25 31 3. Interaksi Antarkomunitas Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling berinteraksi. Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tetapi juga aliran energi dan makanan. 4. Interaksi Antar komponen biotik dengan abiotik Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubungan antara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekargaman biotik, serta siklus materi.

Prinsip-Prinsip Ekologi. Faktor Biotik

Prinsip-Prinsip Ekologi. Faktor Biotik Prinsip-Prinsip Ekologi Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air, kelembapan,

Lebih terperinci

Pengertian. Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

Pengertian. Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan Adaptasi Pengertian Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan Adaptasi dibedakan menjadi 3 jenis 1. Adaptasi Morfologi Proses adaptasi yang dilakukan dengan menyesuaikan bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah suatu sistem komplek yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme.

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah suatu sistem komplek yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia hidup di bumi tidaklah sendirian, melainkan bersama mahkluk lain yaitu tumbuhan, hewan dan jasad renik. Mahkluk hidup yang lain itu bukanlah sekedar kawan hidup

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip ekologi. Faktor biotik

Prinsip-prinsip ekologi. Faktor biotik Ekologi Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkunganya dan yang lainnya. Ekologi berasal dari bahasa yunani yaitu oikos (habitat) dan logos (ilmu). Ekologi diartikan

Lebih terperinci

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik.

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yangterdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2001:82).

Lebih terperinci

Kelas X.2, SMA 3 Padang : Cindy Medrina Olivia Septiana Putri Ovyra Ramadhani Sardiman EKOSISTEM

Kelas X.2, SMA 3 Padang : Cindy Medrina Olivia Septiana Putri Ovyra Ramadhani Sardiman EKOSISTEM Kelas X.2, SMA 3 Padang : Cindy Medrina Olivia Septiana Putri Ovyra Ramadhani Sardiman EKOSISTEM A. JENJANG KEHIDUPAN Ekologi ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara

Lebih terperinci

Faktor biotik dalam lingkungan. Tim dosen biologi

Faktor biotik dalam lingkungan. Tim dosen biologi Faktor biotik dalam lingkungan Tim dosen biologi FAKTOR BIOTIK Di alam jarang sekali ditemukan organisme yang hidup sendirian, tetapi selalu berada dalam asosiasi dengan organisme lain. Antar jasad dalam

Lebih terperinci

EKOLOGI TERESTRIAL. Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan

EKOLOGI TERESTRIAL. Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan EKOLOGI TERESTRIAL Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yangterdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi

Lebih terperinci

MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN

MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN BBM 10 MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN - 2 PENDAHULUAN Alam lingkungan manusia terdiri dari komponen - komponen makhluk hidup dan tak hidup (benda - benda mati). Dalam mempelajari lingkungan hidup kita perlu

Lebih terperinci

UNIT V MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN

UNIT V MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN UNIT V MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN PENDAHULUAN Nana Jumhana Alam lingkungan manusia terdiri dari komponen - komponen makhluk hidup dan tak hidup (benda - benda mati). Dalam mempelajari lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan upaya cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan upaya ilmiah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan upaya cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan upaya ilmiah, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pemberian Tugas 1. Pengertian Metode Oemar Hamalik (2010 : 27) menjelaskan istilah metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh

Lebih terperinci

2) Komponen Penyusun Ekosistem

2) Komponen Penyusun Ekosistem EKOSISTEM 1) Pengertian Habitat dan Relung Ekologi Hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara mahluk hidup dengan lingkungannya dipelajari dalam cabang ilmu yang disebut ekologi. Ekologi berasal

Lebih terperinci

EKOLOGI TERESTRIAL Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yangterdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah

EKOLOGI TERESTRIAL Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yangterdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah EKOLOGI TERESTRIAL Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yangterdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi

Lebih terperinci

EKOSISTEM KOLAM. Di susun oleh : Ayu Nur Indah Sari ( )

EKOSISTEM KOLAM. Di susun oleh : Ayu Nur Indah Sari ( ) EKOSISTEM KOLAM Di susun oleh : Ayu Nur Indah Sari ( 13196 ) PENGERTIAN EKOSISTEM Ekosistem merupakan tingkat organisme yang lebih tinggi daripada komunitas atau merupakan kesatuan dari komunitas dengan

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP EKOLOGI

RUANG LINGKUP EKOLOGI EKOLOGI TEMA 1 RUANG LINGKUP EKOLOGI Program Studi Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Jember A. Pengertian & Ruang Lingkup Ekologi Ekologi adalah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Unit 5 MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN. Nana Djumhana. Pendahuluan

Unit 5 MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN. Nana Djumhana. Pendahuluan Unit 5 MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN Nana Djumhana Pendahuluan A lam lingkungan manusia terdiri dari komponen - komponen makhluk hidup dan tak hidup (benda - benda mati). Dalam mempelajari lingkungan hidup

Lebih terperinci

1. Individu. 2. Populasi. 3. Komunitas. 4. Ekosistem. 5. Bioesfer

1. Individu. 2. Populasi. 3. Komunitas. 4. Ekosistem. 5. Bioesfer 1. Individu 2. Populasi 3. Komunitas 4. Ekosistem 5. Bioesfer Kata individu berasal dari bahasa latin individum yang berarti tidak dapat dibagi. Dalam ekologi, individu berarti satu organisme. Misalnya

Lebih terperinci

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer Ekosistem adalah kesatuan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang komplek antara organisme dengan lingkungannya. Ilmu yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran 1. Definisi Metode Pembelajaran Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah maka metode

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan IPA di SD Ketrampilan proses adalah salah satu pendekatan, disamping pendekatan yang menekankan pada fakta dan pendekatan konsep, yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian belajar dalam kehidupan sehari-hari seringkali diartikan yang kurang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian belajar dalam kehidupan sehari-hari seringkali diartikan yang kurang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Pengertian belajar dalam kehidupan sehari-hari seringkali diartikan yang kurang tepat, biasanya orang awam mengartikan belajar identik dengan membaca, belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

Ekologi ilmu tentang rumah atau tempat tinggal organisme atau rumah tangga mahluk hidup.

Ekologi ilmu tentang rumah atau tempat tinggal organisme atau rumah tangga mahluk hidup. Istilah ekologi pertama kali dekenalkan oleh ahli biologi Jerman, yaitu Ernst Haeckel (1834-1919). Ekologi berasal dari bahasa Yunani; oikos, artinya rumah atau tempat tinggal dan logos, artinya ilmu.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53).

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53). 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Pemberian Tugas Secara etimologi pengertian metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53). metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan, menambah keterampilan serta dapat merubah sikap individu dari yang tidak tahu menjadi tahu.

Lebih terperinci

Penerapan Metode Resitasi dengan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Getasan.

Penerapan Metode Resitasi dengan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Getasan. Penerapan Metode Resitasi dengan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Getasan. Sulasmini Sutriyono Inawati Budiono Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas

Lebih terperinci

ADAPTASI DAN EVOLUSI. Oleh : Aisyah Wardani

ADAPTASI DAN EVOLUSI. Oleh : Aisyah Wardani ADAPTASI DAN EVOLUSI Oleh : Aisyah Wardani EKOLOGI? EKOLOGI Ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya (jembatan ilmu alam dengan ilmu

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) KELAS XII SEMESTER

ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) KELAS XII SEMESTER ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) KELAS XII SEMESTER 1 BAB 1. EKOSISTEM A. KOMPONEN EKOSISTEM Ekosistem adalah sistem alam yang dibentuk dari interaksi antar mahluk hidup dengan lingkungannya. Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

Apabila terdapat sepetak padi, 2 ekor ular, 10 ekor katak dan 20 ekor cacing dalam suatu ekosistem sawah. Maka 10 ekor katak disebut...

Apabila terdapat sepetak padi, 2 ekor ular, 10 ekor katak dan 20 ekor cacing dalam suatu ekosistem sawah. Maka 10 ekor katak disebut... SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 11. INTERAKSI ANTARA MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGANNYALatihan Soal 11.1 1. Apabila terdapat sepetak padi, 2 ekor ular, 10 ekor katak dan 20 ekor cacing dalam suatu ekosistem sawah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru dan peserta didik sebagai pemeran utama. Dalam pembelajaran terdapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

EKOLOGI 2/10/2013 REDOCOSSOVA

EKOLOGI 2/10/2013 REDOCOSSOVA EKOLOGI 1 ISTILAH EKOLOGI PERTAMA KALI DIKENALKAN OLEH AHLI BIOLOGI JERMAN, YAITU ERNST HAECKEL (1834-1919). EKOLOGI BERASAL DARI BAHASA YUNANI; OIKOS, ARTINYA RUMAH ATAU TEMPAT TINGGAL DAN LOGOS, ARTINYA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian Relevan 1. Deskripsi Teori a. Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan

Lebih terperinci

MODUL ONLINE 22.1 ARTI PENTING LINGKUNGAN HIDUP BAGI MANUSIA PENDALAMAN MATERI ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP

MODUL ONLINE 22.1 ARTI PENTING LINGKUNGAN HIDUP BAGI MANUSIA PENDALAMAN MATERI ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP MODUL ONLINE 22.1 ARTI PENTING LINGKUNGAN HIDUP BAGI MANUSIA PENDALAMAN MATERI ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP KHOIRUL ANWAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 i A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan diterapkan seiring dengan pemanfaatan media dan sumber belajar (Prawiradilaga, 2008). Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan bangsa yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Problem Solving Tipe Search, Solve, Create, and Share (SSCS) Pembelajaran aktif dapat tercapai jika pengajar mampu memotivasi terlebih dahulu, lalu memaksimalkan pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan pemegang peran utama dalam proses pembelajaran karena guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan siswa menerima dan menguasai pelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

EKOLOGI 2/10/2013 REDOCOSSOVA

EKOLOGI 2/10/2013 REDOCOSSOVA EKOLOGI 1 ISTILAH EKOLOGI PERTAMA KALI DIKENALKAN OLEH AHLI BIOLOGI JERMAN, YAITU ERNST HAECKEL (1834-1919). EKOLOGI BERASAL DARI BAHASA YUNANI; OIKOS, ARTINYA RUMAH ATAU TEMPAT TINGGAL DAN LOGOS, ARTINYA

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER Suparmini 31 Abstrak. Hasil belajar IPS siswa kelas 4 A SDN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha manusia untuk mengembangkan potensi yang dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bidang studi yang diajarkan pada sekolah dasar yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pengajaran IPA di sekolah dasar ditujukan untuk memajukan teknologi

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Data Penelitian Tindakan Kelas Pra Siklus Penelitian pra siklus ini merupakan proses pembelajaran IPA materi adaptasi makhluk hidup menggunakan

Lebih terperinci

Aliran energi dalam ekosistem

Aliran energi dalam ekosistem Aliran energi dalam ekosistem Aliran energi dalam ekosistem Produser mendapatkan energi dari cahaya matahari untuk menyusun zat organik melalui fotosintesis. Jadi, matahari merupakan sumber energi bagi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Preview, Question, Read, Reflecty, Recite, dan Review) yang didasarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Preview, Question, Read, Reflecty, Recite, dan Review) yang didasarkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran PQ4R Salah satu teknik studi untuk membantu siswa memahami dan mengingat apa yang mereka baca adalah suatu prosedur yang disebut metode PQ4R (Preview, Question,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hambatan sehingga belum mencapai tujuan yang diinginkan. Hambatan utama

BAB I PENDAHULUAN. hambatan sehingga belum mencapai tujuan yang diinginkan. Hambatan utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran selama ini dirasakan masih mengalami berbagai hambatan sehingga belum mencapai tujuan yang diinginkan. Hambatan utama adalah rendahnya motivasi

Lebih terperinci

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS Minarni Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah ini merupakan cabang dari ekologi dan Anda telah mempelajarinya. Pengetahuan Anda yang mendalam tentang ekologi sangat membantu karena ekologi laut adalah perluasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang dekat sekali dengan kehidupan manusia. Saat kita mempelajari IPA, berarti mempelajari bagaimana alam semesta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB II REMEDIASI HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN. A. Pembelajaran Remediasi Menggunakan Metode Eksperimen

BAB II REMEDIASI HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN. A. Pembelajaran Remediasi Menggunakan Metode Eksperimen BAB II REMEDIASI HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN A. Pembelajaran Remediasi Menggunakan Metode Eksperimen 1. Pengertian Pengajaran Remediasi Pengajaran remediasi dalam proses belajar mengajar

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Resource Based Learning Pada Materi Energi Dan Perubahannya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Cendanapura

Penerapan Pendekatan Resource Based Learning Pada Materi Energi Dan Perubahannya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Cendanapura Penerapan Pendekatan Resource Based Learning Pada Materi Energi Dan Perubahannya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Cendanapura Endang Sutriani, Irwan Said, dan Ratman Mahasiswa

Lebih terperinci

EKOLOGI SEBAGAI DASAR ILMU LINGKUNGAN. Ina Rosdiana Lesmanawati Jurusan Biologi IAIN Syekh Nurjati Cirebon

EKOLOGI SEBAGAI DASAR ILMU LINGKUNGAN. Ina Rosdiana Lesmanawati Jurusan Biologi IAIN Syekh Nurjati Cirebon EKOLOGI SEBAGAI DASAR ILMU LINGKUNGAN Ina Rosdiana Lesmanawati Jurusan Biologi IAIN Syekh Nurjati Cirebon OIKOS: RUMAH, LOGOS: DISKUSI TENTANG SESUATU Ernest Haeckel (Ahli Biologi Jerman,1869) EKONOMI:

Lebih terperinci

p-issn : e-issn :

p-issn : e-issn : PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN EKSPONEN DAN LOGARITMA SISWA KELAS X BKJ1 Setya Prihatiningtyas SMK Negeri 5 Jember setyaprihatiningtyas@gmail.com

Lebih terperinci

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakan 1. Mengaitkan perilaku adaptasi hewan tertentu dilingkungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal 12.1

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal 12.1 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal 12.1 1. Proses perubahan ekosistem secara alamiah yaitu dapat disebakan oleh... Pengeringan rawa Penggunaan pestisida Kemarau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses yang penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Pada kegiatan belajar mengajar pihak yang terlibat langsung adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global sekarang ini menuntut individu untuk berkembang menjadi manusia berkualitas yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar. menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.

BAB I PENDAHULUAN. dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar. menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berkaitan erat dengan istilah belajar dan mengajar. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar (Sudjana, 2013 : 28) menunjuk

Lebih terperinci

Komponen rantai makanan menurut nicia/jabatan meliputi produsen, konsumen, dan pengurai. Rantai makanan dimulai dari organisme autotrof dengan

Komponen rantai makanan menurut nicia/jabatan meliputi produsen, konsumen, dan pengurai. Rantai makanan dimulai dari organisme autotrof dengan Rantai Makanan Rantai makanan adalah perpindahan materi dan energi dari suatu mahluk hidup ke mahluk hidup lain dalam proses makan dan dimakan dengan satu arah. Tiap tingkatan dari rantai makanan disebut

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MATA PELAJARAN : Biologi SATUAN PENDIDIKAN : SMA KELAS/SEMESTER : XI/Semester 2 WAKTU : 4 X 45 menit I. Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 9. PERKEMBANGBIAKAN DAN PENYESUAIANDIRI MAKHLUK HIDUPLatihan soal 9.2

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 9. PERKEMBANGBIAKAN DAN PENYESUAIANDIRI MAKHLUK HIDUPLatihan soal 9.2 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 9. PERKEMBANGBIAKAN DAN PENYESUAIANDIRI MAKHLUK HIDUPLatihan soal 9.2 1. Burung elang memiliki bentuk paruh yang besar, runcing, dan ujungnya melengkung. Bentuk paruh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 7 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Prestasi Belajar 1. Pengertian prestasi belajar Istilah prestasi belajar dalam dunia pendidikan menjadi sesuatu hal yang menarik untuk dibahas, karena keberadaannya

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu yang mempelajari alam semesta disebut Ilmu Pengetahuan Alam (natural

I. PENDAHULUAN. Ilmu yang mempelajari alam semesta disebut Ilmu Pengetahuan Alam (natural I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu yang mempelajari alam semesta disebut Ilmu Pengetahuan Alam (natural science). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sudah diperkenalkan sejak Sekolah Dasar. IPA merupakan cabang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

IPA SD Kelas IV 1

IPA SD Kelas IV 1 ANITA ROSIANA 111134036 IPA SD Kelas IV 1 Kata Pengantar Ilmu Pengetahuan Alam adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan mengetahui alam secara sistematis. IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 2.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak tahu menjadi tahu, seperti yang diungkapkan oleh Slameto

Lebih terperinci

MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN

MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN KOMUNITAS TUMBUHAN Disusun oleh : Irma Pebriyani Risa Ukhti Muslima Sandya Puspa Kartilla JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas berupa pekerjaan yang harus diselesaiakan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas berupa pekerjaan yang harus diselesaiakan. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan aktivitas berupa pekerjaan yang harus diselesaiakan. Hal ini ditujukan untuk membimbing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan IPA Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terkait dengan ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas mengenai pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. usaha peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. belajar, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. usaha peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina potensi sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan pada

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka 6 2.1 Kajian Teori BAB II Kajian Pustaka 2.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan telah mendorong berbagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut Subariah (2006:1) Matematika merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci