PENGARUH WAKTU PELAYUAN PADA SUHU 4 0 C SECARA VAKUM TERHADAP BEBERAPA SIFAT FISIK DAGING SAPI AUSTRALIAN COMMERCIAL CROSS BAGIAN PEREMPAT DEPAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH WAKTU PELAYUAN PADA SUHU 4 0 C SECARA VAKUM TERHADAP BEBERAPA SIFAT FISIK DAGING SAPI AUSTRALIAN COMMERCIAL CROSS BAGIAN PEREMPAT DEPAN"

Transkripsi

1 PENGARUH WAKTU PELAYUAN PADA SUHU 4 0 C SECARA VAKUM TERHADAP BEBERAPA SIFAT FISIK DAGING SAPI AUSTRALIAN COMMERCIAL CROSS BAGIAN PEREMPAT DEPAN Obin Rachmawan, Muhammad Ali Akbar, Jajang Gumilar Fakultas Peternakan Unpad. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pelayuan dan waktu pelayuan terbaik pada suhu 4 0 C secara vakum terhadap beberapa sifat fisik daging sapi Australian Commercial Cross bagian perempat depan. Penelitian ini menggunakan metode experimental dengan Rancangan Acak Kelompok. Terdapat empat jenis perlakuan (P 1 = 4 hari, P 2 = 8 hari, P 3 = 12 hari, dan P 4 = 16 hari) dengan enam kelompok (K 1 = Sengkel depan, K 2 = Sandung Lamur, K 3 = Paha Depan, K 4 = Iga, K 5 = Lamusir, dan K 6 = Punuk). Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa waktu pelayuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap ph, daya ikat air, dan keempukan, tetapi tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap susut masak. Disamping itu sifat fisik terbaik dihasilkan selama hari. Kata Kunci: Waktu pelayuan, sifat fisik daging, bagian perempat depan, kemasan vakum THE EFFECT OF AGING TIME AT 4 0 C IN VACUUM PACKED ON SOME PHYSICAL CHARACTERISTICS OF FOREQUARTER AUSTRALIAN COMMERCIAL CROSS BEEF Obin Rachmawan, Muhammad Ali Akbar, Jajang Gumilar Faculty of Animal Husbandry - Unpad Abstract The objective of this research was to identify the effect of aging time and the the best aging time at 4 0 C in vacuum packed on some physical characteristics of forequarter Australian Commercial Cross beef. The research used experimental method with Randomized Block Design. There were four treatments (T 1 = 4 days, T 2 = 8 days, T 3 = 12 days, and T 4 = 16 days) with six blocks (B 1 = Shank, B 2 = Brisket, B 3 = Chuck, B 4 = Rib, B 5 = Cube Roll, and B 6 = Blade). The result indicated that aging time has a significant effect (p<0,05) on ph, water holding capacity and tenderness, but it has not have a significant effect (p>0,05) on cooking loss. In addition, the best physical characteristics produced at 11 th -12 th day. Key words: Aging time, physical characteristics of beef, forequarter, vacuum packed

2 Pendahuluan Sapi potong merupakan ternak yang memberikan kontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan daging. Kebutuhan daging sapi di Indonesia cukup besar. Tahun 2007 konsumsi daging sapi di Indonesia sebesar 1,7 kg/perkapita dan kebutuhan daging sapi di dalam negeri mencapai 370,8 ribu ton, sedangkan kapasitas produksi dalam negeri sebanyak 245,2 ribu ton. Kekurangan 125,6 ribu ton atau 33,9 persen dipenuhi lewat impor. Impor daging sebesar 28 persen berasal dari Australia yang terdiri dari ton daging beku dan 500 ribu ekor sapi bakalan (APFINDO, 2008). Sapi yang banyak diimport dari Australia adalah jenis Australian Commercial Cross, karena mudah beradaptasi terhadap lingkungan tropis dan memiliki pertumbuhan yang cepat. Kualitas daging ditentukan oleh beberapa sifat fisik, seperti ph, DIA (daya ikat air), susut masak, dan keempukan. Keempukan merupakan faktor utama dari sifat fisik yang menentukan kualitas daging. Kualitas daging yang rendah ditandai dengan rendahnya nilai keempukan. Nilai keempukan yang rendah akan membuat daging menjadi alot. Kealotan salah satunya dipengaruhi oleh otot dan kadar jaringan ikat pada daging. Daging bagian perempat depan atau forequarter yang di pasaran pada umumnya lebih alot dibandingkan dengan bagian perempat belakang atau hindquarter, karena daging bagian perempat depan mempunyai otot dan jaringan ikat yang lebih kompak daripada bagian perempat belakang, salah satu penyebabnya adalah pengaruh dari gelombang pertumbuhan. Prinsip gelombang pertumbuhan dimulai dari kepala lalu menyebar ke arah badan (dari cranial ke caudal) dan dimulai dari ujung-ujung anggota badan ke arah bagian atas (dari distal ke proximal) (Lawrie, 2003). Gelombang pertumbuhan yang dimulai dari kepala membuat komponen-komponen penyusun forequarter ini lebih dulu tumbuh dan berkembang, sehingga daging menjadi alot. Gelombang pertumbuhan yang dimulai dari ujung anggota badan ke arah bagian atas

3 membuat kadar jaringan ikat yang berbeda diantara potongan-potongan daging bagian forequarter, seperti pada sengkel depan, sandung lamur, paha depan, dan punuk. Jaringan ikat juga dipengaruhi oleh aktivitas otot. Aktivitas otot yang tinggi dapat meningkatkan protein jaringan ikat (kolagen) (Lawrie, 2003). Bagian potongan-potongan daging perempat depan mempunyai aktivitas otot yang berbeda-beda, sehingga membuat kadar kolagen jaringan ikat yang berbeda diantara tiap potongan daging. Kealotan daging perempat depan dapat diatasi dengan cara menyimpan daging segar postmortem selama waktu dan suhu tertentu diatas titik beku daging yang secara relatif belum mengalami kerusakan oleh mikroorganisme atau disebut dengan pelayuan. Pelayuan dapat dilakukan dengan menggunakan suhu rendah (0-5 0 C) atau suhu lebih tinggi ( C) (Soeparno, 2005). Pelayuan dengan suhu lebih tinggi dapat mempercepat proses glikolisis, tetapi tidak dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pelayuan dengan menggunakan suhu rendah dapat memperlambat proses glikolisis dan pertumbuhan mikroorganisme (Soeparno, 2005). Selama proses glikolisis anareob berlangsung, enzim mempunyai peranan yang penting di dalam merubah glikogen menjadi asam laktat. Enzim aktif atau bekerja optimum pada suhu tinggi ( C), sedangkan pada suhu rendah kerja enzim akan diperlambat (Pelczar dan Chan, 1986). Oleh karena itu pelayuan dengan suhu rendah dapat memperlambat proses glikolisis. Suhu di bawah 5 0 C dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak atau pembusuk dan mencegah hampir semua mikroorganisme patogen. Pelayuan daging dengan suhu rendah pada suhu 4 0 C merupakan suhu aman untuk menyimpan daging pada saat dilayukan, karena dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Soeparno, 2005).

4 Daging selama dilayukan pada suhu 4 0 C akan lebih baik bila dilakukan pengemasan secara vakum, karena dapat mencegah kontaminasi mikroorganisme, penguapan, oksidasi lemak, dan memperlambat proses glikolisis anaerob. Selain itu, kondisi vakum dapat mempertahankan warna daging tetap merah keunguan dan mencegah proses oksidasi yang dapat menyebabkan daging berubah menjadi berwarna coklat (Lawrie, 2003). Proses glikolisis anaerob yang diperlambat selama pelayuan vakum berpengaruh terhadap sifat fisik daging. Beberapa sifat fisik daging, seperti ph dan susut masak akan diperlambat penurunannya, sedangkan pada daya ikat air dan keempukan akan terjadi peningkatan. Proses glikolisis anaerob berlangsung setelah hewan dipotong atau pada kondisi daging posmortem. Proses glikolisis anaerob yang diperlambat selama pelayuan vakum menyebabkan diperlambatnya pembentukan asam laktat. Asam laktat yang diperlambat pembentukannya menyebabkan penurunan ph juga diperlambat. ph ultimat atau ph akhir daging normal adalah 5,4-5,8 (Soeparno, 2005). Penurunan ph yang diperlambat selama pelayuan akan memberikan kesempatan untuk enzim proteolitik postmortem, yaitu CANP (Calcium Activated Neutral Proteinase) dan katepsin lebih lama bekerja atau aktif. Enzim CANP akan aktif pada permulaan proses pelayuan sekitar ph 6,5-8,0 yang berfungsi mendegradasi miofibril (aktin dan miosin). Setelah enzim CANP bekerja, lalu enzim katepsin yang aktif dan bekerja pada kisaran ph 3,0-7,0 yang berfungsi mendegradasi miofibril dan kolagen (Soeparno, 2005). Protein miofibril dan kolagen yang didegradasi menyebabkan daging menjadi lebih empuk. Keempukan daging sapi yang dihasilkan dengan menggunakan sari nenas berkisar antara 2,49-3,54 mm/gram/detik (Obin Rachmawan, 1991), sedangkan pada daging kerbau berkisar antara 9,66-10,27 mm/gram/detik (Wina Juniarti, 1992). Keempukan yang umumnya dapat diterima oleh konsumen berkisar antara 4,88 + 3,16 kg/cm 2 (Rillley, dkk., 1986).

5 Miofibril yang melemah akibat kerja dari enzim proteolitik tersebut menyebabkan DIA meningkat, karena masuknya molekul air ke dalam ruangruang di dalam miofibril. Selain itu, peningkatan DIA selama pelayuan disebabkan oleh proses steric effect atau terjadi pertukaran ion Ca ++ dan Mg ++ dengan air (Forrest, 1975). Sebaliknya, penyimpanan yang terlalu lama juga akan menurunkan DIA dan terjadinya perubahan struktur protein daging. (Soeparno, 2005). DIA daging sapi Australian Commercial Cross ketika mencapai ph ultimat berkisar antara 21,11-23,07% (Nono Ngadiyono, 1988). DIA berpengaruh terhadap susut masak. DIA yang tinggi menyebabkan susut masak yang rendah. DIA yang tinggi selama pemasakan mempunyai peran sebagai penahan sejumlah air bebas oleh protein otot, sehingga tidak banyak jus daging yang keluar. Susut masak bervariasi antara 1,5%-54,5% dengan kisaran 15%-40% (Soeparno, 2005). Pelayuan daging paha depan dan belakang pada suhu 2 C selama 28 hari (7, 14, 21, dan 28) secara vakum menghasilkan keempukan yang optimal pada hari ke-14 (Bratcher, 2004). Keempukan daging yang disimpan pada suhu 2 0 C tidak akan bertambah baik setelah disimpan selama 14 hari (Palupi, 1986). Hal ini disebabkan pada hari ke-14 enzim katepsin menjadi kurang aktif, karena daging telah mencapai ph ultimat. Enzim katepsin yang kurang aktif menyebabkan tidak terjadi peningkatan keempukan, sehingga keempukan optimal terdapat pada hari ke-14. Pelayuan daging sapi postmortem bagian paha depan, iga dan has luar menghasilkan keempukan maksimal pada hari ke-14 (Lorenzen, dkk., 1998). Pelayuan daging sapi selama 14 hari dapat memperbaiki keempukan daging sapi. Potongan daging yang dilayukan selama 7 hari mengalami peningkatan nilai WBS (Warner Bratzler Shear) dari awalnya, yaitu untuk daging choice menjadi sebesar 66 kg/cm 2 dan untuk daging sapi select sebesar 61 kg/cm 2. Pelayuan selama 14 hari menghasilkan nilai WBS sebesar 68 kg/cm 2 untuk daging choice dan 67

6 kg/cm 2 untuk daging select (Miller, 1997). Peningkatan keempukan berkaitan erat dengan ph. ph yang diperlambat penurunannya selama pelayuan menyebabkan enzim katepsin lebih lama aktif atau bekerja, sehingga pelayuan selama 14 hari menghasilkan tingkat keempukan yang lebih tinggi daripada pelayuan selama 7 hari. Daging yang alot jika dilakukan pelayuan membutuhkan waktu yang lebih lama. Daging forequarter bila disimpan pada suhu 4 0 C secara vakum selama 16 hari (dengan interval 4, 8, 12, dan 16 hari) menghasilkan sifat fisik terbaik pada hari ke-16. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diambil hipotesis, bahwa pelayuan daging perempat depan pada suhu 4 0 C secara vakum selama 16 hari menghasilkan sifat fisik terbaik (meningkatkan keempukan, daya ikat air, dan menurunkan susut masak serta memperlambat penurunan ph). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu pelayuan dan waktu pelayuan terbaik pada suhu 4 0 C secara vakum terhadap beberapa sifat fisik daging sapi Australian Commercial Cross bagian perempat depan. Metode Metode Penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan pengamatan langsung terhadap daging bagian perempat depan pada fase prerigor. Jenis sapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seekor sapi jantan steer dengan jenis Australian Commercial Cross berumur 2 tahun atau lebih dengan berat 500 kilogram berasal dari Lampung Feedlot (Desa Bumiaji Kec. Anak Tuha Kab. Lampung). Sapi tersebut dipotong di Abattoir PT. Santosa Agrindo.yang beralamat di Jl. Andini Sakti KM. 44, Desa Gandasari Cibitung- Bekasi, Jawa Barat. Rancangan yag digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (Randomized Block Design) dengan 4 perlakuan dan 6 kelompok. Perlakuannya adalah sebagai berikut :

7 P 1 : waktu pelayuan daging pada hari ke-4 P 2 : waktu pelayuan daging pada hari ke-8 P 3 : waktu pelayuan daging pada hari ke-12 P 4 : waktu pelayuan daging pada hari ke-16 Kelompoknya adalah sebagai berikut : K 1 : potongan daging sengkel depan K 2 : potongan daging sandung lamur K 3 : potongan daging paha depan K 4 : potongan daging iga K 5 : potongan daging lamusir K 6 : potongan daging punuk Analisis yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan menggunakan analisis ragam dan untuk menduga waktu pelayuan yang menghasilkan sifat fisik terbaik digunakan analisis Polinomial Ortogonal (Gasperz, 1995). Sampel diperoleh dari perwakilan otot dari potongan sandung lamur, paha depan, iga, lamusir, dan punuk, yaitu otot pectoralis superficialis, infraspinatus, serratus ventralis, rhomboideus, dan trapezius (Soeparno, 2005). Daging sengkel depan diwakili oleh deep digital flexor-thoraric (Jones, dkk., 2004). Sampel diambil masing-masing sebanyak 75 gram sebanyak 4 kali atau untuk 4 perlakuan. Sampel yang diperoleh kemudian dikemas menggunakan plastik cryovac. Setelah itu kemudian dilakukan pengemasan vakum menggunakan mesin vakum ultravac. Sampel yang sudah dikemas vakum lalu dilakukan pelayuan dengan disimpan pada ante room dengan suhu 4 0 C selama 16 hari dengan interval 4, 8, 12, dan 16 hari. Masing-masing sampel pada interval-interval tersebut kemudian diuji sifat fisiknya, meliputi: pengukuran ph, uji daya ikat air, uji susut masak, dan uji keempukan. Pengukuran ph menggunakan metode yang dikemukakan oleh Anton Apriyantono, dkk., Pengujian daya ikat air mengacu pada metode

8 ph Hamm (1972) didalam Kusmajadi (2002). Susut masak diuji dengan menggunakan metode yang dikemukakan oleh Soeparno, Metode yang digunakan untuk menguji keempukan menggunakan metode yang dikemukakan oleh Tien dkk, Hasil Dan Pembahasan Pengaruh Perlakuan Terhadap (ph) Daging Bagian Perempat Depan Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap ph daging (P < 0,05), untuk mengetahui sejauh mana terjadinya perubahan ph sebagai akibat perlakuan yang diberikan, maka dilakukan uji lanjut. Berdasarkan hasil analisis Polinomial Ortogonal menunjukkan pengaruh nyata pada regresi kuadratik dengan persamaan Y 2 6,68 0,19x 0,01x Waktu Pelayuan (hari) Ilustrasi 1. Kurva Pengaruh Waktu Pelayuan Terhadap ph Daging Bagian Perempat Depan Berdasarkan persamaan Ilustrasi 1, pengaruh waktu pelayuan terhadap ph minimum diperoleh pada turunan pertama sama dengan nol, yaitu 0,19 0,02x 0. Dari turunan pertama tersebut diperoleh x = 13 dan y = 5,52 atau dengan artian bahwa waktu pelayuan selama 13 hari menghasilkan ph minimum. Selama pelayuan pada suhu 4 0 C secara vakum, penurunan ph menuju ph akhir berlangsung selama 13 hari, hal ini lebih lama daripada yang dikemukakan Soeparno (2005) bahwa penurunan ph menuju ph akhir pada suhu 7 0 C berlangsung selama 20 jam. Hal ini terjadi karena selama pelayuan pada suhu

9 4 0 C secara vakum menyebabkan laju penurunan ph lebih diperlambat, pendapat ini sejalan dengan pendapat Soeparno (2005) yang menyatakan bahwa penurunan ph daging postmortem mempunyai hubungan yang erat dengan suhu penyimpanannya, suhu tinggi dapat mempercepat penurunan ph sedangkan suhu rendah dapat memperlambat laju penurunan ph. Laju penurunan ph dipengaruhi oleh enzim-enzim glikolitik di dalam proses glikolisis anaerob sebagaimana dikemukakan oleh Soeparno (2005) bahwa proses glikolisis melibatkan banyak reaksi dan enzim (glikoltik) yang mengkatalis reaksi. Kerja dari enzim ini akan diperlambat pada suhu rendah, seperti pendapat Pelczar dan Chan (1986) bahwa pada suhu rendah kerja enzim akan diperlambat. Selain dengan suhu 4 0 C, kondisi vakum juga dapat memperlambat laju penurunan ph. Soeparno (2005) mengemukakan bahwa terjadi reaksi-reaksi pada proses glikolisis anaerob, seperti fosforilasi, enolasi, dan dehidrogenasi. Rekasi-reaksi ini akan diperlambat pada kondisi vakum. Daging perempat depan mempunyai aktivitas otot yang lebih tinggi daripada bagian perempat belakang, sehingga dapat menyebabkan meningkatnya simpanan glikogen otot. Hal ini sejalan dengan pendapat Lawrie (2003) bahwa aktivitas otot dapat meningkatkan simpanan glikogen otot daging dan menyebabkan ph akhir posmortem yang tinggi. Pelayuan pada suhu 4 0 C secara vakum menghasilkan ph akhir sebesar 5,52. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeparno (2005) bahwa ph daging akhir normal berkisar antara 5,4-5,8. ph akhir daging ini terjadi karena telah berhentinya pembentukan asam laktat yang diperoleh dari proses glikolisis anaerob. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeparno (2005), bahwa penimbunan asam laktat akan berhenti setelah cadangan glikogen menjadi habis atau setelah ph cukup rendah untuk menghentikan aktivitas enzim-enzim glikolitik di dalam proses glikolisis anaerob. Pendapat ini ditunjang pula oleh pendapat Wheeler, dkk (2003) bahwa pada penyimpanan suhu rendah terjadi glikolisis anaerob yang merombak glikogen

10 daya ikat air menjadi asam laktat, sehingga cadangan glikogen otot akan semakin menurun dan diikuti dengan penurunan ph menuju titik isoelektrik 5,5-5,6. Pengaruh Perlakuan Terhadap Daya Ikat Air Daging Bagian Perempat Depan Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini menunjukkan pengaruh nyata (P < 0,05) terhadap daya ikat air. Guna mengetahui terjadinya peningkatan atau penurunan daya ikat air sebagai akibat perlakuan yang diberikan, maka dilakukan analisis lanjut. Berdasarkan hasil analisis Polinomial Ortogonal menunjukkan hasil berpengaruh nyata pada regresi kubik dengan persamaan: Y 2 3 5,59 1,73x 0,24x 0,01x Waktu Pelayuan (hari) Ilustrasi 2. Kurva Pengaruh Waktu Pelayuan Terhadap Daya Ikat Air Berdasarkan persamaan Ilustrasi 2, pengaruh waktu pelayuan terhadap daya ikat air (DIA) maksimum diperoleh pada turunan pertama sama dengan nol, yaitu 1,73 0,47x 0,02x 2 0. Dari turunan pertama tersebut diperoleh x 1 = 5 dan x 2 = 14, berdasarkan nilai x terbesar diperoleh y = 5,16 atau dengan artian bahwa waktu pelayuan selama 14 hari menghasilkan daya ikat air maksimum. Soeparno (2005) mengemukakan bahwa pada pelayuan terjadi peningkatan DIA karena terjadi perubahan hubungan antara air dan protein, yaitu peningkatan muatan melalui abrbsorpsi ion K + dan pembebasan Ca ++. Daya ikat air maksimum dicapai pada waktu pelayuan vakum selama 14 hari. Hal ini hampir sejalan dengan pendapat Sutardi (1987) bahwa selama pelayuan terjadi pembebasan ion

11 natrium dan kalsium secara kontinyu oleh protein otot, sementara itu ion kalium diserap setelah 24 jam periode postmortem dan akan berlangsung antara 5-13 hari yang diikuti dengan turunnya ion magnesium. Pelayuan vakum dapat memperlambat penurunan ph, sehingga abrbsorpsi ion K + dan pembebasan Ca ++ akan berlangsung lebih lama lagi, sehingga daya ikat air lebih meningkat. Daya ikat air daging perempat depan dapat ditingkatkan dengan dilakukan pelayuan vakum, karena pada pelayuan terjadi perpindahan antara ion Ca ++ dan Mg ++ dengan air. Hal ini sejalan dengan pendapat Forrest (1975) bahwa selama pelayuan terjadi proses steric effect atau terjadi pertukaran antara ion Ca ++ dengan Mg ++, sehingga menyebabkan air masuk. Sutardi (1987) mengemukakan bahwa lintasan kation menuju dan dari protein otot memberikan kesempatan berlangsungnya perpindahan kation pada protein otot di dalam daging. Hal ini akan menaikkan muatan listrik protein otot dan menyebabkan terhentinya pembentukkan H 3 O +. Fenomena ini membuktikan adanya kemampuan mengikat air yang berlangsung selama pelayuan. Pengaruh Perlakuan Terhadap Susut Masak Daging Bagian Perempat Depan Berdasarkan hasil pengamatan, nilai susut masak daging bagian perempat depan sebagai akibat dari pengaruh perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Susut Masak Kelompok Perlakuan Jumlah P1 P2 P3 P4 Kelompok.%... K K K K K K Jumlah Rataan 42,00 40,83 39,00 39,50 161,33

12 Berdasarkan data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa terjadi penurunan rataan susut masak dimulai dari waktu pelayuan hari ke-4 (P1) sebesar 42,00% sampai waktu pelayuan hari ke-12 (P3) sebesar 39,00%. Setelah itu terjadi peningkatatan rataan susut masak kembali pada waktu pelayuan hari ke-16 (P4) sebesar 39,50%. Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap susut masak dilakukan analisis sidik ragam. Hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap susut masak. Hal ini berhubungan dengan DIA yang dihasilkan oleh perlakuan, bahwa nilai DIA mempengaruhi susut masak yang tidak berbeda pada setiap perlakuan. Susut masak yang dihasilkan pada waktu pelayuan hari ke-4 sampai ke-16 berkisar antara 39,00%-42,00%. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeparno (2005) bahwa susut masak berkisar antara 15%- 40%. Penyusutan terkecil dihasilkan pada waktu pelayuan hari ke-12 (P3) sebesar 39,00%, yaitu sebagai akibat dari pengaruh DIA terbesar yang dihasilkan pada waktu pelayuan hari ke-12 (P3) sebesar 23,36%. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeparno (2005) bahwa susut masak daging mempunyai hubungan yang erat atau dipengaruhi oleh DIA. DIA yang tinggi menyebabkan susut masak rendah. Pengaruh Perlakuan Terhadap Keempukan Daging Bagian Perempat Depan Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini memberikan berpengaruh nyata ( P < 0,05) terhadap keempukan, untuk mengetahui terjadinya penurunan atau peningkatan keempukan sebagai akibat perlakuan yang diberikan, maka dilakukan uji lanjut. Berdasarkan hasil analisis Polinomial Ortogonal menunjukkan pengaruh nyata pada regresi kuadratik dengan persamaan sebagai berikut: Y 2 10,80 2,83x 0,12x.

13 Keempukan (mm/g/10 detik) Waktu Pelayuan (hari) Ilustrasi 4. Kurva Pengaruh Waktu Pelayuan Terhadap Keempukan Berdasarkan persamaan Ilustrasi 4, pengaruh waktu pelayuan terhadap keempukan maksimum diperoleh pada turunan pertama sama dengan nol, yaitu 2,83 0,24x 0. Dari turunan pertama tersebut diperoleh x = 12 dan y = 28,03 atau dengan artian bahwa waktu pelayuan selama 12 hari menghasilkan keempukan maksimum. Keempukan maksimum dicapai pada waktu pelayuan selama 12 hari. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutardi (1987) bahwa daging mencapai tingkat keempukan yang optimum setelah periode pelayuan, yaitu antara hari pada suhu C. Keempukan daging dipengaruhi oleh kerja enzim proteolitik. Soeparno (2005) mengemukakan bahwa selama penurunan ph mencapai ph akhir, terdapat aktivitas enzim proteolitik sehingga ketika mencapai ph akhir maka keempukan akan maksimum. Soeparno (2005) mengemukakan bahwa enzim ini dapat mendegradasi kolagen dan miofibril. ph yang diperlambat penurunannya selama pelayuan vakum menyebabkan enzim proteolitik lebih lama aktif atau bekerja, sehingga keempukan akan meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeparno (2005) bahwa penurunan ph yang diperlambat menyebabkan enzim proteolitik akan lebih aktf atau bekerja. Daging perempat depan mempunyai tingkat kealotan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian perempat belakang. Hal ini sejalan dengan

14 pendapat Soeparno (2005) bahwa kolagen jaringan ikat yang lebih banyak pada daging bagian perempat depan menyebabkan daging bagian perempat depan lebih alot daripada daging bagian perempat belakang. Kealotan ini dapat diatasi dengan cara pelayuan vakum, karena enzim proteolitik akan lebih lama mendegradasi kolagen dan miofibril sehingga daging akan menjadi lebih empuk. Hal ini sejalan dengan pendapat Abustam, (2008) bahwa selama pelayuan akan terjadi pemecahan protein miofibril oleh enzim alami (CANP dan katepsin) sehingga menghasilkan perbaikan keempukan daging. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Waktu pelayuan berpengaruh terhadap ph, daya ikat air, dan keempukan, tetapi tidak berpengaruh terhadap susut masak. 2. Sifat fisik terbaik dihasilkan pada waktu pelayuan selama hari Daftar Pustaka Abustam Konversi Otot Menjadi Daging. diakses 12 September APFINDO (Asosiasi Produsen Daging Sapid dan Feedlot Indonesia) Konsumsi Daging Sapi di Indonesia. diakses 18 Mei Apriyantono, dkk Analisis Pangan. IPB Press. Bogor Bratcher The Effects Of Quality Grade, Aging And Location On Selected Muscles Of Locomotion Of The Beef Chuck And Round. M.Sc. Thesis, University Of Florida. Forrest, dkk Principles of Meat Science. Fourth Edition. W.H. Freeman and Company. San Francisco, United States of America Gaspersz Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan I. Tarsito. Bandung ; ;

15 Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan 2. Tarsito. Bandung Jones, dkk Bovine Myology and Muscle. diakses 1 Juni 2008 Kusmajadi, S Petunjuk Laboratorium : Ilmu Daging. Jurusan Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Jatinangor. Lawrie Ilmu Daging. Diterjemahkan oleh Aminuddin Parakkasi. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. 12; 66 ; ; 146; ; 277; 278; 300. Lorenzen, dkk Determination Of An Aging Index. A Final Report To The Texas Beef Council, Austin, From The Meat Science Section, Department Of Animal Science, Texas A&M University, College Station. Miller, dkk Slaughter Plant Location, Usda Quality Grade, External Fat Thickness, and Aging Time Effects on Sensory Characteristics of Beef Loin Strip Steak. Journal of Animal Science. 75:662. Nono Ngadiyono Studi Perbandingan Beberapa Sifat Produksi Peranankan Ongole, Shorthorn Cross, dan Brahman Cross.. Tesis. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Obin Rachmawan Pengaruh Berbagai Dosis Sari Nenas Matang dan Lama Pencampuran Terhadap Keempukan Daging Paha Depan Sapi Peranakan Ongole Jantan. Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran Fakultas Peternakan. Sumedang. Palupi Tinjauan Literatur Pengolahan Daging. Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional LIPI. Jakarta. 6. Pelczar dan Chan Dasar-Dasar Mikrobiologi. Diterjemahkan oleh Ratna Siri Hadioetomo, dkk. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. 140; Riley, R.R., G.C. Smith, H.R. Cross, J.W. Savell, C.R. Long and T.C. Cartwright, Choronological Age and Breed Type Effect on carcass Characterictics and Palatability of Bull Beef. J. Meat Sci. 17: Soeparno Ilmu dan Teknologi Daging Cetakan ke-4. Gadjah Mada Press: Yogyakarta. 1; 2-3; 28; 136; ; ; 147; ; 153; 155; 204; 213; 266; ; 291; 293; 296; 300; 301; Sutardi Biokimia Pangan. PAU Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 9;

16 Tien dan Sugiyono Petunjuk Laboratorium Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. PAU IPB dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. 15; 17; 18; 19; 35. Wina Juniarti Pengaruh Berbagai Dosis Sari Nenas Matang Dari Bagian Boggol dan Daging Buah Terhadap Keempukan Daging Round Kerbau. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Sumedang. Wheeler, kochmaraie, D. A. King Chilling and Cooking Rate Effects on Some Myofibrillar Determinants of Tenderness of Beef. Journal of Animal Science 81:

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi Pengaruh dan terhadap Kualitas Daging Sapi Syafrida Rahim 1 Intisari Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi pada tahun 2008. Penelitian bertujuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh penggunaan restraining box terhadap ph daging Hasil pengujian nilai ph dari daging yang berasal dari sapi dengan perlakuan restraining box, nilai ph rata-rata pada

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging merupakan sumber protein hewani yang bermutu tinggi dan perlu dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh normal dan sehat, karena bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Konversi Otot Menjadi Daging

TINJAUAN PUSTAKA Konversi Otot Menjadi Daging II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konversi Otot Menjadi Daging Kondisi ternak sebelum penyembelihan akan mempengaruhi tingkat konversi otot menjadi daging dan juga mempengaruhi kualitas daging yang dihasilkan

Lebih terperinci

Pengaruh Lama Penyimpanan dalam Lemari Es terhadap PH, Daya Ikat Air, dan Susut Masak Karkas Broiler yang Dikemas Plastik Polyethylen

Pengaruh Lama Penyimpanan dalam Lemari Es terhadap PH, Daya Ikat Air, dan Susut Masak Karkas Broiler yang Dikemas Plastik Polyethylen Pengaruh Lama Penyimpanan dalam Lemari Es terhadap PH, Daya Ikat Air, dan Susut Masak Karkas Broiler yang Dikemas Plastik Polyethylen Dede Risnajati 1 Intisari Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak serta zat yang lain yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Usaha untuk meningkatkan konsumsi

Lebih terperinci

PENGARUH ENZIM PAPAIN TERHADAP MUTU DAGING KAMBING SELAMA PENYIMPANAN

PENGARUH ENZIM PAPAIN TERHADAP MUTU DAGING KAMBING SELAMA PENYIMPANAN PENGARUH ENZIM PAPAIN TERHADAP MUTU DAGING KAMBING SELAMA PENYIMPANAN (The Effect of Papain in Goat Meat Quality During Storage) AGUS BUDIYANTO dan S. USMIATI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen

Lebih terperinci

HASlL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengukuran secara obyektif untuk ph (derajat keasaman) dagingusie Reubohn dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

HASlL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengukuran secara obyektif untuk ph (derajat keasaman) dagingusie Reubohn dapat dilihat pada tabel dibawah ini : HASlL DAN PEMBAHASAN ph Daging Hasil pengukuran secara obyektif untuk ph (derajat keasaman) dagingusie Reubohn dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3. Rataan nilai ph daging "Sie Reuboh" 1 Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi masyarakat, mempengaruhi meningkatnya kebutuhan akan makanan asal hewan (daging). Faktor lain

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN :

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN : Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal 22-28 Vol. 12 No. 1 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DEDAK PADI TERFERMENTASI CAIRAN RUMEN TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING AYAM Effect of Rice Bran Fermented

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot dan Persentase Komponen Karkas Komponen karkas terdiri dari daging, tulang, dan lemak. Bobot komponen karkas dapat berubah seiring dengan laju pertumbuhan. Definisi pertumbuhan

Lebih terperinci

KUALITAS FISIK (DAYA IKAT AIR, SUSUT MASAK, DAN KEEMPUKAN) DAGING PAHA AYAM SENTUL AKIBAT LAMA PEREBUSAN

KUALITAS FISIK (DAYA IKAT AIR, SUSUT MASAK, DAN KEEMPUKAN) DAGING PAHA AYAM SENTUL AKIBAT LAMA PEREBUSAN KUALITAS FISIK (DAYA IKAT AIR, SUSUT MASAK, DAN KEEMPUKAN) DAGING PAHA AYAM SENTUL AKIBAT LAMA PEREBUSAN THE PHYSICAL QUALITY (WATER HOLDING CAPACITY, COOKING LOSSES, AND TENDERNESS) OF SENTUL CHICKEN

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT FISIK DAN PARAMETER SPESIFIK KUALITAS DAGING

SIFAT-SIFAT FISIK DAN PARAMETER SPESIFIK KUALITAS DAGING SIFAT-SIFAT FISIK DAN PARAMETER SPESIFIK KUALITAS DAGING KUALITAS DAGING Dalam pengujian kualitas daging dipergunakan sampel-sampel : macam otot, penyiapan sampel. Uji fisik obyektif yang meliputi Keempukan

Lebih terperinci

Kualitas Fisik Daging Sapi Peranakan Simmental dengan Perlakuan Stimulasi Listrik dan Lama Pelayuan yang Berbeda

Kualitas Fisik Daging Sapi Peranakan Simmental dengan Perlakuan Stimulasi Listrik dan Lama Pelayuan yang Berbeda Jurnal Peternakan Indonesia, Oktober 2012 Vol. 14 (3) ISSN 1907-1760 Kualitas Fisik Daging Sapi Peranakan Simmental dengan Perlakuan Listrik dan Lama Pelayuan yang Berbeda Physical Quality of Simmental

Lebih terperinci

Karakteristik Fisik Daging Sapi Bali dan Wagyu

Karakteristik Fisik Daging Sapi Bali dan Wagyu Karakteristik Fisik Daging Sapi Bali dan Wagyu (BEEF PHYSICAL CHARACTERISTICS OF BALI AND WAGYU CATTLE) Ni Ketut Suwiti 1 *, Ni Nyoman Citra Susilawati 2, Ida Bagus Ngurah Swacita 3 1 Laboratorium Histologi

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI SARI BUAH MARKISA KUNING

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI SARI BUAH MARKISA KUNING PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI SARI BUAH MARKISA KUNING (Passiflora flavicarpa) TERHADAP MUTU FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR THE EFFECT OF VARIOUS CONCENTRATION OF YELLOW PASSION FRUITS EXTRACT (Passiflora

Lebih terperinci

KUALITAS FISIK DAGING LOIN SAPI BALI YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) MODEREN DAN TRADISIONAL

KUALITAS FISIK DAGING LOIN SAPI BALI YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) MODEREN DAN TRADISIONAL Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK-2016), Kuta, Bali, INDONESIA, 15 16 Desember 2016 KUALITAS FISIK DAGING LOIN SAPI BALI YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) MODEREN DAN TRADISIONAL Artiningsih

Lebih terperinci

PENGARUH BUNGKIL BIJI KARET FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAGING DOMBA PRIANGAN JANTAN

PENGARUH BUNGKIL BIJI KARET FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAGING DOMBA PRIANGAN JANTAN PENGARUH BUNGKIL BIJI KARET FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAGING DOMBA PRIANGAN JANTAN OBIN RACHMAWAN dan MANSYUR Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jl Raya Bandung Sumedang

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2011, Hal Vol. 6, No. 2 ISSN :

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2011, Hal Vol. 6, No. 2 ISSN : WATER HOLDING CAPACITY (WHC), KADAR PROTEIN, DAN KADAR AIR DENDENG SAPI PADA BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale Roscoe) DAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA Water Holding Capacity (WHC),

Lebih terperinci

Karakteristik mutu daging

Karakteristik mutu daging Karakteristik mutu daging Oleh: Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia edisi Maret 2011) Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR Sarah Mayang Surgawi, Wendry Setyadi Putranto, dan Kusmajadi Suradi Fakultas

Lebih terperinci

Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 1(3):16-20, Desember 2017 e-issn:

Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 1(3):16-20, Desember 2017 e-issn: KUALITAS FISIK PADA POTONGAN PRIMAL KARKAS SAPI KRUI BETINA DI KABUPATEN PESISIR BARAT LAMPUNG PHYSICAL QUALITY ON PRIMAL CARCASS OF FEMALE KRUI CATTLE IN WEST PESISIR DISTRICT LAMPUNG Raina Pangestika,

Lebih terperinci

Nova Nurfauziawati Kelompok 11 A V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Nova Nurfauziawati Kelompok 11 A V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Praktikum yang dilaksanakan pada 12 September 2011 mengenai perubahan fisik, kimia dan fungsional pada daging. Pada praktikum kali ini dilaksanakan pengamatan perubahan

Lebih terperinci

Karakteristik Kualitas Daging Sapi Peranakan Ongole yang Berasal dari Otot Longissimus Dorsi dan Gastrocnemius

Karakteristik Kualitas Daging Sapi Peranakan Ongole yang Berasal dari Otot Longissimus Dorsi dan Gastrocnemius Karakteristik Kualitas Daging Sapi Peranakan Ongole yang Berasal dari Otot Longissimus Dorsi dan Gastrocnemius Nuraini dan Harapin Hafid H. 1 Intisari Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM

PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM Disajikan oleh : Arsidin(E1A007003), dibawah bimbingan Haris Lukman 1) dan Afriani 2) Jurusan Produksi Ternak, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat Indonesia akan gizi menuntut dikembangkannya berbagai industri pangan. Salah satu sektor yang turut berperan penting dalam ketersediaan bahan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak,

BAB I PENDAHULUAN. kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelangsungan hidup manusia sangat dipengaruhi oleh nilai atau kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak, karbohidrat, mineral, serta

Lebih terperinci

Sifat Fisik Daging Domba yang Diberi Perlakuan Stimulasi Listrik Voltase Rendah dan Injeksi Kalsium Klorida

Sifat Fisik Daging Domba yang Diberi Perlakuan Stimulasi Listrik Voltase Rendah dan Injeksi Kalsium Klorida Media Peternakan, Desember 2004, hlm. 101-106 ISSN 0126-0472 Vol. 27 N0. 3 Sifat Fisik Daging Domba yang Diberi Perlakuan Stimulasi Listrik Voltase Rendah dan Injeksi Kalsium Klorida T. Suryati a, M. Astawan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Daging Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain

Lebih terperinci

KUALITAS FISIK DAGING SAPI DARI TEMPAT PEMOTONGAN HEWAN DI BANDAR LAMPUNG. Physical Quality of Beef from Slaughterhouses in Bandar Lampung

KUALITAS FISIK DAGING SAPI DARI TEMPAT PEMOTONGAN HEWAN DI BANDAR LAMPUNG. Physical Quality of Beef from Slaughterhouses in Bandar Lampung KUALITAS FISIK DAGING SAPI DARI TEMPAT PEMOTONGAN HEWAN DI BANDAR LAMPUNG Physical Quality of Beef from Slaughterhouses in Bandar Lampung Nikodemus Prajnadibya Kurniawan a, Dian Septinova b, Kusuma Adhianto

Lebih terperinci

EFEK LAMA STIMULASI LISTRIK DENGAN TEGANGAN BERBEDA TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR. Oleh: Adnan Syam 1) dan La Ode Arsad Sani 1)

EFEK LAMA STIMULASI LISTRIK DENGAN TEGANGAN BERBEDA TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR. Oleh: Adnan Syam 1) dan La Ode Arsad Sani 1) 47 EFEK LAMA STIMULASI LISTRIK DENGAN TEGANGAN BERBEDA TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR Oleh: Adnan Syam 1) dan La Ode Arsad Sani 1) ABSTRACT The objective of the experiment were to study

Lebih terperinci

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL EFFECT OF SEX AND SLAUGHTER WEIGHT ON THE MEAT PRODUCTION OF LOCAL SHEEP Endah Subekti Staf Pengajar Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PERBAIKAN MANAJEMEN PEMOTONGAN TERNAK UNTUK MENGHASILKAN DAGING SAPI LOKAL BERKUALITAS IMPOR

PERBAIKAN MANAJEMEN PEMOTONGAN TERNAK UNTUK MENGHASILKAN DAGING SAPI LOKAL BERKUALITAS IMPOR PERBAIKAN MANAJEMEN PEMOTONGAN TERNAK UNTUK MENGHASILKAN DAGING SAPI LOKAL BERKUALITAS IMPOR (Improvement on Slaughtering Management to Produce Local Beef at The Same Quality as Imported Beef) ONI ASRIDA

Lebih terperinci

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008 PERSENTASE POTONGAN DAGING HAS DALAM (FILLET), HAS LUAR (SIRLOIN), DAN LAMUSIR (CUBE ROLL) PADA SAPI JANTAN BALI DAN FRIES HOLLANDS UMUR 2 3 TAHUN HASIL PENGGEMUKAN (Persentage of Fillet, Sirloin and Cube

Lebih terperinci

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C Kualitas Sapi dan yang Disimpan pada Suhu THE QUALITY OF WAGYU BEEF AND BALI CATTLE BEEF DURING THE COLD STORAGE AT 4 O C Mita Andini 1, Ida Bagus Ngurah Swacita 2 1) Mahasiswa Program Profesi Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi bali dikenal sebagai sapi lokal yang banyak dipelihara di Pulau Bali karena sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi bali dikenal sebagai sapi lokal yang banyak dipelihara di Pulau Bali karena sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi bali dikenal sebagai sapi lokal yang banyak dipelihara di Pulau Bali karena sangat menguntungkan peternak di samping cara pemeliharaannya yang mudah dan sifatnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena dagingnya selain rasanya enak juga merupakan bahan pangan sumber protein yang memiliki kandungan gizi lengkap

Lebih terperinci

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji Korelasi antara Nilai Frame Score dan Muscle Type dengan Bobot Karkas pada Sapi Kebiri Australian Commercial Cross (Studi Kasus di Rumah Potong Hewan Ciroyom, Bandung) Correlation between Frame Score and

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Itik Afkir Daging itik mempunyai kualitas rendah karena bau amis, bertekstur kasar dan alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ENZIM PAPAIN SEBAGAI BAHAN TENDERIZER DAGING. Oleh : Tedi Akhdiat RINGKASAN

PENGGUNAAN ENZIM PAPAIN SEBAGAI BAHAN TENDERIZER DAGING. Oleh : Tedi Akhdiat RINGKASAN PENGGUNAAN ENZIM PAPAIN SEBAGAI BAHAN TENDERIZER DAGING Oleh : Tedi Akhdiat RINGKASAN Daging biasanya kalau diolah memerlukan waktu yang lama dan hasil akhir dari proses pengolahan daging yang diinginkan

Lebih terperinci

Lilis Suryaningsih, Jajang Gumilar, Andry Pratama Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Lilis Suryaningsih, Jajang Gumilar, Andry Pratama Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Respon Persentase Hati sapi Terhadap Kadar Protein, Kadar Lemak dan Susut Masak Sosis Daging Sapi (Response of Beef Liver Percentageto BeefSausageProtein Content, Fat Content and Cooking Suspension) Lilis

Lebih terperinci

KUALITAS FISIKOKIMIA NAGET AYAM YANG MENGGUNAKAN FILER TEPUNG SUWEG (Amorphophallus campanulatus B1). Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

KUALITAS FISIKOKIMIA NAGET AYAM YANG MENGGUNAKAN FILER TEPUNG SUWEG (Amorphophallus campanulatus B1). Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Abstrak KUALITAS FISIKOKIMIA NAGET AYAM YANG MENGGUNAKAN FILER TEPUNG SUWEG (Amorphophallus campanulatus B1). Jajang Gumilar, Obin Rachmawan, dan Winda Nurdyanti Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar. Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar. Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan berbagai perlakuan, terhadap perubahan kandungan protein

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Brahman Cross Pertumbuhan Ternak

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Brahman Cross Pertumbuhan Ternak TINJAUAN PUSTAKA Sapi Brahman Cross Sapi Brahman berasal dari India yang merupakan keturunan dari sapi Zebu (Bos Indicus). Sapi Brahman Cross merupakan sapi hasil persilangan antara sapi Brahman (Bos Indicus)

Lebih terperinci

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c (THE QUALITY OF WAGYU BEEF AND BALI CATTLE BEEF DURING THE FROZEN STORAGE AT - 19 O C) Thea Sarassati 1, Kadek Karang Agustina

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI DAGING SAPI DENGAN KULIT CAKAR AYAM TERHADAP DAYA IKAT AIR (DIA), RENDEMEN DAN KADAR ABU BAKSO SKRIPSI. Oleh:

PENGARUH SUBSTITUSI DAGING SAPI DENGAN KULIT CAKAR AYAM TERHADAP DAYA IKAT AIR (DIA), RENDEMEN DAN KADAR ABU BAKSO SKRIPSI. Oleh: PENGARUH SUBSTITUSI DAGING SAPI DENGAN KULIT CAKAR AYAM TERHADAP DAYA IKAT AIR (DIA), RENDEMEN DAN KADAR ABU BAKSO SKRIPSI Oleh: NURUL TRI PRASTUTY H2E 006 035 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STIMULASI LISTRIK PADA KAMBING LOKAL TERHADAP MUTU DAGING SELAMA PENYIMPANAN SUHU KAMAR

PENGGUNAAN STIMULASI LISTRIK PADA KAMBING LOKAL TERHADAP MUTU DAGING SELAMA PENYIMPANAN SUHU KAMAR PENGGUNAAN STIMULASI LISTRIK PADA KAMBING LOKAL TERHADAP MUTU DAGING SELAMA PENYIMPANAN SUHU KAMAR (Using Electric Stimulation of Local Goat on Meat Quality during Stored at Room Temperature) ROSWITA SUNARLIM

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Daya Ikat Air (DIA) Daging Ayam Petelur Afkir Rata-rata hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi sari buah stroberi (Fragaria

Lebih terperinci

Muhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Muhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Perbandingan Indek Perdagingan Sapi-sapi Indonesia (Sapi Bali, Madura,PO) dengan Sapi Australian Commercial Cross (ACC) (The Ratio of Meat Indek of Indonesian Cattle (Bali, Madura, PO) with Australian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Populasi ayam ras petelur di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke

PENDAHULUAN. Populasi ayam ras petelur di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi ayam ras petelur di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014, populasi ayam ras petelur 146.660,42 ekor dan pada tahun 2015 meningkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Sapi Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan

Lebih terperinci

ABSTRAK KUALITAS DAN PROFIL MIKROBA DAGING SAPI LOKAL DAN IMPOR DI DILI-TIMOR LESTE

ABSTRAK KUALITAS DAN PROFIL MIKROBA DAGING SAPI LOKAL DAN IMPOR DI DILI-TIMOR LESTE ABSTRAK KUALITAS DAN PROFIL MIKROBA DAGING SAPI LOKAL DAN IMPOR DI DILI-TIMOR LESTE Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas fisik, kimia dan profil mikroba daging sapi lokal dan impor yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2016, VOL.16, NO.2

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2016, VOL.16, NO.2 Karakteristik Fisik, Kimia dan Nilai Kesukaan Nugget Ayam Dengan Penambahan Pasta Tomat (Effect of Tomatos Paste to Physicochemical and Sensory Characteristics Chicken Nuggets) Eka Wulandari, Lilis Suryaningsih,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIK DAGING SAPI PERANAKAN ONGOLE PADA BERBAGAI TINGKATAN BOBOT BADAN

KARAKTERISTIK FISIK DAGING SAPI PERANAKAN ONGOLE PADA BERBAGAI TINGKATAN BOBOT BADAN KARAKTERISTIK FISIK DAGING SAPI PERANAKAN ONGOLE PADA BERBAGAI TINGKATAN BOBOT BADAN (Physical Characteristics of Ongole Bulls Meat at Various Body Weight) EDY RIANTO, M.F. RAHMAWATI dan A. PURNOMOADI

Lebih terperinci

Jajang Gumilar, Obin Rachmawan, dan Winda Nurdyanti Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Jajang Gumilar, Obin Rachmawan, dan Winda Nurdyanti Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran JURNAL ILMU TERNAK JUNI 2011, VOL. 11, NO. 1, 1 5 Kualitas Fisikokimia Naget Ayam yang Menggunakan Filer Tepung Suweg (Amorphophallus campanulatus B1) (Physicochemical Quality of Chicken Nugget Using Suweg

Lebih terperinci

DAYA IKAT AIR (DIA) Istilah lain: Pengertian: Kemampuan daging didalam mengikat air (air daging maupun air yang ditambahkan)

DAYA IKAT AIR (DIA) Istilah lain: Pengertian: Kemampuan daging didalam mengikat air (air daging maupun air yang ditambahkan) DAYA IKAT AIR (DIA) Istilah lain: 1.Water Holding Capacity (WHC) 2.Water Binding Capacity (WBC) Pengertian: Kemampuan daging didalam mengikat air (air daging maupun air yang ditambahkan) Arti penting:

Lebih terperinci

DAGING. Theresia Puspita Titis Sari Kusuma. There - 1

DAGING. Theresia Puspita Titis Sari Kusuma. There - 1 DAGING Theresia Puspita Titis Sari Kusuma There - 1 Pengertian daging Daging adalah bagian tubuh yang berasal dari ternak sapi, babi atau domba yang dalam keadaan sehat dan cukup umur untuk dipotong, tetapi

Lebih terperinci

SUSUT MASAK DAN ph DAGING ITIK LOKAL AFKIR BERDASARKAN SISTEM PEMELIHARAAN DAN LOKASI YANG BERBEDA

SUSUT MASAK DAN ph DAGING ITIK LOKAL AFKIR BERDASARKAN SISTEM PEMELIHARAAN DAN LOKASI YANG BERBEDA SUSUT MASAK DAN ph DAGING ITIK LOKAL AFKIR BERDASARKAN SISTEM PEMELIHARAAN DAN LOKASI YANG BERBEDA (COOKING LOSS AND ph OF LOCAL SPENT DUCK MEAT BASED ON DIFFERENT SYSTEMS AND FARMING LOCATION) Ershandy

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN DALAM BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA

PENGARUH PERENDAMAN DALAM BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA PENGARUH PERENDAMAN DALAM BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) TERHADAP JUMLAH TOTAL BAKTERI, DAYA AWET DAN WARNA DAGING SAPI Rizka Zahrarianti, Kusmajadi Suradi,

Lebih terperinci

KUALITAS DAGING SAPI SEGAR DI PASAR TRADISIONAL KECAMATAN PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG

KUALITAS DAGING SAPI SEGAR DI PASAR TRADISIONAL KECAMATAN PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG KUALITAS DAGING SAPI SEGAR DI PASAR TRADISIONAL KECAMATAN PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG The Quality of Beef on Traditional Market in Poncokusumo Subdistricts Malang Regency Dedes Amertaningtyas 1 1) Bagian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan TINJAUAN PUSTAKA Daging Kerbau Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan mempunyaikebiasaan berendam di sungai dan lumpur. Ternak kerbau merupakan salah satu sarana produksi yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat

PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu penyedia sumber bahan pangan memiliki banyak macam produk yang dihasilkan. Salah satu produk pangan yang berasal dari peternakan yaitu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI BALI PADA BEBERAPA RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DI SULAWESI SELATAN

KARAKTERISTIK FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI BALI PADA BEBERAPA RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DI SULAWESI SELATAN KARAKTERISTIK FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI BALI PADA BEBERAPA RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DI SULAWESI SELATAN Characteristic of Physical and Organoleptic of Meat from Bali Cattle at Some Slaughtering

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS FISIKO KIMIA DAGING SAPI DI PASAR KOTA MALANG

KAJIAN KUALITAS FISIKO KIMIA DAGING SAPI DI PASAR KOTA MALANG KAJIAN KUALITAS FISIKO KIMIA DAGING SAPI DI PASAR KOTA MALANG Study on Physico-chemical Quality Of Beef In The Market Of Malang City Heru Prasetyo 1, Masdiana Ch Padaga 2, Manik Eirry Sawitri 2 1) Alumni

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR

SIFAT FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR PENGARUH IMPULSE STIMULASI LISTRIK DAN KONSENTRASI CaCl 2 TERHADAP SIFAT FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR Citra Hasna Paramita, Eka Wulandari, Kusmayadi Suradi Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN 18 PENGARUH EKSTRAK BUAH NENAS MUDA TERHADAP KUALITAS SENSORI DAGING KERBAU Oleh: Harapin Hafid 1, Nuraini 1 dan Inderawati 1 ABSTRACT This study aims to determine the sensory quality of buffalo meat were

Lebih terperinci

DAYA MENGIKAT AIR DAN SUSUT MASAK DAGING SAPI BLANSIR YANG DIKERINGKAN DALAM OVEN DAN DIKEMAS VAKUM. John Ernst Gustaaf Rompis

DAYA MENGIKAT AIR DAN SUSUT MASAK DAGING SAPI BLANSIR YANG DIKERINGKAN DALAM OVEN DAN DIKEMAS VAKUM. John Ernst Gustaaf Rompis DAYA MENGIKAT AIR DAN SUSUT MASAK DAGING SAPI BLANSIR YANG DIKERINGKAN DALAM OVEN DAN DIKEMAS VAKUM John Ernst Gustaaf Rompis Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115 ABSTRAK Daging

Lebih terperinci

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at : Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 97 104 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj TINGKAT KEKENYALAN, DAYA MENGIKAT AIR, KADAR AIR, DAN KESUKAAN PADA BAKSO DAGING SAPI

Lebih terperinci

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus Populasi Kultur Starter HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Perhitungan populasi dilakukan untuk mendapatkan kultur starter yang terbaik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Pada tahap pendahulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

DAGING. Pengertian daging

DAGING. Pengertian daging Pengertian daging DAGING Titis Sari Kusuma Daging adalah bagian tubuh yang berasal dari ternak sapi, babi atau domba yang dalam keadaan sehat dan cukup umur untuk dipotong, tetapi hanya terbatas pada bagian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RESTRAINING BOX DALAM PEMOTONGAN SAPI DI RPH DAN KARAKTERISTIK FISIK DAGING ARIF WICAKSONO

PENGGUNAAN RESTRAINING BOX DALAM PEMOTONGAN SAPI DI RPH DAN KARAKTERISTIK FISIK DAGING ARIF WICAKSONO PENGGUNAAN RESTRAINING BOX DALAM PEMOTONGAN SAPI DI RPH DAN KARAKTERISTIK FISIK DAGING ARIF WICAKSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 vi PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASINYA

Lebih terperinci

Pengaruh lama istirahat terhadap karakteristik karkas dan kualitas fisik daging sapi Brahman Cross Steer

Pengaruh lama istirahat terhadap karakteristik karkas dan kualitas fisik daging sapi Brahman Cross Steer Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2): 71-79 ISSN: 0852-3581 E-ISSN: 9772443D76DD3 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Pengaruh lama istirahat terhadap karakteristik karkas dan kualitas fisik daging

Lebih terperinci

TINGKAT PERUBAHAN KUALITAS BAKSO DAGING SAPI BALI BAGIAN SANDUNG LAMUR (Pectoralis profundus) SELAMA PENYIMPANAN DENGAN PEMBERIAN ASAP CAIR

TINGKAT PERUBAHAN KUALITAS BAKSO DAGING SAPI BALI BAGIAN SANDUNG LAMUR (Pectoralis profundus) SELAMA PENYIMPANAN DENGAN PEMBERIAN ASAP CAIR TINGKAT PERUBAHAN KUALITAS BAKSO DAGING SAPI BALI BAGIAN SANDUNG LAMUR (Pectoralis profundus) SELAMA PENYIMPANAN DENGAN PEMBERIAN ASAP CAIR Astati Dosen Pada Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG (Study on Molasses as Additive at Organoleptic and Nutrition Quality of Banana Shell Silage) S. Sumarsih,

Lebih terperinci

KUALITAS DAGING SAPI BALI PADA LAHAN PENGGEMUKAN YANG BERBEDA

KUALITAS DAGING SAPI BALI PADA LAHAN PENGGEMUKAN YANG BERBEDA Volume 15, Nomor 2, Hal. 21-24 Juli Desember 2013 ISSN:0852-8349 KUALITAS DAGING SAPI BALI PADA LAHAN PENGGEMUKAN YANG BERBEDA Ulil Amri, Iskandar dan Lambue Manalu Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Lebih terperinci

EFEK LAMA STIMULASI DAN TEGANGAN LISTRIK TERHADAP KOMPOSISI KIMIA, KUALITAS FISIK, DAN SENSORI DAGING AYAM PETELUR AFKIR

EFEK LAMA STIMULASI DAN TEGANGAN LISTRIK TERHADAP KOMPOSISI KIMIA, KUALITAS FISIK, DAN SENSORI DAGING AYAM PETELUR AFKIR Buletin Peternakan Vol. 37(1): 26-33, Februari 2013 ISSN 0126-4400 EFEK LAMA STIMULASI DAN TEGANGAN LISTRIK TERHADAP KOMPOSISI KIMIA, KUALITAS FISIK, DAN SENSORI DAGING AYAM PETELUR AFKIR EFFECT OF THE

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAGING PENGEMPUKAN (TENDERISASI) Materi 7 TATAP MUKA KE-7 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

PENGOLAHAN DAGING PENGEMPUKAN (TENDERISASI) Materi 7 TATAP MUKA KE-7 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK PENGOLAHAN DAGING PENGEMPUKAN (TENDERISASI) Materi 7 TATAP MUKA KE-7 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jenderal

Lebih terperinci

KEEMPUKAN DAYA MENGIKAT AIR DAN COOKING LOSS DAGING SAPI PESISIR HASIL PENGGEMUKAN

KEEMPUKAN DAYA MENGIKAT AIR DAN COOKING LOSS DAGING SAPI PESISIR HASIL PENGGEMUKAN KEEMPUKAN DAYA MENGIKAT AIR DAN COOKING LOSS DAGING SAPI PESISIR HASIL PENGGEMUKAN (Tenderness Water Holding Capacity and Cooking Loss of Fattened Pesisir Cattle) KHASRAD Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGOVENAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM KAMPUNG DENGAN PENAMBAHAN NANAS

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGOVENAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM KAMPUNG DENGAN PENAMBAHAN NANAS PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGOVENAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM KAMPUNG DENGAN PENAMBAHAN NANAS Temperature And Roasted Duration Effect Of Domestic Chicken Meat Physical And Organoleptic

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing

Lebih terperinci

PERSENTASE KARKAS, TEBAL LEMAK PUNGGUNG DAN INDEKS PERDAGINGAN SAPI BALI, PERANAKAN ONGOLE DAN AUSTRALIAN COMMERCIAL CROSS

PERSENTASE KARKAS, TEBAL LEMAK PUNGGUNG DAN INDEKS PERDAGINGAN SAPI BALI, PERANAKAN ONGOLE DAN AUSTRALIAN COMMERCIAL CROSS PERSENTASE KARKAS, TEBAL LEMAK PUNGGUNG DAN INDEKS PERDAGINGAN SAPI BALI, PERANAKAN ONGOLE DAN AUSTRALIAN COMMERCIAL CROSS Maria Yosita, Undang Santosa, Endang Yuni Setyowati Fakultas Peternakan, Universitas

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAGING DADA AYAM BROILER PADA BERBAGAI LAMA POSTMORTEM DI SUHU RUANG SKRIPSI

SIFAT FISIK DAGING DADA AYAM BROILER PADA BERBAGAI LAMA POSTMORTEM DI SUHU RUANG SKRIPSI SIFAT FISIK DAGING DADA AYAM BROILER PADA BERBAGAI LAMA POSTMORTEM DI SUHU RUANG SKRIPSI YUNITA ANGGRAENI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 1 RINGKASAN

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN VII VII. MANAJEMEN PEMASARAN. Mengetahui kelas dan grade ternak potong yang akan dipasarkan

POKOK BAHASAN VII VII. MANAJEMEN PEMASARAN. Mengetahui kelas dan grade ternak potong yang akan dipasarkan Tatap muka : ke 12 POKOK BAHASAN VII VII. MANAJEMEN PEMASARAN Tujuan Instruksional Umum : Agar mahasiswa mengetahui dan mengerti arti penting manajemen pemasaran pada ternak potong, sehingga dapat menyusun

Lebih terperinci

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Yuli Astuti Hidayati, Eulis Tanti Marlina, Tb.Benito A.K, Ellin Harlia 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan strategis untuk dikembangkan di Indonesia. Populasi ternak sapi di suatu wilayah perlu diketahui untuk menjaga

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP SUSUT BOBOT DALAM PENGANGKUTAN SAPI DARI LAMPUNG KE BENGKULU

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP SUSUT BOBOT DALAM PENGANGKUTAN SAPI DARI LAMPUNG KE BENGKULU Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(4): -6, November 05 PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP SUSUT BOBOT DALAM PENGANGKUTAN SAPI DARI LAMPUNG KE BENGKULU The Effect of Vitamin C Treatment on Weight

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI DAGING

KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI DAGING KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI DAGING ILMU PASCA PANEN PETERNAKAN (Kuliah TM 4; 23 Sept 2014) PROSES MENGHASILKAN DAGING TERNAK HIDUP KARKAS POTONGAN BESAR READY TO COOK Red meat White meat NAMP Meat Buyer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan pangan hewani (daging, telur, dan susu) dari waktu ke waktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan pola hidup,

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN AMPAS Virgin Cococnut Oil (VCO) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING AYAM BROILER

PENGARUH PENAMBAHAN AMPAS Virgin Cococnut Oil (VCO) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING AYAM BROILER Jurnal Sangkareang Mataram 7 PENGARUH PENAMBAHAN AMPAS Virgin Cococnut Oil (VCO) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING AYAM BROILER Oleh : Dina Oktaviana Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Nusa

Lebih terperinci

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN PERSENTASE KARKAS DAN TEBAL LEMAK PUNGGUNG DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING Fajar Muhamad Habil*, Siti Nurachma, dan Andiana Sarwestri Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau (Bubalus bubalis)

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau (Bubalus bubalis) TINJAUAN PUSTAKA Kerbau (Bubalus bubalis) Kerbau termasuk ke dalam spesies Bubalus bubalis yang diduga berevolusi dari Bubalus arnee, kerbau liar dari India. Kerbau domestik sebagai suatu spesies Bubalus

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH. Oleh : Jajang Gumilar, SPt. MM. NIP

KARYA ILMIAH. Oleh : Jajang Gumilar, SPt. MM. NIP PENGARUH BERBAGAI JENIS DAGING (AYAM, BABI, DAN SAPI) DAN FASE POSTMORTEM (PADA DAGING BABI) TERHADAP KUALITAS DAN MIKROSTRUKTUR SURIMI (SURIMI LIKE MATERIAL/SLM) KARYA ILMIAH Oleh : Jajang Gumilar, SPt.

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats) On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats) R.

Lebih terperinci

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM SENTUL THE EFFECT OF TOFU WASTE MEAL IN RATIONS ON PERFORMANCES OF SENTUL CHICKENS Dede Yusuf Kadarsyah*, Wiwin Tanwiriah **, Indrawati

Lebih terperinci

KUALITAS FISIK DAGING DARI PASAR TRADISIONAL DI BANDAR LAMPUNG. The Physical of Beef from Traditional Market in Bandar Lampung

KUALITAS FISIK DAGING DARI PASAR TRADISIONAL DI BANDAR LAMPUNG. The Physical of Beef from Traditional Market in Bandar Lampung KUALITAS FISIK DAGING DARI PASAR TRADISIONAL DI BANDAR LAMPUNG The Physical of Beef from Traditional Market in Bandar Lampung Alda Nasrul Haq a, Dian Septinova b, dan Purnama Edy Santosa b a The Student

Lebih terperinci

2ooG KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM BROILER YANG RANSUMNYA DIBERI PENAMBAHAN MINYAK IKAN YANG MENGANDUNG OMEGA3 SKRIPSI MAD TOBRI

2ooG KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM BROILER YANG RANSUMNYA DIBERI PENAMBAHAN MINYAK IKAN YANG MENGANDUNG OMEGA3 SKRIPSI MAD TOBRI 2ooG 0 17 KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM BROILER YANG RANSUMNYA DIBERI PENAMBAHAN MINYAK IKAN YANG MENGANDUNG OMEGA3 SKRIPSI MAD TOBRI PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUALITAS KIMIA (KADAR AIR, KADAR PROTEIN DAN KADAR LEMAK) OTOT BICEPS FEMORIS PADA BEBERAPA BANGSA SAPI

PERBANDINGAN KUALITAS KIMIA (KADAR AIR, KADAR PROTEIN DAN KADAR LEMAK) OTOT BICEPS FEMORIS PADA BEBERAPA BANGSA SAPI 366 PERBANDINGAN KUALITAS KIMIA (KADAR AIR, KADAR PROTEIN DAN KADAR LEMAK) OTOT BICEPS FEMORIS PADA BEBERAPA BANGSA SAPI Khasrad, Sarbaini Anwar, Arfai, Rusdimansyah Fakultas Peternakan Universitas Andalas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KARKAS DAN KUALITAS DAGING SAPI PO YANG MENDAPAT PAKAN MENGANDUNG PROBIOTIK

KARAKTERISTIK KARKAS DAN KUALITAS DAGING SAPI PO YANG MENDAPAT PAKAN MENGANDUNG PROBIOTIK KARAKTERISTIK KARKAS DAN KUALITAS DAGING SAPI PO YANG MENDAPAT PAKAN MENGANDUNG PROBIOTIK (Carcass Characteristics and Meat Quality of Ongole Crossbreed Cattle Given Feeds Containing Probiotic) ABUBAKAR

Lebih terperinci