BAB V FUNGSI BKM DALAM PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V FUNGSI BKM DALAM PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN."

Transkripsi

1 BAB V FUNGSI BKM DALAM PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. Tahapan utama pada program penanggulangan kemiskinan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah membuat perencanaan program, oleh panitia pelaksanaan penanggulangan kemiskinan yang terdiri dari anggota BKM dan unsur masyarakat / relawan untuk menyusun perencanaan jangka menengah (PJM) dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 5.1. Identifikasi Masalah/Kebutuhan. Pelaksanaan identifikasi masalah/kebutuhan bertujuan untuk memperoleh data riil masyarakat miskin dimasing-masing RT, yang dilakukan oleh BKM bersama masyarakat Kelurahan Pakembaran. Pelaksanaannya dimulai dari pertemuan warga pada tingkat RT dan mempelajari data profil kelurahan kemudian BKM bersama masyarakat merencanakan program penanggulangan kemiskinan dengan melihat, 1) Permasalahan sosial masyarakat miskin yang harus diselesaikan bersama, melalui program pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan dengan dukungan masyarakat dan potensi yang dimilikinya, 2) Keadaan atau kejadian yang menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi miskin dan masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat yang mendukung terjadinya kemiskinan, 3 ) Tingkat kebutuhan dasar masyarakat miskin ( perumahan, pekerjaan, modal usaha ) yang harus dimiliki, 4) Lingkungan pemukiman yang tidak layak sehingga pencemaran dan kerusakan alam berdampak pada masyarakat miskin semakin menderita. Proses identifikasi oleh BKM Kelurahan Pakembaran dilaksanakan pada pertemuan warga tingkat RT yang dihadiri pula oleh masyarakat miskin, pelaksanaanya melalui dua tahapan sebagai tahapan pengungkapan kebutuhan dasar atau permasalahan yang dirasakan masyarakat miskin yaitu ; 1) Tahap identifikasi. Bertujuan untuk pengungkapan masalah/ kebutuhan data masyarakat miskin dan identifikasi kebutuhan penunjang bagi masyarakat miskin berupa usulan pembangunan infrastruktur lingkungan masyarakat miskin dimasingmasing RT, 2) Melakukan pengamatan langsung dilingkungan masyarakat, untuk memperoleh data masyarakat miskin, serta masalah yang dirasakan bagi

2 masyarakat miskin yang sebenarnya. Seperti penuturan koordinator BKM Kelurahan Pakembaran (DM) sebagai berikut : Pelaksanaan identifikasi kebutuhan yang kami lakukan bersama relawan melalui dua tahapan, yaitu pelaksanaan identifikasi melalui pertemuan warga dan pengecekan data yang akan diusulkan dalam program melalui pengamatan langsung dilingkungan masyarakat. Tujuan kami agar proses identifikasi kebutuhan secara partisipatif dan benar-benar menyerap aspirasi masyarakat miskin, sehingga penentuan tujuan identifikasi kebutuhan menekankan keberpihakan pada masyarakat miskin. Penuturan senada juga disampaikan oleh senior faskel (AS) pada saat pembekalan BKM dalam perencanaan jangka menengah (PJM) untuk periode mengatakan bahwa : Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan merupakan program pemerintah yang dilaksanakan langsung oleh masyarakat pada tingkat Desa / Kelurahan yang dimulai dari pembentukan kepengurusan dan perencanaan program, sehingga program harus berpihak pada masyarakat miskin. Untuk pelaksanaan program yang berpihak pada masyarakat miskin maka proses perencanaan jangka menengah ya harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat miskin. Dalam identifikasi kebutuhan yang difasilitasi oleh BKM di Kelurahan Pakembaran, mendapat tanggapan masyarakat yang beragam, karena programprogram pemerintah yang sudah pernah ada sebelumnya, masyarakat hanya sebagai obyek kegiatan dan tidak berkelanjutan sehingga belum menyentuh kebutuhan dasar masyarakat miskin. Seperti penuturan salah satu informan ( MM) mengatakan bahwa : Bantuan pemerintah di Kelurahan Pakembaran sudah sering di berikan terhadap masyarakat dengan dalih untuk membantu orang miskin, namun program maupun proyek pemerintah biasanya dilaksanakan oleh orang-orang tertentu atau dilaksanakan oleh perangkat kelurahan tanpa melibatkan masyarakat miskin yang akan mendapatkan bantuan kegiatan tersebut, sehingga pelaksanaan kegiatan program yang mendapatkan hanyalah orang-orang tertentu yang dekat dan dikenal oleh perangkat kelurahan. kemudian pelaksanaan kegiatan biasanya hanya sesaat yang tidak berkelanjutan serta tidak berpihak pada orang miskin, sehingga masyarakat adanya program tersebut bersifat pesimisme. Sikap pesimisme sebagian masyarakat terhadap program penanggulangan kemiskinan, merupakan hambatan bagi tim pelaksana perencanaan program yang harus dicari pemecahanya melalui pendekatan pada masyarakat dan tokoh masyarakat oleh koordinator BKM sebagai penanggung jawab program di

3 Kelurahan Pakembaran. Penuturan lain oleh sebagian masyarakat miskin yang ditemui panitia perencanaan program, untuk diminta keteranganya guna melengkapi hasil identifikasi pada masing masing RT di Kelurahan Pakembaran dapat disimpulkan bahwa: Masyarakat Kelurahan Pakembaran keseluruhan terutama masyarakat miskin, sangat menaruh harapan besar adanya program penanggulangan kemiskinan yang diberikan pemerintah, untuk di laksanakan oleh masyarakat langsung secara partisipasi, karena program tersebut bersifat menyeluruh dan berkelanjutan yaitu adanya pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat miskin melalui bantuan modal dan pelatihan kerja, sehingga masyarakat Kelurahan Pakembaran sangat terbantu sekali ada program pemerintah. Seperti yang disampaikan oleh (WS) sebagai masyarakat miskin yang rumahnya masuk dalam PJM Pronangkis, untuk dibangun total melalui dana bantuan langsung masyarakat (BLM) mengatakan bahwa : saya mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak-bapak pengurus BKM dan pemerintah dan sangat bersyukur sekali, karena rumah yang saya tempati akan dibangun, saya bekerja hanya mencari barang bekas / rongsok yang penghasilanya tidak bisa ditentukan, itu pun rumah warisan orang tua dan sampai usia saya yang sudah 65 tahun tidak mampu untuk memperbaiki karena anak saya 6 orang dan yang bekerja sejak muda hanya saya. Pelaksanaan identifikasi oleh BKM pada periode , menghasilkan data usulan masyarakat yang bertujuan untuk penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran. Data yang sudah terkumpul hasil identifikasi didiskusikan pada masyarakat melalui pertemuan RT, untuk menententukan kriteria kemiskinan oleh BKM bersama masyarakat dengan ukuran kemiskinan yang ada dimasyarakat sebagai berikut 1) Jumlah keluarga miskin sebanyak 981 jiwa dengan Kriteria kemiskinan yang terdiri golongan paling miskin atau fakir miskin sebanyak 143 keluarga. Kelompok masyarakat ini memiliki pendapatan dibawah garis kemiskinan ( umumnya masyarakat tersebut tidak memiliki sumber pendapatan sama sekali) serta tidak memiliki akses terhadap berbagai pelayanan sosial yang masih menyebar di masing-masing RT, golongan miskin sekali sebanyak 345 keluarga. Kelompok ini memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan, namun masih memiliki akses terhadap pelayanan sosial dasar ( misalnya, masih memiliki sumber-sumber finansial, memiliki pendidikan dasar atau tidak buta huruf ) dan golongan rentan 421 keluarga. Kelompok ini dapat dikategorikan bebas dari

4 kemiskinan, karena memiliki kehidupan yang lebih baik ketimbang fakir miskin dan miskin, namun pada kelompok rentan ( agak miskin), masih rentan terhadap berbagai perubahan sosial di sekitarnya, bisa menjadi miskin bahkan menjadi fakir miskin, 2) Kebutuhan dasar orang miskin pada tiap-tiap RT. Untuk perbaikan perumahan dengan kriteria rumah sangat sederhana sebanyak 370 rumah, dengan kriteria rumah sudah bendinding tembok bata merah, berlantai tanah dan belum diplesterisasi. Rumah tidak layak huni sebanyak 210 rumah, dengan kriteria rumah semi permanen berlantai tanah atau sudah plesterisasi. Rumah sangat tidak layak huni sebanyak 78 rumah, dengan kriteria rumah berdinding anyaman bambu dan masih berlantai tanah beratap rumbia maupun genteng. BKM dalam melaksanaan identifikasi menghasilkan usulan usulan kebutuhan yang menyangkut kebutuhan masyarakat miskin dan pembangunan prasarana lingkungan masyarakat miskin di tingkat RT dan RW diantaranya, usulan perbaikan dan pembangunan jalan gang mulai dari RW 1 sampai RW 9 terdiri dari 35 RT sebanyak 146 jalan gang, pembuatan dan perbaikan saluran air / drainase serta saluran limbah keluarga sebanyak 84 saluran, aspal jalan tingkat RT/RW sebanyak 24 jalan, pembuatan bak sampah 4 tempat, penerangan lampu jalan 53 titik, perbaikan jembatan sebanyak 2 buah. Selain pendataan kebutuhan dasar masyarakat miskin, BKM juga melaksanakan pendataan potensi kelurahan yang bisa membantu program penanggulangan kemiskinan secara swadaya yaitu 1) Potensi manusia yaitu terdatanya tenaga-tenaga relawan, yang bersedia membantu program penanggulangan kemiskinan, 2) Potensi alam berupa dataran rendah dengan dikelilingi sungai untuk irigasi, sehingga Kelurahan Pakembaran merupakan daerah kelurahan yang subur, 3) Potensi masyarakat yaitu adanya antusiasme masyarakat Kelurahan Pakembaran, menyambut baik program P2KP dan kehendak gotong royong yang ditunjukkan masyarakat pada pertemuan RT serta pertemuan yang diadakan BKM dalam program penanggulangan kemiskinan, 4) Potensi ekonomi yaitu adanya komplek perdagangan yang strategis di tengah kota Kabupaten Tegal. Kelebihan tahapan identifikasi yang dilaksanakan BKM di Kelurahan Pakembaran, diperoleh data perencanaan program dengan cepat, karena BKM bersama masyarakat cukup mengadakan pertemuan warga, untuk mengusulkan masalah / kebutuhan masyarakat, mendata masyarakat sebagai relawan, serta

5 mendata potensi kelurahan yang digunakan membantu program penanggulangan kemiskinan. Hasil pendataan identifikasi untuk dilakukan observasi di masingmaasing RT untuk memperoleh data sesuai nama dan alamat yang sebenarnya, data yang diperoleh BKM dibahas melalui rembug warga tingkat RT dan ditetapkan sebagai usulan prioritas masalah/kebutuhan sebagai perencanaan program. Kelemahan pada tahapan identifikasi yang dilakukan BKM di Kelurahan Pakembaran tahapannya tidak partisipatif, karena kurang melibatkan secara langsung masyarakat yang akan diberdayakan dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Upaya penanggulangan kemiskinan merupakan program pemberdayaan masyarakat, pelaksanaanya dimulai dari penggalian aspirasi masyarakat miskin, agar mereka terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan penting yang menyangkut diri mereka, sehingga diharapkan masyarakat yang diberdayakan bisa mengakses keberbagai sumberdaya untuk meningkatkan kesejahteraannya. Kelemahan tahapan identifikasi yang tidak partisipatif menjadikan pemberdayaan masyarakat terhambat, karena program-program yang direncanakan masyarakat, tidak tersalurkan sesuai dengan keinginan dan usulan masyarakat. Penilaian Langkah-langkah Identifikasi kebutuhan yang dilakukan BKM di Kelurahan Pakembaran, merupakan tahap awal pada perencanaan progam yang seharusnya dilakukan secara komprehensif, dengan menggunakan teknik-teknik dan idikator yang terukur. Tahapan identifikasi masalah/kebutuhan oleh BKM dengan cara yang sesuai dengan pendampingan fasilitator kelurahan, untuk mendapatkan data yang diinginkan, maka BKM bersama masyarakat melakukan pertemuan warga pada tiap-tiap RT untuk mendapatkan hasil identifikasi, kemudian dilakukan observasi pada masyarakat miskin untuk mendapatkan data sesuai dengan nama dan alamat. Beberapa penilaian yang menjadi pertimbangan BKM dalam melaksanakan proses identifikasi antara lain, 1) Tahapan identifikasi pada penanggulangan kemiskinan adalah proses partisipatif yang dilakukan masyarakat, untuk menilai serta merumuskan sendiri persoalan kemiskinan yang dihadapinya dan kebutuhan nyata untuk menanggulangi kemiskinan, maka BKM harus mampu mendorong masyarakat agar mampu mengidentifikasi kebutuhan secara nyata. Tahapan identifikasi yang dilakukan BKM tidak partisipatif dan diwarnai oleh persepsi

6 pihak luar ( pendampingan fasilitator kelurahan), sehingga hasil tidak relevan dengan karakteristik masyarakat dan hasil identifikasi tidak tepat sasaran perencanaan, dengan sendirinya rancangan program kurang menyentuh kebutuhan-kebutuhan yang sesungguhnya dirasakan masyarakat dan tidak mendukung proses pembelajaran pada masyarakat dalam mengkaji masalah atau kebutuhan perencanaan. Artinya dengan pendampingan fasilitator terus-menerus dalam setiap kegiatan identifikasi merupakan campur tangan pihak luar dan ketrampilan hanya dimiliki oleh orang lain, sehingga kurang menjamin keberlanjutan serta kelestarian program tersebut. Apabila keberlanjutan program kurang dukungan dari masyarakat merupakan hal yang wajar, kemudian program akan semu atau minim partisipasi masyarakat karena proses identifikasi tidak menyentuh lapisanlapisan masyarakat yang akan diberdayakan, 2) Pada tahapan identifikasi masalah/ kebutuhan kurang mendapat tanggapan masyarakat yang mempunyai kehidupan ekonomi menengah keatas dan masyarakat yang mempunyai pendidikan tinggi untuk menjadi relawan dalam memberdayakan masyarakat. Apabila mereka menjadi relawan, merupakan aset BKM yang mampu mendukung program penanggulangan kemiskinan lebih baik, 3 Saran-saran terhadap BKM dalam melakukan identifikasi masalah/ kebutuhan. Identifikasi merupakan tahapan pengungkapan dan pemahaman masalah /kebutuhan masyarakat miskin, untuk menentukan langkah-langkah pemecahan masalah, BKM mendorong masyarakat yang bukan miskin ikut berperan dan melakukan pengecekan data atau informasi yang didapat yaitu dari mana data tersebut dikumpulkan ( siapa saja sumberdatanya), kemudian melakukan analisa bersama yang bertujuan untuk mengolah data yang sudah ada dan menafsirkan hasil dari data untuk disimpulan. BKM dalam melakukan identifikasi masalah/kebutuhan perlu memperhatikan beberapa kebutuhan masyarakat miskin antara lain; 1) Kebutuhan dasar atau kebutuhan minimal pada masyarakat miskin yaitu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada masyarakat kelurahan Pakembaran membutuhkan makan tiga kali sehari, 2) Data dan Profil Keluarga miskin yaitu melakuan pendataan pada keluarga miskin ditiap-tiap RT, perumahan masyarakat miskin, penyebab kemiskinan, jumlah pendapatan serta penggunaan/ belanja keluarga, jumlah kepala keluarga miskin

7 pada masing-masing RT, usia masing-masing dari keluarga miskin dan pendidikan masyarakat miskin 3) Data potensi relawan sebagai sumberdaya manusia yaitu melihat figur yang mampu mewakili masyarakat (jujur dan tanpa pamrih) yang mempunyai kepedulian serta mau memperhatikan terhadap perbaikan nasib masyarakat miskin, figur tokoh masyarakat, mempunyai keahlian pada profesi yang dibutuhkan masyarakat dan orang yang mempunyai ekonomi mapan, 4) Data potensi kelurahan yaitu banyaknya pengusaha yang bisa diakses usahanya, modal usaha yang tersedia untuk memberdayakan masyarakat miskin, kelembagaan ekonomi dan keuangan, dan lain-lain, 5) Data potensi prasarana lingkungan pemukiman masyarakat miskin, 6) Data profil kelembagaan dan organisasi yang ada dimasyarakat, tradisi, kebiasaan dan lain-lain. Untuk peningkatan pemberdayaan masyarakat miskin, maka BKM dalam melaksanakan identifikasi harus mampu melihat tindakan-tindakan pelaksanakan, yang bisa menyelesaikan permasalahan secara bertahap dan menyeluruh dengan melihat 1) Simpul masalah yaitu BKM harus mampu melihat secara cermat, apabila masalah-masalah yang dihadapi oleh orang miskin, salah satunya bisa terselesaikan maka masalah yang lain akan ikut terentaskan, 2) Kemendesakan yaitu BKM dalam melaksanakan identifikasi kebutuhan, harus mampu melihat keutamaan kebutuhan yang banyak menyangkut kebutuhan dasar orang miskin dan pembangunan lingkungan yang banyak pemukiman masyarakat miskin, 3) Dampak yaitu BKM harus mampu melihat akibat yang akan dirasakan oleh masyarakat banyak, apabila masalah yang dihadapai orang miskin tidak segera terselesaikan, maka akan berpengaruh yang kurang baik terhadap orang miskin sendiri maupun masyarakat banyak. Pelaksanaan identifrikasi juga mendata potensi kelurahan sebagai modal sosial, yaitu pada potensi sumber daya manusia untuk menjadi relawan. Potensi sumber daya alam di Kelurahan Pakembaran sangat mendukung program penanggulangan kemiskinan, karena bisa diakses masyarakat miskin untuk melakukan kegiatan yang bisa membantu usaha mereka. Potensi masyarakat yang mayoritas Islam dan banyak yang mengintegrasikan diri untuk membentuk kelompok kegiatan kemasyarakatan, merupakan media informasi yang bisa dimanfaatkan membantu program-program BKM dalam memberikan informasi lebih cepat diterima masyarakat. Dalam mendukung penanggulangan kemiskinan dan potensi ekonomi bahwa di Kelurahan Pakembaran merupakan pusat

8 perdagangan Kabupaten Tegal, yang bisa dijadikan tempat masyarakat untuk melakukan kegiatan usaha, sehingga BKM perlu perencanaan modal bergulir untuk usaha masyarakat miskin Perumusan Langkah-langkah Pemecahan Masalah Langkah-langkah pemecahan masalah oleh BKM, bertujuan untuk membahas masalah yang dirasakan oleh masyarakat miskin di Kelurahan Pakembaran, agar dicarikan pemecahanya melalui program-program pemerintah dan kegiatan masyarakat secara partisipatif. Proses perumusan langkah-langkah pemecahan masalah yang dilakukan BKM Kelurahan Pakembaran, melalui pertemuan warga yang diprakarsai anggota BKM, didampingi fasilitator kelurahan dengan strategi diskusi terarah (FGD), untuk menentukan prioritas masalah hasil identifikasi yang akan dijadikan usulan kegiatan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan, melalui dana stimulan program P2KP dan partisipasi masyarakat. Pelaksanaan perumusan pemecahan masalah dihadiri perwakilan tiap-tiap RT dan aparat kelurahan, yang dilaksanakan di ruang pertemuan Kelurahan Pakembaran, dengan agenda pembahasannya yaitu membahas hasil identifikasi yang dilaksanakan BKM dan tim perencana program untuk mendorong masyarakat, agar mampu melakukan gerakan penanganan masalah kemiskinan di Kelurahan Pakembaran, seperti penuturan (DM) koordinator BKM dalam penyampaian sebelum pembahasan yaitu :... Maksud dari pelaksanaan rembug warga dalam fokus group discusion (FGD), untuk mencari kesepakatan langkah-langkah rencana penanggulangan bersama masyarakat, hasil dari identifikasi masalah/kebutuhan, yang menghasilkan temuan-temuan masalah yang di rasakan masyarakat miskin di Kelurahan Pakembaran, untuk dilakukan penanggulangan kemiskinan melalui perencanaan program. Kemudian kita mempunyai kewajiban bersama untuk menyadarkan masyarakat bahwa kemiskinan bukan sekedar takdir tanpa ikhtiar/ usaha, sehingga kesadaran dalam upaya penanggulangan kemiskinan harus dimulai dari dirinya sendiri melalui perubahan mental, prilaku dan kerja keras yang membutuhkan sumberdaya masyarakat, SDM, SDA, sumberdaya ekonomi, komitmen, keahlian, organisasi dan lain-lain. Masalah penting hasil temuan dilapangan secara partisipatif berbagai masalah kebutuhan masyarakat miskin di Kelurahan Pakembaran, oleh BKM rencana dijadikan usulan dalam rembug warga, namun ditarik dari analisis pohon masalah, ada beberapa permasalahan pada masyarakat miskin yang penting, yang dijadikan prioritas masalah yaitu 1) Program Pembangunan infrastruktur

9 lingkungan masyarakat miskin, berupa perbaikan sarana lingkungan perbaikan jalan gang dan saluran air limbah, aspal jalan, pembuatan bak sampah dan normalisasi sungai. Alasan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur pada lingkungan masyarakat miskin sangat diprioritaskan, bertujuan untuk memberdayakan masyarakat miskin agar bisa mengakses pembangunan, sehingga mempermudah mereka untuk melakukan aktifitasnya, dengan pelaksanaan penataan lingkungan yang sehat berguna untuk meningkatkan kebersihan dan kesehatan bagi masyarakat miskin, 2) Program penataan rumah keluarga miskin, melalui rehap rumah bagi warga masyarakat di Kelurahan Pakembaran yang masuk kriteria (1) rumah sangat sederhana, (2) rumah tidak layak huni, (3) rumah sangat tidak layak huni. Alasan masyarakat untuk mengusulkan penataan rumah bagi keluarga miskin, karena mereka sangat membutuhkan sekali bantuan pemerintah dan stakeholder serta masyarakat peduli, karena perbaikan rumah membutuhkan dana yang besar, mereka tidak akan mampu untuk membangun rumahnya. Seperti yang disampaikan oleh (MK) ketua RT 8 bahwa : Kebutuhan perumahan untuk masyarakat miskin itu sangat penting yang harus dimiliki oleh semua keluarga, karena sebagai perlindungan keluarga, tempat mendidik anak keturunannya. Untuk masyarakat miskin di Kelurahan Pakembaran sangat membutuhkannya, maka adanya program penanggulangan kemiskinan yang diberikan pemerintah merupakan harapan yang dinantikan oleh masyakat miskin karena rumahnya disulkan pada program yang akan di perbaiki, serta masyarakat juga merasa di fungsikan untuk menentukan dirinya sendiri tanpa campur tangan pemerintah terlalu dalam, sehingga saya sebagai tokoh masyarakat, bisa menggerakkan warga saya turut berpartisipasi dalam pembangunan di wulayah masing-masing. 3) Program pemberdayaan masyarakat miskin, melalui pelatihan kerja bagi keluarga miskin, bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka melalui pemberdayaan, dengan mendapatkan ketrampilan kerja berupa perbengkelan, menjahid, perbaikan pompa dan elektronik, disamping ketrampilan kerja juga untuk remaja putri dan ibu-ibu rumah tangga keluarga miskin, juga mendapatkan pelatihan membuat jajan / makanan ringan. Alasan masyarakat yang hadir dalam forum FGD bahwa masyarakat miskin perlu untuk diberdayakan melalui ketrampilan kerja, dengan mendapatkan pelatihan mereka bisa melakukan aktifitas sesuai kebutuhan pasar dengan bekal ketrampilan yang mereka miliki. Seperti penuturan (YNS) salah satu anggota BKM di Kelurahan Pakembaran bahwa : Tujuan dari usulan dari masyarakat untuk pemberdayaan masyarakat miskin yang ada di Kelurahan Pakembaran, berupa ketrampilan kerja dan ketrampilan praktis,

10 untuk membekali mereka dalam mencari pekerjaan dan ketrampilan sehingga masyarakat miskin setelah selesai pelatihan mempunyai bekal untuk mencari kerja dan aktifitas yang lainnya, dengan demikian tidak ada alasan lagi mereka untuk menganggur karena tidak mempunyai ketrampilan. Program pemberdayaan masyarakat miskin merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahtetaan mereka, melalui kegiatan bersama masyarakat pada penanggulangan kemiskinan, dengan dana bantuan pemerintah dan swadaya masyarakat, harapan pemerintah melalui kegiatan bersama, agar meraka saling membantu untuk bisa bekerja sama agar mampu menghidupi dirinya dan keluarganya, 4 ) Program peningkatan ekonomi mikro dan menengah melalui menyediaan modal bergulir, untuk membuka usaha bagi masyarakat miskin. Alasan masyarakat dengan program penyediaan modal usaha bagi masyarakat miskin, diharapkan mereka yang sudah dibekali ketrampilan atau yang sudah punya usaha mereka mampu berupaya untuk melakukan kegiatan usaha, sehingga mereka mampu meningkatkan kesejahteraanya. Perumusan langkah-langkah pemecahan masalah oleh BKM dengan melakukan diskusi terarah (FGD) yang dihadiri oleh pengurus dan tokoh masyarakat untuk merumuskan masalah yang ada di masing-masing RT, hakekatnya yaitu 1) Mendorong masyarakat untuk terlibat aktif dalam merumuskan karasteristik dan persoalan kemiskinan yang dihadapinya, 2) Pemecahan masalah bermanfaat untuk masyarakat sebagai proses pembelajaran bersama, agar mampu menganalisis faktor-faktor penyebab kemiskinan, serta peluang mengakses potensi untuk menanggulangi kemiskinan melalui swadaya masyarakat, dalam menyelesaikan masalah tanpa menggantungkan orang lain dan bantuan pemerintah. Penilaian secara umum yang dilakukan BKM, pada perumusan langkahlangkah pemecahan masalah sebagai tahapan proses perencanaan. Pada tahapan tersebut BKM bersama masyarakat yang menjadi relawan perumus dan penyusun rencana program selayaknya bersama-sama menyusun pola langkah-langkah pemecahan masalah secara menyeluruh. Pembahasan tersebut menyangkut tujuan-tujuan khusus, strategi, prosedur yang ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan dan pemecahan masalah. Suatu rumusan pemecahan masalah biasanya dikembangkan dalam suatu pola yang sistematis dalam bentuk-bentuk kegiatan yang jelas. Penyusunan program biasanya dirumuskan sebagai suatu perangkat

11 kegiatan yang saling tergantung dan diarahkan pada suatu pencapaian tujuan. Ada beberapa hal yang tidak dilakukan BKM dalam perumusan langkah-langkah pemecahan masalah yaitu : 1) Identifikasi program. Penyusunan program merupakan tahapan yang membutuhkan kreativitas, karena sebelum program yang direncanakan dipilih ada baiknya jika diidentifikasi beberapa program alternatif, 2) Penentuan Hasil. Bagian dari identifikasi program adalah penentuan hasil apa yang diperoleh dari setiap program. Hasil tersebut merujuk pada keluaran atau output yang terukur dengan dinyatakan dalam tiga tingkatan yaitu pelaksanaan kegiatan pemberdayaan, unit pelayanan pemberdayaan dan jumlah masyarakat yang diberdayakan, 3) Penentuan biaya. Penentuan biaya mencakup keseluruhan biaya program. Ada beberapa macam biaya antara lain biaya tetap, biaya berkala, biaya tambahan. (1) Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan hanya sutu kali saja dalam satu program, tetapi bisa berulang kali jika program berkelanjutan atau dikembangkan. Seperti program peberdayaan masyarakat yang saat ini, pemerintah memberi dana stimulan pada kegiatan yang akan dikelola BKM, (2) Biaya berkala. Biaya yang dikeluarkan setiap kurun waktu tertentu sesuai dengan tingkat kebutuhan program, (3) Biaya tambahan. Biaya yang keluarkan untuk tambahan pelayanan, misalnya biaya operasional kegiatan yang diterimakan pemerintah untuk BKM. 4) Kriteria pemilihan program. Dari program-program yang menjadikan usulan untuk pemberdayaan, maka harus dilakukan pilihan di antara program yang bisa dijadikan pemberdayaan, pilihan dapat dilakukan atas dasar rasional yakni bersandar pada kriteria tertentu yang menyangkut kepentingan bersama, efisiensi, efektivitas, fleksibilitas, keadilan dan hasil-hasil tertentu. Misalnya, mana yang lebih penting pada program penanggulangan kemiskinan apakah program pemenuhan kebutuhan dasar orang miskin atau program penyediaan modal usaha bagi orang miskin. perumusan langkah-langkah pemecahan masalah oleh BKM bertujuan agar masalah yang ada pada masing-masing warga dapat terselesaikan secara sistematik dan terarah yaitu ; 1) Masyarakat mampu mengidentifikasi faktorfaktor penyebab kemiskinan yang ada diwilayah masing-masing, 2) Memberi kesempatan bagi masyarakat miskin untuk terlibat dalam pelaksanaan penanggulangan kemiskinan, 3) Mewujudkan rasa memiliki bersama pada program penanggulangan kemiskinan, 4) Menyerap aspirasi masyarakat miskin

12 terhadap pemberdayaan bagi dirinya, 5) Menumbuhkan kesadaran masyarakat, bahwa penanggulangan kemiskinan harus dimulai dari diri sendiri, melalui perubahan mental dan prilaku serta kerja keras. Maka dirumuskan lebih lanjut pada pembahasan tingkat kelurahan, untuk bahan penyusunan perencanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat melalui pengajuan proposal kegiatan dengan menggunakan dana P2KP dan APBD yang sudah dikelola BKM. Analisis pemecahan masalah yang dilakukan BKM Kelurahan Pakembaran, perlu tahapan-tahapan yang benar sehingga pemecahan tersebut benar-benar partisipatif yaitu, melalui tahapan identifikasi partisipatif akan diperoleh hasil sesuai tujuan ( nama dan alamat) bagi masyarakat miskin, adanya pengelompokan/klasifikasi masyarakat miskin, pengelompokan masalah kebutuhan bagi masyarakat miskin, menentukan tingkat kewenangan masyarakat dalam pemecahan masalah kebutuhan masyarakat miskin, menentukan tingkat urgensi penanganannya, menentukan lingkup masalah. Hasil identifikasi oleh tim identifikasi secara partisipatif dalam pencarian fakta dilapangan dimaksudkan, untuk mencari kejelasan pokok masalah / kebutuhan masyarakat yang sesungguhnya dengan melakukan konfirmasi, investigasi dan klarifikasi di masyarakat, termasuk pengumpulan data/ dokumentasi pendukung yang dibutuhkan agar diperoleh data yang akurat. Kegiatan ini dapat dilakukan beberapa kali atau dari beberapa sumber informasi yang berbeda melalui pengecekan ulang hasil dari identifikasi dilapangan dapat disimpulkan identifikasi kebutuhan pokok, kriteria masyarakat miskin, jumlah masyarakat miskin dan potensi-potensi masyarakat miskin yang bisa diberdayakan untuk penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran. Dalam proses pelaksanaan pemecahan masalah, BKM memfasilitasi dan mengajak masyarakat yang dapat dipertanggungjawabkan untuk melakukan diskusi terarah (FGD) yaitu kader masyarakat dan aparat pemerintah/ kelembagaan yang ada di Kelurahan Pakembaran, untuk merumuskan pemecahan masalah dengan melihat prioritas masalah yaitu seberapa jauh kemendesakan masalah yang ada di masyarakat, sebagai proses pembelajaran masyarakat dalam terbentuknya BKM mandiri yang dapat memecahkan masalah di wilayahnya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat.

13 Dari pembahasan melalui rembug warga, menghasilkan sejumlah usulan perencanaan program penanggulangan kemiskinan, namun masalah yang paling urgen dalam mengatasi kemiskinan, diputuskan beberapa pokok masalah melalui pembangunan dana P2KP dan swadaya masyarakat yaitu jumlah orang miskin, kriteria orang miskin, kebutuhan dasar orang miskin, pembangunan prasarana orang miskin, yang harus di tanggulangi untuk tujuan pengentasan kemiskinan di Kelurahan Pakembar, maka perlu untuk diusulkan masalah yang utama dari sejumlah usulan, pengajuan proposal kegiatan, perencanaan kegiatan melalui pembiayaan pada dana pemerintah dan melalui swadya masyarakat Pelaksanaan Kegiatan Pemecahan Masalah Pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah merupakan tahapan lanjutan dan rumusan data hasil identifikasi kebutuhan, menjadi materi pembahasan melalui rapat anggota BKM, sebagai proses pembuatan perencanaan jangka menengah program penanggulangan kemiskinan (PJM Pronangkis), yang setiap tahunnya harus dikaji ulang oleh BKM bersama masyarakat, tujuannya untuk mengetahui keberadaan serta perkembangan orang miskin yang akan mendapatkan pemberdayaan setiap tahunnya. Seperti penuturan informan, salah satu anggota BKM (STN) : pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah/kebutuhan merupakan kegiatan yang harus dijalankan oleh BKM bersama masyarakat, melalui pendataan ulang pada masyarakat miskin serta kebutuhan dasar serta masyarakat miskin setiap tahunya yang harus diagendakan oleh BKM, karana merupakan syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian perencanaan jangka menengah (PJM) untuk mendapatkan dana bantuan dari PNPM serta swadaya masyaraka Pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah masyarakat miskin di Kelurahan Pakembaran, dibentuk melalui kelompok swadaya masyarakat (KSM), dimaksudkan untuk membentuk organisasi yang beranggotakan orang-orang yang bersifat sukarelawan dan memiliki ikatan sosial yang dibangun karena memiliki tujuan ekonomi, sosial, pembelajaran yang sama dan berdomisili yang sama. Alasan BKM dengan dibentuknya kelompok swadaya masyarakat, untuk membantu mengembangkan sumber daya masyarakat dengan meningkatkan keberdayaannya, guna mengatasi berbagai permasalahan pokok yang sama, baik

14 yang menyangkut prasarana dasar lingkungan, peningkatan pengetahuan ketrampilan, serta masalah-masalah sosial yang lain. Pada pengembangan usaha masyarakat melalui modal bergulir, BKM dengan membentuk KSM pada dasarnya merupakan proses membangun organisasi masyarakat yang memiliki kesamaan, kepentingan dan kebutuhan untuk meningkatkan interaksi yang memiliki keterikatan yang berakar pada kepentingan dan kebutuhan bersama. menurut penuturan informen (DM) sebagai koordinator BKM sebagai berikut : pembentukan KSM pada program penanggulaangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran, dimaksudkan untuk mengembalikan ikatan sosial pada masyarakat yang selama ini terlupakan dan sudah mulai berkurang, sehingga pada program P2KP pemerintah memberikan motivasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan mengembangkan kehidupan bergotong royong. melalui cara membentuk paguyuban pada masyarakat untuk diberdayakan, dengan melibatkan segenap lapisan masyarakat untuk ikut peduli membangun wilyahnya masing-masing melalui dana stimulan dari pemerintah, sehingga masyarakat menyadari bahwa membangun lingkungan dan diri masyarakat membutuhkan kebersamaan dan tanggungjawab bersama masyarakat, sehingga tidak ketergantungan pada pemerintah. Tujuan pada pembetukan KSM pada program P2KP, untuk mendewasakan masyarakat agar mampu membangun dirinya sendiri, tanpa selalu campur tangan pemerintah, dengan demikian orientasi pembentukan KSM menjadikan kesadaran masyarakat untuk berkelompok yang memiliki tujuan,saling mengenl, bersifat terbuka, memiliki struktur,memiliki aturan terdapat kegiatan bersama untuk menolong dirinya sendirimelalui usaha bersama. Tujuan dibangunnya kelompok swadaya masyarakat (KSM) sebagai langkah pemecahan masalah/ kebutuhan, pada program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran yaitu: 1) Untuk memudahkan tumbuhkembangnya ikatanikatan dan solidaritas sosial, serta semangat kebersamaan antar masyarakat, 2) mendorong agar masyarakat lebih dinamis dalam mengembangkan kegiatan dan nilai-nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan, 3) Mendorong proses pemberdayaan berjalan lebih efektif dan efisien, 4) Mendorong terjadinya proses kebersamaan dalam hidup bermasyarakat diantara anggota KSM dan dengan masyarakat di luar anggota KSM, 5) Mengembangkan kelembagaan masyarakat sebagai wadah pembelajaran/ interaksi antar anggota untuk menggerakkan keswadayaan dan modal untuk meningkatkan kesejahteraanya. Proses kegiatan pemecahan masalah / kebutuhan oleh BKM dilalui dengan pemberian informasi pada masyarakat, terutama pada masyarakat miskin yang akan diberdayakan, dengan dibentuknya kelompok swadaya masyarakat (KSM) atau tim pelaksana kegiatan, yang terdiri dari semua unsur masyarakat dimasing-

15 masing RT/ RW akan membantu kerja BKM dalam pemberdayaan masyarakat. Alasan BKM melibatkan masyarakat, karena adanya keberpihakan program penanggulangan kemiskinan terhadap masyarakat, terutama masyarakat miskin untuk diberdayakan, sehingga keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan, dengan harapan pelaksanaan program lebih berpihak pada masyarakat miskin. Seperti penuturan fasilitator kelurahan (AS) dalam pembekalannya pada anggota BKM Kembar Sejahtera saat menyusun PJM sebagai berikut : pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah/ kebutuhan harus melibatkan masyarakat sepenuhnya karena program tersebut untuk masyarakat dan dilaksanakan oleh masyarakat, sehingga partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dengan harapan adanya kepedulian masyarakat untuk meggali swadaya masyarakat. Tujuan pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah penanggulangan kemiskinan oleh BKM bersama masyarakat, yaitu 1) Teridentifikasi jenis-jenis usulan kegiatan masyarakat miskin, berdasarkan pada potensi masyarakat yang ada serta kebutuhan riil masyarakat, 2) Teridentifikasi rencana program penanggulangan kemiskinan oleh panitia pelaksana kegiatan yang disebut Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) untuk pemanfaatan dana bantuan langsung masyarakat melalui P2KP, APBD dan swadaya masyarakat. Hasil pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah / kebutuhan yaitu (1) Mendorong masyarakat dalam mengajukan usulan kegiatan untuk pemberdayaan pada bantuan P2KP, senantiasa berpedoman pada peta kemiskinan dan pronangkis di masingmasing wilayah RT/RW, (2) Menyiapkan dan meningkatkan kapasitas masyarakat miskin, serta anggota KSM dalam membuat proposal usulan kegiatan dan kewirausahaan, (3) Menyiapkan dan mendorong masyarakat untuk memberi akses dan peluang seluas-luasnya bagi masyarakat miskin untuk menerima manfaat, maupun mengelola kegiatan penanggulangan kemiskinan di wilayahnya masing-masing, (4) Usulan kegiatan yang diajukan masyarakat dan warga miskin pada BKM benar-benar kebutuhan riil yang mendesak dan sudah mendapat kesepakatan anggota KSM melalui pembahasan dan ditanda tangani oleh seluruh anggota dengan bentuk proposal. Pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah melalui tiga cluster yaitu 1) perencanaan program asistensi sosial dan bantuan sosial melalui bantuan pembangunan dan perbaikan rumah keluarga miskin, bantuan pembangunan dan perbaikan prasarana lingkungan 2) Rencana program pemberdayaan sosial melalui

16 pelatihan ketrampilan, 3) Rencana program bantuan peningkatan usaha mikro dan menengah berupa penyedian modal bergulir secara kelompok ( Kelompok Swadaya Masyarakat). Penilaian terhadap BKM pada tahap pelaksanaan kegiatan secara umum, ada beberapa evaluasi kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja BKM dalam melakukan pemberdayaan masyarakat, sehingga mampu menyelesaikan masalah/ kebutuhan orang miskin. Beberapa penilaian pada kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan BKM bersama masyarakat yaitu ; 1) Pada pembentukan kelompok swadaya masyarakat (KSM) atau panitia pembangunan infrastuktur sebagai panitia pelaksana kegiatan, pembentukannya bukan melalui pemilu raya pada masing-masing RT, melainkan pembetukannya dilaksanakan dengan pengangkatan ketokohan masyarakat, sehingga aspirasi masyarakat tidak bisa tersalurkan dengan baik, 2) KSM / panitia kegiatan seharusnya melibatkan orang yang mempunyai keahlian pada masing-masing bidang sehingga efektivitas dan evisiensi kegiatan bisa terukur, 3) Ketua KSM/ ketua panitia merupakan orangorang yang mempunyai jiwa relawan yang tinggi, yang sudah teruji sehingga mempunyai nilai kesetiaan pada masyarakat, untuk membatu BKM dalam pemberdayaan masyarakat, 4) Pada kegiatan pemberdayaan masyarakat, KSM perlu modal ketrampilan yang harus dimiliki oleh masyarakat miskin (KSM ekonomi), untuk melakukan usaha dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sebelum mendapatkan modal perguliran sehingga ada keberlanjutan dalam pemberdayaan. Pelaksanaan Kegiatan merupakan alat pembelajaran, agar BKM bersama masyarakat mampu untuk menganalisis kebutuhan sendiri, akan tetapi dalam melakukan kegiatan BKM tidak mampu melakukan : (1) tidak mampu melakukan pendampingan kegiatan KSM dalam melaksanakan pembangunan rumah keluarga miskin dan pembangunan prasarana lingkungan, karena BKM merasa sudah ada unit pelaksana lingkungan (UPL) yang menangani langsung pada kegiatan terasebut, (2) BKM sebagai pengambil kebijakan dan pelaksanaan kegiatan dilakukan langsung oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang sudah dipilih masyarakat pada wilayah masing-masing, (3) BKM sebagai relawan, akan tetapi juga membutuhkan biaya hidup, sehingga mengharapkan finansial sebagai imbalan dari apa yang mereka kerjakan BKM, (4) BKM dalam melaksanakan kegiatan masih menggantungkan pada fasilitator kelurahan dalam

17 kedisiplinan bekerja, terutama dalam penyusunan proposal kegiatan untuk mendapatkan dana bantuan. Saran-saran pada BKM agar mampu menjalankan tahapan program dalam upaya menanggulangi kemiskinan, maka dalam perencanaan program harus terlaksana dengan benar, BKM dalam melakukan pemberdayaan perlu dilakukan (1) pelatihan secara berkala mengenai langkah-langkah program, (2) melakukan rutinitas pertemuan anggota BKM dengan perangkat kelurahan dan fasilitaror kelurahan untuk melakukan diskusi, (3) melakukan studi banding pada BKM yang ada di Kabupaten Tegal sehingga dalam kegiatan pemecahan masalah mampu melakukan : 1) Penyusunan dan pengajuan usulan kegiatan melalui bantuan langsung masyarakat, 2) Penilaian kelayakan usulan kegiatan dan penetapan prioritas usulan kegiatan, 3) Penyaluran dana bantuan masyarakat, 4) Pendampingan dan pengawasan pelaksanaan kegiatan. Langkah pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah/ kebutuhan oleh BKM menitik beratkan peran masyarakat sebagai pelaku utama, untuk memperkuat kapasitas peran masyarakat dalam membantu warga miskin, sedangkan BKM berperan sebagai fasilitator yang dititik beratkan pada peran proses pembelajaran pada masyarakat dalam membuat usulan kegiatan, dengan harapan masyarakat dan KSM mampu menyusun usulan kegiatan yang realistis dan rasional atas dasar potensi serta kemampuan yang ada dan kebutuhan nyata. Maka BKM harus mampu memperhatikan langkah-langkah tahapan pemecahan masalah dalam penanggulangan kemiskinan yaitu; 1) Data hasil identifikasi yang sudah masuk dalam PJM Pronangkis, untuk dijadikan usulan kegiatan dalam penanggulangan kemiskinan, 2) Meningkatkan kerjasama masyarakat dalam melaksanakan kegiatan, 3) Fokus pendampingan dititik beratkan agar gagasan-gagasan masyarakat miskin didasarkan pada kebutuhan dan kemampuan mengelola bantuan, 4) Mendorong aspirasi masyarakat miskin dapat tergali dalam mengembangkan gagasan-gagasan guna memperbaiki kesejahteraan mereka sendiri, 5 ) Berdasarkan gagasan serta kebutuhan dan kemampuan, warga miskin mengajukan usulan kegiatan melalui kelompok swadaya masyarakat (KSM) untuk menjadi anggota, 6) Usulan kegiatan memuat uraian tentang kegiatan yang diusulkan dan keterkaitan dengan pronangkis, total biaya, jumlah swadaya masyarakat, penerima manfaat, pengelola, pemeliharaan barang-barang untuk kegiatan, serta kesesuaian dengan berbagai ketentuan serta dampak. Untuk

18 simpan pinjam ditambahkan jumlah kredit, jenis kegiatan, lama pengembalian serta jasa pinjaman Monitoring dan Evaluasi. Perencanaan monitoring dan evaluasi, merupakan kegiatan yang dilakukan anggota BKM, untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM) melalui dana BLM dan swadaya masyarakat dikelola secara benar, sesuai usulan kegiatan dan penggunaan dana untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. Monitoring merupakan salah satu kegiatan BKM untuk memantau kegiatan pada masyarakat dalam melaksakan kegiatan penanggulangan kemiskinan, dimulai dari 1) Pendampingan membuat rencana usulan kegiatan, 2)Penilaian kelayakan kegiatan, 3) Penetapan prioritas usulan kegiatan, 4) Penyaluran dana bantuan, 5)Pendampingan pelaksanaan kegiatan, 6) Hasil yang dicapai masyarakat atau KSM dalam melaksanakan kegiatan. Evaluasi dilakukan sebagai fungsi kontrol BKM, terhapat usulan-usulan kegiatan yang sudah dijalankan masyarakat melalui pendanaan P2KP, APBD dan Swadaya masyarakat. Evaluasi BKM dimaksudkan untuk membuat penilaian, terhadap tugas-tugas yang sudah di jalankan masyarakat dimasing-masing kelompok swadaya masyarakat (KSM) dalam melaksanaan kegiatan pembangunan. Untuk monitoring dan evaluasi pada program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran, BKM melakukannya pada program peningkatan ekonomi mikro dan menengah yang dilaksanakan secara berkala setiap 3 bulan sekali, sedangkan program pembangunan infrastruktur yang sifatnya penunjang bagi kegiatan masyarakat miskin, dilaksanakan monitoring dan evaluasi hanya pada dimulainya masyarakat membuat usulan kegiatan, perencanaan kegiatan, proses pengerjaan pembangunan, sampai selesainya pengerjaan pembangunan infrastruktur. Tujuan dari fungsi BKM dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan bantuan langsung masyarakat, yaitu mendorong tumbuhkembangnya perilaku dan sikap tanggung jawab masyarakat terhadap kepercayaan yang telah diterimanya, guna mencegah munculnya penyimpangan dan penyalahgunaan dana maupun kegiatan, serta mengupayakan agar dapat secara cepat dilakukan tindakan perbaikan terhadap penyimpangan, serta sebagai proses pembelajaran masyarakat

19 dan memberikan peran masyarakat dalam melaksakan kegiatan penanggulangan kemiskinan. Monitoring dan evaluasi oleh BKM juga melibatkan tokoh masyarakat, serta konsultan program sebagai pendampingan kegiatan yang langsung di kerjakan masyarakat secara partisipatif, fungsinya untuk pemberdayaan masyarakat miskin agar berperan aktif dalam program penanggulangan kemiskinan sehingga pelaksanaanya sesuai tujuan program. Tugas BKM dalam melakukan pemantauan dan penilaian terhadap kegiatan yang dilakukan KSM, perlu pembenahan sehingga BKM dalam menjalankan pemantauan dan penilaian sesuai dengan standar kegiatan yaitu 1) Tugas BKM selama melakukan pendampinan KSM belum memperhatikan pokok-pokok pemantauan kegiatan, sehingga berkesan kurang memenuhi target program, karena BKM dalam menerima usulan kegiatan KSM berkesan kurang memperhatikan proposal kegiatan, kelayakan kegiatan, kelayakan teknis, lingkungan dan keuangan, 2) Hal terpenting yang harus dipahami oleh BKM, bahwa proses pemantauan dan penilaian kelayakan proposal merupakan proses pembelajaran masyarakat agar mampu menyusun usulan kegiatan yang memenuhi standar kelayakan, diupayakan agar masyarakat miskin diberi kesempatan memperbaiki usulan mereka apabila kurang standar yang memadai. 3) BKM Selama pelaksanaan kegiatan program pemberdayaan yang dijalankan masyarakat atau KSM, kurang dilakukan pemantauan dan penilaian dari BKM, sehingga mutu kegiatan kurang sesuai dengan standar program, 4) BKM dalam menerima usulan proposal kegiatan ekonomi perguliran KSM, kurang melihat kegunaan uang simpan pinjam yang dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin. Saran-saran monitoring dan evaluasi pada BKM di Kelurahan Pakembaran yaitu BKM dalam melakukan pengawasan secara terus-menerus dan berkelanjutan, dengan cara mengikuti langsung kegiatan atau membaca hasil laporan kegiatan masyarakat atau KSM. penilaian adalah mengukur kegiatan yang dilakukan masyarakat atau KSM, untuk diketahui berhasil atau tidak berhasil kegiatan yang dijalankan, serta bagaimana tindaklanjutnya. Tujuan BKM dalam melakukan monitoring adalah untuk : 1) Mengetahui bagaimana selama pelaksanaan kegiatan program penanggulangan kemiskinan yang di laksanakan masyarakat atau KSM, serta potensi-potensi apa saja yang bisa

20 dimanfaatkan KSM dalam melaksanakan pengentasan kemiskinan, bagaimana rencana yang akan dilakukan KSM selanjutnya, 2) Bagaimana kegiatan-kegiatan BKM dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat miskin, 3 ) Apakah pelaksanaan kegiatan program yang diberikan pada masyarakat atau KSM ada keterkaitan sehingga program pemberdayaan berkelanjutan, 4) Apakah setiap program dalam perencanaan dan pelaksanaan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 5) Monitoring dipandang sebagai pengukuran kualitas yang berkaitan dengan bagaimana pencapaian keselarasan antara sumber potensi masyarakat ( bantuan ) yang digunakan dan waktu yang ditetapkan. 6) Monitoring merupakan aktivitas yang berkelanjutan untuk memberikan informasi dalam diidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan, untuk memantau penyimpangan-penyimpangan yang mungkin timbul dalam suatu kegiatan. Evaluasi merupakan langkah pencatatan keberhasilan atau kegagalan suatu program. secara umum pelaksanaan evaluasi dalam suatu kegiatan program pemberdayaan masyarakat melalui sepertiga sampai separo kegiatan dan evaluasi akhir kegiatan untuk mengidentifikasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada pelaksanaan program. beberapa tahapan evaluasi yang harus dilaksanakan BKM yaitu : 1) BKM harus melakukan pencataan dan pendataan tingkat capaian tujuan program, 2) melakukan pengecekan di lokasi kegiatan, untuk melihat secara langsung dampak kegiatan, apakah terjadi berubahan yang lebih baik atau kegagalan pada kegiatan, 3) Mengetahui dan menafsirkan akibat-akibat lain yang mungkin terjadi diluar rencana. Penilaian terhadap Perencanaan monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan anggota BKM, dimaksudkan untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan oleh panitia pelaksana (kelompok swadaya masyarakat), melalui dana BLM dan swadaya masyarakat dikelola secara benar, sesuai usulan kegiatan dalam penanggulangan kemiskinan, serta untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam melaksanakan kegiatan mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat miskin. Rencana monitoring yang dilaksanakan oleh BKM, merupakan salah satu kegiatan untuk pendampingan masyarakat secara berkala, melalui kelompok kegiatan penanggulangan kemiskinan, dimulai dari pendampingan membuat rencana usulan kegiatan secara kelompok, penilaian kelayakan kegiatan, penetapan prioritas usulan kegiatan, penyaluran dana bantuan untuk pembangunan dan usaha pendampingan pelaksanaan kegiatan. Evaluasi

21 dilakukan sebagai fungsi kontrol BKM terhapat usulan-usulan kegiatan yang sudah dijalankan masyarakat melalui pendanaan P2KP, APBD dan Swadaya masyarakat. Rencana monitoring dan evaluasi oleh BKM untuk memberi penilaian terhadap tugas-tugas yang sudah di jalankan masyarakat melalui kelompok swadaya masyarakat (KSM) sebagai panitia kegiatan. Monitoring dan evaluasi oleh BKM Kelurahan Pakembaran tidak sepenuhnya di jalankan karena, 1) Adanya kurang pemahaman oleh anggota BKM, bahwa monitoring dan evalusi merupakan bagian dari tahapan program, 2) Ketidak mampuan anggota BKM untuk melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi karena SDM yang masih rendah yaitu anggotanya kebanyakan lulusan SLTA kebawah dan 4 sarjana, 3) Belum pernah adanya pelatihan terhadap BKM yang berkaitan dengan pelaksanaan monitoring dan evaluasi oleh konsultan, 4) Anggota BKM beranggapan bahwa monitoring dan evaluasi bukan tanggung jawabnya melainkan tanggung jawab konsultan melalui fasilitator, 5) BKM Kelurahan Pakembaran dalam melaksanakan program penanggulangan kemiskinan, masih mendapatkan dampingan fasilitator kelurahan, karena anggaran bantuan langsung masyarakat masih berjalan sampai tahun 2011, untuk itu BKM dan fasilitator yang diutamakan bantuan P2KP agar cepat sampai pada masyarakat untuk dilaksanakan kegiatanya, yang bertujuan agar kemiskinan di Kelurahan Pakembaran cepat teratasi, sehingga monitoring dan evaluasi di Kelurahan Pakembaran belum sepenuhnya dilakukan oleh BKM di Kelurahan Pakembaran, hanya dilaksanakan oleh tim konsultan program dan Pemerintah Kabupaten Tegal. Dampak dari tidak sepenuhnya monitoring dan evaluasi yang dijalankan BKM mengakibatkan, 1) Kurang terkontrolnya kegiatan KSM dalam Menerima program penanggulangan kemiskinan, 2) Masyarakat yang tergabung dalam KSM, tidak sepenuhnya menjalankan keorganisasianya yang bisa dimanfaatkan untuk usaha peningkatan kesejahteraanya, 3) BKM tidak belajar dari kekurangan dan kelebihan dirinya selama berorganisasi dalam pendampingan masyarakat pada KSM, 4) Kurangnya keberfungsian BKM dalam monitoring dan evaluasi bukan kesalahan BKM saja, namun merupakan kesalahan konsultan yang belum mengajarkan tahapan program yang harus di jalankan BKM, sehingga interaksi antara BKM dengan KSM tidak sepenuhnya berjalan, walaupun terjadi interaksi hanyalah hubungan yang biasa berlaku di dalam masyarakat dan merasa anggota

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. Fungsi BKM pada program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran perlu ditingkatkan, sehingga dalam pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODOLOGI KAJIAN BAB III METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dalam menjalankan upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah kerjanya, maka Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) membutuhkan suatu kerangka pelaksanaan program

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Program Asistensi Sosial dan Jaminan Sosial

BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Program Asistensi Sosial dan Jaminan Sosial BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran pada hasil Perencanaan Jangka Menengah (PJM) menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP 7.1. STIMULAN P2KP 7.1.1. Tingkat Bantuan Dana BLM untuk Pemugaran Rumah, Perbaikan Fasilitas Umum dan Bantuan Sosial Salah satu indikator keberhasilan P2KP yaitu

Lebih terperinci

PERAN BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) DALAM PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Studi pada BKM Kelurahan Terondol, Serang-Banten

PERAN BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) DALAM PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Studi pada BKM Kelurahan Terondol, Serang-Banten PERAN BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) DALAM PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Studi pada BKM Kelurahan Terondol, Serang-Banten Abstrak Ilham Akbar Program Diploma IPB email: akbaril.xa3@gmail.com Artikel

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih

Lebih terperinci

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA Pemetaan Swadaya adalah suatu pendekatan parisipatif yang dilakukan masyarakat untuk menilai serta merumuskan sendiri berbagai persoalan yang dihadapi

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI DI KELURAHAN PETEMON KECAMATAN SAWAHAN KOTA SURABAYA (studi mengenai Pengelola Lingkungan) SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 31 BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 4.1 Kondisi Kemiskinan Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan tidak sematamata didefinisikan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

Lebih terperinci

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif 1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)

Lebih terperinci

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir? Lampiran Wawancara Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apa ukuran kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di Ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan dalam program P2KP

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 Latar Belakang Audit Sempit: Pemenuhan kewajiban Loan/Grant Agreement.

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH 60 5.1. Latar Belakang Program BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH Pembangunan Sosial berbasiskan komunitas merupakan pembangunan yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi kehilangan terhadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar

Lebih terperinci

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan BUKU 1 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan 3 Membangun BKM 2 Pemetaan Swadaya KSM 4 BLM PJM Pronangkis 0 Rembug Kesiapan Masyarakat 1 Refleksi Kemiskinan 7 Review: PJM,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) SURABAYA

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) SURABAYA Rekrutmen Cara Penentuan : Lebih banyak pada penunjukkan langsung dari Tomas Ketua KSM, biasanya Tomas, menunjuk anggota-anggotanya Ketua KSM, umumnya kelas menengah ke atas, menerima BLM lebih besar dari

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 15 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 15 TAHUN 2015 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 38 BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Konsep PNPM Mandiri Perkotaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran

Lebih terperinci

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan memiliki ciri yang berbeda

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 57 BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Persepsi Relawan terhadap PNPM-MP Persepsi responden dalam penelitian ini akan dilihat dari tiga aspek yaitu persepsi terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI PERKOTAAN 3 Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP Membangun BKM Membangun BKM Membangun BKM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 39 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Situ Gede Wilayah Kelurahan Situ Gede berada pada ketinggian 250 meter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penerima program pembangunan karena hanya dengan adanya partisipasi dari

I. PENDAHULUAN. penerima program pembangunan karena hanya dengan adanya partisipasi dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Strategi pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan langsung dari masyarakat penerima program

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi Review Partisipatif BKM/LKM, Re-orientasi Pemetaan Swadaya, Re-orientasi PJM Pronangkis, Penyusunan Program Kerja BKM/LKM

Panduan Fasilitasi Review Partisipatif BKM/LKM, Re-orientasi Pemetaan Swadaya, Re-orientasi PJM Pronangkis, Penyusunan Program Kerja BKM/LKM BUKU 7 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Review Partisipatif BKM/LKM, Re-orientasi Pemetaan Swadaya, Re-orientasi PJM Pronangkis, Penyusunan Program Kerja BKM/LKM Perkotaan DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II PROFILE DATA SIM P2KP NAD II U R A I AN 1 INFORMASI UMUM 1.1 Cakupan Wilayah 1.1.1 Jumlah Kota/ Kab 1.1.2 Jumlah Kecamatan 3 1.1.3 Jumlah Kelurahan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 1.1.4 Jumlah Lorong/Dusun

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP 1. PENDAHULUAN BKM adalah lembaga masyarakat warga (Civil Society Organization), yang pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani,

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani, khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang

Lebih terperinci

Mengenali Kampung Sendiri Melalui Pemetaan Swadaya

Mengenali Kampung Sendiri Melalui Pemetaan Swadaya DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-Perkotaan 2 Pemetaan Swadaya PERKOTAAN Mengenali Kampung

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINANDI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kemiskinan melalui kelembagaan lokal, sehingga keberdaan lembaga ini tidak murni

BAB V PENUTUP. kemiskinan melalui kelembagaan lokal, sehingga keberdaan lembaga ini tidak murni BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan BKM Mandiri muncul sebagai tangan panjang pemerintah dalam mengatasi kemiskinan melalui kelembagaan lokal, sehingga keberdaan lembaga ini tidak murni dari ide masyarakat sendiri.

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP 6.1 Prioritas Aspek yang Berperan dalam Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Upaya Peningkatan Partisipasi Perempuan UPP 1 dan awal UPP 2 ( 1999 2003), belum ada upaya yang jelas dalam konsepnya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Masalah Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik senantiasa melaksanakan perbaikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Dari keseluruhan proses analisis dan pembahasan untuk merumuskan arahan penataan lingkungan permukiman kumuh di Wilayah Kecamatan Semampir melalui pendekatan

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN 111 BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN Sekalipun pelaksanaan P2FM-BLPS di Kabupaten Bogor mengalami berbagai kendala, namun program tersebut sangat mendukung kebijakan pemberdayaan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP Oleh : Ayi Sugandhi Maret 2009 datanglah kepada masyarakat hiduplah bersama mereka belajarlah

Lebih terperinci

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011 MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011 KEGIATAN & SUB-KEGIATAN MILESTONE 1.1. PENDAMPINGAN TINGKAT PEMDA KOTA/ KAB 1.1.1. SERANGKAIAN LOBBY-LOBBY, SILATURAHMI SOSIAL DAN SOSIALISASI AWAL TINGKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM Oleh: Donny Setiawan * Pada era demokratisasi sebagaimana tengah berjalan di negeri ini, masyarakat memiliki peran cukup sentral untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Program Pinjaman Bergulir adalah merupakan salah satu pilihan masyarakat dari berbagai alternatif kegiatan untuk penanggulangan kemiskinan. Pinjaman bergulir

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Permasalahan kemiskinan yang cukup komplek membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial

Lebih terperinci

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II K E L U R A H A N

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II K E L U R A H A N PROFILE DATA SIM P2KP NAD II U R A I AN 1 INFORMASI UMUM 1.1 Cakupan Wilayah 1.1.1 Jumlah Kota/ Kab 1 1.1.2 Jumlah Kecamatan 3 1.1.3 Jumlah Kelurahan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 1.1.4 Jumlah

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendekatan pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendekatan pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PNPM Mandiri merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan dengan pendekatan pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan

Lebih terperinci

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM Draft PETUNJUK PELAKSANAAN Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM I. Pendahuluan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu upaya penanganan masalah kemiskinan di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang indonesia terus melakukan upaya-upaya untuk menjadi negara maju, yaitu dengan terus melaksanakan

Lebih terperinci

Pemilu BKM. Buletin Warta Desa

Pemilu BKM. Buletin Warta Desa Pemilu BKM 3 Minta salah seorang warga menjelaskan tentang hasil FGD Kelembagaan dan FGD Kepemimpinan yang telah dilakukan pada siklus PS, terutama berkaitan dengan: (1) kriteria-kriteria lembaga komunitas

Lebih terperinci

BAB IX FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERMASALAHAN PADA P2KP

BAB IX FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERMASALAHAN PADA P2KP BAB IX FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERMASALAHAN PADA P2KP 9.1. Faktor Lingkungan 9.1.1. Pengawasan dan Dukungan dari Pemerintah Desa dan Kecamatan serta LSM Pada tingkat Kelurahan/Desa, Lurah atau Kepala Desa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 23 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 6 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci