MEMBANGUN MANUSIA INDONESIA YANG BERMUTU, MAJU, BERBUDAYA DAN MANDIRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEMBANGUN MANUSIA INDONESIA YANG BERMUTU, MAJU, BERBUDAYA DAN MANDIRI"

Transkripsi

1 MEMBANGUN MANUSIA INDONESIA YANG BERMUTU, MAJU, BERBUDAYA DAN MANDIRI Pada suatu hari nanti, apabila komitmen dan perhatian pemerintah serta seluruh rakyat benar-benar ditujukan pada pemberdayaan keluarga dan manusia Indonesia, terutama yang miskin atau kurang mampu, dan berhasil, maka Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai akan menjadi suatu negara besar yang bermartabat, terhormat, dan disegani oleh kawan maupun lawan. Rakyat akan makmur dalam keadilan, dan adil dalam kemakmuran, sehingga bisa merasakan hidup dalam kedamaian, persatuan dan kesatuan yang kokoh bersama keluarga dan masyarakatnya, mampu menciptakan kehidupan berbudaya yang dinamis. Manusia Indonesia akan tampil sebagai bangsa yang maju, mempunyai kreatifitas tinggi, mandiri dan berbudaya, utamanya iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu keberpihakan pemerintah dalam pemberdayaan manusia, khususnya yang kurang mampu dan menderita, merupakan langkah strategis yang manusiawi sebagai wujud nyata dari kewajiban luhur memenuhi tututan rakyat yang memberikan kepercayaan kepadanya. Langkah besar itu akan memperkokoh legitimasi yang telah diberikan rakyat dan sekaligus menjadi tuntunan bagi masyarakat luas untuk melakukan hal serupa. Apabila kelanggengan legitimasi itu dipelihara dengan baik, kredibilitas tidak saja bertambah kuat tetapi langkahlangkah berikutnya akan mendapat dukungan yang luar biasa. Komitmen pemberdayaan yang berpihak merupakan pilihan satu-satunya untuk saat ini dan masa depan yang masih panjang karena Republik Indonesia kita dikaruniai kekayaan sumber daya manusia yang melimpah, bertambah dengan jumlah yang tidak kecil setiap tahun, belum sempat berpartisipasi secara luas dalam pembangunan, dan mempunyai sejarah panjang sebagai bangsa yang menghargai persatuan dan kesatuan. Dengan pemberdayaan yang komprehnsif dan sungguh-sungguh, keluarga dan penduduk Indonesia yang melimpah akan tampil beda. Mereka akan menjadi kekuatan maha dahsyat yang apabila didukung dan didorong dengan arahan dan motivasi yang kuat, tepat dan benar, akan mampu mendobrak apa saja yang menjadi penghalang kemajuannya. Karena itu pendekatan pemberdayaan keluarga dan manusia Indonesia harus menjadi prioritas yang sangat tinggi. Proses ini, biarpun lamban, karena penduduk Indonesia umumnya miskin, pendidikannya rendah dan terbelakang, apabila dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dimulai sejak saat penduduk berusia dini, secara komprehensif, dilakukan secara berkelanjutan dan didukung dengan suasana yang kondusif, hampir pasti menghasilkan generasi keluarga dan manusia Indonesia baru yang sangat berbeda dengan keadaan kita di masa lampau. Mengacu pada keperluan pokok untuk meningkatkan mutu manusia, pemberdayaan sebaiknya diarahkan secara tepat dan pragmatis, yaitu secara sadar 1

2 dilakukan dengan menempatkan manusia dan keluarga yang mampu menjemput bola. Mampu mengakses berbagai prasyarat utama yang menjadikannya sumber daya yang mumpuni, yaitu sehat, cerdas, terampil, kreatif, dan mandiri. Untuk itu pertama-tama setiap penduduk harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang syarat-syarat yang dibutuhkan, mampu mengakses dengan mudah berbagai fasilitas untuk hidup sehat, cerdas dan mandiri. Pemerintah dan masyarakat yang peduli secara terpadu menyediakan akses yang mudah dijangkau untuk pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan kemampuan ekonomi keluarga yang kondusif. Tiga komponen pokok tersebut merupakan bagian dari program utama, atau variabel utama, yang apabila ditangani dengan baik akan mendorong peningkatan mutu manusia yang secara global biasa diukur dengan Human Development Index (HDI). Komponen tersebut harus menjadi acuan utama karena selama ini Indonesia selalu berada pada posisi ujung yang sangat buruk dibandingkan dengan negara-negara Asean, atau Asian lainnya. Dalam proses memacu mutu manusia tersebut, Hidup Sehat tidak cukup dengan pelayanan kesehatan gratis, atau adanya kesediaan yang mudah diakses, tetapi setiap penduduk harus mempunyai kesadaran yang tinggi untuk hidup sehat, dikelilingi suasana, lingkungan dan budaya yang dinamis untuk mendukung pola hidup sehat yang berkelanjutan. Dalam suasana tersebut, pelayanan kesehatan menempatkan penduduk sebagai titik sentral dengan perhatian dan kemampuan jemput bola yang tinggi. Dengan demikian setiap penduduk mempunyai akses terhadap pemberdayaan kesehatan yang bermutu tanpa harus menunggu kesadaran yang tinggi, karena apabila keadaan itu belum tercapai, berhubung kondisi sosial ekonomi yang terbatas, pelayanan kesehatan mengembangkan diri sebagai pelayanan yang menjemput penduduk dan mempersiapkannya sebagai bagian dari pembangunan budaya hidup sehat yang dinamis. Akses untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat diperlukan sebagai persiapan untuk memungkinkan hidup sehat yang panjang, penuh tantangan dan dinamis. Persiapan hidup sehat yang panjang dan dinamis memerlukan usaha terkait dengan ekonomi keluarga yang bebas kemiskinan, bebas dari kebodohan dan bebas dari rasa nrimo atau pasrah yang mengganggu dinamika. Lebih dari itu hidup sehat yang panjang memungkinkan setiap manusia, yang nantinya akan menjadi manusia unggul, untuk mempergunakan setiap kesempatan yang terbuka, sempit atau luas, atau merubah tantangan yang menghadang, menjadi kesempatan baru untuk membangun dan menyumbang kepada upaya meningkatkan derajat dan martabat bangsa. Ibu mengandung bukan dipersiapkan sejak seseorang mulai hamil tetapi jauh hari sejak masih remaja dengan peningkatan pengetahuan tentang masalah reproduksi yang sehat dan sejahtera. Dengan demikian segera setelah menikah seorang ibu sudah siap memberikan rangsangan hidup sehat dan kecerdasan kepada janin yang dikandungnya. 2

3 Proses yang nampaknya sederhana memerlukan kerjasama antara kedua orang tua, sehingga salah besar untuk memberikan beban tentang perawatan ibu hamil hanya kepada seorang ibu dalam suatu keluarga, tetapi seluruh keluarga, ibu, bapak dan anggota keluarga lain, harus secara sungguh-sungguh terlibat. Proses mendidik dan memberikan latihan ketrampilan kepada manusia dimulai tidak pada waktu seorang bayi dilahirkan, tetapi justru semenjak bayi tersebut masih dalam kandungan orang tuanya. Karena itu pelayanan kesehatan di masa depan perlu dikembangkan secara dinamis karena bukan saja melayani orang sakit, tetapi justru melayani jutaan orang sehat agar tetap sehat. Kalau melayani orang sakit, terutama tenaga muda, adalah bukan saja agar sehat kembali, tetapi lebih sehat dan mampu memberikan sumbangan terhadap pembangunan bangsa dan negaranya. Pelayanan kesehatan membantu lansia, penduduk usia lanjut, agar bisa menikmati hidup sejahtera pada usia tua, terutama setelah seluruh hidup remaja dan mudanya dibaktikan kepada nusa dan bangsanya. Suasana damai yang penuh cinta kasih antar generasi, antara lansia dan antara kedua orang tua dalam suatu rumah tangga, alunan musik merdu yang didendangkan dalam suasana syahdu religius yang mengantar setiap detik di sekelilingnya, merupakan prasyarat tidak saja lingkungan yang sehat, tetapi memberi hempasan yang kondusif terhadap pemberdayaan hidup masa depan yang damai dan cerdas. Oleh karena itu segera setelah seorang bayi dilahirkan, setiap keluarga harus menyambutnya dengan senyum kebahagiaan untuk menjamin bahwa suasana yang samar-samar disaksikannya dari dalam kandungan ibunya, benarbenar merupakan keadaan nyata yang akan mengantar bayi itu mengarungi kehidupan nyata dengan penuh harapan. Sambutan itu diikuti oleh setiap keluarga Indonesia yang tingkat sosial ekonominya masih rendah dengan segera bersatu untuk secara gotong royong mengantar bayi itu menempuh hidup yang penuh dinamika selama mengarungi masa balitanya. Karena keluarga dan penduduk masa depan mengemban tanggung jawab membawa bangsanya sejajar dan bahkan lebih sejahtera dibanding bangsa-bangsa lain di dunia, pelayanan kesehatan tidak saja melayani kebutuhan masyarakat, tetapi juga dengan simpati yang tinggi berusaha menjemput bola membangun bangsa yang sehat lahir dan batin. Bangsa ini membangun budaya hidup sehat dan sejahtera dengan motivasi dan kinerja yang tinggi agar setiap penduduk tidak saja mempunyai kemampuan fisik yang dapat diandalkan, tetapi juga otak yang cemerlang, mampu bekerja keras, bukan sekedar menyelesaikan tugas yang tertinggal jauh, tetapi bersifat visioner utamanya mampu menyiapkan kesempatan baru agar bisa tampil secara kompetitif bersama bangsa maju lainnya. 3

4 Bangsa ini dengan komitmen yang sangat tinggi perlu menempatkan peningkatan kemampuan dan ketrampilan rakyatnya sebagai idola dalam pembangunan bangsa. Segala biaya yang diperlukan harus disediakan bukan semata-nmata sebagai retorika yang indah tetapi karena kesadaran yang tinggi bahwa masa depan bangsa terletak pada kualitas kecerdasan dan ketrampilan hampir 250 juta rakyatnya. Upaya pendidikan dan peningkatan ketrampilan menjadi bagian dari budaya yang segar dan selalu aktual selama hayat dikandung badan. Setiap penduduk mendapat kesempatan meningkatkan kecerdasan intelektual dan pelatihan tiada henti sejak masih dalam kandungan sampai akhirnya kembali kepada khaliknya. Ini berarti bahwa perhatian yang tinggi terhadap masalah pendidikan harus tidak kenal batas umur atau batas tingkatan. Dengan adanya program KB, dan anjuran untuk mempunyai anak dua saja atau sesedikit mungkin, bangsa Indonesia seharusnya sadar bahwa setiap anak sebagai titipan Tuhan Yang Maha Kuasa adalah Anak Indonesia. Anak tersebut harus dipelihara dengan tingkat kesehatan yang prima dan kecerdasan otak yang maksimal. Anak Indonesia harus mampu membawa Sang Merah Putih berkibar dengan penuh kebanggaan di seluruh dunia. Karenanya pemeliharaan hidup sehat dikembangkan bersama-sama dengan mengantar setiap anak bangsa untuk dengan sungguh-sungguh mengikuti pendidikan di sekolah dan berbagai pelatihan ketrampilan adalah syaraat utama untuk membangun sumber daya yang bermutu. Dengan latar belakang pendidikan yang bermutu setiap anak bangsa bisa bekerja keras menghasilkan produk yang dapat disumbangkan untuk kejayaan bangsanya. Agar dicapai hasil secara maksimal, kesediaan dalam menempuh pendidikan dan pelatihan sesungguhnya dimulai sejak sangat dini agar kualitas penduduk bisa mencapai tingkat yang memadai dan setiap anak bangsa mampu bersaing dengan jutaan penduduk dari negara maju lainnya. Untuk keperluan ini, yaitu menyediakan fasilitas pendidikan dan pelatihan yang bermutu dan memadai, pemerintah dan masyarakat mempunyai tanggung jawab dan kewajiban yang seimbang. Karena itu pemerintah harus bisa menjadi fasilitator yang bijaksana agar berbagai fasilitas yang dibangun bersama tersebut secara luas mudah diakses oleh penduduk dan keluarga Indonesia di manapun mereka berada. Dengan secara gotong royong keadaan fasilitas pendidikan yang dianggap belum mencukupi segera bisa dilengkapi dengan cakupan yang lebih luas, baik pada tingkat dasar, dan juga pada tingkat menengah dan tinggi. Kelengkapan yang memadai akan mendorong anak-anak dan remaja Indonesia dengan mudah memperoleh kesempatan yang adil dalam menikmati fasilitas yang diperlukannya. 4

5 Untuk mengembangkan kemampuan melalui bidang pendidikan, setiap anak bangsa tidak mempunyai pilihan, harus melakukannya dengan partisipasi yang tinggi dan berkelanjutan. Proses pendidikan berlaku umum. Siapapun tidak bisa melakukannya dengan tiba-tiba, di karbit, atau dicipta dan dibuat secara massal dalam waktu singkat seperti produk manufaktur. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan harus dilakukan secara bertahap dan komprehensif karena berhubungan dengan masalah manusia dan kemanusiaan. Karena itu proses pemberdayaan melalui pendidikan dan pelatihan memerlukan pendekatan yang ceria, gembira dan membanggakan setiap warga negara. Proses ini tidak saja memerlukan dukungan pemerintah yang sangat kuat, tetapi menjadi bagian dari budaya bangsa yang agung dan hidup subur di hati sanubari setiap warganya. Setiap warga, keluarga dan anak bangsa akan merasa rugi dan sangat menyesal apabila tidak bisa mengikuti proses tersebut, atau membantu setiap warganya mengikuti proses dengan gembira dan penuh kebanggaan. Karena pendidikan merupakan bagian budaya yang agung, seharusnya Pemerintah dan warga yang beruntung akan berbahgia dan bangga apabila memperoleh kesempatan ikut serta membangun bidang pendidikan dan pelatihan tersebut. Lebih-lebih lagi bidang ini sekaligus merupakan ajang pembangunan kebanggaan dan kejayaan bangsanya. Kalau sampai sekarang hal ini belum terwujud, disamping bekerja keras membangun sarana dan prasarana bidang pendidikan sebagai sarana budaya belajar, bangsa ini sebaiknya bekerja keras membangun budaya belajar dan bekerja keras sebagai bagian dari budaya baru bangsanya. Dengan budaya belajar dan bekerja keras tersebut hampir pasti bangsa besar ini akan melaju dengan dinamika yang tinggi untuk mengejar bangsabangsa yang telah lebih dahulu maju. Budaya kerja keras itu mensyaratkan bahwa setiap warganya bekerja, apa saja yang dianggap halal. Setiap ibu rumah tangga, ya setiap anak gadis, sejak masih kanak-kanak harus pula tidak disisihkan dengan anggapan kalau besar nanti mengikuti suami dan tidak perlu bekerja kecuali di dapur masak dan momong anak-anaknya di rumah. Setiap anak gadis disiapkan untuk menjadi anak Indonesia yang siap bekerja seperti rekan-rekannya anak laki-laki sehingga merekapun mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai sesama anak bangsa. Kesempatan kerja dibuka sama adilnya sehingga sumbangan mereka kepada kejayaan bangsa dan negaranya tidak dianggap sebagai angin lalu. Mereka mempunyai hak dan kewajiban yang sama bukan karena desakan aktifis HAM dalam dan luar negeri, tetapi karena memang bagian dari budaya bangsa yang kita junjung tinggi. Sumbangan yang sama ideal dan sangat besar akan menempatkan bangsa dengan jumlah penduduk yang melimpah menjadi bangsa besar dengan harapan masa depan yang tinggi. Sekaligus, dengan budaya yang menempatkan manusia 5

6 sebagai titik sentral pembangunan, setiap anak bangsa akan memperoleh kesempatan yang terhormat untuk menyumbang kepada kejayaan bangsa dan negaranya. Dengan demikian bangsa dan negara ini akan segera mampu berdiri secara terhormat diantara bangsa-bangsa maju lainnya. Karena proses tersebut mengacu pada standard internasional sebagai upaya pengembangan kualitas manusia yang diukur dengan Human Development Index (HDI), dimana Indonesia terpuruk pada urutan nomor diatas angka 110, maka bangsa ini bisa menjadikannya gerakan nasional yang luas dan terarah. Dengan kerja keras yang sungguh-sungguh hampir pasti kita akan mampu maju terus mencapai kualitas penduduk yang cemerlang. Selanjutnya, dengan gerakan yang maha dahsyat itu dengan mulus bangsa ini mengentaskan kemiskinan bukan karena pembagian uang secara langusng sebanyak Rp ,- setiap bulan, tetapi karena manusianya yang kreatif mau bekerja keras dan mengerahkan segala kemampuannya dengan dilandasi persatuan dan kesatuan yang kokoh dalam hidup berdampingan secara damai. Dalam tataran global upaya pengentasan kemiskinan telah disepakati sebagai program dengan prioritas yang sangat tinggi. Kesempatan ini sebaiknya dipergunakan agar bangsa Indonesia tidak saja bekerja sendiri, tetapi ikut serta dalam gerakan arus kuat dunia memberantas kemiskinan. Sebagai bangsa yang besar, keikut sertaan dan keberhasilan bangsa ini dalam mengentaskan penduduk dari lembah kemiskinan akan merupakan kontribusi yang luar biasa. Karena itu pedoman umum dalam pembangunan yang menempatkan manusia sebagai titik sentral adalah melaksanakan komitmen global dalam mencapai target dan sasaran Millenium Development Goals (MDGs). Untuk itu, upaya-upaya yang diuraikan dimuka sebaiknya dikembangkan sebagai gerakan dengan cakupan materi yang diperluas dan dipertajam dengan perhatian pada unsur-unsur utama MDGs sebagai berikut : - Pengentasan Kemiskinan, dengan menegaskan perlunya peningkatan kesadaran tentang hidup sehat, pengembangan sikap dan pengetahuan tentang hidup sehat, serta peningkatan pelayanan preventif dan kuratif dalam bidang kesehatan. Pengembangan pendidikan dan pelatihan yang terpadu, berkelanjutan dan berkeadilan, sehingga setiap anak mampu berdiri secara mandiri. Untuk itu diperlukan pemberdayaan dan dukungan sosial ekonomi yang berkelanjutan untuk penduduk rentan dan keluarga kurang mampu - Perhatian yang sungguh-sungguh terhadap penanganan penyakit rakyat yang menonjol dan segera mendapat perhatian bersama di lapangan, utamanya tentang kesehatan reproduksi, termasuk bahaya serangan Virus HIV/AIDS dan penyalah gunaan narkoba, penurunan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan, penurunan tingkat kematian anak dan remaja, dan masalah kesehatan penduduk lanjut usia. Penyakitpenyakit yang umum terjadi di daerah tertentu seperti malaria, flu 6

7 burung, dan lainnya perlu dijelaskan kepada rakyat banyak dan diberi bantuan penanganannya secara cepat - Perlu penjelasan kepada rakyat peranan yang konkrit dan rencana kerja dari berbagai stakeholders utama, yaitu pemerintah, dalam hal ini Menko Kesra dan Departemen Kesehatan, Gubernur, Bupati, dan Walikota, serta para penggerak masyarakat seperti PKK, IDI, POGI, IBI, Perhimpunan Rumah Sakit, alim ulama dan organisasi masyarakat peduli kesehatan lainnya. Di dalamnya diuraikan strategi penyegaran Posyandu, penyegaran dan peningkatan mutu bidan yang ditugaskan di desa, kebijaksanaan pelayanan kesehatan di desa, dan dukungan referal pada tingkat kecamatan dan kabupaten/kota - Peningkatan kesadaran dan pengetahuan hidup sehat sejahtera dan pendidikan yang merata untuk generasi muda, baik melalui sekolah, maupun melalui jalur luar sekolah untuk anak-anak DO dan anak usia sekolah yang tidak sempat sekolah. Perhatian khusus harus diberikan kepada anak perempuan bukan saja karena pertimbangan kesetaraan gender, tetapi karena umumnya anak-anak perempuan tersebut kurang mendapat perhatian - Penyebaran petunjuk yang jelas tentang penanganan Lingkungan Hidup dan hubungannya dengan kesehatan, pengembangan manusia dan wilayah huniannya. Penanganan lingkungan difokuskan pada daerah kumuh dimana konsentrasi penduduk kurang mampu bertempat tinggal agar resiko kurang dukungan bisa dihilangkan - Uraian yang jelas tentang Strategi Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang mendukung tumbuh kembangnya gerakan secara dinamis, luas dan berkesinambungan. Termasuk di dalamnya peranan para tokoh dan media masa untuk menyambut gerakan ini dengan partisipasi dan dukungan yang tinggi dan berkelanjutan; - Pengembangan kerjasama dan dukungan anggaran untuk membangun kebersamaan antar kabupaten, antar propinsi dan antar negara dalam penanganan kesehatan, anjuran hidup sehat, cerdas dan sejahtera Karena tujuan dan sasaran MDGs harus dicapai secara tuntas pada tahun 2015, maka sebaiknya segera disiapkan dan ditetapkan suatu rangkaian kegiatan bertahap dengan akselerasi yang dinamis. Kegiatan tersebut tidak terpisah-pisah untuk setiap bidang menurut keadaan dan kebutuhan daerah, tetapi secara terpadu dalam kerangka pembangunan dengan mengundang partisipasi yang luas dari masyarakat. Pilihan pada pedoman MDGs tersebut sangat tepat karena mengacu pada prioritas pengentasan kemiskinan yang tinggi. Untuk bidang kesehatan misalnya, bisa diterjemahkan sebagai upaya mengatasi rendahnya pengetahuan tentang masalah kesehatan rakyat yang menonjol, membangun sikap dan tingkah laku hidup sehat, serta menggerakkan partisipasi membangun lingkungan yang sehat. Begitu pula masyarakat bisa saling membantu untuk meningkatkan akses penduduk terhadap pelayanan kesehatan di tingkat pedesaan, mengembangkan kemudahan mendapatkan obat kalau sakit, dan memperoleh rujukan pelayanan kesehatan pada tingkatan yang lebih tinggi dengan mudah. 7

8 Pendekatan ini berbeda dengan penyelesaian sementara yang menyediakan pelayanan kesehatan secara gratis, karena ukurannya adalah apakah penduduk mempunyai kemudahan akses terhadap pelayanan kesehatan, pada tingkat preventif maupun kuratif. Dengan demikian, menurut pendekatan ini, perhatian pada bidang kesehatan lebih dipertajam dengan menempatkan anak-anak remaja perempuan dan ibu-ibu yang sedang mengandung dan melahirkan sebagai sasaran utama. Mereka diperkenalkan kepada upaya hidup sehat dengan tujuan agar pada waktu mengandung tetap sehat dan melahirkan anak bangsa dengan kualitas tangguh. Proses perkawinan terjadi pada saat yang tepat dimana anak laki-laki dan anak perempuan telah mengikuti proses pendidikan dan pelatihan dengan cukup sebagai bekal membangun keluarga yang sajahtera. Karena itu usia perkawinan menjadi matang untuk membangun keluarga sebagai inti dari bangsa yang bersatu dan berkualitas. Kalau keluarga mengandung dan melahirkan hampir pasti akan selamat dan dapat meneruskan perjuangannya untuk kesejahteraan bangsa dan negaranya. Tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan akan rendah dan menempatkan bangsa ini sebagai bangsa yang beradab karena tidak membunuh anak bangsanya pada saat yang terbaik dalam hidupnya. Untuk itu, sesuai pula dengan harapan dunia, lingkungan di daerah kumuh akan dibenahi sehingga setiap anak bangsa yang hidupnya sedang menanjak dari keadaan yang sangat tidak terhormat mendapat stimulan lingkungan dan jaringan pembangunan yang memadai. Semangat kebangkitan yang sedang timbul bukan menjadi perjuangan politik menentang pemerintah, tetapi semua anak bangsa sibuk membangun bersama pemerintah karena suasana yang kondusif mengiringi pengembangan diri dan harga dirinya dengan mantab dan berkelanjutan. Fasilitasi bidang pendidikan bukan terseok sekedar menyelesaikan wajib sekolah dalam tataran pendidikan dasar sembilan tahun, tetapi meluas jauh pada upaya menghilangkan kesenjangan antar usia, antar gender, antar daerah, dan antar etnik yang merata sehingga setiap anak dan remaja memperoleh kesempatan yang bermutu dan luas. Kesempatan mengembangkan diri secara demokratis dan terhormat sesuai pilihan dan aspirasinya. Dengan demikian, demokrasi dan tataran sumbangan anak bangsa dalam kerjasama internasional akan menempatkan setiap anak warga secara terhormat karena mutu, kemampuan dan rasa percaya dirinya yang tinggi. Dengan mengacu pada strategi MDGs, maka ukuran keberhasilannya ditentukan dengan jelas, yaitu partisipasi seluruh anak bangsa dalam menangani dan dalam mengakses pelayanan pembangunan agar bisa memelihara hidup sehat dan cerdas sebagai landasan untuk mencapai kesejahteraan yang diidamkannya. Ini berarti bahwa upaya-upaya pembangunan tersebut mempunyai tahapan 8

9 tahapan dengan ukuran partisipasi disamping ukuran-ukuran standard masingmasing bidang yang umum seperti usia harapan hidup, tingkat kematian, kelahiran, tingkat hunian rumah sakit dan partisipasi dalam bidang pendidikan dan lainnya. Untuk itu, upaya-upaya pembangunan diterjemahkan dengan gamblang dalam bahasa sederhana berupa kegiatan nyata yang mengundang partisipasi pada tingkat akar rumput di pedesaan dan pedukuhan. Operaionalisasinya dilakukan dengan dukungan kuat dan bersifat menjemput bola dari jajaran pemerintah pada tingkat kecamatan, tingkat Kabupaten Kota, tingkat Propinsi, Pusat dan jaringan donor Internasional lainnya. Pendekatan diatas dibarengi dengan upaya memperbaiki kuantitas dan kualitas supply pelayanan, seperti rumah sakit, Puskesmas, dan pelayanan dokter jemput bola, dan juga penyediaan gedung sekolah dan perlengkapan yang memadai. Semuanya mengacu pada ajakan dan fasilitasi partisipasi masyarakat yang tinggi sesuai jiwa deklarasi MDGs yang disepakati seluruh anggota PBB pada tahun Seperti diketahui, deklarasi PBB tersebut merupakan undangan, ajakan dan pemberdayaan tidak saja kepada pemerintah, tetapi juga seluruh anak bangsa untuk berpartisipasi dalam pembangunan mencapai sasaran-sasaran yang disepakati dalam periode yang ditentukan. Pilihan strategi diatas menjadi kerangka suatu gerakan nasional yang memerlukan strategi penyebaran gerakan yang lebih luas. Strategi penyebaran ini memuat dukungan Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang kuat pada tataran sikap dan tingkah laku, pengembangan budaya yang kondusif, agar setiap upaya yang dilakukan tidak berakhir sebagai benda monumental yang beku tanpa tindak lanjut di masyarakat luas. Gerakan secara cepat berlanjut menjadi gerakan rakyat yang marak di pedesaan dan pedukuhan yang menjelma menjadi budaya hidup sehat, cerdas dan bekerja keras yang luas dan berkelanjutan. Karena kita membangun gerakan nasional yang luas dan berkelanjutan, diperlukan rangkaian pertemuan untuk menyamakan visi dan misi yang berkelanjutan dari tingkat pusat, propinsi. kabupaten dan pedesaan. Pertemuanpertemuan itu segera diikuti kegiatan nyata di tingkat kabupaten dan kota dengan penyegaran Posyandu, penyediaan dan peningkatan mutu bidan di desa, pengembangan solidaritas hidup sehat, pendidikan dan pelatihan-pelatihan di pedesaan tentang hidup sehat dan bekerja keras serta cara-cara sederhana untuk pencegahan penyakit yang umum pada rakyat, kegiatan pembersihan lingkungan menjelang hujan dan banjir, kesehatan sekolah, dan pelayanan kesehatan pada tingkat pedesaan dan pedukuhan. Begitu pula dengan pelayanan pendidikan dan pelatihan yang bermutu dan tersebar luas. Dengan pendekatan secara komprehensif dan terpadu tersebut, kemiskinan bukan saja dihapuskan tetapi sekaligus mutu dan budaya bangsa berubah menjadi budaya unggul yang menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan 9

10 secara terhormat, membangun manusia Indonesia yang bermutu, maju, berbudaya dan mandiri. Jakarta, 10 Nopember

MEMBANGUN MANUSIA UNTUK MENCAPAI TUJUAN DAN TARGET MDGs DENGAN MENEMPATKAN PENDUDUK SEBAGAI TITIK SENTRAL PEMBANGUNAN

MEMBANGUN MANUSIA UNTUK MENCAPAI TUJUAN DAN TARGET MDGs DENGAN MENEMPATKAN PENDUDUK SEBAGAI TITIK SENTRAL PEMBANGUNAN MEMBANGUN MANUSIA UNTUK MENCAPAI TUJUAN DAN TARGET MDGs DENGAN MENEMPATKAN PENDUDUK SEBAGAI TITIK SENTRAL PEMBANGUNAN Pidato utama oleh Prof. Dr. Haryono Suyono Gurubesar Universitas Airlangga, Surabaya

Lebih terperinci

Komitmen itu diperbaharui

Komitmen itu diperbaharui POS PEM8CRDAYAAH KELUARCA (POSDAYA) bangsa-bangsa lain di dunia. Rendahnya mutu penduduk itu juga disebabkan karena upaya melaksanakan wajib belajar sembilan tahun belum dapat dituntaskan. Buta aksara

Lebih terperinci

WAHANA MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA

WAHANA MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA BAB II WAHANA MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA MAKSUD DAN TUJUAN Apabila Posyandu mampu menghayati fungsi-fungsi tersebut, dan selanjutnya menjadikannya sebagai program untuk memberdayakan keluarga secara

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KELUARGA UNTUK : MEMBANGUN MANUSIA MENGENTASKAN KEMISKINAN MELALUI POSDAYA

PEMBERDAYAAN KELUARGA UNTUK : MEMBANGUN MANUSIA MENGENTASKAN KEMISKINAN MELALUI POSDAYA PEMBERDAYAAN KELUARGA UNTUK : MEMBANGUN MANUSIA MENGENTASKAN KEMISKINAN MELALUI POSDAYA 1 MASA LALU PENGENTASAN KEMISKINAN SEBAGAI KOMITMEN MEMBANGUN MANUSIA BERMUTU DAN BERMARTABAT DENGAN KB DAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH PROGRAM POSY ANDU MANDIRI

LANGKAH-LANGKAH PROGRAM POSY ANDU MANDIRI BAB III LANGKAH-LANGKAH PROGRAM POSY ANDU MANDIRI PENGEMBANGAN PROGRAM POSYANDU MANDIRI Atas dasar berbagai uraian tersebut, Posyandu masa depan harus secara sadar dikembangkan untuk pertama-tama menjadi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

sebagai "gerakan Aladin " atau gerakan membantu keluarga pra sejahtera memperbaiki atap, lantai dan dinding.

sebagai gerakan Aladin  atau gerakan membantu keluarga pra sejahtera memperbaiki atap, lantai dan dinding. PENGANTAR Pada akhir bulan Nopember 2006, saat menutup Kongres Pembangunan Manusia Indonesia 2006, Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, menyerukan agar semua pihak bekerj a sama menyingsingkan lengan

Lebih terperinci

V PERANAN UNSUR-UNSUR DALAM PENGEMBANGAN

V PERANAN UNSUR-UNSUR DALAM PENGEMBANGAN e. Mengadakan evaluasi kegiatan secara internal untuk memperbaiki mutu kegiatan yang akan datang. V PERANAN UNSUR-UNSUR DALAM PENGEMBANGAN APARAT PEMERINTAH DAN LEMBAGA MASYARAKAT Dalam pengembangan Posdaya

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016

SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016 SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016 YTH. KETUA, WAKIL KETUA, DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

Keluarga kurang mampu tersebut didorong dan. C. Pemberdayaan Bidang Wirausaha bagi Ibu/Wanita. IV. STRATEGI PENGEMBANGAN

Keluarga kurang mampu tersebut didorong dan. C. Pemberdayaan Bidang Wirausaha bagi Ibu/Wanita. IV. STRATEGI PENGEMBANGAN Jika banyak anak usia 6-15 tahun yang belum atau tidak sekolah karena orang tuanya tidak mampu, maka anggota Posdaya perlu mengadakan upaya gotong royong agar anak-anak tersebut bisa sekolah. Misalnya

Lebih terperinci

HARGANAS, MOMENTUM STRATEGIS MEMBANGUN KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA

HARGANAS, MOMENTUM STRATEGIS MEMBANGUN KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA HARGANAS, MOMENTUM STRATEGIS MEMBANGUN KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA Oleh: Rr. Erny Trisusilaningsih Tidak seperti peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XV Tahun 2008 yang pelaksanaannya dipadukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

MEMBUAT DAN MENGISI POSDAYA UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PRASEJAHTERA

MEMBUAT DAN MENGISI POSDAYA UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PRASEJAHTERA MEMBUAT DAN MENGISI POSDAYA UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PRASEJAHTERA MENGGALANG PEMBERDAYAAN KELUARGA SECARA SISTEMATIS BAGAIMANA MENGISI KEGIATAN UNTUK PENGENTASAN KEMISKINAN PROF. DR. HARYONO SUYONO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah pemberdayaan mulai mengemuka pada periode tahun 1970 hingga tahun 1980-an. Pada masa itu Indonesia merupakan Negara acuan dunia di bidang pembangunan terutama

Lebih terperinci

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA KELUARGA)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA KELUARGA) PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENCEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSDAYA) PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA KELUARGA) I. PENDAHULUAN Sampai saat ini telah lebih dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROGRAM KELUARGA BERENCANA. a. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan. b. Mendapat kelahiran yang memang diinginkan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROGRAM KELUARGA BERENCANA. a. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan. b. Mendapat kelahiran yang memang diinginkan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROGRAM KELUARGA BERENCANA Menurut WHO (world Health Organization) Expert Committee Tahun 1970 keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN Menimbang: a. bahwa pembangunan daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah dicerminkan oleh besar kecilnya angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan PDRB Per Kapita. Kesehatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA UNDANG-UNDANG NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa hakikat pembangunan nasional sebagai pengamalan

Lebih terperinci

Pontianak, 28 Juli 2008

Pontianak, 28 Juli 2008 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA SIDANG PARIPURNA DPRD PROVINSI KALIMANTAN BARAT DALAM RANGKA PENYAMPAIAN PENDAPAT AKHIR FRAKSI DI DPRD KALBAR TENTANG NASKAH RANCANGAN PERDA RPJP DAERAH TAHUN

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam

Lebih terperinci

BUKU PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA)

BUKU PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA) BUKU PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA) I. PENDAHULUAN Pada akhir bulan Nopember 2006 Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, telah menutup Kongres Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

SAMBUTAN PADA UPACARA BENDERA DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI IBU KE-89 TAHUN 2017

SAMBUTAN PADA UPACARA BENDERA DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI IBU KE-89 TAHUN 2017 Lampiran 8 MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA UPACARA BENDERA DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI IBU KE-89 TAHUN 2017 Desember 2017 Assalamu alaikum Wr. Wb.,

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah kebutuhan utama dan mendasar bagi kehidupan manusia. Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang

Lebih terperinci

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DI KABUPATEN BUTON DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

PENJABAT BUPATI SEMARANG

PENJABAT BUPATI SEMARANG PENJABAT BUPATI SEMARANG SAMBUTAN PENJABAT BUPATI SEMARANG PADA ACARA APEL BESAR DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI KESEHATAN NASIONAL KE-51 TAHUN 2015 TANGGAL 15 NOVEMBER 2015 Ysh. : 1. Ketua DPRD Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL UNTUK MENGURANGI JUMLAH PERNIKAHAN ANAK

BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL UNTUK MENGURANGI JUMLAH PERNIKAHAN ANAK BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL UNTUK MENGURANGI JUMLAH PERNIKAHAN ANAK Pemerintah Indonesia yang telah meratifikasi Konvensi Hak Anak yang berisi perjanjian-perjanjian yang memiliki

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN PENJABAT GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA SE SULAWESI TENGAH KAMIS, 14 APRIL 2011 ASSALAMU

Lebih terperinci

PENJABAT BUPATI SEMARANG SAMBUTAN PENJABAT BUPATI SEMARANG PADA ACARA APEL BESAR DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI KESEHATAN NASIONAL KE-51 TAHUN 2015

PENJABAT BUPATI SEMARANG SAMBUTAN PENJABAT BUPATI SEMARANG PADA ACARA APEL BESAR DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI KESEHATAN NASIONAL KE-51 TAHUN 2015 1 PENJABAT BUPATI SEMARANG SAMBUTAN PENJABAT BUPATI SEMARANG PADA ACARA APEL BESAR DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI KESEHATAN NASIONAL KE-51 TAHUN 2015 TANGGAL 15 NOVEMBER 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA LAMPIRAN INSTRUKSI NOMOR : 14 TAHUN 1999 TANGGAL : 7 OKTOBER 1999 PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA I. UMUM 1. Penduduk merupakan titik sentral dari pembangunan yang berkelanjutan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Jl. Medan Merdeka Barat Nomor 15, Jakarta 10110 Telepon/Faksimile (021) 3805542

Lebih terperinci

BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN

BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2005 2025 3.1. Visi Pembangunan Dengan memperhatikan situasi dan kondisi Provinsi Jambi pada masa lalu dan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi menciptakan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Sebagaimana diuraikan pada pasal 3 Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kota Semarang,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan kependudukan adalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. b.

Lebih terperinci

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional POKOK-POKOK PENJELASAN PERS MENTERI NEGARA PPN/ KEPALA BAPPENAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

Lebih terperinci

SAMBUTAN PADA PEMBUKAAN PAPUA ORCHID SHOW ( POS) TAHUN 2016 Jayapura, 12 Mei Ketua Panitia Papua Orchid Show 2016; dan

SAMBUTAN PADA PEMBUKAAN PAPUA ORCHID SHOW ( POS) TAHUN 2016 Jayapura, 12 Mei Ketua Panitia Papua Orchid Show 2016; dan SAMBUTAN PADA PEMBUKAAN PAPUA ORCHID SHOW ( POS) TAHUN 2016 Jayapura, 12 Mei 2016 Yang terhormat: Gubernur Provinsi Papua; Wakil Gubernur Papua; Ketua Panitia Papua Orchid Show 2016; dan Hadirin sekalian

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wr. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita sekalian

Assalamu alaikum Wr. Wr. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita sekalian SAMBUTAN BUPATI KULONPROGO PADA ACARA PEMBUKAAN RAKERDA PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KB KABUPATEN KULONPROGO TAHUN 2010 Wates, 12 April 2011 Assalamu alaikum Wr. Wr. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi

Lebih terperinci

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru Artikel 1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya Tidak dapat dipungkiri, epidemi HIV/AIDS telah berkembang begitu pesat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Kasus ini paling

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

S A M B U T A N GUBERNUR SUMATERA UTARA PADA UPACARA PERINGATAN HUT KE-72 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 TINGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA

S A M B U T A N GUBERNUR SUMATERA UTARA PADA UPACARA PERINGATAN HUT KE-72 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 TINGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA S A M B U T A N GUBERNUR SUMATERA UTARA PADA UPACARA PERINGATAN HUT KE-72 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 TINGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA KAMIS, 17 AGUSTUS 2017 ASSALAMU ALAIKUM WR. WB. SELAMAT

Lebih terperinci

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA Copyright (C) 2000 BPHN INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA *52209 INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (INPRES) NOMOR 14 TAHUN 1999 (14/1999) TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Daerah Dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan 2016-2021 tidak ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Gubernur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

PRA RENCANA 2016 PEMBERDAYAAN KELUARGA PRASEJAHTERA 20 TAHUN DAMANDIRI

PRA RENCANA 2016 PEMBERDAYAAN KELUARGA PRASEJAHTERA 20 TAHUN DAMANDIRI 20 TAHUN DAMANDIRI MEMBERIKAN HORMAT DAN MENDOAKAN KEPADA PARA PENDIRI YAYASAN DAN SELURUH REKAN KERJANYA DARI SELURUH INDONESIA YANG TELAH MELAKSANAKAN PROGRAM SELAMA TAHUN 2015 DENGAN BERHASIL SEHINGGA

Lebih terperinci

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Gerakan mondial dalam rangka mengendalikan penyebaran HIV dan AIDS telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) didalam dokumen Millenium

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, khususnya dalam Pasal 1, angka 12 disebutkankan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TANGGAL 11 MEI 2004 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN 2004 2009 I. Mukadimah 1. Sesungguhnya Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan menegaskan tentang kondisi Kota Palembang yang diinginkan dan akan dicapai dalam lima tahun mendatang (2013-2018).

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 23 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Setelah beberapa dekade pembangunan pertanian di Indonesia, ternyata pembangunan belum mampu meningkatkan harkat, martabat dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini menjadi penyebabnya

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013

Sambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013 Sambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 25 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA ATAU

Lebih terperinci

PASANGAN BALON BUPATI/WAKIL BUPATI KAB.HUMBANG HASUNDUTAN PALBET SIBORO,SE-HENRI SIHOMBING,A.Md VISI, MISI, TUJUAN DAN PROGRAM

PASANGAN BALON BUPATI/WAKIL BUPATI KAB.HUMBANG HASUNDUTAN PALBET SIBORO,SE-HENRI SIHOMBING,A.Md VISI, MISI, TUJUAN DAN PROGRAM PASANGAN BALON BUPATI/WAKIL BUPATI KAB.HUMBANG HASUNDUTAN PALBET SIBORO,SE-HENRI SIHOMBING,A.Md VISI, MISI, TUJUAN DAN PROGRAM Visi dan Misi Sebagaimana dimaklumi bahwa visi dan misi memainkan peran yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN MANDAILING NATAL YANG AGAMIS, CERDAS, SEHAT DAN SEJAHTERA

MEWUJUDKAN MANDAILING NATAL YANG AGAMIS, CERDAS, SEHAT DAN SEJAHTERA 5.1. VISI Pembangunan Daerah dalam era desentralisasi dewasa ini pada dasarnya dilaksanakan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera yang berkeadilan, demokratis, berdaya saing dan maju. Oleh karena

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama 189 negara

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

POINTER PAPARAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KEHORMATAN PESERTA PENDIDIKAN KETAHANAN NASIONAL UNTUK PEMUDA (TANNASDA)

POINTER PAPARAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KEHORMATAN PESERTA PENDIDIKAN KETAHANAN NASIONAL UNTUK PEMUDA (TANNASDA) 1 POINTER PAPARAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KEHORMATAN PESERTA PENDIDIKAN KETAHANAN NASIONAL UNTUK PEMUDA (TANNASDA) ANGKATAN II TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Senin /12 Mei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Siap Membangun 1

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Siap Membangun 1 BAB I PENDAHULUAN Remaja Siap Membangun 1 2 Remaja Siap Membangun MENYIAPKAN SDM SIAP BEKERJA Dalam banyak hal, dibandingkan banyak negara berkembang lainnya, Indonesia termasuk salah satu negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara termasuk Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia kurang lebih berjumlah 248,8 juta jiwa dengan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Perencanaan Dokumen perencanaan tahunan daerah yang digunakan sebagai acuan perencanaan pembangunan dan penyusunan anggaran Tahun 2014, adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN POSYANDU MANDIRI

REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN POSYANDU MANDIRI REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN POSYANDU MANDIRI WADAH PEMBANGUNAN MANUSIA YANG BERIMAN DAN TAQWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA, BERMUTU, INOVATIF, DINAMIS DAN PEDULI ANAK BANGS A MENEMPATKAN MANUSIA SEBAGAI

Lebih terperinci