KEBUTUHAN UNSUR HARA BEBERAPA TANAMAN OBAT BERIMPANG DAN RESPONNYA TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK, PUPUK BIO DAN PUPUK ALAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBUTUHAN UNSUR HARA BEBERAPA TANAMAN OBAT BERIMPANG DAN RESPONNYA TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK, PUPUK BIO DAN PUPUK ALAM"

Transkripsi

1 KEBUTUHAN UNSUR HARA BEBERAPA TANAMAN OBAT BERIMPANG DAN RESPONNYA TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK, PUPUK BIO DAN PUPUK ALAM Agus Ruhnayat Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Salah satu kelompok tanaman obat yang sudah lama dibudidayakan dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan adalah tanaman obat berimpang seperti jahe, kencur, temulawak, kunyit, bangle dan lempuyang gajah. Untuk meningkatkan jumlah, mutu dan kesinambungan produksi tanaman obat berimpang tersebut maka, diperlukan cara budidaya yang baik. Salah satu komponen teknologi budidaya tersebut adalah pemupukan. Kebutuhan unsur hara tanaman obat berimpang cukup tinggi. Kebutuhan unsur hara tersebut umumnya dipenuhi dari pupuk anorganik (urea, TSP/SP- 36 dan KCl) dan pupuk organik/pupuk kandang. Kombinasi kedua jenis pupuk tersebut mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman obat berimpang (budidaya non organik). Dengan adanya perubahan kecenderungan masyarakat saat ini untuk kembali ke produk-produk alami (back to nature), maka teknologi budidaya yang diterapkan pada tanaman obat harus mengarah kepada penggunaan input-input produksi yang lebih aman terhadap kesehatan dan lingkungan (budidaya organik). Selain pasar domestik, pangsa pasar dunia akan produk organik setiap tahun terus meningkat, tidak saja untuk pangan tetapi juga produk kesehatan yang berbasis herbal. Pemberian pupuk organik, pupuk bio dan pupuk alam memberikan respon yang positif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman obat berimpang. Pemberian bahan organik pada budidaya tanaman obat berimpang mutlak diperlukan. Pada budidaya organik tanaman obat berimpang dapat diberikan pupuk organik (pupuk kandang, limbah kulit kopi, kasting, arang sabut kelapa dan bokashi), pupuk bio (mikoriza, Azospirillum lipoferum, Azotobacter beijerinckii, Aeromonas punctata dan Aspergilus niger), dan pupuk alam (fosfat alam dan zeolit). Oleh karena itu perlu adanya pendistrubusian dan penyediaan pupuk bio dan pupuk alam ke sentra-sentra produksi sehingga mudah diperoleh petani. Diperlukan komponen teknologi budidaya organik dari disiplin ilmu lainnya seperti pemuliaan dan penyakit terutama untuk mencegah serangan penyakit layu bakteri. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara terkaya kedua setelah Brasil mengenai keanekaragaman hayatinya. terdapat sekitar jenis tumbuhan yang hidup di Indonesia dan sekitar jenis adalah merupakan tanaman berkhasiat obat. Dari jumlah tersebut diantaranya adalah tanaman obat berimpang seperti jahe, kencur, temulawak, kunyit, bangle, lempuyang gajah dan sebagainya. Pemanfaatan rimpang tanaman sebagai obat (herbal medicine) di Indonesia sudah lama dikenal, yang diikuti dengan tumbuh kembangnya industri jamu. Industri dan perdagangan produk-produk obat herbal, makanan fungsional dan suplemen diet berbasis bahan alami cenderung terus meningkat di seluruh dunia. Di Asia peluang perdagangan obat herbal tersebut didominasi oleh China yang merupakan pusat produksi obat herbal terbesar di 109

2 dunia dan mampu menghasilkan devisa sebesar 6 miliar USD pada tahun 1997 (Sinambela, 2003). Di Indonesia sendiri telah berkembang dengan pesat industri makanan dan minuman kesehatan, obat tradisional maupun obat herbal terstandar serta kosmetika yang berbasis bahan baku alami. Namun demikian, pesatnya industri disektor hilir belum diimbangi dengan pesatnya produksi bahan baku disektor hulu. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut Indonesia mengimpor dari luar negeri. Oleh karena itu peluang usaha tani tanaman obat di dalam negeri untuk tahun-tahun mendatang masih mempunyai prospek yang cukup cerah. Proyeksi nilai bisnis industri obat herbal ini pada tahun 2008 dan 2020 adalah 200 dan 300 milyar USD (Kemala et al., 2003). Untuk meningkatkan jumlah, mutu dan kesinambungan produksi tanaman obat maka diperlukan cara budidaya yang baik. Cara budidaya pada tanaman obat khususnya yang berimpang yang saat ini diacu oleh kebanyakan petani adalah budidaya anorganik. Pupuk anorganik/buatan dan pestisida kimia masih diberikan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi. Mahalnya pupuk anorganik dan pestisida kimia selain menyebabkan biaya produksi tinggi juga tidak akam untuk lingkungan dan kesehata. Mengingat hal tersebut dan dengan adanya perubahan kecenderungan masyarakat saat ini untuk kembali ke produkproduk alami (back to nature) maka, budidaya yang diterapkan pada tanaman obat harus mengarah kepada penggunaan input-input produksi yang lebih murah dan aman terhadap kesehatan serta lingkungan (budidaya organik). Pada umumnya tanaman yang dibudidayakan secara organik walaupun hasil panennya secara kuantitas lebih rendah dibanding dengan yang dibudidayakan secara non organik/konvensional namun secara kualitas lebih unggul dan mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi. Di pasaran internasional jahe dan kunyit organik dalam bentuk bubuk masing-masing dijual dengan harga 22,5 dan 15,5 USD per kg, sedangkan harga yang non organik sekitar seperempatnya ( com, 2007; ). Salah satu komponen budidaya organik adalah penggunaan pupuk yang tidak mencemari lingkungan seperti pupuk organik, pupuk bio dan pupuk alam. Pupuk bio yang dimaksud disini adalah pupuk yang bersumber dari limbah tumbuhan maupun hewan (hasil pangkasan tanaman, serasah, sampah tumbuhan, kotoran hewan, dan sebagainya), pupuk bio adalah pupuk yang secara langsung maupun tidak langsung bersumber dari mikroorganisme (penambat N, peraut P dan sebagainya) sedangkan pupuk alam adalah pupuk yang bersumber dari hasil pertambangan yang sudah tersedia di alam (fosfat alam, zeolit, kapur dan sebagainya). Tulisan ini dimaksudkan untuk menunjukkan seberapa besar kebutuhan unsur hara beberapa tanaman obat berimpang dan bagaimana responnya terhadap pupuk organik, pupuk bio dan pupuk alam. Dengan diketahuinya ke- 110

3 dua hal tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu acuan bagi pengembang tanaman obat organik maupun non organik. KEBUTUHAN UNSUR HARA ANORGANIK BEBERAPA TANAMAN OBAT BERIMPANG Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Seiring dengan meningkatnya permintaan jahe, maka untuk mempertahankan kuota dan mutu jahe, perlu diupayakan kesinambungan sistem produksi yang dapat menjamin permintaan dan kualitas jahe yang memenuhi standar ekspor. Jahe termasuk tanaman yang membutuhkan unsur hara yang tinggi (Januwati dan Yusron, 2003). Produktivitas jahe baik kualitas maupun kuantitas dipengaruhi oleh adanya unsur hara N, P dan K dalam jumlah yang cukup di dalam tanah. Untuk menghasilkan rimpang segar tua 24-32,2 ton, jumlah hara yang terangkut melalui panen adalah 60,5 139,3 kg N/ha, 56,3 68,9 kg P/ha dan 77,9 129,5 kg K/ha (Baustista dan Aycardo, 1979). Kebutuhan P tanaman jahe termasuk cukup tinggi, yaitu kg/ha (Januwati dan Yusron, 2003). Hasil penelitian di Jawa Tengah menunjukkan bahwa pemberian pupuk TSP dan KCl masing-masing 800 kg/ha dapat meningkatkan produksi jahe umur 3 bulan sebesar 210,43 % (Januwati at al., 1992). Sedangkan hasil penelitian pengaruh unsur hara N pada jenis tanah latosol terhadap produksi jahe menunjukkan bahwa pemberian 100 kg N/ha dapat meningkatkan rimpang segar sebesar 34,5 % (Muhammad dan Sudiarto, 1997). Pupuk N selain meningkatkan produksi rimpang juga dapat meningkatkan ukuran rimpang yang dihasilkan. Secara umum dosis pupuk anorganik yang harus diberikan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen jahe adalah : SP kg/ha dan KCl kg/ha, diberikan pada saat tanam. Pupuk urea diberikan 3 kali pada umur 1, 2 dan 3 bulan setelah tanam sebanyak kg/ha, masing-masing 1/3 dosis setiap pemberian (Rostiana et al., 2005a). Kencur (Kaempforia galanga L) Produksi, mutu dan kandungan bahan aktif didalam rimpang kencur salah satunya ditentukan oleh kesuburan tanah. Apabila tanahnya kurang subur maka perlu dipupuk. Kebutuhan pupuk tanaman kencur relatif cukup tinggi. Hasil penelitian Rosita et al. (2007 menunjukkan bahwa untuk menghasilkan rimpang segar 82,03 g/ tanaman (setara 16,41 ton/ha) akan terangkut hara ke dalam rimpang sebesar 415,60 mg N/tanaman (setara 83,12 kg N/ha), 112,50 mg P/tanaman (setara 22,50 kg P/ha) dan 571,70 mg K/tanaman (setara 114,34 kg K/ha). Rekomendasi pemupukan anorganik secara umum untuk tanaman kencur adalah : urea kg/ha, SP kg/ha dan KCl kg/ha. Urea diberikan 3 kali, yaitu pada saat tanaman berumur 1, 2 dan 3 bulan setelah tumbuh, masing-masing 1/3 dosis. Sedangkan SP-36 dan KCl diberikan satu kali pada saat tanam (Rostiana et al., 2005b). 111

4 Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Produksi dan mutu temulawak sangat dipengaruhi oleh teknologi budidaya salah satunya adalah pemupukan. Secara umum dosis pupuk anorganik yang harus diberikan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen temulawak adalah : urea, SP-36 dan KCl, dengan dosis masing-masing 200 kg, 100 kg dan 100 kg/ha untuk pola monokultur, serta 200 kg/ha untuk pola tumpangsari. SP-36 dan KCl diberikan pada saat tanam, urea diberikan 3 kali yaitu, pada umur 1, 2 dan 3 bulan setelah tanam masing-masing sepertiga bagian (Rahardjo dan Rostiana, 2005a). Kunyit (Curcuma domestica Val.) Kunyit dapat tumbuh dan menghasilkan rimpang yang baik memerlukan unsur hara. Secara umum jenis dan dosis pupuk anorganik yang telah dianjurkan untuk kunyit adalah pupuk urea, SP-36 dan KCl, dengan dosis masing-masing 100 kg, 200 kg dan 200 kg/ha untuk pola monokultur, serta 200 kg/ha, untuk pola tumpangsari. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan pada saat tanam dan dosis urea dipecah menjadi menjadi 2 bagian yang diberikan pada umur 1 dan 3 bulan setelah tanam (Rahardjo dan Rostiana, 2005b). Bangle (Zingiber purpureum Roxb.) dan lempuyang gajah (Zingiber zerumbet Smith) Dosis pupuk anorganik anjuran umum untuk tanaman bangle adalah urea 250 kg, SP kg dan KCl 250 kg/ha. Namun berapa peningkatan hasil dari pemberian pupuk anorganik tersebut belum ada laporannya. Sedangkan untuk tanaman lempuyang gajah pemberian pupuk urea sebanyak 15 g/rumpun dan TSP 7,5 g/rumpun dapat meningkatkan bobot biomas dan rimpang segar sebesar 58,5 % dan 55,3 % (Ruhnayat, 2002). PENGARUH PUPUK ORGA- NIK, PUPUK BIO DAN PUPUK ALAM TERHADAP PERTUM- BUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA TANAMAN OBAT BERIMPANG Jahe Produktivitas jahe sangat dipengaruhi oleh ketersediaan nitrogen. Umumnya kebutuhan N dipenuhi dari pupuk buatan, seperti urea, ZA dan pupuk buatan lainnya. Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian peranan pupuk N buatan ini dapat diganti dengan pupuk organik, bio dan alam. Pada umumnya untuk tanaman berimpang pupuk organik diperlukan dalam jumlah yang relatif besar baik untuk kesuburan fisik, kimia dan biologi. Pupuk organik yang dapat digunakan antara lain pupuk kandang, kasting, limbah kulit kopi dan sekam padi. Pemanfaatan sumber bahan organik seperti pupuk kandang, kasting, sekam padi dan limbah kulit kopi merupakan alternatif untuk memperbaiki kesuburan tanah dalam menunjang pertumbuhan dan produksi jahe (Trisilawati dan Gusmaini, 1999; Rosita et al., 2006a). Penggunaan humus dan pupuk kandang sapi/kambing, berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi jahe minimal 2 kali lebih besar 112

5 dibandingkan dengan kontrol (Gusmaini dan Trisilawati, 1998). Dosis anjuran umum pemberian pupuk organik untuk tanaman jahe adalah sekitar ton/ha berupa pupuk kandang. Untuk daerah yang sulit memperoleh pupuk kandang, penggunaannya dapat dikombinasikan dengan bahan organik lainnya. Pemberian pupuk kandang yang dikombinasikan dengan limbah kulit kopi masing-masing sebanyak 250 g/rumpun dapat meningkatkan jumlah anakan dan jumlah daun jahe putih besar masing-masing sebesar 81,72 % dan 57,93 %, sedangkan pemberian 125 g pupuk kandang, 250 g limbah kulit kopi dan 125 g sekam padi per rumpun dapat meningkatkan rimpang segar sebesar 117,85 %. (Gusmaini dan Maslahah, 2002). Pupuk organik lainnya yang cukup potensial untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi jahe adalah kasting dan kotoran cacing yang saat ini sudah banyak beredar di pasaran. Pupuk organik tersebut dapat meningkatkan kesuburan tanah, penyedia nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah, menetralkan ph tanah dan memperbaiki kemampuan menahan air (Mulongoy dan Badoret dalam Dewi, 1995). Pemberian kasting sebanyak 500 g/rumpun atau (setara 20 ton/ha) dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan bobot rimpang kering jahe putih besar masing-masing sebesar 10,96 %, 42,46 % dan 118,60 % dibanding dengan hanya diberi pupuk buatan dosis anjuran (Rosita et al,. 2006a). Kebutuhan unsur hara P tanaman jahe cukup tinggi, yaitu kg/ha (Januwati dan Yusron, 2003). Penggunaan pupuk buatan tersebut dapat dikurangi bahkan digantikan dengan pemberian pupuk bio dan pupuk alam. Hasil penelitian Trisilawati et al. (2003) menunjukkan bahwa pemberian 500 spora jamur mikoriza arbuskula dapat meningkatkan bobot segar dan rimpang kering jahe putih besar sebesar 32,6 % dan 54,65 %, bobot rimpang segar jahe merah sebesar 41,9 % dan jahe putih kecil sebesar 137,56 %. Pemberian pupuk bio tersebut dapat meningkatkan serapan hara P rimpang sebesar 68,7 %. Selain unsur hara P mikoriza juga dapat meningkatkan efisiensi serapan unsur hara lainnya seperti K, Zn dan S (Pearson dan Diem, 1982). Penggunaan pupuk P buatan dapat juga diganti dengan pemberian pupuk alam seperti fosfat alam dan ziolit serta pupuk bio pelarut P. Supanjani et al. (2006) mengemukakan bahwa penggunaan fosfat alam dan bakteri pelarut P merupakan salah satu alternatif cara untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia. Pemberian 350 kg/ha fosfat alam, 140 kg/ha pupuk bio (Azospirillum lipoferum, Azotobacter beijerinckii, Aeromonas punctata dan Aspergilus niger) dan 400 kg/ha zeolit dapat meningkatkan rimpang segar sebesar 11,54 % dibandingkan dengan pemberian pupuk SP-36 sebanyak 300 kg/ha (Januwati dan Yusron, 2003). Penggunaan fosfat alam bersama-sama zeolit dan pupuk bio tersebut selain dapat mengganti pupuk P buatan juga 113

6 dapat menekan biaya produksi sebesar 30,12 %. Pemilihan rekomendasi paket pemupukan organik mana yang akan diterapkan untuk budidaya organik jahe tergantung kepada ketersedia sumbersumber pupuk tersebut di lapangan. Kencur Pemupukan merupakan salah satu komponen teknologi penting di dalam budidaya tanaman kencur. Pemberian pupuk anorganik saja seperti urea, TSP/SP-36 dan KCl tidak cukup untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksinya. Oleh karena itu pemberian pupuk organik pada pembudidayaan kencur mutlak dilakukan. Pupuk organik yang sudah lama dianjurkan adalah pupuk kandang dengan dosis ton/ha, tergantung kesuburan tanah pada masing-masing lokasi penanaman (Rosita et al., 2006b). Penggunaan pupuk kandang 20 ton/ha yang dikombinasikan dengan urea 300 kg/ha, TSP 200 kg/ha dan KCl 200 kg/ha pada tanah asosiasi latosol-grumosol, Boyolali, Jawa Tengah, menghasilkan produksi rimpang kencur 7,64 ton/ha (Sudiarto et al., 1996). Sedangkan pada polatanam di bawah tegakan jati pada tanah mediteranian coklat tua, Wonoharjo, Jawa Tengah, pemberian pupuk kandang 20 ton/ha, urea 250 kg/ha, SP kg/ha dan KCl 200 kg/ha, menghasilkan rimpang kencur 6,97 ton/ha (Yusron et al., 2005). Namun hasil penelitian Rosita et al. (2007) pada lima nomor unggul kencur menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang kerbau saja dengan dosis 20 ton/ ha lebih efisien dalam meningkatkan bobot segar rimpang/rumpun dibandingkan dengan dosis anjuran umum pemupukan kencur (20 ton pupuk kandang + urea 250 kg/ha, SP kg/ha dan KCl 200 kg/ha), sedangkan untuk menghasilkan bobot kering rimpang/rumpun dosis pupuk anjuran umum tersebut (pupuk kandang + pupuk anorganik) adalah yang lebih baik. Pengaruh pupuk bio dan pupuk alam terhadap pertumbuhan dan produksi kencur belum ada yang melaporkan. Temulawak Seperti halnya tanaman pada umumnya, temulawak untuk dapat tumbuh dan berproduksi perlu unsur hara. Kebutuhan unsur hara tanaman temulawak dapat dipenuhi dengan pemberian pupuk anorganik dan organik. Dosis pupuk anorganik yang diberikan adalah 200 kg urea/ha, 100 kg SP-36/ha dan 100 kg KCl/ha untuk pola monokultur, serta 200 kg/ha untuk pola tumpangsari. Sedangkan pupuk oganik yang biasa diberikan adalah pupuk kandang sebanyak ton/ ha (Rahardjo dan Rostiana, 2005b). Pemakain pupuk kandang ini sebagian dapat diganti dengan pemberian pupuk bio. Beberapa spesies mikroorganisme yang banyak dimanfaatkan sebagai pupuk bio antara lain adalah Azospirillum sp., Azotobacter sp., dan Aspergillus sp. (Lynch, 1983; Premono, 1997). Setiap mikroorganisme mempunyai kemampuan untuk melarutkan atau mengikat unsur hara. Azospirillum sp mampu menangkap dan mengikat nitrogen atmosfer, sedangkan Aspergillus sp. mampu melarutkan fosfat tanah. Dengan demikian, pemakaian pupuk 114

7 bio diharapkan mampu meningkatkan efisiensi penggunaan unsur hara (Januwati dan Yusron, 2003). Hasil penelitian Yusron dan Januwati (2007) pada jenis tanah Andosol menunjukkan bahwa penambahan pupuk bio sebesar 45 kg/ha dan 90 kg/ha mampu meningkatkan produktivitas temulawak di bawah tegakan sengon masing-masing sebesar 27,5 % dan 34 % dibandingkan tanpa pupuk bio. Pupuk bio yang diberikan mengandung Azospirillum lipoferum Beijerincki, Azotobacter vinelandii Beijerincki, Aeromonas punctata Zimmermann dan Aspergillus niger van Tiegham. Namun pemberian pupuk bio tersebut belum mampu meningkatkan produksi rimpang temulawak pada tingkat optimal (20 ton/ha). Akan tetapi masih lebih tinggi (14,04 ton/ha) dibandingkan dengan produksi rata-rata nasional (10,7 ton/ha) (Direktorat Aneka Tanaman, 2000). Begitu pula hasil penelitian Rahardjo dan Ajijah (2007) menunjukkan bahwa pupuk organik dan pupuk alam saja (bokashi 10 ton/ha + pupuk bio 90 kg/ha + zeolit 300 kg/ha + pupuk fosfat alam 300 kg/ha.) hanya mampu menghasilkan rimpang temulawak sebesar 14,21-16,59 ton/ha. Pada penelitian tersebut terlihat bahwa calon varietas unggul temulawak Balittro 1 mempunyai respon lebih tinggi terhadap pemupukan organik dibandingkan dengan Balittro 2 dan Balittro 3. Kunyit Dosis pupuk anorganik anjuran umum untuk tanaman kunyit adalah urea 200 kg, SP kg dan KCl 200 kg/ha. Hasil penelitian Rosita dan Nurhayati (2007) pada jenis tanah latosol menunjukkan bahwa apabila dosis pupuk anorganik tersebut dikombinasikan dengan pupuk organik/kandang 20 ton /ha dapat menghasilkan rimpang segar sebesar 17,15 ton/ha. Sedangkan pemberian pupuk organik dan pupuk alam saja (bokashi 10 ton/ha + pupuk bio 90 kg/ha + zeolit 300 kg/ ha + fosfat alam 300 kg/ha) hanya mampu menghasilkan rimpang segar kunyit sebesar 9,73 ton/ha. Pada jenis tanah andosol penggantian sebagian dosis pupuk kandang oleh pupuk bio belum mampu menyamai produksi rimpang segar kunyit yang diberi pupuk kandang dosis tinggi (20 ton/ha). Walaupun pemberian pupuk bio (Azospirillum sp., Azotobacter sp., dan Aspergillus sp.) sebesar 45 dan 90 kg/ ha yang dikombinasikan dengan 10 ton pupuk kandang kg urea kg SP kg KCl per ha dapat meningkatkan bobot segar rimpang/ha masing-masing sebesar 27,5 % dan 70 % dibandingkan dengan tanpa pupuk bio namun produksinya hanya mencapai 6,44 dan 8,58 ton/ha saja (Yusron dan Januwati, 2005). Bangle Dosis pupuk anorganik anjuran umum untuk tanaman bangle adalah urea 250 kg, SP kg dan KCl 250 kg/ha. Pemberian bahan organik berupa pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha dapat meningkatkan hasil rimpang (Sudiarto et al., 2001). Pemberian pupuk anorganik dan organik tersebut dapat menghasilkan biomas sebanyak 701,0 g/tanaman dan simplisia kering 417,97 g/tanaman serta unsur hara yang 115

8 terserap sebanyak 8,48 g N, 4,02 g K dan 1,72 g P/tanaman (Rosita et al., 2005). Pemberian pupuk kandang ayam saja dapat meningkatkan jumlah anakan, jumlah daun dan bobot segar dan kering rimpang (Maslahah, 2005). Pemberian pupuk kandang ayam sebanyak 6 30 ton/ha dapat menghasilkan rimpang segar 1,21 2,43 kg/rumpun dan rimpang kering 0,19 0,44 kg/ rumpun. Peningkatan hasil rimpang dengan pemberian pupuk ayam tersebut untuk rimpang segar antara 127,6 356 % dan rimpang kering 108,7 388,5 % dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kandang. Pengaruh pupuk bio dan pupuk alam terhadap pertumbuhan dan produksi bangle belum ada yang melaporkan. Lempuyang gajah (Zingiber zerumbet Smith) Kebutuhan unsur hara tanaman lempuyang gajah belum banyak diketahui, namun diduga kebutuhannya cukup tinggi. Pemberian pupuk anorganik dan berbagai jenis bahan organik memberikan respon yang positif terhadap pertumbuhan dan produksi rimpang. Pemberian pupuk urea sebanyak 15 g/rumpun dan TSP 7,5 g/rumpun dapat meningkatkan bobot biomas dan rimpang segar sebesar 58,5 % dan 55,3 % (Ruhnayat, 2002). Pemberian pupuk organik akan dapat mengurangi pemberian pupuk urea sekaligus meningkatkan produksi rimpang. Pemberian urea dan TSP masing-masing 7,5 g/ rumpun ditambah dengan arang sabut kelapa dapat meningkatkan bobot rimpang segar sebesar 64,7 %. Pemberian berbagai jenis pupuk organik saja seperti arang sekam padi, arang sabut kelapa, arang serbuk gergaji dan abu sekam padi masing-masing dapat meningkatkan bobot rimpang segar sebesar 4,6 %, 38 %, 21,6 % dan 7,6 %. Arang sabut kelapa merupakan bahan organik terbaik untuk pertumbuhan dan produksi rimpang lempuyang gajah. Dari keempat jenis pupuk organik tersebut arang sabut kelapa mengandung unsur hara K lebih tinggi (2 %). Unsur K dapat mempercepat proses penyimpanan hasil fotosintesa pada organ-organ tanaman, seperti umbi, rimpang, daun dan buah (Ruhnayat, 1995). Pengaruh pupuk bio dan pupuk alam terhadap pertumbuhan dan produksi lempuyang gajah belum ada yang melaporkan. SARAN DAN TINDAK LANJUT Kebutuhan unsur hara beberapa tanaman berimpang seperti jahe, kencur, temulawak, kunyit, bangle dan lempuyang gajah cukup tinggi. Upaya pemupukan berupa pupuk anorganik dan organik baik kombinasinya maupun tunggal terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil rimpang. Berdasarkan pada cara budidayanya, saat ini dipasaran ada dua jenis produk tanaman obat yaitu produk organik dan non organik. Kedua produk tersebut mempunyai segmen pasar masingmasing. Oleh karena itu tanaman obat khususnya yang berimpang sebaiknya dibudidayakan secara organik dan non organik. Apabila yang diinginkan produksi rimpang yang tinggi maka sebaiknya dibudidayakan secara non organik (pemberian pupuk anorganik 116

9 dan pestisida kimia masih diperbolehkan). Namun apabila mutu dan keamanan terhadap lingkungan dan kesehatan yang diutamakan maka budidaya organik bisa diterapkan. Walaupun produktivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan cara budidaya anorganik, namun harga produk organik bisa mencapai 3-4 kali lipat. Jenis/varietas tanaman berimpang yang akan dibudidayakan secara organik sebaiknya dipilih yang relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit, hal ini untuk menghindari pemakaian pestisida yang dapat mencemari lingkungan dan kesehatan. Untuk tanaman jahe sebaiknya dipilih jenis jahe merah varietas Jahira 1 dan Jahira 2 yang toleran terhadap penyakit layu bakteri. Apabila akan mengembangkan jahe putih besar atau jahe putih kecil organik sebaiknya dipanen pada umur 3-4 bulan untuk menghindari serangan penyakit layu. Upaya penyediaan benih sehat jahe putih besar melalui kultur jaringan yang saat ini sedang diteliti oleh Balittro diharapkan akan memberi peluang jenis jahe tersebut untuk dibudidayakan secara organik sampai umur panen 9 bulan. Untuk kunyit walaupun semua varietas yang telah dilepas rentan terhadap penyakit layu bakteri namun varietas Turina-3 lebih tahan dibanding dua varietas lainnya. Untuk varietas kencur tidak ada yang lebih tahan terhadap penyakit layu bakteri, oleh karena itu teknis budidaya perlu diperhatikan (tidak dianjurkan untuk menanam kencur pada lahan bekas jahe putih). Temulawak nomor harapan Balittro 1 dan Balittro 3 cenderung lebih sesuai untuk dibudidayakan secara organik dibandingkan dengan Balittro 2. Upaya-upaya yang perlu dipersiapkan untuk mendukung pengembangan budidaya organik pada tanaman obat berimpang antara lain adalah : (1) Penyediaan benih unggul dan bebas penyakit serta menjalin kerjasama dengan penakar benih disentra produksi, (2) penyaluran dan penyediaan pupuk bio dan pupuk alam ke sentra-sentra produksi sehingga mudah diperoleh petani, (3) penyediaan teknologi pengendalian organisme penggangu tanaman (OPT) terpadu dengan melakukan penelitian yang berkesinambungan mengingat sebagian besar tanaman obat berimpang peka terhadap penyakit layu bakteri, (4) pemanfaatan jenis pupuk organik, pupuk bio dan pupuk alam lainnya sebagai sumber hara dan pengendali penyakit seperti penyisipan tanaman kacangan-kacangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, kubis-kubisan (Brassica spp.) untuk menekan patogen tular tanah seperti R. solanacearum, Meloidogyne dan Fusarium sp., guano kelelawar, limbah hasil panen (kulit buah kakao, abu janjang kelapa sawit, limbah penyulingan minyak atsiri) dan sebagainya. KESIMPULAN Tanaman obat berimpang memerlukan unsur hara yang relatif tinggi. Kebutuhannya dapat dipenuhi dari pupuk anorganik dan organik. Pemberian pupuk organik, pupuk bio dan pupuk alam memberikan respon yang positif terhadap pertumbuhan 117

10 dan produksi tanaman obat berimpang. Pemberian bahan organik pada budidaya tanaman obat berimpang mutlak diperlukan. Pada budidaya organik tanaman obat berimpang dapat diberikan pupuk organik (pupuk kandang, limbah kulit kopi, kasting, arang sabut kelapa dan bokashi), pupuk bio (mikoriza, Azospirillum lipoferum, Azotobacter beijerinckii, Aeromonas punctata dan Aspergilus niger), dan pupuk alam (fosfat alam dan zeolit). Diperlukan komponen teknologi budidaya organik dari disiplin ilmu lainnya seperti pemuliaan dan penyakit terutama untuk mencegah serangan penyakit layu bakteri. DAFTAR PUSTAKA Bautista, O.K. and H.D. Aycardo Ginger : Its production, handling, processing and marketing with emphasis on export. Dept. of Horticulture College Agricu. UP:B. Los Banos Philipines. 80 p. Dewi. DK Produksi umbi mini kentang (Solanum tube-rosum L.) : pengaruh media dan jenis stek mikro. Thesis jurusan Budidaya Pertanian, Faperta IPB. 55 hal. Direktorat Aneka Tanaman, Budidaya Tanaman Temulawak. Jakarta. 44 hal. Gusmaini dan O. Trisilawati, Pertumbuhan dan produksi jahe muda pada media humus dan pupuk kandang. Jurnal Penelitian Tanaman Industri. IV(2): Gusmaini dan N. Maslahah Pengaruh dosis dan komposisi bahan organik terhadap pertumbuhan dan produksi jahe muda. Buletin TRO. XIII (2) : Januwati, M. dan M. Yusron Pengaruh P-alam, pupuk bio dan zeolit terhadap produktivitas jahe (Zingiber officinale Rosc.). Jurnal Ilmiah Pertanian Gakuryoku IX(2) : Januwati, M., S. Affandi, D.S. Effendi dan J. Pramono Pengaruh pemupukan P dan K terhadap pertumbuhan dan produksi jahe muda (Z. officinale Rosc.) var. Badak. Pemberitaan Puslitbangtri (2) : Kemala, S. E.R. Pribadi, Sudiarto, M. Rahardjo, H. Nurhayati Studi serapan simplisia tanaman obat. Lap. Tek. TRO Tahun Lynch, J.M., Soil Biotechnology. Microbiological Factors in Crop Productivity. Blackwell Scientific Publications. Maslahah, N Pengaruh pembumbunan dan pemupukan organik terhadap pertumbuhan dan produksi rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Jurnal Ilmiah Pertanian, Gakoryoku XI (1) : Muhammad, H. dan Sudiarto Pemupukan jahe. Monograf No. 3 Jahe. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

11 Pearson. V.G., and HG. Diem Endomycorrhizae in tropics. Microbiologi of tropical soils and plant productivity. Academic Press. London. Premono, M.E., Pendugaan pelarutan fosfat oleh mikroorganisme dengan menggunakan indeks pelarutan. Buletin Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia. No. 145 : 1-9. Rahardjo, M. dan O. Rostiana. 2005a. Budidaya tanaman temulawak. Circular No. 11. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Rahardjo, M. dan O. Rostiana. 2005b. Budidaya tanaman kunyit. Circular No. 11. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Rosita, SMD., M. Rahardjo dan Kosasih Pola pertumbuhan dan serapan hara N, P, K tanaman bangle (Zingiber purpureum Roxb.) Jurnal Penel. Tanaman Industri. Rosita, SMD., I. Darwati dan H. Moko. 2006a. Pengaruh pupuk kasting dan macam benih terhadap pertumbuhan, produksi jahe muda. Jurnal Penel. Tanaman Industri. 11 (1) : Rosita SMD, O. Rostiana dan W. Haryudin. 2006b. Respon kencur (Kaempforia galanga L) terhadap pemupukan. Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Tumbuhan Obat Indonesia XX VIII. Balittro, Pokjanas TOI. Ditjen Tan Sayuran dan Biofarmaka Rosita, SMD., O. Rostiana dan W. Haryudin Respon lima nomor unggul kencur terhadap pemupukan. Jurnal Penel. Tanaman Industri. 13 (4) : Rosita, SMD. dan H. Nurhayati Respon tiga nomor harapan kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap pemupukan Buletin. Littro. XVIII (2) : Rostiana, O., N. Bermawie dan M. Rahardjo. 2005a. Budidaya tanaman jahe. Circular No. 11. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Rostiana, O., Rosita, SMD., M. Rahardjo dan Taryono. 2005b. Budidaya tanaman kencur. Circular No. 11. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Ruhnayat, A Peranan unsur hara kalium dalam meningkatkan pertumbuhan, hasil dan daya tahan tanaman rempah dan obat. Jurnal Penel. dan Pengembangan Pertanian XIV(1) : Ruhnayat, A Pengaruh jenis bahan organik dan dosis pupuk N terhadap pertumbuhan dan hasil rimpang. Buletin Littro XIII (1) : Sinambela, J M., Stndarisasi Sediaan Obat Herba. Makalah pada Seminar dan Pameran Nasional POKJANAS TOI, Jakarta, Maret halaman. Sudiarto, O. Rostiana dan J. Pramono Pengaruh pupuk kandang 119

12 terhadap hasil dua klon kencur pada tanah asosiasi latosolgrumosol Boyolali. WARTA TOI. 3 (2): Sudiarto, M. Rahardjo, Rosita SMD, E.R. Pribadi, H. Nurhayati, M. Yusron, O. Rostiana, T. Atawidjaya, Kosasih dan S. Nursamsiah Penyiapan teknologi usahatani bangle mendukung pemberdayaan petani dan peningkatan ekspor. Laporan Hasil Penel. Balittro-PAATP. 28 hal. Supanjani, H. S. Han, J. S. Jung and K. D. Lee, Rock phosphatepotassium and rock-solubilising bacteria as alternative, sustainable fertilizers. Agron. Sustain. Dev. 26: Trisilawati O. dan Gusmaini, Penggunaan pupuk organik bagi pertumbuhan dan produksi jahe. Buletin Ilmiah Gakuryoku. V (4) : Trisilawati, O., Gusmaini dan I. Rohimat Peranan mikoriza terhadap pertumbuhan dan produksi rimpang tiga klon jahe. Jurnal Ilmiah Pertanian Gakuryoku IX(1) : Yusron, M dan M. Januwati, Pengaruh pupuk bio terhadap pertumbuhan dan produksi kunyit (Curcuma domestica Val.) di bawah hutan rakyat sengon. Jurnal Ilmiah Pertanian, Gakoryoku XI (1) : Yusron, M., D.S. Effendi dan M. Januwati Peluang pengembangan wanafarma di hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan. Prosiding Simposium IV Hasil Penelitian Tanaman Perkebunan Yusron, M. dan M. Januwati Pengaruh pupuk bio terhadap pertumbuhan dan produksi temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) di bawah tegakan sengon. Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Perkembangan Teknologi Tanaman Obat dan Aromatik Organic spices : tumeric and ginger powder Asia s organic industry catching up. 120

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai ramuan, rempah - rempah, bahan minyak

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kegunaan utama rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah sebagai bahan baku obat, karena dapat merangsang

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah, mengandung unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Akan

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah, mengandung unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Akan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan di Indonesia secara tidak langsung sering digunakan sebagai media penanaman tanam pangan, karena lahan yang sebagian besar adalah tanah, mengandung unsur-unsur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI BUDIDAYA ORGANIK DAN KONVENSIONAL PADA 3 NOMOR HARAPAN TEMULAWAK (Curcuma xanthorhiza Roxb)

KAJIAN EKONOMI BUDIDAYA ORGANIK DAN KONVENSIONAL PADA 3 NOMOR HARAPAN TEMULAWAK (Curcuma xanthorhiza Roxb) KAJIAN EKONOMI BUDIDAYA ORGANIK DAN KONVENSIONAL PADA 3 NOMOR HARAPAN TEMULAWAK (Curcuma xanthorhiza Roxb) Ekwasita Rini Pribadi dan Mono Rahardjo Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Semua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang berpotensi untuk dikembangkan secara intensif. Permintaan kacang hijau dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600- 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-700 ribu ton per tahun dengan kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 juta ton

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar. PENDAHULUAN Latar Belakang Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar. Pada perusahaan makanan dan minuman, melon digunakan sebagai bahan penyedap rasa dan memberikan aroma

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini prospek pengembangan produk tanaman obat semakin meningkat, hal ini sejalan dengan perkembangan industri obat

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting di Indonesia. Selain memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, cabai juga memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal

PENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki areal lahan perkebunan kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit yang

Lebih terperinci

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori TEKNIK PENGAMATAN PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK MAJEMUK DAN TUNGGAL PADA BEBERAPA VARIETAS KENTANG Engkos Koswara 1 Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori dan mineral yang penting bagi pemenuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Jahe Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (zingiberaceae), satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

RESPON LIMA NOMOR UNGGUL KENCUR TERHADAP PEMUPUKAN

RESPON LIMA NOMOR UNGGUL KENCUR TERHADAP PEMUPUKAN Jurnal Littri 13(4), Desember 2007. Hlm. 130 JURNAL 135 LITTRI VOL.13 NO. 4, DESEMBER 2007 : 130-135 ISSN 085308212 RESPON LIMA NOMOR UNGGUL KENCUR TERHADAP PEMUPUKAN ROSITA, SMD., OTIH ROSTIANA dan W.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kembali ke alam (back to nature), kini menjadi semboyan masyarakat modern. Segala sesuatu yang selaras, seimbang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kembali ke alam (back to nature), kini menjadi semboyan masyarakat modern. Segala sesuatu yang selaras, seimbang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kembali ke alam (back to nature), kini menjadi semboyan masyarakat modern. Segala sesuatu yang selaras, seimbang dan menyejukkan yang diberikan alam dirindukan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor, serta di kebun percobaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan pertambahan penduduk. Kenaikan konsumsi ini tidak dapat dikejar oleh produksi dalam

Lebih terperinci

RESPON TIGA NOMOR HARAPAN KUNYIT (Curcuma domestica Val.) TERHADAP PEMUPUKAN

RESPON TIGA NOMOR HARAPAN KUNYIT (Curcuma domestica Val.) TERHADAP PEMUPUKAN Bul. Littro. Vol. XVIII No. 2, 2007, 127-138 RESPON TIGA NOMOR HARAPAN KUNYIT (Curcuma domestica Val.) TERHADAP PEMUPUKAN Rosita SMD dan Hera Nurhayati Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG (Zea Mays L.) DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG (Zea Mays L.) DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG (Zea Mays L.) DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN Agus Hasbianto dan Sumanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan ABSTRAK Jagung

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroberi atau strawberry dalam bahasa Inggris, merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang terpenting di dunia, terutama untuk negara-negara beriklim subtropis.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan secara komersial di daerah tropis. Hampir setiap hari produk ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya kandungan karotin,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat. Meskipun disadari bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap pemupukan. Pemberian pupuk merupakan faktor yang penting dalam budidaya jagung manis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

RESPON TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK BIO PADA KONDISI AGROEKOLOGI YANG BERBEDA

RESPON TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK BIO PADA KONDISI AGROEKOLOGI YANG BERBEDA Jurnal Littri 15 (4), Desember 2009. Hlm. 162 167 ISSN 0853-8212 JURNAL LITTRI VOL 15 NO. 4, DESEMBER 2009 : 162-167 RESPON TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK BIO PADA KONDISI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung semi adalah jagung manis yang dipanen saat masih muda. Di Asia, jagung semi sangat populer sebagai sayuran yang dapat dimakan mentah maupun dimasak. Budidaya jagung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN KUNYIT

BUDIDAYA TANAMAN KUNYIT Sirkuler No. 11, 2005 BUDIDAYA TANAMAN KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika Jl. Tentara Pelajar No. 3 Telp. (0251)

Lebih terperinci

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan menunjukkan dampak positif terhadap kenaikan produksi padi nasional. Produksi padi nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku minyak atsiri. Indonesia menghasilkan 40 jenis dari 80 jenis minyak atsiri yang di perdagangkan

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertanian organik sudah lama dikenal oleh manusia yakni sejak ilmu bercocok tanam pertama kali diterapkan. Pada saat itu semuanya dilakukan dengan cara tradisional dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang tinggi seperti vitamin,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

Bioteknologi Mikroba Untuk Pertanian Organik

Bioteknologi Mikroba Untuk Pertanian Organik Bioteknologi Mikroba Untuk Pertanian Organik Oleh : Isroi Alasan kesehatan dan kelestarian alam menjadikan pertanian organik sebagai salah satu alternatif pertanian modern. Pertanian organik mengandalkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mediteran. Kemudian menyebar luas ke beberapa negara di daerah tropis seperti. kubis krop, kubis daun dan kubis bunga (Arief, 1990).

PENDAHULUAN. mediteran. Kemudian menyebar luas ke beberapa negara di daerah tropis seperti. kubis krop, kubis daun dan kubis bunga (Arief, 1990). PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kubis merupakan tanaman asli daerah pesisir sungai sekitar mediteran. Kemudian menyebar luas ke beberapa negara di daerah tropis seperti India, Nepal, Malaysia, Philipina

Lebih terperinci

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Majalah SAINS Indonesia Kentang Medians Siap Geser Dominasi Benih Impor Kentang varietas Atlantik sampai kini masih merajai suplai bahan baku untuk industri keripik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sayuran terutama sawi. Hal ini terjadi karena sawi memiliki kandungan gizi yang

I. PENDAHULUAN. sayuran terutama sawi. Hal ini terjadi karena sawi memiliki kandungan gizi yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah, serta meningkatnya kesadaran akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan akan sayuran terutama sawi. Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

Seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesejahteraan. penduduk, kebutuhan akan pangan dan sayuran segar juga terus meningkat.

Seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesejahteraan. penduduk, kebutuhan akan pangan dan sayuran segar juga terus meningkat. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesejahteraan penduduk, kebutuhan akan pangan dan sayuran segar juga terus meningkat. Untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. Sayuran juga dibutuhkan masyarakat sebagai asupan makanan yang segar dan

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK N DAN POPULASI TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAHE PADA LINGKUNGAN TUMBUH YANG BERBEDA

PENGARUH PUPUK N DAN POPULASI TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAHE PADA LINGKUNGAN TUMBUH YANG BERBEDA Bul. Littro. Vol. 20 No. 2, 2009, 121-130 PENGARUH PUPUK N DAN POPULASI TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAHE PADA LINGKUNGAN TUMBUH YANG BERBEDA Muhamad Djazuli dan Cheppy Syukur Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran merupakan produk pertanian strategis yang ketersediaannya di Indonesia berlimpah sepanjang tahun. Konsumsi sayuran masyarakat Indonesia sendiri selalu meningkat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ABSTRAK ABRIANI FENSIONITA. Perkembangan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama yang selalu dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Tetapi ada banyak hal yang menjadi kendala dalam produktivitas budidaya tanaman padi

Lebih terperinci

METODE PENENTUAN EFISIENSI KEBUTUHAN PUPUK UNTUK TANAMAN BERBASIS DATA PENELITIAN DAN KIMIA TANAH*)

METODE PENENTUAN EFISIENSI KEBUTUHAN PUPUK UNTUK TANAMAN BERBASIS DATA PENELITIAN DAN KIMIA TANAH*) METODE PENENTUAN EFISIENSI KEBUTUHAN PUPUK UNTUK TANAMAN BERBASIS DATA PENELITIAN DAN KIMIA TANAH*) ROSIHAN ROSMAN BALAI PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Jl. Tentara Pelajar no. 3, Bogor 16111 Email

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) telah dikenal bertahun - tahun sebagai tanaman penghasil minyak atsiri. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebiasaan

Lebih terperinci

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Oleh: Agus Wahyudi (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (Sumber : SINAR TANI Edisi 17 23 November 2010)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando, I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini beras masih merupakan pangan utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando, 2007) kebutuhan beras dari tahun-ketahun

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor rosihan_rosman@yahoo.com ABSTRAK Dalam upaya mendukung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak varietasnya (Rukmana, 2005). Kedudukan tanaman kacang hijau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia sejak tahun 1968. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011 PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami definisi pupuk kandang, manfaat, sumber bahan baku, proses pembuatan, dan cara aplikasinya Mempelajari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di berbagai bidang memerlukan sumberdaya manusia yang berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah defisiensi nutrisi Zn.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Kacang hijau dapat dikonsumsi dalam berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang dilakukan. Berikutnya diuraikan mengenai batasan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jahe (Zingiber officinale Rosc) sebagai salah satu tanaman temu-temuan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jahe (Zingiber officinale Rosc) sebagai salah satu tanaman temu-temuan PENDAHULUAN Latar Belakang Jahe (Zingiber officinale Rosc) sebagai salah satu tanaman temu-temuan banyak digunakan sebagai bumbu, bahan obat tradisional, manisan, atau minuman penyegar, dan sebagai bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga C. Program PERKREDITAN PERMODALAN FISKAL DAN PERDAGANGAN KEBIJAKAN KETERSEDIAAN TEKNOLOGI PERBAIKAN JALAN DESA KEGIATAN PENDUKUNG PERBAIKAN TATA AIR INFRA STRUKTUR (13.917 ha) Intensifikasi (9900 ha) Non

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG. BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

KARYA ILMIAH TENTANG. BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL Oleh : Rinda Dewi Lestari NPM 10712032 POLITEKNIK NEGERI

Lebih terperinci

PEMUPUKAN, PEMULSAAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN MUTU NILAM

PEMUPUKAN, PEMULSAAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN MUTU NILAM PEMUPUKAN, PEMULSAAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN MUTU NILAM Djazuli dan O. Trisilawati. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Nilam (Pogostemon cablin Benth)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mempunyai prospek pasar yang unik dan menarik. Selama ini budidaya cabai dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran bagi manusia sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kepentingan yang besar terhadap sektor pertanian. Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia yang dilihat dari

Lebih terperinci

PERENCANAAN AGRIBISNIS, PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT 1)

PERENCANAAN AGRIBISNIS, PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT 1) PERENCANAAN AGRIBISNIS, PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT 1) Sandra Arifin Aziz 2) Tanaman obat adalah tanaman hasil budidaya yang dikonsumsi langsung yang disebut sebagai herbal atau sebagai

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas andalan bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan petani dan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL Bagi Indonesia, ubi kayu merupakan komoditas pangan penting, dan ke depan komoditas ini akan semakin srategis peranannya bagi kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan

PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan jagung terus meningkat, baik untuk pangan maupun pakan. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan nasional. Peningkatan kebutuhan jagung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat menguntungkan jika dibudayakan secara berkelanjutan. Khususnya kopi Lampung memiliki peranan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA PENDAHULUAN Petani pakai pupuk kimia Tekstur & struktur tanah ( sulit diolah & asam) Mobilisasi unsur hara Suplai

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara I. PENDEKATAN PETAK OMISI Kemampuan tanah menyediakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas yang mendapat

PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas yang mendapat PENDAHULUAN Latar belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas yang mendapat prioritas tinggi di bidang penelitian dan pengembangan sayuran di Indonesia. Berdasarkan volume, kentang adalah

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) OLEH M. ARIEF INDARTO 0810212111 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura dari jenis sayuran yang memiliki buah kecil dengan rasa yang pedas. Cabai jenis ini dibudidayakan

Lebih terperinci

Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja

Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Pada awalnya, kedelai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura berjenis umbi lapis yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta

Lebih terperinci